Makalah MDD ME

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN Gangguan depresi mayor (major depressive disorder) merupakan munculnya satu atau lebih episode depresi mayor tanpa adanya riwayat episode manik atau hipomanik misalnya merasa sedih, putus asa dan terpuruk (Nevid dkk, 2003). Depresi mayor merupakan tipe gangguan mood unipolar. Olson (dalam Nevid dkk, 2003) menjelaskan diperkirakan 120 juta orang di dunia menderita depresi. Gangguan depresi mayor dapat menyerang siapa saja dalam berbagai status ekonomi dan profesi. Menurut WHO, di seluruh dunia pada tahun 2020, diperkirakan bahwa depresi akan menjadi penyebab disabilitas terbesar nomor dua. Gangguan ini sering kali tidak terdeteksi dengan benar dan akibatnya tidak mendapat tatalaksana yang benar pula. Depresi yang tidak diterapi dengan benar akan menyebabkan penderitaan serta disabilitas terutama dalam bidang sosial dan pekerjaan. Oleh sebab itu dapat dibayangkan tingkat keparahan dampaknya bagi suatu negara baik secara ekonomis dan non-ekonomis baik pada masa kini maupun pada masa depan.

1

BAB II LAPORAN KASUS Skenario 1 Ny. Maryam, 52 tahun, seorang guru SD, dibawa oleh suaminya ke UGD RS Trisakti dengan keluhan : Merasa murung / depresif sejak 5 bulan yang lalu Tidak mampu bekerja lagi, mudah lelah dan kehilangan minat sejak 5 bulan yang lalu Sulit tidur sejak 5 bulan yang lalu Menarik diri dan mengalami retardasi psikomotor sejak 2 minggu yang lalu

y y y y

Skenario 2 Menurut suaminya pasien pernah dirawat di RS Trisakti dengan gejala yang sama serta merasa tidak berguna dan putus asa pada 5 tahun yang lalu. Kira-kira 2 minggu yang lalu, tanpa alasan yang jelas pasien sering mengucurkan air mata, bahkan kadang-kadang ia mendengar ada suara-suara yang memanggil namanya serta nama anak-anaknya. Pada saat ia menengok kearah sumber suara-suara tersebut ia tidak melihat ada siapa-siapa. Kadang-kadang pasien hanya berdiam diri seperti patung. Pasien merasa berdosa karena tidak bisa lagi menangani pekerjaan rumah tangga, mengurus anak serta melakukan pekerjaannya sebagai guru. Mulai semester yang lalu terjadi perubahan kurikulum di tempat ia mengajar, semua guru diwajibkan mengajar dengan kurikulum yang baru, pasien merasa tidak berpengalaman dan

2

enggan untuk mengajar lagi. Sejak itu pasien mulai kehilangan konsentrasi, afeknya menurun, dan mengalami gangguan tidur. Pasien dikonsultasikan ke PMT dan diobati sebagai penderita dengan gangguan depresi dan mendapat resep obat-obatan antidepresan termasuk Mianserin 30mg, seroxat 20mg. Masalah lain yang membebani pasien adalah putrinya yang berusia 20 tahu mempunyai masalah medis dengan kejang-kejang yang berulang dan didiagnosis sebagai penderita Epilepsi pada tahun 2008 serta harus kontinu berobat. Pada tahun 2009, ada masalah lain yang dengan putra sulung yang kuliah di Fakuktas Teknik Sipil dan sudah dua kali gagal ujian dan hingga kini belum juga lulus jadi sarjana. Kedua peristiwa tersebut membuat pasien semakin resah, dan ia selalu memikirkan kondisi mereka, dan merasa berdsosa karena tidak bisa merawat dan memdidik anak dengan baik. Pasien adalah anak tertua dari 6 bersaudara, hubungan interpersonal dengan saudara kandung baik sekali, pasien sangat sayang pada adik-adiknya dan membantu orangtua mengasuh mereka. Ayah dan ibu pasien sudah meninggal karena penyakit diabetes, ibu pasien mempunyai riwayat gangguan depresi. Pergaulan dengan teman-teman cukup baik dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Prestasi di sekolah juga di atas rata-rata. Pasien menikah pada usia 28 tahun, dikaruniai 4 orang anak. Anak pertama, laki-laki mahasiswa Fakultas Teknik sipil sudah dua kali gagal untuk lulus kuliah, anak kedua seorang wanita menderita epilepsy. Anak yang ke-3 dan bongsu tidak ada masalah dengan sekolah dan kesehatannya. Pendidikan : sarjana pendidikan.

3

Pekerjaan : guru sekolah. Pekerjaan suami : wiraswasta Keadaan sosio ekonomi cukup baik. Skenario 3 Status mental: Deskripsi umum: Penampilan: seorang wanita, 52 tahun, guru, tampak lebih tua dari usianya, dengan rambut tersisir agak rapi, dandanannya cukup rapi, wajah tidak dirias, memakai sandal. Kesadarannya baik, kooperatif,kontak mata ada, tanpa disertai perilaku yang aneh. Pasien bicara dalam bahasa Indonesia yang fasih, nadanya lembut, dan arusnya melambat. Afeknya hipotim, ekpresi afektif :stabil, pengendalian cukup,echt,dalam, dapat dirabarasakan, skala differensiasi sempit. Persepsi : ada halusinasi dengar Proses pikir : produktivitas kurang, tidak terdapat pengendoran asosiasi. Isi pikir: terdapat waham dosa Fungsi intelektual : daya konsentrasi terganggu, perhatian terganggu, orientasi baik, daya ingat baik, intelengasi diatas rata-rata, daya nilai social dan uji daya nilai social : baik.daya realita terganggu Tilikan :derajat dua, dapat dipercaya4

Pemeriksaan fisik, neurologi tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan lab: Gula darah puasa : 200mg/dl , 2 jam PP: 320mg/dl INFORMASI KASUS Anamnesis y Identitas Pasien y Nama Umur Alamat Pekerjaan Status : Ny. Maryam : 52 tahun :: guru SD : Menikah

Riwayat Gangguan Sekarang : Merasa murung / depresif sejak 5 bulan yang lalu Tidak mampu bekerja lagi, mudah lelah dan kehilangan minat sejak 5 bulan yang lalu Sulit tidur sejak 5 bulan yang lalu Menarik diri dan mengalami retardasi psikomotor sejak 2 minggu yang lalu kira 2 minggu yang lalu, tanpa alas an jelas sering mengucurkan air mata kadang-kadang merasa mendengar ada suara-suara yang memanggil namanya serta nama anak-anaknya. Kadang-kadang hanya berdiam diri seperti patung Telah mendapat resep obat-obatan antidepresan : Mianserin 30mg, seroxat 20mg.

5

y

Riwayat Gangguan Sebelumnya : o Riwayat Psikiatri pernah dirawat di RS Trisakti dengan gejala yang sama serta merasa tidak berguna dan putus asa pada 5 tahun yang lalu. o Riwayat Gangguan Medis DM (berdasarkan pemeriksaan laboratorium: GDP

dan 2jam PP yang tinggi dari nilai normal) o Riwayat Penggunaan NAPZA tidak ditemukan y Riwayat Kehidupan Pribadi : Pasien adalah anak tertua dari 6 bersaudara, hubungan interpersonal dengan saudara kandung baik sekali, pasien sangat sayang pada adik-adiknya dan membantu orangtua mengasuh mereka. Pergaulan dengan teman-teman cukup baik dan memiliki jiwa social yang tinggi. Prestasi di sekolah juga di atas rata-rata. Pasien menikah pada usia 28 tahun, dikaruniai 4 orang anak. Anak pertama, lakilaki mahasiswa Fakultas Teknik sipil sudah dua kali gagal untuk lulus kuliah, anak kedua seorang wanita menderita epilepsy. Anak yang ke-3 dan bungsu tidak ada masalah dengan sekolah dan kesehatannya. Pekerjaan : guru sekolah, Pekerjaan suami : wiraswasta Riwayat Keluarga : Ayah dan ibu pasien sudah meninggal karena penyakit diabetes, ibu pasien mempunyai riwayat gangguan depresi. y Kehidupan Sosial Ekonomi Sekarang : cukup baik.

y

6

Status Mental Deskripsi umum: Penampilan : seorang wanita, 52 tahun, guru, tampak lebih tua dari usianya, dengan rambut tersisir agak rapi, dandanannya cukup rapi, wajah tidak dirias, memakai sandal. y Kesadarannya baik, kooperatif,kontak mata ada, tanpa disertai perilaku yang aneh. Pasien bicara dalam bahasa Indonesia yang fasih, nadanya lembut, dan arusnya melambat. y Afeknya hipotim, ekpresi afektif :stabil, pengendalian cukup,echt,dalam, dapat dirabarasakan, skala differensiasi sempit. y y y y Persepsi : ada halusinasi dengar Proses pikir : produktivitas kurang, tidak terdapat pengendoran asosiasi. Isi pikir: terdapat waham dosa Fungsi intelektual : daya konsentrasi terganggu, perhatian terganggu, orientasi baik, daya ingat baik, intelengasi diatas rata-rata, daya nilai social dan uji daya nilai social : baik.daya realita terganggu y Tilikan :derajat dua, dapat dipercaya

y

Pemeriksaan fisik, neurologi tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan lab: Gula darah puasa : 200mg/dl , 2 jam PP: 320mg/dl

7

HIPOTESIS MASALAH 1. Gejala mood hipotimia, karena pasien merasa murung / depresif, menunjukkan kesedihan. 2. Kehilangan minat dan menarik diri, bahkan kadang-kadang diam seperti patung. 3. Berkurangnya energi yang ditunjukkan dengan rasa mudah lelah sejak 5 bulan yang lalu. 4. Gangguan tidur sejak 5 bulan yang lalu. 5. Keluhan fisik berupa retardasi psikomotor sejak 2 minggu yang lalu. 6. Halusinasi auditorik 7. Rasa percaya diri menurun yang mengakibatkan konsentrasi dan perhatiannya juga menurun. 8. Perasaan berrsalah dan berdosa terhadap keluarga dan pekerjaannya. 9. Riwayat gejala yang sama lima tahun yang lalu menjadikan pasien lebih rentan untuk kembali mengalami gangguan yang sama. 10. Pernah didiagnosis dengan gangguan depresi dan mendapat resep obat-obatan antidepresan termasuk Mianserin 30mg, seroxat 20mg. 11. Terdapat masalah-masalah dalam hidup pasien seperti perubahan kurikulum di tempatnya mengajar, putrinya yang menderita epilepsy, dan putra sulungnya sudah dua kali gagal ujian. Masalah-masalah ini mungkin menjadi pencetus timbulnya gangguan yang dialami. 12. Ibu pasien mempunyai riwayat gangguan depresi pasien 2 sampai 10 kali berisiko mengalami depresi berat. 13. Mengidap DM didasari dengan penemuan laboratorium di mana didapatkan peningkatan GDP dan 2 jam PP

8

ANAMNESIS TAMBAHAN Alamat tempat tinggal Apakah menggunakan zat atau obat-obat tertentu Bagaimana nafsu makannya Aktivitas seksual Adakah tegang otot dan berdebar-debar Adakah cemas setiap hari Apakah pernah mengalami peristiwa traumatik Apakah obat antidepresan yang diresepkan sebelumnya diminum sesuai petunjuk Apakah ada niat atau percobaan bunuh diri

y y y y y y y y y

DIAGNOSIS Major Depretif Disfunction (MDD) karena terdapat gejala-gejala yang sesuai dengan criteria MDD menurut DSM IV yaitu : mood depretif, kehilangan minat dan kegembiraan, gangguan tidur, rasa bersalah dan tidak berguna, retardasi psikomotor, konsentrasi menurun. Kriteria diagnosis depresi menurut PPDGJ III : Tiga gejala utama minat. Berdasarkan PPDGJ-III , diagnosis multiaksial pada pasien ini adalah (1): Axis I : F 32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik afek depresif, berkurang energi yang tampak dengan rasa lelah, hilangnya

9

-

Axis II : tidak dapat ditemukan Axis III : gangguan metabolik, Gejala,tanda dan temuan klinis laboratorium abnormal

-

Axis IV : masalah pekerjaan, masalah keluarga Axis V : GAF : 35

DIAGNOSIS BANDING Gangguan skizoafektif Post traumatic syndrome disorder (PTSD) o PTSD dapat disingkirkan karena pada PTSD harus didapatkan suatu peristiwa traumatik yang mengawali penyakitnya, seperti cemas dan gelisah, iritabilitas, bangun tidur di malam hari, dan timbul gejala / reaksi fisiologis jika berhadapan dengan hal-hal atau symbol-simbol yang berkaitan dengan aspek peristiwa traumatik. o Selain itu menurut DSM-IV, etiologi PTSD diantaranya sebagai berikut : Kekerasan personal, penculikan, penyanderaan, serangan militer, serangan teroris, penyiksaan, bencana alam, tahanan politik dan perang, atau didiagnosis mengalami penyakit berat.

y y

10

PSIKOPATOLOGI Masalah-masalah yang menimpa pasien menyebabkan stress yang berkepanjangan sehingga timbul gangguan pada neurotransmitter di otak, yakni berkurangnya serotonin dan norepinefrin sehingga timbul gejala-gejala depresi. PENATALAKSANAAN (a) Psikofarmaka y y y y Obat-obat anti depresan: amoksapin 75-200mg/hari Obat antipsikotik : fenotiazin 150mg/hari Uutuk DM : metformin Rujuk psikiater

(b) Psikoterapi y Terapi perilaku kognitif Tujuan dari terapi perilaku kognitif adalah: 1. Menghilangkan episode depresi 2. Mencegah rekuren depresi Pada pasien ini diperlukan rawat inap atas indikasi yaitu : tilikan yang buruk, memerlukan observasi dan juga keperluan pengobatan . Prognosis : Ad vitam : Bonam Ad sanasionam : Dubia ad malam Ad fungsionam : Dubia ad bonam

11

BAB III TINJAUAN PUSTAKA Depresi merupakan salah satu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa tidak berharga, merasa kosong, dan tidak ada harapan, berpusat pada kegagalan dan menuduh diri, dan sering disertai iri dan pikiran bunuh diri, klien tidak berminat pada pemeliharaan Diri dan aktivitas sehari-hari. (Kelliat, B.A, 1996)

Etiologi Depresi Etiologi depresi yang pasti belum diketahui. Beberapa faktor yang diketahui berkaitan dengan terjadinya depresi: 1. Berbagai penyakit fisik 2. Faktor psikis 3. Faktor sosial dan lingkungan 4. Faktor obat 5. Faktor usia 6. Faktor genetik

Depresi Sebagai Bagian dari Gangguan Alam Perasaan Kelainan fundamental dan kelompok gangguan alam perasaan yang membedakan dengan kelompok gangguan kejiwaan lainnya adalah adanya perubahan suasana perasaan (mood), biasanya ke arah depresi (dengan atau tanpa anxietas yang menyertainya), atau ke arah elasi. Perubahan efek ini biasanya disertai dengan suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktifitas,12

dan kebanyakan gejala lainnya adalah sekunder terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami hubungannya dengan perubahan tersebut. (Muslim, 2001)

Tabel 2.3 Klasifikasi Gangguan Perasaan (mood) (Rusdi, Jakarta, 2001) Kode F.32. F.32.0 F.32.00 F.32.01 F.32.1 F.32.10 F.32.11 F.32.2 F.32.3 F.32.8 F.32.9 F.33 F.33.0 F.33.00 F.33.01 F.33.1 F.33.01 Jenis Gangguan Suasana Perasaan (mood) Episode depresi Episode depresi ringan Tanpa gejala somatik Dengan gejala somatik Episode depresi sedang Tanpa gejala somatik Dengan gejala somatik Episode depresi berat tanpa gejala psikotik Episode depresi berat dengan gejala psikotik Episode depresi lainnya Episode depresi yang tidak tergolongkan (unspecified) Gangguan depresi berulang Gangguan depresi berulang, episode kini ringan Tanpa gejala somatik Dengan gejala somatik Gangguan depresi berulang, episode kini sedang Tanpa gejala somatik

13

F.33.11 F.33.2 F.33.3 F.33.4 F.33.8 F.33.9

Dengan gejala somatik Gangguan depresi berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik Gangguan depresi berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik Gangguan depresi berulang, kini di atas remisi Gangguan depresi berulang lainnya Gangguan depresi berulang yang tidak tergolongkan (unspecified)

Gejala dan Penegakan Diagnosis Depresi

Untuk menegakkan diagnosa depresi seseorang, maka yang dipakai pedoman adalah ada tidaknya gejala utama dan gejala penyerta lainnya, lama gejaa yang muncul, dan ada tidaknya episode depresi ulang (Rusdi Maslim, 2001). Sebagaimana tersebut berikut ini : 1. Gejala utama pada derajat ringan, sedang dan berat 1) Afek depresi 2) Kehilangan minat dan kegembiraan 3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan yang mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

2. Gejala penyerta lainnya: 1) Konsentrasi dan perhatian berkurang 2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang 3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna 4) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

14

5) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri 6) Tidur terganggu 7) Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresi dan ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurangkurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.

Kategori diagnosis depresi ringan (F.32.0), sedang (F.32.1) dan berat (F.32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresi berikutnya harus diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis gangguan depresi berulang (F.33).

1) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Ringan (1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas (2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya (3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu (4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.

2) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Sedang (1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama (2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya (3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu

15

(4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga.

3) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik (1) Semua 3 gejala utama depresi harus ad (2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat (3) Bila ada gejala penting (misal retardasi psikomotor) yang menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan. (4) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

4) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas (F.32.2) tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau alfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.

16

Depresi sebagai Bagian dari Reaksi Kehilangan Murray (1991) menyatakan bahwa kehilangan, berpisah dengan barang, orang, status, sesuatu yang dicintainya, atau tempat dimana ia berada adalah faktor pencetus terjadinya depresi. Kehilangan dapat berupa kehilangan yang nyata atau aktual ataupun yang dirasakan sementara ataupun menetap. E. Kubler Ross (1998), menyatakan bahwa reaksi kehilangan ada 5 tahap, yaitu : 1. Deniel 2. Anger 3. Bergaining 4. Depresi 5. Accpetance TERAPI KOGNITIF-BEHAVIORAL(5) Terapi perilaku kognitif (atau terapi perilaku kognitif, CBT) adalah sebuah pendekatan psikoterapi yang bertujuan untuk memecahkan masalah mengenai disfungsional emosi, perilaku dan kognisi melalui berorientasi tujuan, prosedur sistematis. Judul digunakan dalam berbagai cara untuk menunjukkan terapi perilaku, terapi kognitif, dan untuk merujuk pada terapi berdasarkan kombinasi perilaku dasar dan penelitian kognitif. CBT ini terutama dikembangkan melalui terapi perilaku penggabungan dengan terapi kognitif. Sementara berakar pada teori yang agak berbeda, kedua tradisi menemukan landasan bersama dalam memusatkan perhatian pada "di sini dan sekarang", dan mengurangi gejala. [5] Banyak CBT program perawatan untuk gangguan tertentu telah dievaluasi untuk keberhasilan dan efektivitas; perawatan kesehatan trend pengobatan berbasis bukti, di mana perawatan spesifik

17

untuk diagnosis berdasarkan gejala disarankan, telah disukai CBT atas pendekatan-pendekatan lain seperti perawatan psikodinamik. Di Britania Raya, National Institute for Health and Clinical Excellence CBT merekomendasikan sebagai pengobatan pilihan bagi sejumlah masalah kesehatan mental, termasuk post-traumatic stress disorder, OCD, bulimia nervosa dan depresi klinis.

18

BAB IV KESIMPULAN Dari hasil diskusi kami, diagnosis pada pasien adalah episode depresi berat dengan gejala psikosis. Kerana berdasarkan PPDGJ-III, ditemukan 3 gejala utama pada pasien ini yaitu afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya mudah lelah dan menurunkan aktivitas. Selain itu, terdapat juga gejala lainnya yaitu konsentrasi berkurang, perasaan rasa bersalah dan tidak berguna,tidur terganggu dan nafsu makan yang berkurang. Pada pasien juga, disertai waham dosa dan halusinasi auditorik. Pada pasien dilakukan terapi hospitalisasi, psikofarmaka dan juga psikoterapi. Dilakukan pengontrolan obat dan mengevaluasi diagnosis.

19

DAFTAR PUSTAKA (1) Masim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dan PPDGJ-III. Jakarta: bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: 2001 (2) Lubis Bacthiar, Elvira DS. Penuntun Wawancara Psikodinamik dan psikoterapi. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK UI, 2005. (3) Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. 7th ed. Jakarta. Binarupa Aksara, 1997 (4) Rusdi M. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta.2001 (5) Terapi kognitif. Accessed on May, 26, 2011, available athttp://tribk06.multiply.com/journal/item/47/TERAPI_KOGNITIF-BEHAVIORAL

(6) Depresi. Accessed on May, 26 ,2011,available athttp://creasoft.wordpress.com/2008/04/19/depresi/

20

21