Makalah Pancasila Klp.iii

  • Upload
    sam-day

  • View
    122

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

menciptakan karakter bangsa

Citation preview

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nyalah, sehinnga kami dari kelompok tiga sebagai penyusun makalah Panasila yang berjudul Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan sebagai Indentitas dan Karakter Bangsa dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam ilmu kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara (philosofische Gronslag). Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara Republik Indonesia serta sebagai Pendididikan. Konsekuensinya seluruh peraturan perundang-undangan serta penjabarnya senantiasa berdasarkan nilai nilai yang terkandung dalam sila sila Pancasila.Dalan konteks inilah maka Pendidikan Pancasila murupakan suatu asas kerohanian negara, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma dan kaidah baik moral maupun hukum dalam negara Republik Indonesia. Kedudukan Pancasila yang demikian ini justru mewujudkan fungsinya yang pokok sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang manifestasinya dajibarkan dalam suatu peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu pancasila merupakan sumber hukum dasar negara baik yang tertulis yaitu Undang-Undang Dasar negara maupun hukum dasar tidak atau convensi.Menyusun makalah dalam diskusi merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk memenuhi kebutuhan diskusi dalam bertukar pikiran dalam mata kuliah tersebut, dimana isi makalah ini terdapat dari berbagai sumber. Dalam makalah ini, dapat kami selesaikan berkat kerja sama yang baik dan kompak dari kelompok kami untuk menyelesaikan makalah ini. Tetapi, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan atau masih membutuhkan suatu perbaikan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak baik dosen maupun teman-teman yang bersifat membangun agar dapat lebih disempurnakan lagi untuk kedepannya. Terima kasih. Samata, 21 Mei 2014, Penyusun

Kelompok III

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar BelakangUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menegaskan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peadaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencersdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap. Kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang dikaruniai kemampuan berfikir, berbahasa, berakal dan lain-lain akan selalu berusaha mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya. Untuk itu manusia harus hidup berkelompok (homosocius) dan melengkapi dirinya dengan alat sebagai alat pendorong serta menghuni wilayah tertentu dan menguasai segala isinya.Untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa demi negara diperlukan suatu konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara serasi dalam semua aspek kehidupan Nasional secara utuh menyeluruh berdasarkan pada filsafat bangsa dan wawasan Nasionalnya.Keberhasilan Pembangunan Nasional akan meningkatkan Ketahanan Nasional dan sebaliknya Ketahanan Nasional yang tangguh akan mendorong Pembangunan Nasional dalam segala aspek kehidupan Nasional guna mencapai tujuan Nasional. Banyaknya pergeseran tren kehidupan pelajar Indonesia saat ini menjadi sebuah masalah yang sangat penting bagi pendidikan di Indonesia. Banyaknya kasus kenakalan remaja yang mulai mengkhawatirkan para orang tua menjadi sebuah tanggung jawab utama untuk seluruh bagian dari pihak-pihak dalam sebuah lembaga pendidikan sekolah.Bahkan Kaelan (2011) menambahkan bahwa kini, kita dihadapkan pada semakin lunturnya nasionalisme bangsa, lemahnya penegakan hukum, korupsi yang semakin merebak dengan wajah baru, kolusi dan nepotisme dengan wajah demokrasi, primordialisme, etika politik kalangan elit kita terutama para penyelenggara negara dewasa ini sangat mengecewakan rakyat. Untuk menyebut beberapa contoh, di tengah-tengah bebagai kesulitan hidup rakyat saat ini justru para wakil rakyat kita, bersemangat untuk membangun gedung DPR yang nilainya cukup fantastis, sebelumnya juga telah direalisasikan perbaikan kompleks perumahan DPR yang menelan ratusan milliar rupiah, mobil baru untuk para menteri negara, wacana gaji Presiden dan pejabat negara, dan sebagainya. Dalam media televisi, kita menyaksikan seorang anggota wakil rakyat yang diproses dalam peradilan karena korupsi, masih tersenyum dan melambaikan tangan kepada pemirsa, sehingga terkesan seakan-akan pelanggaran itu biasa-biasa saja. Mimbar terhormat wakil-wakil rakyat kita, baik dalam rapat Pansus, paripurna maupun rapat komisi diwarnai oleh luapan ekspresi kekerasan, debat kusir, berteriak seperti di arena layar tancap, bahkan saling memaki di forum yang sangat terhormat, seolah-olah merupakan hal yang biasa. Plesir ke luar negeri dengan dalih study banding yang menelan banyak biaya, bahkan perilaku seakan-akan tidak memiliki tanggung jawab juga ditampilkan oleh oknum wakil rakyat kita dengan membuka situs porno tatkala rapat paripurna DPR.Namun mari sejenak kita lihat bersama apa yang selama ini sudah terjadi pada bangsa kita seabagai akibat dari kesalahan dalam mengartikan demokrasi? Konflik serasa tidak pernah surut, pada kalangan mahasiswa/pelajar sering terjadi tawuran antar mahasiswa, tawuran antar pelajar (siswa), konflik antar lembaga. Lihatlah sikap dan perilaku kehalusan budi pekerti, sopan santun, toleransi, kerukunan, rasa malu, solidaritas sosial, gotong royong, semua sikap dan perilaku ini sudah jarang terlihat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sungguh ini menjadi persoalan yang sangat memprihatinkan. Tentunya bangsa ini tidak ingin nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila yang sejatinya merupakan karakter bangsa hilang begitu saja dari memori kolektif bangsa ini, karena Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip, dibahas, apalagi diterapkan baik dalam konteks kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan.Bagi bangsa Indonesia dimensi dinamis identitas nasional Indonesia belum menunjukkan perkembangan ke arah sifat kreatif serta dinamis. Setelah bangsa Indonesia mengalami kemerdekaan 17 Agustus 1945, berbagai perkembangan ke arah kehidupan kebangsaan dan kenegaraan mengalami kemerosotan dari segi identitas nasional. Pada masa mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dihadapkan pada kemelut kenegaraan, sehingga tidak membawa kemajuan bangsa dan Negara. Kajian menyeluruh tentang identitas nasional akan dibahas di dalam makalah ini pada bab pembahasan.

B. Rumusan Masalah1. Apa pengertian pendidikan pancasila dan kewarganegaraan2. Apa sejarah dan pengertian pendidikan karakter3. Apa yang dimaksud dengan karakter bangsa dan identitas nasional4. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai identitas dan karakter bangsa?5. Apa Kasus yang tidak sesuai dengan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan sebagai identitas dan karakter bangsa.?

C.TujuanMampu memahami pengertian pendidikan pancasila dan kewarganegaraan sebagai identitas dan karakter bangsa

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Pancasila dan KewarganegaraanPendidikan Pancasila dan Kewaganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan jati diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang sesuai dengan yang diamanatkan Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas 2004). Secara akademik Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah progam pendidikan yang berfungsi untuk membina kesadaran warga negara dalam melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan jiwa dan nilai konstitusi yang berlaku (UUD 1945). Dalam penjelasan Pasal 37 (2) UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, ditegaskan bahwa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, Sebagai progam pendidikan.Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa progam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menekankan pada kompetensi (kemampuan) peserta didik (subjek belajar) untuk memiliki wawasan kebangsaan dan cinta tanah air. Kompetensi ini merupakan panggilan konstitusi dan ketentuan UUyang harus direalisasikan dalam praktik dan kinerja pendidikan dan pengajaran tidak saja bagi Mahasiswa Perguruan Tinggi, namun juga bagi siswa di sekolah menengah atas (SMA), siswa di sekolah menengah pertama (SMP), dan siswa di sekolah dasar (SD). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan mengemban misi dalam mempersiapkan generasi bangsa yang bermoral, bertanggung jawab, tangguh dalam mengatasi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang berpengaruh pada eksistensi dirinya. Kompetensi yang demikian mesti di imbangi dengan kemampuan berfikir ke arah pemahaman dan pengamalan jiwa pada nilai-nilai pancasila (yang dipersiapkan melalui mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) dan pengamalan nilai-nilai ajaran agama (melalui Pendidikan Agama) yang diyakini oleh masing-masing Individu. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan termasuk pendidikan untuk menjadi(educational for becoming), yang menekankan garapannya pada upaya pembentukan manusia; yakni mahasiswa yang memiliki kesadaran dalam melaksanakan hak dan kewajibannya terutama kesadaran akan wawasan nasional dan pertahanan keamanan nasional. Secara demikian, progam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam pelaksanaannya mengharuskan adanya perhatian yang seksama bagi pembinanya (Dosen Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan), dengan pemikiran yang cermat diharapkan proses pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan mampu mencapai misi yang telah ditetapkan. Secara progamatik, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di tujukan pada garapan akhir yaitu pembentukan warga negara yang baik dan bermoral yang sesuai dengan jiwa serta nilai-nilai pancasila dan UUD 1945. Rasionalnya, bahwa Pancasila dan UUD 1945 ditetapkan sebagai norma dan parametrik kehidupan nasional Indonesia dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ditinjau dari cara kerjanya yang bergerak dalam lingkungan pendidikan, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk kualitas kepribadian warga negara yang baik, bermoral, dan cinta tanah air.

B. Pengertian Identitas NasionalKata identitas berasal dari kataidentityberarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain.Sedangkan Nasional menunjuk pada sifat khas kelompok yang memiliki ciri-ciri kesamaan, baik fisik seperti, budaya, agama, bahasa, maupun non-fisik seperti, keinginan, cita-cita, dan tujuan.Jadi, Identitas nasional adalah identitas suatu kelompok masyarakat yang memiliki ciri dan melahirkan tindakan secara kolektif yang diberi sebutan nasional.Menurut Koenta Wibisono (2005) pengertian Identitas Nasional pada hakikatnya adalah manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa (nasion) dengan ciri-ciri khas, dan dengan yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya.Identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktuall yang berkembang dalam masyarakat.Indentitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasikan nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu nation (budaya) dengan ciri-ciri khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hidup dan kehidupannya.Globalisasi diartikan sebagai suatu era atau zaman yang di tandai dengan perubahan tahanan kehidupan dunia akhirat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi sehingga interaksi manusia menjadi empit, dunia tanpa ruang.Paham nasionalisme atau paham kebangsaan adalah sebuah situasi kejiwaan dimana kesetiaan seseorang secara total diabdikan langsungkepada negara bangsa atas nama sebuah bangsa.munculnya nasioanlisme terbukti sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama merebut kemerdekaan dari cengkeraman kolonial.Integrasi nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. Integrasi nasional tidak lepas dari pengertian integrasi sosial yang mempunyai arti perpaduan dari kelompok-kelompok masyarakat yang asalnya berbeda menjadi suatu kelompok besar dengan cara meienyapkan perbedaan dan jati diri masimg-masing. Dalam arti ini, integrasi sosial sama artinya dengan asimilasi atau pembaharuan. Revitalisasi Pancasila adalah pemberdayaan kembali kedudukan, fungsi dan peranan pacasila ebagai dasar nagara, pandangan hidup, ideologi dan sumber nilai-nilai bangsa indonesia (koento W,2005) Negara nasional akan dikuasai oleh Negara transnasional, yang lazimnya didasari oleh Negara-negara dengan prinsip kapitalisme (Rosenau). Konsekuensinya Negara-negara kebangsaan lambat laun akan semakin terdesak. Namun demikian dalam menghadapi proses perubahan tersebut sangat tergantung kepada kemampuan bangsa itu sendiri. Menurut Toyenbee, ciri khas suatu bangsa yang merupakanlocal geniusdalam menghadapi pengaruh budaya asing akan menghadapichallancedan response. Jikalauchallancecukup besar, sementararesponsekecil, maka bangsa tersebut akan punah dan hal ini sebagaimana terjadi pada bangsa Aborigin di Australiadan bangsa Indian di Amerika. Namun demikian, jikalauchallancekecil, sementararesponsebesar, maka bangsa tersebut tidak akan berkembang menjadi bangsa yang kreatif. Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi, maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreativitas budaya globalisasi. Sebagaimana terjadi di berbagai Negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan penuh tantangan yang cenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali kesadaran nasional.Istilah Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan pengertian yang demikian ini, maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Demikian pula, hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat pengertian Identitas Nasional sebagaimana dijelaskan di atas, maka identitas nasional suatu bangsa atau lebih populer disebut sebagai kepribadian suatu bangsa.Pengertian kepribadian sebagai suatu identitas, sebenarnya pertama kali muncul dari para pakar psikologi. Manusia sebagai individu sulit dipahami manakala ia terlepas dari manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya senantiasa memiliki suatu sifat kebiasaan, tingkah laku sertakarakter yang khas yang membedakan manusia tersebut dengan manusia lainnya. Namun demikian, pada umumnya pengertian atau istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitas dari faktor-faktor biologis,psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu. Tingkah laku tersebut terdiri atas kebiasaan, sikap, sifat-sifat serta karakter yang berada pada seseorang sehingga seseorang tersebut berbeda dengan orang yang lainnya. Oleh karena itu, kepribadian adalah tercermin pada keseluruhan tingkah laku seseorang dalam hubungan dengan manusia lain. Parameter Identitas NasionalDalam kehidupan di dunia , hampir segala sesuatu memiliki parameter, begitu pula dengan identitas nasional. Parameter adalah sesuatu yang digunakan sebagai standar sesuatu atausuatu ukuran atau patokan yang dapat digunakan untuk menyatakan sesuatu itu menjadi khas.Jadi,Parameter identitas nasional berarti suatu ukuran yang digunakan untuk menyatakan bahwa identitas nasional itu menjadi ciri khas suatu bangsa.Adapun indikator dari identitas nasional itu sendiri adalah sebagai berikut:1.Pola perilaku yang nampak dalam kegiatan masyarakat:adat-istiadat, tata kelakuan, kebiasaan.2.Lambang-lambang yang menjadi ciri bangsa dan negara: bendera, bahasa, lagu kebangsaan.3.Alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan:bangunan, peralatan manusia, dan teknologi.4.Tujuan yang dicapai suatu bangsa:budaya unggul, prestasi di bidang tertentu. Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional IndonesiaUnsur adalah bagian terkecil dari sesuatu. Bagian terkecil inilah yang kemudian bersatu untuk membentuk sesuatu. Begitu pula dengan Indonesia, dimana Indonesia memiliki berbagai materi maupun inmateri yang kemudian terbentuk menjadi suatu identitas. Identitas inilah yang nantinya akan membuat Indonesia memiliki ciri tersendiri yang tidak dimiliki semua territorial atau negara.

Adapun unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia adalah sebagai berikut:1.Sejarah2.Kebudayaan:3.Budaya Unggul4.Suku Bangsa: keragaman/majemuk5.Agama: multiagama6.BahasaSistem perlambangan yang secara arbitrer dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia, dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia. Bahasa nasional merupakan salah satu wujud rill persatuan dari berbagai suku yang ada di suatu negara.Adapun jenis identitas nasional Indonesia adalah sebagai berikut:1.Indonesia bersifat pluralistik baik menyangkutsosiokultural atau reliogiositas.2.Identitas fundamental/ ideal : Pancasila3.Identitas instrumental : alat untuk menciptakanIndonesia yang dicita-citakan, berupaUUD 1945,lambang negara, bahasa Indonesia, dan lagukebangsaan.4.Identitas religiusitas : Indonesia pluralistik dalamagama dan kepercayaan.5.Identitas sosiokultural : Indonesia pluralistikdalam suku dan budaya6.Identitas alamiah : Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.C. Pengertian karakter bangsaKarakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsipBhinneka Tunggal Ika,dankomitmen terhadap NKRI.Dalam konteks suatu bangsa, karakter dimaknai sebagai nilai-nilai keutamaan yang melekat pada setiap individu warga negara dan kemudian mengejawantah sebagai personalitas dan identitas kolektif bangsa (PP Muhammadiyah, 2009). Karakter berfungsi sebagai kekuatan mental dan etik yang mendorong suatu bangsa merealisasikan cita-cita kebangsaannya dan menampilkan keunggulan-keunggulan komparatif, kompetitif, dan dinamis di antara bangsa-bangsa lain. Karena itu, dalam pemaknaan demikian, manusia Indonesia yang berkarakter kuat adalah manusia yang memiliki sifat-sifat: religius, moderat, cerdas, dan mandiri. Sifatreligiusdicirikan oleh sikap hidup dan kepribadian taat beribadah, jujur, terpercaya, dermawan, saling tolong menolong, dan toleran. Sifatmoderatdicirikan oleh sikap hidup yang tidak radikal dan tercermin dalam kepribadian yang tengahan antara individu dan sosial, berorientasi materi dan ruhani, serta mampu hidup dan kerjasama dalam kemajemukan. Sifatcerdasdicirikan oleh sikap hidup dan kepribadian yang rasional, cinta ilmu, terbuka, dan berpikiran maju. Dan sikapmandiridicirikan oleh sikap hidup dan kepribadian merdeka, disiplin tinggi, hemat, menghargai waktu, ulet, wirausaha, kerja keras, dan memiliki cinta kebangsaan yang tinggi tanpa kehilangan orientasi nilai-nilai kemanusiaan universal dan hubungan antar peradaban bangsa-bangsa.Untuk membangun karakter bangsa Indonesia yang kuat menurut Kaelan (2011) seyogyanya didasarkan pada dasar filosofis bangsa. Bangsa Indonesia telah menentukan jalan kehidupan berbangsa dan bernegara pada suatukhitohkenegaraan,filosofischegrondslagatau dasar filsafat negara, yaitu Pancasila. Karena itu, etika politik kenegaraan sebagai prasyarat membentuk karakter bangsa pelu disandarkan pada nilai-nilai dasar Pancasila. Sebab sebagai dasar negara,filosofischegrondslag, Pancasila bukan merupakan suatu preferensi, melainkan sudah merupakan suatu realitas objektif bangsa dan negara Indonesia, yang memilikidasar legitimasi yuridis, filosofis, politis, historis dan kultural.Banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter di kalangan generasi muda, yaitu:a)Pendidikan agama sebagai salah satu media/sarana pendidikan karakter di kalangan generasi muda. Pendidikan agama yang diberikan kepada generasi muda saat ini, haruslah dipahami dimaknai secara mendalam, danmenyemaikan kebaikan tersebut di hati dan mewujudkannya dalam tindakan. Dengan makna yang demikian akan dapat dijadikan landasan pembangunan kecerdasan emosi dan spiritual dimana suara hati adalah menjadi landasannya.b)Pendidikan keluarga sebagai salah satu media/sarana pendidikan karakter di kalangan generasi muda.Untuk pembentukan karakter salah satunya adalah faktor keluargadan pendidikan. Keluarga (pendidikan) adalah sebuah unit yang membangun bangsa dan untuk itulah negara dibangun. Keluarga adalah tempat dimana karakter anakdibentuk dimana pendidikan dimulai dan dipupuk, dimana norma pengambilan keputusanoleh si anak diciptakan. Seperti refleksi dalam majalah Nirmala mengungkapkan bahwa: jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya, dan jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan. Strategi pembinaan karakter bangsa1.Strategi Pembinaan Karakter Bangsa Melalui SosialisasiSosialisasi dimaknai sebagai usaha sadar dan terencana untuk membangkitkan kesadaran dan sikap positif terhadap pembangunan karakter bangsaguna mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Agar sosialisasi dapat berlangsung efektif dan efisien, maka pemilihan media dan target sasaran menjadi sangat penting.Disadari atau tidak perkembangan teknologi informasi dengan media sebagai piranti utama, berimplikasi pada tatanan kehidupan umat manusia dalam berbagai dimensinya, baik dalam dimensi politik, ekonomi, sosial budaya, maupun agama. Kondisi ini patut diwaspadai sehingga masyarakat tidak terjebak pada kemajuan teknologi informasi semata tanpa berupaya. Dengan demikian, unsur media (cetak, elektronik, tradisional) harus diposisikan sebagai mitra strategis dalam upaya pembinaankarakter bangsa utamanya dalam hal sosialisasi.Di samping unsur media, hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah penentuan kelompok-kelompok sasaran sehingga dampak sosialisasi segera merambah pada setiap anak bangsa, terutama generasi muda. Pada dasarnya kelompok sasaran adalah seluruh warga negara Indonesia, yang lebih difokuskan pada generasi muda. Adapun sasaran adalah pemerintah, dunia usaha dan industri, satuan pendidikan, organisasi sosial kemasyarakatan/profesi, organisasi sosial politik, dan media massa.2. Strategi Pembinaan Karakter Bangsa Melalui PendidikanPendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/atau kelompokyang unik-baik sebagai warga negara. Hal itu diharapkan mampu memberikan kontribusi optimal dalam mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Strategi pembinaan karakter bangsa melalui program pendidikan memerlukan dukungan penuh dari pemerintah yang dalam hal ini berada di jajaran Kementerian Pendidikan Nasional. Oleh karena itu,fasilitasiyang perlu didukung berupa hal-hal sebagai berikut:a.Pengembangan kerangka dasar dan perangkat kurikulum, inovasi pembelajaran dan pembudayaan karakter; standardisasi perangkat dan proses penilaian, kerangka dan standardisasi media pembelajaran yang dilakukan secara sinergis oleh pusat-pusat di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional.b.Pengembangan satuan pendidikan yang memiliki budaya kondusif bagi pembangunan karakter dalam berbagai modus dan konteks pendidikan usiadini,pendidikan dasar dan menengah, serta pendidikan tinggi dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.c.Pengembangan kelembagaan dan program pendidikan nonformal dan informal dalam rangka pendidikan karakter melalui berbagai modus dan konteks dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal.d.Pengembangan dan penyegaran kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, baik di jenjang pendidikan usia dini, dasar, menengah maupun pendidikan tinggi yang relevan dengan pendidikan karakter dalam berbagai modus dan konteks dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait.e.Pengembangan karakter peserta didik di perguruan tinggi melalui penguatan standar isi dan proses, penelitian dan pengembangan pendidikan karakter, pembinaan lembaga pendidikan tenaga kependidikan, pengembangan dan penguatan jaringan informasi professional. Pembinaan karakter dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait.3.Strategi Pembinaan Karakter Bangsa melalui PemberdayaanPemberdayaan merupakan salah satu strategi pembinaan karakter bangsa yang diarahkan untuk memampukan para pemangku kepentingan dalam rangka menumbuhkembangkan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan karakter. Lingkungan keluarga merupakan wahana pendidikan karakter yang pertama dan utama. Oleh karena itu orang tua perlu ditingkatkan kemampuannya sehingga memiliki kemampuan untuk melakukan pembinaan dan pengembangan karakter. Pemberdayaan dilingkup keluarga dilakukan melalui:(1) penetapan regulasi yang mendorong orang tua dapat berinteraksi dengan sekolah, dan lembaga pendidikan yang terkait pembangunan karakter(2) pemberian pelatihan dan penyuluhan tentang pendidikan karakter (3) pemberian penghargaan kepada para tokoh-tokoh atau orang tua yang telah menunjukkan komitmennya dalam membangun karakter di lingkungan keluarga(4) peningkatan komunikasi pihak sekolah dan lembaga pendidikan terkait dengan orang tua.4.StrategiPembinaan Karakter Bangsa melaluiPembudayaanStrategi pembinaankarakter bangsa melalui pembudayaan dilakukan melalui keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dunia usaha, partai politik, dan media massa. Strategi pembudayaan menyangkut pelestarian, pembiasaan, dan pemantapan nilai-nilai baik guna meningkatkan martabat sebuah bangsa. Strategi tersebut dapat berwujud pemodelan, penghargaan, pengidolaan, fasilitasi, serta hadiah dan hukuman.Pemerintah harus menjadi teladan bagi pembudayaan karakter bangsa karena pemerintah harus dapat menjadi contoh warganya. Pemerintahan yang baik mencerminkan masyarakat yang baik. Masyarakat yang berkarakter mencerminkan warga negara yang berkarakter.Pemerintah dengan demikian harus selalu di garda depan dalam pembudayaan karakter dengan segala manifestasinya.Selain keteladan, pembudayaan dalam lingkup pemerintah dapat dilakukan denganpembiasaan nilai-nilai di lingkunganpemerintah, peningkatan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,sertapenegakan aturan.6. Strategi Pembinaan Karakter Bangsa Melalui KerjasamaPada dasarnya, kunci akhir sebuah strategi ada pada kerjasama dan koordinasi. Berbagai kerjasama dan kordinasi dapat dilakukan antarwarga negara, antarkelompok, antarlembaga, antardaerah, dan bahkan antarnegara.Ada beberapa cara yang dapat menjadikan kerjasama dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang telah disepakati.Hal itu dapat dimulai dengan saling terbuka, saling mengerti, dan saling menghargai.Setelah kerjasama dapat dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah koordinasi dan evaluasi. Bentuk koordinasi yang dapat dilakukan antara lain:1.koordinasi perencanaan kegiatan pendidikan karakter secara dinamis dari jenjang pendidikan usia dini, dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi sesuai konteks kebutuhan dan perubahan zaman;2.koordinasi kegiatan satuan pendidikan dengan lembaga pendidikan di alam terbuka, antara lain gerakan Pramuka, dalam hal penerapan silabi pendidikan karakter;3.koordinasi secara teknikal dengan lembaga yang mengembangkan kompetensi teknologi informasi dan komunikasi, multimedia dalam pembuatan materi interaktif pendidikan karakter;4.koordinasi dengan lembaga yang mengembangkan kompetensi bidang psikologi dan komunikasi dalam perencanaan model proses pembelajaran pendidikan karakter sesuai penciri warga negara agar mampu mengadaptasikan dirinya dalam pluralitas karakter di lingkungan global.D. Pancasila sebagai identitas dan karakter bangsaBangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memilki sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Tatkala bangsa Indonesia berkembang menujufase nasionalisme modern, diletakanlahprinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam filsafat hidup berbangsa dan bernagara. Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa yang diangkat dari filsafat hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat Negara yaitu Pancasila. Jadi, filsafat suatu bangsa dan Negara berakar pada pandangan hidup yang bersumber pada kepribadiannya sendiri. Dapat pula dikatakan pula bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Jadi, filsafat pancasila itu bukan muncul secara tiba-tiba dan dipaksakan suatu rezim atau penguasa melainkan melalui suatu historis yang cukup panjang. Sejarah budaya bangsa sebagai akar Identitas Nasional.Karakter bangsa adalah akumulasi atau sinergi dari karakter individu individu warga bangsa yang berproses secara terus-menerus dan kemudian mengelompok. karakter bangsa indonesia merupakan kristilasasi nilai-nilainya kehidupan nyata bangsa indonesia yang merupakan perwujudan dan pengalaman pancasila. Manefistasi identitas nasional mengandung makna , bahwa pancasila merupakan cara dan pandangan hidup berbangsa . konsep tersebut harus di eksplorasikan kedalam demensi demensi sebgai berikut :a.Dimensi realitasNilai nilai yang terkandung dalam pancasila harus diwujudkan sebagai cermin kondisiyang objektif tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sekolah .b.Dimensi idealitasIdialisme yang terkandung didalam pancasila, bukan lah sekedar utofia tampa makna, melainkan nilai-nilai yang hidup,tumbuh dan berkenbang dalam masyarakat indonesia yang dapat membangkitkan optimisme para siswa guna melihat hari depan secara prospektif, menuju hari esok yang lebih baik .c.Dimensi fleksibilitasPancasila bukanlah barang jadi, yang sudah selesai dan tertutup menjadi suatu yang sakral, melainkan bagi pemikiran baru untuk memenuhi jaman yang terus menerus berkembang.Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manisfestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan adari ratusan suku bangsa . identitas nasional tersebut dihimpun dalam acuan pancasila dan rohnya adalah bhineka tunggalika yang menjdai dasar arah perkembngannya . nilai nilai budaya yang tercermin dalam identitas nasional merupakn suatu besifat terbuka dan berkembang menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyrakat pendukungnya.Pada pembahasan kali ini kami mengambil sebuah kasus yang terjadi di Indonesia mengenai kasus yang tidak sesuai dengan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan sebagai identitas dan karakter bangsa, KASUS pedofilia terhadap anak di TK Jakarta International School (JIS) beberapa waktu lalu, membuat banyak kalangan terhenyak.Sekolah internasioal yang diharapkan mampu memberikan pendidikan terbaik bagi generasi, ternyata malah memberikan trauma yang mendalam bagi korban yang merupakan generasi penerus bangsa ini di masa depan. Apalagi para pelaku kejahatan justru orang-orang dalam, yang seharusnya memberi keteladanan.Kasus ini menjadi hikmah bagi kita semua. Selama ini banyak kalangan yang masih beranggapan bahwa pendidikan internasional atau pendidikan bertaraf internasional (baca: Barat) seolah menjadi pijakan bagi kemajuan pendidikan. Sehingga banyak orangtua yang memasukkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah bertaraf internasional. Alih-alih ikut berperan aktif dalam mencerdaskan bangsa, ternyata sekolah-sekolah asing (sekolah bertaraf internasional) ikut berkontribusi melemahkan, merusak generasi bangsa ini. Maka hal wajah jika sebelum ini anggota Komnas HAM meminta pemerintah mengawasinya.Di berbagai sekolah di negara-negara Barat seperti Polandia, Amerika bahkan di pusat pemerintahan katolik Vatikan, kasus pedofilia juga bukan hal baru. Sering terjadi, bahkan dilakukan oleh pastur dan pemuka agama Katolik. Belajar dari kasus maraknya pedofilia di Jakarta International School (JIS), semestinya pemerintah mengevaluasi total keberadaan seluruh sekolah asing yang ada di Indonesia. Semestinya pemerintah bertindak tegas dengan menutup sekolah-sekolah asing yang ada di Indonesia yang tidak mengikuti aturan main, menanamkan nilai, standar dan gaya hidup bertentangan dengan budaya bangsa ini yang mayoritas Muslim. Keberadaan sekolah asing di Indonesia sangat berbahaya, dikarenakan akan menjadi sarana efektif untuk penanaman nilai dan gaya hidup yang bertentangan dengan agama dan budaya bangsa. Karena selalu bercermin dengan kemajuan Barat, yang pasti, nilai-nilai yang ditanamkan adalah nilai-nilai liberal dan sekuler. Kasus JIS sebagai buktinya. Meski lembaga ini berdiri di Indonesia tetapi tak punya Kurikulum agama, Bahasa Indonesia dan PKn.Bangsa Indonesia sudah ratusan kali ditunjukkan berbagai fakta dan kasus, bahwa nilai-nilai liberal dan sekuler terbukti banyak menggerus fitrah kemanusiaan. Sekolah yang semestinya menjadi rumah kedua bagi anak, tempat yang aman kedua bagi anak, ternyata menjadi tempat yang mengerikan. Orang dewasa yang semestinya melindungi anak-anak malah menjadikannya korban nafsu binatangnya. Naluri seksualnya dilampiaskan secara menyimpang. Bukankah ini menunjukkan manusia bisa lebih hina dari binatang?Kita khawatir, sekolah-sekolah asing menjadi jalan menundukkan kedaulatan melalui loyalitas anak bangsa yang diarahkan untuk mengagumi dan menggunakan standar Barat dan gaya hidup kebarat-baratan, di mana tanpa agama, membolehkan segala hal, yang ujungnya melahirkan penyakit-penyakit yang melahirkan kejahatan seksual.Karena hal itu sudah pasti, standar yang lahir dari nilai di masyarakat Barat baik bersumber dari agama maupun ideologi liberal sekular- adalah bertentangan dengan fitrah manusia. Selama ini pemerintah, bahkan PBNU selalu keras meminta sekolah-sekolah yang tak mengajarkan PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) bahkan nilai-nilai Pancasila sebagai cap radikal. Faktanya, ketika banyak sekolah-sekolah menyebut diri internasional tak mengajarkan Bahasa Indonesia, PKn bahkan Pendidikan Agama, mengapa diam saja? Pemerintah harus ketak memantau sekolah-sekolah asing (bertaraf internasional) agar tidak dijadikan sarana untuk melakukan upaya pendangkalan akidah, pemurtadan terselubung, sekularisasi, serta menjauhkan kaum Muslim dari Islam, baik dalam pemikiran dan hukum-hukumnya.Kasus JIS tamparan wajah pendidikan kita, Bagaimana Pandangan Ki Hajar Dewantara.?Kasus pelecean seksual di Jakarta International School (JIS), baru-baru ini, menurunnya moralitas dan kualitas pendidikan yang tidak lagi menjunjung nilai-nilai adiluhung bangsa merupakan tamparan wajah pendidikan di Indonesia. Out put atau lulusan pendidikan yang cenderung menghasilkan anak-anak bangsa yang membeo dan berkarakter pragmatisserta para pengambil kebijakan pendidikan yang belum mampu menjadikan pendidikan dalam negeri sebagai tuan rumah di negeri sendiri merupakan lemahnya fondasi sistem pendidikan kita. Lebih ironis lagi, kriteria akreditasi sekolah sampai perguruan tinggi masih didasarkan pada kriteria luar yang dipaksakan untuk mengukur kualitas pendidikan di dalam negeri ini. Akibatnya, bukan moralitas baik sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dikejar tetapi demi pemenuhan standar luar itu, mereka melakukan dengan berbagai kecurangan. Bagaimana nasib bangsa dan negaraini jika pendidikan kita tidak segera dibenahi? Apa sebenarnya pendidikan yang baik bagi bangsa Indonesia menurut Ki Hajar Dewantara? Bulan ini tepatnya2 Mei merupakan hari lahir tokoh pendidikan di Indonesia, Ki Hajar Dewantara.Melihat sistem pendidikan sekarang ini, dengan makin menurunnya moralitas dan meningkatnya kecenderungan siswa menjadi apatis, psimis, dan pragmatis, patutlah kalau kita mulai melihat kembali apa arti dan tujuan pendidikan sebagaimana telah dicetuskan oleh Beliau. Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan merupakan usaha untuk memajukan seluruh bangsa tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, status ekonomi, ststus sosial, dan harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi. Berdasarkan pengertian ini, seharusnya tidak ada lagi pengkelasan/elitisasi pendidikan berdasarkan status sosial dan ekonomi seperti JIS dan sejenisnya. Semua rakyat mestinya berhak memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan yang baik tanpa deskriminasi.Selanjutnya, beliau menjelaskan bahwa mendidik merupakan proses memanusiakan manusia ke taraf yang lebih berkualitas melalui komunikasi yang otentikdengan asih, asah, dan asuh dengan proses ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Format pendidikan seperti ini jika diwujudkan dalam pendidikan akan menghasilkan generasi yang santun dan unggul serta memiliki karakter kebangsaan yang kuat dan daya saing global yang hebat. Untuk itu, Pengambil kebijakan pendidikan mestinya lebih banyak merumuskan dan mengembangkan pendidikan yang berakar pada kebudayaan sendiri daripada membeli rumus asing yang tidak relevan dengan kepribadian dan kebutuhan bangsa. Lebih lanjut, Ki Hajar Dewantara merumuskan tujuan pendidikan adalah penguasaan diri dan memperbarui diri. Di sinilah pendidikan berfungsi menjadikan peserta didik semakin mampu menguasai dirinya, beradab, dan berkembang sesuai dengan potensinya. Dengan demikian, akan tumbuh sikap yang mandiri dan bertanggung jawab, sehingga mampu menentukan sikap dan masa depannya sesuai dengan nilai-nilai luhung bangsa Indonesia sertamampu beradaptasi dalam peradaban dunia.

Kembalikan Pendidikan kita ke Akar Budaya yang bersumber pada Ideologi Pancasila

Pendidikan berbasis kebudayaan nano-nano dan berbau kapitalis selama ini sudah terbukti tidak mampu membentuk karakter anak menjadi lebih baik. Akibatnya, perilaku anak jauh dari substansi kebudayaan bangsa Indonesia. Sikapsopan-santun/tata-krama bergeser menjadi urakan dan sokjagoan, mentalitas kerja keras bergeser menjadi kemalasan dan untung-untungan, suka menolong dan gotong royong bergeser menjadi egois dan suka berkelahi, sikap produktif bergeser menjadi hedonis dan konsumtif, sikap optimis bergeser menja dipsimis. Fenomena meningkatnya budaya korupsi, tawuran, pelecehan seksual, berbagai kecurangan, dan penyimpangan moral lainnya diakibatkan karena kurang teguhnya fondasi sistem pendidikan di Indonesia. Kurikulum di Indonesia yang kebarat-baratan dan sangat padat materi, cenderung lebih mementingkan siswanya menguasai materi dan memiliki nilai yang bagus daripada memperhatikan moral danetikanya.Untuk mengembalikan kepada sistem pendidikan yang berakar tangguh kita harus berani berpegang teguh pada kebudayaan sendiri. Pendidikan harus kembali pada akar kebudayaan yang bersumber dari ideologi Pancasila. Pendidikan harus mampu menjawab problema-problema dan tantangan masyarakat Indonesia, bukan pendidikan yang berorientasi pada teorikapitalis. Pendidikan harus bertolak dari hasil riset masyarakat Indonesia dalam berbagai bidang, baik yang berkaitan dengan nilai-nilai yang terkadung dalam Pancasila, kebutuhan bangsa dan negara, maupun kemajuan IPTEK.Sudah saatnya lembaga pendidikan di Indonesia mencanangkan sistem pendidikan yang kuat dan tangguh berakar pada kebudayaan sendiri yang bersumber dari ideologi Pancasila. Sudah saatnya pula sistem pendidikan di Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Dari mana pun institusinya ketika berada di Indonesia mestinya harus tunduk pada sistem pendidikan kita. Stop ketergantungan pada kebudayaan kapitalis asing dan kembali pada kebudayaan bangsa, karena sila-sila dalam Pancasila jika dikaji dan diejawantahkan dalam pendidikan akan menghasilkan anak bangsa yang berkarakter kuat dan mampu menghadapi tantangan kemajuan IPTEK. Untuk itu diperlukan pemimpin yang mampu melepaskan diri dari cengkerapan ideologi kapitalis bukan yang menjadi budak kapitalis. Pemimpin yang tegas bukan berarti kejam dan keras terhadap bangsanya sendiri dan luluh di kaki kapitalis asing tetapi pemimpin yag berani memperjuangkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dari penindasan kapitalis serta berpegang teguh pada ideologi bangsa sendiri. JIS Tak Ajarkan Pelajaran Agama dan KewerganegaraanJakarta International School (JIS) tak hanya bergaya bak sekolah luar negeri. Tapi, sistem pendidikan nasional yang seharusnya diterapkan di setiap sekolah di Indonesia juga dinyatakan tidak diberlakukan. Hal itu disinyalir sedikit banyak berpengaruh pada munculnya kasus pelecehan seksual tehadap murid. Demikian yang diungkapkan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Ni'am Sholeh. "Kita tadi mendorong, kita sudah punya aturan undang-undang yang harus dikuatkan, dioperasionalisasikan, digunakan. Pertama sistem pendidikan nasional. Dia sekolah internasional tapi harus tunduk pada kepada ketentuan regulasi kita. Ini tidak," kata Asrorun usai menggelar pertemuan dengan Komisi VIII DPR RI, di Jakarta, Jumat (25/4/2014). Dia mencontohkan, mata pelajaran agama, kewarganegaraan, dan sejarah Indonesia tidak diajarkan di JIS. Padahal, mata pelajaran itu sangat penting untuk membangun moral para siswa."Misalnya kurikulum, tidak mengajarkan pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, sejarah Indonesia. Yang pasti keluarannya terserabut dari akar kultural Indonesia dan itu membahayakan ketahanan nasional kita sebagai bangsa karena itu pondasi," imbuh Asrorun. Padahal hal itu diatur dalam PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Namun hal tersebut tidak diperhatikan oleh pihak JIS. "Jadi perlu ada penegakan hukum secara tegas," tandas Asrorun.TK JIS DITUTUPKemdikbud - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengambil sikap terhadap permasalahan yang terjadi di Jakarta International School (JIS), bahwa Taman Kanak-Kanak (TK) JIS dinyatakan di tutup, dan tidak boleh menyelenggarakan pendidikan TK. Penutupan tersebut sifatnya final dan mengikat.Tidak serta merta sekolahnya dibubarkan, karena tidak mungkin peserta didik yang masih belajar tidak mendapatkan layanan pendidikan. Itu akan dituangkan dalam Surat Keputusan (SK) Dirjen PAUDNI bahwa JIS ditutup, dan diberikan kesempatan untuk melanjutkan sampai dengan akhir tahun pelajaran 2013/2014, ungkap Mendikbud, saat memberikan penjelasan kepada media dikantor Kemdikbud, Senin (21/04/2014). Mendikbud menjelaskan, peserta yang saat ini masih belajar, diperkenankan melanjutkan proses belajar sampai dengan akhir tahun 2013/2014. Pada tahun pelajaran baru 2014/2015, kata dia, tidak boleh menerima siswa baru. Karena JIS belum memiliki izin, maka ya harus ditutup. Kita juga akan mengevaluasi ke seluruh sekolah-sekolah internasional apakah sudah memiliki izin atau belum, serta menghimbau bagi sekolah-sekolah internasional untuk mengikuti, dan memenuhi peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, tutur Mendikbud. Mendikbud berpesan, JIS dalam menyelesaikan tugas tahun pelajaran 2013/2014, dapat menjamin keselamatan dari peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan. Kepala sekolah, kata dia, harus benar-benar peduli terhadap seluruh aspek yang ada di satuan pendidikan. Dapat bekerja sama dengan para orang tua yang biasa disebut komite sekolah, untuk mengetahui perkembangan dinamika yang ada di sekolah. Yayasan yang menaungi, Mendikbud mengharapkan, untuk ikut memantau pelaksanaan pendidikan yang ada disatuan pendidikan tersebut. Semenjak berdiri lima tahun lalu, TK JIS memang sudah memenuhi kualifikasi umum yang ditetapkan Kemdikbud. Antara lain sebanyak 51 persen pendidik harus berasal dari Warga Negara Indonesia (WNI), dan 20 persen peserta didik harus berasal dari WNI. Terakhir, JIS pun mengajarkan empat mata pelajaran (mapel) wajib dalam kurikulum, yaitu mapel Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Agama, dan Sejarah. Namun, sekolah ini masih berpedoman pada Surat Keputusan Bersama 3 Menteri Tahun 1975, yaitu antara Menteri Luar Negeri, Menteri Pendidikan Nasional, dan Menteri Keuangan. Sedangkan, Kemdikbud sudah menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan. PP ini mengatur bentuk pengelolaan satuan pendidikan yang terdiri atas, satuan pendidikan bertaraf internasional, satuan pendidikan berbasis keunggulan lokal, penyelenggaaan pendidikan oleh perwakilan negara asing dan kerjasama satuan pendidikan asing dengan satuan pendidikan negara Indonesia. Mereka pun mengira kalau TK itu sama dengan pendidikan dasar (atau SD), jadi ijin sama dengan SD, ujar Lydia. Sehingga, tim akan memberikan waktu bagi mereka untuk memenuhi keseluruhan persyaratan TK.

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULANPendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan mengemban misi dalam mempersiapkan generasi bangsa yang bermoral, bertanggung jawab, tangguh dalam mengatasi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang berpengaruh pada eksistensi dirinya. Kompetensi yang demikian mesti di imbangi dengan kemampuan berfikir ke arah pemahaman dan pengamalan jiwa pada nilai-nilai pancasila (yang dipersiapkan melalui mata kuliah.Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) dan pengamalan nilai-nilai ajaran agama (melalui Pendidikan Agama) yang diyakini oleh masing-masing Individu. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan termasuk pendidikan untuk menjadi(educational for becoming), yang menekankan garapannya pada upaya pembentukan manusia; yakni mahasiswa yang memiliki kesadaran dalam melaksanakan hak dan kewajibannya terutama kesadaran akan wawasan nasional dan pertahanan keamanan nasional.Pencarian identitas nasional bangsa Indonesia pada dasarnya melekat erat dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk membangun bangsa dan Negara dengan konsep nama Indonesia. Bangsa dan Negara Indonesia ini dibangun dari unsur-unsur masyarakat lama dan dibangun menjadi suatu kesatuan bangsa dan Negara dengan prinsip nasionalisme modern. Oleh karena itu, pembentukan identitas nasional Indonesiamelekat erat dengan unsur-unsur lainnya, seperti sosial, ekonomi, budaya, etnis, agama serta geografis, yang saling berkaitan dan terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang.

B. SARANDemikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah kami ini.

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan dan Zubaidi.2007.Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta: Paradigma,Edisi Pertama.Ms Bakry, Noor.2008.Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta; Pustaka Pelajar, Cetakan Pertama.Amori, A. 2007.A Theoritical Framework for Educational Game Development. Educational Technology Research & Development: Game Object Model Version IIHasan, H.S. 2010.Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Litbang Puskur KemdiknasProf. Zamroni, Ph.D. 2003.Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta. LP3 Universitas Muhammadiyah YogyakartaUntari, Sri. 2012Mewujudkan Generasi Emas Indonesia yang Berkarakter dan Berjiwa Pancasila.Malang. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang.Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 37 (2) tentang Sistem Pendidikan Nasional.Zuchdi, Darmiyati. 2009. Pendidikan Karakter. Yogyakarta:UNY PressEmail ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

27KELOMPOK III_PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI IDENTITAS DAN KARAKTER BANGSA