Upload
husnul-hatimah
View
371
Download
27
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Atom bohr
Citation preview
MODEL ATOM BOHR, SPEKTRUM ATOMIK DAN TINGKAT ENERGI
A. MODEL ATOM BOHR
Pada tahun 1913, Niels Bohr, fisikawan berkebangsaan Swedia, mengikuti jejak
Einstein menerapkan teori kuantum untuk menerangkan hasil studinya mengenai spektrum
atom hidrogen. Bohr mengemukakan teori baru mengenai struktur dan sifat-sifat atom. Teori
atom Bohr ini pada prinsipnya menggabungkan teori kuantum Planck dan teori atom dari
Ernest Rutherford yang dikemukakan pada tahun 1911. Bohr mengemukakan bahwa apabila
elektron dalam orbit atom menyerap suatu kuantum energi, elektron akan meloncat keluar
menuju orbit yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika elektron itu memancarkan suatu kuantum
energi, elektron akan jatuh ke orbit yang lebih dekat dengan inti atom. Model atom Bohr
dikemukakan oleh Niels Bohr yang berusaha menjelaskan kestabilan atom dan spektrum
garis atom hidrogen yang tidak dapat dijelaskan oleh model atom Rutherford.
Postulat Dasar Model Atom Bohr
Ada empat postulat yang digunakan untuk menutupi kelemahan model atom Rutherford,
antara lain :
1. Atom Hidrogen terdiri dari sebuah elektron yang bergerak dalam suatu lintas edar berbentuk
lingkaran mengelilingi inti atom, gerak elektron tersebut dipengaruhi oleh gaya coulomb
sesuai dengan kaidah mekanika klasik.
2. Lintas edar elektron dalam hydrogen yang mantap hanyalah memiliki harga momentum
angular L yang merupakan kelipatan dari tetapan Planck dibagi dengan 2π.
dimana n = 1,2,3,… dan disebut sebagai bilangan kuantum utama, dan h adalah konstanta
Planck.
3. Dalam lintas edar yang mantap elektron yang mengelilingi inti atom tidak memancarkan
energi elektromagnetik, dalam hal ini energi totalnya E tidak berubah.
4. Jika suatu atom melakukan transisi dari keadaan energi tinggi EU ke keadaan energi lebih
rendah EI, sebuah foton dengan energi hυ=EU-EI diemisikan. Jika sebuah foton diserap, atom
tersebut akan bertransisi ke keadaan energi rendah ke keadaan energi tinggi.
Model Atom Bohr
”Bohr menyatakan bahwa elektron-elektron hanya menempati orbit-orbit tertentu
disekitar inti atom, yang masing-masing terkait sejumlah energi kelipatan dari suatu nilai
kuantum dasar. (John Gribbin, 2002)”
Model Bohr dari atom hidrogen menggambarkan elektron-elektron bermuatan negatif
mengorbit pada kulit atom dalam lintasan tertentu mengelilingi inti atom yang bermuatan
positif. Ketika elektron meloncat dari satu orbit ke orbit lainnya selalu disertai dengan
pemancaran atau penyerapan sejumlah energi elektromagnetik hf.
Menurut Bohr :
” Ada aturan fisika kuantum yang hanya mengizinkan sejumlah tertentu elektron dalam
tiap orbit. Hanya ada ruang untuk dua elektron dalam orbit terdekat dari inti. (John Gribbin,
2005)”
Gambar 1. Model Atom Bohr
Bohr memperbaiki gagasan Rutherford dengan menambahkan bahwa elektron elektron
berada pada orbit orbitnya. Seperti planet planet mengorbit matahari. Dimana tiap orbit hanya
mungkin diisi oleh sejumlah elektron.Kunci sukses model ini adalah dalam menjelaskan
formula Rydberg mengenai garis-garis emisi spektral atom hidrogen, walaupun formula
Rydberg sudah dikenal secara eksperimental, tetapi tidak pernah mendapatkan landasan
teoritis sebelum model Bohr diperkenalkan. Tidak hanya karena model Bohr menjelaskan
alasan untuk struktur formula Rydberg, ia juga memberikan justifikasi hasil empirisnya
dalam hal suku-suku konstanta fisika fundamental.
Model Bohr adalah sebuah model primitif mengenai atom hidrogen. Sebagai sebuah
teori, model Bohr dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan orde pertama dari atom
hidrogen menggunakan mekanika kuantum yang lebih umum dan akurat, dan dengan
demikian dapat dianggap sebagai model yang telah usang. Namun demikian, karena
kesederhanaannya, dan hasil yang tepat untuk sebuah sistem tertentu, model Bohr tetap
diajarkan sebagai pengenalan pada mekanika kuantum.
Keterangan
Gambar 2. Model Bohr untuk atom hydrogen
Lintasan yang diizinkan untuk elektron dinomori n = 1, n = 2, n =3 dst. Bilangan
ini dinamakan bilangan kuantum, huruf K, L, M, N juga digunakan untuk menamakan
lintasan
Jari-jari orbit diungkapkan dengan 12, 22, 32, 42, …n2. Untuk orbit tertentu dengan
jari-jari minimum a0 = 0,53 Å
a0=4πε 0ℏ
2
me2
Jika elektron tertarik ke inti dan dimiliki oleh orbit n, energi dipancarkan dan
energi elektron menjadi lebih rendah sebesar
Gambar 3. Tingkat-tingkat energi atom Hydrogen
En=−B
n2,
B : konstanta numerik dengan nilai 2,179 x 10-18 J=−13. 6 eV
Gagasan Kunci Model atom Bohr
Dua gagasan kunci adalah:
1. Elektron-elektron bergerak di dalam orbit-orbit dan memiliki momentum yang terkuantisasi,
dan dengan demikian energi yang terkuantisasi. Ini berarti tidak setiap orbit, melainkan
hanya beberapa orbit spesifik yang dimungkinkan ada yang berada pada jarak yang spesifik
dari inti.
2. Elektron-elektron tidak akan kehilangan energi secara perlahan-lahan sebagaimana mereka
bergerak di dalam orbit, melainkan akan tetap stabil di dalam sebuah orbit yang tidak
meluruh.
Kuantisasi Panjang Orbit Elektron
Model atom Bohr dalam dipublikasikan tahun1913 yaitu sepuluh tahun sebelum de Broglie
memperkenalkan konsep gelombang materi, namun terdapat kesesuaian yang luar biasa
ketika diterapkan pada kasus penentuan panjang lintas edar electron dalam atom. Marilah kita
mulai dengan memeriksa perilaku elektron dalam orbit sekitar
inti atom hidrogen. Panjang gelombang de Broglie untuk elektron
yang bergerak pada orbit ke n ialah :
Dengan menyatakan kecepatan linier elektron pada orbit ke n yaitu :
Jadi, Panjang Gelombang Elektron Orbital sebagai berikut :
Dengan rn adalah jari jari orbit ke n yaitu rn = n2x 0,529 A ,untuk n = 1 (jari jari orbit
pertama atau kulit K ) maka jari jarinya ialah 5,3 x 10-11 m . Panjang gelombang de Broglie
untuk electron yang berada pada n = 1 ialah :
Berapakah keliling orbit electron pada n = 1 ? Panjang lintas edar atau keliling electron pada
orbit ke n = 1 atau pada kulit K ialah :
Jadi untuk electron yang berada pada keadaan n = 1 ,panjang gelombang de Broglienya sama
dengan keliling orbitnya. Untuk electron yang berada pada keadaan n = 2 (kulit L), jari
jarinya ialah r2 = 2,116x10-10m. Panjang gelombang de Broglienya ialah λ= 6,644 x 10-10
m. Bila kita hitung keliling orbit electron pada keadaan n = 2 ialah 13,288 x 10-10 m .
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut ternyata keliling orbit electron pada n = 2 sama
dengan 2 kali panjang gelombangnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
“keliling orbit electron sama dengan kelipatan dari panjang gelombang de Broglienya”
2πrn =nλ
Gelombang berdiri dalam atom
Dengan menganggap perilaku gelombang elektron dalam atom hidrogen serupa dengan
vibrasi sosok kawat, kita dapat mengambil postulat bahwa sebuah elektron dapat
mengelilingi inti hanya dalam orbit yang mengandung bilangan bulat kali panjang
gelombang de Broglie.
Gambar 4. Kuantisasi panjang orbit electron
Postulat ini menggabungkan sifat gelombang dan sifat partikel elektron dalam satu
pertanyaan tunggal, karena panjang gelombang elektronnya diturunkan dari kecepatan orbital
yang diperlukan untuk mengimbangi tarikan inti. Walaupun kita tidak pernah mampu untuk
mengamati sifat yang antithesis ini secara serentak, sifat itu tak dapat dipisahkan secara
alamiah. Menurut postulat Bohr ke tiga bahwa electron berada pada orbit yang momentum
sudut elektronnya merupakan kelipatan dari konstanta Planck dibagi 2π
Ln = nћ dengan ћ = h/2π
mvr = nh/2π
2πrn = nh/mv = nh/p = nλ
Ternyata menghasilkan formulasi yang sama
Model atom Bohr masih mengandung beberapa kelemahan yaitu:
1. Hanya akurat bila diterapkan pada kasus atom berelektron tunggal atau atom yang
menyerupai atom hidrogen (hydrogen like), namun tidak akurat bila diterapkan pada sistim
(atom ) berelektron banyak.
2. Prediksi Bohr, bahwa ketika elektron loncat dari suatu tingkat energi ke tingkat energi
dibawahnya akan dipancarkan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang
tunggal (1 garis tunggal) ternyata berdasarkan pengamatan spektroskopi tidak berupa garis
tunggal tetapi berupa dua buah garis yang letaknya sangat berdekatan namun masih bisa
dipisahkan (dua garis yang panjang gelombangnya berbeda sedikit )
3. Lintas edar elektron dalam atom yang menurut Bohr berupa lingkaran, ternyata berbentuk
ellips seperti dinyatakan oleh Sommerfeld.
B. SPEKTRUM ATOMIK DAN TINGKAT ENERGI
Lecutan listrik pada gas hidrogen memberikan spektrum atom hidrogen yang
berupa garis-garis yang terang yang membentuk sebuah deret yang terdiri dari 4
panjang gelombang pada daerah cahaya tampak (400 ~ 800 nm); nilai panjang
gelombang yang dikoreksi terhadap vakum adalah λ1 = 656,47 nm, λ2 = 486,28 nm, λ3
= 434,17 nm, λ4 = 410,29 nm. Pada tahun 1885, Balmer menemukan rumus berikut
(Rumus Balmer), yang memenuhi panjang gelombang garis cahaya terang dari
spektra.
(1.13)
Dengan λk adalah panjang gelombang dari garis ke-k untuk k = 1 ~ 4 dalam
spktrum cahaya tampak dan garis-garis untuk k = 5 juga dapat diamati pada daerah
ultraviolet. Sebuah deret garis spektral yang berhubungan dengan persamaan (1.13)
disebut sebagai deret Balmer yang akan berkovergensi pada a = 3647 nm ketika k →
∞. Beberapa deret yang lain (Tabel 1.2) juga diamati pada daerah infra merah dan
ultra violet. Deret-deret ini diketahui secara bersama-sama akan memenuhi rumus
berikut (Rumus Rydberg).
(1.14)
Di sini m dan n adalah bilangan bulat positif, yang berkaitan dengan suatu
garis spektral tertentu dan R adalah konstanta Rydberg. Rumus Rydberg ini dapat
diaplikasikan tidak hanya pada garis spektra emisi akan tetapi juga pada spektra
serapan (absorpsi), yang diamati sebagai hilangnya intensitas cahaya setelah melalui
sampel.
Tabel 1.1 Fungsi kerja W untuk berbagai logam
Tabel 1.2 Deret garis spektral dari atom hidrogen
Contoh 1.7. Dengan menggunakan rumus Balmer dengan konstanta a = 364.7 nm dan
dibandingkan dengan rumus Rydberg, tentukan konstanta Rydberg, R. (Jawaban).
Dengan merubah persamaan (1.14) menjadi persamaan yang memiliki bentuk yang
sama dengan persamaan (1.13) kita akan mendapatkan
Sebuah perbandingan dengan persamaan ini terhadap persamaan (1.13) akan diketahui
bahwa n = 2, m = k + 2 dan
Sehingga kita akan memperoleh
Marilah kita meninjau pentingnya rumus Rydberg berdasarkan teori kuantum
yang diperkenalkan oleh Planck dan Einstein. Hakekat dari proses absorpsi atau emisi
cahaya (gelombang elektromagnetik) adalah sebuah proses yang memberikan atau
menerima foton hv, di mana hukum kekekalan energi selalu harus dipenuhi. Dengan
mengalikan pada kedua sisi di persamaan (1.14) dengan hc dan dengan menggunakan
hubungan c = vλ, energi foton hv yang terlibat pada saat penyerapan dan pemancaran
cahaya dapat dinyatakan sebagai perbedaan antara dua suku berikut
(1.15)
Dalam hubungannya dengan interpretasi efek fotolistrik yaitu bahwa
keseimbangan e nergi dari sebuah elektron adalah sama dengan hv, setiap suku baik
dikiri maupun dikanan pada persamaan (1.15) berkaitan dengan energi dari keadaan
elektron sebelum atau sesudah proses penyerapan atau pemancaran cahaya.
Dikarenakan energi sebuah elektron yang ditangkap dalam material adalah negatif
sebagaimana dalam kasus pada persamaan (1.10), sebuah rumus untuk tingkat energi
dari sebuah elektron dalam atom hidrogen dapat diperoleh sebagai berikut,
(1.16)
Di mana n adalah bilangan bulat positif 1, 2, 3,…. Dengan menggunakan persamaan ini
untuk tingkat-tingkat energi, persamaan (1.15) dapat diperluas dalam bentuk sebagai
berikut dengan asumsi bahwa En > Em.
(1.17)
Gambar 1.7 Penyerapan dan pemancaran cahaya dan kondisi dari frekuensi Bohr.
Sebagaimana ditunjukkan oleh anak panah pada Gambar 1.7, pada saat
penyerapan cahaya sebuah elektron akan terangkat dari tingkat energi yang lebih
rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi dan pada saat pelepasan cahaya sebuah
elektron akan turun dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah.
Persamaan (1.17) akan menjadi persamaan berikut untuk frekuensi v.
(1.18)
Persamaan ini pertama kali diusulkan oleh N.H.D. Bohr pada tahun 1913 dan disebut
sebagai kondisi frekuensi Bohr. Sekarang marilah kita memperhatikan arti dari
persamaan (1.16) dan Gambar 1.7. Tingkat keadaan elektron pada n = 1 adalah tingkat
energi terendah dan disebut sebagai keadaan dasar. Tingkat yang lebih tinggi n ≥ 2
disebut sebagai keadaan tereksitasi. Dalam tingkat n → ∞ energi elektron menjadi 0,
dan elektron akan dilepaskan dari gaya tarik-menarik oleh inti. Hal ini berkaitan
dengan keadaan ionik (keadaan terionisasi) di mana sebuah proton dan sebuah
elektron pada atom dipisahkan pada jarak tak berhingga. Karenanya pula keadaan
terionisasi dari sebuah atom hidrogen WH diberikan oleh persamaan berikut ini.
(1.19)
Contoh 1.8. Dengan menggunakan nilai dari konstanta Rydberg R yang diperoleh dari
persamaan dalam contoh 1.7, dapatkan energi ionisasi dari atom hidrogen WH dalam
satuan J, eV dan J.mol-1.
(Jawaban) Persamaan (1.19) memberikan WH = Rhcdan kita mendapatkan
Untuk 1 mol,
Gambar 1.8 Tingkat energi dan spektra dari atom hidrogen.
Pada tahun 1911, E. Rutherford mengusulkan sebuah model dari struktur atom
yang didasarkan pada studi eksperimen tentang partikel α (aliran atom helium) yang
dihamburkan oleh lembaran tipis logam seperti lembaran tipis emas. Pada model ini,
sebuah atom hidrogen terdiri atas sebuah proton dan sebuah elektron yang berkeliling
di sekitar proton.
Gambar 1.9 Model atom Bohr.
Bohr berhasil menurunkan persamaan untuk tingkat energi dari atom hidrogen
pada tahun 1913 dengan memperkenalkan suatu ide baru dalam sistem fisis dari
sebuah elektron yang bergerak di sekitar proton pada jarak yang konstan dengan
radius r. Gerak m elingkar dari sebuah elektron dengan kecepatan v di sekitar sebuah
proton dengan radius r memberikan persamaan berikut yang menghubungkan gaya
listrik dari hukum Coulomb dan gaya sentripetal dari gerak melingkar.
(1.20)
Di sini, bagian sisi kiri dari persamaan di atas adalah gaya Coulomb dan bagian sisi kanan
adalah gaya sentripetal. Secara umum, gaya sama dengan (masa) x (percepatan),
berdasarkan hukum Newton tentang gerak. Dalam kasus ini, masa adalah masa
elektron m, dan gaya sentripetal adalah v2/ r . Bohr mengasumsikan sebuah kondisi
kuantum yang meminta sebuah produk operasi antara momentum (masa, m x
kecepatan, v) dengan keliling lingkaran (2πr) sebagai perkalian konstanta Planck, h
dengan bilangan bulat.
(1.21)
Jika kondisi ini tidak dipenuhi, sistem tidak akan dapat berada pada kondisi
yang stabil. Dari persamaan (1.20) dan (1.21), radius dari orbit lingkaran dalam
keadaan stasioner diturunkan sebagai berikut,
(1.22)
Di sini, aB = ε0 h2 / πme2adalah radius orbital dalam keadaan stasioner pada n = 1 dan
disebut sebagai radius Bohr. Nilai dari aB adalah 5.292 x 10-11 m dan jarak ini dapat
ditinjau sebagai ukuran dari sebuah atom hidrogen. Energi total E dari sebuah
elektron adalah penjumlahan dari energi kinetik mv2/2 dan energi potensialnya U.
Energi potensial U(r) dari sebuah elektron di bawah pengaruh gaya Coulomb dalam
suku sisi kiri pada persamaan (1.20) dapat diperoleh sebagai berikut. Energi potensial
pada jarak tak berhingga U(∞) diambil sama dengan 0 sebagai energi referensi.
Kemudian kerja yang diperlukan untuk memindahkan elektron dari jarak r ke jarak
tak berhingga terhadap gaya tarik-menarik Coulomb adalah sama dengan U (∞) – U (r
)
Dengan menggunakan persamaan (1.20), persamaan energi diperoleh menjadi
Dengan mensubstitusi persamaan (1.22) untuk r, kita mendapatkan sebuah persamaan
untuk tingkat energi ke-n, En sebagai berikut
(1.23)
Dengan melakukan perbandingan antara persamaan ini dan persamaan (1.16) kita
memperoleh perhitungan teoritis dari konstanta Rydberg, R.
(1.24)
Beberapa orang yang lain kemudian menemukan deret-deret yang lain selain
deret Balmer sehingga dikenal adanya deret Lyman, deret Paschen, Bracket, dan
Pfund. Pola deret-deret ini ternyata serupa dan dapat dirangkum dalam satu
persamaan. Persamaan ini disebut deret spektrum hidrogen.
Substitusikan persamaan (1.24) ke dalam persamaan spectrum hidrogen.
1λ= me4
8 ε02 h3 c
( 1m2 −
1n2 )
Perssamaan diatas menyatakan bahwa radiasi yang dipancarkan oleh atom hydrogen yang
tereksitasi hanya mengandung panjag gelombang tertentu saja. Panjang gelombang
ini, jatuh pada deret tertentu yag bergantung dari bilangan kuantum nf dari tingkat
akhir electron. Karena bilangan kuantum awal nf harus selalu lebih besar dari
bilangan kuantum akhir nf, supaya terdapat kelebihan energy yang dilepas sebagai
foton, rumus perhitungan untuk lima deret yang pertama ialah
m = 1 : 1λ= me4
8 ε02 h3 c
( 112 −
1n2 ) n = 2 , 3, 4, . . . (Lymann)
m = 2 : 1λ= me4
8 ε02 h3 c
( 122 −
1n2 ) n = 3, 4, 5, . . . (Balmer)
m = 3 : 1λ= me4
8 ε02 h3 c
( 132 −
1n2 ) n = 4, 5, 6, . . . (Paschen)
m = 4 : 1λ= me4
8 ε02 h3 c
( 142 −
1n2 ) n= 5, 6, 7, . . . (Brackett)
m = 5 : 1λ= me4
8 ε02 h3 c
( 152 −
1n2 ) n = 6, 7, 8, 9, . . . (Pfund)
Deret ini bentuknya sama dengan deret spectral empiris yang telah dibicarakan. Deret
Lymanbersesuaian dengan nf =1 ; deret Balmer bersesuaian dengan nf =2; deret
Paschen bersesuaian dengan nf =3 ; deret Brackett bersesuaian dengan nf =4 ; dan
deret Pfund bersesuaian dengan nf =5
Samapai disini kita belum memperoleh kepastian bahwa spectrum garis hydrogen berasal
dari transisi electron dari tingkat energy tinggi ketingkat energy rendah. Langkah
terakhir ialah membandingkan harga tetapan dalam persamaan diatas dengan tetapan
Rydberg R dari persamaan empiris 4.15 hingga 4.19. Harga tetaapan ini ialah
me4
8 ε02 h3 c
=(9,1 x10−31 kg ) x ¿¿
= 1,097 x 107 m−1