Upload
ajieonly-gayoung
View
19
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah pembelajaran model pakem
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang
dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan.Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan
lulusan dengan hasil belajar yang baik pula.Hasil belajar pendidikan di Indonesia masih
dipandang kurang baik.Sebagian besar siswa belum mampu menggapai potensi
ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu ada perubahan proses
pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini. Pembelajaran yang saat
ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok tanah air adalah
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM.
Model pembelajaran PAKEM dirancang agar mengaktifkan anak dan
mengembangkan kreativitas, sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Undang-
undang RI No. 20 Pasal 40, ayat 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
berbunyi, Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban:
1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis
dan dialogis.
2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan.
3. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai
dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Sementara itu, dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pasal 19, ayat 1 dinyatakan bahwa: proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
serta psikologi siswa. Amanat perundang-undangan mengenai penyelenggaraan
pendidikan tersebut sering kita dengar dengan istilah PAKEM (Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).Untuk dapat melaksanakan amanat perundang-
undangan tersebut, guru hendaknya mengubah paradigma mengenai mengajar siswa
menjadi membelajarkan siswa.
1
Pelaksanaan PAKEM sebenarnya juga memberikan kesempatan pada guru untuk
membelajarkan beberapa keterampilan hidup atau kecakapan hidup.Kecakapan hidup
adalah kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian
secara aktif dan kreatif, mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya.
Dengan belajar kelompok yang benar misalnya, siswa belajar salah satu kecakapan hidup
yaitu berkomunikasi dan bekerja sama dalam tim. Melalui bentuk-bentuk tugas yang
menantang, siswa bisa membangun kemampuan mencari dan mengolah informasi,
mengambil keputusan, dan memecahkan masalah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran PAKEM?
2. Apa saja ciri-ciri model pembelajaran PAKEM?
3. Apakah landasan hukum PAKEM itu?
4. Bagaimana peran guru dan siswa dalam PAKEM?
5. Langkah-langkah dalam proses pelaksanaan model PAKEM?
6. Apa saja kriteria penilaian PAKEM itu?
7. Bagaimana lingkungan belajar dalam PAKEM?
8. Apa saja kelebihan dan kelemahan model PAKEM?
C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami model pembelajaran PAKEM.
2. Mengetahui ciri-ciri model PAKEM.
3. Mengetahui landasan hukum dalam model pembelajaran PAKEM.
4. Memahami peran guru dan siswa dalam proses pembelajaran model PAKEM.
5. Mengetahui langkah-langkah dalam proses pelaksanaan model PAKEM.
6. Mengetahui kriteria penilaian pada model PAKEM.
7. Mengetahui situasi lingkungan belajar dalam pembelajaran model PAKEM.
8. Memahami kelebihan dan kekurangan model pembelajaran PAKEM.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MODEL PAKEM
PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM,
diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari kurikulum yang sudah
dirancang dan menuntut aktivitas dan kreativitas guru dan siswa sesuai dengan rencana
yang telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan.
Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika siswa
belum dapat membentuk kompetensi dasar dan standar kompetensi berdasarkan interaksi
yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu
menciptakan suasana pembelajaran partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
supaya kompetensi dasar dan standar kompetensi yang telah dirancang dapat tercapai.
Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks.
Dalam model PAKEM pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan membuat
karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari
gurunya.
1. Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
kegiatan pembelajaran secara optimal. Pembelajaran partisipatif menitikberatkan pada
keterlibatan siswa pada kegiatan pembelajaran (child center/student center) bukan pada
dominasi guru dalam penyampaian materi pelajaran (teacher center). Jadi pembelajaran
akan lebih bermakna bila siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam
berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sementara guru berperan sebagai
fasilitatordan mediator sehingga siswa mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam
mengaktualisasikan kemampuannya di dalam dan di luar kelas.
2. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk
3
dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan
berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Lebih
dari itu, pembelajaran aktif memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan berfikir
tingkat tinggi, seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian terhadap
berbagai peristiwa belajar dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.Pembelajaran
aktif memiliki persamaan model pembelajaran self discovery learning, yakni
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan kesimpulan sendiri
sehingga dapat dijadikan sebagai nilai baru yang dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memosisikan dirinya sebagai
fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada siswa. Siswa terlibat
secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak
memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses
pembelajaran.
3. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru
untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi,
misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah.Pembelajaran kreatif
menuntut guru untuk merangsang kreativitas siswa, baik dalam mengembangkan
kecakapan berfikir maupun dalam melakukan suatu tindakan.Berfikir kreatif selalu
dimulai dengan berfikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang
sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu.
Dalam Rusman (2010: 324) yang mengutip Mulyasa, (2006: 192), berfikir
kritis harus dikembangkan dalam proses pembelajaran agar siswa terbiasa
mengembangkan kreativitasnya. Pada umumnya, berfikir kreatif memiliki empat
tahapan sebagai berikut:
a) Tahap pertama: persiapan, yaitu proses pengumpulan informasi untuk diuji.
b) Tahap kedua: inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk merenungkan
hipotesis.Informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut
rasional.
c) Tahap ketiga: iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan keyakinan bahwa
hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional.
4
d) Tahap keempat: verifikasi, yaitu pengujian kembali hipotesis untuk dijadikan sebuah
rekomendasi, konsep dan teori.
4. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat di katakan efektif jika mampu memberikan pengalaman
baru kepada siswa, mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara
optimal.Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan siswa secara aktif, karenamereka
merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi.siswa harus di
dorong untuk menafsirkan informasi yang telah di sajikan oleh guru sampai informasi
tersebut dapat di terima dengan akal sehat. Dalam pelaksanaannya, hal ini memerlukan
proses pertukaran pikiran, diskusi, dan perdebatan dalam rangka pencapaian
pemahaman terhadap materi yang harus dikuasai siswa.
Pembelajaran efektif harus di dukung oleh lingkungan yang kondusif atau
memadai.Oleh karena itu guru harus mampu mengelola siswa, mengelola kegiatan
pembelajaran, mengelola isi atau materi pembelajaran, dan mengelola sumber sumber
belajar. Menciptakan kelas yang efektif dengan peningkatan efektivitas proses
pembelajaran tidak bisa di lakukan secara parisal, melainkan harus menyeluruh mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Proses pelaksanaan pembelajaran efektif dapat di lakukan melalui prosedur sebagai
berikut :
1) Melakukan appersepsi.
2) Melakukan eksporasi, yaitu memperkenalkan materi pokok dan kompetensi dasar
yang akan dicapai.
3) Melakukan konsolidasi pembelajaran, yaitu mengaktikan siswa dalam membentuk
kompetensi dan mengaitkannya dalam kehidupan.
4) Melakukan penilaian, yaitu mengumpulkan fakta fakta dan data/ dokumen belajar
siswa yang vailid untuk melakukan perbaikan program pembelajaran.
5. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan merupakan suatu proses pembelajaran yang di
dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan
terpaksa atau tertekan. Dengan kata lain, pemebelajaran menyenangkan adalah pola
hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam peoses pembelajaran. Guru
memosisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup
kemungkinan guru belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang
5
demokratis dan tidak ada beban, baik guru maupun siswa dalam melakukan proses
pembelajaran.Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru
harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta
memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa secara optimal.
(Rusman, 2011: 322-327).
B. CIRI-CIRI MODEL PAKEM
Secara singkat, ciri-ciri PAKEM digambarkan dalam buku pelatihan awal program MBS.
Pelatihan ini merupakan program kerjasama pemerintah Indonesia dengan UNESCO dan
UNICEF (2003: 3-4). Berikut ciri-ciri pakem tersebut:
1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat (learning to do).
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara dalam membangkitkan semangat,
termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan
pembelajaran menjadi menarik,menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan cara memajang buku-buku dan bahan ajar yang lebih
menarik dan menyediakan “pojok baca”.
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatifdan interaktif , termasuk belajar
kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan cara sendiri dalam pemecahan suatu
masalah , untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan siswa dalam menciptakan
lingkungn sekolahnya.
C. LANDASAN HUKUM PAKEM
1. UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003
1) Pasal 4
Pendidikan di selenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan.
Dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
2) Pasal 40
Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis.
6
2. PP No. 19 tahun 2005 pasal 19
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantanng, memotifasi peserta didik untuk berpartispasi
aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
D. PERAN GURU DAN SISWA DALAM PAKEM
Dalam PAKEM, aktor utamanya adalah guru dan siswa. Keduanya ada dalam interaksi
yang dinamis dan kontekstual. Jika keduanya pasif dan tidak kreatif, maka PAKEM tidak
dapat berjalan sesuai dengan koridornya.
1. Gambaran tentang Peran Guru dan Siswa
Berkut ini gambaran lengkap mengenai peran guru dan siswa dalam PAKEM.
a. Pembelajaran Aktif
1) Guru aktif:
a) Memantau kegiatan belajar siswa.
b) Memberi umpan balik.
c) Mengajuakn pertanyaan yang menantang.
d) Mempertanyakan gagasan siswa.
2) Siswa aktif:
a) Membangun konsep bertanya.
b) Bertanya.
c) Bekerja, terlibat, dan berpartisipasi.
d) Menemukan dan memecahkan masalah.
e) Mengemukakan gagagsan.
f) Mempertanyakan gagasan.
b. Pembelajaran Kreatif
1) Guru kreatif:
a) Mengembangkan kegiatan yang menarik dan beragam.
b) Membuat alat bantu belajar.
c) Memanfaatkan lingkungan.
d) Mengelola kelas dan sumber belajar.
e) Merencanakan proses dan hasil belajar.
7
2) Siswa kreatif:
a) Membuat atau merancang sesuatu.
b) Menulis atau mengarang.
c. Pembelajaran Efektif
1) Guru mencapai tujuan pembelajaran.
2) Siswa mencapai kompetensi yang diharapkan.
d. Pembelajaran Menyenangkan
1) Siswa senang karena:
a) Kegiatannya menarik, menantang, dan meningkatkan motivasi.
b) Mendapatkan pengalaman secara langsung.
c) Kemampuan dalam memecahkan masalah
2) Guru senang karena, anak:
a) Berani menjawab.
b) Berani bertanya.
c) Berani memberikan gagasan atau pendapat.
d) Berani mempertanyakan gagasan orang lain.
E. LANGKAH-LANGKAH DALAM PROSES PELAKSANAAN MODEL
PAKEM
Dalam pelaksanaan PAKEM, ada beberapa langkah yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Memahami Sifat yang Dimiliki Anak
Pada dasarnya, anak memiliki sifat ingin tahu dan berimajinasi. Pembelajaran
merupakan lahan yang harus kita olah, sehingga kedua sifat tersebut dapat
berkembang dengan subur. Dalam suasana pembelajaran guru memuji anak karena
hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang
mendorong anak untuk melakukan percobaan, merupakan pembelajaran yang
diharapkan mampu mengembangkan kedua sifat di atas.
2. Mengenal Anak Secara Perseorangan
Siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki
kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM, perbedaan individual tersebut perlu
diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam
kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan
kecepatan belajarnya. Anak-anak yang mempunyai kemampuan lebih dapat
8
dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah. Dengan mengenal kemampuan
anak kita dapat membantunya, sehingga belajar anak menjadi lebih optimal.
3. Memanfaatkan Perilaku Anak dalam Pengorganisasian Belajar
Sebagai makhluk sosial, secara alami anak akan bermain secara berpasangan
atau berkelompok. perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar.
Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat melakukannya secara
berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan
menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk
berkelompok memudahkan anak untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun
demikian, anak juga perlu menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat
individunya juga berkembang.
4. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Kemampuan Memecahkan
Masalah
Pada dasarnya, hidup ini adalah untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu,
dibutuhkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah
dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir
tersebut berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi, yang keduanya ada pada diri anak
sejak lahir. Maka dari itu, tugas guru adalah mengembangkannya.
5. Mengembangkan Ruang Kelas sebagai Lingkungan Belajar yang Menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam
PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajang untuk memenuhi ruang kelas.
Hasil pekerjaan yang dipajang, baik hasil perorangan maupun kelompok, diharapkan
dapat memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi
siswa yang lainnya. Pajangan tersebut dapat berupa gambar, peta, diagram, model,
benda asli, puisi, karangan dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan
hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membatu guru dalam
pembelajaran, karena dapat dijadiakan rujukan ketika membahas suatu masalah.
6. Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya
untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi
juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber
belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan
menggunakan lingkungan tidak harus selalu ke luar kelas. Bahan dari lingkungan
9
dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan
lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan, seperti mengamati (dengan
seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan,
membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
7. Memberikan Umpan Balik yang Baik untuk Meningkatkan Kegiatan Belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar.
Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi
antara guru dan siswa. Umpan balik itu hendaknya lebih mengungkap kekuatan
daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik harus secara
santun agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar
selanjutnya.
8. Membedakan Aktif Fisik dan Aktif Mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa tampak
sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta
siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari
PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan dari pada aktif fisik. Sering bertanya,
mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-
tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan
tidak takut, baik takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah.
Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik
yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. (Jamal Ma’mur Asmani,
2010: 99-104).
Terdapat empat aspek yang mempengaruhi model PAKEM, yaitu pengalaman,
komunikasi, interaksi, dan refleksi. Apabila dalam sebuah pembelajaran terdapat
keempat aspek tersebut, maka kriteria PAKEM terpenuhi.
1. Pengalaman
Siswa diajarkan untuk dapat belajar mandiri. Di dalamnya terdapat banyak
cara untuk penerapannya antara lain seperti: eksperimen, pengalaman, percobaan,
penyelidikan, dan wawancara. Anak belajar banyak melalui berbuat dan dengan
melalui pengalaman langsung, dapat mengaktifkan banyak indera yang dimiliki
anak tersebut.
10
2. Komunikasi
Komunikasi dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, antara lain
mengemukakan pendapat, presentasi laporan, dan memajangkan hasil kerja.
Dalam aspek ini ada hal-hal yang ingin didapatkan, misalnya anak dapat
mengungkapkan gagasan, dapat mengonsolidasi pikirannya, mengeluarkan
gagasannya, memancing gagasan orang lain, dan membuat bangunan makna
mereka dapat diketahui oleh guru.
3. Interaksi
Interaksi ini dapat dilakukan dengan tanya jawab dan saling melempar
pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah kesalahan makna yang diperbuat oleh
anak-anak berpeluang untuk terkoreksi dan makna yang terbangun semakin
mantap, sehingga dapat menyebabkan hasil belajar meningkat.
4. Refleksi
Dalam refleksi, yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang telah
diperbuat atau dipikirkan oleh anak selama mereka belajar. Hal ini dilakukan
supaya terdapat perbaikan gagasan atau makna yang telah dikeluarkan oleh anak
dan agar mereka tidak mengulangi kesalahan. Anak diharapkan dapat
menciptakan gagasan-gagasan baru. (Rusman, 2010: 327-328).
F. KRITERIA PENILAIAN YANG SESUAI PAKEM
Beberapa kriteria penilaian yang sesuai dengan konsep PAKEM yaitu:
1. Penilaian yang sesuai dengan pembelajaran model PAKEM adalah penilaian otentik
yang merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan
pencapaian pembelajaran peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu
mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan
pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
2. Tujuan penilaian otentik itu sendiri adalah untuk:
a) Menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu.
b) Menentukan kebutuhan pembelajaran.
c) Membantu dan mendorong guru untuk mengajar lebih baik lagi.
d) Menentukan strategi pembelajaran.
e) Akuntabilitas lembaga.
f) Meningkatkan kualitas pendidikan.
11
3. Bentuk penilaian tes dapat dilakukan secara lisan, tertulis dan perbuatan. Sementara itu,
bentuk penilaan non tes dilakukan dengan menggunakan skala sikap, cek lis, kuisioner,
studi kasus dan porto folio.
4. Dalam pembelajaran, rangkaian penilaian ini sebaiknya dilakukan oleh seorang guru.
Hal ini disebabkan setiap jenis atau bentuk penilaian memiliki beberapa kelemahan dan
keunggulan
Proses penilaian PAKEM harus benar-benar objektif dan sesuai realitas yang
ada. Jangan sampai ada yang ditutup-tutupi, karena hanya akan menghambat proses
pengembangan selanjutnya. Dengan objektivitas yang tinggi, evaluasi akan berjalan
dengan baik dan efektif.
G. LINGKUNGAN BELAJAR DALAM PAKEM
Lingkungan belajar mempunyai peran besar dalam menggerakkan kesadaran belajar dan
meningkatkan kualitas pembelajaran yang berlangsung. Menciptakan lingkungan belajar
bukan persoalan mudah, karena menarik minat belajar seseorang adalah pekerjaan yang
sulit.
1. Pengertian Lingkungan Belajar
PAKEM membutuhkan lingkungan belajar yang kondusif bagi pembelajaran. Menurut
Muhammad Saroni (2006: 82-84), lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Lingkungan ini
mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Dalam proses
pembelajaran, kedua aspek lingkungan tersebut harus saling mendukung, sehingga
siswa merasa betah di sekolah dan mau mengikuti proses pembelajaran secara sadar,
bukan karena tekanan ataupun keterpaksaan.
a) Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik adalah lingkungan yang ada di sekitar siswa belajar, berupa
sarana fisik, baik yang ada di dalam sekolah maupun di sekitar sekolah, termasuk
masyarakat. Lingkungan fisik dalam PAKEM lebih ditekankan pada lingkungan
fisik dalam ruang kelas, alat atau media belajar yang ada, dan alat atau media
belajar yang dapat dibuat sendiri atau diambil dari lingkungan.
b) Lingkungan Sosial
Menurut Muhammad Saroni (2006: 83), lingkungan sosial berhubungan dengan
pola interaksi antarpersonil yang ada di lingkungan sekolah secara umum.
12
Lingkungan sosial yang baik memungkinkan para siswa untuk berinteraksi secara
baik, mulai dari siswa dengan siswa, guru dengan siswa, guru dengan guru, guru
dengan karyawan, siswa dengan karyawan, serta secara umum interaksi
antarpersonil. Kondisi pembelajaran yang kondusif hanya dapat dicapai jika
interaksi sosial ini berlangsung secara baik.
2. Mengatur Lingkungan Belajar
PAKEM membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung
tercapainya tujuan. Menurut Sapriya (2003: 28), ruang kelas yang mmenarik
merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penataan lingkungan belajar (kelas) agar menjadi menarik. Lingkungan
belajar yang dapat memacu belajar serta daya ingat siswa meliputi:
a) Lingkungan Sekeliling Kelas
Guru dapat memanfaatkan kemampuan siswa untuk menyerap informasi melalui
kemitraan otak dan mata.
b) Pajangan Karya Siswa
Menurut Coony Semiawan, ddk (1992: 91), suatu kelas yang memiliki pajangan
atau pameran hasil karya siswa, baik yang ditempelkan di dinding, diletakkan di
rak, meja, atau di tempat-tempat lain dalam kelas, dapat menjadi tempat yang
menarik dan memberikan rangsangan bagi para siswa untuk belajar. Suasana kelas
yang kosong tanpa pajangan, akan menjadi tempat yang membosankan, gersang,
dan tidak menggugah inspirasi para siswa.
c) Pengelolaan Anak dan Sumber Belajar
Menurut de Porter Boobi, Reardon Mark, dan Singer Sarah Nuurie (2001: 70), alat
atau alat bantu adalah benda yang dapat mewakili suatu gagasan. Pendapat ini
semakin ditegaskan oleh Indera Djati Sidi (2005: 50) yang menyatakan bahwa guru
dan siswa dapat menggunakan berbagai sumber dan alat-alat yang sederhana dalam
proses pembelajarannya.
d) Pengaturan Tempat Duduk (Pengelolaan Siswa)
Cara guru dalam mengatur bangku, memainkan peran penting dalam membangun
belajar. Guru perlu memperhatikan bentuk dan jenis kursi dalam kelas. Guru harus
mampu mengatur meja, kursi, alat peraga, dan peralatan lain sedemikian rupa,
sehingga tidak menggangu siswa untuk bergerak dan memudahkan guru untuk
berinteraksi dan mengamati siswa saat belajar.
13
e) Sudut Baca
Dalam kelas yang menggunakan PAKEM, menurut Indera Djati Sidi (2005: 44),
perlu ada sudut baca, sehingga ruang kelas benar-benar dapat dijadikan sebagai
tempat untuk menimba ilmu. Isi sudut baca dapat diperoleh dari kumulan hasil
karya siswa yang terpilih, koleksi referensi yang tidak ada di perpustakaan dan
mendukung kegiatan pembelajaran di kelas, dan sebagainya. Untuk mengadakan
koleksi isi sudut baca ini, selain dari koleksi hasil karya dapat juga dari koleksi
yang dimiliki siswa yang ada dirumah berdasarkan kesepakatan kelas dan
kesadaran bersama dalam kelas.
f) Program Sarapan Pagi
Menurut Indera Djati Sidi (2004: 7-8) yang dimaksud dengan program sarapan pagi
adalah pemberian pekerjaan awal kepada setiap siswa sebelum jam pelajaran
dimulai atau jam awal pelajaran. Program sarapan pagi siswa terdiri dari kehadiran
siswa dan blangko dokumentasi kehadiran, kotak soal, soal-soal dalam amplop, dan
konsultasi kecil. Dalam program ini, siswa akan melakukan aktifitas-aktifitas
seperti berikut:
1) Memasang jam kedatangan.
2) Mengambil soal dalam kotak soal.
3) Menyerahkan jawaban pada konsultan kecil.
4) Menjawab soal yang diambil.
5) Menulis kedatangan dan soal yang diambil.
6) Konsultan menuliskan nilai.
7) Guru membantu konsultan.
H. KELEBIHAN DAN KELEMAHAM MODEL PAKEM
1. Kelebihan
a) Pengalaman
Di aspek pengalaman ini siswa diajarkan untuk dapat belajar mandiri. Di dalamnya
terdapat banyak cara untuk penerapannya, antara lain seperti eksperimen,
pengamatan, percobaan, penyelidikan, dan wawancara. Di aspek pengalaman, anak
belajar banyak melalui berbuat dan dengan melalui pengalaman langsung, dapat
mengaktifkan banyak indera yang dimiliki anak tersebut.
b) Komunikasi
14
Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, antara lain:
mengemukakan pendapat, presentasi laporan, dan memajangkan hasil kerja. Di
aspek ini ada hal-hal yang ingin didapatkan, misalnya anak dapat mengungkapkan
gagasan, dapat mengonsolidasi pikirannya, mengeluarkan gagasannya, memancing
gagasan orang lain, dan membuat bangunan makna mereka dapat diketahui oleh
guru.
c) Interaksi
Aspek interaksi dapat dilakukan dengan interaksi, tanya jawab, dan saling
melempar pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah kesalahan makna yang
diperbuat oleh anak-anak berpeluang untuk terkoreksi dan makna yang terbangun
semakin mantap, sehingga dapat menyebabkan hasil belajar meningkat.
d) Refleksi
Dalam aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang telah
diperbuat atau dipikirkan oleh anak selama belajar. Hal ini dilakukan supaya
terdapat perbaikan gagasan atau makna yang telah dikeluarkan oleh anak dan agar
mereka tidak mengulangi kesalahan. Anak diharapkan dapat menciptakan gagasan-
gagasan baru. Model PAKEM diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran yang
berkualitas atau bermutu dan menghasilkan perubahan yang signifikan, seperti
dalam peran guru di kelas, perlakuan terhadap siswa, pertanyaan, latihan, interaksi,
dan pengelolaan kelas.
2. Kelemahan
a) Menuntut seorang guru untuk aktif dan kreatif dalam mengembangkan ilmu dan
wawasannya, sehingga mampu memberikan inspirasi dan motivasi siswa untuk
belajar dan mengembangkan kreativitasnya.
b) Mengharuskan seorang guru untuk berperan aktif, proaktif, dan kreatif dalam
mencari dan merancang media atau bahan ajar alternatif yang murah, mudah,
sederhana, namun tetap relevan dengan tema pelajaran yang sedang dipelajari.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah
seperangkat prosedur yang sistematis sebagai perancang bagi para pengajar untuk
mencapai tujuan belajar.PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman
dalam bertindakuntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan menggunakan
metode PAKEM peserta didik diharapkan dapat memahami materi yang disampaikan
oleh guru dengan baik, karena dalam pembelajaran ini peserta didik terlibat secara
langsung. Materi yang disampaikan lebih menyenangkan karena menggunakan alat
peraga.
Peran guru hanya sebagai fasilitator saja, peserta didiklah yang aktif bertanya,
mencari, dan menemukan suatu gagasan. Penilaian dalam metode PAKEM adalah
penilaian otentik. Bentuk penilaian tes dapat dilakukan secara lisan, tertulis dan
perbuatan. Sementara itu, bentuk penilaan non tes dilakukan dengan menggunakan skala
sikap, cek lis, kuisioner, studi kasus dan porto folio. Guru dapat mengetahui kemampuan
peserta didiknya melalui penilaian tersebut.
B. KRITUK DAN SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Terimakasih.
16
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, J.M., (2010). 7 Tips Aplikasi PAKEM. Jogjakarta: Diva Press.
Anonim. (2013). Model Pembelajaran. [Online] Tersedia:
http://gremura.blogspot.com/2013/09/model-pembelajaran-pengertian-ciri-ciri.html
Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalise Guru.Jakarta:
Rajawali Pers.
17