39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi merupakan dilema yang menghantui perekonomian setiap negara. Perkembangannya yang terus meningkat memberikan hambatan pada pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik. Banyak kajian membahas inflasi, tidak hanya cakupan regional, nasional, namun juga internasional. Inflasi cenderung terjadi pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia dengan struktur perekonomian bercorak agraris. Kegagalan atau guncangan dalam negeri akan menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik dan berakhir dengan inflasi pada perekonomian (Baasir, 2003:265). Krisis ekonomi yang dipicu oleh gejolak nilai tukar rupiah telah berdampak sangat luas pada seluruh sendi perekonomian dan tatanan kehidupan (Anwar Nasution, 2001). Krisis ekonomi yang telah terjadi, paling tidak dalam konteks ini, memberikan pelajaran yang berharga akan pentingnya penciptaan kestabilan moneter (kestabilan nilai rupiah) sebagai prasyarat bagi kelangsungan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (Achyar Ilyas, 1999). Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang selalu menarik untuk dibahas terutama berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi menyebabkan tingkat balas jasa riil terhadap aset finansial domestik menjadi rendah (bahkan seringkali negatif), sehingga dapat mengganggu mobilisasi dana domestik dan bahkan Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 1

makalah moneter

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: makalah moneter

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Inflasi merupakan dilema yang menghantui perekonomian setiap negara.

Perkembangannya yang terus meningkat memberikan hambatan pada pertumbuhan ekonomi

ke arah yang lebih baik. Banyak kajian membahas inflasi, tidak hanya cakupan regional,

nasional, namun juga internasional. Inflasi cenderung terjadi pada negara-negara berkembang

seperti halnya Indonesia dengan struktur perekonomian bercorak agraris. Kegagalan atau

guncangan dalam negeri akan menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik dan berakhir

dengan inflasi pada perekonomian (Baasir, 2003:265).

Krisis ekonomi yang dipicu oleh gejolak nilai tukar rupiah telah berdampak sangat

luas pada seluruh sendi perekonomian dan tatanan kehidupan (Anwar Nasution, 2001). Krisis

ekonomi yang telah terjadi, paling tidak dalam konteks ini, memberikan pelajaran yang

berharga akan pentingnya penciptaan kestabilan moneter (kestabilan nilai rupiah) sebagai

prasyarat bagi kelangsungan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (Achyar Ilyas,

1999).

Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang selalu menarik untuk dibahas terutama

berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi

domestik yang tinggi menyebabkan tingkat balas jasa riil terhadap aset finansial domestik

menjadi rendah (bahkan seringkali negatif), sehingga dapat mengganggu mobilisasi dana

domestik dan bahkan dapat mengurangi tabungan domestik yang menjadi sumber dana

investasi. Kedua, inflasi dapat menyebabkan daya saing barang ekspor berkurang dan dapat

menimbulkan defisit dalam transaksi berjalan dan sekaligus dapat meningkatkan utang luar

negeri. Ketiga, inflasi dapat memperburuk distribusi pendapatan dengan terjadinya transfer

sumber daya dari konsumen dan golongan berpenghasilan tetap kepada produsen. Keempat,

inflasi yang tinggi dapat mendorong terjadinya pelarian modal ke luar negeri. Kelima, inflasi

yang tinggi akan dapat menyebabkan kenaikan tingkat bunga nominal yang dapat

mengganggu tingkat investasi yang dibutuhkan untuk memacu tingkat pertumbuhan ekonomi

tertentu (Hera Susanti dkk, 1995).

Bank Indonesia, sebagai Bank Sentral, memiliki tujuan untuk mencapai dan

memelihara kestabilan nilai rupiah. Hal yang dimaksud dengan kestabilan terhadap harga-

harga barang dan jasa yang tercermin pada tingkat inflasi. Peran kestabilan nilai tukar yang

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 1

Page 2: makalah moneter

tercermin pada tingkat inflasi sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem

keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk

mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada

level tertentu.

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan

kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti jumlah uang beredar

atau tingkat suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang telah

ditetapkan oleh pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter

tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang

baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib

minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan.

Inflasi menjadi perhatian utama Bank Indonesia. Berbagai kebijakan Bank Indonesia

diarahkan untuk mengurangi tekanan inflasi dalam jangka menengah panjang. Inflasi pada

akhir tahun 2008 tercatat mengalami penurunan. Penurunan laju inflasi tersebut terutama

disebabkan oleh menurunnya inflasi pada kelompok volatile food dan sumbangan deflasi dari

kelompok administered price. Inflasi kelompok volatile food adalah inflasi yang dominan

dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan

alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan internasional. Inflasi kelompok

administered price adalah inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa

kebijakan harga pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dan

lain-lain. Sementara itu, dari sisi fundamental, melambatnya permintaan domestik serta

berkurangnya tekanan dari imported inflation (inflasi yang bersumber dari kenaikan harga-

harga barang yang diimpor) menyebabkan tekanan pada inflasi inti cenderung menurun.

Meski demikian, Bank Indonesia masih mencermati tekanan inflasi yang berasal dari sisi

permintaan serta pertumbuhan kredit perbankan yang masih tinggi.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 2

Page 3: makalah moneter

Tabel 1.1

Tingkat di Inflasi Indonesia Periode 1993 - 2012

Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia,2012

Krisis ekonomi menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi negara disertai

dengan peningkatan inflasi. Munculnya inflasi tahun 1997 di Indonesia menyebabkan

turunnya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan inflasi secara signifikan. Imbas dari pada

krisis ekonomi 1997 paling dirasakan dampaknya pada tahun 1998, dimana pertumbuhan

ekonomi mencapai kontraksi dengan pertumbuhan minus 13,3%, hyperinflasi juga terjadi di

Indonesia dengan tingkat inflasi 77, 63%. Selanjutnya pada tahun 1999, laju inflasi sudah

dapat dikendalikan seiring dengan membaiknya kondisi moneter di Indonesia menjadi

sebesar 2,01%. Memasuki tahun 2000 stabilitas moneter cukup terkendali dengan tingkat

inflasi sebesar 9,35% dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,8%. Dalam perkembangannya

setiap tahun inflasi terus berfluktuasi hingga mencapai angka tertinggi sebesar 17,11% pada

tahun 2005 dan tingkat pertumbuhan ekonomi 5,1%.

Pada tahun 2007/2008, telah terjadi krisis global di Amerika Serikat. Krisis ini

mempunyai dampak yang cukup besar khususnya bagi negara-negara yang mempunyai

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 3

Tahun Inflasi ( % ) Fluktuasi ( % )1993 9,77 -1994 9,24 -0,531995 8,64 -0,61996 6,47 -2,171997 11,05 4,581998 77,63 66,581999 2,01 -75,622000 9,35 7,342001 12,55 3,22002 10,03 -2,522003 5,06 -4,972004 6,4 1,342005 17,11 10,712006 6,60 -10,512007 6,59 0,012008 11,06 4,472009 2,78 -8,282010 6,96 4,182011 3,79 -3,172012 4,3 0,51

Page 4: makalah moneter

hubungan yang sangat erat dengan Amerika Serikat dalam hal ekonomi. Dalam hal ini,

Indonesia juga merasakan dampaknya meskipun tidak sebesar krisis moneter pada tahun

1997/1998. Krisis global ini membuat kembali naiknya inflasi pada tingkat 10,12% pada

tahun 2008 kuartal 2 dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil di angkat sekitar 5,3%.

Kenaikan tingkat inflasi ini juga diikuti dengan kenaikan pada nilai kurs rupiah terhadap

dolar, jumlah uang beredar, dan suku bunga SBI.

Tekanan inflasi pada tahun 2009 secara umum sangat minimal. Hal ini tidak terlepas

dari pengaruh kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah dalam memulihkan kepercayaan

pasar. Kondisi tersebut pada gilirannya dapat mendukung membaiknya ekspektasi inflasi

untuk kembali kepada targetnya, yaitu berkisar pada tingkat 6%. Pada tahun 2009 ini,

penurunan inflasi diikuti oleh penurunan kurs rupiah terhadap dolar dan suku bunga SBI.

Pada awal tahun 2010, tekanan inflasi semakin meningkat tiap kuartalnya sampai

dengan pertengahan tahun hingga akhirnya fluktuatif pada kisaran 6%. Inflasi yang baik

adalah inflasi yang stabil pada kisarannya, meskipun naik dan turun tetapi tetap pada

kisarannya. Pada tahun 2010, kenaikkan inflasi tidak diikuti dengan kenaikan kurs rupiah

terhadap dolar dan suku bunga SBI.

Melanjutkan perkembangan di akhir tahun 2010, selama triwulan I 2011 inflasi masih

berada di level yang tinggi, mendekati 7%, yang antara lain dipicu oleh tingginya inflasi

volatile food dan inflasi inti. Laju inflasi Indonesia sepanjang tahun 2011 tercatat sebesar

3,79 persen dimana perekonomian tumbuh sebesar 6,5%.

Tabel 1.2

Nilai Tukar Rupiah Terhadap U$$ Periode 1993 – 2012

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 4

Page 5: makalah moneter

(Sumber: Laporan Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia,Bank Indonesia,2012)

Di sisi kurs valuta asing, Rupiah akan semakin terdepresiasi terhadap mata uang

asing, yang pada gilirannya akan menimbulkan masalah lain yang tidak kalah seriusnya,

seperti membengkaknya kewajiban pemerintah terhadap kreditur luar negeri. Menurut

Harvey (1988: 354) inflasi akan mempengaruhi kinerja perdagangan suatu negara yang

tercermin dalam neraca perdagangannya. Terakhir, inflasi yang tidak terkendali dapat

mendorong terjadinya capital outflow ke luar negeri. Pemilik modal akan lebih memilih

menginvestasikan dananya di negara yang lebih menguntungkan. Begitu pula akan terjadi

relokasi sektor manufaktur / riil ke negara yang memiliki cost production yang lebih rendah.

Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 dan dipicu oleh

melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika telah mengarahkan pada diadopsinya

sistem nilai tukar mengambang atau free floating exchange rate (Suryanto, 2003). Indonesia

telah beberapa kali menerapkan kebijakan tentang nilai tukar rupiah dan terakhir pada 14

Agustus 1997, Indonesia menerapkan nilai tukar mengambang bebas ( free floating exchange

rate ) yang artinya nilai tukar Rupiah sepenuhnya ditentukan oleh interaksi permintaan dan

penawaran valas di pasar valas. Setelah melepaskan BI band intervensi pada Agustus 1997,

kurs rupiah terus terkoreksi dengan terdepresiasinya kurs rupiah hampir 100 persen terhadap

Dollar Amerika. Dalam rentang waktu satu dekade semenjak diberlakukanya free floating

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 5

Tahun Nilai Tukar ( Rp/U$$) Perkembangan ( % )1993 2.110 -1994 2.200 4,271995 2.308 4,911996 2.383 3,251997 4.650 95,131998 8.025 127,841999 7.100 -11,532000 9.595 35,142001 10.400 8,392002 8.940 -14,042003 8.465 -5,312004 9.290 9,752005 9.830 5,812006 9.020 -8,242007 9.419 4,422008 10.950 16,252009 9.400 -14,162010 8.991 -4,352011 9.068 0,862012 9.400 3,66

Page 6: makalah moneter

exchange rate posisi terendah (depresiasi rupiah) kurs rata-rata tahunan adalah pada tahun

2001, dengan rata-rata Rp 10.400,00/USD.

Tabel 1.4

Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan ( Tahun Dasar 2000 ) di Indonesia Periode 1993 – 2012 ( miliar rupiah )

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 6

Tahun PDB Perkembangan ( % )

1993 1151490,8 -

1994 1238312,9 7,54

1995 1340102,3 8,22

1996 1444874,0 7,82

1997 1512781,4 4,70

1998 1314202,7 -13,13

1999 1324599,7 0,79

2000 1389769,9 4,92

2001 1440405,7 3,64

2002 1505216,4 4,50

2003 1577171,3 4,78

2004 1656516,8 5,03

2005 1750815,2 5,69

2006 1847126,7 5,50

2007 1964327,3 6,35

2008 2082456,1 6,01

2009 2177741,7 4,58

2010 2310689,8 6,10

2011 2463242,8 6,60

2012 2618140,8 6,29

Page 7: makalah moneter

(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012)

Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia cenderung fuktuatif dari tahun

1993-1997.Pada tahun 1998 mengalami penurunan yang sangat tajam hingga mencapai -

13,13 hal tersebut dikarenakan adanya krisis moneter yang melanda Indonesia.Dampak krisis

moneter tahun 1998 masih terasa hingga tahun 1999.Pada tahun tahun berikutnya

perekonomian Indonesia berfluktuasi kembalai dari tahun 2000-2012.

Dilihat dari besaran PDB tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 2618140,8

sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 1993 sebesar 1151490,8. Jumlah PDB dari tahun

1993 hingga tahun 1997 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1998 mengalami

penurunan yang cukup besar dari yang semula 1512781,4 pada tahun 1997 menjadi

1314202,7 hal ini disebabkan karena terjadinya krisis moneter.Dampak krisis tahun 1998

hingga tahun 2000 terus setelah tahun 2000 hingga tahun 2012 PDB Indonesia terus

mengalami peningkatan yang cukup pesat

Tabel 1.3

Jumlah Uang Beredar di Indonesia Periode 1993 – 2012 (miliar rupiah)

Tahun M1 Perkembangan ( % ) M2 Perkembangan ( % )1993 37.036 - 145.599 -1994 45.374 22,51 174.512 19,861995 53.339 17,55 223.512 28,081996 64.089 20,14 288.631 29,131997 78.343 22,24 355.643 23,221998 101.197 29,17 577.381 62,35

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 7

Page 8: makalah moneter

1999 124.633 23,59 646.205 11,922000 162.185 30,13 747.072 15,612001 177.731 9,59 844.054 12,982002 191.939 7,99 883.903 4,722003 223.799 16,6 955.692 8,122004 245.946 9,9 1.033.877 8,182005 271.140 10,24 1.202.763 16,342006 347.013 27,98 1.382.493 14,942007 450.055 29,69 1.649.622 19,322008 456.787 1,5 1.895.838 14,932009 515.824 12,92 2.141.384 12,952010 601.378 16,59 2.469.399 15,322011 722.991 20,22 2.887.220 13,282012 801.403 10,85 3.205.129 29,79

(Sumber:Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2012)

Jumlah uang beredar terus mengalami kenaikan pada tahun 1993-2012.Penyebab dari

hal ini merupakan efek dari sentimen global,dimana masyarakat lebih cenderung untuk

memegang uangnya sendiri atau menyimoannya di bank.Bank sudah menjadi perantara

keuangan yang yang semakin aktif karena semakin bertumbuhnya perekonomian di

Indonesia.Hal ini terlihat dari banyaknya tranksaksi yang dilakukan melalui bank,baik itu

berupa tranfer antara rekening maupun transfer antar bank.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah nilai tukar,jumlah uang beredar,dan PDB secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode tahun 1993 - 2012 ?

2. Bagaimana pengaruh nilai tukar,jumlah uang beredar,dan PDB secara parsial terhadap

tingkat inflasi di Indonesia periode tahun 1993 - 2012 ?

3. Yang manakah diantara nilai tukar,jumlah uang beredar,dan PDB berpengaruh paling

dominan terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode tahun 1993 - 2012 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah nilai tukar,jumlah uang beredar,dan PDB secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode tahun 1993 - 2012.

2. Untuk mengetahui Bagaimana pengaruh nilai tukar,jumlah uang beredar,dan PDB secara

parsial terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode tahun 1993 - 2012.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 8

Page 9: makalah moneter

3. Untuk mengetahui diantara nilai tukar,jumlah uang beredar,dan PDB berpengaruh paling

dominan terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode tahun 1993 – 2012

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui penyebab- penyebab tinggi rendahnya tingkat inflasi dan guncangan

(shock) yang terjadi sehingga diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dimasa yang akan

datang karena inflasi yang tinggi akn menyebabkan pendapatan rill masyarakat akan terus

turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua

orang,terutama orang miskin bertambah miskin.

2. Untuk mengetahui penyebab- penyebab tinggi rendahnya tingkat inflasi dan guncangan

(shock) yang terjadi sehingga diharapkan di masa yang akan datang akan dapat

menghindari inflasi yang tidak stabil karena akan menyebabkan ketidakpastian bagi

pelaku ekonomi dalam mengambil keputusn.

3. Untuk mengetahui penyebab -penyebab tinggi rendahnya tingkat inflasi dan guncangan

(shock) yang terjadi sehingga diharapkan di masa yang akan datang akan dapat mencegah

tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat inflasi di negara

tetangga yang akan memberikan nilai tekanan pada nilai rupiah.

4. Untuk dapat dimanfaatkan sebagai pustaka atau literatur bagi peneliti yang berhubungan

dengan kurs,jumlah uang beredar,dan PDB terhadap inflasi di Indonesia periode 1993-

2012 dengan alat analisis regresi berganda.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan di mana terdapat kenaikan harga umum secara terus-

menerus. Jadi bukan harga satu atau dua macan barang saja, melainkan kenaikan harga dari

sebagian besar barang dan jasa, dan pula bukan hanya satu atau dua kali kenaikan harga,

melainkan kenaikan haraga secara terus-menerus.

2.1.2 Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Inflasi

1)     Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan barang dan jasa

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 9

Page 10: makalah moneter

2)      Tuntutan kenaikan upah dari pekerja.

3)      Kenaikan harga barang impor

4)      Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru

5)      Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun 1998.

akibatnya angka inflasi mencapai 70%.

2.1.3 Macam-macam Inflasi

1. Berdasarkan laju pertumbuhan Indeks Harga Konsumsi (IHK) atau menurut 

berdasarkan parah tidaknya inflasi terbagi atas :

1. Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun)

2. Inflasi sedang (antara 10-30% per tahun)

3. Inflasi berat (antara 30-100% per tahun)

4. Inflasi Hyper (antara >100% per tahun)

Pembedaan inflasi atas parah tidaknya berguna untuk melihat dampak dari inflasi

yang bersangkutan. Apabila inflasi itu ringan, biasanya justru mempunyai pengaruh yang

positif dalam arti dapat mendorong perekonomian untuk berkembang lebih baik yaitu

meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang menjadi bergairah bekerja atau ada

insentif untuk bekerja, menabung, maupun mengadakan investasi.

Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah yaitu pada saat terjadi hiperinflasi,

keadaan perekonomian menjadi kacau balau. Dan perekonomian menjadi lesu, orang banyak

tidak bersemangat, menabung, maupun mengadakan investasi dan produksi. Tabungan akan

semakin lenyap, dan digantikan dengan hoarding, yaitu menyimpan dalam bentuk barang dan

bukan uang.

Sebagai akibat keseluruhan, jumlah barang dan jasa menjadi semakin langka dalam

perekonomian, sehingga harga tidak menjadi semakin reda kenaikannya, tetati justru akan

menjadi semakin cepat, dan perekonomian menjadi semakin parah keadaannya. Nilai uang

merosot terus, dank arena itu uang semakin tidak berharga sehingga begitu diterima terus

dibelanjakan lagi. Keadaan ini akan semakin memperparah perekonomian.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 10

Page 11: makalah moneter

2.1.4 Inflasi Berdasarkan Sifatnya

1. Inflasi permintaan (demand pull inflation) adalah inflasi yang disebabkan oleh adanya

tarikan permintaan terhadap barang dan jasa, sehingga mendorong harga untuk

meningkat. Tarikan permintaan ini biasanya disebabkan oleh adanya pembelanjaan

defisit atau anggaran belanja pemerintah yang deficit (deficit financing).

 

 

2. Inflasi penawaran (cost push inflation) adalah inflasi yang ditimbulkan karena

desakan kenaikan biaya produksi, terutama kenaikan biaya tenaga kerja atau upah

buruh.

2.2 Definisi Kurs ( Nilai Tukar )

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 11

Grafik Demand Pull Inflation

Page 12: makalah moneter

Kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu

merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut, dalam hal ini

adalah dolar amerika dengan rupiah. Perbandingan nilai inilah sering disebut dengan kurs.

Nilai tukar biasanya berubah-ubah, perubahan kurs dapat berupadepresiasi dan apresiasi.

2.2.1 Jenis – jenis Sistem Nilai Tukar

a.) Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate)

Nilai tukar mata uang suatu negara ditetapkan berdasarkan nilai dari suatu

mata uang tertentu atau nilai dari kumpulan mata uang tertentu. Biasanya yang

dijadikan patokan adalah mata uang negara yang memiliki ekonomi kuat.

b.) Sistem nilai tukar mengambang (free floating exchange rate)

Nilai mata uang ditetapkan berdasarkan mekanisme pasar.

c.) Sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating exchange rate)

Nilai tukar mata uang dibiarkan sesuai dengan mekanisme pasar tetapi di

pelihara di batas batas tertentu.

Kurs valuta asing dapat di klasifikasikan ke dalam kurs jual, kurs beli, dan kurs tengah.

Selisih dari penjualan dan pembelian merupakan pendapatan bagi pedagang valuta asing

sedangkan bila ditinjau dari waktu yang di butuhkan dalam menyerahkan valuta asing setelah

transaksi kurs dapat di klasifikasikan dalam kurs spot dan kurs berjalan (forward exchange).

Semua transaksi valuta asing yang belangsung seketika atau langsung, di mana kedua

belah pihak sepakat untuk saling membayar secepatnya saat itu juga atau paling lambat dua

hari setelah transaksi di sebut kurs spot (spot exchane rate) dan kesepakatan di sebut transaksi

spot.

Beberapa kesepakatan seringkali secara khusus menetapkan lebih dari dua hari, misalnya

30 hari ,90 hari, atau 180 hari, atau bahkan beberapa tahun. Kurs yang menjadi dasar bagi

transaksi semacam ini disebut kurs berjangka (forward exchange rate).

Untuk melihat pengertian dari kurs jual dan kurs beli maka lihatlah dari sudut pandang

bank. Kurs jual adalah harga yang ditetapkan saat bank menjual mata uang asing (masyarakat

membeli uang asing). Begitu pula sebaliknya dengan kurs beli. Kurs beli adalah harga yang

di tetapkan saat bank membeli uang asing (masyarakat menjual uang asing). Kurs tengah

adalah nilai rata-rata dari kurs jual dan kurs beli. Kurs tengah lebih bersifat netral karena

merupakan rata-rata dari kurs jual dan kurs beli.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 12

Page 13: makalah moneter

Titik awal untuk memahami bagaimana kurs ditentukan merupakan ide sederhana dari

apa yang disebut sebagai hukum satu harga: Jika dua negara menghasilkan barang yang sama,

dan biaya transportasi dan hambatan perdagangan sangat rendah, harga barang seharusnya

sama di seluruh dunia, tidak peduli negara mana yang menghasilkannya. (Mishkin, 2009:

112). Hukum satu harga yang diterapkan untuk pasar internasional disebut paritas daya beli

(purchasing-power parity). Purchasing Power Parity is a method of calculating exchange rates

that attempts to value currencies at rates such that each currency will buy an equal basket of

goods. (Colander, 2004: 780). Paritas daya beli memiliki dua implikasi penting. Pertama,

karena skedul ekspor neto berbentuk datar, maka perubahan tabungan atau investasi tidak

mempengaruhi kurs riil atau kurs nominal. Kedua, karena kurs riil tetap, maka seluruh

perubahan dalam kurs nominal berasal dari perubahan tingkat harga. (Mankiw, 2007: 138).

Doktrin paritas daya-beli memberikan alasan mengapa perubahan pada kurs riil akan

terbatas. Logika yang mendasari hal ini adalah sah: semakin jauh kurs riil bergeser dari

tingkat yang diprediksi oleh paritas daya-beli, semakin besar insentif untuk individu yang

terlibat dalam arbitrase barang-barang internasional. (Mankiw, 2007: 139).

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Mata Uang Suatu Negara Terhadap

Mata Uang Negara Lain :

a.) Tingkat inflasi

Peningkatan inflasi di suatu negara negatif terhadap negara lain akan menyebabkan

biaya produksi di negara tersebut menjadi mahal sehingga mendorong impor yang

menyebabkan kebutuhan mata uang negara lain meningkat yang akhirnya menurunkan nilai

tukar mata uang di negara tersebut.

b.) Tingkat suku bunga

Peningkatan suku bunga disuatu negara relatif terhadap negara lain akan

menyebabkan capital inflow ke negara tersebut sehinggga mendorong permintaan terhadap

mata uang negara tersebut dan akan meningkatkan nilai tukar lmata uang negara tersebut

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 13

Page 14: makalah moneter

c.) Tingkat pendapatan

Peningkatan pendapatan akan meningkatkan permintaan impor yang berarti

meningkatkan kebutuhan mata uang negara lain,sehingga akan menurunkan nilai mata uang

negara tersebut.

d.) Ekspektasi pasar

Umumnya ekspektasi pasar didasarkan atas kemungkinan perubahan tingkat suku

bunga dan kondisi ekonomi disuatu negara di masa depan.Spekulator dapat memanfaatkan

hal ini untuk mengambil posisi yang berakibat langsung pada perubahan nilai tukar.

2.3 Definisi Jumlah Uang Beredar (JUB)

Ada sejumlah ahli yang mengklaifikasikan jumlah uang beredar menjadi dua,yaitu :

1. Jumlah uang beredar dalam arti sempit atau disebut “Narrow Money” (M1), yang

terdiri dari uang kartal dan uang giral (demand deposit); dan

2. Uang beredar dalam arti luas “Broad Money” (M2),yang terdiri dari M1 ditambah

dengan deposito berjangka (time deposit).

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa uang beredar dalam arti sempit adalah

seluruh uang kartal dan uang giral yang ada di tangan masyarakat. Sedangkan uang kartal

milik pemerintah (Bank Indonesia) yang disimpan di bank-bank umum atau bank sentral

itu sendiri, tidak dikelompokkan sebagai uang kartal.

Dalam arti luas, uang beredar merupakan penjumlahan dari M1 (uang beredar dalam

arti sempit) dengan uang kuasi. Uang kuasi atau near money adalah simpanan masyarakat

pada bank umum dalam bentuk deposito berjangka (time deposits) dan tabungan. Uang

kuasi diklasifikasikan sebagai uang beredar, dengan alasan bahwa kedua bentuk simpanan

masyarakat ini dapat dicairkan menjadi uang tunai oleh pemiliknya, untuk berbagai

keperluan transaksi yang dilakukan.

 Dalam sistem moneter di Indonesia, uang beredar dalam arti luas ini (M2) sering

disebut dengan likuiditas perekonomian.

2.3.1 Pengendalian Jumlah Uang Beredar

Pengendalian terhadap JUB,merupakan kebijakan yang sangat esensial berkaitan

dengan perekonomian suatu negara.Pemerintah,dalam hal ini bank Indonesia (BI) dan

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 14

Page 15: makalah moneter

Departemen Keuangan,merupakan “aktor” utama yang bertanggung jawab terhadap JUB di

Indonesia.Namun demikian,kebijakan pemerintah dalam mengendalikan JUB ini tidak

terlepas dari pelaku-pelaku lain dalam proses penciptaan uang beredar , yaitu :

(Boediono,1993, hal:85).

a. Bank bank umum (atau sektor perbankan),dan

b. Masyarakat umum

Jumlah uang beredar,baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas,senantiasa

mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Ia bisa membesar (ekspansif) atau mengecil

(kontraktif),hal ini tergantung dari kebutuhan perekonomian.Tujuan pengendalian uang

beredar ini tidak lain adalah untuk tercapainya pertumbuhan ekonomi nasional yang sifatnya

stabil dan tidak terlampau tinggi.

JUB yang terlalu besar, seperti yang terjadi pada tahun 80-an ,yaitu ketika pemerintah

mengeluarkan kebijakan deregulasi perbankan 1983 dan ditambah dengan kebijakan

deregulasi 1988 (Pakto 1988), dampaknya juga tidak baik terhadap perekonomian jangka

panjang. Kebijakan uang longggar (easy money) ketika itu, telah mengakibatkan aktivitas

ekonomi yang terlampau tinggi (overheated),yang cenderung mendorong laju inflasi. Untuk

mengurangi JUB ketuka itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang dikenal dengan

“gebrakan Sumarlin”. Dalam rangka absorpsirupiah tersebut oleh Bank Indonesia,pemerintah

menaikan tingkat suku bunga deposito sampai 24% per tahun. Dan memang hal ini terbukti

ampuh dalam mengurangi JUB.

2.3.2 Faktor faktor yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar

Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa dasar terciptanya uang beredar adalah

karena adanya uang inti atau uang primer. Dengan demikian, besarnya uang beredar ini

sangat dipengaruhi oleh besarnya uang inti yang tersedia.Sedangkan besarnya uang inti ini

dipengaruhi oleh empat faktor ,yaitu : (Boediono,1993,hal:97).

1. Keadaan neraca pembayaran (surplus atau defiait);

Apabila neraca pembayaran mengalami surplus,berarti ada devisa yang masuk ke

dalam negara,hal ini berarti ada penambahan uang beredar. Demikian pula sebaliknya, jika

neraca pembayaran mengalami defisit,berarti ada pengurangan terhadap devisa negara.Hal ini

berarti ada pengangguran terhadap jumlah uang beredar.

2. Keadaan APBN (surplus atau defisit)

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 15

Page 16: makalah moneter

Apabila pemerintah mengalami defisit dalam APBN, maka pemerintah dapat

mencetak uang baru. Hal ini berarti ada penambahan dalam jumlah uang beredar. Demikian

sebaliknya, jika APBN negara mengalami surplus, maka sebagian uang beredar masuk ke

dalam kas negara. Sehingga jumlah uang beredar semakin kecil.

3. Perubahan kredit langsung Bank Indonesia

Sebagai penguasa moneter, Bank Indonesia tidak saja dapat memberikan kredit

kepada bank-bank umum, tetapi BI juga dapat memberikan kredit langsung kepada lembaga-

lembaga pemerintah yang lain seperti Pertamina, dan badan usaha milik negara (BUMN)

lainnya. Perubahan besarnya kredit langsung ini akan berpengaruh terhadap besar kecilnya

jumlah uang beredar.

4. Perubahan kredit likuiditas Bank Indonesia.

Sebagai banker’s bank, BI dapat memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank

umum. Sebagai contoh, ketika terjadi krisis ekonomi sejak tahun 1997 lalu, BI memberikan

kredit likuiditas dalam rangka mengatasi krisis likuiditas bank-bank umum, yang jumlahnya

mencapai ratusan trilyun rupiah. Hal ini berdampak pada melonjaknya jumlah uang beredar.

Di samping itu, adanya pinjaman luar negeri, kebijakan tarif pajak, juga dapat

mempengaruhi besar kecilnya jumlah uang beredar.

2.3.3 Berbagai Kebijakan Pemerintah dalam Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar

Secara garis besar terdapat dua jenis kebijakan yang dilakukan pemerintah (Bank

Indonesia dan Departemen Keuangan) dalam mengendalikan jumlah uang beredar, yaitu:

a.       kebijakan moneter; dan

b.      fiskal.

Kebijakan Moneter

    Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yang

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1.      Kebijakan moneter kuantitatif , yang meliputi:

a.) Poltik Pasar Terbuka

  BI mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara jual beli surat-surat berharga. BI

mempunyai instrumen yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Apabila jumlah uang beredar

dalam masyarakat terlalu besar, maka BI dapat menjual SBI kepada masyarakat (bank-bank

umum). Apabila bank umum membeli SBI artinya ada uang yang tersedot ke pemerintah

(BI), yang berarti jumlah uang beredar berkurang.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 16

Page 17: makalah moneter

b.) Politk Diskonto dan bunga pinjaman.

  BI dapat membeli surat-surat berharga bank-bank umum yang tingkat likuiditasnya

tinggi, dengan tingkat diskonto yang telah ditetapkan oleh BI. BI juga bisa memberikan

pinjaman kepada bank-bank umum, yang artinya terjadi penambahan jumlah uang beredar.

BI dapat juga menaikkan bunga pinjaman kepada bank-bank umum, maka bank umum akan

mengurangi jumlah pinjamannya dari bank Indonesia.

c.) Politik merubah cadangan minimal bank-bank umum pada BI

Setiap bank umum wajib mempunyai cadangan di BI dan jumlahnya ditetapkan oleh

BI. Istilahnya adalah reserve requirement. Apabila Bank Indonesia menaikkan tingkat

cadangan minimal bank-bank umum, katakanlah dari 10% menjadi 15%, maka hal ini akan

mengurangi jumlah uang beredar, karena semakin besarnya modal bank-bank umum yang

harus disimpan di BI.

2.      Kebijakan moneter kualitatif, yang meliputi:

a.)  Pengawasan pinjaman secara selektif

Bank sentral mengawasi pinjaman dan investasi yang dilakukan oleh bank-bank

umum, agar bank-bank umum selektif dalam memberikan kredit kepada debitur.

b.) Pembujukan moral

Bank sentral mengadakan pertemuan langsung dengan pimpinan bank-bank umum

untuk meminta langkah-langkah tertentu dalam rangka membantu kebijaksanaan-

kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah. Melalui pembujukan moral ini, bak\nk sentral

dapat meminta bank-bank umum untuk menambah atau mengurangi pinjaman di semua

sektor atau hanya di sektor-sektor tertentu saja. Ataupun membuat perubahan-perubahan

tingkat bunga yang mereka tetapkan.

·        

Kebijakan Fiskal (Pajak)

    Kebijakan ini juga dapat mempengaruhi jumlah uang beredar, yaitu melalui pajak.

Apabila pemerintah, dalam hal ini Departemen Keuangan, memperluas objek pajak, berarti

akan lebih banyak uang yang tersedot ke pemerintah. Dalam hal ini berarti jumlah uang

beredar menjadi berkurang. Demikian pula misalnya ketika pemerintah menaikkan pajak

kendaraan bermotor pada tahun 1999 sebesar kurang lebih 100%, hal ini berarti terjadi

penyerapan (absorbsi) uang yang beredar.

2.4 Definisi Produk Domestik Bruto ( PDB )

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 17

Page 18: makalah moneter

PDB diyakini sebagai indikator ekonomi terbaik dalam menilai perkembangan

ekonomi suatu negara. Perhitungan pendapatan nasional ini mempunyai ukuran makro utama

tentang kondisi suatu negara. Pada umumnya perbandingan kondisi antar negara dapat dilihat

dari pendapatan nasionalnya sebagai gambaran, Bank Dunia menentukan apakah suatu negara

berada dalam kelompok negara maju atau berkembang melalui pengelompokan besarnya

PDB, dan PDB suatu negara sama dengan total pengeluaran atas barang dan jasa dalam

perekonomian (Herlambang,2001).

Menurut Samuelson (2002), PDB adalah jumlah output total yang dihasilkan dalam

batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. PDB mengukur nilai barang dan jasa yang di

produksi di wilayah suatu negara tanpa membedakan kewarganegaraan pada suatu periode

waktu tertentu. Dengan demikian warga negara yang bekerja di negara lain, pendapatannya

tidak dimasukkan ke dalam PDB. Sebagai gambaran PDB Indonesia baik oleh warga negara

Indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA) yang ada di Indonesia tetapi tidak

diikuti sertakan produk WNI di luar negeri  (Herlambang, 2001). Sukirno (2002)

mendefinisikan PDB sebagai nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksi oleh

faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan warga negara asing. Sedangkan

Wijaya (1997) menyatakan bahwa PDB adalah nilai uang berdasarkan harga pasar dari semua

barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu perekonomian dalam suatu periode

waktu tertentu biasanya satu tahun. Secara umum PDB dapat diartikan sebagai nilai akhir

barang-barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu negara selama periode tertentu

(biasanya satu tahun).

2.4.1 PDB Atas Harga Berlaku dan Harga Konstan

Pendapatan nasional dapat dihitung berdasarkan dua harga yang telah ditetapkan pasar.

1)      PDB Harga Berlaku. Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai barang-barang

dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode tertentu menurut/berdasarkan harga

yang berlaku pada periode tersebut.

2)       PDB Harga Konstan. Pendapatan nasional pada harga konstan adalah nilai barang-

barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode tertentu, berdasarkan harga

yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang dipakai dasar untuk dipergunakan seterusnya

dalam menilai barang-barang dan jasa yang dihasilkan pada periode/tahun berikutnya.

Pendapatan nasional pada harga konstan = Pendapatan Nasional riil. Menurut

Mulyono dalam Hanton (2002),

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 18

Page 19: makalah moneter

2.4.2 Cara Menghitung Produk Domestik Bruto (PDB)

Menurut McEachern (2000:147) PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan,

yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.

Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah:

PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor – impor.

Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pendapatan adalah:

PDB = sewa + upah + bunga + laba

Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah

untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.

Menurut McEachern (2000:149) untuk memahami pendekatan pengeluaran pada

GDP, kita membagi pengeluaran agregat menjadi empat komponen, konsumsi, investasi,

pembelian pemerintah, dan ekspor netto.

1.) Konsumsi, atau secara lebih spesifik pengeluaran konsumsi perorangan, adalah

pembelian barang dan jasa akhir oleh rumah tangga selama satu tahun. Contohnya : dry

cleaning, potong rambut, perjalanan udara, dsb.

2.) Investasi, atau secara lebih spesifik investasi domestik swasta bruto, adalah belanja pada

barang kapital baru dan tambahan untuk persediaan.

Contohnya : bangunan dan mesin baru yang dibeli perusahaan untuk menghasilkan

barang dan jasa.

3.) Pembelian pemerintah, atau secara lebih spesifik konsumsi dan investasi bruto

pemerintah, mencakup semua belanja semua tingkat pemerintahan pada barang dan jasa,

dari pembersihan jalan sampai pembersihan ruang pengadilan, dari buku perpustakaan

sampai upah petugas perpustakaan. Di dalam pembelian pemerintah ini tidak mencakup

keamanan sosial, bantuan kesejahteraan, dan asuransi pengangguran. Karena

pembayaran tersebut mencerminkan bantuan pemerintah kepada penerimanya dan tidak

mencerminkan pembelian pemerintah.

4.) Ekspor netto, sama dengan nilai ekspor barang dan jasa suatu negara dikurangi dengan

impor barang dan jasa negara tersebut. Ekspor netto tidak hanya meliputi nilai

perdagangan barang tetapi juga jasa.

Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh positif terhadap inflasi seperti yang telah

dijelaskan penyebab inflasi dari sisi tarikan permintaan (demand pull inflation). Kenaikan

permintaan agregat (Agregat Demand/AD) yang tidak diimbangi dari sisi penawaran agregat

(Agregat Supply/AS) akan menimbulkan celah inflasi atau inflationary gap yang merupakan

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 19

Page 20: makalah moneter

sumber dari inflasi. Menurut Teori Keynesian kenaikan PDB pada sisi pengeluaran akan

meningkatkan permintaan efektif masyarakat. Bila jumlah permintaan efektif terhadap

komoditas meningkat, pada tingkat harga berlaku, melebihi jumlah maksimum dari barang-

barang yang bisa dihasilkan oleh masyarakat, maka inflationary gap akan timbul dan

menimbulkan masalah inflasi.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Jenis sumber

data ini adalah data sekunder yang diperoleh dari pihak lain atau secara tidak langsung. Data

sekunder yang diambil berbentuk data dokumentasi dan data laporan yang telah tersedia.

Adapun data yang digunakan adalah data inflasi, kurs, jumlah uang beredar dan PDB di

Indonesia periode 1993 – 2012 yang berupa data time series.

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel.

Variabel penelitian adalah suatu ukuran yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini

menggunakan variabel dependen inflasi. Adapun variabel independen dalam penelitian ini

adalah kurs, jumlah uang beredar dan PDB.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 20

Page 21: makalah moneter

a. Inflasi adalah suatu keadaan di mana terdapat kenaikan harga umum secara terus-

menerus. Jadi bukan harga satu atau dua macan barang saja, melainkan kenaikan

harga dari sebagian besar barang dan jasa, dan pula bukan hanya satu atau dua kali

kenaikan harga, melainkan kenaikan haraga secara terus-menerus.

b. Nilai tukar suatu mata uang adalah harga mata uang suatu negara terhadap negara

asing lainya, misalnya harga dari satu dollar Amerika saat ini Rp9.900,00 atau harga

satu dollar Hongkong (HKD) adalah Rp1.500,00 dan seterusnya

c. Jumlah Kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang

berbeda,yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang

tersebut,dalam hal ini adalah dolar amerika dengan rupiah.Perbandingan nilai inilah

sering disebut dengan kurs.Nilai kurs biasanya berubah ubah,perubahan kurs dapat

berupa depresiasi dan apresiasi.

d. PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di

dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalan metode dokumentasi. Data

dokumentasi merupakan data yang berupa catatan, transkip, buku-buku, jurnal, dan literatur-

literatur yang terkait dengan penelitian. Data-data tersebut adalah:

1. Data inflasi di Indonesia Periode 1993 – 2012.

2. Data kurs rupiah terhadap U$$ Periode 1993 – 2012.

3. Data jumlah uang beredar di Indonesia Periode 1993 – 2012.

4. Data Produk domestik bruto berdasarkan harga konstan (Tahun Dasar 2000)

di Indonesia Periode 1993 – 2012.

3.4. Metode Analisis Data

Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan model Regresi linier berganda

dengan menggunakan software SPSS Statistic 20.0 untuk pengolahan data. Analisis yang

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 21

Page 22: makalah moneter

digunakan adalah analisis estimasi model ekonometrika dan statistika beserta analisis

ekonominya dilakukan melalui uji t berdasarkan output regresi. Adapun model ekonometrika

yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

ln inflasi = β0 + β1 ln kurs + β2 ln JUB+ β3 ln PDB

dimana : ln inflasi = Tingkat inflasi

β0 = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefisien regresi

ln kurs = Nilai tukar rupiah terhadap U$$

ln JUB = Jumlah uang beredar

ln PDB = Produk domestik bruto

BAB IV

PEMBAHASAN

Analisis Regresi Linear Berganda dengan Menggunakan Semi-Log

Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda dengan semi log yang

menggunakan alat bantu SPSS 20. Teknik analisis data ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh Produk Domestik Bruto, nilai tukar dan jumlah uang beredar terhadap tingkat

inflasi di Indonesia periode 1993-2012. Tabel berikut menunjukkan rangkuman hasil output

SPSS 20.

Rangkuman Hasil Regresi Linier Berganda dengan Semi-Log Coeficcientsa

Model UnstandardizedCoeficcients StandardizedCoeficcients t Sig.

B Std.Errors Beta

(Constant) -6,329 6,627 -,955 ,354

LnPDB ,646 ,541 ,321 1,193 ,250

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 22

Page 23: makalah moneter

LnNilai

Tukar

,462 ,152 ,650 3,043 ,008

LnJUB -,509 ,112 -1,276 -4,532 ,000

Melalui tabel maka dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:

Inflasi = -6,329 + 0,646LnPDB+ 0,462LnNilai Tukar – 0,509LnJUB

ȇ = ( 6,627 ) (0,541) ( 0,112)

t = (-0,955) (3,043) (-4,532)

sig = ( 0,250) (0,008) ( 0,000)

F = 8,911

Sig = 0,001

R2 = 0,626

Adjusted R Square = 0,555

Analisis Uji Signifikansi Secara Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi variabel bebas secara simultan

atau serempak terhadap variabel terikat. Hasil uji signifikansi secara simultan didapatkan

nilai 0,001. Tingkat signifikansi 0,001<0,005 menunjukkan bahwa PDB, nilai tukar dan

Jumlah Uang Beredar mempengaruhi tingkat inflasi secara simultan.

Analisis Uji Signifikansi Secara Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi PDB, nilai tukar dan Jumlah

Uang Beredar secara parsial terhadap tingkat inflasi di Indonesia.

a. Pengujian Pengaruh Produk Domestik Bruto Terhadap Inflasi di Indonesia

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 23

Page 24: makalah moneter

Berdasarkan perhitungan diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,250. Karena

0,250>0,005 maka Produk Domestik Bruto tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

inflasi di Indonesia periode 1993-2012.

b. Pengujian Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia

Berdasarkan perhitungan diperoleh tingkat signifikansi untuk variable nilai tukar

adalah sebesar 0,008. Dikarenakan tingkat signifikansi sebesar 0,008<0,005 maka nilai tukar

berpengaruh secara signifikan. 2 sebesar 0,462 berarti ketika nilai tukar rupiah terhadap

dollar Amerika Serikat naik sebesar seribu rupiah, maka inflasi akan naik sebesar 0,462

persen.

c. PengujianPengaruhJumlahUangBeredarTerhadap Tingkat Inflasi Di Indonesia

Berdasarkan perhitungan diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,000, namun

koefisien regresi jumlah uang (β3) yang diperoleh beredar sebesar -0,509 hal ini berarti β3< 0

dimana tidak ada pengaruh signifikan secara parsial antara jumlah uang beredar dengan

tingkat inflasi di Indonesia selama periode penelitian, yaitu periode tahun 1993-2012.

Analisis Standardized Coefficients Beta

Pengaruh dominan dari varibel- variable bebas terhadap variable terikat dapat

ditentukan dengan menganalisis koefisien beta yang telah distandarisasi. Berdasarkan

perhitungan diperoleh nilai StandardizedCoefficients Beta untuk PDB sebesar 0,321, nilai

tukar sebesar 0,650, JUB sebesar -1,276. Hal ini berarti bahwa variabel nilai tukar yang

berpengaruh paling dominan karena dengan nilai koefisien beta tertinggi.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 24

Page 25: makalah moneter

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Variabel Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika

Serikat dan jumlah uang beredar berpengaruh signifikan secara simultan terhadap tingkat

inflasi di Indonesia periode 1993-2012. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa

variabel Produk Domestik Bruto (PDB) dan jumlah uang beredar tidak berpengaruh

sedangkan nilai tukar secara parsial berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat

inflasi di Indonesia untuk periode 1993 - 2012. Variabel nilai tukar diketahui sebagai variabel

yang berpengaruh paling dominan terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode 1993 - 2012

jika dibandingkan dengan variabel Produk Domestik Bruto (PDB) dan jumlah uang beredar.

5.2 Saran

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 25

Page 26: makalah moneter

Meskipun pada penelitian ini ditemukan bahwa Produk Domestik Bruto tidak

berpengaruh terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode tahun 1993-2012, namun

pemerintah tetap perlu mendorong pertumbuhan Produk Domestik Bruto melalui

pengembangan sektor-sektor ekonomi, terutama sektor-sektor yang belum dikelola secara

optimal. Pemerintah harus lebih jeli lagi melihat potensi sektor-sektor ekonomi yang dapat

dimanfaatkan di tiap-tiap provinsi di Indonesia, agar tiap –tiap provinsi dapat memberikan

konstribusi yang maksimal terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto.Sehingga melalui

pertumbuhan Produk Domestik Bruto dapat diperoleh tingkat inflasi yang stabil dan sesuai

dengan tingkat yang telah ditargetkan.Pemerintah melalui Otoritas Moneter harus mampu

menjaga kestabilan cadangan devisa negara demi menjaga stabilitas nilai tukar mata uang,

mengingat nilai tukar terbukti merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap

tingkat inflasi.Jumlah uang beredar pada periode penelitian ini tidak berpengaruh terhadap

tingkat inflasi, namunpemerintah sebaiknya tetap memperhatikan dan mengawasi peredaran

uang untuk dapat mengatasi fluktuasi naik turunnya tingkat inflasi.

DAFTAR PUSTAKA

Andrianus, Fery & Niko, Amelia. (2006). “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi

di Indonesia Periode 1997:7-2005:2”Junal ekonomi Pembangunan Vol.111 No.2

Gujarati, Damodar.(1999).Ekometrika Dasar.Penerbit Erlangga: Jakarta.

Nopirin, 1986. ”Ekonomi Moneter jilid I dan II”, Jogjakarta : BPFE UGM

Nugroho, Primawan Wisda dan Maruto Umar Basuki, 2012. Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Inflasi di Indonesia Periode 2000.1-2011.4. Diponegoro Journal of

Economics. 1(1), pp:1-10.

Sarinastiti, Yuliati. 2011. Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Kurs, dan Produk

Domestik Bruto Terhadap Inflasi di Indonesia tahun 1967-2010 Pendekatan Error

Correction Model. Skripsi. Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 26

Page 27: makalah moneter

Fakultas Ekonomika dan Bisnis | Ekonomi Moneter II 27