Upload
amy-reyes
View
193
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
manajemen
Citation preview
Makalah Manajemen
MANAJEMEN PENGELOLAAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM
PUTIH (Pleurotus ostreatus)
Disusun Oleh:
PUTRI DIANA (3425102438)
BIOLOGI 2010
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan anugrah yang diberikan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini penulis susun untuk pemenuhan
tugas mata kuliah Dasar-Dasar Manajemen dan pemahaman lanjutan mengenai
pengaplikasian manajemen pengelolaan dalam membuat suatu usaha berbasis Biologi.
Makalah ini dapat dijadikan pengetahuan tambahan untuk Mengelola budidaya jamur tiram
putih (Pleurotus ostreatus). Makalah ini disusun berdasarkan refrensi dari beberapa buku
dan situs internet.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu, Ibu Elsa Lisanti yang
telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini. Terima kasih juga penulis hanturkan
kepada teman-teman, sahabat, dan keluarga yang memberikan dukungan moril dan materil,
saran, refrensi dan kritik. Penulis sadar makalah ini masih banyak kekurangannya, saran dari
pembaca kami butuhkan untuk revisi dan tinjauan kembali dari makalah ini. Sebelumnya
penulis ucapkan terima kasih kepada pembaca yang bersedia meluangkan waktunya untuk
membaca makalah ini.
Hormat saya
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ............................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................... 2
DAFTAR ISI ............................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................... 5
1.2 Tujuan ............................................... 5
1.3 Manfaat ............................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Jamur ............................................... 7
2.2 Morfologi Jamur Tiram Putih ............................................... 7
2.3 Kandungan Nutrisi Jamur Tiram
Putih
............................................... 9
2.4 Manfaat Jamur Tiram ............................................... 10
2.5 Teknik Budidaya Jamur Tiram ............................................... 16
2.5.1 Sarana Produksi Jamur Tiram
Putih
............................................... 10
2.5.2 Bibit Jamur Tiram Putih ............................................... 16
BAB III. ANALISIS MANAJEMEN
3.1 Langkah-langkah manajemen yang
dilakukan dalam mengelola jamur
tiram
............................................... 21
3.1.1 Membuat tim manajemen
usaha kecil
............................................... 21
3.1.2 Menentukan tujuan dari
budidaya atau usaha yang
dilakukan
............................................... 22
3.1.3 Menentukan prospek pasar ............................................... 22
3
3.1.4 Menentukan kebutuhan dan
kecenderungan pasar
............................................... 23
3.2 Proyeksi pengembangan usaha ............................................... 24
3.3 Membuat rancangan analisis keuangan ............................................... 25
3.4 Contoh manajemen pengelolaan ............................................... 27
3.5 Faktor Penghambat dan pendukung
dalam melakukan usaha
............................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................... 30
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi yang cukup besar untuk
mengembangkan produk-produk pertanian, mencakup usahatani, tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan untuk mewujudkan
swasembada ketahanan pangan. Peningkatan kebutuhan produk hortikultura menuntut adanya
suatu cara yang dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi holtikultura.
Jamur merupakan salah satu jenis produk hortikultura yang dapat dikembangkan dan
diarahkan untuk dapat memperbaiki keadaan gizi masyarakat. Jamur tiram merupakan
makanan yang aman untuk dikonsumsi karena penggunaan pestisida dan bahan-bahan kimia
relatif sedikit. Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur yang memiliki keunggulan
bila dibandingkan dengan tanaman lain karena dapat tumbuh pada media berupa
limbah lignoselulosa, penggunaannya dalam proses fermentasi tidak membutuhkan input
yang mahal dan merupakan sumber protein nabati yang tidak mengandung kolesterol
sehingga aman untuk dikonsumsi setiap orang.
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang telah dibudidayakan secara meluas di
Indonesia, khususnya di daerah dataran tinggi karena jamur tiram putih tingkat
pertumbuhannya lebih tinggi pada daerah beriklim dingin dan kelembaban yang tinggi.
Peluang pasar domestik jamur tiram putih masih potensial, ditinjau dari populasi penduduk
Indonesia yang demikian besar dan tersebar di beberapa provinsi disertai dengan
berkembangnya industri pengolahan, pariwisata, terkait di dalamnya industri perhotelan,
restoran dan rumah makan, maka peluang pemasaran produk jamur tiram putih di dalam
negeri dan ekspor memberikan prospek yang cerah.
1.2 TujuanTujuan dari manajemen pengelolaan budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)
adalah:1. Membuat perencanaan mengelola budidaya jamur.2. Mengetahui langkah-langkah mengelola budidaya jamur
5
1.3 ManfaatManfaat makalah manajemen pengelolaan budidaya jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus) adalah:1. Sebagai referensi penelitian selanjutnya2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam mengelola usaha budidaya jamur
tiram putih (Pleurotus ostreatus).
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Jamur
Jamur termasuk ke dalam kerajaan (kingdom) fungi. Jamur merupakan
organisme eukariota karena inti selnya mempunyai inti sejati, dinding sel jamur terdiri dari
zat khitin, tubuh atau soma jamur terdiri dari hifa yang berasal dari spora, jamur digolongkan
sebagai tumbuhan heterotrofik karena jamur tidak mempunyai klorofil sehingga tidak dapat
menghasilkan makanannya sendiri secara fotosintesis, oleh karena itu jamur mengambil zat-
zat makanan dengan menyerap hasil penguraian materi organik (Gunawan, 2001).
Menurut Tapa Darma (2002), jamur mengalami fase vegetataif dan generatif dalam
perkembangbiakannya. Menurut sub kelasnya jamur dibedakan menjadi dua, yakni
Ascomycetes dan Basidiomycetes. Jamur dari subkelas Basidiomycetes lebih mudah diamati
karena ukuran tubuh buahnya cukup besar, sedangkan Ascomycetes berukuran sngat kecil
(mikroskopis).
2.2 Deskripsi Jamur Tiram Putih
Jamur tiram dikenal pula dengan nama populer Oyster Mushroom. Menurut Muchrodi
(2001), disebut jamur tiram (Pleurotus ostreatus [Jacq. Ex. Fr] Kummer) karena bentuk
tudung membulat, lonjong, dan agak melengkung seperti cangkang tiram.
Ciri jamur tiram yaitu:
- tudungnya yang menyerupai cangkang tiram dengan diameter 5-15 cm,
- permukaannya licin dan agak berminyak ketika lembab.
- bagian tepinya agak bergelombang, letak tangkai lateral agak disamping tudung dan
daging buah berwarna putih Pleurotus spp.
- dapat tumbuh di kayu-kayu lunak dan dapat tumbuh pada ketinggian 600 meter dpl,
dengan suhu 15º-30ºCelcius.
- berkembang pada pH 5,5- 7 dan kelembaban 80 persen – 90 persen.
- spesies ini tidak memerlukan intensitas cahaya tinggi karena akan merusak miselia
jamur dan tubuh buah jamur.
- Jamur tiram termasuk organisme yang bersifat saprofit yaitu hidup pada bahan
organik yang sudah mati seperti kayu lapuk
7
Klasifikasi lengkap pleurotus spp. menurut Cahyana (1997) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Mycetea
Divisio : Amastigomycotae
Phylum : Basidiomycotae
Kelas : Hymenomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Pleurotaceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus ostreatus
Gambar 1. Pleurotus ostreatus
Gambar 2. Siklus hidup jamur tiram putih
8
2.3 Kandungan Nutrisi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu yang sangat
baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita rasa yang khas, jamur tiram juga
memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur tiram mengandung protein sebanyak 19 – 35 % dari
berat kering jamur, dan karbohidrat sebanyak 46,6 – 81,8 %.Selain itu jamur tiram
mengandung vitamin atau vit. B1, riboflavin atau vit. B2, niasin, biotin serta beberapa
garam mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K dalam komposisi yang seimbang.
Jamur tiram mengandung 9 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia yaitu:
1. Lisin
2. Metionin
3. Triptofan
4. Threonin
5. Valin
6. Leusin
7. Isoleusin
8. Histidin
9. Fenil alanin
Bila dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan proteinnya 18,2 gram,
lemaknya 25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0 gram, maka kandungan gizi jamur masih
lebih lengkap sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur merupakan bahan pangan masa
depan. Selain itu Jamur tiram memiliki kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan dengan
bahan makanan lain seperti jamur merang, jamur kuping, daging sapi, bayam, kentang, kubis,
seledri, buncis dll. Jamur tiram memiliki kandungan protein dan karbohidrat yang tinggi
tetapi rendah lemak.
Tabel 1. Kandungan nutrisi dalam 100 gram jamur tiram
9
2.4 Manfaat Jamur Tiram
Jamur tiram bermanfaat dalam pengobatan seperti:
- Menurunkan kolesterol darah.
Konsumsi jamur tiram selama 3 minggu dapat menurunkan kadar kolesterol hingga
40%. Jamur mengubah selulosa menjadi polisakarida yang bebas kolesterol
sehingga orang yang mengkonsumsinya terhindar dari resiko terkena serangan
stroke.
- Menyembuhkan hipertensi
- Mencegah penyakit diabetes mellitus
- Mempercepat pengeringan luka pada permukaan tubuh, menambah vitalitas dan
daya tahan tubuh
- Mencegah penyakit tumor atau kanker, kelenjar gondok, influenza
- Memperlancar buang air besar.
2.5 Teknik Budidaya Jamur Tiram Putih
Dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih, beberapa tahap berikut perlu diperhatikan,
seperti :
2.5.1 Sarana Produksi Jamur Tiram Putih
Menurut Cahyana (1997), sarana produksi yang diperlukan sebaiknya
dipersiapkan dahulu sebelum melakukan kegiatan produksi. Sarana produksi itu
antara lain bangunan, peralatan dan bahan-bahan induk.
Bangunan Kumbung (Rumah Jamur)
Budidaya jamur secara komersial memerlukan beberapa bangunan yang
diperlukan dalam kegiatan usahanya. Bangunan yang diperlukan terdiri dari ruang
10
persiapan, ruang inokulasi, ruang inkubasi, ruang penanaman dan ruang
pembibitan.
a. Ruang Persiapan
Ruang persiapan digunakan untuk persiapan pembuatan media tanam. Kegiatan
yang dilakukan pada ruang persiapan antara lain kegiatan pengayakan,
pencampuran media tanam, pewadahan dan sterilisasi. Ruang persiapan dapat
digunakan pula sebagai tempat untuk menyimpan bahan-bahan seperti bekatul dan
kapur apabila skala produksi usaha itu tidak terlalu besar, namun bila skala
produksi dalam jumlah besar maka bahan-bahan itu sebaiknya ditempatkan dalam
ruang terpisah atau gudang.
b. Ruang Inokulasi
Ruang inokulasi adalah ruang untuk menanam bibit pada media tanam jamur.
Ruang inokulasi harus mudah dibersihkan dan disterikan untuk menghindari
terjadinya kontaminasi oleh mikroba lain. Pada ruang inokulasi diusahakan tidak
banyak terdapat ventilasi yang terbuka lebar dan sebaiknya ventilasi udara
dipasang filter atau saringan dari kawat kassa atau kassa plastik, hal ini untuk
meminimalisasi tingkat kontaminan. Pada perusahaan dalam skala besar biasanya
ruang inokulasi dilengkapi dengan alat pendingin udara (air conditioning).
c. Ruang Inkubasi
Ruang inkubasi adalah ruang yang digunakan untuk menumbuhkan miselium
jamur tiram putih pada media tanam yang sudah diinokulasi. Ruang inkubasi
biasanya disebut dengan ruangspawning. Ruang ini dilengkapi dengan rak-rak
inkubasi untuk mendapatkan media tanam yang sudah diinokulasi.
d. Ruang Pemeliharaan
Ruang pemeliharaan atau sering disebut growing digunakan untuk
menumbuhkan tubuh buah jamur. Ruang ini dilengkapi dengan rak-rak tempat
11
baglog penumbuhan tubuh buah jamur dan alat penyemprot untuk menjaga
kelembaban dan kadar air dalam pemeliharaan tubuh buah jamur
e. Ruang Pembibitan
Ruang pembibitan adalah ruang yang khusus digunakan dalam pembuatan
media bibit jamur. Ruang ini diperlukan bila skala produksi sudah besar, dalam
skala produsi kecil bibit dapat dibeli dari produsen bibit sehingga ruang pembibitan
tidak diperlukan lagi.
12
Gambar 3. Macam-macam bangunan kumbung
Berdasarkan gambar diatas baglog dapat diletakkan secara vertikal maupun horizontal.
13
Gambar 3. Macam-macam bangunan kumbung
Gambar 4. Rak tempat meletakkan baglog,
Gambar 5. Jamur yang tumbuh secara horizontal,
Peralatan
Budidaya jamur tiram secara sederhana dapat dilakukan dengan alat-alat yang
mudah diperoleh seperti cangkul, sekop, botol, kayu, alat pensteril, lampu spritus.
Untuk produksi dalam kapasitas besar diperlukan peralatan yang cukup besar
sepaerti ayakan, mixer, filler, boiler dan chamber sterilizer. Mixer digunakan
sebagai alat pencampur media tanam jamur ; fillerdigunakan sebagai alat pengisi
media kedalam kantong plastik dalam jumlah tertentu ; boilerdigunakan sebagai
sumber pemanas (uap) ; chamber sterilizer digunakan sebagai alat untuk sterilisasi
dalam jumlah yang besar.
Bahan – bahan
Bahan-bahan untuk budidaya jamur tiram yang perlu dipersiapkan terdiri dari
bahan baku dan bahan pelengkap.
14
Gambar 6. Jamur yang tumbuh dalam posisi vertikal
a. Bahan baku
Jamur tiram putih merupakan tumbuhan saprofit dimana tumbuh dan
berkembang pada kayu atau pohon dan mengambil sari makanan dari inangnya.
Dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih media tanam utama yang digunakan
adalah serbuk kayu atau serbuk gergaji supaya media hidup jamur dalam kegiatan
budidaya sama dengan di alam. Serbuk kayu yang umum digunakan dalam
kegiatan budidaya jamur tiram putih adalah dari pohon sengon (Parasientes
falcataria) karena kandungan getah yang terdapat pada pohon ini relatif lebih
rendah bila dibandingkan dengan jenis pohon yang lain, karena kandungan getah
pada pohon dapat menghambat pertumbuhan miselia jamur tiram putih. Serbuk
gergaji dapat diperoleh dari pabrik pengrajin kayu. Pemilihan serbuk gergaji
sebagai bahan baku media penanaman jamur perlu memperhatikan tingkat
kebersihan dan kadar getah pada kayu untuk mengurangi kontaminan dalam
pelaksanaan budidaya jamur tiram putih.
b. Bahan tambahan
Bahan-bahan lain yang digunakan dalam budidaya jamur tiram putih pada
media plastik terdiri dari beberapa macam yaitu bekatul (dedak padi), kapur
(CaCO3), gips (CaSO4) dan dapat pula ditambahkan mineral-mineral lain.
1. Bekatul
Bekatul ditambahkan untuk meningkatkan nutrisi media tanam sebagai sumber
karbohidrat, sumber carbon (C), dan nitrogen (N2). Bekatul yang digunakan
dapat berasal dari berbagai jenis padi dari hasil penggilingan di pabrik. Bekatul
sebaiknya dipilih yang masih baru, belum tengik dan tidak rusak
2. Kapur (CaCO3)
Kapur ditambahkan pada media tanam sebagai sumber kalsium (Ca) dan untuk
menstabilkan tingkat keasaman (pH) pada media tanam. Jenis kapur yang
digunakan adalah kalsium karbonat (CaCO3). Unsur kalsium dan karbon
digunakan untuk meningkatkan mineral yang dibutuhkan jamur bagi
pertumbuhannya.
15
3. Gips (CaSO4)
Gips digunakan sebagai sumber kalsium dan sebagai bahan untuk
memperkokoh media tanam, dimana dengan kondisi kokoh maka media tanam
tidak akan cepat rusak.
4. Kantong Plastik
Penggunaan kantong plastik bertujuan untuk mempermudah pengaturan
kondisi dan penanganan media selama pertumbuhan. Kantong plastik yang
digunakan adalah plastik yang kuat dan tahan panas sampai suhu 100ºC, jenis
plastik biasanya dipilih dari jenis polipropilen(PP). Ukuran dan ketebalan plastic
terdiri dari berbagai macam ukuran. Dalam usaha budidaya jamur tiram biasanya
yang digunakan adalah ukuran 20 x 30 cm, 17 x 35 cm, 14 x 25cm dan ketebalan
0,3 – 0 7 mm.
2.5.2 Bibit Jamur Tiram Putih
Budidaya jamur yang berhasil dengan baik dipengaruhi beberapa factor yang
perlu mendapatkan perhatian secara seksama, diantaranya adalah bibit jamur.
Meskipun semua faktor dalam budidaya jamur telah dipenuhi dengan baik tetapi
bibit jamur yang digunakan berkualitas kurang baik maka produksi jamur yang
diharapkan akan kurang memuaskan atau tidak akan menghasilkan sama sekali
(Gunawan, 2001) Bibit yang dipakai sebaiknya berasal dari turunan pertama (F1)
karena dengan menggunakan turunan F2, F3 dapat menyebabkan lemahnya
pertumbuhan miselium dan dapat mengurangi produktifitas.
Ada beberapa indikasi bibit yang baik adalah sebagai berikut :
a. Bibit berasal dari varietas unggul
b. Bibit tidak terlalu tua atau sudah terlalu lama disimpan
c. Bibit tidak terkontaminasi
16
Langkah melakukan budidaya jamur tiram putih dengan menggunakan
serbuk kayu
Menurut Cahyana (1997), langkah-langkah dalam melakukan budidaya jamur
tiram putih dengan menggunakan serbuk kayu adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
Serbuk gergaji, bekatul, gips dan kapur disiapkan sesuai dengan komposisi
perbandingannya. Perbandingan komposisi kebutuhan bahan-bahan dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan Bahan-Bahan dalam Budidaya Jamur Tiram
2. Pengayakan
Serbuk gergaji yang diperoleh dari pengrajin mempunyai tingkat keseragaman
yang kurang baik karena di dalamnya biasa terdapat potonganpotongan yang cukup
besar dan tajam yang dapat merusak plastik sebagai media tempat tanam yang
berpotensi menyebabkan pertumbuhan miselia jamur tidak merata. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dilakukan pengayakan serbuk gergaji.
3. Perendaman
Perendaman serbuk gergaji perlu dilakukan untuk menghilangkan getah yang
terdapat pada serbuk gergaji. Disamping itu perendaman juga berfungsi untuk
melunakkan serbuk gergaji agar mudah diuraikan oleh jamur. Perendaman
dilakukan selama 6-12 jam, kemudian serbuk gergaji ditiriskan.
17
Komposisi Jumlah
serbuk gergaji
100 kg
bekatul 5-15 %
kapur 2%
gips 2%
air 65%
4. Pengukusan
Pengukusan serbuk kayu yang telah direndam dilakukan pada suhu 80º- 90ºC
selama 4-6 jam. Proses pengukusan ini bertujuan untuk mengurangi mikroba yang
dapat mengganggu pertumbuhan jamur tiram putih yang ditanam dan untuk
menghilngkan getah yang terkandung pada serbuk gergaji.
5. Pencampuran
Bahan-bahan tambahan yang telah ditimbang sesuai dengan komposisi yang
dibutuhkan di campur dengan serbuk gergaji. Pencampuran harus dilakukan secara
merata. Didalam proses pencampuran diusahakan tidak terdapat gumpalan,
terutama serbuk gergaji dan kapur, karena dapat mengakibatkan penggumpalan dan
komposisi media yang diperoleh tidak merata.
6. Pengomposan
Proses pengomposan dimaksudkan untuk menguraikan senyawa-senyawa
kompleks dalam bahan-bahan bantuan mikroba sehingga diperoleh senyawa
senyawa yang lebih sederhana. Senyawa yang lebih sederhana akan lebih mudah
diserap oleh jamur sehingga memungkinkan pertumbuhan jamur akan lebih baik.
Pengomposan dilakukan dengan cara membunbun campuran media kemudian
menutupnya secara rapat dengan menggunakan plastik selama 1-2 hari. Proses
pengomposan yang baik ditandai dengan peningkatan suhu sekitar 50ºC. Kadar air
dalam pengomposan harus diatur pada kondisi 50-65 persen dengan tingkat
keasaman (pH) 6-7. Adonan yang baik adalah bila adonan itu dikepal membentuk
gumpalan, tetapi mudah dihancurkan.
7. Pewadahan (log Jamur)
Setelah dilakukan pengomposan maka media tanam tersebut dimasukkan
kedalam plastic polipropilen karena plastik ini relatif tahan panas dalam proses
sterilisasi. Media yang kurang padat akan menyebabkan hasil panen yang tidak
optimal karena media cepat busuk sehingga produktifitas akan rendah, untuk
menghindari hal tersebut dalam proses pewadahan adonan dalam plastic
dipadatkan dengan menggunakan botol atau alat yang lain. Media tanam yang
18
dimasukkan ke dalam plastik polipropilen tersebut yang dinamakan log jamur atau
media tempat tumbuh jamur tiram putih.
8. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan proses yang dilakukan untuk menginaktifkan mikroba
baik bakteri, kapang maupun khamir yang dapat menghambat pertumbuhan
miselium jamur. Sterilisasi dilakukan pada suhu 80º-90ºC selama 6- 8 jam.
9. Inokulasi (pemberian bibit)
Inokulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan taburan
dan tusukan. Inokulasi secara taburan adalah dengan menaburkan bibit kedalam
media tanam secara langsung. Sementara denagan tusukan dilakukan dengan cara
membuat lubang dibagian tengah media melalui cincin sedalam tiga per empat dari
tinggi media tanam, selanjutnya dengan lubang tersebut diisi bibit yang telah
dihancurkan.
10. Inkubasi
Inkubasi merupakan proses penumbuhan miselium jamur sampai memenuhi
seluruh media tanam. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselia jamur
adalah 22º-28ºC. Inkubasi dilakukan hingga seluruh media akan tampak putih
merata. Biasanya media akan tampak putih merata antara 40-60 hari sejak
dilakukan inokulasi. Keberhasilan pertumbuhan miselia jamur dapat diketahui
sejak dua minggu setelah inkubasi.
11. Penumbuhan
Media tumbuh jamur yang sudah putih oleh miselia jamur sudah siap untuk
dilakukan penumbuhan tubuh buah jamur dengan cara membuka plastic media
tumbuh yang sudah penuh miselia. Satu sampai dua minggu setelah media dibuka
akan tumbuh bakal buah. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut akan tumbuh
optimal selama 2-3 hari. Kondisi suhu optimal dalam proses pertumbuhan tubuh
buah adalah pada suhu 16º-22ºC dengan kelembaban 80-90 persen.
19
12. Pemanenan
Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat optimal, yaitu
cukup besar tetapi belum mekar penuh. Pemanenan dilakukan lima hari setelah
bakal buah tumbuh. Ukuran jamur yang sudah siap dipanen adalah dengan
diameter 5-10 cm. Pemanenan dilakukan sebaiknya pada pagi hari untuk
mempertahankan kesegarannya. Jamur yang sudah dipanen tidak perlu dipotong
hingga menjadi bagian per bagian tudung, tetapi hanya perlu dibersihkan kotoran
yang menempel pada bagian akarnya saja supaya daya simpan jamur dapat lebih
lama.
20
Gambar 7. Jamur tiram putih yang siap dipanen
BAB III
ANALISIS MANAJEMEN
3.1 Langkah – langkah manajemen yang dilakukan dalam mengelola jamur tiram
putih (Pleurotus ostreatus)
3.1.1 Membuat tim manajemen usaha kecil
Dalam mengelola budidaya jamur tiram putih ini pertama kali kita harus
memiliki sebuah tim manajemen yang cukup kuat, untuk langkah awal membuka usaha
ini, dapat melalui tim kecil terlebih dahulu.
Tim manajemen pengelolaan budidaya jamur tiram putih terdiri sebagai
berikut:
1. Pimpinan
2. Manajer Utama
3. Manajer Keuangan
4. Manajer Operasional Harian
5. Manajer Produksi
6. Manajer Pemasaran
Tim manajemen yang telah disebutkan diatas, memiliki tugas dan tanggung
jawab masing-masing. Dimana tanggung jawabnya sebagai berikut :
1. Pimpinan
- Memiliki pengalaman dalam berbisnis
- Bertanggung jawab pada pengawasan pegawai serta pengembangan usaha
2. Manajer Utama
- Mengawasi kinerja dari manajer-manajer lain
- Mengawasi kinerja pegawai
- Bertanggung jawab pada kepegawaian
- Mengawasi rencana pengembangan usaha, dan pemasarannya
21
3. Manajer Keuangan
- Memiliki kemampuan ekonomi yang baik
- Memiliki kemampuan akutansi yang baik
- Membuat perencanaan anggaran dan biaya-biaya yang dibutuhkan dalam
pengelolaan budidaya jamur
- Mencatat rincian dana yang keluar dan masuk
- Mengatur arus pembagian modal
- Mengatur pembagian keuntungan kepada investor
- Kerjasama dengan manajer lain berkoordinasi dalam melakukan
pengembangan an ekspansi skala produksi secara bertahap
4. Manajer Operasional Harian
- Mengawasi kerja pegawai
- Mengawasi perkembangan dari jamur
- Bertanggungjawab terhadap kelancaran produksi
5. Manajer Produksi
- Melakukan pengembangan bibit
- Memastikan produk berada dalam kondisi baik
6. Manajer Pemasaran
- Bertugas membuka pasar
- Melakukan negosiasi bisnis
- Memastikan produk dipasarkan dengan baik dan sampai ke konsumen tanpa
masalah
3.1.2 Menentukan tujuan dari budidaya atau usaha yang dilakukan.
Misalnya: Produk jamur tiram yang dihasilkan berupa :
- Jamur tiram segar
- Produk turunan jamur tiram seperti kripik jamur, jamur goreng tepung,
jamur siap masak dalam kemasan plastik.
3.1.3 Menentukan prospek pasar
Salah satu contoh Prospek Pasar, seperti penjelasan di bawah ini :
22
Budidaya jamur tiram di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung telah
memiliki pasar yang jelas. Hampir semua petani jamur tiram memiliki
hubungan dengan pedagang yang siap menerima hasil produksi jamur tiram dari
petani dengan harga yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan tanaman
sayuran lainnya. Hal ini diperkuat dengan beberapa alasan sebagai berikut :
1) Permintaan jamur tiram di daerah Bandung dan sekitarnya mencapai
7 -10 ton /hari. Adapun produksi jamur tiram baru mencapai 2,5 – 3
ton /hari. Ini berarti terdapat gap sebesar 4 – 7 ton/hari, yang
sedikitnya dapat diisi dalam rencana budidaya jamur tiram ini.
2) Pasar jamur tiram saat ini telah meluas di sekitar Jawa Barat, DKI
Jakarta dan Banten sehingga diperlukan produksi jamur tiram dalam
skala besar.
3) Masyarakat semakin sadar pentingnya mengkonsumsi jamur untuk
tujuan kesehatan.
4) Jamur saat ini dikonsumsi sebagai pengganti daging selain dari
beralihnya pola makan masyarakat kepada bahan pangan organik
3.1.4 Menentukan Kebutuhan dan Kecenderungan Pasar
Target ‘market’ usaha ini adalah konsumen jamur dari ‘house need’
sehingga kebutuhan akan jamur tiram masih tergolong tinggi dan
pemenuhannya masih terbatas pada pasar tradisional pada umumnya dan
beberapa ‘retail’ pada beberapa kota besar. Sementara itu kecenderungan
pasar akan jamur tiram masih tergolongkan pada secondary goods, namun
permintaan pasar masih tinggi. Sebaliknya pada segmen hotel dan restoran
yang kebutuhan akan jamur tiramnya cukup tinggi ‘suppliers’ jamur tiram
masih minim dan masih sangat dibutuhkan.
Kecenderungan dari hotel dan restoran yang paling penting untuk disikapi
adalah pelayanan akan faktor ‘satisfaction’ penyediaan barang, mulai dari
ketepatan waktu, jenis pambayaran, layanan purna jual, dan yang paling utama
penurunan harga jual.
23
Target Pasar
Pada tahun-tahun awal, pemasaran produk difokuskan pada pasar domestik,
‘traditional market’, dan ‘house need’. Produk jamur segar yang dihasilkan akan
dipasarkan ke / melalui :
1. Agen baik dalam skala besar maupun kecil, yang selanjutnya akan dikirim
ke berbagai wilayah Bandung dan sekitarnya maupun luar Bandung seperti
Jakarta, Tangerang, Bogor, Cibitung, dll.
2. Pasar tradisional Bandung dan sekitarnya. Sebagai gambaran, permintaan
pasar induk seperti pasar Caringin atas produk jamur tiram ini sangat tinggi
sehingga untuk skala produksi yang direncanakan dalam proposal ini
pemasarannya sudah cukup melalui pasar induk.
3. Pasar swalayan, restoran, dan hotel. Pemasaran direncanakan akan
dilaksanakan melalui sektor tersebut apabila produksi telah stabil serta
sarana dan prasarana telah memadai.
3.2 Proyeksi Pengembangan Usaha
Usaha ini diorientasikan sebagai usaha kecil menurut banyak pakar ekonomi,
namun usaha tersebut dipandang sebagai tulang punggung dalam salah satu pemulihan
ekonomi Indonesia. Untuk itu pengembangan budidaya jamur ini akan dibagi dalam
tiga tahap, yaitu: tahap industri kecil awal, tahap industri kecil lanjut, dan tahap
industri menengah. Penjelasan mengenai ketiga tahap industri tersebut adalah sebagai
berikut :
I. Tahap Industri Kecil Awal
Tahap ini merupakan langkah awal menuju terbentuknya industri padat
karya yang kuat dan kokoh
Menerapkan standar produksi yang tepat untuk mengoptimalkan hasil
budidaya jamur.
Penyempurnaan sistem produksi, keuangan dan distribusi.
Penambahan tenaga kerja.
Pencarian investor
24
Tahap industri kecil awal ini merupakan jembatan menuju berdirinya
industri kecil yang kokoh. Investasi yang dibutuhkan untuk tahap industri
kecil awal diperkirakan berkisar antara 25 hingga 100 juta rupiah.
II. Tahap Industri Kecil Lanjut
Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap industri kecil awal. Setelah
kebutuhan dana mencukupi, dan seluruh kekurangan telah dapat diatasi, maka
dimulailah industri kecil lanjut yang ditargetkan untuk memiliki perijinan dan
pembentukan badan usaha. Industri ini diharapkan mampu menyerap banyak tenaga
kerja, mulai dari pekerja kasar di bagian produksi hingga profesional di bidang
pemasaran, R & D dan administrasi.
Tahap industri kecil lanjut ini merupakan jembatan menuju berdirinya industri
menengah nasional yang produksinya diperkirakan mencapai sedikitnya 100.000
baglog produksi per musim. Tahap industri kecil lanjut itu sendiri diharapkan mampu
memproduksi hingga 9 ton per bulan. Investasi yang dibutuhkan untuk tahap industri
kecil lanjut ini diperkirakan berkisar antara 150 hingga 200 juta rupiah.
III. Tahap Industri Menengah Nasional
Secara umum, tahap industri menengah adalah perluasan dari industri kecil,
mulai dari sistem, kapasitas produksi hingga ekspansi distribusinya. Tidak tertutup
kemungkinan untuk melakukan ekspor. Tahap ini diharapkan mampu menyerap
sedikitnya 50 tenaga kerja. Investasi yang diperlukan masih dalam analisis.
3.3 Membuat rancangan analisis keuangan
Dalam mengelola sebuah usaha, hal yang tidak kalah penting adalah sebuah
rancangan analisis dana yang dibuat oleh manajer keuangan. Analisis dana yang dibuat
benar-benar harus diperhitungkan. Hal ini dikarenakan, menyangkut kepentingan
banyak umat. Contoh membuat rancangan analisis keuangan, seperti dibawah ini :
Analisis Biaya dan Pendapatan (Skala Produksi 18000 log)
1. Modal tetap
2. Biaya Penyusutan Nilai ekonomis lahan dan peralatan
25
2 tahun, Rp. 5.000.000 : 4 = Rp. 1.250.000
3. Modal kerja (Biaya operasional)
- Bahan baku untuk 18000 log
- Gaji pegawai
Jumlah total per musim = Rp.3.000.000,00
4. Utilitas
Total Modal = Modal tetap + modal Kerja
= Rp. 5.000.000 + Rp. 18.395.000 + Rp. 3.000.000 + Rp. 250.000 = Rp.
26.645.000
5. Pendapatan kotor Produksi jamur (kegagalan 20%)
14.400 log x 0,5 kg = 7.200 kg
7.200 kg @ 5000 = Rp. 36.000.000
6. Biaya Produksi = Biaya penyusutan + modal kerja
= Rp. 1.250.000 + 18.395.000 + Rp. 3.000.000 + Rp. 250.000
= Rp. 22.895.000
7. Pendapatan bersih (Net Profit) = pendapatan kotor – biaya produksi
= Rp. 36.000.000 – Rp. 22.895.000 = Rp. 13.105.000
Break Event Point
1. BEP Produksi = Total biaya produksi / harga satuan
= 22.895.000 / 5000 = 4579 kg
Artinya budidaya jamur tiram tidak mendapat untung dan juga tidak
mengalami kerugian bila jumlah produksi sebesar 4579 kg.
2. BEP Harga = Total biaya produksi / jumlah produksi
= 22.895.000 / 7200 = Rp. 3179,86
Artinya usaha ini tidak mendapatkan untung dan juga tidak mengalami
kerugian bila harga jual Rp. 3179,86 per kilo.
Benefit Cost Ratio
1. BC Ratio = Rp. 13.105.000 / Rp. 26.645.000 = 0,5
Artinya pendapatan bersih yang diperoleh dalam usaha pembibitan bibit jamur
adalah 0,5 di atas total biaya.
26
Masa Pengembalian Modal
Masa pengembalian modal = Rp. 13.105.000 + Rp. 1.250.000 x 100%
= Rp.26.645.000 = 53,88 %
Pembagian keuntungan
Pembagian keuntungan bersih direncanakan adalah sebagai berikut:
1. Kepentingan sosial : 5% (zakat 2,5% + kepentingan sosial 2,5%) profit.
2. Pengembangan usaha : 25 % profit
3. Pengelola : 20 % profit
4. Dividen investor : 50 % profit (20% profit share ; 30% pengembalian modal)
3.4 Contoh manajemen pengelolaan.
Dalam kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2010 difokuskan pada
pemantapan produksi. Maksudnya adalah membuat usaha perdagangan jamur tiram
tersebut menjadi dikenal dan tersosialisasi dengan baik untuk seluruh lapisan
masayarakat, bahwasannya jamur tiram yang dikembangkan ternyata dapat diterima
dengan baik oeh masyarakat.Sumber daya manusia yang dikelola dalam pembuatan
kue juga masih sangat minim pengetahuannya tentang aneka macam kue. Sehingga
perlu sekali pemahaman dengan cara pembelajaran terlebih dahulu. Hal ini dilakukan
dengan beberapa cara, misalnya studi banding, mengikuti pelatihan, ataupun studi
literatur dari berbagai media cetak maupun elektronik, baik lokal maupun
internasional.
Kebanyakan karyawan juga berasal dari daerah sekitar lokasi usaha, dengan
kondisi yang cukup minim untuk kualifikasinya, sehingga banyak sebagai tenaga
kasar pada bagian produksi. Dari segi pemasaran, masa keemasan justru diawal
berdirinya usaha. Hal ini terwujud karena ternyata usaha ini merupakan pemrakarsa
trensetter usaha embuatan kue. Sehingga dengan sangat mudah kita dapat menentukan
harga jual produk. Salah satu contoh adalah hasil utama produk yaitu jamur segar.
Pada waktu itu dengan sukses kita dapat menjual dengan harga RP 20.000, per
kilogram. Harga bertahap turun seiring banyaknya pengusaha yang berbondong-
27
bondong mengikutinya. Namun dengan berbagai inovasi di bidang pemasaran kita
terus melakukan strategi sehingga tetap bisa survive.
Pada awal usaha ini memang tidak memiliki manejemen yang baik, apalagi
tentang keuangan. Pembukuan masih sangat sederhana, bahkan bisa dikatakan tidak
ada. Baru dirintis pembukuan sederhana pada awal tahun 2010. Tetap dikemas secara
sederhana namun minimal bisa mulai dipilah tentang pembukuan keluarga dan usaha
itu sendiri.
Strategi marketing juga dilakukan melalui blog-blog di internet dan Home page
berupa Website resmi dan khusus tentang Profil usaha dan marketingnya. Bahkan
yang sudah berjalan adalah konsultasi mengenai budi daya jamur melalui email yang
sudah berjalan sejak tahun 2000. Pemasaran sudah mengalami inovasi yang lebih luas.
Segementasi pasar dan target juga sudah berkembang jauh. Jangkauan pasar bukan
hanya ditingkat lokal, bahkan sudah mencapai seluruh nusantara. Untuk penjualan
sudah mencapai luar pulau, diantaranya, Medan, Palembang, Lampung, Jambi, Batam,
Banjarmasin, Samarinda, Palangkaraya, Sampit, Tenggarong, Makasar, Ambon, Nusa
Tenggara Timur, dan Bali.
Manajerial masih dilakukan secara sederhana, namun sudah lebih terkonsep dan
penuh strategi, sedangkan pendataan, administrasi dan keuangan sudah
terkomputerisasi. Sehingga untuk keuangan sudah lebih tertata rapi dan terpilah antara
keuangan keluarga dan usaha. Sedangkan legalitas usaha berubah nama dan lebih
difokuskan pada perdagangan Jamur Tiram dan agrobisnis. Perubahan nama sekaligus
kepemilikan menjadi UD. Payung Sejati terbit pada bulan Mei tahun 2010.
3.5 Faktor Penghambat dan Pendukung dalam melakukan usaha
Setiap usaha yang dijalankan, pasti ada yang sukses dan ada yang belum sukses
seperti halnya usaha ini. Ada beberapa hal yang menurut kami akan menghambat dan
sangat mendukung dalam menjalankan usaha ini.
Faktor penghambat tersebut diantaranya :
1. Banyaknya usaha yang sama.
2. Harga bahan baku yang tidak stabil.
28
Merencanakan untuk memecahkan masalah faktor penghambat tersebut
diantaranya yaitu dengan berhati–hati dalam mengelola setiap anggaran dana yang akan
dikeluarkan. Sedangkan untuk mengatasi faktor yang kedua, yakni harga bahan baku
tidak stabil, kami menyiasatinya dengan membeli bahan baku langsung kepada petani
setempat agar memperoleh harga yang lebih murah.
Faktor pendukung usaha ini diantaranya :
1. Kondisi tempat, dan peralatan yang memadai.
2. Higienis dan harga yang relatif terjangkau.
3. Merupakan salah satu bagian produk yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat.
29
DAFTAR PUSTAKA
Cahyana, Y. A. 1997. Pembibitan dan Budidaya Jamur Tiram Putih. Papas Sinar Sinanti.
Jakarta.
Maharani, Diah. 2007. Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih (Pleurotus
ostretus) di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Jawa Barat
[skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Mosher. 1966. Menggerakkan dan Membangun pertanian. CV Sasaguna. Jakarta.
Muchrodi. 2001. Jamur Tiram Putih. Penebar Swadaya. Jakarta .
Soeharjo dan Patong. 1973. Ilmu Usahatani. Penebar Jaya. Jakarta
Soekartawi. 1986. Ilmu usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Soekartawi. 1989. Teori Ekonomi Produksi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Suriawiria. 2006. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius. Cetakan Kelima.
Yogyakarta.http://penyuluhthl.wordpress.com/2012/07/26/analisis-pendapatan-
usahatani-budidaya-jamur-tiram-putih-di-kecamatan-keliling-danau-kabupaten-
kerinci/
30