Upload
merry-aprila-ramadhani
View
68
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Epidemiologi
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa ada 500.000
kematian ibu melahirkan di seluruh dunia setiap tahunnya, 99 persen diantaranya
terjadi di negara berkembang (WHO, 1992). Dari angka tersebut diperkirakan
bahwa hampir satu orang ibu setiap menit meninggal akibat kehamilan dan
persalinan. Angka kematian maternal di negara berkembang diperkirakan
mencapai 100 sampai 1000 lebih per 100.000 kelahiran hidup, sedang di negara
maju berkisar antara tujuh sampai 15 per 100.000 kelahiran hidup. Ini berarti
bahwa di negara berkembang risiko kematian maternal satu diantara 29 persalinan
sedangkan di negara maju satu diantara 29.000 persalinan.
Salah satu ukuran yang dipakai untuk menilai baik buruknya keadaan
pelayanan kesehatan dalam suatu negara atau daerah adalah angka kematian
maternal (maternal mortality). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) (Hasnah
et al, 2003). Di Indonesia menjumpai kematian ibu 450 per 100.000 kelahiran
hidup. Pada tahun 1992 Angka Kematian Ibu (AKI) sekitar 421 per 100.000
kelahiran hidup. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Departemen
Kesehatan (SDKI Depkes) (Hasnah et al, 2003). menetapkan AKI di Indonesia
secara nasional sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup dan merupakan angka
tertinggi dibanding dengan negara negara ASEAN lainnya. Sumber data yang lain
pada tahun 1994 dari hasil penelitian di rumah sakit umum di Indonesia terdapat
angka kematian ibu sebesar 550 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini
mengalami penurunan sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup(Hasnah et al,
2003). Angka ini tiga sampai enam kali lebih besar dari negara di wilayah
ASEAN dan lebih besar 50 kali dibanding dengan negara maju.
Komplikasi kehamilan dan persalinan yang terjadi di berbagai negara
berkembang menjadi penyebab utama kematian wanita pada usia reproduksi. Ini
berarti Lebih dari satu wanita meninggal setiap menit dari penyebab komplikasi,
atau ini berarti 585.000 wanita meninggal setiap tahun. Kurang dari satu persen
1
kematian ini terjadi di negara maju, ini memperlihatkan bahwa wanita dapat
menghindari kematian tersebut jika sumber daya dan jasa tersedia. Bertambahnya
jumlah tenaga kesehatan yang melayani wanita hamil dan melahirkan ternyata
belum menurunkan angka kematian ibu secara bermakna. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa penyelesaian masalah secara medis teknis bukan merupakan
jaminan penyelesaian masalah tingginya mortalitas ibu. Ada faktor lain yang akan
menyumbang keberhasilan intervensi medis yaitu dengan ditopang oleh cepatnya
pengambilan keputusan ibu atau keluarga untuk mencari pertolongan. Tindakan
ini sangat banyak dipengaruhi oleh sikap waspada ibu dan keadaan sosial
ekonomi keluarga. Ibu yang telah diberi informasi bahwa kehamilan mungkin
berisiko tinggi biasanya lebih waspada bila menghadapi permasalahan selama
kehamilan. Sejauh ini informasi yang diberikan terbatas pada ibu dan bersifat
umum sehingga kurang terkait dengan anggota keluarga lain. Pada keadaan kritis
atau bahaya bukan hanya ibu yang berperan memutuskan untuk mencari
pertolongan tetapi seluruh keluarga(Hasnah et al, 2003).
Perawatan selama persalinan dan kehamilan yang telah diperbaiki dapat
mengurangi kematian maternal 50 sampai 80 persen serta kematian perinatal 30
sampai 40 persen. Perbaikan aspek sosial, budaya, ekonomi, dan pendidikan,
dapat membantu mengatasi 64 persen penyebab kematian ibu. Perbaikan
penanganan klinis, bisa mengatasi 36 persen kematian ibu. Sementara itu lebih
dari 70 persen kasus kematian maternal akibat komplikasi kehamilan dan
persalinan, para suami yang mengambil keputusan yang utama di dalam mencari
perawatan untuk istrinya (Hasnah et al, 2003).
Kesadaran masyarakat akan tanda-tanda bahaya pada kehamilan
merupakan upaya meminimalkan kegawat daruratan obstetri, namun banyak
kepercayaan tradisional dan penundaan pengambilan keputusan untuk mencari
perawatan pada fasilitas kesehatan yang masih dijalankan di masyarakat.
Ketiadaan dana dan keterlambatan transportasi yang cepat untuk mencapai
fasilitas kesehatan menjadi penyebab faktor kematian. Keterlambatan
kegawatdaruratan obstetri lebih lanjut juga dapat disebabkan oleh tidak
tersediannya kapasitas untuk melakukan perawatan obstetri di kalangan petugas
medis. Kepercayaan tradisional yang dianut masyarakat tertentu akan
2
mempengaruhi pengambilan keputusan oleh suami sebagai kepala keluarga atau
orang yang memegang peranan penting di dalam keluarga. Akibatnya jika terjadi
kasus kegawatdaruratan pada ibu hamil, melahirkan atau setelah melahirkan harus
melibatkan beberapa pihak untuk berembuk. Hal ini akan mengakibatkan
terjadinya keterlambatan di dalam pengambilan keputusan yang mengakibatkan
kematian pada ibu (Hasnah et al, 2003).
Yang menjadi sebab utama kematian ibu di Indonesia di samping
perdarahan adalah pre-eklampsia atau eklampsia dan penyebab kematian perinatal
yang tinggi. Pre-eklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema
dan proteinuria yang timbul karena kehamilan, penyebabnya belum diketahui.
Pada kondisi berat pre-eklamsia dapat menjadi eklampsia dengan penambahan
gejala kejang-kejang (Rozikhan, 2007).
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia
adalah iskemia plasenta. Akan tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangkan
semua hal yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor,
melainkan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya preeklampsia dan
eklampsia ( multiple causation ). Faktor yang sering ditemukan sebagai faktor
risiko antara lain nulipara, kehamilan ganda, usia kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun, punya riwayat keturunan, dan obesitas. Namun diantara faktor
faktor yang ditemukan sering kali sukar ditentukan mana yang menjadi sebab dan
mana yang menjadi akibat.
Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit, yakni yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal ini
terjadi, istilah kesatuan penyakit diartikan bahwa kedua peristiwa dasarnya sama
karena eklamsia merupakan peningkatan dari pre-eklamsia yang lebih beratdan
berbahaya dengan tambahan gejala-gejala tertentu (Rozikhan, 2007).
Pre-eklampsia berat dan eklampsia merupakan risiko yang membahayakan
ibu di samping membahayakan janin melalui placenta. Setiap tahun sekitar 50.000
ibu meninggal di dunia karena eklampsia. Incidens eklampsia di negara
berkembang berkisar dari 1:100 sampai 1:1700. Beberapa kasus memperlihatkan
keadaan yang tetap ringan sepanjang kehamilan. Pada stadium akhir yang disebut
eklampsia, pasien akan mengalami kejang. Jika eklampsia tidak ditangani secara
3
cepat akan terjadi kehilangan kesadaran dan kematian karena kegagalan jantung,
kegagalan ginjal, kegagalan hati atau perdarahan otak. Oleh karena itu kejadian
kejang pada penderita eklampsia harus dihindari. Karena eklampsia menyebabkan
angka kematian sebesar 5% atau lebih tinggi (Rozikhan, 2007).
Pre-eklampsia itu sendiri mempunyai arti penyakit dengan tanda-tanda
khas tekanan darah tinggi (hipertensi), pembengkakan jaringan (edema), dan
ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang timbul karena kehamilan.
Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat juga
terjadi pada trimester kedua kehamilan. Sering tidak diketahui atau diperhatikan
oleh wanita hamil yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu
singkat pre-eklampsia berat bahkan dapat menjadi eklampsia yaitu dengan
tambahan gejala kejang-kejang dan atau koma (Rozikhan, 2007).
Menurut Derek Lewellyn John, Dasar-dasar obstetric dan ginkologi
menyatakan ada beberapa penyebab kematian pada ibu hamil di beberapa negara :
Gejala-gejala
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Bila
peningkatan tekanan darah tercatat pada waktu kunjungan pertama kali dalam
trimester pertama atau kedua awal, ini mungkin menunjukkan bahwa penderita
menderita hipertensi kronik. Tetapi bila tekanan darah ini meninggi dan tercatat
pada akhir trimester kedua dan ketiga, mungkin penderita menderita preeklampsia
(Rozikhan, 2007).
4
Peningkatan tekanan sistolik sekurang-kurangnya 30 mm/Hg, atau
peningkatan tekanan diastolik sekurang-kurangnya 15 mm/Hg, atau adanya
tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140 mm/Hg, atau tekanan diastolik
sekurang-kurangnya 90 mm/Hg atau lebih atau dengan kenaikan 20 mm/Hg atau
lebih, ini sudah dapat dibuat sebagai diagnose. Penentuan tekanan darah
dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Tetapi
bila diastolik sudah mencapai 100 mm/Hg atau lebih, ini sebuah indikasi terjadi
preeklampsia berat. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada
kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosa pre-
eklampsia. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih
diangap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali atau 3 kg dalam
sebulan pre-eklampsia harus dicurigai.3),19) Atau bila terjadi pertambahan berat
badan lebih dari 2,5 kg tiap minggu pada akhir kehamilan mungkin merupakan
tanda preeklampsia (Rozikhan, 2007).
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3
g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ atau
2 + ( menggunakan metode turbidimetrik standard ) atau 1g/liter atau lebih dalam
air kencing yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream untuk memperoleh
urin yang bersih yang diambil minimal 2 kali dengan jarak 6 jam (Rozikhan,
2007).
Pre-eklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat, tanda /gejala pre-
eklampsia ringan adalah:
1. Tekanan darah sistol 140 mm/Hg atau kenaikan 30 mm/Hg dengan
interval pemeriksaan 6 jam
2. Tekanan darah diastol 90 mm/Hg atau kenaikan 15 mm/Hg dengan
interval pemeriksaan 6 jam
3. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
4. Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai
2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.
5
Sedangkan penyakit preeklampsia digolongkan berat apabila satu atau
lebih tanda / gejala dibawah ini ditemukan:
1. Tekanan darah sistolik 160 mm/Hg atau lebih, atau tekanan
diastole 110 mm/Hg atau lebih
2. Proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam, 3+ atau 4+ pada
pemeriksaan semikuantitatif
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan cerebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrium
5. Edema paru-paru atau sianosis.
Kebanyakan wanita dengan hipertensi kronik (Hipertensi esensial ) telah
didiognose sebelum kehamilan; kebanyakan wanita didapat menderita hipertensi
pada kunjungan antenatal pertama. Bila tanpa penyebab sekunder hipertensi
(misalnya stenosis arteri renalis atau feokromositoma), peninggian tekanan darah
(> 140/90) yang menetap dan terjadi sebelum kehamilan atau dideteksi sebelum
kehamilan minggu ke 20, diagnosis hipertensi esensial dapat ditegakkan
(Rozikhan, 2007).
Hipertensi esensial menjadi penyulit pada 1-3 persen kehamilan, dan lebih
sering terdapat pada wanita di atas usia 35 tahun.
6
Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori –
teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh
karena itu disebut “ penyakit teori ” namun belum ada memberikan jawaban yang
memuaskan. Teori yang sekarang dipakai sebagai penyebab pre eklamsia adalh
teori “ iskemia plasenta ”. namun teori belum dapat menerangkan semua hal yang
bertalian dengan penyakit ini.
7
Teori yang dapat diterima haruslah dapat menerangkan :
a. Mengapa frekuensi menjadi tinggi pada : primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, dan mola hidatidosa.
b. Mengapa frekuensi bertambah seiring dengan tuanya kehamilan,
umumnya pada triwulan III.
c. Mengapa terjadi perbaikan keadan penyakit, bila terjadi kematian janin
dalam kandungan.
d. Mengapa frekuensi menjadi lebih rendah pada kehamilan berikutnya.
e. Penyebab timbulnya hipertensi, proteinuria, edema, dan konvulsi sampai
koma.
Dari hal tersebut diatas, jelaslah bahwa bukan hanya satu faktor, melainkan
banyak faktor yang menyebabkan pre eklamsi dan eklamsi.
Patofisiologi
Pada per eklamsi terjadi psasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam
dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola gomerulus. Pada
beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempiynya sehingga hanya dapat
dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tekanan darah dengan akan naik, sebagai usaha untuk
mengatasi kenaikan tekanan perifer aga oksigenasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edama yang disebabkan oleh penimbunan
air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin
karena retensi air dan garam.proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola
sehingga terjadi perubahan pada gromeulus.
Perubaha pada organ – organ
Otak
Pada pre eklamsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas –
batas normal. Pada eklamsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini
terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema yang terjadi pada otak
8
dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan visus, bahkan pada
keadaan lanjut.
Plasenta dan rahim
Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta,
sehingga terkjadi gangguan pertumbuhan janin dan kaerna kekurangan
oksigen terjadi gawat janin. Pada pre eklamsi dan eklamsi sering terjadi
peningkatan tonus rahim dan kepekaanya terhadap rangsang, sehinnga
terjadi partus prematurus.
Ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena itu gijal menurun. Hal ini
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai
akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi golmerulus dapat turun
sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi
oliguria dan anuria.
Paru – paru
Kematian ibu pada pre rklamsi dan eklamsi biasanya disebabkan oleh
edema parunyang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula karena
terjadinya aspirasi pnemonia, atau abses paru.
Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila
terdapat hal – hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya pre – eklamsi
berat. Pada eklamsi dapat terjadi ablasio retina yang di sebabkan edema
intra okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi
kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukkan tanda pre eklamsi berat
yang mengarah pada eklamasi adalh adanya skotoma, diplopia, dan
ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan peredaran darah
dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di dalam retina.
9
Keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre eklamsi ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata
pada metabolisme air, elektrolit, kristaloid, dan protein serum. Jadi, tidak
terjadi gangguan keseimbangan elektrolit. Gula darah, kadar natrium
bikarbonat, dan pH darah berada pada batas normal. Pada pre eklamsi
berat dan eklamsi, kadar gula darah naik sementara, asam laktat asam
organik lainnya naik, sehingga cadangan alkali akan turun, keadaan ini
biasanya disebabkan oleh kejang – kejang. Setelah konvulsi selesai zat –
zat organik dioksidasi, dan dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan
karbonik sehingga terbebtuk natrium bikarbonat. Dengan demikian
cadangan alkali dapat kembali pulih normal.
Pre eklamsi
Klasifikasi
Di bagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Pre eklamsi ringan, bila disertai keadaan berikut :
a. Tekanan darah 140/90 mm/Hg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang, atsu kenaikan sistolik 15 mm/Hg atau lebih,
atau kenaikan sistolik 30 mm/Hg atau lebih. Cara pengukuran
sekurang – kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak
periksa 1 jam sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka, atau kenaikan berat
badan 1kg atau lebih perminggu.
c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1 + atau
2 + pada urin kateter atau midstream.
2. Pre eklamsi berat, bila disertai keadaan berikut :
a. Tekanan darah 160/110 mm/Hg atau lebih.
b. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter
c. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
d. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di
epigastrium
e. Terdapat edema paru dan sianosis.
Frekuensi
10
Ada yang melaporkan angka kejdian sebanyak 6% dari seluruh kehamilan, dan
12% pada kehamilan primigravida. Menurut beberapa penulis frekuensi
dilaporkan sekitar 3 – 10 %. Lebih banyak dijumpai pada primigravida dari pada
multigravida, terutama primigravida usia muda. Faktor – faktor predisposisi untuk
terjadinya pre eklamsia adalah molahidatidosa, diabetes melitus, kehamilan
ganda, hidrops fetalis, obesitas, dan umur yang lebih dari 35 tahun.
Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan.
1) Gambaran klinik pertambahan berat badan yang berlebihan, edema,
hipertensi, dan timbul proteinuria. Gejala subjektif sakit kepala di daerah
frontal, nyeri epigastrium, gangguan visus, penglihatan kabur, skotoma,
diplopia, mual dan muntah. Gangguan selebral lainnya : reflek meningkat,
dan tidak tenang.
2) Pemeriksaan : tekanan darah tinggi, reflek meningkat, dan proteinuria
pada pemeriksaan laboratorium.
Penatalaksanaan
a. Pencegahan
o Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti,
mengenali tanda – tanda sedini mungkin ( pre eklamsi ringan ),
lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak
menjadi lebih berat.
o Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre
eklamsi kalau ada faktor – faktor predisposisi.
o Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan
serta pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak, serta
karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan
yang berlebihan.
b. Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah :
o Untuk mencegah pre eklamsi dan eklamsi.
11
o Hendaknya janin hidup.
o Trauma pada janin seminimal mungkin.
BAB II
12
STUDI KASUS OBSTETRIK
Seorang pasien bernama Ny. S usia 41 tahun dengan berat badan 59 kg,
tinggi badan 152 cm. Pekerjaan ibu rumah tangga. Mengeluh pusing sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Setelah didiagnosa ia mengalami pre
eklampsia berat, anemia ringan dengan susp defisiensi Fe.
Riwayat penyakit sekarang yang dialami pasien adalah :
1. Mengaku hamil 9 bulan. Hari pertama haid terakhir 1 januari 2012.
2. Tekanan darah tinggi (150/90 mm/Hg)
3. Mual (+), muntah (-), riwayat kejang (-), riwayat keluar air (-), keluar darah
lender (-), gerakan janin (+)
Riwayat kelahiran :
1. 16 tahun, perempuan, 2800 gram
2. 11 tahun, laki-laki, 2700 gram
3. 6 tahun, laki-laki, 3800 gram
4. Meninggal, tahun 2009
Riwayat penyakit dahulu :
1. Hipertensi 4 tahun yang lalu, obat (-)
2. DM, Jantung, asma, paru (-)
Riwayat penyakit keluarga : DM, jantung, paru (-)
Riwayat pengobatan : Mengkonsumsi pil KB tidak teratur
Pemeriksaan laboratorium
13
Parameter Harga normal Nilai
Hb 12-14 g/dl 10,4
Ht 37-43 % 31
Leukosit 5-10 (x1000)/µl 9
Trombosit 150-400 (x1000)/µl 249
GDS 70-200 mg/dl 84
Albumin 3,4-4,8 mg/dl 3,7
LDH 200-480 U/L 439
Asam Urat 2-4; 5-7 mg/dl 4
Ureum 10-50 mg/dl 10
Kreatinin 0,5-1,5 mg/dl 0,6
BJ Urine 1,005-1,030 1,015
pH urine 4,5-8 5,5
SGOT 10-35 U/L 44
SGPT 10-36 U/L 19
Ureum darah 10-50 md/dl 31
Cacatan Pengobatan Terkini (Rawat Inap)
14
Obat Dosis Rute Frekuensi Tanggal (Maret)
1 2 3 4 5 6
MgSO4 4 g IV √
1 g Iv Tiap jam selama 24 jam
√ √
Na-Acetyl cystein
600 mg
PO 3x1 √ √ √ √ √ √
Vit E 1000 mg
PO 1x1 √
Vit E 200 mg
PO 1x1 √ √ √ √ √
Vit C 400 mg
PO 2x1 √ √
Vit C 400 mg
IV 2x1 √ √
Vit C (CDR) 1000 mg
PO 1x1 √ √ V
Asam folat 400 mg
PO 1x1 √
Nifedipin 10 mg PO 3x1 √ √
Nifedipin 10 mg PO 4x1 √ √ √ √
Hematinik 1x1 √ √
Deksametason 6 mg IV √ √
Perkembangan Pasien :
15
Tanggal S O1/10 2012 Gerakan janin (+)
Nyeri ulu hati (-)Sakit kepala (-)
S : 36,6HR : 92RR : 20TD : 140/90
2/10 2012 Gerakan janin (+)Nyeri ulu hati (-)Sakit kepala (-)
S : 36,6HR : 92RR : 18TD : 140/90
3/10 2012 Gerakan janin (+)Nyeri ulu hati (-)Sakit kepala (-)
S : 36,6HR : 92RR : 20TD : 150/90
4/10 2012 Gerakan janin (+)Nyeri ulu hati (-)Sakit kepala (-)
S : 36,6HR : 92RR : 20TD : 150/90
5/10 2012 Gerakan janin (+)Nyeri ulu hati (-)Sakit kepala (-)
S : 36,6HR : 92RR : 20TD : 150/90
6/10 2012 Gerakan janin (+)Nyeri ulu hati (-)Sakit kepala (-)
S : 36,6HR : 92RR : 20TD : 130/90
BAB III
16
PENYELESAIAN KASUS METODE SOAP
SUBJECTIVE
Nama pasien : Ny. S
Usia : 41 tahun
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Keluhan : pusing sudah 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
OBJECTIVE
Riwayat pasien yang terdokumentasi :
1. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat Hasil pengamatan KeteranganKehamilan 9 bulan, hari pertama haid
terakhir 1 januari 2012Normal
Tekanan darah 150/90 mm/Hg Gejala pre-eklamsia ringan
Mual + Abnormal, akibat tensi tinggi.
Muntah - normalRiwayat kejang - normalRiwayat keluar air - abnormalKeluar darah lendir - abnormalGerakan janin + normal
2. Riwayat kelahiran ( anak )
Anak ke Usia Jenis kelamin Berat badan Keterangan
1 16 tahun Perempuan 2800 gram Normal
2 11 tahun Laki – laki 2700 gram Normal
3 6 tahun Laki – laki 3800 gram Normal
4 - - - Meninggal tahun 2009
3. Riwayat penyakit dahulu
17
Penyakit Keterangan
Hipertensi 4 tahun lalu, tanpa terapi
DM, jantung, asma dan paru -
Keluarga : DM, jantung, paru -
Riwayat obat Komsumsi pil KB tidak teratur
4. Tanda – tanda vital dan hasil uji fisik
Parameter Hasil Keterangan
Berat badan 59 kg BMI : 25,5
Tinggi badan 152 cm Mendekati normal,
sedikit kegemukan
5. Hasil uji laboratorium
Parameter Harga normal Nilai Keterangan
Hb 12-14 g/dl 10,4 Rendah, pasien anemia
Ht 37-43 % 31 Rendah, pasien anemia
Leukosit 5-10 (x1000)/µl 9 normal
Trombosit 150-400 (x1000)/µl 249 normal
GDS 70-200 mg/dl 84 normal
Albumin 3,4-4,8 mg/dl 3,7 normal
LDH 200-480 U/L 439 normal
Asam Urat 2-4; 5-7 mg/dl 4 normal
Ureum 10-50 mg/dl 10 normal
Kreatinin 0,5-1,5 mg/dl 0,6 normal
BJ Urine 1,005-1,030 1,015 normal
pH urine 4,5-8 5,5 normal
SGOT 10-35 U/L 44 tinggi
SGPT 10-36 U/L 19 normal
18
Ureum darah 10-50 md/dl 31 normal
6. Kerasionalan obat yang digunakan pasien
a. Tepat Indikasi
Nama Obat Indikasi Mekanisme Aksi Ket
MgSO4 Anti kejang preeklamsia
vasodilator serebral dan stabilisator membran, mengurangi iskemia dan kerusakan neuron yang mungkin terjadi
Tepat indikasi
Na-Acetyl cystein
Terapi tambahan untuk sekresi mukus abnormal
Mengurangi kekentalan / viskositas sekrert dengan memecah ikatan disulfida pada mukoprotein, memfasilitasi pengeluaran sekret melaui batuk
Tepat indikasi
Vit E Defisiensi vitamin E
Mencegah oksidasi vitamin A dan vitamin C; mencegah oksidasi asam lemak tak jenuh dalam membran.; mencegah hemolisis sel darah merah
Tepat indikasi
Vit C Defisiensi vitamin C
Pembentukan kolagen dan perbaikan jaringan;terlibat dalam beberapa reaksi oksidasi-reduksi seperti jalur metabolik lain, seperti sintesis karnitin, steroid, dan katekolamin dan konversi asam folat menjadi asam folinik.
Tepat indikasi
Asam folat megaloblastik anemia, makrositik anemia karena defisiensi asam folat, Suplement : mencegah neural tube defect
Asam folat diperlukan untuk pembentukan koenzim dalam proses sistem metabolisme terutama sintesis purin dan pirimidin, sintesis nukleoprotein dan pemeliharaan eritropoesis. Menstimulasi produksi sel darah putih dan platelet pada anemia defesiensi folat. Asam folat meningkatkan eliminasi asam format, metabolik toksik metanol.
Tepat indikasi
Nifedipin Profilaksis dan pengobatan hipertensi
Menghambat ion kalsium ketika memasuki slow channel,atau area sensitif tegangan pada otot polos vaskular dan myokardium selama depolarisasi, relaksasi otot polos
Tepat indikasi
19
vaskular koroner dan vasodilatasi koroner,
Hematinik Anti anemia Menstimulasi pembentukan sel darah merah.
Tepat indikasi
Deksametason glukokortikoid dan obat untuk anafilaksis,
Mengurangi inflamasi dengan menekan migrasi neutrofil, mengurangi produksi mediator inflamasi, dan menurunkan permeabilitas kapiler yang semula tinggi dan menekan respon imun.
Tepat indikasi
b. Tepat Obat
Nama obat Alasan dipilih Obat Ket
MgSO4 Untuk menangani kejang yang dirasa oleh
pasien, MgSO4 adalah rekomendasi yang
umum digunakan
Tepat obat
Na-Acetyl cystein
Sebagai terapi tambahan untuk menangani
sekresi mukus yang abnormal, asma COPD
dan saluran nafas.
Tepat obat
Vit E Digunakan untuk membantu dalam
kekurangan vitamin E
Tepat obat
Vit C Digunakan untuk membantu dalam
kekeurangan vitamin C
Tepat obat
Asam folat Membantu dalam gejala anemia Tepat obat
Nifedipin Tensi pasien yang tinggi ( gejala pre-
eklamsia )
Tepat obat
Hematinik Sebagai terapi anemia yang dialami pasien Tepat obat
Deksametason Obat golongan glukokortikoid untuk
mengurangi udem yang terjadi
Tepat obat
20
c. Tepat Dosis
d. Tepat Pasien
Nama Obat Kontraindikasi Ket
MgSO4 - Tepat pasien
Na-Acetyl cystein Hipersensitif terhadap
asetil sistein
Tepat pasien
Vit E Hipersensitivitas terhadap
vitamin E atau komponen
lain dalam formulanya.
Penggunaan secara
intravena pada bayi
Tepat pasien
Vit C Hipersensitivitas terhadap
komponen dalam sediaan
Tepat pasien
Asam folat Hipersensiifitas terhadap
asam folat
Tepat pasien
Nifedipin Syok kardiogenik;
stenosis aorta lanjut;
Tepat pasien
21
Nama Obat Regimen Dosis yang
diberikan
Ket
MgSO4 1 g IV tiap jam selama 24 jam Tepat Dosis
Na-Acetyl cystein 600 mg 3x 1 sehari P.O Tepat Dosis
Vit E 200 mg 1x1 sehari PO Tepat Dosis
Vit C 400 mg 2x 1 sehari PO Tepat Dosis
Asam folat 400mg 1x1 sehari PO Tepat Dosis
Nifedipin 10 mg PO. 4x1 sehari Tepat Dosis
Hematinik 1x1 sehari Tepat Dosis
Deksametason 6 mg IV Tepat Dosis
kehamilan
Hematinik Tepat pasien
Deksametason Hipersensitif terhadap
deksametason
Tepat pasien
e. Waspada ESO
Nama Obat Efek Samping Ket
MgSO4 - -
Na-Acetyl cystein Reaksi hipersensitivitas,
bronkospasme, hipotensi
Waspada Efek Samping
Vit E lelah, lemah, sakit kepala,
pandangan kabur, rasa malas
Waspada Efek Samping
Vit C Pusing, faintness, fatigue, flank
pain, sakit kepala
Waspada Efek Samping
Asam folat Reaksi alergi, bronkospasme,
wajah memerah, gatal, erupsi
sementara
Waspada Efek Samping
Nifedipin Pusing, sakit kepala, muka
merah, letargi; takikardi,
palpitasi; juga edema kaki, ruam
kulit
Waspada Efek Samping
Hematinik - Waspada Efek Samping
Deksametason Aritmia, bradikardia, henti
jantung, kardiomiopati
Waspada Efek Samping
ASSESSMENT
Assesment dari kasus tersebut adalah penderita mengalami preeklamsia
ringan dengan anemia, defisiensi Fe.
22
Problem 1 pasien dengan kehamilan 36 minggu mengalami hypertensi
karena pre-eklamsia ringan, gejalanya yang ada terlihat pada tekanan darah
melebihi 140/90 mm/Hg, TD pasien 150/90 mm/Hg dan kenaikan diastole 10
mm/Hg.
Problem II pasien mengalami anemia dan defisiensi Fe, terlihat pada hasil
pengukuran laboratorium yang menunjukkan angka Hb 10,4 dan hematokrit 31
yang dibawah dari angka normal.
Problem III nilai SGOT pasien tinggi kemungkinan adanya kerusakan otot
dan menyebabkan pembengkakan pada betis.
PLAN
Terapi Farmakologi
Monitoring
1. Monitoring tekanan darah pada range normal yaitu 120/80 mm/Hg
2. Monitoring kepatuhan minum obat pasien.
23
Nama Obat Regimen Dosis yang diberikan Keterangan
MgSO4 1 g IV tiap jam selama 24 jam Mengatasi kejang
Na-Acetyl cystein 600 mg 3x 1 sehari P.O Mengatasi sekresi lendir dan pengelolaan terhadap nilai SGOT.
Vit E 200 mg 1x1 sehari PO Nutrisi janin
Vit C 400 mg 2x 1 sehari PO Nutrisi janin
Asam folat 400mg 1x1 sehari PO Nutrisi janin dan
mengatasi anemia
Nifedipin 10 mg PO. 4x1 sehari Mengatasi hypertensi
Hematinik 1x1 sehari Mengatasi anemia
Deksametason 6 mg IV Mengatasi edema dan peradangan
3. Monitoring Ht pada range normal yaitu 37 – 43 %
4. Monitoring Hb pada range noraml yaitu 12 – 14 g/dL
5. Monitoring SGOT pada range normal 10 – 35 U/L
KIE
1. Informasikan kepada pasien maupun keluarga tentang penyakit yang
diderita.
2. Perlu diinformasikan kemungkinan terjadi komplikasi karena pengobatan
3. Pasien perlu diberikan informasi dan edukasi tentang penggunaan obat,
kepatuhan dan kemungkinan efek samping agar didapatkan hasil yang baik
24
BAB IV
KESIMPULAN
Pasien Ny. S didiagnosa menderita pre-eklamsia ringan. Pre-eklampsia
merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang
timbul karena kehamilan. Pasien Ny. S juga mengalami anemia dengan defisiensi
Fe.
Diagnosis pre-eklamsia pada Ny. S dapat ditegakkan berdasarkan
adanya dua atau tiga gejala yang ada yaitu :
Penambahan berat badan yang berlebihan → terjadi kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali ( BMI 25,5 > N: 25 )
Edema → peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka
Hipertensi (diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
Tekanan darah ≥ 140/90 mm/Hg ATAU ( TD pasien 150/90mm/Hg ).
Tekanan sistolik meningkat > 30 mm/Hg ATAU ( Sistolik meningkat 10
mm/Hg ).
Pemeriksaan tambahan yang diperlukan untuk penegakan diagnosa pasien
Ny. S adalah:
1. Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darah lengkap antara lain
penurunan hemoglobin dan hematokrit.
2. Pemeriksaan fungsi hati
Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat.
Terapi Farmakologi
25
Terapi Non Famakologi
1. Pasien supaya banyak istirahat.
2. Pasien supaya diet cukup protein dan rendah karbohidrat, lemak serat
garam.
3. Makan sayur dengan kandungan Fe tinggi.
Monitoring
1. Monitoring tekanan darah pada range normal yaitu 120/80 mm/Hg
2. Monitoring kepatuhan minum obat pasien.
3. Monitoring Ht pada range normal yaitu 37 – 43 %
4. Monitoring Hb pada range noraml yaitu 12 – 14 g/dL
5. Monitoring SGOT pada range normal 10 – 35 U/L
KIE
1. Informasikan kepada pasien maupun keluarga tentang penyakit yang
diderita.
2. Perlu diinformasikan kemungkinan terjadi komplikasi karena pengobatan
3. Pasien perlu diberikan informasi dan edukasi tentang penggunaan obat,
kepatuhan dan kemungkinan efek samping agar didapatkan hasil yang baik
26
Nama Obat Regimen Dosis yang diberikan
MgSO4 1 g IV tiap jam selama 24 jam
Na-Acetyl cystein 600 mg 3x 1 sehari P.O
Vit E 200 mg 1x1 sehari PO
Vit C 400 mg 2x 1 sehari PO
Asam folat 400mg 1x1 sehari PO
Nifedipin 10 mg PO. 4x1 sehari
Hematinik 1x1 sehari
Deksametason 6 mg IV
27