65

Click here to load reader

Makalah Limnologi, Zooplankton

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Zooplankton

Citation preview

Page 1: Makalah Limnologi, Zooplankton

SIFAT-SIFAT ZOOPLANKTON, NEKTON, NEUSTON, DAN VERTEBRATA

AIR LAINNYA

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Limnologi

Yang Dibimbing Oleh Dr. Hadi Suwono, M.Si dan Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si,

M.Si

Oleh :

Kelompok 12

Dwi Anggun Putri S. (120342422482)

Roudhotul Mirsa (120342422467)

Yoga Aditya Gumelar (120342422500)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN MATEMATIKA

JURUSAN BIOLOGI

September 2015

Page 2: Makalah Limnologi, Zooplankton

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik

yang bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis

(tergenang) seperti danau. Perairan ini dapat merupakan perairan tawar, payau,

maupun asin (laut). Perairan merupaka habitat sebagaian organisme untuk melakukan

kegiatannya sehari-hari. Ada beberapa organisme yang menyusun ekosistem perairan,

antara lain : plankton, neuston, nekton dan vertebrata air. Plankton dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu fitoplankton dan zooplankton.

Zooplankton merupakan organisme yang hanyut bebas dalam air dan daya

renangnya sangat lemah yang bersifat hewani, selain itu sangat beraneka ragam dan

terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang mewakili hampir seluruh filum

hewan. Neuston adalah organisme yang tidak melekat pada substrat dan ditemukan

disemua lapisan air. Nekton adalah hewan perenang yang baik, didapatkan disemua

ekosistem akuatik kecuali pada bagian sungai yang sangat deras sekali. Sedangkan

vertebrata air adalah kelompok hewan yang memiliki tulang belakang yang umumnya

memiliki tubuh simetri bilateral, rangka dalam, dan berbagai sistem yang ada dalam

tubuh.

Organisme-organisme tersebut memiliki banyak peranan dalam perairan.

Salah satu peranannya adalah sebagai penyusun rantai makanan sehingga dalam

peraiaran terjadi kestabilan ekosistem. Apabila terdapat ketidakhadiran salah satu

organisme tersebut, ekosistem perairan tidak akan seimbang. Sebagai contoh, apabila

zooplankton tidak ada dalam perairan, konsumen tingkat dua yang memanfaatkan

zooplankton sebagai pemenuhan energi setiap harinya akan ikut menghilang karena

berhentinya metabolisme pada tubuhnya. Selain itu kehadiran fitoplankton sebagai

produsen dalam perairan pun akan melimpah. Untuk lebih jelasnya uraian diatas di

kaji kembali dalam isi makalah, mengenai sifat-sifat zooplankton, nekton, neuston

dan vertebrata air.

Page 3: Makalah Limnologi, Zooplankton

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan terdapat beberapa rumusan

masalah yang muncul dan akan dibahas pada makalah ini, antar lain:

1. Bagaimana sifat-sifat zooplankton?

2. Bagaimana peranan zooplankton di air?

3. Apa saja taksa zooplanton?

4. Bagaimana teknik/metode sampling dan analisisnya?

5. Apa saja taksa nekton dan neuston?

6. Apa saja jenis-jenis vertebrata air?

7. Bagaimana identifikasi vertebrata air?

8. Bagaimana peranan vertebrata air?

Page 4: Makalah Limnologi, Zooplankton

BAB II

ISI

2.1 Sifat-Sifat Zooplankton

Organisme di dalam air sangat beragam dan dapat diklasifikasikan

berdasarkan bentuk kehidupannya atau kebiasaan hidupnya yaitu bentos, perifiton,

plankton, nekton dan neuston. Plankton adalah organisme melayang atau

mengambang di dalam air. Zooplankton merupakan anggota plankton yang bersifat

hewani, sangat beranekaragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa

yang mewakili hampir seluruh filum hewan (Nybakken, 1992). Zooplankton dapat

dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuari di depan muara sampai ke

perairan di tengah samudra, dari perairan tropis hingga ke perairan kutub (Nontji,

2008)

Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup

di dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton yakni ketika

masih berupa telur dan larva yang kemudian menjelang dewasa sifat hidupnya yang

bermula sebagai plankton berubah menjadi nekton atau bentos (Nontji, 2008).

Menurut Nontji (2008), berdasarkan daur hidupnya zooplankton dibagi menjadi 3

kelompok yaitu : 1) Holoplankton, yang seluruh daur hidupnya sebagai plankton

(mulai dari telur, larva, hingga dewasa), 2) Meroplankton, golongan ini menjalani

kehidupannya sebagai plankton hanya pada tahap awal dari daurhidup biota tersebut

(pada tahap sebagai telur dan larva saja, beranjak dewasa akan berubah menjadi

nekton), 3) Tikoplankton, sebenarnya bukanlah plankton yang sejatu karena biota ini

dalam keadaan normalnya hidup di dasar laut sebagai bentos, namun karena gerakan

air ia bisa terangkat lepas dari dasar dan terbawa arus sebagai plankton.

Zooplankton dapat mengapung atau melayang dalam perairan. Hal itu

disebabkan hewan tersebut memiliki berat jenis yang lebih besar daripada air, oleh

karena itu zooplankton dapat tenggelam karena gravitasi (Suwono, 2011). Melayang

atau mengapungnya zooplankton merupakan kemampuan migrasi vertikal harian,

pada pagi hari menuju ke permukaan merupakan respon positif terhadap kadar

Page 5: Makalah Limnologi, Zooplankton

oksigen dan kerapatan makanan, sedangkan pada siang hari menuju lapisan air yang

lebih dalam berkaitan dengan respon negatif terhadap cahaya matahari. Gerakan pada

malam hari lebih banyak dilakukan karena adanya variasi makanan yaitu fitoplankton

lebih banyak, selain itu dimungkinkan karena zooplankton menghindari sinar

matahari langsung (Nontji, 1993).

Kemampuan renang zooplankton sangat terbatas hingga keberadaannya sangat

ditentukan oleh arus air yang membawanya. Zooplankton memiliki alat gerak seperti

flagel ataupun silia, yang kemampuannya belum kuat untuk menahan gerakan air arus

yang sangat kuat. Hal itu yang menyebabkan gerakan zooplankton ditentukan oleh

arus air yang membawanya. Selain itu arus air ini juga menyebabkan persebaran

zooplankton sangat luas. Distribusi zooplankton mulai dari muara sungai hingga

samudra, mulai dari perairan tawar hingga asin, bahkan dari perairan tropis hingga

kutub.

Zooplankton memiliki sifat heterotrofik, tidak dapat memproduksi sendiri

bahan organik dari bahan anorganik. Hal itu menyebabkan zooplankton mencari

makanan berupa fitoplankton maupun bakterioplankton.

Zooplankton memiliki bermacam-macam ukuran yang dapat dikelompokkan.

Menurut Arinadi et al, (1997), zooplankton dapat dikelompokkan berdasarkan

ukurannya menjadi lima sebagai berikut :

1. Mikroplankton, memiliki ukuran 20 - 200 μm.

2. Mesoplankton, memiliki ukuran 200 μm – 2 m.

3. Makroplankton, memiliki ukuran 2 - 20 mm.

4. Mikronekton, memiliki ukuran 20 – 200 mm.

5. Megaplankton, memiliki ukuran > 20 mm.

2.2 Peranan Zooplankton di air

Zooplankton merupakan salah satu organisme yang sangat penting bagi

kehidupan organisme lain yang ada di perairan. Dalam perairan zooplankton berperan

sebagai kunci tingkat trofik terendah (fitoplankton) ke tingkatan trofik tertinggi (ikan)

dalam rantai makanan di perairan (Kaswadji, 2001). Adapun pengamatan yang

Page 6: Makalah Limnologi, Zooplankton

Aplocheilus pancax

Poecilia reticulata

Oreocromis mossambicus

Fitoplankton

Bakterioplankton

Zooplankton

dilakuakan dengan melihat isi saluran pencernaan untuk mengetahui jaring-jaring

makan antara fitoplakton, zooplankton dan ikan. Hasil pengamatan pada isi saluran

pencernaan zooplankton di Ranu Grati memperlihatkan bahwa zooplankton

merupakan pemakan fitoplankton dan bakterioplankton. Sedangkan isi saluan

pencernaan ikan terdapat zooplankton, ikan yang memakan zooplankton antara lain :

Oreocromis mossambicus, Poecilia reticulata dan Aplocheilus pancax (Suwono,

2011). Jaring- jaring makanan dapat digambarkan seperti dibawah ini.

Gambar 1. Jaring-jaring makanan di Ranu Grati, disusun berdasarkan hasil

pengamatan Suwono (2004).

Zooplankton memiliki peran dalam membawa karbon dioksida ke perairan

dalam karena mereka dapat berenang ke atas dan ke bawah (migrasi vertikal) dalam

sehari (Nybakken, 1992). Seperti yang diketahui bahwasannya karbon dioksida

merupakan senyawa yang menyebabkan pemansan global. Lingkungan perairan tawar

sering berubah karena perubahan lingkungan. Perubahan massa air yang disebabkan

pengaruh lingkungan akan berpengaruh pada dinamika biota perairan khususnya

zooplakton (Suwono, 2011). Secara tidak langsung dalam perairan zooplankton

menjadi penyeimbang iklim dengan menyebarkan karbon dioksida pada berbagai

lapisan perairan.

Kemelimpahan zooplankton akan menentukan kesuburan suatu perairan oleh

karena itu dengan mengetahui keadaan plankton di suatu daerah perairan, maka akan

diketahui kualitas perairan tersebut (Arinardi, 1997). Zooplankton memperoleh

Page 7: Makalah Limnologi, Zooplankton

nitrogen organik dan anorganik dari fitoplankton dan mikroorganisme, kemudian

mengekresikan nitrogen organik dalam feses yang akan mengendap atau menjadi

terlarut. Dalam perairan nitrogen memegang peranan penting dalam daur bahan

organik untuk menghasilkan asam amino yang merupakan bahan dasar penyusunan

protein.

2.3 Taksa Zooplanton

1. Protozoa

Protozoa merupakan hewan uniseluler yang memakan partikel bakteri dan

memiliki berbagai macam bentuk, ada yang tetap dan ada yang tidak tetap. Protozoa

hidup secara individu dan ada pula yang membentuk koloni. Laju pertumbuhan

protozoa optimal pada air yang bernutrisi baik. Dalam kondisi ini pertumbuhan

populasinya berkaitan langsung dengan suhu. Protozoa memiliki peranan penting

dalam penggunaan karbon organik dan nutrien lainnya melalui siklus materi. Populasi

protozoa sering berkembang baik pada air yang kadar oksigennya rendah, di mana

populasi bakteri tinggi, misalnya di lapisan hipolimnion pada danau meromitik.

a. Flagelata

Flagelata merupakan komponen utama penyusun protozooplankton dalam

jumlahnya berlimpah di air. Flagellata hidup di kolom air bagian atas dan

distribusinya berkaitan dengan kedalaman distribusi cahaya, terutama flagellata yang

berklorofil. Flagellata yang umum adalah Dinoflagellata, Chrysomonadea, Euglenoid,

Volvocidae, Choanoflagellates. Berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi dua

kelompok utama, yaitu heterotrophic nanoflagellata (ukuran tubuh dibawah 15μm)

dan heterotrophic flagellata (ukuran tubuh dalam kisaran > 15-200 μm).

Beberapa flagelata seperti Ceratium berada dalam kedalaman yang memiliki

cahaya yang tinggi, nutrisi yang baik dan kaya oksigen. Cryptomodales dan

microflagellata yang lain dominan pada tipe danau oligotrophic sampai danau

hypertrophic. Di danau–danau temperatur dan subtropika Dinoflagellata cenderung

berlimpah terutama pada danau yang pH-nya rendah. Di danau-danau yang ber-pH

asam jumlahnya mendominasi.

Page 8: Makalah Limnologi, Zooplankton

a

Gambar 2. Beberapa jenis flagelata. a. Ceratium hirundinella dan b. Peridinium

b. Ciliata

Cilliata merupakan anggota protozoa dengan ciri utama sel tubuhnya memiliki

cilia. Cilia pada umumnya tersebar di semua permukaan sel. Terdapat tiga kelompok

ciliata, yaitu Oligotrichia banyak ditemukan di danau tropis, Choreotrichida

distribusinya di daerah temperate sampai tropis dan Haptoridae distribusinya secara

luas dan berlimbah. Ciliata mendapatkan nutrisi dengan cara fotosintesis; ada pula

yang bersifat holozoic; dan memakan bakteri, ganggang dan protista lain. Ciliata

hidup di kolom air bagian atas dan distribusinya berkaitan dengan kedalaman

distribusi cahaya. Ciliata merupakan zooplankton dari danau-danau yang eutrofik.

a. b.

a. b. c.

Page 9: Makalah Limnologi, Zooplankton

Gambar 3. Beberapa jenis ciliata. a. Strombidium, b. Halteria grandinella, c.

Tintinnidium fluviatilis dan d. Askenasia

c. Sarcodina

Sarcodina merupakan protozoa yang sedikit ditemukan sebagai zooplankton

air tawar. Bahkan di danau eutrofik kelimpahan Sarcodina tidak terlalu besar.

Gambar 4. Beberapa jenis sarcodina. a. Difflugia elegans dan b. Actynophrys sol.

2. Rotifera

Rotifera memiliki ukuran tubuh yang kecil ditandai dengan terdapatnya silia

yang disebut korona di bagian anterior tubuh. Rotifera merupakan suatu kelompok

d.

a. b.

Page 10: Makalah Limnologi, Zooplankton

penting hewan penyusunan komunitas plankton. Rotifera memiliki variasi morfologi

dan adaptasi. Rotifera yang banyak ditemukan adalah rotifera betina. Rotifera jantan

jarang dibentuk (karena umumnya bereproduksi secara partenogenetik) dan umunya

pendek hanya 2-3 hari saja. Umumnya bentuk badan memanjang dan memiliki bagian

yang disebut kepala, batang tubuh, dan kaki; yang pada umumnya tak dapat

dibedakan dengan jelas. Tubuh rotifera berbentuk silinder dengan panjang 150-

1000μ. Ujung anterior atau korona, memiliki silia, pada beberapa jenis seluruh

tubuhnya juga ditutupi silia.

Gerakan silia berguna untuk membantu gerak tubuh serta menggerakan

makanan ke arah mulut itu. Kebanyakan rotifera bersifat sesil (melekat) dan non-

predator plankton. Rotifer yang bersifat omnivor memasukkan makanan ke dalam

tubuh melalui gerakan silia yang mengarahkan aliran materi organik menuju mulut.

Gerakan rotifer sangat lambat dan tergantung pada gerakan silia di bagian perifer

tubuhnya.

Kelimpahan rotifera berkaitan erat dengan keberadaan makrofita, terutama

pada tumbuhan yang memiliki daun; kerapatan rotifer dapat mencapai 25.000 per

liter. Ukuran makanan yang dikonsumsi rotifer bervariasi, mulai dari partikel

makanan berukuran garis tengah kurang dari 12μm sampai yang berukuran 50μm.

Perilaku makan rotifera berhubungan dengan jenis partikel makanan, ukuran

makanan, kepadatan dan bentuk partikel. Pemilihan makanan dilakukan oleh

beberapa rotifera dengan mekanisme penolakan dan penyaringan. Keberadaan

makanan dapat membatasi pertumbuhan populasi dan penyebaran rotifera. Ambang

batas konsentrasi makanan untuk rotifera adalah tinggi dibandingkan dengan

zooplankton yang lain.

Rotifera dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual melalui

partenogenesis. Dalam kondisi stres, misalnya suhu terlalu panas atau musim salju

atau makanan berkurang, akan terjadi reproduksi secara seksual (miktik). Ketahanan

dan laju reproduksi rotifer berkaitan erat dengan sumber daya makanan dan suhu.

Makanan dan suhu juga menentukan keseimbangan reproduksi dan mortalitasnya

(angka kematian).

Page 11: Makalah Limnologi, Zooplankton

Gambar 5. Beberapa jenis rotifera

C. Zooplankton Crustaceae

Crustaceae merupakan hewan tak bertulang belakang yang umumnya hidup di

perairan tawar; tetapi ada juga beberapa yang hidup di laut. Respirasi melalui

permukaan tubuh atau insang. Badan dibedakan secara jelas ada abdomen (perut) dan

cephalotorax (kepala-dada). Jadi segmen kepala dan dada menyatu. Di perairan tawar

plakton crustacea yang dominan adalah Cladocera dan Copepoda, keduanya

merupakan anggota kelas malacostraca (udang-udangan tingkat rendah).

1. Cladocera

Cladocera merupakan penyusun utama zooplankton. Ukuran tubuhnya

berkisar antara 0,2 sampai 0,3 mm. Tubuh cladocera tersusun atas kepala, dada dan

perut. Dada dan perut ditutup oleh karapak pada bagian belakang. Di kepala terdapat

sepasang mata majemuk, yang merupakan organ sensitif terhadap cahaya sehingga

disebut sebagai bintik mata. Cladocera memiliki dua pasang antena yang besar

berfungsi sebagai alat renang dan menjadi organ utama untuk gerak.

Cladocera merupakan hewan pemakan dengan menyaring (filter feeders),

dilengkapi dengan bulu-bulu yang sangat halus pada rongga mulut yang berfungsi

untuk menyaring makanan. Struktur mulut terdiri atas; mandibula berkhitin yang

berfungsi untuk menggiling makanan, sepasang maksila (rahang atas), dan medium

labrum yang mulut.

Cladocera dapat bereproduksi secara seksual dan aseksua. Reproduksi secara

aseksual dilakukan dengan cara parthenogenesis yang dilakukan dalam kondisi yang

Page 12: Makalah Limnologi, Zooplankton

tidak menguntungkan. Reproduksi seksual dilakukan dengan cara betina

menghasilkan telur-telur yang siap dibuahi. Telur yang telah dibuahi, kemudian di

simpan pada kantung telur yang ada di bagian dorsal betina.

Gambar 6. Beberapa jenis cladocera. a. Bosmina sp., b. Moina micrura, c. Daphnia

obtusa.

2. Copepoda

Salah satu kelompok zooplankton yang merupakan pemangsa utama

fitoplankton adalah copepoda yang tergolong dalam Crustacea Subklas Copepoda.

Zooplankton jenis ini seringkali dijumpai mendominasi dan banya memangsa diatom

dibandingkan dengan zooplankton yang lainnya. Hal ini disebabkan karena copepoda

memiliki kemampuan memecahkan dinding sel diatom yang kerangkanya dari silikat.

Oleh karena itu copepoda memiliki peranan penting sebagai salah satu rantai

penghubung antara fitoplankton dengan konsumer atau tingkatan tropik yang lebih

tinggi.

Bagian mulut dari subordo harpacticoidae dapat digunakan untuk memotong

partikel sedimen atau bagian tubuh makrovegetsi. Herpacticoidea aktif mengejar dan

menangkap makanan yang berupa partikel tumbuhan maupun hewan. Makanan

ditangkap oleh maxilla (rahang) atas kemudian didorong oleh rahang bawah untuk

masuk ke saluran pencernaan. Berbagai partikel makanan dicerna dengan cara

berbeda. Diatom mampu dicernanya tetapi beberapa ganggang mungkin tidak mampu

dicerna.

a. b. c.

Page 13: Makalah Limnologi, Zooplankton

Copepoda bereproduksi secara seksual. Copepoda memiliki variasi periode

kawin yang berbeda antar spesies, ada yang kawin sepanjang tahun ada pula yang

hanya pada periode tertentu. Copepoda kaya akan protein, lemak, asam amino

esensial yang dapat mempercepat pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh,

serta mencerahkan warna pada udang dan ikan. Kandungan DHA copepoda yang

tinggi dapat menyokong perkembangan mata dan meningkatkan derajat

kelulushidupan larva. Selain itu kandungan lemak copepoda yang tinggi dapat

menghasilkan pigmentasi yang lebih baik bagi larva ikan.

Gambar 7. Beberapa jenis copepoda. a. Argulus indicus, b. Calanoida, c. Cyclopoida, d.

Thermocyclops hyalinus

2.4 Teknik/Metode Sampling dan Analisisnya

A. Teknik sampling

Pengambilan sampel plankton di perairan dapat dilakukan secara tegak

(vertical), miring (obligue), ataupun mendatar (horizontal). Pengambilan sampel

plankton harus sesuai dengan pengambilan sampel air untuk analisis faktor fisika

dan kimia air dengan beberapa kali ulangan secara random (Fachrul, 2007). Tiga hal

a. b. c.

d.

Page 14: Makalah Limnologi, Zooplankton

yang diperhatikan dan dipertimbangkan ketika melakukan pengambilan sampel biota

akuatik yaitu,

1. Lokasi, pemilihan lokasi harus mempertimbangkan sumber cemaran

2. Waktu, bergantung pada dinamika biota akuatik

3. Penggunaan alat yang tepat

4. Teknik/metode sampling yang tepat

Ada dua teknik sampling yang dapat digunakan ketika akan dilakukan sampling

plankton yaitu sampling plankton secara kualitatif dan sampling plankton secara

kuantitatif (Wardana, 2003).

1. Sampling Plankton secara Kualitatif

Pencuplikan plankton secara kualitatif dapat dilakukan dengan menarik jala

plankton baik secara horizontal maupun vertical. Pada perairan yang memiliki banyak

tumbuhan air pencuplikan plankton dapat dilakukan dengan jala plankton bertangkai.

Di samping jala plankton, ikan planktivor dapat mengumpulkan berbagai jenis

plankton yang tidak tertangkap jala. Untuk menghindari agar plankton yang dimakan

tidak dicerna lebih lanjut, ikan yang diperoleh harus segera dibunuh.

2. Sampling Plankton secara Kuantitatif

Teknik sampling ini umumnya dilakukan untuk mengetahui kepadatan

plankton persatuan volume dengan pasti.

2.1 Sampling Plankton dengan Botol

Botol gelas yang bermulut lebar dan bertutup gelas dipasang pada tali dan

diturunkan sampai kedalaman yang ditentukan dan air dibiarkan masuk di dalamnya.

Cara pengumpulan plankton seperti ini memiliki kekurangan karena plankton motil

dapat menghindar masuk ke dalam botol. Untuk mengumpulkan plankton secara

vertical pada kedalaman tertentu dapat digunakan botol Kemmerer atau Nensen.

2.2 Sampling Plankton dengan Jala

Page 15: Makalah Limnologi, Zooplankton

Umumnya jala berbentuk kerucut dengan mulut melingkar dan di ujung jala

diberi botol penampung. Bahan jala terbuat dari nilon dengan ukuran mesh tertentu.

Pencuplikan plankton dapat dilakukan dengan menyaring air yang telah diketahui

volumenya melalui jala plankton. Pencuplikan plankton juga dapat dilakukan dengan

tarikan jala plankton secara horizontal di bawah permukaan air atau vertical.

Penarikan dilakukan dengan kecepatan konstan sekitar 10 cm/detik. Setelah tarikan

selesai jala dibilas agar semua plankton masuk ke dalam botol penampung.

Banyak macam jala yang dipergunakan untuk mencuplik plankton, baik yang

terbuka maupun tertutup. Salah satu jala terbuka adalah jala zeppelin yang mirip jala

plankton standar. Jala birge, jala winconsin, juday, dan Clarke-Bumpus adalah

beberapa jala canggih yang digunakan dalam kajian plankton. Jala plankton dengan

peralatan tertutup umumnya digunakan untuk memperoleh sampel plankton dari

kedalaman tertentu.

Gambar 8. Macam Jala Plankton , A) Clarke-Bumpus Net, B) Winconsin Net, dan C)

Juday Trap

2.3 Sampling Plankton dengan Pompa

Pompa plankton yang cocok untuk mencuplik fitoplankton umumnya yang

menggunakan gerakan memutar. Air dari kedalaman tertentu dipompa melalui pipa

yang telah diberi tanda. Pada ujung pipa perlu diberi pemberat agar tetap tegak lurus.

Corong dipasangkan pada saluran masuk pipa untuk mencegah lepasnya plankton

A B

C

Page 16: Makalah Limnologi, Zooplankton

motil. Air keluaran dari pompa disaring dengan jala plankton yang dibiarkan sebagian

terendam dalam air untuk mencegah rusaknya plankton.

2.4 Sampling Plankton Continous Plankton Recorder (CPR)

CPR merupakan salah satu alat pengumpul plankton yang ditarik dengan

kapal. Di dalam alat CPR terdapat dua gulungan jala dengan mesh 270 µ. Selama

ditarik kapal sampel plankton akan tertampung pada jala dan digulung sedemikian

rupa dalam satu tangki berisi larutan formalin.

B. Pengawetan Sampel Plankton

Umumnya fiksasi dan pengawetan plankton dapat dilakukan dengan larutan

formalin 2-5%. Formalin 40% komersial merupakan larutan jenuh gas formaldehida

dalam air. Penggunaannya sebagai larutan fiksasi atau pengawet harus melalui

pengenceran dengan perbandingan 1:5. Formalin yang akan digunakan harus

tersimpan dalam botol gelas atau polythene. Sebelum digunakan formalin harus

ditambahkan borax (kalsium karbonat atau sodium karbonat) untuk menetralkan asam

yang ada di dalamnya. Untuk penyimpanan dalam jangka lama sebaiknya sampel

plankton di awetkan dalam larutan formalin 5% dalam air suling. Sampel disimpan

dalam botol yang tertutup rapat pemanfaatan formalin mengawetkan fitoplankton

perlu ditambahkan 5 tetes terusi (CuSO4) agar fitoplankton tetap berwarna hijau.

Sedangkan sampel nanoplankton paling baik difiksasi dan diawetkan dalam lugol

yang ditambah dengan asam asetat dan disimpan pada tempat yang gelap atau tidak

terkena sinar secara langsung. Asam asetat akan mengawetkan flagellum dan silia.

C. Analisis Plankton

Umumnya analisis plankton yang mudah dilakukan adalah pengukuran

biomassa (berat kering, berat basah, atau volume plankton) dan pencacahan plankter.

Biomasa zooplankton diukur dengan metode pemindahan volume air (water

displacement volume), dilakukan dengan meniriskan zooplankton kemudian

dimasukkan ke dalam botol pengukur volume plankton, kemudian botol diisi dengan

air hingga garis batas tertentu di leher botol. Banyaknya air yang diperlukan untuk

Page 17: Makalah Limnologi, Zooplankton

mencapai garis tersebut menunjukkan volume pindahan. Pengukuran biomasa

zooplankton dilakukan dengan cara menuang sampel plankton ke atas selembar jaring

plankton yang telah diketahui volumenya. Selanjutnya jaring yang berisi plankton

dimasukkan ke dalam tabung gelas yang telah diketahui volumenya. Melalui buret,

air dialirkan ke dalam tabung gelas tersebut sampai tanda batas pada leher tabung.

Berkurangnya air di dalam buret akan menunjukkan volume plankton didalam tabung

pengukur. Pengukuran biomassa fitoplankton dilakukan dengan cara mengendapkan

sampel fitoplankton (settling volume). Sampel yang diperoleh dituang ke dalam gelas

ukur dan diendapkan selama 24 jam, kemudian tinggi endapan fitoplankton dicatat.

Volume endapan yang terukur adalah volume fitoplankton (Djumanto at al,.2009).

Masing-masing cara tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Pengukuran biomassa bertujuan untuk mengetahui banyaknya plankton secara

kuantitatif tanpa mengidentifikasi. Ini merupakan cara yang praktis dan sederhana

namun kurang teliti karena sering terbawa materi lain di luar plankton. Pengukuran

volume plankton kurang memberikan informasi yang tepat, oleh karena rongga antara

plankton sering ikut terukur. Pencacahan plankton dengan cara menghitung jumlah

plankter persatuan volume merupakan informasi yang lebih teliti, karena dapat

memberikan gambaran yang lebih pasti mengenai kepadatan plankton di suatu

tempat. Kepadatan plankton dapat digunakan untuk mengetahui penyebaran atau

distribusi plankton dalam suatu area.

D. Pencacahan Plankton

Satu sampel plankton dapat terdiri atas ribuan bahkan jutaan sel atau individu

plankton. Oleh karena itu mencacah seluruh sampel akan membutuhkan waktu yang

lama. Untuk mempermudah umumnya dilakukan pengenceran sampel yang diperoleh

dan diambil sebagian kecil sampel. Tata cara pencacahan seperti ini disebut metode

subsample. Cara pencacahan dengan metode subsampel pada dasarnya dilakukan

dengan mencuplik sebagian kecil (sub sampel) sampel plankton dan dicacah dibawah

mikroskop. Terdapat beberapa cara pencacahan plankton dengan metode subsample.

Page 18: Makalah Limnologi, Zooplankton

1. Cara I

Adapun langkah yang dapat dilakukan pada pencacahan cara I,

1) Menuangkan sampel plankton ke dalam gelas piala bervolume 250 ml.

2) Volume sampel dapat diencerkan menjadi 100-200 ml (bergantung pada

kepekatan sampel) dengan cara menambah atau mengurangi larutan

pengawetnya.

3) Diaduk hingga homogen.

4) Ambil subsampelnya dengan mempergunakan pipet stempel bervolume 0,1

(untuk fitoplankton) atau 2,5 ml (untuk zooplankton).

5) Subsampel dituangkan ke dalam talam pencacah.

6) Talam pencacah yang sering digunakan adalah sedwick –rafter cell untuk

fitoplankton dan Bogorov atau yang sejenis untuk zooplankton.

7) Plankton dicacah dan diidentifikasi di bawah mikroskop dengan perbesaran

sampai 25-200 kali bergantung pada ukuran plankter. Pencacahan dilakukan

dengan cara menghitung seluruh plankter yang tampak pada talam pencacah.

8) Jarum sonde digunakan selama proses identifikasi, untuk membolak-balik

plankton.

Kepadatan plankton dalam sel atau individu per satuan volume dapat diketahui

dengan mempergunakan rumus,

Keterangan:

D = Jumlah plankter per satuan volume

q = Jumlah plankter dalam subsample

f = Fraksi yang diambil (volume subsample per volume sampel)

v = Volume air tersaring

2. Cara II

Pencacahan plankton pada Sedgwick-rafter cell juga dapat dilakukan dengan cara

lain.

Page 19: Makalah Limnologi, Zooplankton

1) Isi penuh Sedgwick-rafter cell dengan sampel plankton dan tutup dengan

cover gelas secara baik sehingga tidak ada rongga udara di dalamnya.

2) Letakkan Sedgwick-rafter cell berisi sampel plankton tersebut di bawah

mikroskop yang lensa okulernya dilengkapi dengan micrometer okuler

whipple.

3) Cacah jumlah plankton dari 10 lapangan pandang teratur dan berurutan.

Pada setiap lapang pandang hitunglah jumlah tiap jenis plankton yang terlihat. Jumlah

plankter persatuan volume dapat ditentukan dengan rumus,

Keterangan:

D = Jumlah plankter per satuan volume

q = Jumlah plankter dalam 10 pandangan

s = Jumlah lapang pandang Sedgwick-rafter cell

lp = Jumlah lapang pandang yang digunakan

p = Volume subsample

v = Volume air tersaring

Apabila terdapat plankter yang terletak pada garis batas okuler micrometer

Whipple di sebelah atas dan di sebelah kiri garis dimasukkan ke dalam perhitungan

sedang pada garis batas bawah dan sebelah kanan tidak. Hal ini bukanlah hal mutlak,

yang terpenting adalah dilakukan secara konsisten.

3. Cara III

Metode subsample pada cara III ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut,

1) Mengambil 0,04 ml sampel yang telah diaduk homogen dengan pipet ukur 1

ml.

2) Subsample diteteskan pada objek glass dan tutup dengan cover glass

berukuran 18x18 mm.

3) Diletakkan dibawah mikroskop, diambil secara acak 20 pandangan yang

meliputi seluruh permukaan cover glass.

Page 20: Makalah Limnologi, Zooplankton

4) Diameter dari pandangan harus ditentukan terlebih dahulu dengan micrometer

okuler.

5) Pada setiap pandangan dihitung semua jenis plankton yang terlihat.

Jumlah plankter dalam satuan volume dapat ditentukan dengan rumus:

Keterangan:

D = Jumlah plankter persatuan volume

q = Jumlah plankter dalam 20 pandangan

p = Volume subsample

c = Luas cover glass (324 mm2)

lp = Luas 20 pandangan (mm2)

v = Volume air tersaring

Cara tersebut sangat tidak praktis dan kemungkinan terjadi kesalahan dalam

perkiraan kepadatan jumlah plankter sangat besar, walaupun pencacahan plankton

tidak dilakukan hanya pada 20 lapang pandang tetapi pada seluruh permukaan cover

glass.

Selain menggunakan talam pencacah dan cover glass seperti yang diuraikan di

atas, pencacahan plankton juga dapat dilakukan dengan menggunakan talam

pencacah lain. Hal penting yang perlu diperhatikan dan diketahui adalah jumlah

volume dan kedalaman talam pencacah tersebut. Selain itu juga harus diketahui

ukuran plankton yang akan dicacah. Zooplankton tidak mungkin dicacah dengan

menggunakan Haemocytometer, Improve Naeubouer, atau Petroff Houser, karena

ukuran rata-rata individu zooplankton relative lebih besar dari 0,2 mm.

Tabel 1. Beberapa jenis alat yang dipergunakan dalam mencacah sel plankton

Page 21: Makalah Limnologi, Zooplankton

Berdasarkan ke-tiga cara pencacahan plankton dapat di ketahui bahwa hal yang

terpenting dan harus diketahui secara pasti adalah,

1. Jumlah volume air yang berhasil tersaring oleh plankton net (dalam liter atau

meter kubik). Sebelum jaring plankton diturunkan, pada bagian tengah mulut

jaring dipasang flow meter untuk mengukur volume air yang tersaring.

Volume air yang tersaring dihitung dengan formula berikut (Djumanto at

al,.2009):

V = R x a x p

Keterangan:

V = volume air tersaring (m3)

R = jumlah rotasi baling-baling flow meter

a = luas mulut jaring (m2)

p = panjang kolom air yang ditempuh untuk satu kali putaran

2. Jumlah volume sampel yang tertampung dalam botol plankton net (dalam

milliliter)

3. Jumlah volume subsample yang diambil (dalam mililiter)

4. Memperhitungkan apabila dilakukan pengenceran terhadap sampel plankton

4. Cara Umum

Apapun tipe talam pencacahannya kepadatan plankter dalam volume tertentu dapat

dihitung dengan mempergunakan rumus berikut,

Keterangan:

D = Jumlah plankter per satuan volume

q = Jumlah plankter dalam subsampel

p = Volume subsample

I = Volume sampel

v = Volume air tersaring

Page 22: Makalah Limnologi, Zooplankton

Contoh: Misalkan volume air tersaring 15 m3, volume sampel 10 ml, volume subsample 1

ml. berdasarkan hasil pencacahan diperoleh jumlah Ceratium focus sebanyak 7 sel

dalam sub sampel. Maka jumlah Ceratium focus m3 dapat diketahui dengan cara:

Perhitungannya:

D = (I/p) q (1/v)

D = (10/1) 7 (1/15)

D = 5 sel/ m3

Gambar 9. Langkah Skematis Pengamatan Jumlah Plankton dalam Subsample

(Sumber: Wardana, 2003)

Sebagai kelengkapan alat bantu, jumlah plankter yang tercacah dalam subsample

dapat dimasukkan dalam data sheet yang dicantumkan pada lampiran 2. Data sheet

dapat disesuaikan dengan tujuan penelitian. Data-data yang dimasukkan ke dalam

Data sheet kemudian dianalisis dengan menghitung indeks-indeks di bawah ini,

1. Indeks Keanekaragaman

Indeks keanekaragaman (H’) digunakan untuk mengetahui kenekaragaman

jenis biota di perairan. Untuk mengetahui indeks keanekaragaman tersebut dapat

dilakukan dengan tiga cara perhitungan (Wardana, Tanpa tahun) yaitu,

1.1 Indeks Keanekaragaman jenis Simpson

Page 23: Makalah Limnologi, Zooplankton

Keterangan:

D = Indeks keanekaragaman Simpson

Pi = Proporsi individu terhadap populasi total

N = Jumlah total Individu

Ni = Jumlah Individu dalam genus ke-i

Nilai indeks keanekaragaman berkisar 0-1, jika indeks mendekati 0 maka nilai

keanekaragamannya rendah dan jika indeks mendekati 1 maka nilai keanekaragaman

tinggi. Kestabilamn ekosistem perairan dinyatakan baik jika mempunyai nilai indeks

keanekaragaman simpson antara 0,6-0,8 (Odum dalam Amanta, 2012).

1.2 Indeks Keanekaragaman jenis Margalef

Keterangan:

α = indeks keanekaragaman;

S = jumlah jenis;

N = jumlah total individu

Nilai “α” menjadi 0 jika semua individu berasal dari satu populasi atau jenis dan

dalam beberapa hal tergantung dari besarnya.

1.3 Indeks Keanekaragaman jenis Shannon & Wiener

Keterangan:

H = jumlah informasi dalam contoh (bits/ind) atau indeks keragaman jenis

pi = ni/N jumlah jenis ke i perjumlah total seluruh jenis, ni = nilai penting setiap spesies, dan

N = total nilai penting;

Indeks keanekaragaman (H’) digunakan untuk mengetahui kenekaragaman

jenis biota di perairan. Kriteria tingkat pencemaran berdasarkan indeks

keanekaragaman (H’) adalah H’ < 1 berarti komunitas biota tidak stabil atau kualitas

α = S−1

log eN

H = − Σ Pi ln Pi

Page 24: Makalah Limnologi, Zooplankton

air tercemar berat, jika nilai tersebut 1 < H’ < 3 dikatakan stabilita komunitas biota

sedang atau kualitas air tercemar sedang, dan H’ < 3 maka stabilitas komunitas biota

dalam kondisi stabil (Fachrull, 2007).

2. Indeks Kemerataan (E)

Sedangkan menurut Djumanto at al,.(2009) indeks kemerataan (E) dapat dihitung

dengan menggunakan rumus,

Keterangan:

E = Indeks kemerataan,

H’ = Indeks Keanekaragaman

H maks = Ln S

S = Jumlah Spesies

Indeks kemerataan (E) digunakan untuk mengetahui pola dari penyebaran

biota plankton dalam suatu kawasan, yaitu merata atau tidak. Jika nilai indeks

kemerataan dari jenis suatu biota relatif tinggi, maka keberadaan dari biota tersebut di

perairan dalam kondisi merata. Nilai indeks berkisar antara 0-1, dengan E ≈ 0 dimana

kemerataan antar spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-

masing spesies sangat jauh berbeda. E = 1, yang berarti kemerataan antar spesies

relatif merata atau jumlah individu masing-masing spesies relatif sama (Fachrull,

2007).

3. Indeks Dominasi (D)

Menurut Odum (1997) dalam Fachrull (2007), menyatakan bahwa untuk

mengetahui indeks dominansi (D) dari kualitas perairan dengan keragaman jenis yang

tinggi, maka kisaran nilainya adalah jika D ≈ 0, maka tidak terdapat spesies yang

mendominansi spesies lainnya atau struktur komunitas dalam keadan stabil. Tetapi

jika D = 1, maka terdapat spesies yang mendominansi spesies lainnya atau struktur

E = H '

log S

E =H’/Hmax

Page 25: Makalah Limnologi, Zooplankton

komunitas labil, karena terjadi tekanan ekologis atau stres. Menurut Djumanto at al,.

(2009) rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks Dominansi (D) yaitu,

Keterangan:

ni = Nilai penting setiap spesies

N = Total nilai penting

Densitas (density) merupakan banyaknya individu yang dinyatakan dengan

persatuan luas, maka nilai itu disebut kepadatan (density). Nilai kepadatan ini dapat

menggambarkan bahwa jenis dengan nilai kerapatan tinggi memiliki pola

penyesuaian yang besar. Kepadatan ditaksir dengan menghitung jumlah individu

setiap jenis dalam kuadrat yang jumlahnya ditentukan, kemudian penghitungannya

diulang ditempat yang tersebar secara acak (Fachrul, 2007).

4. Kelimpahan (N)

Kelimpahan (N) plankton dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah sel

perliter. Dalam pencacahan fitoplankton dihitung persel bukan dalam bentuk

perrangkaian sel dan hasilnya dinyatakan dalam sel perliter, sedangkan untuk

pencacahan zooplankton berdasarkan jumlah individu yang terlihat (Fachrull, 2007).

Kelimpahan plankton dapat dihitung dengan menggunakan rumus,

Keterangan:

N = Jumlah individu plankton genus i/m3

Vr =Volume air tersaring (ml)

Vo= Volume yang diamati (ml)

Vs = Volume air yang disaring (m3)

ni = Jumlah plankton genus i pada volume air yang

diamati (individu)

2.5 Nekton dan Neuston

2.5.1 Nekton

N = n i x (Vr/Vo) x (1 /Vs)

D = Σ (ni/N)2

Page 26: Makalah Limnologi, Zooplankton

Nekton adalah kelompok organisme yang tinggal di dalam kolom air, baik di

perairan tawar maupun laut. Kata “nekton" diberikan oleh Ernst Haeckel tahun 1890

yang berasal dari kata Yunani (Greek) yang artinya berenang. Jadi, nekton dapat

diartikan sebagai organisme perairan yang memiliki kemampuan gerak secara aktif

(berenang) dan tidak bergantung pada arus. Nekton umumnya memakan plankton.

Nekton merupakan organisme laut yang sangat bermanfaat bagi manusia terutama

untuk perbaikan gizi dan peningkatan ekonomi (Wikipedia, 2013). Adapun contoh

dari nekton yang dapat ditemukan di Indonesia yaitu,

1. Ikan

Ikan (Pisces) adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang

hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang

paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Ada

spesies ikan yang hidup di air tawar dan sebagian ikan primer air tawar, misalnya

ikan paru-paru. Jenis ikan tertentu mungkin memiliki periode hidup di laut atau air

payau dan meneruskan hidupnya di air tawar atau sebaliknya. Ikan yang selalu

berpindah hidupnya dari air tawar ke air asin atau sebaliknya dari air asin ke air tawar

sepanjang hidupnya disebut spesies diadromous, misalnya ikan salmon Pasifik dan

sidat air tawar (Sukiya, 2005).

Ikan yang dapat ditemukan di perairan tawar yaitu ikan dari familia Cyrinidae,

Synbranchidae, Cichilidae, Poecilidae, Mugidae, Lutjanidae, Engraulidae, Chandidae,

Hemirampidae, Mugilidae, Heterosomata, Balitoridae, Belontidae, Characidae,

Clariidae, Cyprinidae, Datnioididae, Gobidae, Homalopteridae, Megalopidae,

Anguillidae, Ophichthidae, Sisoridae, Syngbathidae, Scopaenidae, Tetraponidae,

Carangidae, Channidae, Eleotrididedae, Bagridae, Siluridae, Chacidae,

Hemiramphidae, Nandidae, Pristolepididae, Eleotrididae, Luciocephalidae,

Anabantidae, dan Tetraodontidae. Selain jenis ikan juga terdapat jenis Crustaceae

yang tergolong dalam kelompok nekton serta mampu hidup dan beradaptasi

diperairan tawar yaitu Penaeidae dan Portunidae. Spesies hewan dari familia di atas

ditampilkan pada Lampiran 1.

Page 27: Makalah Limnologi, Zooplankton

Gambar 10. Berbagai spesies ikan yang di peroleh dari Sungai Pesanggrahan Hulu (Bogor, Jawa Barat) hingga hilir (Kembangan, DKI Jakarta) (Sumber: Hadi, 2012)

Gambar 11. Udang dan Kepiting

Nemacheilus chrysolaimos Trichogaster trichopterus

Channa striata Carassius auratus

Colossoma macroponum Puntius binotatus

Monopterus albus Clarias gariepinus

Page 28: Makalah Limnologi, Zooplankton

(Wikipedia. 2015 dan Wikipedia. 2015)

2. Hewan lainnya

Kelompok nekton telah dijelaskan sebelumnya sebagai hewan yang mampu

berenang tanpa harus bergantung bergantung pada arus. Dan telah dicontohkan

sebagian besar kelompoknya di dominasi oleh superkelas Pisces. Meskipun demikian,

terdapat beberapa kelompok hewan yang dimasukkan ke dalam kelompok nekton,

yaitu beberapa hewan dari Amphipi dan Reptil, beberapa dari Coleoptera (serangga

larva dan kumbang penyelam), Hemiptera (Dytiscid, dan Notonectid), serta larva dan

pupa Diptera.

Gambar 11. Acilius sulcatus, seekor kumbang penyelam memperlihatkan kaki

belakang yang telah beradaptasi untuk hidup di dalam air(Sumber: Wikipedia, 2015).

1

Page 29: Makalah Limnologi, Zooplankton

Gambar 12. 1) Notonectidae (Sumber: Wikipedia, 2015), 2) larva dan pupa Diptera (Sumber: Evan Shannon & D. Scott Smith, MD, 2013)

2.5.2 Neuston

Neuston adalah istilah untuk organisme yang mengapung di atas air

(epineuston) atau hidup di bawah permukaan ( hyponeuston ). Neustons terdiri dari

beberapa spesies ikan (flying fish), kumbang (whirligig beetle, Familia Gyrinidae),

protozoa, bakteri, laba-laba (fishing spider dan diving bell spider), water strider

(Familia Gerridae) dan strider air berbahu lebar (Familia Veliidae). Istilah neuston

terkadang hanya merujuk pada organisme yang mengambang atau yang bergantung

pada tegangan permukaan untuk mengapung, sedangkan istilah pleuston merujuk

pada organisme yang mengapung akibat daya apung. Oleh karena itu, perbedaan

antara neuston dan pleuston sangat penting untuk dipahami lebih awal. Contoh

pleuston yaitu beberapa Cyanobacteria, beberapa Gastropoda, pakis Azolla dan

Salvinia dan tanaman biji Lemna, Wolffia, Pistia, eceng gondok dan Hydrocharis.

2

Water StriderDiving Bell Spider Water Strider Veliidae

Page 30: Makalah Limnologi, Zooplankton

Gambar 13. Kelompok Neuston(Sumber: Wikipedia, 2015)

2.6 Jenis-jenis vertebrata air

2.6.1 Amphibia (Amfibi)

Amfibi dikenal sebagai hewan yang hidup di dua alam, karena

kemampuannya bertahan hidup baik di darat maupun di air. Tubuh ditutupi kulit yang

selalu basah dan tidak bersisik. Sebagian besar Amfibi mengalami metamorfosis, fase

larva bernapas dengan insang dan hidup di air, setelah dewasa bernapas dengan paru-

paru dan kulit, dan hidup di darat. Jantungnya beruang tiga, terdiri dua atrium

(serambi) dan satu ventrikel (bilik). Pada Amfibi, jenis kelamin terpisah dan

pembiakan bersifat ovipar (bertelur)

Fishing Spider

Protozoa

Flying Fish

Page 31: Makalah Limnologi, Zooplankton

1) Ordo Caudata (Urodela)

Contoh: Megalobatrachus sp.

2) Ordo Salientia (Anura)

Contoh: Bufo terrestris, Rana pipiens

3) Ordo Apoda (Gymnophiona)

Contoh: Ichthyosis glutinosus

2.6.2 Reptilia (Hewan Melata)

Reptilia (hewan melata) berkulit kering, tertutup oleh sisik-sisik atau papan

epidermal. Vertebrae berkembang baik, terbagi manjadi lima bagian, yaitu servikal,

thorakal, lumbar, sacral, dan ekor. Anggota gerak jari-jarinya bercakar, mata

memiliki kelenjar air mata yang menjaga agar mata tetap basah. Reptilia bernapas

dengan paru-paru, di mana strukturnya lebih kompleks daripada paru-paru amfibi.

Jantung beruang empat, terdiri dua atrium (serambi) dan dua ventrikel (bilik).

1) Ordo Chelonia

Contoh: Chelonia myotas (penyu), Chelydra serpentina (kura-kura air tawar)

2) Ordo Crocodilia

Contoh: Crocodylus sp, Alligator sp.

2.6.3 Aves (Burung)

Aves merupakan Vertebrata yang tubuhnya ditutupi bulu, bersayap, dan dapat

terbang. Anggota gerak depan pada Aves berupa sepasang sayap, dan anggota gerak

belakang berupa sepasang kaki yang berfungsi untuk berjalan, bertengger, atau

berenang. Aves yang dapat berenang pada jari-jari kakinya terdapat selaput renang

(selaput interdigital). Mata pada Aves berkembang baik, memiliki membran niktitan.

Respirasinya menggunakan paru-paru, dibantu dengan pundi-pundi hawa (saccus

pneumaticus).

1) Ordo Pelecaniformes

Contoh: Pelecanus occidentalis (pelikan putih), Morus bassana (camar).

2) Ordo Ciconiiformes

Page 32: Makalah Limnologi, Zooplankton

Contoh: osmerodius albus (blekok putih), Ardea herodias (blekok biru),

Phoeniopterus rubber (flamengo).

3) Ordo Anseriformes

Contoh: Anas sp (bebek liar), Anser sp (entok), Cygnus sp (angsa).

2.6.4 Mamalia (Hewan Menyusui)

Mamalia merupakan anggota Vertebrata yang tubuhnya ditutupi rambut.

Mamalia betina mempunyai glandula mammae (kelenjar susu) yang berkembang.

Anggota gerak pada mamalia berfungsi untuk berjalan, memegang, berenang atau

terbang. Pada jari-jarinya terdapat kuku dan cakar. Gigi mamalia berkembang baik,

meliputi gigi seri, taring, geraham (molar). Mamalia bernapas dengan paru-paru,

contoh: Eumetopias jubata (anjing laut) dan Lutrinae (berang berang).

2.7 Identifikasi vertebrata air

1. Amphibia (Amfibi)

ciri-ciri morfologi:

1. Dapat hidup di air dan di darat ataupun tempat-tempat yang lembab

2. Disebut juga hewan yang mempunyai tempat hidup (habitat) di dua alam

3. Hewan bernafas dengan paru-paru dan kulit.

4. Kulit terdiri dari dermis tidak memiliki daun telinga

2. Reptilia (Hewan Melata)

Ciri-ciri morfologi:

1. Kulit kering bersisik dari zat tanduk karena zat kertin

2. Berdarah dingin (porkoliokonal) yakni yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu

lingkungan

3. Alat gerak berupa kaki dan ekor Tidak memiliki daun telinga

3. Aves (Burung)

Cirri-ciri morfologi:

1. Alat penglihatan, alat pendengaran dan alat suara sudah berkembang dengan baik

2. Berdarah panas (homoioteral)

Page 33: Makalah Limnologi, Zooplankton

3. Kulit berbulu

4. Tidak memiliki daun telinga Memiliki sayap

4. Mamalia (Hewan Menyusui)

Cirri-ciri morfologi:

1. Umumnya hidup di daratan, tetapi ada pula yang hidup di air seperti ikan paus,

lumba-luma

2. Berdarah panas

3. Pada kulit terdapat kelenjar keringat dan kelenjar minyak Memiliki daun telinga

2.8 Peranan pada vertebrata air

1. Sumber protein nabati yang tinggi. Contoh: ikan salmon, ikan gurame

2. Sebagai hewan peliharaan. Contoh: ikan mas, ikan koi

3. Sebagai bahan penelitian

4. Sebagai rekreasi/ hiburan. Contoh: kegiatan memancing

5. Digunakan untuk kedokteran sebagai penguat denyut jantung

6. Keperluan praktikum zoologi bagi siswa dan mahasiswa

7. Membantu membinasahkan nyamuk

8. Sebagai natural biological control

Page 34: Makalah Limnologi, Zooplankton

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Sifat zooplankton yaitu mengapung atau melayang dalam perairan dan

keberadaannya terpangaruh oleh arus air.

2. Peranan zooplankton dalam perairan yaitu sebagai kunci tingkat trofik

terendah (fitoplankton) ke tingkatan trofik tertinggi (ikan) dalam rantai

makanan di perairan, zooplankton memiliki peran dalam membawa karbon

dioksida ke perairan dalam karena mereka dapat berenang ke atas dan ke

bawah, selain itu kemelimpahan zooplankton juga menentukan kesuburan

suatu perairan oleh karena itu dengan mengetahui keadaan plankton di suatu

daerah perairan, maka akan diketahui kualitas perairan tersebut.

3. Taksa zooplanton diantaranya, protozoa, Rotifera, Cladocera dan Copepoda.

4. Teknik/metode sampling dapat dilakukan dengan cara kuantitatif dan

kualitatif. Teknik sampling kuantatif merupakan metode sampling dengan

ketelitian tang rendah, karena teknik ini tidak ada perhitungan yang cukup

akurat. Sedangkan teknik sampling kualitatif merupakan teknik dengan

menghitung jumlah plankton persatuan volume.

5. Taksa nekton sebagian besar dari superclass pisces, dan yang lainnya dari

golongan vertebrata, dan serangga dari Hemiptera, Diptera dan Coleoptera.

Familia dari superclass pisces yang sering ditemukan di perairan Indonesia

yaitu familia Cyrinidae, Synbranchidae, Cichilidae, Poecilidae, Mugidae,

Lutjanidae, Engraulidae, Chandidae, Hemirampidae, Mugilidae,

Heterosomata, Balitoridae, Belontidae, Characidae, Clariidae, Cyprinidae,

Datnioididae, Gobidae, Homalopteridae, Megalopidae, Anguillidae,

Ophichthidae, Sisoridae, Syngbathidae, Scopaenidae, Tetraponidae,

Carangidae, Channidae, Eleotrididedae, Bagridae, Siluridae, Chacidae,

Hemiramphidae, Nandidae, Pristolepididae, Eleotrididae, Luciocephalidae,

Page 35: Makalah Limnologi, Zooplankton

Anabantidae, dan Tetraodontidae. Selain jenis ikan juga terdapat jenis

Crustaceae yaitu Penaeidae dan Portunidae. Neuston terdiri dari beberapa

spesies ikan (flying fish), kumbang (whirligig beetle, Familia Gyrinidae),

protozoa, bakteri, laba-laba (fishing spider dan diving bell spider), water

strider (Familia Gerridae) dan strider air berbahu lebar (Familia Veliidae).

6. Jenis-jenis vertebrata yang juga hidup di perairan yaitu dari superkelas

amphibia, reptilia, aves, dan mamalia.

7. Ciri morfologi Amphibia (Amfibi) yaitu hidup di air dan di darat ataupun

tempat-tempat yang lembab, bernafas dengan paru-paru dan kulit, dan

kulitnya terdiri dari dermis tidak memiliki daun telinga. Ciri morfologi

Reptilia (Hewan Melata) yaitu kulit kering bersisik dari zat tanduk karena zat

kertin, berdarah dingin (porkoliokonal) yakni yang suhu tubuhnya

dipengaruhi oleh suhu lingkungan, alat gerak berupa kaki dan ekor tidak

memiliki daun telinga. Ciri morfologi Aves (Burung) yaitu alat penglihatan,

alat pendengaran dan alat suara sudah berkembang dengan baik, berdarah

panas (homoioteral), kulit berbulu, dan tidak memiliki daun telinga Memiliki

sayap. Ciri morfologi Mamalia (Hewan Menyusui) yaitu umumnya hidup di

daratan, tetapi ada pula yang hidup di air seperti ikan paus, lumba-lumba,

berdarah panas, kulitnya terdapat kelenjar keringat dan kelenjar minyak dan

memiliki daun telinga.

8. Peranan vertebrata air yaitu sebagai sumber protein nabati yang tinggi,

sebagai hewan peliharaan, sebagai bahan penelitian, sebagai rekreasi/ hiburan,

digunakan untuk kedokteran sebagai penguat denyut jantung, keperluan

praktikum zoologi bagi siswa dan mahasiswa, membantu membinasahkan

nyamuk, dan sebagai natural biological control.

Page 36: Makalah Limnologi, Zooplankton

DAFTAR PUSTAKA

Ama Rustama, Editor. 1982. Anatomi Ikan, Katak, Kadal, Merpati dan Marmut. Buku Penunjang Seri BI:1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Amanta, Rinaldy., Hasan, Zahidah., Rosidah. 2012. Struktur Komunitas Plankton Di Situ Patengan Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan Unpad

Arinardi et al. 1997. Plankton : Fitoplankton dan Zooplankton. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Bratowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga

Djumanto & Pontororing, Tumpak Sidabutar Hanny. 2009. Pola Sebaran Horizontal dan Kerapatan Plankton di Perairan Bawean. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta LON-LIPI, Jakarta, Universitas Sam Ratu Langi, Manado, Universitas Pattimura, Ambon.

Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Hadi, Nestiyanto. 2012. Penilaian Kesehatan Sungai Pesanggrahan Hulu (Bogor, Jawa Barat) hingga hilir (Kembangan, DKI Jakarta) dengan Metrik Index of Biotic Integrity (IBI). Departemen Biologi Depok.

Kaswadji, R. 2001. Keterkaitan Ekosistem Di Dalam Wilayah Pesisir. Sebagian bahan kuliah SPL.727 (Analisis Ekosistem Pesisir dan Laut). Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor, Indonesia.

Latupapua, Marcus J. J. 2011. Keanekaragaman Jenis Nekton Di Mangrove Kawasan Segoro Anak Taman Nasional Alas Purwo. Tobelo: Politeknik Perdamaian Halmahera

Nontji, Anugrah. 1993. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan.

Nontji, Anugrah. 2008. Plankton Laut. Jakarta : LIPI Press.

Nurudin, Febrian Achmad. 2013. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Sekonyer Taman Nasional Tanjung Putting, Kalimantan Tengah. Universitas Negeri Semarang.

Page 37: Makalah Limnologi, Zooplankton

Nybakken, James W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : Gramedia.

Putra, Rian Eka. 2011. Valuasi Ekonomi Keanekaragaman Hayati Rawa Bento, Kecamatan Gunung Tujuh, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Padang:Universitas Andalas

Shannon, Evan & Smith, D. Scott. 2013. Dengue: The Global Health Challenge. Stanford University

Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Press

Suwono, Hadi. 2011. Limnologi : Konsep Dasar dan Pembelajaran. Malang : Bayumedia Publishing.

Wikipedia, 2015. Kumbang. https://id.wikipedia.org/wiki/Kumbang

Wikipedia, 2015. Notonectidae. https://en.wikipedia.org/wiki/Notonectidae

Wikipedia. 2013. Nekton. (online), https://id.wikipedia.org/wiki/Nekton, diakses tanggal 21 September 2015

Wikipedia. 2015. Neuston. (online), https://en.wikipedia.org/wiki/Neuston, diakses tanggal 21 September 2015

Wikipedia. 2015. Panaeus. (online), https://en.wikipedia.org/wiki/Penaeus diakses tanggal 21 September 2015.

Wikipedia. 2015. Scylla serrata. (online), https://en.wikipedia.org/wiki/Scylla_serrata diakses tanggal 21 September 2015.

Page 38: Makalah Limnologi, Zooplankton

LAMPIRAN 1

Tabel 1. Daftar Spesies Ikan Di Rawa Bento, Kecamatan Gunung Tujuh

Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi

(Sumber: Putra, 2011)

Page 39: Makalah Limnologi, Zooplankton

Tabel 2. Daftar Jenis Nekton Di Mangrove Kawasan Segoro Anak Taman

Nasional Alas Purwo

(Sumber: Latupapua, 2011)

Page 40: Makalah Limnologi, Zooplankton

Tabel 3. Daftar Jenis Ikan Di Sungai Pesanggrahan Bogor, Jawa Barat

(Sumber: Hadi, 2012)

Page 41: Makalah Limnologi, Zooplankton

Tabel 4. Daftar Jenis Ikan Di Sungai Cibareno Kembangan, DKI Jakarta

(Sumber: Hadi, 2012)

Page 42: Makalah Limnologi, Zooplankton

Tabel 5. Daftar Jenis Ikan Di Taman Nasional Tanjung Putting Kalimantan

Tengah

Page 43: Makalah Limnologi, Zooplankton

(Sumber: Nurudin, 2013)

Page 44: Makalah Limnologi, Zooplankton

LAMPIRAN 2

s