Upload
virda-fitra-mandasari
View
59
Download
37
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas semester dua nih
Citation preview
MAKALAH MIKROBIOLOGI
BAKTERI Helicobacter pylori
Oleh KELOMPOK:
1. EGI GARCINIA ZAHRA (131010101048)
2. PUTRI EFINA (132210101027)
3. MAULIDIA MAHARANI (132210101031)
4. VIRDA FITRA MANDASARI (132210101049)
5. RENOVA RIZKA (132210101057)
6. MUFLIKHATUN NISA (132210101061)
7. MUHIMATUL FITRIA K (132210101071)
8. R. AYU RIFQA ZAINATUL H (132210101089)
9. FRISKA WIRA SABRINA (132210101095)
10. LAILI NURUL DIDIK SAPUTRI (132210101103)
BAGIAN BIOLOGI FARMASIFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER
2014
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatserta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas ini yaitu makalah tentang bakteri Helicobacter pylori tepat pada waktunya.
Dalam menyusun tugas ini, tentu masih terdapat kekurangan maupun kekeliruan, baik teori maupun kalimat dan bahasanya. Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritikan demi sempurnanya penyusunan makalah kami ini.
Selanjutnya tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibatdalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Semoga tugas ini memberikan informasi bagi para pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua serta dapat membantu memenuhi tugas yang diberikan.
Jember , 13 Mei 2014Penulis
2
Daftar Isi
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5C. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5D. Manfaat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
BAB II LANDASAN TEORI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6BAB III PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A. Definisi bakteri Helicobacter pylori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11B. Morfologi dan metabolisme dari bakteri Helicobacter pylori . . . . 13C. Faktor virulensi dari Helicobacter pylori. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16D. pengobatan dan pencegahan dari infeksi Helicobacter pylori . . . 22
BAB V PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Helicobacter pylori bermigrasi keluar dari Afrika bersama dengan inang
manusia sekitar 60.000 tahun yang lalu. Penelitian terbaru menyatakan bahwa
keragaman genetik di H. pylori meningkat dengan jarak geografis dari Afrika Timur.
Setidaknya setengah populasi dunia terinfeksi oleh bakteri, sehingga infeksi yang paling
luas di dunia. Tingkat infeksi yang sebenarnya bervariasi dari satu negara ke negara;
dengan negara berkembang memiliki tingkat infeksi jauh lebih tinggi dari Barat ( Eropa
Barat , Amerika Utara , Australasia ), di mana tingkat yang diperkirakan sekitar 25%.
Usia di mana bakteri ini diperoleh tampaknya mempengaruhi hasil patologis
kemungkinan infeksi: orang yang terinfeksi itu pada usia dini cenderung mengalami
radang lebih intens yang dapat diikuti oleh gastritis atrofi dengan risiko berikutnya yang
lebih tinggi dari ulkus lambung, kanker lambung atau keduanya. Akuisisi pada usia
yang lebih tua membawa perubahan lambung yang berbeda lebih cenderung mengarah
ke ulkus duodenum. Infeksi biasanya diperoleh pada anak usia dini di semua negara.
Namun, tingkat infeksi dari anak-anak di negara berkembang lebih tinggi daripada di
negara-negara industri , mungkin karena kondisi sanitasi yang buruk, mungkin
dikombinasikan dengan penggunaan antibiotik yang lebih rendah untuk patologi terkait.
Di negaranegara maju itu saat ini jarang menemukan anak yang terinfeksi, namun
persentase orang yang terinfeksi meningkat dengan usia, dengan sekitar 50% yang
terinfeksi untuk mereka yang berusia lebih dari 60 dibandingkan dengan sekitar 10%
antara 18 dan 30 tahun.
Semakin tinggi prevalensi di kalangan orang tua mencerminkan tingkat infeksi
yang lebih tinggi ketika mereka masih anak-anak daripada infeksi di usia nanti. Di
Amerika Serikat, prevalensi tampaknya lebih tinggi di Afrika-Amerika dan Hispanik
populasi, kemungkinan besar karena faktor sosial ekonomi. Tingkat yang lebih rendah
dari infeksi di Barat terutama disebabkan oleh standar kebersihan tinggi dan meluasnya
penggunaan antibiotik. Meskipun tingkat infeksi yang tinggi di daerah-daerah tertentu
di dunia, frekuensi keseluruhan infeksi H.pylori menurun. Namun, resistensi antibiotik
4
muncul dalam H. pylori sudah ada banyak metronidazole - dan klaritromisin . strain
resisten di sebagian besar dunia.
H. pylori adalah menular, meskipun rute yang tepat dari transmisi tidak
diketahui. Transmisi dari orang ke orang melalui baik oral-oral atau rute fekal-oral yang
paling mungkin. Konsisten dengan rute-rute ini transmisi, bakteri telah diisolasi dari
kotoran, air liur dan plak gigi dari beberapa orang yang terinfeksi. Temuan
menunjukkan bahwa H. pylori lebih mudah ditularkan melalui lendir lambung daripada
melalui air liur. Penularan terjadi terutama dalam keluarga di negara maju namun juga
dapat diperoleh dari masyarakat di negara berkembang. H. pylori juga dapat ditularkan
secara lisan melalui kotoran melalui konsumsi air limbah yang tercemar, sehingga
lingkungan yang higienis dapat membantu mengurangi risiko infeksi H.pylori.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi bakteri Helicobacter pylori?
2. Bagaimana morfologi dan metabolisme dari bakteri Helicobacter pylori?
3. Bagaimana faktor virulensi dari Helicobacter pylori?
4. Bagaimana pengobatan dan pencegahan dari infeksi Helicobacter pylori?
1.3 TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi bakteri Helicobacter pylori.
2. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi dan metabolisme dari bakteri
Helicobacter pylori.
3. Mahasiswa dapat mengetahui faktor virulensi dari Helicobacter pylori.
4. Mahasiswa dapat mengetahui pengobatan dan pencegahan dari infeksi
Helicobacter pylori.
1.4 MANFAAT
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kuliah mikrobiologi
serta agar masyarakat mengetahui tentang bakteri Helicobacter pylori serta infeksinya
dan dapat mencari solusi untuk pengobatan dan pencegahannya.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Helicobacter pylori sebelumnya bernama Campylobacter pylori, adalah Gram-
negatif , mikroaerofilik bakteri yang ditemukan dalam lambung . Hal itu diidentifikasi
pada tahun 1982 oleh ilmuwan Australia Barry Marshall dan Robin Warren , yang
menemukan bahwa itu hadir pada pasien dengan kronis gastritis dan ulkus lambung ,
kondisi yang sebelumnya tidak diyakini memiliki penyebab oleh mikroba. Hal ini juga
terkait dengan pengembangan duodenum bisul dan kanker perut . Namun, lebih dari 80
persen orang yang terinfeksi dengan bakteri yang tanpa gejala dan telah mengatakan
bahwa mungkin memainkan peran penting dalam ekologi perut alami dan diperkirakan
telah berevolusi untuk menembus berlendir lapisan lambung.
H. pylori adalah helix (diklasifikasikan sebagai melengkung berbentuk batang,
tidak spiroketa ) Gram-negatif bakteri, memiliki panjang sekitar 3 mikrometer dengan
diameter sekitar 0,5 mikrometer. Hal ini mikroaerofilik (membutuhkan oksigen , tetapi
pada konsentrasi yang lebih rendah daripada yang ditemukan di atmosfer). Berisi
hydrogenase yang dapat digunakan untuk memperoleh energi dengan mengoksidasi
molekul hidrogen yang diproduksi oleh bakteri usus. Energi ini menghasilkan oksidase ,
katalase , dan urease . Hal ini mampu membentuk biofilm dan dapat mengkonversi dari
spiral ke bentuk nonculturable coccoid, keduanya mungkin untuk mendukung
kelangsungan hidup dan menjadi faktor dalam epidemiologi bakteri.
H. pylori memiliki lima membran luar protein (OMP). Bagian yang terbesar
dikenal sebagai adhesins. Empat keluarga lainnya adalah porins, pengangkut besi,
flagela protein terkait, dan protein dengan fungsi yang belum diketahui. Seperti bakteri
Gram-negatif khas lainnya, membran luar H. pylori terdiri dari fosfolipid dan
lipopolisakarida (LPS). Antigen LPS dapat mengalami fucosyl dan Lewis meniru
antigen golongan darah yang ditemukan pada epitel lambung. Membran luarnya juga
mengandung kolesterol glukosida, yang ditemukan di beberapa bakteri lain. H. pylori
memiliki 4-6 lophotrichous flagella sehingga semua spesies Helicobacter lambung dan
enterohepatic sangat motil karena flagela.
6
H. pylori terdiri dari keragaman strain besar, dan genom ketiga dari yang telah
diurutkan. Kedua strain sequencing menunjukkan perbedaan genetik yang besar,
mengandung 6% nukleotida yang berbeda. Studi H. pylori genom berpusat pada upaya
untuk memahami patogenesis, kemampuan ini organisme untuk menyebabkan penyakit.
Sekitar 29% dari lokus yang berada di "patogenesis" merupakan kategori database
genom. Dua dari strain sequencing memiliki sekitar 40 - kb panjang patogenisitas pulau
Cag yang mengandung lebih dari 40 gen. Pulau patogenisitas ini biasanya terisolasi dari
manusia yang pembawa H. pylori namun tetap asimtomatik .
Kode gen CagA merupakan salah satu virulensi protein utama pada H. pylori.
Strain bakteri yang memiliki gen CagA berhubungan dengan kemampuan untuk
menyebabkan bisul. Pulau cag patogenisitas (PAI) memiliki sekitar 30 gen, bagian
tersebut untuk sebuah sistem sekresi tipe IV.
Sampai dengan 85% dari orang yang terinfeksi H. pylori tidak pernah
mengalami gejala atau komplikasi akut, infeksi mungkin hanya muncul sebagai akut
gastritis dengan sakit perut atau mual. Hal ini berkembang menjadi gastritis kronis,
gejala, jika ada, seringkali orang-orang non- ulkus dispepsia : sakit perut, mual,
kembung , bersendawa , dan kadang-kadang muntah atau hitam bangku. Individu yang
terinfeksi H. pylori memiliki risiko seumur hidup, 10 sampai 20% akan mengalami
pengembangan tukak lambung dan risiko 1 sampai 2% tertular kanker perut. Radang
antrum pilorus lebih cenderung mengarah ke duodenum borok, sementara peradangan
pada corpus (tubuh perut) lebih cenderung menyebabkan lambung ulkus lambung dan
karsinoma.
Namun, ada kemungkinan bahwa H. pylori berperan hanya pada tahap pertama
yang menyebabkan peradangan kronis yang umum, tetapi tidak dalam tahap lanjut
menyebabkan karsinogenesis. Sebuah meta-analisis yang dilakukan pada tahun 2009
menyimpulkan bahwa pemberantasan H. pylori mengurangi risiko kanker lambung pada
orang yang terinfeksi sebelumnya, menunjukkan bahwa adanya H. pylori merupakan
risiko relatif faktor 65% untuk kanker lambung. H. pylori juga telah dikaitkan dengan
polip kolorektal dan kanker kolorektal.
Kolonisasi H. pylori bukanlah penyakit dalam dan dari dirinya sendiri, tetapi
suatu kondisi yang terkait dengan sejumlah gangguan pada saluran pencernaan bagian
atas. Pengujian untuk H. pylori dianjurkan jika ada penyakit ulkus peptikum , lambung
7
kelas rendah limfoma, setelah reseksi endoskopik awal kanker lambung, kanker
lambung, dan dalam kasus-kasus tertentu dispepsia tidak secara rutin. Terdapat cara
pengujian, salah satunya dapat menguji noninvasively untuk infeksi H. pylori dengan
tes antibodi darah, uji antigen, atau dengan tes napas urea karbon. Namun, metode yang
paling dapat diandalkan untuk mendeteksi infeksi H. pylori adalah cek biopsi selama
endoskopi dengan test rapid urease, pemeriksaan histologis, dan budaya mikroba.
H. pylori berkolonisasi perut dan menginduksi kronis gastritis, peradangan
jangka panjang dari perut. Bakteri tetap dalam perut selama puluhan tahun di
kebanyakan orang. Sebagian besar orang yang terinfeksi oleh H. pylori tidak akan
mengalami gejala klinis walaupun memiliki gastritis kronis. Sekitar 10-20% dari
mereka dijajah oleh H. pylori pada akhirnya akan mengembangkan ulkus lambung dan
duodenum. H. infeksi pylori juga berhubungan dengan risiko seumur hidup 1-2% dari
kanker perut dan risiko kurang dari 1% dari lambung limfoma MALT. Pada orang tua,
bagaimanapun, adalah infeksi kemungkinan bisa menghilang sebagai mukosa lambung
menjadi semakin atrofi dan tidak ramah kolonisasi. Bukti menunjukkan bahwa H. pylori
memiliki peran penting dalam melindungi dari beberapa penyakit. Insiden penyakit acid
reflux , Barrett esophagus , dan kanker esofagus telah meningkat secara dramatis pada
saat yang sama dengan kehadiran H.pylori menurun. Pada tahun 1996, Martin J. Blaser
memberikan hipotesis bahwa H. pylori memiliki efek menguntungkan dengan mengatur
keasaman isi lambung. Hipotesis ini tidak diterima secara universal sebagai beberapa uji
coba terkontrol secara acak gagal untuk menunjukkan memburuknya gejala penyakit
refluks asam setelah pemberantasan H. pylori. [65] [66] Namun demikian, Blaser telah
menegaskan kembali pandangannya bahwa H. pylori adalah anggota dari flora normal
lambung. Dia mendalilkan bahwa perubahan fisiologi lambung yang disebabkan oleh
hilangnya akun H. pylori untuk peningkatan beberapa penyakit, termasuk diabetes tipe 2
, obesitas , dan asma. Baru-baru ini menunjukkan bahwa H. pylori kolonisasi dikaitkan
dengan rendah insiden asma anak.
Patogenesis H. pylori tergantung pada kemampuannya untuk bertahan hidup di
lingkungan yang keras lambung ditandai oleh keasaman, peristaltik, dan serangan oleh
fagosit disertai dengan pelepasan spesies oksigen reaktif. Secara khusus, H. pylori
memunculkan respon stres oksidatif selama penjajahan pada lambung. Respon stres
oksidatif ini menginduksi reaktan DNA oksidatif berpotensi mematikan dan mutagenik
8
dalam genom H. pylori. Seperti ditinjau oleh Michod et al. kerentanan terhadap stres
oksidatif dan kerusakan DNA oksidatif terjadi umumnya pada banyak bakteri patogen
termasuk Neisseria gonorrhoeae, Hemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae,
Streptococcus mutans dan Helicobacter pylori. Untuk setiap patogen tersebut, selamat
dari kerusakan DNA yang disebabkan oleh stres oksidatif tampaknya didukung oleh
transformasi-dimediasi perbaikan rekombinasi. Dengan demikian, transformasi dan
perbaikan rekombinasi tampaknya berkontribusi terhadap suksesnya infeksi. Seperti
dirangkum dalam Transformasi (genetika) , transformasi (transfer DNA dari satu sel
bakteri ke yang lain melalui media intervensi) tampaknya menjadi bagian dari adaptasi
untuk perbaikan DNA H.pylori secara alami kompeten untuk transformasi. Sementara
banyak organisme kompeten hanya dalam kondisi lingkungan tertentu, seperti
kelaparan, sedangkan H. pylori kompeten seluruh pertumbuhan logaritmik. Seperti yang
ditunjukkan oleh Dorer et al. semua organisme mengkodekan program genetik untuk
respon terhadap kondisi stres termasuk yang menyebabkan kerusakan DNA. Pada H.
pylori, rekombinasi homolog diperlukan untuk memperbaiki DNA untai ganda (DSBs).
Secara khusus, transformasi alam meningkat oleh kerusakan DNA dalam H. pylori, dan
Dorer et al. Menemukan hubungan antara respon kerusakan DNA dan pengambilan
DNA di H. pylori.
H. pylori merusak lambung dan duodenum lapisan melalui beberapa mekanisme.
Amonia diproduksi untuk mengatur pH merupakan racun bagisel-sel epitel, seperti
biokimia yang diproduksi oleh H. pylori seperti protease, vacuolating cytotoxin A yang
disingkat Vaca (Kerusakan pada sel epitel dapat mengganggu persimpangan ketat dan
menyebabkan apoptosis), dan beberapa phospholipases. Gen cytotoxin Associated
[CagA] juga dapat menyebabkan peradangan dan berpotensi karsinogen. Kolonisasi
lambung oleh H. pylori dapat menyebabkan kronis gastritis, radang selaput perut, di
tempat infeksi. Protein kaya sistein Helicobacter (Hcp), khususnya HcpA (hp0211),
yang dikenal untuk memicu respon imun dan menyebabkan peradangan.
Ulkus pada lambung dan duodenum merupakan hasil ketika konsekuensi dari
peradangan memungkinkan asam lambung dan enzim pencernaan pepsin membanjiri
mekanisme yang melindungi lambung dan duodenum selaput lendir. Lokasi kolonisasi
H. pylori, yang mempengaruhi lokasi ulkus, tergantung pada keasaman lambung. Pada
orang yang memproduksi sejumlah besar asam, H. pylori berkolonisasi dekat antrum
9
pilorus (keluar ke duodenum) untuk menghindari asam mensekresi sel parietal di fundus
(dekat pintu masuk ke perut).
Respon inflamasi yang disebabkan oleh bakteri kolonial dekat antrum pilorus
menginduksi sel G antrum dalam untuk mensekresikan hormon gastrin, yang bergerak
melalui aliran darah untuk sel-sel parietal di fundus. Gastrin merangsang sel parietal
untuk mengeluarkan lebih asam ke dalam perut lumen, dan dari waktu ke waktu
meningkatkan jumlah sel-sel parietal juga. Peningkatan kerusakan beban asam
duodenum, yang akhirnya dapat mengakibatkan ulkus terbentuk di duodenum. Ketika
H. pylori berkolonisasi daerah selain lambung, respon inflamasi dapat menyebabkan
atrofi dari lapisan perut dan akhirnya borok di perut. Hal ini juga dapat meningkatkan
risiko kanker perut.
Untuk menghindari lingkungan asam interior perut ( lumen ), H. pylori
menggunakan flagela untuk menggali ke dalam lapisan lendir lambung untuk mencapai
sel-sel epitel di bawahnya, di mana ada pH yang lebih netral. H.pylori mampu
merasakan gradien pH dalam lendir dan bergerak menuju kawasan kurang asam
( kemotaksis ). Ini juga menyimpan bakteri mulai dari yang hanyut ke dalam lumen
dengan lingkungan lendir bakteri hingga yang terus bergerak dari situsnya penciptaan
pada epitel untuk pembubarannya pada antarmuka lumen. H. pylori ditemukan dalam
lendir, pada permukaan bagian dalam epitel, dan kadang-kadang di dalam sel epitel
sendiri. H.pylori melekat pada sel epitel dengan memproduksi adhesins, yang mengikat
lipid dan karbohidrat dalam epitel membran sel . Salah satu adhesin tersebut adalah
Baba, yang mengikat antigen Lewis b ditampilkan pada permukaan sel epitel lambung.
Adhesin lainnya adalah saba, yang mengikat peningkatan tingkat Sialyl-Lewis x antigen
dan diekspresikan pada mukosa lambung. Di samping menggunakan kemotaksis untuk
menghindari daerah-daerah pH rendah, H. pylori juga menetralkan asam dalam
lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memproduksi sejumlah besar urease , yang
memecah urea di perut untuk karbon dioksida dan amonia. Kemudian amonia
menetralisir asam lambung.
10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 DEFINISI BAKTERI Helicobacter pylori
Helicobacter adalah nama genus kuman yang berbentuk spiral atau batang
bengkok dan berflagela yang mengalami adaptasi untuk dapat hidup dalam mukus
(lendir) lambung yang menutupi selaput lendir (mukosa) lambung yang bersuasana
asam kuat. Kuman ini dapat bertahan hidup dalam suasana asam kuat dengan cara
memproduksi enzim urease. Enzim urease akan mengubah urea yang ada dalam cairan
lambung menjadi amoniak. Tubuh kuman Helicobacter selalu diliputi oleh awan
amoniak ini, dan karenanya dapat bertahan terhadap asam lambung.
Kuman ini bersifat pleomorfik artinya dapat dijumpai dalam beberapa bentuk.
Dalam keadaan normal kuman ini berbentuk spiral atau batang bengkok, tetapi dalam
keadaan tertentu yang kurang baik akan merubah dirinya menjadi bentuk kokoid yang
merupakan bentuk pertahanan yang resisten.
Kuman ini termasuk kuman mikroaerofilik artinya hanya tumbuh dalam suasana
dimana didapatkan oksigen dalam kadar rendah. Kuman ini mati pada suasana dengan
kadar oksigen normal, dan mati dalam keadaan anaerobik sempurna.
Karena menurut penelitian kuman-kuman tersebut mempunyai sifat-sifat yang
berbeda dengan kuman dari genus Campylobacter lainnya maka mulai tahun 1990
nama Campylobacter pylori berubah menjadi Helicobacter pylori. Beberapa perbedaan
misalnya pada kuman genus Helicobacter didapatkan flagela yang berselaput (sheated),
sedang kuman dari genus Campylobacter flagelanya tidak berselaput dan tidak
memproduksi urease.
Helicobacter pylori (H. pylori) adalah suatu bakteri yang menyebabkan
peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada manusia. Bakteri ini juga
adalah penyebab yang paling umum dari borok-borok (ulcers) diseluruh dunia. Infeksi
H. pylori kemungkinan besar didapat dengan memakan makanan dan air yang tercemar
(terkontaminasi) dan melalui kontak orang ke orang. Di Amerika, 30% dari populasi
orang dewasa terinfeksi. 50% dari orang-orang yang terinfeksi adalah terinfeksi pada
11
umur 60 tahun. Infeksi lebih umum pada kondisi-kondisi hidup yang penuh sesak
dengan sanitasi yang jelek. Pada negara-negara dengan sanitasi yang jelek, 90% dari
populasi dewasa dapat terinfeksi. Individu-individu yang terinfeksi biasanya membawa
infeksi terus menerus (tak terbatas) hingga mereka dirawat dengan obat-obat untuk
membasmi bakteri. Satu dari setiap tujuh pasien dengan infeksi H. pylori akan
mengembangkan borok-borok duodenum (usus dua belas jari) atau lambung. H. pylori
juga berhubungan dengan kanker perut dan suatu tipe yang jarang dari tumor
lymphocytic dari perut yang disebut MALT lymphoma.
Tes-tes yang akurat dan mudah untuk mendeteksi infeksi H. pylori tersedia.
Mereka termasuk tes-tes darah antibodi, tes-tes napas urea, tes-tes antigen tinja , dan
biopsi-biopsi endoskopi. Tes-tes darah untuk kehadiran antibodi-antibodi dari H. pylori
dapat dilaksanakan secara mudah dan cepat. Bagaimanapun, antibodi-antibodi darah
dapat bertahan bertahun-tahun setelah pembasmian H. pylori dengan antibiotik-
antibiotik. Oleh karenanya, tes-tes antibodi darah mungkin baik untuk mendiagnosis
infeksi, namun mereka tidak baik untuk menentukan apakah antibiotik-antibiotik telah
membasmi secara sukses bakteri-bakterinya.
Tes napas urea [urea breath test (UBT)] adalah suatu tes yang aman, mudah dan
akurat untuk kehadiran dari H. pylori didalam perut/lambung. Tes napas bersandar pada
kemampuan dari H.pylori mengurai kimia yang terjadi secara alami, urea, kedalam
karbondioksida yang diserap dari perut dan dieliminasi dari tubuh dalam napas. Sepuluh
sampai 20 menit setelah menelan sebuah kapsul yang mengandung suatu jumlah yang
sangat kecil dari urea yang beradioaktif, suatu contoh napas diambil dan dianalisa untuk
karbondioksida yang beradioaktif. Kehadiran dari karbondioksida yang beradioaktif
dalam napas (sebuah tes yang positif) berarti bahwa ada infeksi yang aktif. Tes menjadi
negatif (tidak ada karbondioksida beradioaktif dalam napas) tidak lama sesudah
pembasmian bakteri dari perut dengan antibiotik-antibiotik. Meskipun faktanya bahwa
individu-individu yang mempunyai tes napas terpapar pada suatu jumlah yang kecil dari
radioaktif, tes napas telah dimodifikasi sehingga ia juga dapat dilaksanakan dengan urea
yang tidak beradioaktif.
Endoskopi adalah suatu tes yang akurat untuk mendiagnosis H. pylori begitu
juga peradangan dan borok-borok yang disebabkan olehnya. Untuk endoskopi, dokter
memasukkan suatu tabung peneropong yang lentur (endoscope) melalui mulut turun ke
12
kerongkongan (esophagus), dan kedalam lambung dan duodenum. Sewaktu endoskopi
contoh-contoh jaringan yang kecil (biopsies) dari lapisan lambung dapat
diangkat/diambil. Sebuah contoh biopsi diletakkan diatas sebuah kaca mikroskop
khusus yang mengandung urea (contoh, CLO test slides). Jika ureanya diurai oleh H.
pylori didalam biopsi, ada suatu perubahan warna sekeliling biopsi pada kaca
mikroskop. Ini berarti ada suatu infeksi dengan H. pylori didalam perut/lambung. Tes
yang paling akhir dikembangkan untuk H. pylori adalah suatu tes dimana kehadiran
bakteri dapat didiagnosis dengan sebuah contoh dari feces/tinja. Tes menggunakan
suatu antibodi dari H. pylori untuk memastikan jika H. pylori hadir dalam feces/tinja.
Jika ya, itu berarti H. pylori menginfeksi perut. Seperti tes napas urea, sebagai tambahan
pada diagnosis infeksi dengan H.pylori, feces dapat digunakan untuk menentukan
apakah pembasmian telah efektif tidak lama kemudian setelah perawatan.
3.2 MORFOLOGI DAN METABOLISME Helicobacter pylori
Secara morfologi bakteri Helicobacter pylori mempunyai sifat sebagai berikut
Gram negatif, berbentuk spiral ( huruf S atau C dengan kurva pendek ), dengan lebar 0,5
– 1,0 mikrometer dan panjang 3 mikrometer, dan mempunyai 4-7 flagella. Kadang –
kadang berbentuk batang kecil atau cocoid berkelompok.
Bakteri ini aktif bergerak bahkan di larutan kental. Hal ini sangat penting krn
digunakan saat bersembunyi dlm lapisan mucin jar. Epitel mukosa pada perut dan
mucin adlh materi yg sangat kental. Banyak bakteri dengan motilitas tinggi tidak dapat
bergerak dlm larutan kental. Bentuk bakteri ini yg melengkung memudahkan untuk
bergerak pada larutan kental krn berpindah dgn pergerakan memutar. H. pylori
memproduksi mucinase yaitu enzim yg menurunkan mucus sehngga membantu
mengurangi kekentalan pada larutan ketika dilaluinya.
Flagela pada H.pylori sangatlah berbeda dengan yang lainnya. Pertama, tersusun
atas 2 subunit protein yaitu FlaA dan FlaB. Tiap-tiap flagesa tersusun atas subunit
protein tunggal. Flagela yang mngandung FlaA, sebagai komponen mayor (besar). Dan
yang mengandung FlaB sebagai komponen minor (kecil) tetapi keduanya sangat
penting. Gangguan gen flaA tidak menghilangkan pergerakan tetapi hanya membuat
kecil flagela, mengurangi pergerakan. Kekurangan flaB tidak mngurangi panjang
13
falgela tp mngurangi pergerakannya. Keduanya sungguh sangat lemah ketika berkoloni
di perut anak babi. flaA dan flaB tidak hanya berbeda kromosom tp juga dibawah
perbedaan kontrol. Transkripsi flaA membutuh faktor sigma 28 yg belum diketahui
fungsinya sedangkan flaB membutuhkan faktor sigma 54, faktor sigma berhubungan
dengan ekspresi gen yang dibutuhkan selama kematian nitrogen. Faktanya dua gen
flagela bertanggung jawab atas perbedaan tanda yang ditimbulkan dibawah kondisi
tertentu. H.pylori dapat merubah konsentrasi flaA dan flaB pada flagelnya.
Ketiga, flagela H.pylori adalah kumpulan beberapa protein flagelum yg dibungkus
dalam lapisan membran. Membran membantu melindungi flagelum dari sekresi enzim
protease dalam perut. Membran tergantung dari pajang flagelum tapi di akhir pada
bentuk membran berbentuk gelembung. Fungsinya belum diketahui. Seperti halnya
flagela, flagelum juga memiliki kait untuk menghubungkan penggerak flagela pada
membran sitoplasma dengan bagian flagelum yang menonjol keluar dari permukaan sel.
Gen untuk bagian kait adalah flgE yang bertekanan rendah. Sel yang memiliki gen
tersebut dapat mengganggu tidak adanya flagela dan tidak dapat bergerak walaupun
terdapat gen flaA dan gen flaB pada sitoplasma. Protein kait penting untuk kumpulan
falgelum-flagelum yang saling berhubungan membentuk flagela.
H.pylori adalah microaerofil yang bermetabolisme pernapasan obligat. Sehingga
rangkaian genom H.pylori tersusun atas gen-gen yg mengkode enzim dari oksidasi
glukosa dan enzim dari siklus TCA. Jumlah nutrisi yang dapat digunakan seperti karbon
dan sumber energi sangat terbatas. Sumber karbon mengandung glukosa, asam amino,
dan beberapa asam organik. Bakteri ini dapat memproduksi asam amino, asam nukleat
dan vitamin. pH dalam sitoplasma H.pylori sekitar 7,0-7,3. mempertahankan pH dalam
tersebut sangat sulit untuk bakteri yang sedang berada di lingkungan asam karena
kesulitan itu mencegah masuknya proton dari mengasamkan sitoplasma. Solusinya
adalah bakteri berpindah untuk berkoloni dengan lapisan mucin lambung yang
mempunyai pH mendekati netral.
H.pylori memiliki perbedaan menjadi mikroba pertama untuk 2 lapisan genom
dengan perbedaan rantai yang ditentukan. Hasil perbandingan dari keduanya
ditunjukkan walaupun kedua lapisan itu mirip, 7% dari gen khusus untuk satu rantai
atau lainnya. Sekitar separuh dari gen khusus berkumpul bersama pada kromosom dan
14
masuk kedalam rantai. Hasil analisis menyatakan jika rantai-rantai mempunyai
hubungan sangat dekat yang saling memiliki perbedaan. Perbedaan lapisan genom dari
perbedaan rantai antar spesies dibuat, dan perbandingan ini mengubah cara tentang
variasi genetik dalam spesies.
Genom H.pylori sangat kecil sekitar 1,7 Mbp. H.pylori terlihat tidak hanya
mempunyai sistem metabolisme tetapi juga kekurangan pengaturan gen. Sekitar 4
kemungkinan pengaturan gen yang dapat diidentifikasi banyak ditemukan pada mikroba
dengan genom yang besar. Analisis genom didapatkan ketika menginterprestasikan
kelompok data menggunakan persaman dalam mengetahui gen sebagai panduan dalam
menebak kemungkinan fungsi gen. Seperti contoh H.pylori mempunyai siklus TCA
dengan metabolisme respirasi obligat. Tetapi tidak semua gen siklus TCA ditemukan
dalam urutan. Kemungkinan gen mengkode fungsi “missing” yang berbeda pada urutan
tersebut yang tidak dikenali. Masalah ditemukan pada urutan data saat mencocokkan
fungsi metabolisme yang mempunyai kejelasan urutan data tidak dapat membuktikan
sesuatu. Hal ini dapat digunakan untuk menghipotesis yang dapat menguji dengan
biokimia dan pendekatan genetik.
Genom H. pylori berbentuk sirkuler. Urutan DNA dari genom beberapa strain H.
pyloritelah berhasil dikerjakan seluruhnya pada tahun 1997. (Tomb et al,
1997) Genom H. pylori terdiri dari 1,7 juta pasang basa dan mengandung 1630 gen,
1576 diantaranya mengkode pembentukan protein. Dalam genom kuman tersebut
didapatkan urutan DNA sepanjang 40 kB yang disebutcag pathogenecity island (cag
PAI). Cag pathogenecity island ini didalamnya mengandung 40 gen. Cag pathogenecity
island didapatkan pada kuman H. pylori yang diisolasi dari penderita dyspepsia dan
tidak didapatkan dalam kuman H. pylori yang menimbulkan infeksi tanpa gejala. Pasien
dyspepsia yang menderita infeksi H. pyloridengan cag PAI positif biasanya pada
pemeriksaan menunjukkan anti-cagA yang positif. (Peters et al, 2001; Nilsson et al,
2003).
Gen cagA mengkode sintesa protein yang merupakan protein utama yang menentukan
virulensi kuman H. pylori. Gen cagA mengkode suatu protein yang terdiri dari 1186
asam amino yang disebut protein cag a. Protein cag a ini menyebabkan gangguan fungsi
15
sel-sel lambung. Sedangkan cag PAI mengandung 30 gen salah satu diantaranya gen
cag A.
3.3 FAKTOR VIRULENSI Helicobacter pylori
Setelah berhasil menembus asam lambung dan masuk ke dalam habitatnya maka
kuman H. pylori dapat bertahan hidup dan mengadakan multiplikasi. Kuman H.
pylorimengadakan kontak dengan epitel mukosa lambung melalui bagian kuman yang
disebut adhesin. Melalui adhesin H. pylori berikatan dengan suatu gliserolipid yang
didapatkan pada epitel lambung. Kuman H. pylori menghasilkan berbagai enzim
misalnya urease, catalase, protease dan fosfolipase dll. Protease dan fosfolipase dapat
merusak mukus lambung. Disamping itu H. pylori juga memproduksi beberapa macam
toksin. Toksin-toksin ini akan menyebabkan reaksi keradangan dan kerusakan jaringan
dan menyebabkan gastritis kronik. Demikian pula reaksi imun serta reaksi radang lokal
akan menambah beratnya gastritis. (Dooley, 1991).
Adanya infeksi H. pylori kronik menimbulkan gangguan fungsi sekretorik lambung
misalnya terjadinya hipergastrinemia dll. yang menyebabkan hiperasiditas dalam
lambung dan duodenum. Adanya hiperasiditas dalam duodenum merupakan salah satu
keadaan yang memungkinkan hidupnya sel-sel mukosa lambung dalam duodenum.
Pindahnya sel-sel mukosa lambung ke dalam duodenum disebut metaplasia gastrik
dalam duodenum. Dengan adanya “pulau-pulau” sel mukosa lambung dalam duodenum
maka kuman H. pylori dapat pula hidup dalam duodenum. Adanya kuman-kuman
tersebut dalam dodenum akan menyebabkan duodenitis dan akhirnya terjadi ulkus di
daerah tersebut (Dooley, 1991).
Infeksi H. pylori akut menimbulkan gastritis yang disertai dengan hypochlorhydria.
Hal itu dibuktikan dengan infeksi buatan pada sukarelawan termasuk Marshall sendiri.
Tetapi infeksi kronik memang dapat menimbulkan hyperchlorhydria. Infeksi H.
pyloriterutama mengenai daerah antrum dimana banyak didapatkan sel-sel G yang
diketahui memproduksi somatostatin. Somatostatin berfungsi memberikan umpan balik
(feedback) untuk asiditas dalam lambung. Dengan adanya infeksi pada sel-sel antrum
maka sel G juga banyak terkena dan produksi somatostatin terhenti. Sebagai akibatnya
mekanisme umpan balik tersebut tidak bekerja. Walaupun produksi asam sudah cukup
16
atau berlebih tubuh tetap merangsang produksi tersebut sehingga terjadi
hyperchlorhydria. Bila dilakukan eradikasi kuman H. pylori maka fungsi sel-sel G
tersebut pulih, demikian pula produksi somatostatin. (Moss, 1992)
Sejak postulat Koch ketiga menyatakan H.pylori penyebab ulcer, ditemukan bentuk
hewah yang bagus untuk formasi ulcer dengan prioritas yang tinggi. Spesies
Helicobacter selain H.pylori adalah H.mustelae yang menyebabkan keraguan kesamaan
yang seharusnya antara keduanya. H.mustelae menyebabkan ulcer tetapi bersifat jinak.
H.pylori juga dapat menyebabkan kanker lambung pada manusia.
H.pylori cukup sensitif untuk pH kecil. Alasannya, H.pylori tidak dapat
berkolonisasi dengan lumen pada perut tapi cukup dapat berkolonisasi dengan lapisan
mucin yang menutupi mukosa lambung. Mucus melawan diffusi proton dari asam perut
karena mengandung lebih banyak perintah negatif, polisakarida sulfat. Jadi, mucus
bertindak sebagai penahan untuk pemeliharaan sedikit pH alkali pada permukaan
mukosa. Aturan tersebut digunakan untuk melindungi sel mukosa yang juga sensitif
terhadap asam. H.pylori mendapatkan keuntungan dari sifat mucus ini. Saat, H.pylori
harus mencapai lapisan mucin untuk diselamatkan dengan pergerakan yang merupakan
faktor virulensi. H.pylori tidak hanya sangat aktif bergerak tapi memeperlihatkan efek
kemotaksis. Hal ini merupakan respon untuk carbonat dan urea, dua komponen yang
mengsekresi ke dalam perut oleh sel-sel mukosa lambung.
Urea, pelindungan sementara dari keasaman perut. Tanpa menghiraukan bagaimana
bakteri berpindah, ini memerlukan beberapa waktu dalam mencapai lapisan mucin.
Selama desakan pada batas, H.pylori harus bisa menyelamatkan dirinya dari pH asam
perut yang cukup untuk mencapai tujuannya dengan memproduksi enzim dan urea.
Hidrolisis urea, urea disekresikan oleh sel lambung untuk memprduksi amoniak dan
CO2. Efeknya mengelilingi dirinya dengan lapisan amoniak dengan menetralisis asam
dalam perut dan sekitarnya dengan segera. Pentingnya urea pada tingkat awal kolonisasi
dapat dilihat dari bentuk hewannya, mutan urea negatif tidak dapat berkolonisasi dan
tidak dapat memproduksi ulcer. Pada eksperimen lainnya, penghambat urea mengatur
sendiri dengan bakteri untuk mencegah infeksi
17
Terdapat kontroversi terhadap lokasi sel urea. Urea dapat sangat efektif jika
dilokasikan pada permukaan sel atau pada periplasma, tapi enzim yang muncul adalah
intrasel. Bakteri mengambil urea dan mengeluarkannya sangat efisien atau urea
dilisiskan oleh lapisan bakteri. Sekali bakteri menetap pada lapisan mucin, penghambat
urea tidak mempunyai ketidak ditemukannya efek pada kolonisasi atau formasi ulcer,
kontribusi urea untuk proses infeksi yaitu untuk melindungi bakteri hingga dapat
mencapai lapisan mucin. Amoniak adalah toksik untuk sel eukariotik dan enzimnya
sendiri tidak mempunyai efek radang pada mukosa lambung. Seseorang dengan ulcer
dapat memproduksi serum antibodi melawan urea yang menandai yang diproduksi oleh
kolonisasi bakteri pada lapisa perut dan penetrasi untuk mendasari jaringan. Saaat,
penghambat aktifitas urea tidak mempunyai efek pada peradangan yang kaya akan
protein, kerusakan penghambat urea untuk mencegah formasi ulcer ketika mengatur
setelah kolonisasi terjadi interaksi oleh urease.
Urease juga penting sebagai alat diagnosis untuk adanya kolonisasi bakteri pada
perut. Untuk menaksir adanya kolonisasi oleh penanaman bakteri, hal ini perlu untuk
menggunakan teknik penyerbu untuk mendapatkan contoh biopsi. Studi akhir-akhir ini
menguji tiupan untuk amoniak khususnya ketika mengkombinasikan dengan menguji
sampel darah untuk antibodi antiurease, menyediakan indikasi yang baik untuk
kolonisasi sebagai penanaman spesimen biopsi. Walaupun penanaman bakteri akan
dilanjutkan untuk digunakan percobaan klinik pada regimen antibiotik karena
merupakan “gold standard” untuk infeksi pengujian, pengujian tiupan amoniak juga
membuktikan kegunaan pengujian para dokter dalam pengujian kesuksesan
antibiotik.tes serological untuk antibodi antiurease dan antibodi lainnya yang elawan
antigen H.pylori tidak hanya untuk mendiagnosis tetapi baik digunakan dalam studi
epidemiologi infeksi pada populasi manusia yang berbeda.
Flagela tetap penting bagi virulensi bakteri bahkan setelah mencapai lapisan
musin . lendir terus-menerus diproduksi dan mengelupaskan ke dalam lumen lambung .
mungkin , bakteri perlu untuk dapat menggali ke dalam musin baru setelah terbentuk
dan disekresikan oleh sel mucisal . dalam spesimen yang diambil dari orang yang
terinfeksi atau hewan , sebagian besar bakteri berada di lapisan musin , tidak patuh
untuk inucosal sel . dengan demikian , tidak mengherankan bahwa H.pylori memiliki
18
sebuah adhesin yang mengikat gula musin sulfat . Apa yang lebih membingungkan
adalah bahwa H.pylori juga producs adhesin yang memungkinkan bakteri untuk
melampirkan epitel menjual . Adhesin yang terbaik ditandai dari tipe ini adalah Baba ,
yang mengakui lewis b antigen , anti gen carbohyrate ditemukan pada permukaan sel
epitel . Mungkin , meskipun sebagian besar bakteri tidak menempel pada sel epitel in
vivo , beberapa thet yang adalah orang-orang yang melakukan paling untuk memperoleh
respon inflamasi yang menyebabkan ulkus untuk dari . Berbeda dengan urease dan
flagela , yang ditemukan pada semua strain H.pylori, Baba hanya ditemukan beberapa
strain . Variasi virulensi strain yang berbeda adalah cukup menarik , karena jika
beberapa jenis yang lebih jahat maka orang lain , variaton ini mungkin menjelaskan
mengapa hanya beberapa orang terjajah dengan H. Pylori mengembangkan kanker
lambung , dan kanker karena dapat mengembangkan pada orang yang tidak memiliki
sejarah uclers , mungkin ada beberapa jenis virulensi yang berbeda dengan kemampuan
penyakit - produksi yang berbeda.
memunculkan suatu respon inflamasi. Dalam hampir semua orang terjajah dengan
H.pylori, beberapa radang selaput perut terlihat (gastritis), tetapi hanya pada beberapa
orang melakukan inflammatio menjadi cukup serius untuk couse maag terbentuk.
Kehadiran peradangan pada lapisan gasrtic orang yang terinfeksi telah
menyebabkan proposal bahwa peradangan entah bagaimana manfaat bakteri, ingat
bahwa H.pylori tidak sangat fleksibel dalam hal substrat dapat digunakan dan bahwa ia
memerlukan asam amino serta sebuah anergi. Diet host juga bisa menjadi sumber
nutrisi, Peradangan pada epitel lambung adalah hasil dari infiltrasi PMN dan sel
kekebalan lainnya (B dan sel T) ke dalam jaringan submukosa. Sebagai ulkus
berlangsung jauh. Seperti telah disebutkan, urease itu sendiri bisa menjadi bagian dari
penjelasan untuk respon inflamasi ini karena elicitis peradangan oleh beberapa
mekanisme yang independen dari hidrolisis urea. Dua molekul inflamasi lain yang
mungkin adalah cytotoxin, maka cytotoxin vacuolating (vaksin A), anf protein
actavation neutriphil (NAP) yang Foto aktivitas neutrofil. The cytotoxin vacuolating
mendapatkan namanya dari kemampuannya untuk menghasilkan banyak vakuola besar
dalam sel mamalia kultur. Vacuolas ini diasamkan, mungkin vakuola menyebabkan
mereka jadi membengkak. Apakah ukuran besar dengan vakuola adalah tonik sel atau
apakah cytotoxin memiliki beberapa aktivitas beracun lainnya, hasil dari aksi toksin
19
dalam kematian sel. Kematian sel-sel mukosa lambung dapat berkontribusi respon
inflamasi, yang kemudian menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Beberapa Vaca
disekresikan dan beberapa ditahan pada permukaan sel.
Biasanya , LPS bertanggung jawab untuk pemilihan respon inflamasi , tapi
seperti biasa , H. pylori tidak hal -masing berbeda dari LPS H.pilory memiliki toksisitas
rendah saat disuntikkan ke binatang , sebuah idication bahwa itu tidak baik khususnya
di memunculkan suatu respon inflamasi atau memicu syok septik . pada kenyataannya ,
LPS dapat membantu bakteri menghindari respon protektif host dengan membuat
bakteri terlihat seperti " diri " . the H.pylori O antigen dari beberapa strain mengandung
moities karbohidrat yang identik dengan manusia lewis antigen x dan y , yang keduanya
ditemukan pada permukaan sel epitel lambung . mimikri kekebalan tubuh ini bisa
membantu mencegah host dari mount respon imun yang efektif . itu juga bisa memiliki
efek lain . jika tuan rumah melakukan menanggapi dengan mengakui Le antigen bagian
dari molekul LPS sebagai asing , antibodi akan terjadi reaksi silang dengan sel mukosa
lambung . ini mungkin menjelaskan mengapa penderita dengan penyakit sympotematic
sering memiliki antibodi yang antigen cross- reactwith pada jaringan mukosa lambung .
antibodi bereaksi silang tersebut dapat berkontribusi pada peradangan dengan
mengaktifkan komplemen atau merangsang phagocyticcells untuk menyerang sel-sel
epitel lambung .
Sistem sekresi tipe 4. Beberapa strain H. pylori memiliki patogenisitas pulau 40
- kbp , pulau cag , yang berisi 31 gen yang mengarahkan produksi dan perakitan jenis 4
sistem sekresi . strain yang memiliki patogenisitas cag islandare bergerak viruleni pada
model binatang dari strain yang kekurangan itu . juga , strain cag - langkah positif
mungkin terkait dengan infeksi pada manusia yang mengakibatkan bisul atau
cancer.wath lambung tipe 4 sistem sekresi lakukan untuk H. pylori masih misteri . di
banyak bakteri , tipe 4 sistem yang berhubungan dengan pengalihan suami-istri dari
DNA , yaitu , ekskresi protein kompleks DNA sebagai bagian dari proses DNA suami-
istri transfer.in satu kasus , bagaimanapun , tipe 4 medicates sistem ekskresi a- toksin
pertusis toksin dari Bordetella pertussis ( lihat bab 17 dan Lampiran 1 ) . sehingga jenis
4 sistem H.pylori dapat menengahi sekresi toksin .
Meskipun pulau cag patogenisitas dikaitkan dengan virulensi , hal-hal yang tidak
begitu sederhana . pada orang yang terinfeksi dengan H.pylori , tidak jarang untuk
20
menemukan campuran strain cag - cag positif dan negatif , yang dinyatakan identik satu
sama lain . fakta bahwa strain sebaliknya indetical menunjukkan bahwa beberapa
bakteri cag - cag positif kehilangan mereka island.this tidak terlalu mengejutkan karena
ada urutan ulangi di ujung pulau cag yang akan memungkinkan pulau loop keluar dan
hilang akibat rekombinasi . apa yang mengejutkan adalah bahwa bakteri cag - negatif
jelas bersaing berhasil dengan bakteri cag - positif dalam perut manusia . kontradiksi
antara pengamatan ini dan lain-lain yang menghubungkan pulau cag dengan virulensi
teratasi jika pulau cag penting bagi kolonisasi awal mukosa lambung tetapi menjadi
dipensableor bahkan merugikan setelah bakteri telah membentuk infeksi dan telah
memasuki frase presistence.
Patogenisitas H. pylori dapat ditingkatkan dengan gen dari pulau cag
patogenisitas . Sekitar 50-70% dari H. pylori strain di negara-negara Barat membawa
pulau cag patogenisitas (cag PAI). Pasien Barat terinfeksi dengan jenis membawa cag
PAI memiliki respon inflamasi kuat di perut dan berada pada risiko yang lebih besar
terkena tukak lambung atau kanker perut daripada mereka terinfeksi dengan strain
kurang cag PAI. H.pylori untuk sel-sel epitel perut dengan sistem sekresi tipe IV, cag
PAI menginjeksi peradangan, merangsang agen, peptidoglikan, dari mereka sendiri
dinding sel ke dalam sel epitel. Peptidoglikan yang diinjeksikan diakui oleh sitoplasma
reseptor pengenalan pola (sensor kekebalan) Nod1, yang kemudian merangsang
ekspresi sitokin yang meningkatkan peradangan.
Sistem sekresi tipe IV juga menginjeksikan cag PAI-mengkode protein CagA ke
dalam sel epitel lambung, di mana ia mengganggu sitoskeleton , kepatuhan terhadap sel-
sel yang berdekatan, sinyal intraseluler, polaritas sel , dan aktivitas selular lainnya.
Setelah masuk ke dalam sel, protein CagA yang terfosforilasi pada residu tirosin oleh
sel inang membran terkait tirosin kinase (TK). CagA kemudian mengaktifkan tirosin
protein fosfatase / protoonkogen Shp2. Strain patogenik H. pylori telah ditunjukkan
untuk mengaktifkan reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR), sebuah protein
membran dengan tirosin kinase domain . Aktivasi EGFR oleh H. pylori dikaitkan
dengan diubah transduksi sinyal dan ekspresi gen dalam sel epitel host yang dapat
berkontribusi pada patogenesis.
3.4 PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI Helicobacter pylori
21
Upaya awal untuk mengobati infeksi H. Pylori dengan antibiotik tunggal
berhasil dalam menghilangkan ulkus tetapi infeksi dan produksi ulkus terulang dalam
banyak kasus antibiotik diuji untuk kemanjuran dikenal untuk membunuh H. pylori
dalam medium laboratorium dan jelas mengurangi jumlah H . pylori di pasienyang
disebabkan oleh fakta bahwa bakteri menjajah lapisan musin atau situs meradang tidak
sangat mudah untuk antibioticsdansistem kekebalan tubuh. Rejimen terapeutik sukses
yang membasmi penjajahan yangh kini dikembangkan.
Rejimen pengobatan yang pertama terdiri dari dua antibiotik ditambah bismut.
Bismuth memiliki beberapa acticlear antibakteri mengapa aktivitas tetapi masih belum
jelas mengapa menambahkan bismut untuk kombinasi antibiotik membuat perbedaan
dalam pembersihan bakteri dari mukosa lambung dan duodenum. Bismuth juga
bertindak pada mukosa lambung meradang dan dengan demikian dapat memiliki efek
pada bakteri. Persyaratan wajib untuk bismut dalam regimen antibiotik pertama yang
berhasil ditangkap oleh skeptis dari H.pylori penyebab borok-hipotesis untuk
berpendapat bahwa antibiotik tidak benar-benar menyembuhkan comndition, yaitu
meskipun H.pylori mungkin memperburuk maag sudah berlangsung, itu bukan agen
causative. Sekarang, ada rejimen yang hanya mencakup antibiotik. Bukti yang benar-
benar meyakinkan skeptis bahwa H.pylori adalah pemain penting datang dari studi yang
membandingkan obat antiulcer konvensional dengan regimen antibiotik. dalam kedua
kasus, ulkus saat ini adalah kejadian infeksi berulang berkurang secara signifikan. hari
masa pengobatan antibiotik biasannya berlangsung hanya 1 atau 2 minggu. ini adalah
perbaikan besar atas rejimen pengobatan pertama, yang berlangsung dalam beberapa
kasus selama berbulan-bulan. semakin lama antibiotik oral yang diambil, semakin besar
kemungkinan pasien mengalami efek samping, seperti diare yang muncul dari gangguan
dari mikrobiota normal usus besar.
Pengembangan diprediksi telah munculnya strain H.pylori resisten terhadap
antibiotik yang digunakan dalam terapi. ini telah menimbulkan kegagalan klinis.
untungnya, ada beberapa terapi, sehingga resistensi belum serius dampak klinis yang
buruk karena akan jika hanya ada satu atau dua rejimen. Setidaknya belum, aspek
troubleing resistensi terhadap beberapa antibiotik oleh H.pylori adalah fenomena yang
telah diberi nama heteroresistance. Biasanya, dalam pengujian ketahanan, hanya koloni
tunggal dari isolat sedang dipelajari diuji untuk kerentanan.
22
Ilmuwan yang bekerja pada H.pylori sekarang lebih optimis dari sebelumnya
tentang pengembangan vaksin yang akan mencegah kolonisasi perut manusia dengan
H.Pylori. Telah ada keberhasilan dalam model hewan infeksi dan itu liely bahwa uji
klinis pada manusia akan dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu jauh masa depan.
Walaupun pada awalnya, kemungkinan mencegah bisul dan kanker lambung
menggunakan vaksin tampaknya sangat menarik, namun ada alasan untuk mengambil
pendekatan yang lebih hati-hati.
H. pylori merupakan penyebab utama penyakit tertentu dari saluran pencernaan
bagian atas. Meningkatnya resistensi antibiotik meningkatkan kebutuhan untuk mencari
strategi terapi baru; ini mungkin mencakup pencegahan berupa vaksinasi. Banyak
pekerjaan telah dilakukan pada pengembangan vaksin yang layak ditujukan untuk
memberikan alternatif strategi untuk mengendalikan infeksi H.pylori dan penyakit
terkait, termasuk kanker perut.
Setelah H. pylori terdeteksi pada orang dengan ulkus peptikum, prosedur normal
adalah memberantas itu dan memungkinkan untuk menyembuhkan ulkus. Standar terapi
lini pertama adalah satu minggu "tiga terapi" yang terdiri dari proton pump inhibitor
seperti omeprazole dan antibiotik, klaritromisin, dan amoksisilin. Variasi dari tiga terapi
telah dikembangkan selama bertahun-tahun, seperti menggunakan proton yang berbeda
pompa inhibitor, seperti pantoprazole atau rabeprazole , atau mengganti amoksisilin
dengan metronidazol untuk orang-orang yang alergi terhadap penisilin. Terapi tersebut
telah merevolusi pengobatan ulkus peptikum dan telah membuat obat untuk penyakit
yang mungkin. Sebelumnya, satu-satunya pilihan adalah kontrol gejala menggunakan
antasida, H 2 antagonis atau inhibitor pompa proton. Peningkatan jumlah orang yang
terinfeksi ditemukan pelabuhan resisten antibiotik bakteri. Hal ini menyebabkan
kegagalan pengobatan awal dan membutuhkan putaran tambahan terapi antibiotik atau
strategi alternatif, seperti terapi quadruple, yang menambahkan bismut koloid , seperti
subsalisilat.
Untuk pengobatan klaritromisin -tahan strain H. pylori, penggunaan
levofloxacin sebagai bagian dari terapi telah disarankan. Sebuah artikel di American
Journal of Clinical Nutrition menemukan bukti bahwa "menelan bakteri asam laktat
memberikan sebuah efek penekanan pada infeksi Helicobacter pylori di kedua hewan
23
dan manusia, "mencatat bahwa" melengkapi dengan Lactobacillus -dan-
Bifidobacterium mengandung yogurt (AB-yoghurt) ditunjukkan untuk meningkatkan
tingkat pemberantasan H. pylori pada manusia.”
Ada 2 macam cara diagnosa infeksi H. pylori yaitu diagnosa invasif yang
memerlukan endoskopi dan biopsi mukosa lambung, dan diagnosa noninvasif yang
tidak memerlukan endoskopi dan biopsi. Diagnosa invasif meliputi :
1. deteksi kuman H. pylori dengan cara pemeriksaan histopatologik
2. tes urease cepat yang mendeteksi adanya enzim urease dalam spesimen biopsi
lambung.
3. Pembiakan kuman H. pylori dari spesimen biopsi lambung.
4. Pemeriksaan PCR spesimen biopsi lambung
Diagnosa noninvasif meliputi :
1. Tes Nafas Urea (Urea Breath Test) untuk mengukur enzim urease yang ada
dalam lambung yang diproduksi oleh kuman H. pylori.
2. Tes Immunoserologic untuk deteksi antibodi terhadap kuman H. pylori dalam
darah penderita.
3. Deteksi antigen fekal untuk mendeteksi fragmen kuman H. pylori yang
didapatkan dalam tinja.
Penelitian menunjukkan bahwa di tangan yang berpengalaman sensitifitas deteksi H.
pylori secara histologik lebih tinggi dibandingkan dengan kultur mikrobiologik
(sensitifitas dan spesifisitas 98% bila diperiksa 2 spesimen biopsi). Manfaat utama PCR
adalah untuk deteksi genom H. pylori. Primer yang paling sering dipakai untuk deteksi
genom H. pylori adalah primer yang berasal dari gen urease A dan gen urease B. Tetapi
belakangan ini lebih banyak dipakai primer yang berasal dari fragmen gen urease C
karena hasilnya lebih spesifik dan lebih sensitif. Keuntungan pemakaian PCR dalam
diagnosa infeksi H. pylori adalah kemampuan PCR untuk mendeteksi baik kuman H.
pylori yang berbentuk spiral maupun yang berbentuk kokoid. Sedang cara-cara lain
misalnya test urease dan tes nafas urea hanya dapat mendeteksi kuman yang berbentuk
spiral karena ternyata kuman yang berbentuk kokoid tidak menunjukkan aktifitas enzim
urease. Disamping itu PCR dapat dipakai untuk deteksi gen CagA dan gene cag A serta
24
gene lain yang ada dalam kelompok patogenecity island. Akhir-akhir ini PCR dipakai
untuk memeriksa genotype H. pyloriberdasarkan variasi urutan DNA pada gene yang
termasuk dalam kelompok patogenecity island.
Dalam tes napas urea penderita diberikan urea yang mengandung isotop C13
atau C14. C13 tidak radioaktif sedang C14 adalah radioaktif. Bila dalam lambung
terdapat urease yang dihasilkan oleh kuman H. pylori maka urease tersebut akan
memecah urea menjadi CO2 dan H2O. Kemudian radioaktifitas dari CO2 yang
dikeluarkan diukur. Tes ini merupakan tes yang sangat berguna untuk tujuan diagnostik
maupun untuk follow up setelah terapi. Kerugiannya pemeriksaan ini mahal.
Spektrum gambaran klinik akibat infeksi H. pylori sangat luas, meliputi :
1. Asimptomatik
Sebagian besar individu yang terkena infeksi H. pylori tidak mengalami keluhan
walaupun pada pemeriksaan biopsi mukosa lambung pada kasus-kasus asimptomatik
sebagian besar didapatkan gambaran gastritis kronik aktif.
1. Dyspepsia dengan gambaran endoskopik yang bermacam-macam, mulai dari
normal sampai dengan ulkus lambung atau ulkus duodeni, gastritis, duodenitis,
gastritis atrofik, gastritis hypertrofik.
2. MALT (Mucosal Associated Lifoid Tissue) limfoma dan kanker lambung di
bagian destal (tipe intestinal).
Diagnosa endoskopik gastritis akibat infeksi H. pylori sangat sulit karena seringkali
gambarannya tidak khas. Tidak jarang suatu gastritis secara histologik tampak berat
tetapi gambaran endoskopi yang tampak tidak jelas dan bahkan normal. Beberapa
gambaran endoskopi yang sering dihubungkan dengan adanya infeksi H. pylori adalah
1. Erosi kronik di daerah antrum
2. Nodularitas pada mukosa antrum
3. Bercak-bercak eritemia di antrum
4. Area gastrica yang menonjol dengan bintik-bintik eritemia di daerah
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Helicobacter pylori (H. pylori) adalah suatu bakteri yang menyebabkan
peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada manusia.
2. Secara morfologi bakteri Helicobacter pylori mempunyai sifat sebagai berikut
Gram negatif, berbentuk spiral ( huruf S atau C dengan kurva pendek ), dengan
lebar 0,5 – 1,0 mikrometer dan panjang 3 mikrometer, dan mempunyai 4-7
flagella. Kadang – kadang berbentuk batang kecil atau cocoid berkelompok.
3. Setelah berhasil menembus asam lambung dan masuk ke dalam habitatnya maka
kuman H. pylori dapat bertahan hidup dan mengadakan multiplikasi. Kuman H.
pylorimengadakan kontak dengan epitel mukosa lambung melalui bagian kuman
yang disebut adhesin. Melalui adhesin H. pylori berikatan dengan suatu
gliserolipid yang didapatkan pada epitel lambung.
4. Upaya awal untuk mengobati infeksi H. Pylori dengan antibiotik tunggal
berhasil dalam menghilangkan ulkus tetapi infeksi dan produksi ulkus terulang
dalam banyak kasus antibiotik diuji untuk kemanjuran dikenal untuk membunuh
H. pylori dalam medium laboratorium dan jelas mengurangi jumlah H . pylori di
pasienyang disebabkan oleh fakta bahwa bakteri menjajah lapisan musin atau
situs meradang tidak sangat mudah untuk antibioticsdansistem kekebalan tubuh.
Rejimen terapeutik sukses yang membasmi penjajahan yangh kini
dikembangkan.
4.2 SARAN
Setelah mengetahui efek dan juga bahayanya infeksi bakteri Helicobacter
pylori, maka kita harus berhati-hati dalam mengatur pola kehidaupan kita terutama
dalam hal kesehatan yang menjadi peran aktif dalam kehidupan ini. Kami berharap
materi makalah ini dapat menjadi pokok pembelajaran yang baik serta dapat dijadikan
bahan pengetahuan tentang materi infeksi dari Helicobacter pylori yang sebelumnya
belum diketahui secara luas.
26
DAFTAR PUSTAKA
Yamaoka Y, Malaty HM, Osato MS, and Graham DY. Conservation of Helicobacter
pylori Genotypes in Different Ethnic Groups in Houston, Texas. The Journal of
Infectious Disease, 2000;181:2083-6
John H. Walsh, M.D., and Walter L. Peterson, M.D. THE TREATMENT OF HELICOBACTER PYLORI INFECTION IN THE MANAGEMENT OF PEPTIC ULCER DISEASE. The new England journal of medicine
http://biomedikamataram.wordpress.com
27