43
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari - hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan (Hidayat, 2009). Mengingat pentingnya kulit sebagai pelindung organ - organ tubuh didalamnya, maka kebersihan kulit perlu dijaga kesehatannya. Kebersihan kulit merupakan mekanisme utama untuk mengurangi kontak dan transmisi terjadinya infeksi, salah satunya infeksi jamur (Larson E, 2001). Infeksi jamur kulit cukup banyak ditemukan di Indonesia, yang merupakan negara tropis beriklim panas dan lembab, apalagi bila higiene juga kurang sempurna (Madani A, 2000). Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit jamur atau mikosis yang mempunyai insidensi cukup tinggi ialah mikosis superfisialis.Penyakit yang termasuk mikosis superfisialis adalah dermatofitosis dan nondermatofitosis, yang terdiri atas berbagai penyakit diantaranya Pityriasis versicolor (PV), yang lebih dikenal sebagai penyakit panu (Budimulja, 2002). Sebagian besar kasus Pityriasis versicolor terjadi karena keadaan yang mempengaruhi keseimbangan antara hospes dengan jamur tersebut diduga adanya faktor lingkungan diantaranya kelembaban kulit (Radiono, 2001). 1

makalah panu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

integumen

Citation preview

Page 1: makalah panu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari - hari kebersihan merupakan hal yang sangat

penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi

kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi

oleh nilai individu dan kebiasaan (Hidayat, 2009).

Mengingat pentingnya kulit sebagai pelindung organ - organ tubuh

didalamnya, maka kebersihan kulit perlu dijaga kesehatannya. Kebersihan

kulit merupakan mekanisme utama untuk mengurangi kontak dan transmisi

terjadinya infeksi, salah satunya infeksi jamur (Larson E, 2001).

Infeksi jamur kulit cukup banyak ditemukan di Indonesia, yang

merupakan negara tropis beriklim panas dan lembab, apalagi bila higiene

juga kurang sempurna (Madani A, 2000).

Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit jamur

atau mikosis yang mempunyai insidensi cukup tinggi ialah mikosis

superfisialis.Penyakit yang termasuk mikosis superfisialis adalah

dermatofitosis dan nondermatofitosis, yang terdiri atas berbagai penyakit

diantaranya Pityriasis versicolor (PV), yang lebih dikenal sebagai penyakit

panu (Budimulja, 2002).

Sebagian besar kasus Pityriasis versicolor terjadi karena keadaan yang

mempengaruhi keseimbangan antara hospes dengan jamur tersebut diduga

adanya faktor lingkungan diantaranya kelembaban kulit (Radiono, 2001).

Ditinjau dari masing - masing kasus mikosis superfisialis yang paling

sering ditemukan adalah Pityriasis versicolor. Pityriasis versicolor adalah

infeksi jamur superfisial pada lapisan tanduk kulit yang disebabkan oleh

Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculare. Infeksi ini bersifat menahun,

ringan dan biasanya tanpa peradangan (Madani A, 2000).

Penyakit ini sering dilihat pada remaja, walaupun anak - anak dan

orang dewasa tua tidak luput dari infeksi. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi infeksi, yaitu faktor herediter, penderita yang sakit kronik atau

yang mendapat pengobatan steroid dan malnutrisi. (Budimulja, 2002).

Pityriasis versicolor dapat menyerang masyarakat kita tanpa

memandang golongan umur tertentu. Dari segi usia yakni usia 16 - 40 tahun.

1

Page 2: makalah panu

Kemungkinan karena segmen usia tersebut lebih banyak mengalami faktor

predisposisi atau pencetus misalnya pekerjaan basah, trauma, banyak

keringat, selain pajanan terhadap jamur lebih lama. Tidak ada perbedaan

antara pria dan wanita, walaupun pernah dilaporkan di USA penderita yang

tersering menderita berusia antara 20 - 30 tahun dengan perbandingan

1.09% pria dan 0,6% wanita. Insidensi Pityriasis versicolor yang akurat di

Indonesia belum ada. Hanya diperkirakan 50% dari populasi di negara tropis

terkena penyakit ini (Partosuwiryo, 1992; Adiguna MS, 2001; Radiono, 2001).

Pityriasis versicolor adalah infeksi superfisial pada pada stratum

corneum kulit manusia yang disebabkan oleh khamir Malassezia. Penyakit ini

erat kaitannya dengan tingkat higiene perorangan. Tujuan penelitian ini

adalah mengetahui profil higiene perorangan dari siswasiswi sekolah dasar di

Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Sebanyak 130 siswa dari SD Pulau

Panggang 03 yang terletak di Pulau Panggang dan SD Pulau Panggang 02

yang terletak di Pulau Pramuka diperiksa permukaan kulitnya. Hasil

menunjukkan bahwa penderita Pityriasis versicolor siswa dari SD Pulau

Panggang 03 dua kali lipat (30%) dibandingkan siswa dari SD Pulau

Panggang 02 (15%). Siswa laki-laki yang menderita Pityriasis versicolor dua

kali lipat (30%) dibandingkan siswa perempuan yang hanya 15%.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, kami dapat menarik beberapa rumusan

masalah anatara lain sebagai berikut:

1.2.1 Apa definisi dari pityriasis versicolor ?

1.2.2 Bagaimana etiologi dari pityriasis versicolor?

1.2.3 Bagaimana epidemiologi pityriasis versicolor?

1.2.4 Bagaimana cara penularan pityriasis versicolor?

1.2.5 Bagaimana patofisiologi dari pityriasis versicolor?

1.2.6 Bagaimana manifestasi klinis dari pityriasis versicolor?

1.2.7 Bagaimana diagnose banding dari pityriasis versicolor?

1.2.8 Bagaimana gambaran klinis dari pityriasis versicolor?

1.2.9 Bagaimana pemeriksaan penunjang dari pityriasis versicolor?

1.2.10Bagaimana penatalaksanaan dari pityriasis versicolor?

1.2.11Bagaimana perencegahan dari penyakit pityriasis versicolor ?

1.2.12Bagaimana prognosis dari pityriasis versicolor?

2

Page 3: makalah panu

1.2.13Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan pityriasis

versicolor ?

1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya:

1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari pityriasis versicolor .

1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari pityriasis versicolor.

1.3.3 Untuk mengetahui epidemiologi pityriasis versicolor.

1.3.4 Untuk mengetahui cara penularan pityriasis versicolor.

1.3.5 Untuk mengetahui patofisiologi dari pityriasis versicolor.

1.3.6 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari pityriasis versicolor.

1.3.7 Untuk mengetahui diagnose banding dari pityriasis versicolor.

1.3.8 Untuk mengetahui gambaran klinis pityriasis versicolor.

1.3.9 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari pityriasis

versicolor.

1.3.10 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari pityriasis versicolor.

1.3.11 Untuk mengetahui pencegahan dari penyakit pityriasis

versicolor.

1.3.12 Untuk mengetahui prognosis dari pityriasis versicolor.

1.3.13 Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada

pasien dengan pityriasis versicolor.

3

Page 4: makalah panu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Pityriasis versicolor adalah infeksi jamur superfisial pada kulit yang

disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculare dan ditandai

dengan adanya makula di kulit, skuama halus dan disertai rasa gatal. Infeksi

ini bersifat menahun, ringan dan biasanya tanpa peradangan. Pityriasis

versicolor biasanya mengenai wajah, leher, badan, lengan atas, ketiak,

paha, dan lipatan paha (Madani A, 2000).

Penyakit ini terutama terdapat pada orang dewasa muda, dan

disebabkan oleh ragi Malassezia, yang merupakan komensal kulit normal

pada folikel pilosebaseus. Ini merupakan kelainan yang biasa didapatkan di

daerah beriklim sedang, bahkan lebih sering lagi terdapat di daerah beriklim

tropis. Alasan mengapa multipikasi ragi tersebut sampai terjadi dan dapat

menimbulkan lesi kulit pada orang-orang tertentu belum diketahui (Graham -

Brown, 2005).

2.2 Etiologi

Penyebab penyakit ini adalah Malassezia furfur, yang dengan

pemeriksaan morfologi dan imunoflorensi indirek ternyata identik dengan

Pityrosporum orbiculare . Prevalensi Pityriasis versicolor lebih tinggi (50%) di

daerah tropis yang bersuhu hangat dan lembab (Radiono, 2001)

2.3 Epidemiologi

Pityriasis versicolor adalah penyakit universal tapi lebih banyak

dijumpai di daerah tropis karena tingginya temperatur dan kelembaban.

Menyerang hampir semua umur terutama remaja, terbanyak pada usia 16-40

tahun. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita, walaupun di Amerika

Serikat dilaporkan bahwa penderita pada usia 20-30 tahun dengan

perbandingan 1,09% pria dan 0,6% wanita. Insiden yang akurat di Indonesia

belum ada, namun diperkirakan 40-50% dari populasi di negara tropis

terkena penyakit ini, sedangkan di negara subtropis yaitu Eropa tengah dan

utara hanya 0,5-1% dari semua penyakit jamur (Partogi, 2008).

4

Page 5: makalah panu

Pityriasis versicolor dapat terjadi di seluruh dunia, tetapi penyakit ini

lebih sering menyerang daerah yang beriklim tropis dan sub tropis. Di Mexico

50% penduduknya menderita penyakit ini. Penyakit ini dapat terjadi pada pria

dan wanita, dimana pria lebih sering terserang dibanding wanita dengan

perbandingan 3 : 2 (Amelia, 2011).

2.4 Cara Penularan

Sebagian besar kasus Pityriasis versicolor terjadi karena aktivasi

Malassezia furfur pada tubuh penderita sendiri (autothocus flora), walaupun

dilaporkan pula adanya penularan dari individu lain. Kondisi patogen terjadi

bila terdapat perubahan keseimbangan hubungan antara hospes dengan ragi

sebagai flora normal kulit. Dalam kondisi tertentu Malassezia furfur akan

berkembang ke bentuk miselial, dan bersifat lebih patogenik. Keadaan yang

mempengaruhi keseimbangan antara hospes dengan ragi tersebut diduga

adalah faktor lingkungan atau faktor individual. Faktor lingkungan diantaranya

adalah lingkungan mikro pada kulit, misalnya kelembaban kulit. Sedangkan

faktor individual antara lain adanya kecenderungan genetik, atau adanya

penyakit yang mendasari misalnya sindrom Cushing atau malnutrisi

(Radiono, 2001).

2.5 Patofisiologi

Pityriasis versicolor timbul disebabkan oleh organisme dimorfik, lipofilik

yaitu Malassezia furfur, yang dibiakan hanya pada media kaya asam lemak

rantai C12 – C14.Pityrosporon orbiculare,pityrosporon ovale, dan malassezia

furfur merupakan sinonim dari M.Furftur merupakan flora normal kutaneus

manusia, dan ditemukan pada 18% bayi dan 90-100% dewasa (Partogi,

2008).

Pada pasien dengan stadium klinis jamur tersebut dapat ditemukan

dalam bentuk spora dan dalam bentuk filament (hifa).Faktor-faktor yang

menyebabkan berkembangnya menjadi parasit sebagai berikut:

1. Faktor eksogen meliputi suhu, kelembaban udara dan keringat

(Budimulja, 2001). Hal ini merupakan penyebab sehingga

pityriasis versicolor banyak di jumpai di daerah tropis dan pada

musim panas didaerah subtropis. Faktor eksogen lain adalah

penutupan kulit oleh pakaianatau kosmetik dimana akan

5

Page 6: makalah panu

mengakibatkan peningkatan konsentrasi CO2, mikroflora dan

pH (Partogi, 2008).

2. Sedangkan faktor endogen meliputi malnutrisi, dermatitis

seboroik,sindrom cushing, terapi imunosupresan, hiperhidrosis,

dan riwayat keluarga yang positif. Disamping itu bias juga

karena Diabetes Melitus, pemakaian steroid jangka panjang,

kehamilan, dan penyakit-penyakit berat lainnya yang dapat

mempermudah timbulnya Pityriasis versicolor (Partogi, 2008).

Patogenesis dari makula hipopigmentasi oleh terhambatnya sinar

matahari yang masuk ke dalam lapisan kulit akan mengganggu proses

pembentukan melanin, adanya toksin yang langsung menghambat

pembentukan melanin, dan adanya asam azeleat yang dihasilkan oleh

Pityrosporum dari asam lemak dalam serum yang merupakan inhibitor

kompetitf dari tirosinase (Partogi, 2008).

Beberapa faktor dapat berperan penting dalam perkembangan dan

manifestasi klinik dari Pityriasis versicolor.Lemak kulit memiliki pengaruh

pityrosporum merupakan jamur yang lipofilik dan bergantung kepada lemak

sehingga memiliki kaitan erat dengan trigliserida dan asam lemak yang

diproduksi oleh kelenjar serbasea. Ketergantungan terhadap lemak

menjelaskan bahwa Pityriasis versicolor memiliki prediksi pada kulit secara

fisiologik kaya akan kelenjar serbasea,dan tidak muncul pada tangan dan

telapak kaki. Pityriasis versicolor jarang pada anak-anak dan orang tua

karena kulit mereka rendah akan konsentrasi lemak, berbeda dengan orang

muda. Sekresi keringat pada daerah tropical endemic Pityriasis versicolor,

suhu akan mengakibatkan peningkatan sekresi keringat yang mempengaruhi

komposisi lapisan lemak kulit dan berhubungan dengan inisiasi Pityriasis

versicolor. Faktor hormonal,dilaporkan bahwa kasus Pityriasis versicolor

meningkat pada Atrogenik Cushing Syndrome yang diakibatkan perubahan-

perubahan status kulit,juga pada kehamilan dan akne vulgaris proses

depigmentasi kulit pada Pityriasis versicolor bersifat subyektif yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, ras, paparan matahari, inflamasi kulit, dan

efeknya langsung pityrosporum pada melanocytes. Studi histologi,

menunjukkan kehadiran sejumlah melanocytes pada daerah noda lesi

dengan dengeneratif dari Pityriasis versicolor. Hal ini memberikan petunjuk

terjadinya penurunan produksi melanin, penghambatan transfer melanin pada

6

Page 7: makalah panu

keratinocytes, kedua hal tersebut menimbulkan kekurangan melanin pada

kulit. Pendapat lain bahwa lesi hipopigmentasi terjadi karena mekanisme

penyaringan sinar matahari oleh jamur sehingga lesi kulit menjadi lebih

terang dibandingkan dengan kulit sekitar lesi yang lebih gelap.Namum

pendapat ini kurang tepat untuk menjelaskan hipopigmentasi pada Pityriasis

versicolor karena beberapa kasus hipopigmentasi pada Pityriasis versicolor

tanpa terpapar oleh sinar matahari.

2.6 Manifestasi Klinis

Kelainan kulit Pityriasis versicolor sangat superficial dan ditemukan

terutama dibadan. Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak, berwarna -

warna, bentuk tidak teratur sampai teratur,batas jelas sampai difus. Bercak-

bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan lampu Wood. Bentuk

papulo-vaskular dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya

asimtomatik sehingga ada kalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia

bepenyakit tersebut. Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal

ringan, yang merupakan alasan berobat. Pseudoakromia akibat tidak

terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh tokis jamur terhadap

pembentukan pigmen sering dikeluhkan penerita. Penyakit ini sering dilihat

pada remaja walaupun anak-anak dan orang dewasa tua tidak luput dari

infeksi (Burke,2006).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi, yaitu fakor herediter,

penderita yang sakit kronik atau yang mendapat pengobatan steroid dan

nutrisi Pityriasis versicolor muncul dengan tiga bentuk, yaitu:

1. Papulosquamous

a. Paling sering bermanifestasi dalam gambaran bersisik,

batas jelas, banyak makula bulat samapi oval yang

tersebar pada batang tubuh, dada, leher, extrimitas, dan

kadang pada bagian bawah perut.

b. Macula cendrung untuk menyatu, membentuk area

pigmentasi irregular.Area yang terinfeksi dapat menjadi

gelap atau menjadi lebih terang dari kulit sekitar.

c. Kondisi ini akan lebih terlihat pada musim panas dimana

perbedaan warna akan lebih menonjol.

7

Page 8: makalah panu

2. Inverse Pityriasis versicolor

a. Bentuk kebalikan dari Pityriasis versicolor pada keadaan

distribusi yang berbeda, kelainan pada region

flexural,wajah atau area tertentu pada ekstrimitas.Bentuk

ini lebih sering terlihat pada pasien yang mengalami

gangguan imunodefisiensi.

b. Bentuk ini dapat dibingungkan dengan kandidiasis,

dermatitis seborrhonik, psoriasis, erythrasma, dan infeksi

dermatophyte.

3. Folliculitis

a. Bentuk ketiga dari infeksi M.frurfur pada kulit melibatkan

folikel rambut.Kondisi ini biasanya terjadi pada area

punggung, dada, dan extrimitas.

b. Bentuk ini secara klinis sulit dibedakan dengan folikulitis,

bacterial. Infeksi akibat Pityrosporum folliculitis berupa

papula kemerahan atau pustula.

c. Factor predisposisi diantaranya diabetes, kelembapan

tinggi, terapi steroid atau antibiotika dan terapi

immunosupresan. Beberapa laporan menunjukkan

bahwa M.furfur memiliki peran dalan dermatitis sebrrhoik.

2.7 Diagnosa Banding

Diagnosa banding Pityriasis versicolor adalah :

a. Dermatitis seboroik

b. Sifilis stadium II

c. Pityriasis rosea

d. Psoriasis vulgaris

e. Vitiligo

f. Morbus Hansen tipe Tuberkoloid

g. Eritrasma

h. Pityriasis Alba

i. Hipopigmentasi pascainflamasi (Madani A, 2000).

8

Page 9: makalah panu

2.8 Gambaran Klinis

Kelainan kulit Pityriasis versicolor sangat superfisial dan ditemukan

terutama di badan. Kelainan ini terlihat sebagai bercak - bercak berwarna -

warni, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak -

bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan lampu Wood. Bentuk

papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya

asimtomatik sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia

berpenyakit tersebut (Budimulja, 2002).

Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang

merupakan alasan berobat. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar

matahari atau kemungkinan pengaruh toksis jamur terhadap pembentukan

pigmen, sering dikeluhkan penderita (Budimulja, 2002).

Penderita pada umumnya hanya mengeluhkan adanya bercak atau

makula berwarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi)

dengan rasa gatal ringan yang umumnya muncul saat berkeringat (Radiono,

2001).

Bentuk lesi tidak teratur dapat berbatas tegas atau difus. Sering

didapatkan lesi bentuk folikular atau lebih besar, atau bentuk numular yang

meluas membentuk plakat. Kadang-kadang dijumpai bentuk campuran, yaitu

folikular dengan numular, folikular dengan plakat ataupun folikular, atau

numular dan plakat (Madani A, 2000).

Pada kulit yang terang, lesi berupa makula cokelat muda dengan

skuama halus di permukaan, terutama terdapat di badan dan lengan atas.

Kelainan ini biasanya bersifat asimtomatik, hanya berupa gangguan

kosmetik. Pada kulit gelap, penampakan yang khas berupa bercak-bercak

hipopigmentasi. Hilangnya pigmen diduga ada hubungannya dengan

produksi asam azelaik oleh ragi, yang menghambat tironase dan dengan

demikian mengganggu produksi melanin. Inilah sebabnya mengapa lesi

berwarna cokelat pada kulit yang pucat tidak diketahui. Variasi warna yang

tergantung pada warna kulit aslinya merupakan sebab mengapa penyakit

tersebut dinamakan “Versicolor” (Graham-Brown, 2005).

9

Page 10: makalah panu

2.9 Pemeriksaan Penunjang

Selain mengenal kelainan-kelainan yang khas yang disebabkan oleh

Malassezia fulfur diagnosa Pityriasis versicolor harus dibantu dengan

pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:

1. Pemeriksaan mikologis kerokan kulit

Pemeriksaan ini dengan pengambilan bahan dapat dengan

kerokan biasa atau dengan menggunakan cellotape yang ditempel pada

lesi.Setelah diambil, bahan diletakkan di atas gelas obyek lalu diteteskan

larutan KOH 20% dengan 1 bagian tinta parker blueback superchrome X

akan lebih memperjelas pembacaan karena member tampilan warna biru

yang cerah pada elemen-elemen jamur (Radiono, 2001).

Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara mengerok bagian

kulit yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas

alkohol 70%, lalu dikerok dengan skalpel steril dan jatuhannya ditampung

dalam lempenglempeng steril pula. Sebagian dari bahan tersebut

diperiksa langsung dengan KOH% yang diberi tinta Parker Biru Hitam,

Dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa di

bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka kelihatan

garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak-jarak

tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti butir-butir yang

bersambung seperti kalung. Pada Pityriasis versicolor hifa tampak

pendekpendek, bercabang, terpotong-potong, lurus atau bengkok dengan

spora yang berkelompok (Trelia, 2003).

Hasil positif :

Hifa pendek, lurus, bengkok (seperti huruf I, v, j ) dan

gerombolan spora budding yeast yang berbentuk bulat

mirip seperti sphagetti with meatballs.

Hasil negatif :

Bila tidak ada lagi hife, maka berarti bukan Pityriasis

versicolor walaupun ada spora.

2. Pemeriksaan dengan Sinar Wood

Pemeriksaan dengan Sinar Wood,dapat memberikan perubahan

warna pada seluruh daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat.

10

Page 11: makalah panu

Daerah yang terkena infeksi akan memperlihatkan fluoresensi warna

kuning keemasan sampai orange (Trelia, 2003).

Untuk menegakkan diagnosis dan untuk menentukan luasnya lesi

dapat dilakukan pemeriksaan dengan penyinaran lampu wood pada

seluruh tubuh penderita dalam kamar gelap.Hasilnya positif apabila

terlihat fluoresensi berwarna kuning emas pada lesi tersebut.

2.10 Penatalaksanaan

Pengobatan Pityriasis versicolor dapat diterapi secara topikal maupun

sistemik. Tingginya angka kekambuhan merupakan masalah, dimana

mencapai 60% pada tahun pertama dan 80% setelah tahun kedua. Oleh

sebab itu diperlukan terapi, profilaksis untuk mencegah rekurensi :

2.10.1 Pengobatan Topikal

Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan

konsisten. Obat yang dapat digunakan ialah :

a. Selenium sulfida 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali

seminggu. Obat digosokkan pada lesi dan didiamkan selama

15-30 menit sebelum mandi

b. Salisil spiritus 10%

c. Turunan azol, misalnya : mikozanol, klotrimazol, isokonazol dan

ekonazol dalam bentuk topikal

d. Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%

e. Larutan Natrium Tiosulfas 25%, dioleskan 2 kali sehari sehabis

mandi selama 2 minggu. (Partogi, 2008)

2.10.2 Pengobatan Sistemik

Pengobatan sistemik diberikan pada kasus Pityriasis

versicolor yang luasatau jika pemakaian obat topikal tidak berhasil.

Obat yang dapat diberikan adalah :

a. Ketoconazole, Dosis: 200 mg per hari selama 10 hari

b. Fluconazole, Dosis: dosis tunggal 150-300 mg setiap minggu

c. Itraconazole, Dosis: 100 mg per hari selama 2 minggu (Madani

A, 2000)

2.10.3 Terapi hipopigmentasi (Leukoderma)

a. Liquor carbonas detergent 5%, salep pagi/malam

b. Krim kortikosteroid menengah pagi dan malam

11

Page 12: makalah panu

c. Jemur di matahari >10 menit antara jam 10.00-15.00

(Murtiastutik,2009).

Pityriasis versicolor cenderung untuk kambuh, sehingga pengobatan

harusdiulangi. Daerah hipopigmentasi perlu Waktu yang lama untuk

repigmentasi, dan kedaan yang bertahan lama ini janganlah dianggap

sebagai suatu kegagalan pengobatan (Graham-Brown, 2005).

2.11 Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya Pityriasis versicolor dapat disarankan

pemakaian 50% propilen glikol dalam air untuk pencegahan kekambuhan.

Pada daerah endemik dapat disarankan pemakaian ketokonazol 200

mg/hari selama 3 bulan atau itrakonazol 200 mg sekali sebulan atau

pemakaian sampo selenium sulfid sekali seminggu (Radiono, 2001).

Untuk mencegah timbulnya kekambuhan, perlu diberikan pengobatan

pencegahan, misalnya sekali dalam seminggu, sebulan dan seterusnya.

Warna kulit akan pulih kembali bila tidak terjadi reinfeksi. Pajanan terhadap

sinar matahari dan kalau perlu obat fototoksik dapat dipakai dengan hati-

hati, misalnya oleum bergamot atau metoksalen untuk memulihkan warna

kulit tersebut (Madani A, 2000).

2.12 Prognosis

Prognosisnya baik dalam hal kesembuhan,bila pengobataan dilakukan

menyeluruh, tekun dan konsisten. Pengobatan harus di teruskan 2 minggu

setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu wood dan sediaan

langsung negatif (Partogi, 2008).

12

Page 13: makalah panu

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN PITYRIASIS VERSICOLOR

3.1 Pengkajian Sistem Integumen

Nama

Mahasiswa

: Ni Kadek Mahayuni

Ardani

Tempat Praktik : Buring

NIM : 1201040299 Tanggal

Praktik

: 03-09-2014

A. Identitas Klien

Nama : Tn. I

Usia : 42 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl.Mayjen Sungkono,Buring,Malang,Jawa Timur.

No. Tlp : 08123981823

Status pernikahan : Kawin

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tukang kebun dan Petani

Lama bekerja : 9 tahun sampai sekarang

B. Status Kesehatan Saat Ini

1. Keluhan Utama :

Pasien mengatakan terdapat berca-bercak putih yang tidak gatal

pada daerah lengan atas kanan dan kiri bertambah banyak sejak 1

bulan yang lalu.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Bercak- bercak putih yang tidak gatal di lengan atas kanan dan kiri

sampai punggung bertambah banyak 1 bulan yang lalu.Awalnya bercak

putih dirasakan dilengan atas kanan dan kiri sebesar biji jagung yang

berjumlah sekitar 6 buah pada 2 bulan yang lalu bercak tersebut

bertambah banyak dan meluas disekitar lengan atas kanan dan kiri

13

Page 14: makalah panu

serta muncul bercak putih di punggung. Bercak-bercak putih terasa

gatal kalau pasien berkeringat.Bercak putih tersebut jika digaruk maka

bercak semakin jelas.Pasien suka menggunakan pakaian berlapis dan

tidak menyerap keringat.Pasien bekerja dari pagi samapai sore sebagai

tukang kebun dan petani, pasien bekerja tanpa menggunakan pelindung

diri seperti topi,dan lebih sering terpapar sinar matahari. Pasien suka

berkerinngat sejak menggunakan pakaian berlapis,setiap pakaian

pasien terasa lembab karena keringat dan tidak sering diganti.Pasien

suka makan makanan pedas yang mengakibatkan pasien sering

berkeringat saat makan.Pasien mengganti baju 1 kali dan 2 kali mandi

dalam sehari.Kelembaban tempat tinggal tinggi.Pasien tinggal dirumah

kontrakan dengan satu ruang tamu dan dua kamar tidur, kamar tidur

pasien berukuran 3x2 m², dengan satu jendela dan 2 ventilasi, kamar di

huni oleh pasien dan istrinya, dan hanya menggunakan kipas angin

kecil.Pasien tidak ada mengeluhkan mati rasa atau kurang berasa pada

bercak-bercak putih tersebut.Riwayat trauma tidak ada, bercak-bercak

merah yang berubah warna menjadi putih tidak ada.Riwayat

mengonsumsi obat-obatan yang lama tidak ada,hanya menggunakan

salep ( kalpanak) selama 7 hari yang dibeli dipasaran.

C. Riwayat Kesehatan Terdahulu

Pasien tidak pernah menderita penyakit panu atau pityriasis versicolor

sebelumnya.

1. Penyakit yang pernah dialami

a. Kecelakaan (jenis dan waktu) : tidak ada

b. Operasi (jenis dan waktu) : tidak ada

c. Penyakit

- Kronis : tidak ada

- Akut : pityriasis versicolor

d. Terakhir MRS : tidak ada

2. Alergi (obat, makanan, plester, dll)

Tipe Reaksi Tindakan

Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Tidak ada Tidak ada

14

Page 15: makalah panu

3. Imunisasi

( √ ) BCG ( √ ) Hepatitis

( √ ) Polio ( √ ) Campak

( √ ) DPT

4. Kebiasaan

Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya

Merokok 5x sehari 2 batang ± 20 thn yang lalu

Minum Kopi 1x sehari 1 gelas ± 20 thn yang lalu

Alkoholisme Tidak ada Tidak ada Tidak ada

5. Obat-obatan yang digunakan

Jenis Lamanya Dosis

Kalpanax 7 hari 2 x sehari

D. Riwayat Keluarga

Keterangan :

: Laki – laki : Meninggal : Klien

: Perempuan : Tinggal Serumah

15

Tn. I

Page 16: makalah panu

E. Riwayat Lingkungan

Jenis Rumah Pekerjaan

Kebersihan Baik Kurang

Bahaya Kecelakaan Tidak ada Ada

Polusi Tidak ada Ada

Ventilasi Cukup baik, 6 ventilasi kurang,ventilasi tidak baik

Pencahayaan Baik, 7 pencahayaan Berlebih ,terpapar sinar

matahari

F. Pola Aktivitas-Latihan

Jenis Di Rumah

Makan/minum Mandiri

Mandi Mandiri

Berpakaian/berdandan Mandiri

Toiletting Mandiri

Mobilitas di tempat tidur Mandiri

Berpindah Mandiri

Berjalan Mandiri

Naik tangga Mandiri

G. Pola Nutrisi-Metabolik

Jenis Di Rumah

Jenis diet/makanan Tidak ada

Frekuensi/pola 3x sehari

Porsi yg dihabiskan 1 porsi

Komposisi menu Nasi, lauk-pauk dan sayuran

Pantangan Tidak ada

Nafsu makan Baik

Berat Badan 65 kg

Sukar menelan (padat/cair) Tidak ada

Pemakaian gigi palsu (area) Tidak ada

Riw. Mslh penyembuhan luka Tidak ada

H. Pola Kebersihan Diri

16

Page 17: makalah panu

Jenis Di Rumah

Mandi : Frekuensi 2x sehari

Penggunaan sabun Ya dengan sabun batangan

Keramas : Frekuensi Setiap mandi

Penggunaan sampo Ya

Gosok gigi : Frekuensi 2x sehari

Penggunaan odol Ya

Kesulitan Tidak ada

Upaya yg dilakukan Tidak ada

I. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

a. Kesadaran : composmentis

b. Tanda-

tanda

vital :

c. TB : 169 cm BB : 65 kg

2. Kulit

Warna kulit : Sawo matang

Kelembaban : Normal (kesan kering tidak berlebihan)

Temperatur : Hangat keseluruhan

Tekstur : Lembut, halus dan kenyal

Turgor : Baik (kembali < 2 detik)

Edema : Konsistensi : tidak ada

Suhu : tidak ada

Bentuk : tidak ada

Mobilisasi : tidak ada

Odor/bau : Tidak berbau

Lesi : Lokasi : punggung,lengan atas kanan dan kiri

Distribusi : bercak-bercak putih sedikit menyebar ke

daerah pundak dan dada

Ukuran : luas di daerah pungung

17

TD : 130/80 mmHg Suhu : 36,8°C

RR : 20 x/menit Nadi : 87 x/menit

Page 18: makalah panu

Warna : bercak-bercak putih

3. Rambut

Distribusi secara bilateral : Aksila : normal sesuai perkembangan usia

Pubis : normal sesuai perkembangan usia

Ketebalan dan tekstur : Normal dan tekstur baik

4. Kuku

Inspeksi : Warna : merah muda

Bantuk : simestris dan tidak terdapat lesi

Ketebalan : baik

Palpasi : Capilary refill time (CRT) : normal (kembali dalam waktu < 2

detik)

3.2 Analisa Data

No

.

Pengelompokan

Data

Etiologi Problem

1. DS :

- Klien mengatakan

terdapat bercak-

bercak putih yang

tidak gatal pada

punggung dan

kedua lengan atas

kanan dan kiri.

- Klien mengatakan

bercak putih terasa

gatal jika berkeringat

- Klien mengatakan

bercak putih tersebut

jika digaruk maka

akan tampak lebih

Jamur malassezia furfur

teraktivasi

Perubahan

keseimbangan flora

normal kulit

Faktor lingkungan

(kelembaban kulit)

Jamur berkembang

menjadi

Miselia yang bersifat

patogenik

Kerusakan

integritas kulit

18

Page 19: makalah panu

jelas

DO :

- Terdapat

hipopigmentasi pada

punggung dan

kedua lengan atas

- TTV

TD : 130/80 mmHg,

RR : 20 x/mnt, N : 87

x/mnt,S : 36,8°c

- Di atas area

kelainan kulit

tersebut tedapat

sisik halus (skuama)

Menghasilkan asam

bikarbonat

Menghambat tirosinase

pada melanosit

epidermis

Pigmen melanosit tidak

terbentuk

Hipopigmentasi

Perubahan fungsi barier

kulit akibat pityriasis

versicolor

2. DS :

- Pasien mengatakan

malu untuk memakai

pakaian yang

pendek

- Pasien merasa tidak

percaya diri kalau

berkumpul dengan

masyarakat

setempat atau di

tempat kerja

DO :

- Pasien terlihat selalu

berpakaian panjang

dan berlapis

- pasien terlihat

menghindari kontak

mata

- ucapan pasien

seperti

Hipopigmentasi

Malu dalam berpakaian

seperti biasanya

(lengan pendek)

Sosialisasi dengan

masyarakat setempat

berkurang

Gangguan citra tubuh

Gangguan citra

tubuh

19

Page 20: makalah panu

merendahkan diri

sendiri

- pasien terlihat

kurang bersosialisasi

dengan masyarakat

setempat

3. DS :

- pasien mengatakan

tidak tahu cara

pengobatan penyakit

tersebut

- pasien mengatakan

malas untuk

mengganti baju jika

baju lembab

- pasien mengatakan

mandi menggunakan

sabun batang yang

bergantian dengan

teman kerjanya

beserta handuk

mandi

- pasien mengatakan

jarang menjemur

handuk

DO :

- pasien terlihat

memakai baju

berlapis dan tidak

menyerap keringat

- pasien tidak tahu

setelah ditanya

manfaat

penggunaan alat

pribadi

Faktor lingkungan

Penggunaan sabun dan

handuk bersama

Penularan jamur M.

furfur

Hipopigmentasi

Interpretasi informasi

yang salah

Kurang pengetahuan

mengenai penyakit

Kurang

pengetahuan

(kebutuhan

belajar) mengenai

penyakit

20

Page 21: makalah panu

- pasien tampak

bingung

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi

barier kulit akibat Pityriasis versicolor

2. Gangguan citra tubuh (harga diri) berhubungan dengan faktor

psikososial seperti pandangan masyarakat terhadap diri ditandai

dengan pernyataan perasaan negatif tentang ini.

3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit,

prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang

pemajanan / mengingat, kesalahan interpretasi informasi ditandai

dengan pertanyaan/permintaan informasi, pernyataan salah

konsepsi.

3.4 Rencana Tindakan Keperawatan

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier

kulit akibat pityriasis versicolor.

Tujuan : Mencapai penyembuhan tepat waktu

Kriteria hasil : Menunjukkan regenerasi jaringan

No. Rencana Tindakan Rasional

1. Kaji keadaan kulit. Mengetahui dan mengidentifikasi

kerusakan kulit untuk melakukan intervensi

yang tepat

2. Kaji keadaan umum dan

observasi TTV

Mengetahui perubahan status kesehatan

pasien

3. Kaji perubahan warna kulit Mengetahui perubahan status kesehatan

pasien.

4 Pertahankan agar daerah

yang terinfeksi tetap bersih

dan kering

Membantu mempercepat proses

penyembuhan

5 Kalaborasi dengan dokter

dalam pemberian obat-obatan

Oleskan salep pada kulit yang telah

bersih,setelah mandi atau sebelum tidur,

meskipun lesinya telah hilang.

Menghentikan pengobatan dengan salep

21

Page 22: makalah panu

dapat menimbulkan

kekambuhan.Pasalnya jamur belum

terbasmi dengan tuntas.

Bila lesinya minimal atau terbatas, dapat

diberikan secara topical dengan golongan

imidazol, misalnya ketoconazole dalam

bentuk krim. Pengobatan harus dilakukan

menyeluruh, tekun, dan konsistensi,

karena penyakit panu sering kambuh dan

untuk mencegah serangan ulang.

2. Gangguan citra tubuh (harga diri) berhubungan dengan faktor psikososial

seperti pandangan masyarakat terhadap diri ditandai dengan pernyataan

perasaan negatif tentang ini.

Tujuan : Citra tubuh/hrga diri kembali

Kriteria hasil : Menyatakan penerimaan diri sesuai situasi.

No. Rencana Tindakan Rasional

1. Kaji adanya gangguan citra

diri (menghndari kontak

mata, ucapan merendahkan

diri sendiri)

Gangguan citra diri akan menyertai

setiap penyakit atau keadaan yang

tampak nyata bagi pasien,kesan

orang terhadap dirinya berpengaruh

terhadap konsep diri

2. Kaji perubahan perilaku

pasien seperti: menutup diri,

malu berhadapan dengan

orang lain

Mengetahui tingkat ketidak percayaan

diri pasien dalam menentukan

intervensi selanjutnya

3. Bersikap realistis dan positif

selama pengobatan, pada

penyuluhan pasien

Meningkatkan kepercayaan dan

mengadakan hubungan antara

perawat dan pasien

4. Tingkatkan komunikasi

terbuka menghindari tiritik /

penularan tetang perilaku

pasien.

Meningkatkan keingingan untuk

mendiskusikan kesulitan / menyusun

ulang dan mengatasi masalah.

22

Page 23: makalah panu

5. Berikan penguatan positif

terhadap kemajuan

Kata-kata penguatan dapat

mendukung terjadinya prilaku koping

positif

6. Dorong interaksi keluarga Mempertahankan garis komunikasi

dan memberikan dukungan terus

menerus pada pasien

3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis

dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan /

mengingat, kesalahan interpretasi informasi ditandai dengan

pertanyaan/permintaan informasi, pernyataan salah konsepsi.

Tujuan : informasi kesehatan terpenuhi

Kriteria hasil :

1. Termotivasi untuk melaksanakan program terapis secara

komprehensif

2. Terpenuhinya pengetahuan tentang penyakit, prosedur

pengobatan, jadwal kontrol ke dokter ahli kulit,

pencegahan dan perawatan kulit

3. Mengenal perubahan gaya hidup atau tingkah laku untuk

pelaksanaan program terapi

4. Secara subjektif melaporkan keluhan gatal berkurang

No. Rencana Tindakan Rasional

1. Identifikasi sumber - sumber

pendukung yang

memungkinkan untuk

perawatan di rumah

Sumber pendukung seperti keluarga

dapat meberikan dukungan dan

pengawasan agar terlaksananya

program perbaikan kulit.

2. Jelaskan tentang pentingnya

pengobatan antifungus

Pemberian antifungus akan

dilanjutkan di rumah karena

dibutuhkan untuk mengurangi invasi

jamur pada kulit.

3. Anjurkan untuk selalu

menjaga kekeringan pada

Pasien diberitahukan untuk memakai

handuk dan lap wajah yang bersih

23

Page 24: makalah panu

kulit setiap hari. Semua daerah kulit dan

lipatan kulit yang menahan air harus

dikeringkan dengan seksama karena

infeksi jamur akan berkembang pada

udara yang panas dan lembap.

Pakaian yang menyentuh kulit secara

langsung (seperti pakaian dalam)

harus dari pakaian katun yang bersih.

4. Tingkatkan cara hidup sehat

seperti intake makanan yang

baik, keseimbangan antara

aktivitas dan istirahat,

monitor status kesehatan

dan adanya infeksi

Meningkatkan sistem imun dan

pertahanan terhadap infeksi.

5. Beritahu pasien bahwa

mereka dapat menulari

orang lain

Dengan mengetahui kondisi ini, maka

perlu diperhatikan tindakan higienis

rutin serta pemakaian alat pribadi.

3.5 Home Care

1. Keringkan handuk setelah dipakai dan ganti sesering mungkin.

2. Mandi rutin (minimal 2 kali sehari), memakai sabun dan bersih.

3. Simpan atau gantung pakaian di tempat kering.

4. Pola hidup sehat. Hal-hal yang mempengaruhi tumbuhnya jamur

adanya udara yang panas, lembab, kebersihan diri yang kurang,

kegemukan, sosial ekonomi rendah, pemakaian obat-obatan yang

lama, adanya penyakit kronis seperti TBC atau keganasan, dan

penyakit endokrin (diabetes mellitus).

5. Pada kehidupan sehari-hari, sebaiknya bila udara terasa panas, maka

kita harus rajin menyeka keringat yang menempel di badan.

6. Selain itu, setelah terkena air, maka sebaiknya segera

mengeringkannya, karena jamur senang dengan tempat yang lembab.

Dianjurkan pula untuk menggunakan pakaian, ataupun handuk secara

terpisah antar keluarga.

24

Page 25: makalah panu

7. Sebaiknya pula menjaga keseimbangan berat badan. Sebab, pada

orang yang mengalami kegemukan (obesitas), umumnya lebih banyak

mengeluarkan keringat.

8. Pada pagi hari hingga siang membuka ventilasi jendela kamar, agar

sirkulasi udara dapat berjalan baik dan terkena sinar matahari.

9. Rajin menjemur kasur, agar bila ada jamur ataupun mikroorganisme

patologi bisa mati terkena terik matahari.

25

Page 26: makalah panu

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesempulan

Pityriasis versikolor yang disebabkan Malassezia furfur adalah

penyakit jamur superfisial yang berupa bercak berskuama halus yang

bewarna putih sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-

kadang menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher muka dan

kulit kepala yang berambut.

Biasanya timbul makula dalam berbagai ukuran dan warna, terlihat

sebagai bercak-bercak berwarna-warni, berbentuk tidak teratur sampai

teratur, berbatas jelas sampai difus, ditutupi sisik halus dengan rasa gatal

s(ringan), atau asimtomatik (tanpa gejala atau tanpa keluhan) sehingga ada

kalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut.

Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan

pengaruh toksis jamur terhadap pembentukan pigmen. Keluhan gatal ringan

dan bercak hipopigmentasi, merupakan salah satu alasan penderita datang

berobat.

4.2 Saran

Penulis menyadari betul bahwa baik isi maupun penyajian tugas

Asuhan keperawatan Pityriasis Versicolor ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran sebagai

penyempurnaan tugas ini, sehingga dikemudian hari tugas-tugas

selanjutnya dapat bermanfaat bagi semua mahasiswa.

26

Page 27: makalah panu

LAMPIRAN I

PATOFISIOLOGI

27

Malasezia furfur di kulit manusia

Oleh karena faktor :

Endogen ( defisiensi imun ) Eksterogen (suhu, panas,

keringat, lingkungan yang lembab )

Menjadi patogen

Merangsang makrofag Memicu pembesaran melanosom yang dibuat oleh melanosit di lapisan basal

Menghasilkan asam di karbosilat sbg produk sampingannya

Menghambat urosinase

Pigmen melanosit tidak terbentuk

Hipopigmentasi ( macula lebih pucat dari sekitarnya )

Hiperpigmentasi

Meningkatnya sel epidemis

Skuama halus

Pelepasan mediator inflamasi

Peningkatan permebealitas kapiler

Keluarnya protein dari pembuluh darah dermis

Vasodilatasi pembuluh darah

Macula hiperemis

Page 28: makalah panu

28

Hipopigmentasi

Perubaan fungsi barier kulit akibat pityriasis versicolor

Kepercayaan di diri menurun Interprestasi informasi yang tidak adekuat

Kerusakan integritas kulit Sosialisasi berkurang Kurang Pengetahuan

Gangguan citra tubuh

Page 29: makalah panu

LAMPIRAN II

DOKUMENTASI

PASIEN DENGAN PITYRIASIS VERSICOLOR

29

Gambar 2. Tangan KananGambar 1. Tangan Kanan

Gambar 4. Tangan KiriGambar 3.Tangan Kiri

Page 30: makalah panu

30

Gambar 5.Punggung

Page 31: makalah panu

DAFTAR PUSTAKA

Alit.K. 2011.Penanganan Masalah Sistem Integumen (kulit, rambut, kuku).

Surabaya : FK Unair diakses pada tanggal 09 September 2014 dari

http://ners.unair.ac.id

Partogi, Donna. 2008. Pityriasis Versicolor dan Diagnosis Bandingnya. Medan :

USU e – Repository diakses pada tanggal 09 Sptember 2014 dikutip dari

http://repository.usu.ac.id

Raihany. 2013. Tinea Versicolor. Universitas Sumatera Utara diakses

pada 09 September 2014 dikutip dari http://repository.usu.ac.id

Widyawati. 2006. Uji Banding Efektivitas Laos (alpinia galanga) 2% Dengan

Ketokonazol 2% Terhadap Pertumbuhan Malassezia Furfur Pada Ptiriasis

Versikolor Secara In Vitro. Semarang : FK UNDIP diakses pada tanggal 09

september 2014 di kutip dari http://eprints.undip.ac.id

31