Upload
asti-fiandari
View
396
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
All about Patogenitas
Citation preview
MAKALAH MIKROBIOLOGI
“PATOGENITAS MIKROORGANISME”
OLEH :
KELOMPOK 9
RIFA’ATUL MAHMUDAHDWI ASTI FIANDARI
HUSNAENIUMMI KALSUM W.R.
NUR AWALYAH ARMINYUYUN MANAN
FIRLI SAFITRISYAM FEBRIANTARA
RAHMAD DARMAWANRIDWAN
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan
Petunjuk-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang bejudul
“PATOGENITAS”.
Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
informasi dan gambaran tentang apa itu tumor jinak serta bagaimana respon tubuh
terhadapa tumor jinak.
Penulis dengan ketulusan hati mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Mata Kuliah mikrobiologi yang telah mengarahkan penulis untuk menyelesaikan
penulisan makalah ini. Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan laporan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal
ini dikarenakan ketebatasan kemampuan yang penulis miliki baik dari
pengumpulan, penyusunan maupun penulisan makalah ini. Untuk itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan dan kemajuan penulis
kedepannya. Namun besar harapan dari penulis semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Kendari, April 2013
Kelompok 9
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG............................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................5
C. TUJUAN................................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................7
PEMBAHASAN............................................................................................................7
A. Pengertian patogenitas mikroorganisme.................................................................7
B. Konsep patogenitas................................................................................................7
C. Flora Normal..........................................................................................................8
D. Mekanisme Patogenisitas.....................................................................................24
E. Interaksi Antara Manusia Dan Flora Normal........................................................26
BAB III........................................................................................................................32
PENUTUP...................................................................................................................32
A. KESIMPULAN....................................................................................................32
B. SARAN................................................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bakteri merupakan salah satu makhluk hidup yang jumlahnya banyak
disekitar kita.Bakteri pun berada di mana-mana. Di tempat yang paling dekat
dengan kita pun jugaterdapat bakteri contohnya saja tas, buku, pakaian, dan
banyak hal lainnya. Maka dari itubakteri merupakan penyebab penyakit yang
cukup sering terjadi. Karena banyaknya manusia yang mengabaikan penyakit
tersebut karena terkadang gejala awal yang diberikanada gelaja awal yang biasa
saja. Maka dari itu alangkah baiknya jika kita masyarakat dapa tmengetahui
bagaimana cara bakteri itu menginfeksi dan gejala-gejala apa yang
akandberikannya. Banyaknya manusia yang mulai tidak begitu peduli dengan
gejala awal terjangkitnya bakteri salah satunya adalah pada saluran pencernaan.
Saluran pencernaan adalah saluran yang sangat berperan dalam tubuh. Jika saluran
pencernaan terganggu akan cukup mengganggu aktivitas tubuh saat itu. Tapi
banyak masyarakat yang tidak peduli denganpenyakit yang ditimbulkan. Misalnya
saja penyakit yang dapat ditimbulkan oleh bakteri adadiare, gejala awalnya ada
kondisi perut yang tidak enak gejala awalnya cukup biasa tetapi jika terlalu
didiamkan akan membuat kondisi itu menjadi akut dan fatal. Maka dari itu,bakteri
merupakan penyebab penyakit yang cukup banyak pada saat ini.Pada dasarnya
dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian kecilsaja yang
merupakan patogen.
Patogen adalah organisme atau mikroorganisme yang menyebabkan penyakit
pada organism lain. Kemampuan patogen untuk menyebabkan penyakit disebut
dengan patogenisitas. Dan patogenesis disini adalah mekanisme infeksidan
mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba
yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda
dengan penyakit. Sebagaimana kita ketahui sebelumnya mikroorganisme adalah
organisme hidup yangberukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan disemua tempat yang
memungkinkan terjadinya kehidupan, disegalalingkungan hidup manusia. Mereka
ada di dalam tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer (udara) serta makanan,
dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke
dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat
tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya tetapi
dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diangkat rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan patogenitas mikrobiologi ?
2. Apa konsep patogenitas ?
3. Apa yang dimaksud dengan flora normal ?
4. Bagaimana jalan masuk mikroorganisme ke tubuh inang ?
5. Bagaimana Mekanisme Patogenitas ?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui patogenitas mikrobiologi
2. Untuk mengetahui konsep patogenitas
3. Untuk mengetahui bakteri patogen dan non patogen
4. Untuk mengetahui flora normal
5. Untuk mengetahui faktor resiko terhadap infeksi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian patogenitas mikroorganisme
Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian
kecil saja yang merupakan patogen. Patogen adalah organisme atau
mikroorganisme yang menyaebabkan penyakit pada organisme lain. Kemampuan
patogen untuk menyebabkan penyakit disebut dengan patogenitas.
Mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis
sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat
ditemukan di semua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan,
disegala lingkungan hidup manusia. Mereka ada di dalam tanah, di
lingkungan akuatik, dan atmosfer (udara) serta makanan. Dan karena
beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam
tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat
tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya
tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit. Jadi
patogenitas mikrobiologi adalah organisme hidup yang berukuran mikrosopis
yang menyebabkan penyakit pada organisme lain.
B. Konsep patogenitas
Patogenesis adalah mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan
penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan
berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan penyakit. Kapasitas
bakteri menyebabkan penyakit tergantung pada patogenitasnya. Dengan kriteria
ini, bakteri dikelompokan menjadi 3, yaitu agen penyebab penyakit, patogen
oportunistik, nonpatogen. Agen penyebab penyakit adalah bakteri patogen yang
menyebabkan suatu penyakit (Salmonella spp.). Patogen oportunistik adalah
bakteri yang berkemampuan sebagai patogen ketika mekanisme pertahanan inang
diperlemah (contoh E. coli menginfeksi saluran urin ketika sistem pertahanan
inang dikompromikan (diperlemah). Nonpatogen adalah bakteri yang tidak pernah
menjadi patogen. Namun bakteri nonpatogen dapat menjadi patogen karena
kemampuan adaptasi terhadap efek mematikan terapi modern seperti kemoterapi,
imunoterapi, dan mekanisme resistensi. Bakteri tanah Serratia marcescens yang
semula nonpatogen, berubah menjadi patogen yang menyebabkan pneumonia,
infeksi saluran urin, dan bakteremia pada inang terkompromi.
Virulensi adalah ukuran patogenitas organisme. Tingkat virulensi berbanding
lurus dengan kemampuan organisme menyebabkan penyakit. Tingkat virulensi
dipengaruhi oleh jumlah bakteri, jalur masuk ke tubuh inang, mekanisme
pertahanan inang, dan faktor virulensi bakteri. Secara eksperimental virulensi
diukur dengan menentukan jumlah bakteri yang menyebabkan kematian, sakit,
atau lesi dalam waktu yang ditentukan setelah introduksi.
C. Flora Normal
1. Pengertian flora normal
Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu
mikroorganisme. Mikrobe tidak hanya terdapat dilingkungan, tetapi juga
menghuni tubuh manusia. Mikrobe yang secara alamiah menghuni tubuh
manusia disebut flora normal, atau mikrobiota. (Michael J. Pelczar, Jr.
dan E.C.S Chan,Dasar-Dasar Mikrobiologi, 2008: 545)
Selain itu juga disebutkan bahwa flora normal adalah kumpulan
mikroorganisme yang secara alami terdapat pada tubuh manusia normal
dan sehat. Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh manusia
adalah dari jenis bakteri. Namun beberapa virus, jamur, dan protozoa
juga dapat ditemukan pada orang sehat. (pemburumikroba.blogspo
t.com/2010/09/ flora-normal).
Untuk dapat menyebabkan penyakit, mikroorganisme patogen harus
dapat masuk ke tubuh inang, namun tidak semua pertumbuhan
mikroorganisme dalam tubuh inang dapat memyebabkan penyakit. Banyak
mikroorganisme tumbuh pada permukaan tubuh inang tanpa menyerang
jaringan tubuh dan merusak fungsi normal tubuh. Flora normal dalam tubuh
umumnya tidak patogen, namun pada kondisi tertentu dapat menjadi patogen
oportunistik. Penyakit timbul bila infeksi menghasilkan perubahan pada
fisiologi normal tubuh.
Mikroorganisme tidak saja terdapat dan hidup di lingkungan, akan
tetapi juga di tubuh manusia. Tubuh manusia tidaklah steril atau bebas dari
mikroorganisme, begitu manusia dilahirkan ia langsung berhubungan dengan
mikroorganisme. Mikroorganisme yang secara alamiah terdapat di tubuh
manusia disebut flora normal atau mikrobiota.
Mikroflora pada tubuh berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Mikroorganisme tetap/normal (resident flora/indigenous) yaitu
mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian
tubuh tertentu dan pada usia tertentu dan pada usia tertentu. Keberadaan
mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun jumlahnya,
jika ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora normal/tetap
yang terdapat pada tubuh merupakan organisme komensal. Flora
normal yang lainnya bersifat mutualisme. Flora normal ini akan
mendapatkan makanan dari sekresi dan produk-produk buangan tubuh
manusia, dan tubuh memperoleh vitamin atau zat hasil sintesis dari
flora normal. Mikroorganisme ini umumnya dapat lebih bertahan pada
kondisi buruk dari lingkungannya. Contohnya : Streptococcus viridans,
S. faecalis,Pityrosporum ovale,Candida albicans.
2. Mikroorganisme sementara (transient flora) yaitu mikroorganisme
nonpatogen atau potensial patogen yang berada di kulit dan selaput
lendir/mukosa selama kurun waktu beberapa jam, hari, atau minggu.
Keberadaan mikroorganisme ini ada secara tiba-tiba (tidak tetap) dapat
disebabkan oleh pengaruh lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan
tidak menetap. Flora sementara biasanya sedikit asalkan flora tetap
masih utuh, jika flora tetap berubah, maka flora normal akan melakukan
kolonisasi, berbiak dan menimbulkan penyakit. Flora normal pada
manusia tidak tetap, selalu mengalami fluktuasi yang disebabkan oleh
nutrisi, usia, hormon dan kesehatan umum
2. Flora normal pada tubuh manusia
Flora normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia
yang kontak langsung dengan lingkungan misalnya kulit, hidung, mulut,
usus, saluran urogenital, mata, dan telinga . Organ-organ dan jaringan
biasanya steril.
1. Kulit
Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau
dari benda-benda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada kulit
karena kulit tidak sesuai untuk pertumbuhannya (Michael J. Pelczar, Jr.
dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mikrobiologi,2008:548). Kulit manusia
terlihat lebih mudah pecah atau rusak bila dibandingkan dengan kulit
hewan, seperti badak, gajah, dan kura -kura. Namun kulit manusia
memiliki sifat sebagai pertahanan (barier) yang sangat efektif terhadap
infeksi. Dalam kenyataanya, tidak ada bakteri yang dapat menembus
kulit utuh yang “telanjang” tanpa pelindung. (universitas
muhammadiyah yogyakarta.ac.id). Kulit bersifat sedikit asam dengan pH
5 % dan memiliki temperatur kurang dari 37°C. Lapisan sel-sel yang
mati akan membuat permukaan kulit secara konstan berganti sehingga
bakteri yang berada dibawah permukaan kulit tersebut akan juga dengan
konstan terbuang dengan sel mati. Lubang -lubang alami yang terdapat
di kulit, seperti pori-pori, folikel rambut, atau kelenjar keringat
memberikan suatu lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri.
Namun lubang -lubang tersebut secara alami dilindungi oleh lisozim
(enzim yang dapat merusak peptidoglikan bakteri yang merupakan unsur
utama pembentuk dinding sel bakteri gram positif) dan lipida toksik.
(universitas muhammadiyah yogyakarta.ac.id)
Pelindung lain terhadap kolonialisasi kulit oleh bakteri patogen
adalah mikroflora normal kulit. Mikroflora tersebut merupakan suatu
kumpulan dari bakteri nonpatogen yang normal berkolonisasi pada
setiap area kulit yang mampu mendu kung pertumbuhan bakteri. Bakteri
patogen yang akan menginfeksi kulit harus mampu bersaing dengan
mikroflora normal yang ada untuk mendapatkan tempat kolonisasi serta
nutrien untuk tumbuh dan berkembang. Mikroflora normal kulit
terutama terdiri dari bakteri gram positif. Tetapi bakteri gram negatif
sepertiEscherichia coli yang habitatnya ada di dalam usus manusia, juga
bisa terdapat pada kulit manusia karena adanya kontaminasi kotoran
manusia. (universitas muhammadiyah yogyakarta.ac.id)
Walaupun ada pertahanan tersebut di atas, beberapa bakteri
patogen dapat berkolonisasi sementara pada kulit dan dapat mengambil
manfaat dari luka yang ada pada permukaan kulit untuk memperoleh
jalan masuk ke jaringan yang ada di bawah kulit. Di bawah kulit, mereka
akan menghadapi sejumlah sel yang telah terspesifikasi yang disebut
dengan skin -associated lymphoid tissue (SALT). Fungsi SALT adalah
mencegah bakteri patogen tidak sampai ke area yang lebih jauh di bawah
kulit dan mencegah mereka tidak sampai ke aliran darah. Relatif sedikit
yang diketahui tentang sel -sel yang menyusun SALT. Salah satu tipe
selnya adalah sel yang memaparkan antigen yang terspesialisasi yang
membantu tipe sel yang lain, specialized skin- seeking lymphocyte,
untuk memproduksi antibodi. Sel -sel limfosit tersebut juga
memproduksi sitokin, protein yang merangsang sel -sel dari sistem imun
dan memiliki sejumlah efek lain. Komponen SALT yang lain adalah
keratinosit yang banyak terdapat pada lapisan epidemis dan bertanggung
jawab untuk memelihara lingkungan mikrokulit yang bersifat asam.
Keratinosit memproduksi sitokin dan juga mampu untuk ingesti dan
membunuh bakteri (universitasmuhammadiyahyogyakarta.ac.id).
Pentingnya pertahanan kulit ini diilustrasikan paling baik dengan
pengaruh luka bakar yang parah, yang akan mengeliminasi semua bentuk
pertahanan kulit termasuk SALT. Seseorang yang mengalami luka bakar
tingkat dua dan tiga yang ekstensif dan orang yang bertahan hidup dari
trauma inisial yang berhubungan dengan luka bakar masih belum
terbebas dari bahaya. Banyak korban luka bakar mati karena infeksi
bakterial yang terjadi sebelum kulit terbakar mengalami penyembuhan.
Hilangnya pertahanan kulit dan tereksposnya lapisan jaringan di bawah
kulit yang basah dan kaya nutrien merupakan hal yang ideal untu k
kolonisasi bakteri pada area yang terbakar. Penyebab yang paling umum
pada infeksi kulit yang terbakar adalah Pseudomonas aeruginosa
danStaphylococcus aureus, dua spesies bakteri yang terdapat di mana-
mana pada lingkungan rumah sakit. Kedua spesies juga dikenal resisten
terhadap antibiotik. Antibiotik paling efektif bila aksi antibakterial
mereka didukung dengan aktivitas pembunuhan oleh sistem imun. Efek
kombinasi dari kerusakan SALT dan resistensi alami bakteri telah
membuat infeksi luka bakar sulit untuk ditangani dengan efektif. Infeksi
tersebut merupakan suatu penyebab utama kematian di antara penderita
luka bakar. Bahkan, bila tidak bersifat fatal, infeksi bakterial pada
jaringan yang terbakar meningkatkan jumlah kerusakan jaringan dan
mencegah penyembuhan area kulit yang terbakar (universitas
muhammadiyah yogyakarta.ac.id)
Pada umumnya beberapa bakteri yang ada pada kulit tidak mampu
bertahan hidup lama karena kulit mengeluarkan substansi bakterisida.
Sebagai contoh, kelenjar keringat mengekskresikan lisozim, suatu enzim
yang dapat menghancurkan dinding sel bakteri. Kelenjar lemak
mengekskresikan lipid yang kompleks, yang mungkin diuraikan
sebagian oleh beberapa bakteri; asam-asam lemak yang dihasilkannya
sangat beracun bagi bakteri-bakteri lain (universitas muhammadiyah
yogyakarta.ac.id).
Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-
akan bersisik (lapisan luar epidermis), membentuk koloni pada
permukaan sel-sel mati. Kebanyakan bakteri ini adalah spesies
Staphylococcus dan siano bakteri aerobik, atau difteroid. Jauh di dalam
kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri anaerobik lipofilik, seperti
Propionibacterium acnes, penyebab jerawat. Jumlahnya tidak
dipengaruhi oleh pencucian. Staphylococcus epidermidis yang bersifat
nonpatogen pada kulit namun dapat menimbulkan penyakit saat
mencapai tempat -tempat tertentu seperti katup jantung buatan dan sendi
prostetik (sendi buatan). Bakteri ini lebih sering ditemui pada kulit
dibandingkan dengan kerabatnya yang bersifat patogen
yaituStaphylococcus aureus. Secara keseluruhan ada sekitar 103-104
mikroorganisme/cm2 yang kebanyakan terletak pada stratum (lapisan)
korneum (Wikipedia.org). Dibawah ini adalah gambar
bakteriStaphylococcus epidermidis (sumber: Wikipedia.org).
Faktor-faktor yang berperan menghilangkan flora sementara pada
kulit adalah pH rendah, asam lemak pada sekresi sebasea dan adanya
lisozim. Berkeringat yang berlebihan atau pencucian dan mandi tidak
menghilangkan atau mengubah secara signifikan flora tetap. Jumlah
mikroorganisme permukaan mungkin berkurang dengan menggosok
secara kuat setiap hari dengan sabun yang mengandung heksakloforen
atau desinfektan lain, namun flora se cara cepat muncul kembali dari
kelenjar sebasea dan keringat, meskipun tidak ada hubungan secara total
terhadap kulit bagian lain maupun lingkungan. Penggunaan tutup rapat
pada kulit cenderung menyebabkan populasi mikrobiota secara
keseluruhan sangat menin gkat dan dapat menimbulkan perubahan
kualitatif flora kulit.
Bakteri anaerob dan aerob sering bersama -sama menyebabkan
infeksi sinergistik (gangrene, fasciitis nekrotik =necrotizing fasciitis),
selulitis dari kulit dan jaringan lunak. Bakteri-bakteri tersebut merupakan
bagian dari flora normal. Sering sulit menentukan suatu organisme yang
spesifik bertanggungjawab terhadap lesi progresif, karena terdapat
banyak organisme yang berperan.
2. Hidung dan Nasofaring (nasopharynx)
Flora utama hidung terdiri dari korinebakteria, stafilokokus dan
streptokokus (Jawetz, Melnick, dan Adelbergs, Mikrobiologi Kedokteran
(Medical Microbiology), 2005: 280). Dalam hulu kerongkongan hidung,
dapat juga dijumpai bakteri Branhamella catarrhalis (suatu kokus gram
negatif) dan Haemophilus influenzae(suatu batang gram negatif).
Pemusnahan flora normal faring dengan penisilin dosis tinggi
dapat menyebabkan over growth: bakteria negatif Gram seperti
Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas atau jamur. (Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran UI, Mikrobiologi Kedokteran, 1994: 31)
3. Mulut
Kelembapan yang paling tinggi, adanya makanan terlarut secara
konstan dan juga partikel-partikel kecil makanan membuat mulut
merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri. Mikrobiota
mulut atau rongga mulut sangat beragam; banyak bergantung pada
kesehatan pribadi masing -masing individu. (Michael J. Pelczar, Jr. dan
E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 549).
Diperolehnya mikrobiota mulut. Pada waktu lahir, rongga mulut
pada hakikatnya merupakan suatu inkubator yang steril, hangat, dan
lembap yang mengandung sebagai substansi nutrisi. Air liur terdiri dari
air, asam amino, protein, lipid, karbohidrat, dan senyawa-senyawa
anorganik. Jadi, air liur merupak an medium yang kaya serta kompleks
yang dapat dipergunakan sebagai sumber nutrien bagi mikrobe pada
berbagai situs di dalam mulut. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan,
Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 549-550).
Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan jumlah
mikroorganisme sedemikian sehingga di dalam waktu beberapa hari
spesies bakteri yang khas bagi rongga mulut menjadi mantap. Jasad-jasad
renik ini tergolong ke dalam genus Streptococcus, Neisseria, Veillonella,
Actinomyces,da n Lactobacillus. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S
Chan,Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 551).
Jumlah dan macam spesies ada hubungannya dengan nutrisi bayi
serta hubungan antara bayi tersebut dengan bayinya, pengasuhnya, dan
benda-benda seperti handuk serta botol-botol susunya. Spesies satu-
satunya yang selalu diperoleh dari rongga mulut, bahkan sedini hari
kedua setelah air, ialah Streptococcus.
Sampai munculnya gigi, kebanyakan mikroorganisme di dalam
mulut adalah aerob atau anaerob fakultatif. Ketika gigi pertama muncul,
anaerob obligat seperti Bacteroides dan bakteri fusiform (Fusiobacterium
sp.), menjadi lebih jelas karena jaringan di sekitar gigi menyediakan
lingkungan anae robik. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-
Dasar Mirobiologi, 2008: 552)
Gigi itu sendiri merupakan tempat bagi menempelnya mikrobe.
Ada dua spesies bakteri yang dijumpai berasosiasi dengan permukaan
gigi: Streptococcus sanguis dan S. mutans (penyebab) utama kerusakan
gigi, atau pembusuk gigi. Tertahannya kedua spesies ini pada permukaan
gigi merupakan akibat sifat adhesif baik dari glikoprotein liur maupun
polisakaride bakteri. Sifa t menempel ini sangat penting bagi kolonialisasi
bakteri di dalam mulut. Glikoprotein liur mampu menyatukan bakteri -
bakteri tertentu dan mengikat mereka pada permukaan gigi.
Plak adalah sebuah film/lapisan sel bakteri, yang berlabuh di sebuah
matriks polisakarida disekresi oleh mikroorganisme. Apabila gigi tidak
dibersihkan secara teratur, plak dapat terbentuk dengan cepat dan
aktivitas bakteri tertentu, terutama Streptococcus mutans, dapat
menyebabkan kerusakan gigi (rongga). Prevalensi karies berhubungan
dengan diet.(pemburumikroba.blogspot.com/2010/09/flora-normal)
Karies merupakan suatu kerusakan gigi yang dimulai dari
permukaan dan berkembang ke arah dalam. Terjadinya karies juga
tergantung pada faktor-faktor genetik, hormonal, gizi, dan faktor
lainnya. Pengendali karies gigi meliputi pembuangan plak, pembatasan
ma kanan yang mengandung sukrosa, gizi yang baik mengandung cukup
protein dan pengurangan pembentukan asam dalam mulut dengan cara
membatasi keberadaan karbohidrat dan pembersihan mulut yang sering.
Pemakaian flourida pada gigi atau peningkatan jumlah fluor p ada air
mengakibatkan peningkatan resistensi email terhadap asam.
Pengendalian penyakit periodontal memerlukan pembuangan karang gigi
dan kebersihan mulut.
4. Orofaring (oropharinx)
Orofaring (bagian belakang mulut juga dihuni sejumlah besar
bakteri Staphylococcus aureus dan S. epidermidis dan juga difteroid.
Tetapi kelompok bakteri terpenting yang merupakan penghuni asli
orofaring ialah streptokokus hemolitik, yang juga
dinamakanStreptokokus viridans. Biakan yang ditumbuhkan dari
orofaring juga akan memperlihatkan adanyaBranchamella catarrhalis,
spesies Haemophilus, serta gular-galur pneumokokus avirulen
(Streptococcus pneumonia)
Bagian terdalam saluran pernapasan (ranting tenggorok atau
bronkiole yang lebih halus serta alveoli atau gelembung paru -paru) tidak
mengandung mikroorganisme. Hal ini disebabkan karena saluran
pernapasan berlapiskan silia, yaitu embel-embel seperti rambut, yang
menyapu mikroorganisme dan bahan -bahan lain dari bagian sebelah
dalam saluran ke bagian sebelah atas untuk dibuang. Rambut bersama
dengan lendir di dalam lubang hidung itulah yang pertama-tama
membantu melindungi saluran pernapasan dengan cara menyaring
bakteri dari udara yang dihirup.
5. Perut
Isi perut yang sehat pada praktisnya steril karena adanya asam
hidroklorat di dalam sekresi lambung. Setelah ditelannya makanan,
jumlah bakteri bertambah tetapi segera menurun kembali dengan
disekresikannya getah lambung dan pH zat alir perut pun menurun.
6. Usus Kecil
Usus kecil bagian atas (atau usus dua belas jari) mengandung
beberapa bakteri. Di antara yang ada, sebagian besar adalah kokus dan
basilus gram positif. Di dalam jejunum atau usus halus kos ong (bagian
kedua usus kecil, di antara usus dua belas jari dan ileum atau usus halus
gelung) kadang kala dijumpai spesies-spesies enterokokus, laktobasilus,
dan difteroid. Khamir Candida albicans dapat juga dijumpai pada bagian
usus kecil ini. Pada bagian usus kecil yang jatuh (ileum), mikrobiota
mulai menyerupai yang dijumpai pada usus besar. Bakteri anaerobik dan
enterobakteri mulai nampak dalam jumlah besar.
7. Usus Besar
Di dalam tubuh manusia, kolon atau usus besar, mengandung
populasi mikrobe yang terbanyak. Telah diperkirakan bahwa jumlah
mikroorganisme di dalam spesimen tinja adalah kurang lebih 1012
organisme per gram. Basilus gram negatif anaerobik yang ada meliputi
spesies Bacteroides (B. fragilis, B. melaninogenicus, B. oralis) dan
Fusobacterium. Basilus gram positif diwakili oleh spesies-spesies
Clostridium (termasukCl. P e rfri ng en s yang mempunyai kaitan dengank
elemayuh, suatu infeksi jaringan disertai gelembung gas dan keluar
nanah). serta spesies-spesies Lactobacillus.
Flora saluran pencernaan berperan dalam sintesis vitamin K,
konversi pigmen empedu dan asam empedu, absorpsi zat makanan serta
antagonis mikroba patogen.
8. Saluran Kemih
Pada orang sehat, ginjal, ureter (saluran dari ginjal ke kandung
kemih), dan kandung kemih bebas dari mikroorganisme, namun bakteri
pada umunya dijumpai pada uretra (saluran dari kandung kemih ke luar)
bagian bawah baik pada pria maupun wanita. Tetapi jumlahnya
berkurang di dekat kandung kemih, agaknya disebabkan efek
antibakterial yang dilancarkan oleh selaput lendir uretra dan seringnya
epitelium terbilas oleh air seni. Ciri populasi ini berubah menurut variasi
daur haid. Penghuni utama vagina dewasa adalah laktobasilus yang
toleran terhadap asam. Bakteri ini mengubah glikogen yang dihasilkan
epi telium vagina, da n di dalam proses tesebut menghasilkan asam.
Penumpukan glikogen pada dinding vagina disebakan oleh kegiatan
indung telur; hal ini tidak dijumpai sebelum masa akil balig ataupun
setelah menopause (mati haid). Sebagai akibat perombakan glikogen,
maka pH di dalam vagina terpelihara pada sekitar 4.4 sampai 4,6.
Mikrooganisme yang mampu berkembang baik pada pH rendah ini
dijumpai di dalam vagina dan mencakup enterokokus, Candida albicans ,
dan sejumlah besar bakteri anaerobik. Sistem urinari dan genital secara
anatomis terletak berdekatan, suatu penyakit yang menginfeksi satu
sistem akan mempengaruhi siste m yang lain khususnya pada laki- laki.
Saluran urin bagian atas dan kantong urine steril dalam keadaan normal.
Saluran uretra mengandung mikroorganisme seperti Streptococcus,
Bacteriodes, Mycobacterium, Neisseria dan enterik. Sebagian besar
mikroorganisme yang ditemukan pada urin merupakan kontaminasi dari
flora normal yang terdapat pada kulit. Keberadaan bakteri dalam urine
belum dapat disimpulkan sebagai penyakit saluran urine kecuali jumlah
mikroorganisme di dalam urine melebihi 105 sel/ml
(universitasmuhammadiyahyogyakarta.ac.id).
9. Mata (Konjungtiva) dan Telinga
Mikroorganisme konjungtiva terutama adalah difteroid
(Coynebacterium xerosis), S. epidermidis dan streptokukus non hemolitik.
Neiseria dan basil gram negatif yang menyerupai spesies Haemophilus
(Moraxella) seringkali juga ada. Flora konjungtiva dalam keadaan
normal dikendalikan oleh aliran ai r mata, yang mengandung lisozim.
Flora liang telinga luar biasanya merupakan gambaran flora kulit.
Dapat dijumpai Streptococcus pneumonia, batang gram negatif termasuk
Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureusdan kadang-kadang
Mycobacterias aprofit. Telinga bagian tengah dan dalam biasanya steril
(Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI, Mikrobiologi Kedokteran, 1994:
31).
10. Bakteri di Darah dan jaringan
Pada keadaan normal darah dan jaringan adalah steril.
Kadangkadang karena manipulasi sederhana seperti mengunyah,
menyikat gigi, ekstraksi gigi, flora komensal dari mulut dapat masuk ke
jaringan atau darah. Dalam keadaan normal mikroorganisme tersebut
segera dimusnahkan oleh sistem kekebalan tubuh. Hal seperti itu dapat
terjadi pula dengan flora faring, saluran cerna dan saluran kemih. Pada
keadaan abnormal seperti adanya katup jantung abnormal, atau protesa
lain, bakteremia di atas dapat mengarah pada pembentukan koloni dan
infeksi.
3. Jalan Masuk Mikroorganisme Ke Tubuh Inang
Mikroorganisme patogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai
macam jalan, misalnya melalui membran mukosa, kulit, ataupun rute
parental. Banyak bakteri dan virus memiliki akses memasuki tubuh inang
melalui membran mukosa saluran pernafasan, gastrointestinal, saluran
genitourinari, konjungtiva, serta membran penting yang menutupi bola mata
dan kelopak mata.
Saluran pernafasan
Saluran pernafasan merupakan jalan termudah bagi mikroorganisme
infeksius. Mikroorganisme terhirup melalui hidung atau mulut dalam bentuk
partikel debu. Penyakit yang muncul umumnya adalah pneumonia, campak,
tuberkulosis, dan cacar air.
Saluran pencernaan
Mikroorganisme dapat memasuki saluran pencernaan melalui bahan
makanan atau minuman dan melalui jari tangan yang terkontaminasi
mikroorganisme patogen. Mayoritas mikroorganisme tersebut akan
dihancurkan oleh asam klorida (HCL) dan enzim-enzim di lambung, atau oleh
empedu dan enzim di usus halus. Mikatroorganisme yang berahan dapat
menimbulkan penyakit. Misalnya demam tifoid, disentri amoeba, hepatitis A,
dan kolera. Patogen ini selanjutnya dikeluarkan melalui feses dan dapat
ditransmisikan ke inang lainnya melalui air, makanan, atau jari-jari tangan
yang terkontaminasi.
Kulit
Kulit sangat penting sebagai pertahanan terhadap penyakit. Kulit yang
tidak mengalami perlukaan tidak dapat dipenetrasi oleh mayoritas
mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme memasuki tubuh melalui daerah
terbuka pada kulit, folikel rambut, maupun kantung kelenjar keringat.
Mikroorganisme lain memasuki tubuh inang pada saat berada di jaringan
bawah kulit atau melalui penetrasi atau perlukaan membran mukosa. Rute ini
disebut rute perenteral. Suntikan, gigitan, potongan, luka, atau pembedahan
dapat membuka rute infeksi parenteral.
Rongga mulut
Pada permukaan rongga mulut terdapat banyak koloni mikroorganisme.
D. Mekanisme Patogenisitas
Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh
bersifat komensal. Pertumbuhan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada
faktor -faktor biologis seperti suhu, kelembapan dan tidak adanya nutrisi
tertentu serta zat -zat penghambat. Keberadaan flora tersebut tidak mutlak
dibutuhkan untuk kehidupan karena hewan yang dibebaskan (steril) dari
flora tersebut, tetap bisa hidup. Flora yang hidup di bagian tubuh tertentu
pada manusi a mempunyai peran penting dalam mempertahankan kesehatan
dan hidup secara normal. Beberapa anggota flora tetap di saluran pencernaan
mensintesis vitamin K dan penyerapan berbagai zat makanan.
Flora yang menetap diselaput lendir (mukosa) dan kulit dapat mencegah
kolonialisasi oleh bakteri patogen dan mencegah penyakit akibat gangguan
bakteri. Mekanisme gangguan ini tidak jelas. Mungkin melalui kompetisi
pada reseptor atau tempat pengikatan pada sel penjamu, kompetisi untuk zat
makanan, penghambatan oleh produk metabolik atau racun, penghambatan
oleh zat antibiotik atau bakteriosin (bacteriocins). Supresi flora normal akan
menimbulkan tempat kosong yang cenderung akan ditempati oleh
mikroorganisme dari lingkungan atau tempat lain pada tubuh. Beberapa
bakteri bersifat oportunis dan bisa menjadi patogen. (Jawetz, Melnick, dan
Adelbergs, Mikrobiologi Kedokteran(Medical Microbiology), 2005: 277-279)
Selain itu, diperkirakan bahwa stimulasi antigenik dilepaskan oleh flora
adalah penting untuk perkembangan sistem kekebalan tubuh normal
(pemburumikroba.blogspot.com/2010/09/ flora-normal).
Sebaliknya, flora normal juga dapat menimbulkan penyakit pada kondisi
tertentu. Berbagai organisme ini tidak bisa tembus (non-invasive) karena
hambatan-hambatan yang diperankan oleh lingkungan. Jika hambatan dari
lingkungan dihilangkan dan masuk le dalam aliran darah atau jaringan,
organisme ini mungkin menjadi patogen (Jawetz, Melnick, dan
Adelbergs,Mikrobiologi Kedokteran(Medical Microbiology), 2005: 279).
Streptococcus viridians, bakteri yang tersering ditemukan di saluran
nafas atas, bila masuk ke aliran darah setelah ekstraksi gigi atau tonsilektomi
dapat sampai ke katup jantung yang abnormal dan mengakibatkansubacute
bacterial endocarditis. Bacteroides yang normal terdapat di kolon dapat
menyebabkan peritonitis mengikuti suatu trauma (Staf Pengajar Fakultas
Kedokteran UI, Mikrobiologi Kedokteran, 1994: 30) Spesies Bacteroides
merupakan flora tetap yang paling sering dijumpai di usus besar dan tidak
membahayakan pada tempat tersebut. Tetapi jika masuk ke rongga
peritoneum atau jaringan panggul bersama dengan bakteri lain akibat
trauma, mereka menyebabkan supurasi dan bakterimia. Terdapat banyak
contoh tetapi yang penting adalah flora normal tidak berbahaya dan dapat
bermanfaat bagi tubuh inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada
kelainan yang menyertainya. Mereka dapat menimbulkan penyakit jika
berada pada lokasi yang asing dalam jumlah banyak dan jika terdapat faktor-
faktor predisposisi. (Jawetz, Melnick, dan Adelbergs, Mikrobiologi
Kedokteran (Medical Microbiology),2005: 279)
E. Interaksi Antara Manusia Dan Flora Normal
E. coli adalah bakteri yang paling terkenal secara teratur diasosiasikan dengan
manusia, sebagai sebuah komponen invariabel saluran pencernaan manusia.
Meskipun E. coli adalah yang paling dipelajari dari semua bakteri dan kita tahu
lokasi yang tepat dan urutan dari 4.288 gen pada kromosom, kita tidak
sepenuhnya memahami hubungan ekologi dengan manusia.
Pada kenyataannya, tidak banyak yang diketahui tentang sifat hubungan
antara manusia dan flora normal mereka, tetapi mereka dianggap sebagai interaksi
dinamis daripada saling asosiasi ketidakpedulian. Baik host dan bakteri berpikir
untuk memperoleh manfaat dari satu sama lain, dan asosiasi, untuk sebagian
besar, mutualistic. flora normal berasal dari host mereka pasokan nutrisi,
lingkungan yang stabil, dan perlindungan dan transportasi. Host memperoleh dari
flora normal tertentu manfaat nutrisi dan pencernaan, stimulasi dari kegiatan
pembangunan dan sistem imun, dan perlindungan melawan kolonisasi dan infeksi
oleh mikroba patogen.
Sementara sebagian besar kegiatan manfaat flora normal tuan rumah mereka,
sebagian dari flora normal adalah parasit (hidup di atas biaya tuan rumah mereka),
dan beberapa bersifat patogen (mampu menghasilkan penyakit). Penyakit yang
dihasilkan oleh flora normal di tuan rumah mereka dapat disebut penyakit
endogen. Kebanyakan endogen bakteri penyakit infeksi oportunistik, yang berarti
bahwa organisme harus diberi kesempatan khusus kelemahan atau membiarkan-
down dalam pertahanan host untuk menginfeksi . Contoh dari infeksi oportunistik
bronkitis kronis pada perokok dimana bakteri flora normal dapat menyerang paru-
paru melemah.
Kadang-kadang hubungan antara anggota flora normal yang inangnya tidak
dapat diuraikan. Seperti hubungan di mana tidak ada jelas manfaat atau
membahayakan organisme baik selama hubungan mereka disebut sebagai
hubungan teman semakan. Banyak flora normal yang tidak dominan dalam habitat
mereka, walaupun selalu hadir dalam jumlah yang rendah, dianggap sebagai
teman semakan bakteri. Namun, jika dugaan hubungan teman semakan
mempelajari secara mendetail, parasit atau karakteristik mutualistic sering
muncul.
Jaringan kekhususan sebagian besar anggota flora bakteri normal lebih
memilih untuk menjajah jaringan tertentu dan bukan yang lain. Ini "kekhususan
jaringan" biasanya disebabkan oleh sifat-sifat baik dari tuan rumah dan bakteri.
Biasanya, bakteri spesifik menjajah jaringan tertentu oleh satu atau lain
mekanisme ini.
Tissue tropism adalah bakteri preferensi atau kesukaan untuk jaringan tertentu
untuk pertumbuhan. Salah satu penjelasan untuk jaringan tropism adalah
bahwa tuan rumah menyediakan nutrisi penting dan faktor pertumbuhan
bakteri, selain cocok oksigen, pH, dan suhu untuk pertumbuhan.
Lactobacillus acidophilus, informal dikenal sebagai "Doderlein's bacillus"
colonizes vagina karena dihasilkan glikogen yang menyediakan bakteri
dengan sumber gula yang mereka memfermentasi untuk asam laktat.
Spesifik kepatuhan Kebanyakan bakteri dapat menjajah suatu jaringan atau
situs tertentu karena mereka dapat mematuhi bahwa situs dalam jaringan atau
cara tertentu yang melibatkan interaksi kimia yang saling melengkapi antara
dua permukaan. Khusus biokimia kepatuhan melibatkan interaksi antara
komponen permukaan bakteri (ligan atau adhesins) dan molekul reseptor sel
inang. Komponen bakteri yang menyediakan molekul adhesins adalah bagian
dari kapsul mereka, fimbriae, atau dinding sel. Reseptor pada sel manusia
atau jaringan molekul glikoprotein biasanya terletak pada host permukaan sel
atau jaringan.
Khusus kepatuhan melibatkan interaksi kimia yang saling
melengkapi antara sel inang atau jaringan permukaan dan permukaan
bakteri. Dalam bahasa medis mikrobiologi, bakteri "adhesin" melekat kovalen
ke host "reseptor" sehingga bakteri "dermaga" itu sendiri pada host
permukaan. Adhesins dari sel-sel bakteri adalah komponen kimia kapsul,
dinding sel, pilus atau fimbriae. Host reseptor glikoprotein biasanya terletak
pada membran sel atau jaringan permukaan. Beberapa contoh situs adhesins
dan lampiran khusus digunakan untuk ketaatan pada jaringan manusia
dijelaskan dalam tabel di bawah ini.
Biofilm pembentukan. Beberapa bakteri asli mampu membangun biofilm
pada permukaan jaringan, atau mereka mampu menjajah sebuah biofilm
dibangun oleh spesies bakteri lain. Banyak biofilm adalah campuran mikroba,
walaupun salah satu anggota bertanggung jawab untuk menjaga dan biofilm
dapat mendominasi. Biofilm biasanya terjadi ketika salah satu spesies bakteri
atase khusus atau non spesifik ke permukaan, dan kemudian mengeluarkan
lendir karbohidrat (exopolymer) yang imbeds menarik bakteri dan mikroba
lain ke biofilm untuk perlindungan atau keuntungan nutrisi.
Biofilm klasik yang melibatkan komponen flora normal rongga mulut adalah
pembentukan plak gigi pada gigi. Plak adalah biofilm dibangun secara alami,
di mana konsorsium bakteri dapat mencapai ketebalan 300-500 sel pada
permukaan gigi. Ini subjek akumulasi gigi dan jaringan gingiva konsentrasi
tinggi metabolit bakteri, yang mengakibatkan penyakit gigi .
Permukaan kulit itu sendiri terdiri dari beberapa lingkungan yang berbeda.
Bidang seperti aksila (ketiak), perineum (pangkal paha) dan ujung jaring
biasanya menyediakan daerah lembab untuk pertumbuhan bakteri. Ini "hutan
tropis" sering lingkungan pelabuhan terbesar di antara keanekaragaman flora
kulit. Khas organisme meliputi Staphylococcus aureus, Corynebacterium dan
beberapa bakteri Gram-negatif. Sebagian besar permukaan kulit manusia,
bagaimanapun, adalah jauh lebih kering dan ini sebagian besar dihuni oleh
Staphylococcus epidermidis dan Propionobacterium. Streptococcus
mendominasi dalam rongga mulut dan nasofaringeal daerah tetapi juga dapat
menemukan Anaerob lain dan spesiesNeisseria. Banyak potensi patogen juga
dapat ditemukan di nasofaring individu yang sehat, menyediakan reservoir
untuk infeksi lain. Patogen ini termasuk Streptococcus pneumoniae, Neisseria
meningitidisdan Haemophilus influenzae.
Saluran pencernaan adalah lingkungan yang agak memusuhi bagi
mikroorganisme namun sebagian besar flora normal kita mendiami wilayah ini
dari tubuh. Bahkan, usus mungkin mengandung 109 untuk 1011 bakteri per gram
bahan. Sebagian besar (95 - 99,9%) di antaranya Anaerob, diwakili oleh
Bacteroides, Bifidobacterium, streptokokus anaerob dan Clostridium. Organisme
ini menghambat pertumbuhan patogen lain, tetapi beberapa dapat oportunistik
(misalnya C. difficile dapat menghasilkan pseudomembranosa kolitis). Urogenital.
Saluran urogenital biasanya steril dengan pengecualian vagina dan distal 1 cm dari
uretra. Berbagai anggota dari genusLactobaci ll us menonjol dalam vagina.
Organisme ini umumnya lebih rendah pH sekitar 4-5, yang optimal untuk
lactobacilli tetapi penghambatan untuk pertumbuhan bakteri lainnya. Hilangnya
efek perlindungan ini oleh terapi antibiotik dapat menyebabkan infeksi
olehCandida ( "ragi infeksi"). Uretra sebagian besar kulit dapat mengandung
mikroorganisme termasuk staphylococci, streptokokus dan diphtheroid.
Mikroorganisme tidak saja terdapat dan hidup di lingkungan, akan tetapi
juga di tubuh manusia. Tubuh manusia tidaklah steril atau bebas dari
mikroorganisme, begitu manusia dilahirkan ia langsung berhubungan dengan
mikroorganisme. Mikroorganisme yang secara alamiah terdapat di tubuh manusia
disebut flora normal atau mikrobiota.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. patogenitas mikrobiologi adalah organisme hidup yang berukuran
mikrosopis yang menyebabkan penyakit pada organisme lain.
2. flora normal adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami
terdapat pada tubuh manusia normal dan sehat.
B. SARAN
Jika terjangkit salah satu penyakit dari bakteri kita jangan meremehkan
gejala awal yang dialami karena umumnya gejala awalnya sangat biasa. Karen
ajika diremehkan bisa saja menjadi akut. Harus mengikuti tahap-tahap
pencegahan yaitu dengan menjaga kebersihan diri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Jenis dan Patogenesis Mikroorganisme Penyebab Diare. http://www.scrib.com.
Djide, N. Et all. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Hasanuddin. Makassar
Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan,Dasar-Dasar Mikrobiologi, 2008: 545
pemburumikroba.blogspo t.com/2010/09/ flora-normal
Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Penerbit Erlangga. Jakarta.
http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.com/2012/12/pengendalian-infeksi.html
http://zainalmutakin7.blogspot.com/2013/01/diagnosa-nanda-risiko-terhadap-infeksi.html