22
PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA INDONESIA KELOMPOK 1 : Rian Rahmat Hidayat ( 131903103008 ) M. Risvan Rahmatullah ( 131903103012 ) Febriyanti Dwi Nurwahyuni ( 131903103023 )

MAKALAH PANCASILA.docx

  • Upload
    rina

  • View
    496

  • Download
    146

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH PANCASILA.docx

PANCASILA DALAM

ARUS SEJARAH

BANGSA INDONESIA

KELOMPOK 1 :

Rian Rahmat Hidayat ( 131903103008 )

M. Risvan Rahmatullah ( 131903103012 )

Febriyanti Dwi Nurwahyuni ( 131903103023 )

Page 2: MAKALAH PANCASILA.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,

karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Pancasila

Dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia” sebagai barang berguna ini dengan baik meskipun

banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada dosen mata kuliah

“Pendidikan Pancasila” yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami berharap

makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita

mengenai sejarah pancasila.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan

dan kami mohon kritik dan saran yang dapat membangun demi perbaikan di masa depan.

( Penulis )

Page 3: MAKALAH PANCASILA.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar filsafat Negara merupakan hasil kesepakatan bersama

yang kemudian disebut sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia, di dalamnya

terkandung semangat kekeluargaan sebagai inti ajaran pancasila.

Dasar filsafat Negara Indonesia yang diberi nama pancasila ini secara resmi

dirumuskan dalam UUD 1945, walaupun istilah “Pancasila” tidak disebutkan secara

eksplisit dalam pembukaan tersebut namun rumusannya sila demi sila secara jelas

dicantumkan didalamnya. Oleh karena itu pembukaan UUD 1945 disebut sebagai

tempat terdapatnya rumusan pancasila.

Nilai nilai Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dulu kala sebelum bangsa Indonesia

mendirikan negara. Proses terbentuknya negara Indonesia melalui proses sejarah yang cukup panjang yaitu

sejak zaman batu hingga munculnya kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV

Pancasila pada dasarnya telah ada pada zaman nenek moyang kita, dan pada zaman kerajaan-kerajaan

di Indonesia Berjaya. Walaupun dulu bukan nama pancasila tapi isi dan kandungannya sama.

Pancasila yang menjadi dasar negara perlu diadakan peninjauan terhadap

perkembangan budaya indonesia yang sudah lampau dengan titik berat pada nilai-nilai

ketuhanan, kemanusiaan, politik, dan kemasyarakatan Pancasila menjadi dasar negara

baru disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus1945. Namun jauh sebelum di sahkan

nilai-nilai pancasila sudah ada pada kehidupan masyarakat indonesia sejak zaman

dahulu sebelum bangsa indonesia menjadi sebuah negara dimana nilai-nilai tersebut

berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan serta relegius. Nilai-nilai yang ada

kemudian diambil dan dirumuskan oleh paa pendiri negara yang untuk nantinya

dijadikan dasar negara indonesia. Oleh karena itu untuk memahami pancasila secara

utuh dan kaitannya dengan jati diri bangsa indonesia ini diperlukan pemahaman

sejarah bangsa indonesia dalam membentuk suatu negara dan dijadikannya pacasila

sebagai dasar negara karena semua itu berhubungan dengan sejarah perjuangan

bangsa Indonesia.

Page 4: MAKALAH PANCASILA.docx

1.2 Rumusan Masalah

1. Konsep dan urgensi pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia ?

2. Alasan diperlukan pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia ?

3. Sumber historis, sosiologis, politis tentang pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dan urgensi pancasila dalam arus sejarah bangsa

indonesia

2. Untuk mengetahui tujuan pancasila dalam kajian sejarah bangsa indonesia

3. Mengetahui sumber historis, sosiologis, politis tentang pancasila dalam sejarah

bangsa Indonesia.

BAB II

Page 5: MAKALAH PANCASILA.docx

PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Urgensi Pancasila

Pancasila dapat diartikan sebagai lima dasar yang dijadikan dasar negara serta

pandangan hidup bangsa. Suatu bangsa tidak akan dapat berdiri dengan kokoh tanpa

dasar negara yang kuat dan tidak dapat mengetahui dengan jelas kemana arah tujuan

yang akan dicapai tanpa Pandangan Hidup. Dengan adanya Dasar Negara, suatu

bangsa tidak akan terombang ambing dalam menghadapi permasalahan baik yang dari

dalam maupun dari luar. Pengertian Pancasila secara Etimologis, Historis dan

Terminologis

Pancasila telah menjadi istilah resmi sebagai dasar falsafah negara Republik

Indonesia, baik ditinjau dari sudut bahasa maupun sudut sejarah. Berikut ini adalah

pengertian Pancasila:

1.      Etimologis

Berdasarkan asal kata (etimologis), istilalah Pancasila (pancasyila) berasal dari

bahasa sansekerta  (India) yang mengandung dua arti, sebagai berikut;

Pancasyila : panca artinya lima, sedangkan syila dengan huruf I yang dibaca

pendek, artinya dasar, batu sandi atau alas sehingga pancasyila memiliki arti lima

dasar. Pancasyila : panca artinya lima sedangkan syiila sengan huruf ii yang di

baca panjang, artinya peraturan tingkah laku yang penting.

2.      Historis

Berdasarkan catatan sejarah tentangg Budha, sehubungan dengan pancasila telah

dikenal  istilah sila, artinya moralitas dan berkembang pada masyarakat yang

memluk agama budha. Sila mengandung maksud melindungi orang lain dari

penderita. (Ashin Janakabhivamsa, 2005 : 179-183)

Dijelaskan lebih lanjut bahwa sila juga bermakna menjalankan lima sila, melalui

fungsi sila-sila, yakni menghindari membunuh (pantiditipata_virati), dan

menghindari minum yang memabukan (surapana-virati):

a. Menghindasri membunuh (panditipati-Virati)

Fungsi sila ini untuk melindungi makhluk lain dari penderitaan. Oleh karena

itu, tidak boleh melakukan pelanggaran terhadap sila tersebut. Sila pertama

dari lima sila untuk menghindari terjadinya pembunuhan semua makhluk

Page 6: MAKALAH PANCASILA.docx

hidup. Jika terjadi pelanggaran terhadap sila ini akan berakibat terjadinya

pembatayan yang akan menuju peperangan dan pertumpahan darah.

Denggan demikian, merupakan malapetaka terhadap segenap makhluk

diatas bumi ini.

b.      Menghindari Mencuri (adinnadana-Virati)

Menaati sila kedua, berarti membebaskan semua manusia dari penderitaan

kejahatan, untuk selanjutnya mencapai kedamaian fisik dan mental, lahir dan

batin, sedangkan bila terjadi pelanggaran terhadap sila ini maka hal itu akan

mengakibatkan kegelisahan yang amat sangat karena pencurian dan

perampokan akan menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan dari

korbannya, baik dalam lingkup kecil (keluarga) maupun dalam lingkup besar,

seperti Negara yang dijajah dan dikuasai oleh musuh.

c.       Menghindari berbuat asusila (Kamesu-Micchacara Virati)

Menaati sila ketiga, berarti menghindari perbuatan asusila dan

menghindarkan kesakitan serta penderitaan orang lain. oleh karena itu,

penghindaran diri dari perbuatan (tindakan) seksual yang tidak sah akan

membawa kedamain dan ketenangan bagi semua makhluk yang hidup

didunia karena manusia yang keduniawian akan selalu mengikuti dan

menyukai nafsu badaniah, kenikmatan, serta kesenangan badaniah.

d.      Menghindari berkata bohong (Musavada-virati)

Sila keempat berfungsi untuk menghindari hal bruruk ataupun penderitaan

akibat kebohongan dari ucapan, banyak terjadi orang melakukan kebohongan

atas hal-hal sepele sampai hal yang penting, dari urusan perseorangan

sampai kepada urusan Negara, termasuk kebenaran mutlak dalam ajaran

agama yangs sesat sehingga menaati sila ini, artinya karena menghindarkan

kesesatan maupun malapetaka akibat kata-kata yang tidak benar atau

kebohongan.

e.      Menghindari minum yang memabukan (Surapana-Virate)

Menaati ketentuan sila kelima dan menghindari zat yang memabukan akan

membebaskan dunia dari kesengsaraan dan keresahan. Oleh karena itu, lebih

baik menghindari dan menjauhakan diri dari berbagai macam minuman keras

atau yang dapat memabukan dan agar tidak terjadi kemaksiatan yang

menyebabkan kecenderungan terjadinya kerusuhan yang kadang-kadang tak

Page 7: MAKALAH PANCASILA.docx

terkendali. Dengan demikian, orang yang dapat melepaskan diri dari

kebiasaan yang tidak baik tersebut (mengkonsumsi, minum-minuman

beralkohol,dan lain-lain) akan terhindar dari malapetaka.

Pengertian pancasila, dalam hubungan ini selanjutnya juga telah memasuki

perkembangan dalam kesusastraan masa kejayaan majapahit, diantaranya

terdapat dalam buku Negara kertagama, karangan mpu prapanca pada tahun

1365, yang mempunyai makna pelaksanaan kesusilaan ada lima ketentuan,

dilarang atau dihindari yaitu:

a. Tidak boleh melakukan kekerasan;

b.    Tidak boleh mencuri

c.     Tidak boleh berjiwa dengki, (tidak boleh iri, atau bersikap tidak baik

terhadap orang lain)

d.    Tidak boleh berbohong

e.    Tidak boleh mabuk-mabukan.

Semua pengertian yang disebutkan diatas belum ada penjelasannya dan

memiliki makna yang amper sama, seperti yang disebutkan sebelumnya. Setelah

kerajaan majapahit jatuh, kemudian dikenal dalam masyarakat jawa khususnya,

istilah Mo Lima atau M berjumlah lima, yaitu lima M (ketentuan berjumlah 5) harus

dihindari dari kehidupan masyarakat supaya menjadi lebih baik, tertib, dan teratur.

Ora keno mateni, maling, madon,madat, ian main (dolarang membunuh, mencuri,

main perempuan, menghisap candu/morfin/narkoba, dan berjudi).

3.      Istilah Resmi

Istilah resmi adalah istilah “pancasila” bagi “lima dasar” yang diusulkan oleh Ir.

Soekarno pada sidang pertama BPUPKI hari terakhir pada tanggal 1 juni 1945.

4.       Yuridis

Segi Yuridis (hukum) adalah pengertian pancasila dalam sila-sila atau kelima sila

dari pancasila yang tata urutan / rumusannya tercantum pada alinea ke 4

pembukaan UUD 1945.

Page 8: MAKALAH PANCASILA.docx

2.2. Alasan diperlukan Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan

PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,

diundangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun II, No. 7 bersama-sama dengan

Batang Tubuh UUD 1945. Pada era reformasi, MPR periode 1999-2004 telah

membulatkan tekad sebagai kesepakatan dasar dalam rangka amandemen UUD1945

untuk tidak akan mengubah Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya terdapat (sila-sila)

Pancasila Dasar Negara.

Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, eksistensi Pancasila sebagai dasar

filsafat Negara Republik Indonesia telah mengalami berbagai macam interpretasi dan

manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi tegak dan kokohnya

kekuasaan dengan berlindung dibalik legitimasi ideologi Pancasila. Dalam kedudukan

yang seperti ini berarti Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat Negara dan

pandangan hidup bangsa dan Negara Indonesia tetapi direduksi, dibatasi dan

dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada saat itu.

Pada era reformaasi, kenyataan tersebut kemudian diupayakan dikembalikan

pada kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia yang

direalisasikan melalui Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan

P-4 dan pencabutan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi Orsospol di Indonesia.

Pencambutan P-4 dan asas tunggal Pancasila ternyata membawa dampak yang sangat

serius yaitu munculnya anggapan dari banyak elit politik dan sebagian masyarakat

Indonesia bahwa Pancasila merupakan label politik Orde Baru, sehingga mengkaji dan

mengembangkan Pancasila dianggap sebagai upaya mengembalikan kewibawaan Orde

Baru. Pandangan sinis itu tentu saja dapat berakibat sangat fatal yakni melemahnya

peranan ideologi Pancasila pada era reformasi yang disebabkan karena melemahnya

kepercayaan rakyat terhadap ideologi negara yang pada gilirannya dapat mengancam

persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah lama dibina, dipelihara, dan

dijaga.

Di tengah-tengah proses reformasi dewasa ini, sesungguhnya masih banyak

tokoh serta elit politik yang kurang memahami Pancasila sebagai filsafat hidup serta

pandangan hidup bangsa Indonesia namun bersikap seolah-olah sangat

memahaminya. Hingga saat ini masih berkembang pengertian kebebasan memilih

ideologi di Negara Indonesia dan selanjutnya pemikiran apapun yang dipandang

Page 9: MAKALAH PANCASILA.docx

menguntungkan demi kekuasaan dan kedudukan dipaksakan untuk diadopsi ke dalam

sistem kenegaraan Indonesia. Dengan mengatasnamakan pelaksanaan HAM banyak

pula gerakan massa yang secara arogan tanpa mengindahkan nilai-nilai yang selama

ini dijunjung tinggi serta kaidah-kaidah hukum yang berlaku memaksakan kehendak

bahkan dengan menggunakan cara kekerasan dan pengrusakan.

Berdasarkan realitas tersebut di atas, maka mengkaji dan mendalami Pancasila

bagi setiap orang Indonesia merupakan sesuatu yang sangat urgen (mendesak) bagi

tetap tegak, berwibawa, dan berkembangnya kehidupan berbangsa dan bernegara

Indonesia. Secara umum mempelajari Pancasila mengandung 3 tujuan yaitu :

1.    Untuk mengetahui Pancasila yang benar, yaitu yang dapat

dipertanggungjawabkan baik secara yuridis konstitusional maupun secara

obyektif-ilmiah. Secara yuridis konstitusional, karena Pancasila adalah dasar

negara yang dipergunakan sebagai dasar mengatur atau menyelengarakan

pemerintahan negara. Secara obyektif-ilmiah, karena Pancasila adalah suatu

paham filsafat (philosophical way of thinking atau philosophical system),

sehingga uraiannya harus logis dan dapat diterima oleh akal sehat.

2.  Untuk mengamalkan Pancasila (yang benar secara yuridis konstitusional dan

obyektif - ilmiah) sesuai dengan fungsinya;

3.   Untuk mengamankan agar jiwa dan semangatnya, perumusan,dan

sistematikanya yang sudah tepat benar itu tidakdiubah-ubah, apalagi dihapuskan

atau diganti dengan paham yang lain.

Pada dasarnya, tujuan Pendidikan Pancasila merupakan realisasi dari sebagian

tujuan Pendidikan Nasional dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Dalam UUD

NkRI 1945 Alinea IV ditentutkan tujuan nasional Negara Indonesia yaitu melindungi

segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, mewujudkan

kesejahteraan umum, mencedaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila sebagaimana dirumuskan dalam

Pasal 3 ayat (2) SK. Dirjen DIKTI No. 38/DIKTI/Kep/2002 tentang Rambu-Rambu

Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi adalah

menguasai kemampuan berfikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas

sebagai manusia intelektual, serta mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan :

Page 10: MAKALAH PANCASILA.docx

1.    Megambil sikap bertanggung  jawab sesuai dengan hati nuraninya;

2.   Mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya;

3.    Mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan IPTEKS;

4.    Memaknai peristiwa sejarah dan nilai budaya bangsa guna menggalang

persatuan Indonesia.

2.3 Sumber Historis, Sosiologis, Politis Tentang Pancasila Dalam Sejarah

Bangsa Indonesia

1. Pengertian Pancasila Secara Historis

Pengertian Pancasila secara historis adalah terminologi Pancasila dilihat dari

riwayat sejak penggunaan istilah, proses perumusan, sampai ditetapkannya

menjadi dasar negara sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. 

Proses perumusan Pancasila dimulai saat dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam

pembukaan sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945 mengajukan suatu masalah

tentang calon rumusan dasar Negara Indonesia yang akan dibahas pada sidang

tersebut. Selanjutnya pada sidang itu tampil 4 anggota yaitu Moh. Yamin,

Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, dan Soepomo. Proses perumusan calon “Dasar

Negara” dalam persidangan BPUPKI berlangsung dalam dua tahap yaitu :

a. Sidang BPUPKI tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945

b. Sidang BPUPKI tanggal 10 – 16 Juni 1945

Sidang BPUPKI pertama membahas tentang dasar negara yang akan

diterapkan. Dalam sidang tersebut muncul tiga pembicara yaitu M. Yamin,

Soepomo dan Ir.Soekarno yang mengusulkan nama dasar negara Indonesia disebut

Pancasila. Tanggal 18 Agustus 1945 disahkan UUD 1945 termasuk Pembukaannya

yang didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip sebagai dasar negara. Walaupun

dalam Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah/kata Pancasila, namun yang

dimaksudkan dasar negara Indonesia adalah disebut dengan Pancasila. Hal ini

didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan rumusan

dasar negara yang secara spontan diterima oleh peserta sidang BPUPKI secara

bulat. Secara historis proses perumusan Pancasila adalah :

a.     Mr. Muhammad Yamin

Page 11: MAKALAH PANCASILA.docx

Pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, M. Yamin berpidato mengusulkan

lima asas dasar negara sebagai berikut :

1.      Peri Kebangsaan

2.      Peri Kemanusiaan

3.      Peri Ketuhanan

4.      Peri Kerakyatan

5.      Kesejahteraan Rakyat

Setelah berpidato beliau juga menyampaikan usul secara tertulis

mengenai rancangan UUD RI yang di dalamnya tercantum rumusan lima asas

dasar negara sebagai berikut :

1.      Ketuhanan Yang Maha Esa

2.      Kebangsaan persatuan Indonesia

3.      Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab

4.   Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan

5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

b.     Mr. Soepomo

Pada sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945 Soepomo mengusulkan lima dasar

negara sebagai berikut :

1.      Persatuan

2.      Kekeluargaan

3.      Keseimbangan lahir dan bathin

4.      Musyawarah

5.      Keadilan rakyat

c.      Ir. Soekarno

Pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan dasar

negara yang disebut dengan nama Pancasila secara lisan/tanpa teks sebagai

berikut :

1.      Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia

Page 12: MAKALAH PANCASILA.docx

2.      Internasionalisme atau Perikemanusiaan

3.      Mufakat atau Demokrasi

4.      Kesejahteraan Sosial

5.      Ketuhanan yang berkebudayaan

Selanjutnya beliau mengusulkan kelima sila dapat diperas menjadi Tri Sila

yaitu Sosio Nasional (Nasionalisme dan Internasionalisme), Sosio

Demokrasi (Demokrasi dengan Kesejahteraan Rakyat), Ketuhanan yang

Maha Esa. Adapun Tri Sila masih diperas lagi menjadi Eka Sila yang

intinya adalah “gotong royong”.

d.     Piagam Jakarta

Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan sidang oleh 9 anggota BPUPKI

(Panitia Sembilan) yang menghasilkan “Piagam Jakarta” dan didalamnya

termuat Pancasila dengan rumusan sebagai berikut :

1.     Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan sya’riat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya.

2.      Kemanusiaan yang adil dan beradab

3.      Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan

5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Pengertian Pancasila Secara Sosiologis

Pancasila bersifat sosiologis berfungsi sebagai pengatur hidup kemasyarakatan

pada umumnya. adapun Pancasila yang bersifat etis dan filosofis berfungsi sebagai

pengatur tingkah laku pribadi dan cara-cara dalam mencari kebenaran.

Bangsa Indonesia memiliki budaya yang beragam dan multikultur berdasarkan

etnis dan Bahasa. Masyarakat Indonesia mengakui dan menghargai lintas budaya,

betapa pun kecilnya. Perbedaan ini harus dipandang sebagai potensi kekuatan

bangsa.Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, keragaman ini diikat dalam

norma dan aturan untuk menjaga harmoni kehidupan untuk mewujudkan

kesadaran moral dan hukum Arus informasi yang berdampak pada goyahnya jati

diri bangsa, diperlukan komitmen kebangsaan untuk mewujudkan cinta tanah air,

Page 13: MAKALAH PANCASILA.docx

kesadaran bela negara, persatuan nasional dalam suasana saling menghargai

keberagaman.Persatuan dalam keberagaman budaya, adat istiadat, tradisi harus

dibina dan ditingkatkan secara demokratis, terpola dan terus-menerus.

Dasar sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan

karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang

proses sosial dan pola - pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang

lingkup yang dipelajari oleh sosiolagi pendidikan meliputi empat bidang:

1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.

2. Hubungan kemanusiaan.

3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.

4. Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah

dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya

Langkah-langkah mensosialisasikan pancasila dapat melalui berbagai kegiatan atau

sikap sikap sebagai berikut.

a.      Sikap toleransi

b.      Media masa

c.      Media pendidikan

d.      Jalur organisasi dsb.

3. Pengertian Pancasila Secara Politis

Pancasila sebagai ideology politik adalah suatu system yang mengharuskan pelaku politik ataupun

aturan politik yang berlandaskan pancasila. Pancasila memiliki nilai-nilai luhur yang di tetapkan

pendahulu kita sebagai landasan ideology negara. Begitu juga dengan politik, politik harus memiliki

aturan sebagai acuan dasar kegiatan perilaku dan pemikiran yang akan di laksanakan.

Politik adalah suatu system pemerintahan yang mengatur segala structural di dalamnya. Dalam

membuat kebijakan politik harus ada aturan yang mengatur hal tersebut supaya selalu dalam jalur yang

telah di tentukan. Pancasila menjadi landasan bagi pembangunan politik, dan dalam

prakteknya menghindarkan sikap tak bermoral dan tak bermartabat.

Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia, juga merupakan acuan landasan

etika dalam berpolitik. Etika Politik dan Pemerintahan diharapkan mampu

menciptakan suasana harmonis antarpelaku dan antarkekuatan sosial politik serta

antarkelompok kepentingan lainnya untuk mencapai sebesar-besar kemajuan

Page 14: MAKALAH PANCASILA.docx

bangsa dan negara dengan mendahulukan kepentingan bersama daripada

kepentingan pribadi dan golongan. Etika Politik dan Pemerintahan mengandung

misi kepada setiap pejabat dan elit politik untuk bersikap jujur, amanah, sportif,

siap melayani, berjiwa besar, memiliki keteladanan, rendah hati, dan siap mundur

dari jabatan Politik apabila terbukti melakukan kesalahan dan secara moral

kebijakannya bertentangan dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat.

Etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku etika yaitu

manusia. Oleh karena itu, pribadi yang menjadi subjek dalam etika politik harus

terlebih dahulu mengimplementasikan pancasila sebagai acuannya sebagai etika

dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam kehidupan politiknya dalam hal

kenegaraan.

Etika ini diwujudkan dalam bentuk sikap yang bertata krama dalam perilaku

politik yang toleran, tidak berpura-pura, tidak arogan, jauh dari sikap munafik serta

tidak melakukan kebohongan publik, tidak manipulatif dan berbagai tindakan yang

tidak terpuji lainnya.

Sebagai etika politik, maka Pancasila mempunyai lima prinsip, berikut ini disusun

menurut pengelompokan Pancasila.

1.      Pluralisme

Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya untuk hidup

dengan positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat

yang berbeda pandangan hidup, agama, budaya, adat. Pluralisme

mengimplikasikan pengakuan terhadap kebebasan beragama, kebebasan

berpikir, kebebasan mencari informasi, toleransi. Pluralisme memerlukan

kematangan kepribadian seseorang dan sekelompok orang.

2.      Hak Asasi Manusia

Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusian yang adil dan

beradab. Karena hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia

wajib diperlakukan dan wajib tidak diperlakukan. Jadi bagaimana manusia

harus diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya sebagai manusia. Karena

itu, hak-hak asasi manusia adalah mutlak.

3.      Solidaritas Bangsa

Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan

juga demi orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia

Page 15: MAKALAH PANCASILA.docx

hanya hidup menurut harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri,

melainkan menyumbang sesuatu pada hidup manusia-manusia lain. Sosialitas

manusia berkembang secara melingkar yaitu keluarga, kampung, kelompok

etnis, kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia.  Maka di sini

termasuk rasa kebangsaan. Manusia menjadi seimbang apabila semua

lingkaran kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-

masing.

4.      Demokrasi

Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia atau sebuah

elit atau sekelompok ideologi berhak untuk menentukan dan memaksakan

orang lain harus atau boleh hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa

mereka yang dipimpin berhak menentukan siapa yang memimpin mereka dan

kemana mereka mau dipimpin. Jadi demokrasi memerlukan sebuah system

penerjemah kehendak masyarakat ke dalam tindakan politik.

5.      Keadilan Sosial

Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat.

Moralitas masyarakat mulai dengan penolakan terhadap ketidakadilan.

Tuntutan keadilan sosial tidak boleh dipahami secara ideologis, sebagai

pelaksanaan ide-ide, ideologi-ideologi, agama-agama tertentu, keadilan sosial

tidak sama dengan sosialisme. Keadilan sosial adalah keadilan yang

terlaksana. Dalam kenyataan, keadilan sosial diusahakan dengan membongkar

ketidakadilan-ketidakadilan yang ada dalam masyarakat. Ketidakadilan adalah

diskriminasi disemua bidang terhadap perempuan, semua diskriminasi atas

dasar SARA, dan budaya.

Pemerintah harus menggunakan politik untuk memimpin masyarakatnya

supaya teratur. Pemerintah membuat aturan-aturan, seperti peraturan lalu lintas,

pemakaian air dan listrik, pembangunan rumah, atau pembayaran pajak tidak lain

dengan maksud supaya rakyat di negara tersebut dapat hidup dengan tertib dan

tenteram. Semua itu membutuhkan kemampuan yang cukup baik untuk memimpin

agar rakyat mau menuruti semua aturan-aturan tersebut.

Page 16: MAKALAH PANCASILA.docx

Selain untuk memimpin, politik juga dapat dipakai untuk memengaruhi pihak

lain. Cara untuk memengaruhi ini namanya diplomasi. Kita tidak boleh

menggunakan pengaruh untuk kejahatan tetapi untuk kebaikan. Misalnya, kalau

ada dua orang yang ingin bertengkar, kita dapat menggunakan pengaruh kita

supaya mereka tidak jadi bertengkar, bahkan harus berdamai. Perbuatan itu sudah

termasuk berdiplomasi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Page 17: MAKALAH PANCASILA.docx

Pancasila telah dikenal pada saat kerajaan-kerajaan di Indonesia masih Berjaya

yaitu zaman kerajaan majapahit, kerajaan sriwijaya dan kerajaan kutai.

Bangsa Indonesia telah menetapkan Pancasila sebagai sebagai dasar Ideologi

Negara Republik Indonesia yang merdeka yang pencapaiannya dengan pengorbanan

penuh. Pancasila tidak berangkat dari ruang kosong, ia hadir dari realitas sejarah dan

semangat zaman yang melingkupinya. Realitas kesejarahannya telah berproses dalam

kurun waktu yang sangat lama.

Kelima silanya merupakan satu sistem yang bulat dan butuh dari nilai - nilai asasi

hidup benegara yang harus mendasari kehidupan bernegara dan bermasyarakat dalam

bidang politik, sosial, ekonomi dan budaya bangsa.

3.2 Saran

Berdasarkan wacana diatas kita dapat menyadari betapa pentingnya Pancasila

sebagai pedoman bangsa Indonesia. Maka kita harus menjunjung tinggi dan

mengamalkan sila- sila pancasila tersebut.