Upload
andy-simarmata
View
134
Download
19
Embed Size (px)
DESCRIPTION
MAKALAH Luka Bakar Dan Keracunan
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil
maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman
sekalian, yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar
harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari judul ini ( masyarakat desa dan masyarakat kota )
sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Samarinda,
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. Manfaat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Gejala . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. Klasifikasi Derajat Luka Bakar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
D. Luas Luka Bakar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .
F. Tahapan Perawatan Korban Kecelakan Luka Bakar . . . . . . . . . . . . . .
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Saran-saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
MAKALAHPERAWATAN PADA LUKA BAKAR DAN
KERACUNAN
DISUSUN OLEH
AKADEMI KEBIDANAN MUTIARA MAHAKAM
SAMARINDA
20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa sekarang ini sejalan dengan perkembangan pembangunan diberbagai
bidang terutama bidang industry timbul berbagai masalah baru, hal ini terkait dengan
pencemaran lingkungan oleh limbah buangan dari industry – industry yang semakin
bertambah dari waktu ke waktu. Hal ini akan sangat berpengaruh pada kesehatan
lingkungan. Pencemaran ini terjadi pada perairan, udara dan tanah sebagai akibat dari
adanya berbagai aktivitas di atas. Pertumbuhan kota dengan perkembangan industry yang
mengikutinya telah mendorong timbulnya kesadaran dan pengertian adanya hubungan
timbal balik antara pencemaran, kesehatan umum dan lingkungan. Perkembangan
industry selain dapat meningkatkan kesejahteraan juga tidak jarang merugikan
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari timbulnya pencemaran lingkungan akibat bungan
limbah industry yang umumnya mengandung logam berat.
Keberadaan air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia baik untuk
penggunaan air secara konvensional (air minum, mandi, mencuci dan pengairan) maupun
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu untuk menunjang kegiatan industry
dan teknologi.
Pencemaran air pada saat ini sudah sangat besar dengan peningkatannya yang
relative tinggi. Hal ini dapat dilihat dari berbagai sungai yang berada dikawasan sekitar
industi baik industry kecil, menengah maupun besar yang terdapat di kota – kota besar.
Pencemaran ini dipengaruhi oleh oleh adanya industry – industry yang berkembang di
sekitar aliran sungai atau badan air tersebut. Pembungan bahan buangan kimia maupun
bahan pencemar lainnya ke dalam air akan mempengaruhi kehidupan dalam air. Pada air
sungai yang telah tercemar terjadi penurunan kualitas air dan tentunya akan sangat
membahayakan bila dikonsumsi maupun digunakan untuk bidang pertanian.
Pencemaran yang diakibatkan oleh logam – logam berat akan memberikan
pengaruh yang negative terhadap kesehatan. Beberapa macam logam berat sangat beracun
terhadap tanaman, hewan, dan manusia. Logam – logam tersebut bersifat tahan lama
dalam waktu yang lama pula, bahkan ada juga logam beracun yang tidak dapat dikenali
baik dari warna maupun baunya. seperti arsenik dan berbagai senyawanya. Hal ini
tentunya sangat membahayakan karena sebagian logam tersebut telah dipergunakan
secara luas sebagai pestisida dan disebarkan ke tata lingkungan sebagai pembuangan
industry yang tidak diketahui. Jika hal ini dibiarkan tentunya akan sangat merugikan
masyarakat karena bisa menyebabkan terjadinya keracunan yang dapat menyebabkan
kesakitan bahkan kematian.
Jenis limbah logam berat yang akan dibahas dalam makalah ini adalah Arsen
(As). Arsen atau arsenik yang sering diketahui sebagai salah satu limbah yang berbahaya
dan beracun merupakan bahan pencemar yang banyak terdapat di alam sebagai suatu
unsure alami. Selain terdapat secara alami di alam, Arsen atau Arsenic juga ditemukan
dalam bentuk limbah buangan dari industry – industry yang mencemari sungai – sungai
yang mengalir sepanjangderah pemukiman penduduk. Arsenic ini dikenal sebagai bahan
pencemar karena kandungannya yang terdapat dalam sungai atau badan air melebihi nilai
ambang batas yang telah ditentukan dan membahayakan untuk dikonsumsi makhluk
hidup.
Kasus keracunan yang disebabkan oleh arsen ini terutama dapat ditemukan
di Bangladesh. Keracunan arsenic yang terjadi di Bangladesh tersebut disebabkan
karena masyarakat mengkonsumsi air yang telah terkontaminasi oleh arsen dari
sumur yang dibuat Pemeritah untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Hal ini
tentunya perlu menjadi pelajaran bagi Pemerintah sebelum membuat kebijakan
maupun keputusan yang berwawasan lingkungan, sebab jika salah dalam
mengambil kebijakan dan tindakan maka akan menimbulkan kerugian bagi
mayarakat. kecelakaan akibat tersiram air/ minyak panas bisa terjadi kapan saja,
terutama di dapur dan bisa mengenai siapa saja anggota keluarga.
Apabila kecelakan seperti ini terjadi mungkin akan mengakibatkan kita
menjadi panic, apalagi sambil mendengar korban menangis atau merintih,
sehingga dengan kepanikan itu kita akan memberikan obat apa saja yang ada,
yang tak kita tahu kwasiatnya. Pengobatan yang sembarangan bisa saja akhirnya
kita sesali karena buka tambah membuat korban sembuh malah bisa membuat
luka semakin terasa sakit. Pada umumnya luka akibat terkena siraman minyak/air
panas membuat kulit terasa panas dan terbakar. Untuk itu perlulah pertolongan
pertama pada luka ini, caranya : ambilah/ belilah beberapa botol cuka ( cuka yang
biasa untuk membuat acar ) kemudian siramkan berulang-ulang pada bagian
badan yang tersiram hingga rasa panasnya berkurang, setelah itu segeralah
membawa korban pada tempat pengobatan terdekat.
Dalam keseharian kita, seringkali berhubungan dengan hal-hal yang
membahayakan. Contohnya saja para ibu rumah tangga yang setiap hari bekerja di
dapur untuk menyiapkan makanan bagi seluruh anggota keluarga. Yang mereka
kerjakan sangat berisiko menimbulkan kecelakan jika tidak dilakukan dengan
hati-hati. Karena sudah banyak kasus adanya kecelakaan yang berakibat luka
bakar terjadi di dapur. Mulai tersiram air panas, atau terkena minyak, apalagi
sekarang ini marak terjadinya peledakan tabung gas dan masih banyak lagi yang
lain. Mungkin bagi korban yang luka bakarnya masih ringan tidak perlu terlalu
cemas, tapi bagaimana dengan yang luka bakarnya tergolong berat, apa yang
harus dilakukan untuk menanganinya? Apalagi tidak sedikit penderita luka bakar
yang tidak tertolong jiwanya. Nah, kali ini kita akan belajar bersama-sama tentang
luka bakar ini. Apa yang harus dilakukan pada penderita luka bakar, dan mengapa
penderita luka bakar bisa sampai kehilangan nyawa, semuanya akan kita bahas
dalam artikel kita kali ini.
Luka bakar adalah terpaparnya tubuh manusia oleh zat yang bersuhu
tinggi atau yang dapat memicu suhu tinggi, baik karena reaksi kimia maupun
reaksi fisika, misalnya api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi. Jenis luka
yang ditimbulkan dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda
tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan
komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringan
otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan
kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan.
B. TUJUAN
1. Mengetahui sejarah sifat –sifat dan kegunaan Arsenic.
2. Mengetahui dampak dari keracunan arsen (As) dan persenyawaannya terhadap
kesehatan manusia.
3. Mengetahui penolongan pertama pada luka bakar
C. MANFAAT
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yakni:
1. Memberikan gambaran umum tentang sejarah, sifat – sifat dan kegunaan
Arsen dalam kehidupan sehari – hari beserta dampak keracunan arsenic (As)
dan persenyawaannya terhadap kesehatan manusia.
2. .Mengembangkan pengetahuan mahasiswa akan sejarah, sifat – sifat dan
kegunaan Arsen dalam kehidupan seahari – hari beserta dampak keracunan
arsenic (As) dan persenyawaannya terhadap kesehatan manusia.
3. Memberikan gambaran umum tentang penanganan pada luka bakar
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Arsenik dan senyawa arsenik digunakan sebagai pestisida, herbisida dan
insektisida dan beragam aloy. Unsure arsenik ditemukan pada sekitar tahun 1250 oleh
Albertus Magnus. Kata arsenic berasal dari bahasa Persia: Zarnik yang berarti “orpiment
kuning”. Zarnik berasal dari bahasa Yunani sebagai arsenikon. Arsenic dikenal dan
digunakan di Persia dan banyak tempat lainnnya sejak zaman dahulu. Bahan ini sering
digunakan untuk membunuh dengan gejala keracunan yang sulit untuk dijelaskan.
Beberapa metode untuk mendeteksi keberadaan arsenic telah dilakukan sejak sekitar abad
ke 18. Namun pada tahun 1836 ditemukan metode yang lebih akurat untuk mendeteksi
berbagai arsen, yakni metode Uji Marsh, yang mana metode ini merupakan uji kimia
sensitive dengan mencampurkan sampel berisi arsen dengan logam seng dan asam sulfat.
Metode ini sering digunakan untuk menemukan keberadaan berbagai arsen dalam tubuh
manusia hingga sekarang. Karena sering digunakan oleh para penguasa untuk
menyingkirkan lawan-lawannya dan karena daya bunuhnya yang luar biasa serta sulit
dideteksi, arsenik disebut Racun para raja, dan Raja dari semua racun.
Dahulu, arsenic sering digunakan pada pembuatan alat – alat perunggu untuk
membuat campuran alat tersebut dapat menjadi lebih keras. Selain itu, warangan yang
sering digunakan sebagai bahan pelapis permukaan keris, mengandung bahan utama
arsen. Arsen membangkitkan penampilan pamor keris dengan mempertegas kontras pada
pamor.
Pada zaman Ratu Victotria di Britania Raya, arsenic dicampurkan dengan
cuka dan kapur lalu dimakan oleh kaum perempuan untuk meningkatkan
penampilan wajah Mereka, penelitian Jones (2000), lebih dari 90 persen air tanah
di Bangladesh mengandung hampir 50 ppb arsenic. Hal ini berarti kandungan
arsenic dalam air tanah di Bangladesh lima kali lipat di atas ambang batas
amannya. Hingga akhir tahun 2000, telah terdeteksi sekitar 25 juta orang terpapar
arsenic di 59 distrik. Kasus terbaru yang memiliki gejala keracunan serupa arsenic
adalah kasus Teluk Buyat di Minahasa pada tahun 2004. Sejauh ini belum
ditemukan adanya indikasi kemungkinan pencemaran arsenic pada sumber air
lain, seperti air hujan dan air permukaan sungai, atau danau. jangka waktu lama,
seperti meminum air terkontaminasi arsenic, dapat menyebabkan nafas berbau, keringat
berlebih, otot lunglai, perubahan warna kulit (menjadi gelap atau hiperpigmentasi
kulit), penyakit pembuluh tepi, parestesia tangan dan kaki (gangguan saraf),
blackfoot disease, kanker kulit, dermatitis, penyakit ginjal. Pemaparan arsenic
pada manusia sering disebut sebagai arsenicikosis. Penduduk yang terpapar
memiliki berbagai gejala seperi yang ada di atas. Secara khusus, gejala-gejala
arsenicikosis terbagi menjadi gejala stadium primer, sekunder dan tersier.
B. GEJALA
1. Stadium Primer
Melanosis yang Keratoris : Penggelapan warna kulit atau munculnya spot –spot
hitam yang lama kelamaan semakin merata ke seluruh tubuh. Pengerasam dan
penebalan kulit pada tangan yang menyebebkan tangan menjadi kasar.
Konjungtivitis : Mata merah
Bronkitis : infeksi saluran pernapasan
2. Stadium Sekunder
Leuko-melanosis : Munculnya spot hitam dan spot pemutih
Pada seluruh tubuh Hiperkeratosis: Munculnya area kasar dan tidak rata pada
telapak tangan dan telapak kaki
Edema: Pembengkakan pada kaki
Periferal neuropati: berkurangnya sensitivitas saraf penerima rangsangan
Ginjal dan hati: muncul berbagai kompilkasi, termasuk kanker hati dan
hepatitis khususnya hepatitis B.
3. Stadium Tersier
Gangren : Neuronekrosis (pengapuran saraf) dan pembususkan pada anggota
badan.
Kanker : kanker pada hati, kandung kemih, dan paru – paru serta gagal hati
dan ginjal.
Gastroenteritis : pusing, mual, muntah dan lemah
Dalam kasus keracunan yang terjadi di Bangladesh, air sumur yang telah
terkontaminasi oleh arsen telah menimbulakan banyak penderitaan bagi warganya. Sumur
yang digunakan bertahun – tahun telah mengkibatkan timbulnya berbagai penyakit yakni
antara lain: penyakit gangguan sistem pernapasan, kelainan gastrointestinal, kanker kulit,
gangguan pada saraf, penyakit paru obstruktif. Fakta bahwa sebagian besar air tanah di
bumi mengandung arsenic memang mengejutkan. Meskipun sebagian besar tidak
melewati ambang batas aman yang ditentukan WHO, kesadaran dan kewaspadaan
masyarakat harus mulai dibangun.
Kontaminasi arsenic dalam tubuh terjadi secara kronis, dengan kata lain, arsenic
bersifat akumulatif di dalam tubuh. Dosis mematikan (lethal dose) arsenic trioksida di
dalam tubuh adalah 200-300 mg, sedangkan lethal dose arsenic murni adalah 2 mg.
Kontaminasi arsenic di dalam tubuh dapat terjadi selain melalui air tanah dan udara, dapat
juga melalui bahan pangan, baik karena kandungan alami maupun karena proses
pengolahan yang melibatkan air terkontaminasi arsenic.
Arsenic yang masuk ke dalam tubuh tidak seluruhnya terakumulasi di dalam
tubuh. Kandungan arsenic di dalam tubuh akan meningkat tajam sesaat setelah
mengonsumsi bahan pangan yang mengandung arsenic dalam jumlah besar. Terdapat
beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa tubuh memiliki mekanisme tertentu untuk
mengeluarkan kelebihan arsenic. Pada hari pertama, tubuh akan mengeluarkan sekitar 28
persen arsenic terserap melalui urin dan sekitar 2,5 persen melalui feses. Hal ini akan
berlangsung secara simultan selama kira-kira sepuluh hari. Pada akhir hari kesepuluh,
kandungan arsenic di dalam tubuh akan mendekati 0 persen. Kandungan arsenic rata- rata
pada urin orang normal adalah 0,0 - 0,06 mg/liter. Arsenic yang terakumulasi di dalam
tubuh, umumnya terdeposit pada rambut, kuku, kulit, dan hati. Kandungan normal arsenic
pada orang normal adalah maksimum 1 mikrogram per gram berat jaringan basah.
Kompensasi dari terpaparnya manusia oeh arsenic akibat meminum air yang mengandung
arsenic di atas ambang batas atau menghirup arsenic dari udara yang tercemar adalah
kanker, terutama kanker paru-paru dan hati. Mekanisme kanker terjadi secara kronis dan
dapat terbentuk akibat paparan arsenic selama beberapa waktu.
Pada kasus di Saxony, kematian massal terjadi setelah korbannya terpapar arsenic
selama dua bulan. Gejala awal yang terjadi adalah iritasi pada batang tenggorokan,
disusul oleh laringitas atau peradangan pada rongga tenggorokan (laring), serta
peradangan trakea. Gejala selanjutnya adalah bronkopneumonia yang merupakan
peradangan selaput pembungkus paru-paru. Peradangan akan mempercepat pembentukan
kanker pada paru-paru. Arsenic diduga dapat berikatan dengan protein dan atau lemak
sehingga menimbulkan kesalahan metabolisme atau lisis dan lesi. Kelebihan arsenic di
dalam tubuh umumnya akan menumpuk pada hati dan kantong empedu. Kanker hati
terjadi jika penumpukan arsenic menyebabkan degradasi lemak dan protein penyusun
jaringan organ tersebut.
C. Klasifikasi derajat luka bakar
Luka bakar derajat 1 (luka bakar superficial)
Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar derajat ini
ditandai dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh tanpa jaringan
parut dalam waktu 5 – 7 hari.
Luka bakar derajat 2 (luka bakar dermis)
Luka bakar derajat 2 mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada element
epitel yang tersisa, seperti sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar
keringat, dan folikel rambut. Dengan adanya sisa epitel yang sehat ini,
luka dapat sembuh sendiri dalam 10 – 21 hari. Oleh karena kerusakan
kapiler dan ujung syaraf di dermis, luka derajat ini tampak lebih pucat dan
lebih nyeri dibandingkan luka bakar superficial, karena adanya iritasi
ujung syaraf sensorik. Juga timbul bula berisi cairan eksudat yang keluar
dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meninggi. Luka bakar
derajat 2 dibedakan menjadi:
Derajat dua dangkal , dimana kerusakan mengenai bagian
superficial dari dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan
dalam 10- 14 hari
Derajat dua dalam , dimana kerusakan mengenai hampir seluruh
bagian dermis. Bila kerusakan lebih dalam mengenai dermis,
subyektif dirasakan nyeri. Penyembuhan terjadi lebih lama
tergantung bagian dari dermis yang memiliki kemampuan
reproduksi sel-sel kulit ( epitel, stratum germinativum, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea dan sebagainya) yang tersisa. Biasanya
penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
Luka bakar derajat 3
Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit, mungkin
subkutis, atau organ yang lebih dalam. Oleh karena tidak ada lagi elemen
epitel yang hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan
cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi memeberikan gambaran luka
bakar berwarna keputihan, tidak ada bula dan tidak nyeri.
D. Luas luka bakar
Penentuan luas luka bakar pada kulit adalah penting pada kasus – kasus
dimana kematian terjadi lambat oleh karena luas dan derajat luka bakar sangat
penting pengaruhnya terhadap prognosis dan managemen pengobatannya. Untuk
perhitungan luas luka bakar secara tradisional dihitung dengan menggunakan
`Rule of Nines` dari Wallace. Dikatakan bahwa luka bakar yang terjadi dapat
diindikasikan sebagai presentasi dari total permukaan yang terlibat oleh karena
termal injury. Bila permukaan tubuh dihitung sebagai 100 %, maka kepala adalah
9 %, tiap – tiap ekstremitas bagian atas adalah 9 %, dada bagian depan adalah 18
%, bagian belakang adalah 18 5, tiap-tiap ekstremitas bagian bawah adalah 18 %
dan leher 1 %.
Rumus tersebut tidak dapat digunakan pada anak dan bayi karena relatif luas
permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih
kecil. Oleh karena itu, digunakan `Rule of ten` untuk bayi dan `Rule of 10-15-20`
dari Lund and Browder untuk anak. Dasar presentasi yang digunakan dalam
rumus tersebut adalah luas telapak tangan dianggap seluas 1. %
Derajat dan luas luka bakar tergantung pada banyak faktor seperti jarak korban
dengan api, lamanya eksposure, bahkan pakaian yang digunakan korban pada
waktu terjadinya kebakaran. Komposisi pakaian dapat menentukan derajat
keparahan dan luasnya luka bakar. Kain katun murni akan mentransmisi lebih
banyak energi thermal ke kulit dibandingkan dengan bahan katun polyester.
Bahan katun terbakar lebih cepat dan dapat menghasilkan luka bakar yang besar
dan dalam. Bila bahan yang dipakai kandungan poliesternya lebih banyak akan
menyebabkan luka bakar yang relatif ringan atau kurang berat. Bahan rajutan akan
menghasilkan daerah luka bakar yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan
bahan pintalan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bila bahan yang dipakai
bertambah berat maka daerah yang terbakar akan berkurang. Selain itu derajat
luka bakar akan berkurang bila pakaian yang dipakai korban ketat dan
mengelilingi tubuh.
E. Tahapan Perawatan Korban Kecelakaan Luka Bakar
Sebagaimana telah diungkapkan, akibat yang ditimbulkan oleh kecelakaan
luka bakar dipastikan begitu dahsyat dan membutuhkan perawatan yang sangat
serius dan komprehensif. Adapun tahapan perawatan terhadap korban kecelakaan
luka bakar yang dimaksud adalah meliputi tahapan sebagai berikut:
Tahap 1 : Fase Resusitasi / Fase Kritis
Tahap ini berlangsung sekitar 2 - 6 minggu sesuai dengan kondisi luka
bakar dan kondisi penyerta lainnya. Pada tahap ini penderita dengan luka
bakar berat akan dirawat di ruang ICU Luka Bakar. Tujuan utama tahap
ini adalah mempertahankan hidup penderita.
Tahap 2 : Fase Penyembuhan Luka
Tahap penyembuhan luka sangat dipengaruhi oleh derajat dan luas area
luka bakar serta ketepatan dalam pola perawatan luka bakar. Perawatan
luka bakar diseluruh dunia dibagi dalam dua kriteria besar:
Perawatan Luka Bakar secara Terbuka, Perawatan secara terbuka
dilakukan dengan tidak menutup luka bakar tersebut. Perawatan
secara terbuka ini kurang sesuai untuk kondisi di Indonesia karena
tingginya kelembaban udara memudahkan timbulnya infeksi pada
luka bakar yang dirawat secara terbuka. Selain itu perawatan luka
secara terbuka memudahkan penguapan yang akan berakhir dengan
mudah terjadinya dehidrasi berulang
Perawatan Luka Bakar secara Tertutup, Perawatan dilakukan
dengan menutup luka bakar. Keuntungan dengan cara ini adalah
berkurangnya penguapan dan memperkecil kemungkinan infeksi
dengan mengurangi pemaparan terhadap mikroorganisme
Tahap 3 : Fase Pengembalian Fungsi Anggota Gerak
Fase ini dilakukan untuk mengindari terjadinyagangguan fungsi pada
anggota gerak setelah luka bakar sembuh atau kering (tertutup epitel) baik
secara tumbuh sendiri atau setelah dilakukan tandur alih kulit, diantaranya
adalah dengan melakukan Fisiotheraphy.Jika terjadi gangguan fungsi
anggota gerak biasanya akan dilakukan upaya dengan membuang skar dan
keloid yang mengganggu gerakan. Luka baru yang terbuka dan terbentuk
karena tindakan ini akan ditutup dengan tandur alih kulit dengan ketebalan
yang mencukupi yang biasanya diambil dari lipat paha penderita.Untuk
pencegahan pembentukan skar yang tebal dan kontraktur setelah luka
bakar kering dapat dipasangkan pressure garment(pakaian yang dapat
menekan dengan kekuatan tertentu) yang dipakai oleh pasien antara 8-12
jam / hari
Tahap 4 : Fase Estetika/ Penampilan
Fase ini merupakan hal terakhir dan tersulit pada pasien luka bakar, karena
setipis dan sekecil apapun luka bakar akan menimbulkan bekas yang sulit
dihilangkan dan akan membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk
menyamarkan bekas tersebut. Hendaknya sudah diantisipasi dan
dipersiapkan sejak awal penderita mengalami luka bakar ini. Beberapa
yang dapat dilakukan setelah luka kering dengan memberikan sediaan
yang menghambat terjadinya keloid (beberapa sediaan seperti Mederma,
Kenacort, Silgel) dengan berbagai komponen yang berbeda, sampai saat
ini belum memberikan hasil seperti yang diharapkan. Penelitian terakhir
menuju ke arah pencarian Mormon yang terdapat di dalam janin yang
dapat menyembuhkan luka tanpa menimbulkan bekas.
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus Pencemaran air yang disebabkan oleh arsen (Arsenik, As) telah banyak
menimbulkan penderitaan bagi masyrakat. Masalah – masalah kesehatan
bermunculan mulai dari penyakit akut sampai dengan kronis. Tidak sedikit manusia
yang menjadi korbannya sehingga sangat diperlukan kewaspadaan dan kesadaran dari
masyarakat dan pemerintah untuk lebih peka terhadap zat – zat pencemar yang telah
banyak mencemari sungai – sungai yang ada di sekitar daerah permukiman. Salah
satu zat atau bahan pencemar /kontaminan yang dikenal sebagai bahan berbahaya dan
beracun adalah arsen atau arsenic (As).
Arsenic banyak ditemukan di alam sebagai unsure alami. Arsenic ini sering
dijumpai pada daerah yang alluvial atau daerah sungai yang berlumpur dan kaya
bahan organic. Arsenic ditemukan pada tahun 1250 oleh Albertus Magnus. Sepanjang
sejarahnya, arsenic banyak digunakan oleh para raja sebagai senjata untuk membunuh
lawannya. Karena sifat racunnya yang tinggi maka tidak heran hal tersebut masih
dapat dijumpai hingga sekarang ini. Arsenic sebagai bahan penceamar/kontaminan,
sangat berbahaya bila dikonsumsi oleh manusia karena dapat menimbulkan berbagai
penyakit bahkan kematian. Paparan yang terjadi dapat berlangsung secara akut dan
kronis. Secara akut, keracunan terjadi bila seseorang mengkonsumsi secara berlebih
air yang terkontaminasi oleh arsen sedangkan paparan secara kronis terjadi bila
seseorang meminum air yang telah terkontaminasi arsen secara terus menerus dalam
selang waktu yang cukup lama.
Penyakit yang disebabkan oleh arsen ini disebut sebagai arsenicikosis dengan
berbagai gejala. Umumnya gejala dari penyakit ini adalah berupa diare,
hiperpigmentasi kulit dan dermatitis yang dapat mengarah pada kanker. Selain itu,
ditemukan juga gangguan pada saraf, kelainan sistem pernapasan dan pencernaan,
serta kegagalan fungsi hati dan ginjal.Arsenik masuk ke dalam tubuh melalui saluran
pencernaan makanan, saluran pernafasan serta melalui kulit walaupun dengan jumlah
yang sangat terbatas. Dalam tubuh arsenic diakumulasi walau tidak seluruhnya dan
dideposit pada rambut dan kuku dan hati. Menurut WHO, nilai ambang batas untuk
arsen adalah 10 ppb (part per billion). Selain dikenal sebagai bahan yang baracun,
arsenic dan senyawanya memiliki kegunaan atau manfaat, antara lain; sebagai bahan
Insektisida dan rcun di bidang pertanian, sebagai bahan laser untuk mengkonversi
listrik ke cahaya koheren secara langsung, sebagai bahan campuran untuk
mengeraskan logam lain dan Gas arsen serta komponen arsenik lainnya seringkali
digunakan dalam industri mikroelektronik dan industri bahan gallium arsenide.