21

Click here to load reader

Makalah pai-akhlak

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah pai-akhlak

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“KONSEP AKHLAK DALAM ISLAM”

Di Bimbing oleh: Drs. Abdul Halim Rofi’i, MAg

Kelompok 2 :

Balqis Zamrudiah 105040200111028

Ika Dyah Saraswati 105040200111041

Fajar Budhi P. 105040200111042

Mardianti Utami 105040200111054

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2012

Page 2: Makalah pai-akhlak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla sebagai kholifah yang bertugas

untuk mengelola apa yang ada di dunia ini dengan cara yang baik sesuai dengan petunjuk

dalam al-quran dan hadist. Hakekat seorang manusia adalah seorang makhluk individu

sekaligus makhluk sosial yang memiliki hak dan kewajiban untuk saling berinteraksi

dengan sesama manusia.

Manusia yang diciptakan dengan penuh kesempurnaan akal dan pikiran oleh Allah

kemudian juga harus berinteraksi dengan sekitarnya dengan cara yang dibenarkan

sehingga kehidupan bersama yang damai dan penuh dengan rasa aman dapat tercapai. Hal

yang utama yang mengatur ini semua adalah Akhlak manusia. Akhlak memiliki peranan

yang sangat penting pada diri manusia. Manusia terlahir dengan sebuah fitrah yang suci,

lingkunganlah yang kemudian akan mengarahkan manusia hendak menjadi manusia yang

baik ataukah sebaliknya menjadi manusia yang berakhlak kurang baik.

Oleh karena itu, ilmu tentang akhlak dan membina manusia untuk menciptakan

akhlak yang baik dalam dirinya sangat diperlukan oleh semua manusia agar hidupnya

dalam masyarakat selalu tenang dan tentram.

1.2 Tujuan

- Untuk memahami tentang akhlak manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan

- Untuk memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan akhlak

manusia

- Untuk memahami akhlak dan hubungannya dengan segala aspek kehidupan manusia

1.3 Manfaat

- Dapat memahami tentang akhlak manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan

- Dapat memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan akhlak

manusia

- Dapat memahami akhlak dan hubungannya dengan segala aspek kehidupan manusia

Page 3: Makalah pai-akhlak

BAB II

PERMASALAHAN

2.1 Bagaiamanakah pengertian akhlak, etika dan moral?

Akhlak, etika dan moral tentunya sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari,

ketiga kata tersebut sering disebut-sebut sebagai ukuran atau standart kehidupan manusia

dalam bersikap dan berperilaku. Tetapi, meskipun begitu masih banyak diantara kita yang

kurang dapat membedakan antara ketiganya, sebab dari akhlak, etika dan moral memiliki

subyek dan objek yang sama yaitu manusia sebagai pelaku yang sekaligus contoh objek

dari sikap itu sendiri. Oleh sebab itu untuk dapat menerapkannya kitapun perlu untuk

memahami perbedaan baik secara prinsip maupun secara harfiah dari ketiganya.

2.2 Darimanakah akhlak bersumber dan bagaimanakah karakteristik akhlak?

Akhlak sebagai objek yang berorientasi pada sikap-sikap dan perilaku manusia

sebagai sebjek pelaksananya tentu memiliki asal mula atau sumber yang menyebabkan

akhlak dipandang sebagai hal yang penting dalam kehidupan manusia. Akhlak juga

memiliki karakteristik yang kemudian menjadi dasar bagi manusia untuk dapat

menjadikannya sebagai pedoman dalam bersikap dalam kehidupan bermasyarakat.

Dengan mengetahui sumber dan karakteristik akhlak maka kita akan dapat memahami

mengapa kita menjadi penting untuk menerapkan akhlak yang sesuai dan dibenarkan.

2.3 Bagaimanakah prinsip-prinsip akhlak?

Akhlak sebagai ciri khas dari manusia sebagai makhluk yang beradab merupakan

sebuah implementasi dari faktor-faktor yang dibawa oleh manusia itu sendiri. Hal ini

menandakan bahwa meskipun akhlak dianggap sebagai sebuah sikap yang harus

dilakukan oleh manusia dengan cara yang baik tetapi manusia itu sendiri memiliki

pembawaan yang kemudian melebur dalam sikap yang dapat kita lihat.

2.4 Bagaimanakah contoh penerapan atau aktualisasi akhlak dalam kehidupan?

Akhlak dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak ada yang baik dan ada

yang buruk sedangkan yang kita harapkan adalah akhlak yang baik atau mahmudah.

Akhlak yang berhubungan dengan cara kita berinteraksi dengan manusia yang lain, juga

dengan makhluk hidup yang lain dan juga Tuhan dalam kehidupan sehari-hari sangat

penting sehingga perlu adanya pendalaman tentang akhlak itu sendiri.

Page 4: Makalah pai-akhlak

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pengertian akhlak

Menurut (Sahilun A,1980), kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari

khuluqun �ٌق� ُل yang menurut bahasa berarti ُخ� budi pekerti, perangai, tingkah laku atau

tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun ٌق�� ُل ُخ�

yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq �ٌق� اِل yang  ُخ� berarti

pencipta; demikian pula dengan akhluqun ْو�ٌق�� ُل .yang berarti yang diciptakan َم�ْخ�

Kata akhlak menunjukkan sejumlah sifat tabiat fitri atau asli pada manusia dan

sejumlah sifat yang diusahakan hingga seolah-olah fitrah akhlak ini memiliki dua bentuk,

pertama bersifat batiniyah (kejiwaan) dan yang kedua bersifat zahiriah yang terwujud

dalam perilaku.Menurut para ulama dan sarjana menuturkan bahwa akhlak ditinjau dari

aliran atau ajaran yang dianggap benar. Dalam aspek sosiologis juga didefinisikan akhlak

sesuai dengan disiplin ilmu sosiologi (ilmu dalam bermasyarakat). Sedangkan menurut

aliran idealisme didefinisikan sesuai dengan aliran yang dianutnya.

Menurut aliran utilitarianisme (menekankan aspek kegunaan) dan naturalisme

(menekankan oada panggilan alam atau kejadian manusia itu sendiri atau fitahnya).

Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu perbuatan atau tindakan yang terpuji menurut

ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik (mahmudah). Tetapi

manakala ia melahirkan perbuatan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk

(madzmumah).

Pengertian sikap positif yang termasuk dalam akhlak yang terlihat melalui

perilaku dapat ditunjukkan dengan beberapa sikap, tabiat, watak atau kebiasaan misalkan

sikap pemaaf, amanah, sabar, rendah hati, dll. Sedangkan sikap negatif misalkan sikap

pemarah, pendendam, dengki, khianat, sombong dll. Hal yang menentukan apakah suatu

perbuatan itu baik atau buruk adalah norma-norma agama yang bersumber dari al-Haq

yaitu Tuhan YME.

Disebut akhlak karena:

1. Dilakukan berulang-ulang

2. Timbul dengan sendirinya dan tanpa berfikir panjang

Page 5: Makalah pai-akhlak

Moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat,

perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar, salah, baik dan

buruk. Dimasukkannya penilaian benar atau salah ke dalam moral, jelas menunjukkan

salah satu perbedaan moral dan akhlak, sebab salah benar adalah penilaian dipandang dari

sudut hukum yang ada di dalam agama islam tidak dapat dicerai pisahkan dengan akhlak,

seperti yang telah disinggung di atas.

Akhlak islami berbeda dengan moral dan etika. Perbedaannya dapat dilihat terutama

dari sumber yang menentukan mana yang baik dan mana yang buruk.

Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan

nilai dan norma agama, nilai serta norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat

bagi diri sendiri dan orang lain.

Yang buruk adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan

norma agama serta nilai dan norma masyarakat, merugikan masyarakat dan diri sendiri.

Yang menentukan baik atau buruk suatu sikap (akhlak) yang melahirkan suatu perilaku

atau perbuatan manusia di dalam agama dan ajaran islam adalah al quran yang dijelaskan

dan dikembangkan oelh Rasulullah dengan sunah beliau yang kini dapat dibaca di dalam

kitab-kitab hadist.

Yang menentukan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan etika adalah adat

istiadat dan pikiran manusia dalam masyarakat pada suatu tempat di suatu masa.

Oleh karena itu dipandang dari sumbernya akhlak islami bersifat tetap dan berlaku

untuk selama-lamanya, sedang moral dan etika berlaku selama masa tertentu di suatu

tempat tertentu.

(Tim Dosen, 2002)

3.2 Sumber dan Karakteristik Akhlak

Akhlak dalam islam sangatlah menjadi faktor pembeda atau penciri yang

menunjukkan perilaku hidup umat manusia dari umat pemeluk agama lain. Karakteristik

akhlak ini dapat diterapkan atau sesuai untuk semua kelas individu baik ditinjau dari ras,

suku, lingkungan, kehidupan sosial masyarakat dan lain sebagainya.

Page 6: Makalah pai-akhlak

Menurut Qardhawy (1997) dalam Daras (2006) karakteristik akhlak ada tujuh, yaitu:

1. Moral yang beralasan serta dapat difahami

Akhlak yang harus disandang oleh seluruh umat islam bukanlah sesuatu yang

bersifat dokmatis, tetapi sesuatu yang logis dan masuk akal. Maksudnya logis adalah

dapat diargumentasikan dan dapat diterima oleh naluri manusia dan akal sehat. Hal ini

mencakup tentang pembahasan tentang kebaikan atau kemaslahatan dan keburukan

yang dilarang olehNya.

2. Moral Universal

Dalam hal ini moral bersifat umum, berlaku untuk semua umat di dunia, tidak

terbatas atas ras, suku, kebangsaan, golongan, kesukuan atau kaum. Pada dasarnya,

moral universal ini didasarkan oleh karakter manusia, jadi setiap umat akan memiliki

landasan moral yang seharusnya sama, tidak dibeda-bedakan,

3. Kesesuaian dengan fitrah manusia

Islam memberikan pengakuan terhadap status manusia sebagai ciptaan Allah

yang diberikan fitrah, keinginan, kecenderungan dan dorongan dari dalam jiwanya

untuk berbuat. Manusia diperbolehkan untuk memiliiki apa saja yang dia sukai, dan

melakukan apa saja yang ingin dia kerjakan asalkan tidak menyimpang dari ajaran

islam. Islam datang untuk memberikan batasan-batasan demi kebaikan-kebaikan

hidup manusia di dunia. Islam tidak mengubah fitrah yang ada pada diri manusia

melainkan menyempurnakannya atau melengkapinya agar manusia dapat bertindak

secara bijaksana terhadap apa yang ada dalam dirinya agar dalam kehidupannya dapat

bersikap dengan baik sesuai dengan batasan yang dijelaskan.

4. Memperhatikan realita

Seperti yang telah dijelaskan pada poin satu bahwa moral islam adalah sesuatu

yang logis dan sesuai nurani manusia. Realita adalah hal yang mengarah pada

keadaan manusia sehari-hari yang menunjukkan keinginan manusia pada hal-hal yang

bersifat duniawi, sebab hal itu tentu tidak mungkin dapat dihilangkan dari diri

manusia sebagai makhluk sosial. Al-quran tidak mengekang manusia untuk tidak

melakukan apa yang secara alamiah dia inginkan, hanya saja Al-quran mengatur kita

agar kita bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan sesuai dengan akal sehat dan

pertimbangan kebaikan bersama. Dapat dicontohkan, kita tentu tidak bisa berbuat baik

atau menganggap seorang musuh sebagai kawan, akan tetapi al-quran memberikan

batasan agar bahwa kita tidak boleh berlaku tercela sekalipun kepada musuh kita, kita

Page 7: Makalah pai-akhlak

harus berlaku adil dengan tidak melakukan pelanggaran. Dalam konteks lain yang

lebih universal dapat dijelaskan bahwa memandang realita maksudnya adalah

memberikan kita kebebasan untuk berperilaku tetapi tetap harus berpegang pada al-

quran.

5. Moral positif

Dalam islam, selain seseorang itu harus memiliki moral yang baik dia harus

memiliki ketangguhan dalam menghadapi cekaman sosial politik yang terjadi di luar.

Sering kita jumpai bahwa manusia cenderung terbawa oleh arus yang terjadi di

lingkungannya, bisa saja seseorang yang tadinya memiliki moral yang baik tetapi

karena mengikuti trend sosial yang salah maka akan menyebabkan moralnya menjadi

tidak baik. Oleh karena itu, dalam al-quran telah dijelaskan pula bahwa sebagai

seorang mukmin kita tidak diperkenankan untuk tinggal diam melihat kemunduran

kondisi sosial dan politik yang terjadi, maka selain kita harus tetap mempertahankan

moral islam kita, kita juga diperintahkan untuk mengubah semua paradigma sosial

politik yang salah dimulai dari diri kita sendiri.

6. Komprehensifitas

Moral islam adalah sebuah batasan dan cakupan yang kompleks. Tidak benar

anggapan sebagian orang tentang islam yang menganggap bahwa islam hanyalah

tentang kegiatan keagamaan, ibadah, seremonial dan sebagainya yang mendekatkan

diri sebagai umat kepada Tuhannya. Lebih dari itu, islam mengatur pula bagaimana

kita sebagai makhluk sosial untuk berperilaku sesuai porsinya sehingga kita sebagai

umat islam akan memiliki nilai susila yang tinggi dan ajaran yangluhur. Moral islam

mengatur hubungan mansia dengan Tuhannya, serta hubungan manusia dengan

manusia.

7. Keseimbangan hidup atau Tawazun

Dapat digambarkan secara umum bahwa kita harus bersikap adil terhadap

apapun yang ada di dunia ini. Sebagai makhluk individu kita harus adil terhadap

kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan ruh dan raga kita. Jika dilihat dari konteks

manusia sebagai makhluk hidup dengan Tuhannya maka dapat digambarkan bahwa

manusia sebagai kholifah di dunia ini, maka kita harus dapat memanfaatkan apa yang

ada di dunia ini seoptimal mungkin untuk kesejahteraan kita selama ada di dunia,

namun demikian kita juga harus ingat bahwa pemenuhan bekal kita di akhirat sebagai

makhluk Tuhan yang pasti akan kembali juga harus dipenuhi.

(Tim Dosen, 2002)

Page 8: Makalah pai-akhlak

3.3 Prinsip - Prinsip Akhlak

Prinsip-prinsip Akhlak digambarkan dengan faktor-faktor awal yang membentuk

akhlak manusia. Dapat dijelaskan bahwa faktor pembentuk akhlak ada dua yaitu faktro

intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri

manusia itu sendiri sebagai sifat bawaan sejak lahir, sedangkan faktor ekstrinsik adalah

faktor yang berasal dari pengaruh lingkungan terhadap perkembangan kejiwaan manusia.

Ada enam prinsip akhlak yang dijelaskan dalam Daras (2006) yaitu sebagai berikut ini:

1. Intrik atau naluri

Intrik atau naluri adalah sifat dasar manusia yang dibawanya sejak lahir. Naluri

secara umum dijelaskan sebagai suatu sifat yang dilakukan dengan tanpa harus

berlatih tetapi muncul dengan sendirinya dari dalam diri manusia yang bersangkutan

untuk mencapai tujuan tetentu. Naluri berasal dari dalam jiwa manusia sebagai faktor

psikologi. Contoh naluri manusia adalah:

a. Naluri untuk makan (nutrive instinct). Naluri ini dibawa sejak lahir oleh manusia

untuk dapat bertahan hidup dengan memenuhi kebutuhan nutrisinya untuk tumbuh

dan berkembang,

b. Naluri berjodoh (sexual instinct). Naluri ini dijelaskan sebagai kebutuhan biologis

manusia (laki-laki dan perempuan),

c. Naluri keibu-bapakan (Paternal instinct). Sikap kecintaan terhadap anak-anak

sebagai seorang ayah atau ibu,

d. Naluri berjuang (combative instinct). Sikap manusia untuk menjawab tantangan,

menghindari gangguan, dan mempertahankan diri dari serangan,

e. Naluri ber-Tuhan. Tabiat manusia untuk dapat merasakan rindu dan menunjukkan

kecintaannya kepada Allah sebagai makhluk Tuhan. Hal ini dapat ditunjukkan

dengan beragama.

Naluri dapat membawa manusia kepada jalan yang benar tetapi terkadang juga

kepada jalan yang salah tergantung kepada individu yang memiliki naluri tersebut

untuk dapat memanagenya.Sehingga islam hadir untuk membantu manusia dalam

mengendalikan nalurinya agar tidak aniaya terhadap diri sendiri tetapi dapat

tersalurkan sesuai dengan tuntunan dari Ilahi.

Page 9: Makalah pai-akhlak

2. Keturunan

Salah satu yang menjadi dasar dalam penurunan moral dan etika adalah berasal

dari nenek moyang. Dalam Daras (2006) diilustrasikan bahwa manusia itu ibarat satu

pohon, dari batang ke cabang, kemudian dari cabang ke ranting akan menunjukkan

kesamaan atau paling tidak kemiripan. Begitu pula dalam diri manusia, moral

manusia adalah sebagian dari apa yang diwariskan oleh nenek moyang. Selain fisik

yang sama, kemungkinan akan memiliki sikap, perasaan, dan etika dalam hidup yang

sama. Sikap umum hingga khusus yang dapat diwariskan adalah sebagai berikut ini:

a. Manusia menurunkan selain sifat fisik juga mental yang berupa pembawaan

mental, moral, etika dan perasaan yang diwariskan kepada generasi selanjutnya,

hal ini adalah sebuah keistimewaan bagi manusia.

b. Selain sifat manusia yang diwariskan secara general, terdapat juga pengaruh dari

kebangsaan, suku atau ras. Umumnya setiap negara, suku dsb akan mewariskan

sifat-sifat khusus yang berasal dari hasil kebudayaan nilai norma yang terbentuk

di masyarakatnya. Hal ini termasuk ke dalam aspek Antropoligi dan Etnologi.

c. Sifat yang paling inti adalah sifat yang diturunkan oleh keluarga yang dipimpin

oleh kedua orang tua sebagai indukkan. Sifat fisik akan sangat nyata kemiripannya

atau kesamaannya, begitu juga dengan pewarisan tentang sikap, nilai dan norma

yang tertanam di dalam jiwa manusia yang menghadirkan bentuk moral padanya.

3. ‘Azam

‘Azam adalah sebuah kemauan atau keinginan yang keras yang hadir dalam

pemikiran dan hati manusia untuk dpat melaksanakan suatu hal tertentu. ‘Azam ini

akan membawa manusia dalam kekerasan hati untuk berlaku yang baik atau yang

buruk. Telah dicontohkan pada diri Rasulullah SAW, tentang sikap keras pada

pendirian dan kemauan yang besar untuk bertahan dalam menghadapai sesuatu demi

kebaikan, hal inilah yang seharusnya kita contoh. Ada dua contoh kehendak yaitu:

a. Kelemahan kehendak, yaitu sikap kurang adanya kemauan untuk berjuang, untuk

bertahan atau dengan kata lain dapat digambarkan sebagai sikap mudah menyerah.

Kurangnya kemauan menyebabkan manusia malas untuk berusaha.

b. Kehendak yang kuat tetapi kearah yang salah, hal ini dapat ditunjukkan dengan

pola hidup yang merusak dan dzalim.

4. Dlamir atau suara Batin

Suara batin adalah sebuah panggilan atau perasaan senang atau tidak senang

terhadap suatu perbuatan yang telah dia lakukan sediri. Sederhananya, apabila kita

Page 10: Makalah pai-akhlak

melakukan kesalahan yang melanggar dari batasan yang telah ditetapkan maka akan

timbul rasa sesal atau rasa bersalah karena perbuatan yang telah kita lakukan. Peran

hati dalam hal ini adalah untuk mencegah kita melakukan keburukan dan berubah

untuk melakukan kebaikan. Panggilan hati lebih utamanya adalah panggilan untuk

berbuat kebaikan yang merupakan kewajiban umat manusia.

5. Kebiasaan

Perilaku yang dilakukan berulang-ulang sehingga menyebabkan syaraf otak

kita menjadi terpengaruh dan menjadikannya perbuatan rutinan yang kita lakukan.

Secara lebih rinci, setiap kali kita melakukan perbuatan maka hal itu akan membekas

di dalam otak kita, maka apabila kita diminta untuk mengulanginya maka akan lebih

mudah bagi kita. Setiap kali perbuatan itu dilakukan akan semakin memberikan bekas

dan melatih otak untuk mengingat dan melakukan perbuatan itu.

Untuk merubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik maka hal yang dapat kita

lakukan adalah sebagai berikut,

o Niat yang sungguh-sungguh

o Kesadaran akan pentingnya perubahan tersebut

o Selalu istiqomah dan setia terhadap usaha yang dilakukan

o Mengisi waktu kosong dengan berlaku yang baik agar kebiasaan dapat

bergeser

o Mencari kesempatan untuk melaksanakan niat tersebut

o Berusaha menolak apabila kebiasaan buruk itu akan muncul lagi

6. Lingkungan

Lingkungan dalam hal ini menunjukkan adanya perbedaan akhlak manusia

berdasarkan lingkungannya, baik secara geografis maupun sosial. Secara sosial maka

manusia sebagai makhluk sosial pasti melakukan interaksi dengan masyarakat, hal ini

menimbulkan hadirnya pemahaman mengenai sikap-sikap yang kemudian tertanam di

dalam dirinya sehingga terbentuk menjadi akhlak.

(Tim Dosen,2002)

3.4 Contoh Penerapan atau Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan

Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat mengimplementasikan iman

yang dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran Islam dalam setiap tingkah laku

sehari-hari. Dan akhlak seharusnya diaktualisasikan dalam kehidupan seorang Muslim

Page 11: Makalah pai-akhlak

agar dalam kehidupan sehari-hari mendapatkan ridho dan petunjuk dari Allah, sehingga

dalam menjalani hari-hari tidak terdapat kendala yang berarti. Penerapan akhlak yang

baik dalam keseharian yaitu seperti:

a. Akhlak terhadap Allah

Mentauhidkan Allah (QS. Al Ihlas: 1-4)

Tidak berbuat musyrik pada Allah (QS. Luqman: 13)

Bertakwa pada Allah (QS. An Nisa’:1)

b. Akhlak terhadap Rasulullah

Mengikuti atau menjalankan sunnahnya (QS. Ali Imran: 30)

Meneladani akhlaknya (QS. Al Ahzab: 21)

Bershalawat kepadanya (QS. Al Ahzab: 56)

c. Akhlak terhadap diri sendiri

Sikap sabar (QS. Al Baqarah: 153)

Sikap syukur (QS. Ibrahim: 7)

Sikap amanah atau jujur (QS. Al Ahzab: 72)

Sikap Tawadlu’ (rendah hati) (QS. Luqman: 18)

Cepat bertobat jika berbuat khilaf (QS. Ali Imron: 135)

d. Akhlak pada Keluarga

Birul waliadin (berbakti pada ketua orang tua) (QS. An Nisa’:36)

Membina dan mendidik keluarga (QS. At-Tahrim: 6)

Memelihara keturunan (QS. An Nahl: 58-59)

Page 12: Makalah pai-akhlak

e. Akhlak terhadap sesama Manusia

Merajut ukhuwah atau persaudaraan (QS. Al Hujurat: 10)

Ta’awun atau saling tolong menolong (QS. Al Maidah: 2)

Suka memaafkan kesalahan orang lain (QS. Ali Imran: 134 & 159)

Menepati janji (QS At Taubah: 111)

f. Akhlak terhadap sesama makhluk

Tafakur (memperhatikan dan merenungkan ciptaan alam semesta) (QS. Ali

Imran: 190)

Memanfaatkan alam (QS. Yunus: 101)

(Wahyuddin, 2009)

Page 13: Makalah pai-akhlak

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimnpulan

Akhlak dapat menentukan perilaku suatu umat yang terwujud dalam moral dan etika

dalam kehidupan. Sehingga dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk,

sehingga manusia dapat menentukan pilihan yang terbaik dalam hidupnya. Dalam islam

akhlak bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menjadi pedoman hidup kaum. Maka

dari itu umat islam selama masih berpegangan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam proses

kehidupannya, maka dijamin bahwa kualiatas hidup suatu umat akan baik, terhindar dari hal-

hal menyesatkan yang dapat membawa pada kehancuran baik di dunia dan di akhirat. Karena

semua tatanan kehidupan terdapat dalam sumber tersebut.

Dengan kata lain, akhlak adalah suatu sistem yang mengatur perbuatan manusia baik

secara individu, kumpulan dan masyarakat dalam interaksi hidup antara manusia dengan baik

secara individu, kumpulan dan masyarakat dalam interaksi hidup antara manusia dengan

Allah, manusia sesama manusia, manusia dengan hewan, dengan malaikat, dengan jin dan

juga dengan alam sekitar. Maka dari itu pentingnya suatu kaum memiliki akhlak yang

bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Page 14: Makalah pai-akhlak

DAFTAR PUSTAKA

Sahilun A. 1980. Nasir, Etika dan Problematikanya Dewasa ini. PT. Al-Ma’arif: Bandung

Tim Dosen Agama Islam. 2002. Pendidikan Agama Islam. UB: Malang

Wahyuddin, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam. Grasindo: Jakarta