86
26 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehamilan ialah hasil dari konsepsi atau pembuahan setelah melakukan senggama yang ditandai dengan perubahan fisiologis yang pada hakekatnya terjadi pada seluruh sistem organ, masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu/9 bulan 7 hari) dihitung dari HPHT (hari pertama haid terakhir). Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dari bulan ke-4 sampai 6 bulan. Trimester ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan. Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Di dalam kehamilan juga banyak terjadi proses patofisiologi yang terjadi, di dalam asuhan keperawatan ini akan dibahas tentang perdarahan pada kehamilan muda. Diantaranya adalah mola hidatidosa atau orang awam menyebutnya dengan hamil anggur. Mola hidatidosa ialah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi kanalis mengalami perubahan hidropik. Dalam hal sedemikian

MAKALAH MATERNITAS

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan ialah hasil dari konsepsi atau pembuahan setelah melakukan senggama yang ditandai dengan perubahan fisiologis yang pada hakekatnya terjadi pada seluruh sistem organ, masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu/9 bulan 7 hari) dihitung dari HPHT (hari pertama haid terakhir). Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dari bulan ke-4 sampai 6 bulan. Trimester ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan. Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Di dalam kehamilan juga banyak terjadi proses patofisiologi yang terjadi, di dalam asuhan keperawatan ini akan dibahas tentang perdarahan pada kehamilan muda.Diantaranya adalah mola hidatidosa atau orang awam menyebutnya dengan hamil anggur.Mola hidatidosa ialah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi kanalis mengalami perubahan hidropik. Dalam hal sedemikian disebut mola hidatidosa atau complete mole, sedangkan bila disertai janin atau bagian dari janin disebut mola parsialis atau partial mole.

Mola Hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri tumor jinak (benigna) dari chorion penyebab embrio mati dalam uterus tetapi plasenta melanjutkan sel-sel trophoblastik terus tumbuh menjadi agresif dan membentuk tumor yang invasif, kemudian edema dan membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola hidatiosa bentuk komplet dan bentuk parsial, yaitu tidak ada jaringan embrio dan ada jaringan embrio. Frekwensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi (1 atas 120 kehamilan) daripada wanita di Negara-negara barat (1 atas 2000 kehamilan). Guru Besar Tetap FKUI, Prof Dr dr Andrijono, SpOG (K) menjelaskan, Kasus hamil anggur di Indonesia dikabarkan cukup besar terjadi. Sekitar satu dari 40 hingga 400 kehamilan terjadi hamil anggur. Namun, dengan semakin cepatnya deteksi dini pada kehamilan yang bermasalah pada trimester pertama dengan alat USG, maka seringkali buah kehamilan yang kosong segera diketahui dan tidak sampai terjadi hamil anggur.Tentang nasibnya kehamilan tidak normal ini dapat dikatakan,bahwa mola keluar sendiri atau dikeluarkan dengan suatu tindakan; pengeluaran sendiri biasanya disertai dengan perdarahan banyak.Pada mola hidatidosa, ovaria dapat mengandung kista lutein kadang-kadang hanya pada satu ovarium, kadang-kadang pada kedua-duanya. Kista ini berdinding tipis dan berisi cairan kekuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran sebesar sarung tinju atau kepala bayi. Kista lutein terjadi karena perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi, kista ini hilang sendiri setelah mola dilahirkan.

Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola parsialis kadang-kadang ada janin. Gelembung itu sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi seluruh cavum uteri. Di bawah mikroskop nampak degenerasi hydrotopik dari stoma jonjot, tidak adanya pembuluh darah dan proliferasi trofoblast. Pada bagian pemeriksaan kromosom didapatkan poliploidi dan hampir pada semua kasus mola susunan sex chromatin adalah wanita.

B. TUJUAN a. Tujuan umum Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa yang dimaksud kehamilan Mola Hidatidosa ( hamil Anggur ) .

b. Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui Pengertian Mola Hidatidosa2. Untk mengetahui Anatomi Fisiologi dari Mola Hidatidosa3. Untuk mengetahui Klasifikasi dari Mola Hidatidosa4. Untuk menegetahui Patogenesis dari Mola Hidatidosa5. Untuk menegetahui Etiologi dari Mola Hidatidosa6. Untuk mengetahui Patofisiologi dari Mola Hidatidosa7. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis dari Mola Hidatidosa

8. Untuk mengetahui pemeriksaan apa saja yang digunakan untuk menegetahui terjadinya kehamilan Mola Hidatidosa

9. Untuk menegetahui Penatalaksanaan pada Mola Hidatidosa

10. Untuk mengetahui Komplikasi apa saja yang timbul akibat Mola Hidatidosa

11. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada klien dengan Mola Hidatidosa

C. MANFAAT

a. Manfaat IlmiahUntuk menambah wawasan bagi pembaca agar dapat memahami apa itu Hamil Anggur ( Mola Hidatidosa )b. Manfaat praktisiAgar pasien atau penderita dapat mengetahui dan mengaplikasikan langkah apa yang harus dilakukan ketika mengalami kehamilan Anggur ( Mola Hidatidosa )BAB II

TINJAUAN TEORITISA. PENGERTIAN

Hamil anggur atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan nama Mola Hydatidosa sesungguhnya merupakan kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya mengalami perubahan hidrofik.Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka,vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002: 339)

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik.(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265)

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari villi korealis disertai dengan degenerasi hidrofik.(Saifudin, 2000)B. ANATOMI FISIOLOGI

1. AnatomiUterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pear, terletak dalam rongga panggul kecil di antara kandung kemih dan anus, ototnya desebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi bagian dalamnya disebut endometrium. Peritonium menutupi sebagian besar permukaan luar uterus, letak uterus sedikit anteflexi pada bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya terletak di atas kandung kencing. Bagian bawah bersambung dengan vagina dan bagian atasnya tuba uterin masuk ke dalamnya.Ligamentum latum uteri dibentuk oleh dua lapisan peritoneum, di setiap sisi uterus terdapat ovarium dan tuba uterina.Panjang uterus 5 8 cm dengan berat 30 60 gram. (Verrals, Silvia, 2003 : 164) Uterus terbagi atas 3 bagian yaitu :

a. Fundus : bagian lambung di atas muara tuba uterina

b. Badan uterus : melebar dari fundus ke serviks

c. Isthmus :terletak antara badan dan serviks

d. Bagian bawah serviks yang sempit pada uterus disebut serviks. Rongga serviks bersambung dengan rongga badan uterus melalui os interna (mulut interna) dan bersambung dengan rongga vagina melalui os eksternaLigamentum pada uterus :

Ligamentum teres uteri : ada dua buah kiri dan kanan. Berjalan melalui annulus inguinalis, profundus ke kanalis iguinalis. Setiap ligamen panjangnya 10 12,5 cm, terdiri atas jaringan ikat dan otot, berisi pembuluh darah dan ditutupi peritoneum.Peritoneum di antara kedua uterus dan kandung kencing di depannya, membentuk kantong utero-vesikuler. Di bagian belakang, peritoneum membungkus badan dan serviks uteri dan melebar ke bawah sampai fornix posterior vagina, selanjutnya melipat ke depan rectum dan membentuk ruang retri-vaginal.

Ligamentum latum uteri : Peritoneum yang menutupi uterus, di garis tengh badan uterus melebar ke lateral membentuk ligamentum lebar, di dalamnya terdapat tuba uterin, ovarium diikat pada bagian posterior ligamentum latum yang berisi darah dan saluran limfe untuk uterus maupun ovarium.

2. FisiologiUntuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir ovum, sesudah keluar dari overium diantarkan melalui tuba uterin ke uterus (pembuahan ovum secara normal terjadi dalam tuba uterin) sewaktu hamil yang secara normal berlangsung selama 40 minggu, uterus bertambah besar, tapi dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis, masuk ke dalam rongga abdomen pada masa fetus.Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalm kenyataannya tidak selalu demikian. Sering kali perkembangan kehamilan mendapat gangguan. Demikian pula dengan penyakit trofoblast, pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi. Di sini kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan, berupa degenerasi hidrifik dari jonjot karion, sehingga menyerupai gelembung yang disebut mola hidatidosa. Pada ummnya penderita mola hidatidosa akan menjadi baik kembali, tetapi ada diantaranya yang kemudian mengalami degenerasi keganasan yang berupa karsinoma.(Wiknjosastro, Hanifa, 2002 : 339)

Gambar 2.1 Mola_Hidatidosa_(Hamil_Anggur).JPG

C. KLASIFIKASI

Mola Hidatidosa ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari proliferasi trofoblastik dangan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya menempati kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini ditemukan dalam tuba falopii dan bahkan dalam ovarium. Perkembangan penyakit trofoblastik ini amat menarik, dan ada tidaknya jaringan janin telah digunakan untuk menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplet (klasik) dan parsial (inkomplet) .Karakteristik Mola Hidatidosa bentuk komplet dan parsial :Gambaran Mola parsial (inkomplet)Mola Komplet (klasik)

Jaringan embrioAdaTidak ada

Pembengkakan

Hidatidosa pada villiFokalDifus

Hyperplasia trofoblasFokalDifus

Inklusi stromaAdaTidak ada

KoriotipePaternal dan maternal 69, XX atau 69, XYY-5%Paternal 46, XX (86%) 46, XY (4%) 20%

Neoplasia trofoblastikKorio karsinoma jarang

Mola Hidatidosa Komplet (klasik)

Vili korialis berubah menjadi kumpulan gelembung yang jernih. Gelembung-gelembung atau vesikula ini bervariasi ukurannya mulai dari yang mudah terlihat sampai beberapa cm, dan bergantung dalam beberapa kelompok dari tangkai yang tipis. Massa tersebut dapat tumbuh cukup besar sehingga memenuhi uterus, yang besarnya bisa mencapai ukuran uterus kehamilan normal lanjut. Berbagai penelitian sitogenetik terhadap kehamilan mola komplet, menemukan komposisi kromosom yang paling sering (tidak selalu) 46XX, dengan kromosom sepenuhnya berasal dari ayah.

Fenomena ini disebut sebagai androgenesis yang khas ovum dibuahi oleh sebuah sperma haploid yang kemudian mengadakan duplikasi kromosomnya sendiri setelah miosis. Kromosom ovum bias tidak terlihat atau tampak tidak aktif. Tetapi semua mola hidatidosa komplet tidak begitu khas dan kadang-kadang pola kromosom pada mola komplet biSA 46XY. Dalam keadaan ini dua sperma membuahi satu ovum yang tidak mengandung kromosom. Variasi lainnya juga pernah dikemukakan misalnya 45X. jadi mola hidatidosa yang secara morfologis komplet dapat terjadi akibat beberapa pola kromosom.

Gambar 2.2 Mola Hidatidosa Komplet (klasik)Mola Hidatidosa Parsial (inkomplet)Kalau perubahan hidatidosa bersifat fokal serta belum begitu jauh dan masih terdapat janin atau sedikitnya kantong amnion, keadaan ini digolongkan sebagai mola hidatidosa parsial. Pada sebagian vili yang biasanya avaskuler terjadi pembengkakan hidatidisa yang berjalan lambat, sementara vili lainnya yang vaskular dengan sirkulasi darah fetus plasenta yang masih berfungsi tidak mengalami perubahan. Hyperplasia trofoblastik yang terjadi, lebih bersifat fokal dari pada generalisata. Katiotipe secara khas berupa triploid, yang bias 69XXY atau 69XYY dengan satu komplemen maternal tapi biasanya dengan dua komplemen haploid paternal. Janin secara khas menunjukkan stigmata triploidi yang mencakup malformasi congenital multiple dan retardasi pertumbuhan.

Gambar 2.3 http://akd3b.wordpress.com/2010/06/18/mola-hidatidosa/D. PATOGENESIS Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :1. Teori missed abortionJanin mati pada kehamilan 3 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.2. Teori neoplasma dari ParkSel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.

3. Studi dari HertigStudi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan. (Silvia, Wilson, 2000 : 467)Karakteristik mola adalah adanya konseptus jaringan trofoblastik hiperplastik yang tertanam pada plasenta. Hasil konsepsi ini tidak memiliki inner cell mass. Jika terjadi gangguan pada saat embryonic inner cell mass yang seharusnya berpotensi untuk berdiferensiasi menjadi lapisan ekto, meso dan endoderm, maka perubahan tersebut gagal dan terjadilah pembentukan trofoblas yang akan berkembang menjadi sitotorofoblas dan sisitiotrofoblas, danmasih mampu untuk membentuk ekstraembrionik mesoderm yang akhirnya akan membentuk vesikel dari mola dengan mesoderm yang longgar pada inti villinya.E. ETIOLOGI1. Faktor ovumSpermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan.2. Keadaan sosial ekonomi yang rendahDalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.3. Paritas tinggiIbu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan tranmisi secara genetik yang dapat diidentifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal).4. Kekurangan proteinProtein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari normal.5. Infeksi virusInfeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit (desease).Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus)yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh.6. Pada wanita yang ovulasinya distimulasi dengan klomiferm (clomid).7. Wanita yang berada di kedua ujung masa reproduksi (awal batasan tahun atau premenopause).8. Lebih banyak ditemukan pada etnik mongoloid daripada kaukaoid9. Genetik wanita dengan balanced translocation mempunyai resiko lebih tinggi.F. PATOFISIOLOGI

Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista-kista kecil seperti anggur. Biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah satu janin tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari satu cm. mola parsialis adalah bila dijumpai janin dan gelembung-gelembung mola.

Secara mikroskopik terlihat trias :1. Proliferasi dari trofoblast

2. Degenerasi hidropik dari stroma vili dan kesembaban

3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.

Sel-sel langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dan adanya sel sinsisial giantik (syncytial giant cell). Pada kasus mola banyaak kita jumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih. Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan hilang setelah mola hidatidosa sembuh.PATHWAY

Ovum patologis, kurang protein, dan lain-lain

FertilisasiTanpa deferensiasi (kelainan sel trofoblas HCG

Hyperplasia filly(jonjot-jonjot korion tumbuh berganda/cairan karsinoma)Berisi cairan dan membesar atau bergelembung-gelembungRahim membesar >> kehamilan preeklampsiMola mengandung plasentamual muntah PerdarahanNyeriIntoleranGangguanGangguanKecemasanaktivitaspola tidurrasa nyamanG. MANIFESTASI KLINISPada stadium awal, tanda dan gejala mola hidatidosa tidak dapat dibedakan dari kehamilan normal, kemudian perdarahan pervagina terjadi pada hampir setiap kasus. Pengeluaran pervagina mungkin berwarna coklat tua (menyerupai juice prune) atau merah terang, jumlahnya sedikit-sedikit atau banyak, itu berlangsung hanya beberapa hari atau terus-menerus untuk beberapa minggu. Pada awal kehamilan beberapa wanita mempunyai uterus lebih besar dari pada perkiraan menstruasi berakhir, kira-kira 25% wanita akan mempunyai uterus lebih kecil dari perkiraan menstruasi terakhir.Pada kasus lain, tumor tumbuh tanpa gejala. Pada saat ini, pemeriksaan akan menunjukan gambaran :1.Uterus biasanya lebih besar daripada yang diharapkan dari usia kehamilannya dan perabaan terasa seperti adonan.2. Bunyi jantung janin tidak terdengar.3. Scanning ultrasonik menunjukan gambaran berbintik-bintik yang jelas.4. Jika diukur serum HCG, kadarnya sangat tinggi.Gambaran klinik :1. Perdarahan pervaginam disertai keluarnya gelembung-gelembung seperti buah anggur (gelembung mola).2. Terjadi gejala toksemia pada trimester I-III.3. Terjadi hiperemis gravidarum.4. Dijumpai gejala-gejala tirotoksitosis atau hipertiroid.5. Kadang-kadang dijumpai emboli paru.6. Amenore.7. Preeklampsi.8. Tidak ditemukan tanda kehamilan pasti.Pemeriksaan fisik :1. Uterus lebih besar dari umur kehamilan/lebih kecil/lebih besar, TFU lebih tinggi dari usia kehamilan.2. Perdarahan sedikit demi sedikit sampai perdarahan banyak dan pengeluaran gelembung mola. Biasanya terjadi antara bulan 1-7 dengan rata-rata 12-14 minggu.3. Dijumpai kista lutein yang biasanya lebih besar dari kista lutein biasa.4. Tidak ada ballotement.5. Tidak dijumpai adanya DJJ (denyut jantung janin), walaupun ukuran kehamilan besar.H. PEMERIKSAAN PENUNJANGKita harus mempertimbangkan kemungkinan data-data tentang menstruasi atau uterus hamil yang lebih lanjut membesar akibat mioma, hidramnion, atau terutama akibat janin lebih dari satu.1. UltrasonografiKetapatan diagnostic yang terbesar diperoleh dari gambaran USG yang khas pada mola hidatidosa keamanan dan ketepatan pada pemeriksaan sonografi membuat pemeriksaan ini menjadi prosedur pilihan. Tetapi kita harus ingat bahwa beberapa stuktur lainnya dapat memperlihatkan gambaran yang serupa dengan gambaran mola hidatidosa, termasuk mioma uteri dengan kehamilan dini dan kehamilan dengan janin lebih dari satu. Tinjauan cermat mengenai riwayat penyakit bersama hasil evaluasi pemeriksaan USG yang cermat dan kalau perlu diulang satu atau dua minggu kemudian, harus bias menghindari diagnose mola hidatidosa lewat USG yang keliru ketika kehamilan sebenarnya normal.2. AmniografiPenggunaan bahan radiopak yang dimasukkan kedalam uterus secara transabdominal akan memberikan gambaran radiografik khas pada mola hidatidosa. Cavum uteri ditembus dengan jarum untuk amniosintesis. 20ml hypaque disuntikkan segera dan 5 hingga 10 menit kemudian difoto anteroposterior. Pola sinar x seperti sarang tawon, khas ditimbulkan oleh bahan kontraks yang mengelilingi gelembung-gelembung corion. Pada kehamilan normal terdapat sedikit resiko abortus akibat penyuntikan bahan kontraks hipertonik intra amnion. Dengan semakin banyaknya sarana USG yang tersedia, teknik pemeriksaan amniografi sudah jarang dipakai lagi.

3. Pengukuran kadar corionic gonadotropin Pengukuran kadar corionic gonadotropin kadang-kadang digunakan untuk membuat diagnose jika metode pengukuran secara kuantitatif yang andal telah tersedia, dan variasinya cukup besar pada sekresi gonadotropin dalam kehamilan normal sudah dipahami khusus kenaikan kadar gonadotropin yang kadang-kadang menyertai kehamilan dengan janin lebih dari satu. 4. Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison)5. Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau urin.6. Pemeriksaan foto rontgen abdomen : tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3-4 bulan).7. Pemeriksaan foto thoraks : pada mola ada gambaran emboli udara.8. Pemeriksaan T3dan T4bila tampak tanda-tanda tirotoksitosis atau hipertiroid.I. PENATALAKSANAAN 1. Penatalaksanaan Medis

1. Terapi.1) Kalau pendarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Tindakan pertama adalah melakukan manual digital untuk pengeluaran sebanyak mungkin jaringan dan bekuan darah: barulah dengan tenang dan hati-hati evakuasi sisanya dengan kuretase.2) Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil.a) Pasang beberapa gagang laminaria untuk memperlebar pembukaan selama 12 jam.b) Setelah itu pasang infus D5% yang berisi 50 satuan oksitosin ( pitosin atau sintosinon ), cabut laminaria, kemudian setelah ini lakukan evaluasi isi kavum uteri dengan hati-hati, pada kuretase pertama ini, keluarkan jaringan sebanyak mungkin, tak usah terlalu bersih.c) Kalau perdarahan banyak, berikan tranfusi darah dan lakukan tampon utero vaginal selama 24 jam.3) Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan Histopatologik dalam 2 porsi :a) Porsi 1 : Yang dikeluarkan dengan canam ovum.b) Porsi 2 : Yang dikeluarkan dengan kuretase.4) Berikan obat-obatan: Antibiotika, uterus tonika dan perbaikan keadaan umum penderita.5) 7 10 hari sesudah kerokan pertama, dilakukan kerokan kedua untuk membersihkan sisa-sisa jaringan, dan dikirim lagi hasilnya untuk pemeriksaan laboratorium.6) Kalau mola terlalu terlalu besar dan takut perforasi bila dilakukan kerokan, ada beberapa institusi yang melakukan Histerotomia untuk mengeluarkan isi rahim (mola).7) Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi (High Risk Mola), usia lebih dari 3 tahun, paritas 4 atau lebih dan uterus yang sangat besar (mola besar), yaitu setinggi pusat atau lebih.2. Periksa Ulang ( Follow Up )Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan dianjurkan memakai kontrasepsi pil kehamilan, dimana reaksi kehamilan menjadi positif akan menyulitkan observasi, juga dinasehatkan untuk mematuhi jadwal periksa ulang selama 2 3 bulan.1) Setiap minggu pada triwulan pertama.2) Setiap 2 minggu pada triwulan kedua.3) Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya.4) Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.Setiap periksa ulang penting diperhatikan :a) Gejala kinis; pendarahan, keadaan umum dll.b) Lakukan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan inspekulo: tentang keadaan serviks, uterus cepat bertambah kecil atau tidak, kista uteri bertambah kecil atau tidak dan lain lain.(1) 1 kali seminggu sampai hasil negatif.(2) 1 kali 2 minggu selama triwulan selanjutnya.(3) 1 kali sebulan dalam 6 bulan selanjutnya(4) 1 kali 3 bulan dalam tahun berikutnya.Kalau reaksi titer tetap (+) maka harus dicurigai adanya keganasan-keganasan masih dapat timbul setelah tiga tahun pasca terkenanya Mola hidatidosa. Menurut Harahap (1970) tumor timbul 34,5 % dalam 6 minggu, 62,1 % dalam 12 minggu, dan 79,4 % dalam 24 minggu, serta 97,2 % dalam 1 tahun setelah mola keluar.2. Sitostatika Profilaksis Pada Mola Hidatidosa.Beberapa institut telah memberikan Methotrexate (Mtx) pada penderita mola dengan tujuan sebagai profilaksis terhadap keganasan. Para ahli lain tidak setuju dengan pemberian ini, karena disatu pihak obat ini tentu mencegah keganasan dan dipihak lain obat ini tidak luput dari efek samping dan penyulit yang berat.Pemberian Mtx bila :a) Pengamatan lanjutan sukar dilakukan.b) Apabila 4 minggu setelah evakuasi mola, uji kehamilan biasa tetap positif.c) Pada high risk mola.Setelah pulang dari Rumah Sakit, pemeriksaan tindak lanjut yang sering (mula-mula seminggu sekali) sangat penting. Pemeriksaan ini berlanjut selama 2 tahun dan frekuensinya tergantung hasil pemeriksaan pada setiap kunjungan. Kepada pasangan suami istri harus diingatkan agar tidak hamil dalam periode waktu ini, dan anjuran atau rujukan keluarga biasany diperlukan.3. Kuretase isap (suction curettage)Apabila pasien menginginkan keturunan di kemudian hari, penanganan yang dipilih adalah evakuasi jaringan mola dengan kuretase isap. Dua sampai empat unit darah harus tersedia karena evakuasi dapat disertai dengan kehilangan darah yang banyak.setelah evakuasi awal, kontraksi uterus dirangsang dengan oksitosin intravena untuk mengurangi kehilangan darah.jaringan-jaringan sisa dibersikan dengan kuretase tajam.spesimennya dikirim secara terpisah ke laboratorium patologi.4. Histerektomi abdominal Pada mola ini merupakan suatu alternatif lain bagi pasien yang tidak lagi menginginkan kehamilan di kemudian hari.Histerektomi menyingkirkan kemungkinan berfungsinya sel-sel trofoblastik yang tertinggal di dalam uterus setelah kuretase isap dan mengurai resiko penyakit trofoblastik residual sampai 3-5%.keputusan mengenai salpingo-ooforektomi adalah tersendiri.setelah pengeluaran mola dan pengurangan stimulas chorionic gonadotropin,kista teka-lutein ovarium mengalami regresi secara spontan. Pengangkatan dengan pembedahan hanya diperlukan bila ada kaitan dengan torsi atau perdarahan.5. Program lanjutSetelah evakuasi suatu kehamilan mola pasien diamati dengan seksama terhadap serangkaian titer chorionic gonadotropin (HCG), menggunakan radioimmunoassay untuk submit beta, setiap satu atau dua minggu sampai negative. Hilangnya HCG secara sempurna diperkirakan terjadi dalam 9-15 minggu setelah pengosongan uterus. Pasien disarankan untuk menghindari kehamilan sampai titer chorionic gonadotropin negative selama satu tahun. Biasanya diberikan kontrasepsi oral estrogen-progestin. Pelvis diperiksa secara berkala untuk menilai ukuran uterus, adneksa untuk kista teka-lutein, dan traktus genitalis bagian bawah untuk metastase.

Apabila 2 titer chorionic gonadotropin yang berurutan stabil (plateu) atau meningkat atau apabila tampak adanya metastase, pasien harus dievaluasi terhadap keganasan neoplasia tropoblastik gestasional dan kemoterapi. Hamper 15-20% pasien dengan Mola Hidatidosa berkembang gejala keganasan ssetetal kuretase isap. Dari kelompok ini hamper 80% menderita penyakit trofoblastik non metastatic sedangkan yang 20% menderita metastase keluar batas uterus, paling sering ke paru-paru atau vagina. Selain titer chorionic gonadotropin yang persisten atau meningkat, gejala keganasan neoplsia trofoblastik gestasional meliputi perdarahan pervaginam yang persisten, pendarahan intra abdominal dan lesi perdarahan di paru-paru, hepar, otak, atau ogan-organ lainnya.J. KOMPLIKASI

1. Bisa disertai preeklampsia pada usia kehamilan yang lebih muda2. Tirotoksikosis, prognosis lebih buruk, biasanya meninggal akibat krisis tiroid3. Emboli sel trofoblas ke paru4. Sering disertai kista lutein, baik unilateral maupun bilateral, kista menghilang jika mola sudah dievakuasi5. Mola dengan kista lutein mempunyai resiko 4x lebih besar berdegenerasi6. Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong dapat berakibat fatal

7. Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia.

8. Infeksi sekunder.

9. Perforasi karena kegananasan dan Karena tindakan.

10. Menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18%-20% kasus akan menjadi mola destruens atau koriokarsinoma

K. MORTALITAS & MORBIDITAS ( ANGKA KEMATIAN & KESAKITAN )Pada Mola 20% berkembang menjadi keganasan trofoblastik. Setelah terbentuk mola komplit, invasi ke uterus terjadi pada 15% pasien & metastasis terjadi pada 4% pasien. Kasus koriokarsinoma yang berkembang dari mola partial belum pernah dilaporkan, walaupun 4% pasien dengan mola parsial akan berkembang menjadi penyakit trofoblastik non metastasis persisten yang membutuhkan kemoterapi.MakroskopikGelembung gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai satu atau 2 cm.

Gambar 2.4 mola hidatidosa ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN MOLA DYTONIDOSA

A. PENGKAJIAN1. Biodataa) NamaSebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah Sakit/ Klinik atau catat apakah klien pernah dirawat disini atau tidak.b) UmurDigunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi dan tindakan, juga sebagai acuan pada umur berapa penyakit/kelainan tersebut terjadi. Pada keterangan sering terjadi pada usia produktif 25 45 tahun.c) AlamatSebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien apakah dekat atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya dalam pemeriksaan kehamilan.d) PendidikanUntuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga akan memudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan tentang gejala / keluhan selama di rumah atau Rumah Sakit.e) Status PerkawinanDengan status perkawinan mengetahui berapa kali klien mengalami kehamilan Mola Hidatidosa atau hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan.f) AgamaUntuk mengetahui gambaran dan spiritual klien sehingga memudahkan dalam memberikan bimbingan keagamaan.g) Nama SuamiAgar diketahui siapa yang bertanggung jawab dalam pembiayaan dan pemberian persetujuan dalam perawatan.h) PekerjaanUntuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien, sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya kehamilan Mola Hidatidosa.2. Keluhan utamaKaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.3. Riwayat kesehatana. Riwayat kesehatan sekarang

Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.b. Riwayat penyakit masa lalu

Mengkaji riwayat penyakit pada masa lalu yang pernah diderita oleh klien misalnya Diabetes Mellitus, penyakit jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.c. Riwayat pembedahan

Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.d. Riwayat kesehatan keluarga

Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.e. Riwayat kesehatan reproduksi

Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluhan yang menyertainya.4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifasKaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluhan yang menyertainya.5. Riwayat pemakaian obatKaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.6. Pola aktivitas sehari-hariKaji mengenai aktivitas, sirkulasi, pernapasan, cairan, eliminasi, kenyamanan/nyeri, keamanan, baik sebelum dan saat sakit.

a. Aktivitas : kelemahan, kesulitan ambulasi.

b. Sirkulasi : Takikardia, berkeringat, pucat, hipotensi (tanda syok) dan edema jaringan.

c. Pernapasan : pernapasan dangkal, takipnea.

d. Cairan :

1) Anoreksia, mual/muntah; haus.

2) Muntah proyektil.

3) Membran mukosa kering, lidah bengkak, turgor kulit buruk.e. Eliminasi :

1) Ketidakmampuan defekasi dan flatus.

2) Diare (kadang-kadang).

3) Cegukan; distensi abdomen.

4) Penurunan haluaran urine, warna gelap.

5) Penurunan/tak ada bising usus (ileus); bunyi keras hilang timbul, bising usus kasar (obstruksi); kekakuan abdomen, nyeri tekan. Hiperesonan/timpani (ileus); hilang suara pekak diatas hati (udara bebas dalam abdomen).f. Kenyamanan/ nyeri : Nyeri abdomen, Distensi, kaku, nyeri tekan.g. Keamanan : Riwayat inflamasi organ pelvik (salpingitis); infeksi pasca-melahirkan, abses retroperitoneal.7. Data psikososialKaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.8. Status sosio-ekonomiKaji masalah finansial klien9. Data spiritualKaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.10. Pemeriksaan fisika. Inspeksi : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan seterusnya.

b. Palpasi : merasakan suatu edema, mengevaluasi edema, menentukan karakter nadi, mencatat suhu, derajat kelembaban, mencubit kulit untuk mengamati turgor dan tekstur kulit, menentukan tegangan/tonus otot, menentukan kekuatan kontraksi uterus atau respon nyeri yang abnormal,memperhatikan posisi janin.

c. Perkusi : menggunakan jari, ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi. Kemudian menggunakan palu perkusi, ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak

d. Auskultasi : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.11. Pemeriksaan laboratorium

Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang rontgen, USG, biopsi, pap smearB. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder.

3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan Penurunan komponen seluler yang di butuhkan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.

4. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.

5. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri.

6. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.C. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahanTujuan :Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output jumlah maupun kualitas baik.Kriteria hasil: TTV stabil, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik.Intervensi :a. Kaji kondisi status hemodinamikaRasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasib. Ukur pengeluaran harianRasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginalc. Catat haluaran dan pemasukanRasional : Mengetahuai penurunanan sirkulasi terhadap destruksi sel darah merah.

d. Observasi Nadi dan TensiRasional : Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).

e. Berikan diet halusRasional : Memudahkan penyerapan diet

f. Nilai hasil lab. HB/HTRasional : Menghindari perdarahan spontan karena proliferasi sel darah merah.

g. Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasiRasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan pasifh. Evaluasi status hemodinamika.Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab.Tujuan :Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahankriteria hasil: TTV dalam batas normal, Ekspresi tenang, Hasil laboraturium dalam batas normal.Intervensi :a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bauRasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksib. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahanRasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar.c. Lakukan perawatan vulvaRasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.

d. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksiRasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi

e. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa perdarahanRasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.

f. Batasi pengunjung dan ajari pengunjung untuk mencuci tangan yang baik.Rasional : Mencegah cross infeksi.

g. Observasi suhu tubuh.Rasional : Mengetahui infeksi lanjut.3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan Penurunan komponen seluler yang di butuhkan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.Tujuan :Tidak terjadi Perubahan perfusi jaringan selama perawatan perdarahankriteria hasil:a. Hb dalam batas normalb. turgor kulit baik,vital sign dalam batas normal

c. tidak ada mual muntahd. tidak ada perdarahan

Intervensi :a. Kaji tanda vital, warna kulit, ujung jariRasional : Memberikan informasi mengenai perfusib. Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh.Rasional : Memperlancar vaskularisasi kejaringan perifer.

c. Nilai hasil lab.HB/HT dan jumlah SDM GDA.

Rasional : Mengidentifikasi/memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan.

d. Berikan sel darah merah seuai program terapi.

Rasional : Memaksimalkan transportasi oksigen kejaringan.

4. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasiTujuan :Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasiKriteria hasil: klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukurIntervensi :

a. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitasRasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk mencegah kondisi klien lebih buruk

b. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandunganRasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksic. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hariRasional : Mengistiratkan klilen secara optimald. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klienRasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada Mola Hidatidosa, istirahat mutlak sangat diperlukane. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitasRasional : Menilai kondisi umum klien

5. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteriTujuan :Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialamiKriteria hasil:a. klien mengungkapkan nyeri hilang/berkurangb. tampak rileksc. mampu beristirahat dengan tepatIntervensi :

a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klienRasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun diskripsi.b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnyaRasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeric. Kolaborasi pemberian analgetikaRasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik6. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.Tujuan :Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkatKriteria hasil:

a. klien tenangb. klien dapat memahami informasi tentang penyakitnyac. klien dapat menerima kondisinyaIntervensi :a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit.Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas.

b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien.Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit.

c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan.Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien.d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama.Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan.e. Terangkan hal-hal seputar Mola Hidatidosa yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga.Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.D. EVALUASI

a. Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output jumlah maupun kualitas baik.b. Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahanc. Tidak terjadi Perubahan perfusi jaringan selama perawatan perdarahand. Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasie. Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialamif. Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat

BAB IIITINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN KEHAMILAN : Contoh Kasus:

Ny.N datang ke RS Bersalin Kasih Ibu pada tanggal 11 februari 2014,pukul 08.00 dengan keluhan keluar darah sedikit-sedikit pada vaginanya,klien merasa pusing,penglihatan berkunang-kunang,sering muntah-muntah yang berlebihan dan sering gelisah.1. DATA SUBYEKTIFa. BIODATA 1) Nama

: Ny. N

2) Umur

: 25 tahun

3) Nama suami

: Tn. A

4) Umur

: 26 tahun

5) Suku/bangsa

: Jawa/Indonesia6) Status Perkawinan : Menikah, sah menurut Agama (istri pertama, lama pernikahan 3 Tahun)

7) Agama

: Islam

8) Pendidikan

: SMA

9) Alamat

: Nabang Baru No 13. Metro Timur

10) Diagnosa

: Mola Hidatidosa

2. RIWAYAT KEPERAWATAN/KESEHATANa. Keluhan Utama :Klien merasakan keluar darah sedikit-sedikit, klien merasa pusing penglihatannya kunang-kunang, sering muntah-muntah yang berlebihan dan sering gelisah.b. Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang : klien mengatakan keluar darah sedikit-sedikit selama 1 minggu dang anti pembalut 2-3 kali sehari.c. Riwayat keperawatan/kesehatan masa lalu :

1) Penyakit Jantung : tidak ada

2) Penyakit Hipertensi : tidak ada

3) Penyakit Hepar

: tidak ada

4) Penyakit DM

: tidak ada

5) Penyakit Anemia : tidak ada

6) Penyakit PMS, HIV, AIDS : tidak ada

7) Penyakit Campak : tidak ada

8) Tuberculosis

: tidak ada

9) Operasi

: tidak adad. Riwayat keperawatan/kesehatan keluarga : keluarga klien tidak memiliki penyakit keturunan.e. Riwayat keperawatan/kesehatan lingkungan : lingkungan tempat tinggal klien baik dan bersih, klien rajin membersihkan rumah, sehingga sedikit sekali ada dampak yang berpengaruh buruk terhadap kesehatannya.f. Riwayat psikososial : Dalam menghadapi kehamilan ini klien merasa senang karena kehamilan yang kedua ini memang sudah direncanakan dan mendapat dukungan dari suami dan keluargag. Latar belakang budaya : budaya klien tidak mempengaruhi kesehatan dari klien, klien tidak ada pantangan mengkonsumsi makanan apa punh. Dukungan Keluarga :keluarga mendukung kehamilan kedua klieni. Riwayat Kebidananriwayat haid :1) Menarche : 14 tahun2) Siklus haid : teratur 28-30 hari3) Keluhan selama haid : Tidak ada keluhan selama haid4) Hari pertama haid terakhir (HPHT) : HPHT 29 Oktober 20135) Tafsiran persalinan : 5 Agustus 20146) Riwayat perkawinan:sah menurut agama dan negara7) Riwayat kehamilan dan persalinan

G2P10001

KEHAMILAN PERSALINANNIFASANAKKB

NoSuami keKeluhanUsia kehamilanPenolongCara persalinanPenyulitSexBBLUsia

11Mual, pusing38 mgguBidanPervaginamTidak

AdaBaikLk3200 gr1 thnsuntik

2HAMIL INI

Riwayat kehamilan sekarang:

a. Pemeriksaan kehamilan sebelumnya: 1x

b. Terapi yang diterima: tidak ada

c. HE yang sudah didapat:

1) manfaat pemberian asi esklusif2) pemberian pola diet pada ibu hamil3) perawatan payudara3. POLA-POLA FUNGSI KESEHATAN:a. Pola persepsi-pemeliharaan kesehatan1) Sebelum Hamil : mandi dan ganti pakaian 2x sehari hygiene terjaga2) Saat Hamil :mandi dan ganti pakaian 2x sehari hygiene terjagab. Pola aktivitas_latihan

1) Sebelum Hamil: klien dapat melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasa

2) Saat Hamil : klien mengatakan masih bisa melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasac. Pola nutrisi-metabolisme

1) Sebelum hamil : klien mengatakan biasanya makan 2-3 kali sehari dengan nasi,sayur,ikan/tempe, minum 7-8 gelas/hari

2) Saat hamil : klien tidak mengalami perubahan, makan 2-3 kali sehari, minum 7-8 gelas/hari. Disertai mual dan muntah yang seringd. Pola eliminasi

1) Sebelum hamil: BAK 10x sehari, BAB 1x sehari

2) Saat hamil: BAK 10x sehari, BAB 1x seharie. Pola tidur-istirahat

1) Sebelum hamil: klien mengatakan tidur siang 2 jam dan malam 9 jam dengan nyenyak

2) Saat hamil: klien mengatakan pola istirahatnya sama seperti sebelum hamilf. Pola kognitif-perseptual

1) Sebelum hamil: klien menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarganya

2) Saat hamil:klien mengerti tentang kehamilannya dan memahami kehamilannya sehingga klien berusaha untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan janinnyag. Pola toleransi-koping stress

1) Sebelum hamil: klien mengatakan saat ada masalah, klien menggunakan mekanisme koping yang baik

2) Saat hamil: klien mengatakan saat ada masalah, klien menggunakan mekanisme koping yang baikh. Pola persepsi diri-konsep diri

1) Sebelum hamil: konsep diri klien baik

2) Saat hamil: setelah mengetahui kehamilannya dengan molla hidatidosa, klien merasa cemas,gelisah

i. Pola seksual-reproduksi

1) Sebelum hamil : hubungan seksual dilakukan 3 x 1 minggu

2) Saat hamil : hubungan seksual dilakukan 1x 1 mingguj. Pola hubungan dan peran

1) Sebelum hamil: klien menjalankan perannya sebagai ibu dengan baik

2) Saat hamil: klien menjalankan perannya sebagai ibu dengan baikk. Pola nilai dan keyakinan

1) Sebelum hamil : taat menjalankankan ibadah

2) Saat hamil : taat menjalankan ibadahb. DATA OBJEKTIF1. Tanda-tanda vital:

a. Tekanan darah:110/80 mmhg

b. Nadi: 80x/menit

c. Suhu tubuh: 37,5 C

d. Pernapasan: 22x/menit

e. Tinggi badan:164 cm

f. Berat badan:54 kg

g. Pemeriksaan fisik (head to toe): 1) Kepala:

a) Rambut: hitam, rapi, bersih, tidak ada ketombe,tidak rontok

b) Muka: simetris, tidak ada edema

c) Mata: konjungtiva pucat, sclera tidak ikterus

d) Hidung: paten, tidak ada sinusitis, bentuk simetris

e) Gigi dan mulut: tidak ada karies, tidak stomatitis, bersih

f) Telinga: bersih, pendengaran baik, simetris kanan/kiri2) Leher

a) Kelenjar tiroid:tidak ada pembesaran

b) Vena jugularis: tidak ada pembesaran

3) Dada

a) Jantung: terdapat Lup dup teratur

b) Paru:tidak ada bunyi ronchi dan wheezing , suara nafas vesikuler

c) Payudara: bentuk simetris, membesar, bentuk puting susu menonjol, tidak ada hiperpigmentasi, tidak ada massa, tidak ada pengeluaran, bersih

4) Abdomen

a) Bentuk: uterus lebih besar dari usia kehamilan

b) Strie: terlihat sedikit

c) Linea: terlihat linea alba

d) Bising usus: 15x/mnt

e) Palpasi Leopold: TFU 3 jari dibawah pusat

f) DJJ: tidak terdengar denyut jantung janinh. Genetalia: bersih, tidak ada penyakit kelamin, ada pengeluaran darah pervaginam dan terlihat gelembung-gelembung mola seperti angguri. Ekstrimitas:tidak ada edema, tidak ada varises, reflek patella (+) kanan kirij. Pemeriksaan panggul luar:tidak dilakukank. Tafsiran berat janin: -l. Pemeriksaan penunjang:1) Laboratorium

a) HB : 9 gr%

b) Protein urine : tidak dilakukan

c) Pemeriksaan kadar Beta HCG darah : -

d) Foto toraks : tidak ada gambaran emboli udara

e) USG : tidak terlihat rangka janin, terlihat gelembung-gelembung mola seperti buah anggur gambaran seperti sarang tawon, seperti badai salju.c. ANALISA DATADataEtiologiMasalah Keperawatan

DS :Mengeluh perdarahan sudah 6 hari, badan lemah.DO :

Perdarahan pervaginal bergumpal. Hb. 9 mg% Kulit agak pucat Turgor kulit jelek TD:110/80, nadi:80x/menit, suhu: 37C, rr: 20x/menit.

DS:Klien menyatakan badannya lemah,dan mengeluh perdarahan selama 6hari

DO:

akral dingin

turgor kulit buruk agak pucat.

CRT 3 detik

TD:110/80, nadi

80x/menit, suhu

37C.

Hb: 9 gr%

perdarahan 100cc,

warna merah segar

bergumpal.

DS :

Klien menyatakan tidak tahu kalau dirinya hamil gelembung-gelembung anggur. Klien menyatakan bingung apa yang harus dilakukan.

DO: klien terlihat gelisah.

DS:

klien mengeluh per

darahan selama 6 hari

DO:

Keadaan vulva

lembab dan kotor

akibat perdarahan. Td: 110/80, nadi:80x/menit, suhu:37C, rr:22x/menit.

DS :

Menyatakan dirinya sering mual dan muntah

DO : Klien tampak lemah, pucat Mual dan muntah 2 kali sehari BB:54kg, TB:164cm perdarahan 100cc warna merah segar bergumpa Albumin: 3,8 gr/dl

Perdarahan pervaginam akibat kerusakan jaringan intra uterus

Penurunan komponen seluler yang dibutuhkan untuk pengiriman nutrien sel akibat perdarahan pervaginam

Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakitnya

Perdarahan yang mengakibat

kan kondisi vulva hygiene menjadi berkurang dan selalu lembab.

Mual dan muntah yang berlebihan

Devisit Volume Cairan

Perubahan perfusi jaringan

Cemas

Resiko tinggi infeksi

Resiko kurangnya kebutuhan nutrisi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang dibutuhkan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel akibat pendarahan.

3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakitnya.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab.

5. Resiko kurangnya kebutuhan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah yang berlebihan.C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx 1 : Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan pervaginamTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka tidak terjadi devisit volume cairan, antara intake dan output jumlah maupun kualitasnya baik.Kriteria hasil: TTV stabil, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik.Intervensi :

a. Kaji kondisi status hemodinamikaRasional : Pengeluaran cairan pervaginam memiliki karakteristik bervariasi.

b. Observasi Nadi dan TensiRasional : Mengetahui tanda hipovolemik (perdarahan).

c. Ukur intake dan output harianRasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginam

d. Anjurkan klien memenuhi kebutuhan cairanRasional : Motivasi untuk memenuhi kebutuhan cairan hariannya.

e. Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasiRasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masifDx 2: Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan Penurunan komponen seluler yang di butuhkan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.Tujuan:Tidak terjadi Perubahan perfusi jaringan selama perawatan perdarahankriteria hasil:

a. Hb dalam batas normal

b. turgor kulit baik,vital sign dalam batas normalc. tidak ada mual muntahd. tidak ada perdarahan

Intervensi :

a. Kaji tanda vital, warna kulit, ujung jariRasional : Memberikan informasi mengenai perfusi

b. Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh.Rasional : Memperlancar vaskularisasi kejaringan perifer.

c. Nilai hasil lab.HB/HT dan jumlah SDM GDA.Rasional : Mengidentifikasi/memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan.

d. Berikan sel darah merah seuai program terapi.Rasional : Memaksimalkan transportasi oksigen kejaringanDx 3 : Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakitnya.Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien tidak merasa cemas, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkatKriteria hasil:

a. klien menjadi tenangb. klien dapat memahami informasi tentang penyakitnya

c. klien dapat menerima kondisinya.Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakitRasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas

b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klienRasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penilaian objektif klien tentang penyakit

c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasanRasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien

d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersamaRasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan

e. Terangkan hal-hal seputar Molahidatidosa yang perlu diketahui oleh klien dan keluargaRasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.Dx 4 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab.Tujuan : Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahankriteria hasil: TTV dalam batas normal, Ekspresi tenang, Hasil laboraturium dalam batas normal.Intervensi :a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bauRasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksib. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahanRasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar.c. Lakukan perawatan vulvaRasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.d. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksiRasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi

e. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa perdarahanRasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.

f. Batasi pengunjung dan ajari pengunjung untuk mencuci tangan yang baik.Rasional : Mencegah cross infeksi.

g. Observasi suhu tubuh.Rasional : Mengetahui infeksi lanjut.Dx 5 : Resiko kurangnya kebutuhan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah yang berlebihan.

Tujuan : Nutrisi kebutuhan harian klien akan terpenuhi.Kriteria hasil:

a. Nafsu makan meningkat

b. Porsi makan dihabiskanIntervensi:

a. Kaji status nutrisi klien

Rasional :

Sebagai awal untuk menetapkan rencana pemberian nutrisib. Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering

Rasional :

Makan sedikit demi sedikit tapi sering, dapat membantu untukmeminimalkan anoreksia

c. Anjurkan untuk makan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasiRasional :

Makanan yang hangat dan bervariasi dapat menbangkitkan nafsu makan klien

d. Timbang berat badan sesuai indikasi

Rasional :

Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi

e. Tingkatkan kenyamanan lingkungan termasuk sosialisasi saat makan, anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai klien

Rasional :

Sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makanan

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Dx 1 : Devisit Volume Cairan berhubungan dengan PerdarahanWaktuImplementasiHasil

08.00

08.15

08.20

08.301. Mengkaji kondisi status hemodinamika klien.

2. Mengobservasi Nadi dan Tensi Klien.

3. Mengukur jumlah intake dan output, menerangkan bahaya pengeluaran cairan yang berlebihan.

4. Menganjurkan klien cukup banyak minum dan makan, mengajarkan cara menentukan jumlah minum yang diperlukan selama perdarahan.

5. Memberikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi dokter

.1. Perdarahan merah segar bergumpal :100cc

2. TD:110/80, nadi:80x/menit

3. Intake:1200cc, output: 1300cc, dan pasien telah memahami bahaya dari pengeluaran cairan yang berlebihan.

4. Pasien menyatakan diri akan banyak minum dan makan.

5. Memberikan cairan Nacl o,9% ,1000 ml/hari

Dx 2: Perubahan perfusi jaringan berhubungan penurunan komponen seluler yang dibutuhkan untuk pengiriman oksigen/ nutrien ke sel akibat perdarahan

WaktuImplementasiHasil

08.301. Mengaji tanda-tanda vital, warna kulit, ujung jari

2. Mempertahankan suhu lingkungan dan tubuh

3. Menilai hasil lab. HB/HT dan jumlah SDM GDA

4. Memberikan tablet Fe 500 mg/hari sesuai advise dokter1. TD: 110/80, nadi: 80x/menit, RR: 20x/menit, suhu: 37C

2. Pasien agak pucat, CRT: 3 detik

3. Hb: 10 gr%

Dx 3 : Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

WaktuImplementasiHasil

09.001. Mengkaji tingkat pengetahuan atau persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit

2. Mengkaji derajat kecemasan yang dialami klien

3. Bantu Klien mengidentifikasi penyebab kecemasan

4. Menerapkan bahwa ibu saat ini sebenarnya hamil gelembung-gelembung anggur.

5. Menerangkan agar ibu banyak istirahat

1. Pasien dan keluarga belum mengetahui bahwa ibu hamil gelembung-gelembung mola.

2. Setelah diberikan penjelasan tentang penyakitnya ibu memahami kondisi penyakitnya.

3. Ibu menyatakan mau banyak istirahat.

Dx 4: Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab

WaktuImplementasiHasil

09.301. Mengkaji kondisi keluaran/dishart yang keluar; jumlah, warna dan bau

2. Meneranakan kepada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan

3. Melakukan perawatan vulva

4. Menerangkan kepada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi

5. Menganjurkan pada suami untuk tidak melaukan hubungan senggama selama masa perdarahan

6. Membatasi klien dan mengajari klien untuk mencuci tangan yang baik1. Perdarahan pervaginam warna merah segar bergumpal, peradarahan pervaginam 100cc.2. Setelah diberikan penjelasan, klien mengetahui tentang penting perawatan vulva hygiene.3. Setelah diberikan penjelasan, klien mengetahui tentang cara mengidentifikasi tanda-tanda infeka dan harus segera lapor ke dokter/perawat.4. Setelah dilakukan tindakan vulva hygiene, vulva klien bersih5. Suhu 37C

Dx 5 : Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah berlebihanWaktuImplementasiHasil

10.001. Mengkaji status nutrisi klien.

1. Menganjurkan klien makan sedikit demi sedikit tapi sering

2. Menganjurkan klien untuk makan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi

3. Menimbang berat badan klien sesuai indikasi

4. Tingkatkan kenyamanan lingkungan termasuk sosialisasi saat makan, anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai klien

1.BB: 55 kg, TB: 164 cm, albumin: 4 gr/dl, Hb: 10 %

2.klien menyatakan mau makan sedikit dan sering dan juga bervariasi jenis makanan

3.keluarga klien membawakan makanan kesukaan klien yang memenuhi standar nutrisi dan zat gizi.

E. EVALUASI Dx 1 : Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan pervaginam.

S O A P

Klien menyatakan banyak minum-Vol darah + 100cc keluar, warna merah segar

bergumpal

-TTV: TD:110/80

Nadi:80x/menit

Suhu: 37C

Rr:20x/menit

- Mukosa:agak lembab

- Turgor kulit:membaikMasalah teratasi sebagianLanjutkan intervensi 2, 3, 4,5

Dx 2: Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang dibutuhkan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel akibat perdarahan.

S O A P

- Klien mengatakan badannya tidak lemah lagi- Hb:10gr%

- Turgor kulit:membaik

- TTV: Td: 110/80, nadi: 80x/menit, suhu: 37C, rr:20x/menit

- Mual muntah: 1x/hari

- Perdarahan:100cc/hariMasalah teratasi sebagianLanjutkan intervensi

Dx 3 :Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.

S O A P

-Klien megerti bahwa dirinya hamil gelembung-gelembung anggur dan harus dikuret

-Klien menyatakan bahwa ia banyak istirahat-Klien tampak tenang

-Klien menerima kondisinyaMasalah teratasiIntervensi dihentikan

Dx 4: Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab.

S O A P

-Klien menyatakan jumlah perdarahannya berkurang dan rajin melakukan perawatan vulva hygiene sendiri-TTV: Td:110/80, nadi: 80x/menit, suhu: 37C, rr: 20x/menit

-Ekspresi wajah: pasien tampak tenang

-Tidak ada tanda-tanda infeksi (tidak demam, vulva tidak merah, tidak bengkak, tidak keluar nanah)Masalah teratasiIntervensi dihentikan

Dx 5: Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah berlebihan. S O A P

- klien menyatakan nafsu makan meningkat

- klien menyatakan porsi makan dihabiskan (porsi sedikit tapi sering)- BB: 55kg

- TB:164cm

- Albumin: 4gr/dl

- Hb: 10gr%Masalah teratasiIntervensi dihentikan

F. KESENJANGAN TEORI DAN KASUSPembahasan kesenjangan teori dan kasusTeori pada Pasien dengan Diagnosa Mola Hidatidosa, salah satu gejalanya pasien akan mengatakan nyeri. Tetapi pada Ny. N tidak timbul gejala nyeri pada kehamilan mola hidatidosa karena memang persepsi dan toleransi terhadap nyeri pada pasien satu dan pasien yang lain sangat berbeda.Nyeri merupakan suatu perasaan tidak nyaman yang betul-betul subyektif dan hanya orang yang menderitanya yang dapat menjelaskan serta mengevaluasinya. Nyeri dapat timbul oleh beberapa stimulasi tetapi reaksi terhadap nyeri tidak dapat diukur dengan obyektif. Dan respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh emosi, tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri dan pengertian nyeri, sehingga dapat menganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat, konsentrasi serta kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan (Barbara Engram, 1999).Intensitas nyeri dapat ditemukan dengan berbagai cara salah satunya adalah bertanya kepada klien tentang nyeri atau ketidaknyamanan. Metode lain adalah bertanya kepada klien untuk mengurangi bagaimana gawatnya nyeri yang mendatangkan ketidaknyamanan dengan menggunakan skala 0 sampai 10. dimana skala 0-3 ringan, skala 4-6 nyeri sedang, skala 7-10 nyeri berat (Barbara C. Long, 1996).Teori pada Pasien dengan Diagnosa Mola Hidatidosa, salah satu gejalanya pasien akan mengatakan nyeri, dan masalah nyeri ini dikaji dengan menggunakan pendekatan P, Q, R, S, T. Dimana P : nyeri meningkat ketika darah keluar pervaginam, Q : frekuensi nyeri sering, berlangsung sebentar dan terasa seperti diremas-remas, R : nyeri terjadi pada abdomen bagian bawah, S : skala nyeri 4 5 (sedang), T : nyeri berlangsung sebentar tapi sering ketika darah keluar pervaginam. Serta klien tampak menahan sakit ketika perutnya dipalpasi. Kondisi ini akan menyebabkan masalah keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri.Untuk mengatasi masalah nyeri ini pada klien dengan Mola Hidatidosa, intervensi dapat dibuat dengan tujuan agar nyeri berkurang atau hilang dengan jangka waktu 2 x 24 jam dengan kriteria hasil ekspresi wajah tenang, rileks, pasien tidak mengeluh nyeri setelah dilakukan tindakan keperawatan. Adapun perencanaan yang dibuat adalah sebagai berikut :a. tentukan sifat, lokasi dan Durasi nyeri, hal ini dilakukan untuk membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapi

b. kaji stress psikologis klien / pasangan dan respon emosional terhadap kejadian, hal tersebut dilakukan karena ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat derajat ketidaknyamanan

c. ajarkan tehnik relaksasi dan nafas dalam hal tersebut dilakukan untuk memfokuskan kepada perhatian tertentu atau menurunkan ketegangan otot

d. berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk mengalihkan rasa nyeri rasionalnya dengan lingkungan tenang maka dapat membantu dalam menurunkan tingkat ansietas dan karenanya mereduksi ketidaknyamananke. kolaborasi untuk menghilangkan nyeri.Dalam pelaksanaannya, perawat dapat melakukan semua perencanaan yang telah dibuat, hal ini didukung dengan adanya peran aktif pasien dan keluarga mengikuti proses keperawatan dan keinginan yang besar untuk segera sembuh dari penyakitnya.Pada Ny. N tidak timbul gejala nyeri pada kehamilan mola hidatidosa karena memang persepsi dan toleransi terhadap nyeri pada pasien satu dan pasien yang lain sangat berbeda. Inilah salah satu alasan respon nyeri perlu dikaji dengan teliti. Penyebab spesifik mungkin sulit ditemukan, namun umumnya sifat dan letak lesi yang mendatangkan nyeri dapat ditentukan dari data-data klinis. Dua macam serabut saraf meneruskan rangsangan nyeri : pada kulit dan otot. Serabut A meneruskan rasa nyeri tajam setempat dan serabut C dari visceral uterus dan otot-otot kurang meneruskan rasa nyeri tumpul setempat. Serabut-serabut aferen ini mempunyai badan-badan sel disebelah dorsal akar ganglion, beberapa akson menyilang garis tengah dan naik ke medulla, otak tengah dan tallamus. Rasa nyeri dirasakan di korteks girus post sentralis, yang dapat menerima impuls yang datang dari dua sisi tubuh. Rasa tidak nyeri pada pasien karena impuls tida dapat diteruskan ke medulla, otak tengah dan tallamus.Rangsangan yang biasanya mendatangkan rasa nyeri pada uterus adalah ketegangan dan kerengangan. Usia kehamilan pada Ny. N 15 minggu, 1 hari dan TFU 3 jari dibawah pusat. Memang TFU lebih besar dari usia kehamilan normal yang seharusnya pada usia 16 minggu TFU berada pada setengah pusat dan sympisis pubis. Tapi otot-otot abdomen Ny. N tidak terlalu meregang sehinnga Ny. N tidak merasakan nyeri. Factor psikologis Pasien juga sangat penting menentukan rasa nyeri.BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Mola Hidatidosa ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari proliferasi trofoblastik dangan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya menempati kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini ditemukan dalam tuba falopii dan bahkan dalam ovarium. Perkembangan penyakit trofoblastik ini amat menarik, dan ada tidaknya jaringan janin telah digunakan untuk menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplet (klasik) dan parsial (inkomplet).Kehamilan mola hidatidosa merupakan kelainan kehamilan yang banyak terjadi pada multipara yang berumur 35-45 tahun.Mengingat banyaknya kasus mola hidatidosa pada wanita umur 35-45 tahun sangat diperlukan suatu penanggulangan secara tepat dan cepat dengan penanganan tingkat kegawatdaruratan obstetric. Observasi dini sangat diperlukan untuk memberikan pertolongan penanganan pertama sehingga tidak memperburuk keadaan pasien. Penerapan asuhan keperawatan sangat membantu dalam perawatan kehamilan mola hidatidosa karena kehamilan ini memerlukan perawatan dan pengobatan secara kontinyu sehingga keluarga perlu dilibatkan agar mampu memberikan perawatan secara mandiri.Pendidikan kesehatan sangat diperlukan mengingat masih banyaknya wanita-wanita khususnya yang berumur 35-45 tahun yang kurang mengerti tentang kehamilan mola hidatidosa.B. SARAN

a. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca dan sebagai penuntun dalam memhami apa itu penyakit campak ( Morbili ).b. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi orang tua yang anaknya pernah mengalami / sedang mengalami penyakit campak sehingga dapat mengaplikasikan langkah apa yang harus dilakukan ketika seorang bayi , anak , ataupun keluarga terkena penyakit campak.

c. kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk kemajuan kami dalam penyusunan makalah ini.DAFTAR PUSTAKA

Bagian obstetric & ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset

Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC

Johnson & Taylor. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam . 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta

Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta