16
MAKALAH PANCASILA MATA KULIAH UMUM PANCASILA “POTRET PARTAI POLITIK MENJAWAB PENYIMPANGAN NILAI PANCASILA MENJELANG PEMILU PRESIDEN 2014” Oleh : Kelompok II Faisal Risky (121610101015) Galistyanissa Wirastika (121610101067) Rachel Marcelia Hamada (121610101071) Vinanti Nur C. (121610101072) Alvin Nahdiah (090810301051) Ahmad Naufal Nurjaman (120810101022)

Makalah Pcl

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

MAKALAH PANCASILA

MATA KULIAH UMUM PANCASILA

POTRET PARTAI POLITIK MENJAWAB PENYIMPANGAN NILAI PANCASILA MENJELANG PEMILU PRESIDEN 2014

Oleh :

Kelompok II

Faisal Risky(121610101015)

Galistyanissa Wirastika(121610101067)

Rachel Marcelia Hamada (121610101071)

Vinanti Nur C.(121610101072)

Alvin Nahdiah(090810301051)

Ahmad Naufal Nurjaman(120810101022)

UNIVERSITAS JEMBER2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keadilan diserta demokrasi yang berlaku di Indonesia akan terus mengacu pada dasar dan nilai yang terdapat dalam pancasila serta UUD 1945. Pancasila merupakan landasan utama penentu pandangan hidup bangsa Indonesia. Semua dapat tertata rapi bila menganut apa yang telah menjadi dasar dalam butir-butir pancasila. Namu dewasa ini, pancasila kini hanya sebuat tulisan belaka yang tidak ada artinya lagi. Sedikit demi sedikit mulai tergeser keberadaannya, karena pada kenyataannya telah banyak penyimpangan yang dilakukan dari strata atas hingga bawah. Yang sering kita lihat secara nyata adalah para rakyat yang menduduki sebuah jabatan dengan prospek pencintraan yang cukup bagus. Penyimpangan pun sudah dianggap hal yang biasa dilakukan, dianggap sebagai sesuatu yang bisa dilanggar menjadi biasa dilanggar. Namun dalam perjalanannya demokrasi pemilu di tanah air mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan dalam pelaksanaan pemilu memang hal yang wajar. Dengan berbagai perubahan sistem demokrasi pemilu di Indonesia, rakyat berharap bahwa dengan perubahan tersebut dapat ditemukan bentuk ideal dari sistem pemilu di tanah air. Aspirasi rakyat seakan tersapu angin ketika sampai pada tataran elit penguasa. Banyak kebijakan yang mengatasnamakan rakyat namun sejatinya memihak pada kepentingan individu dan golongan. Kita mengetahui bagaimana nasib rakyat kecil di era yang semakin ganas ini. Penguasa tidak melirik kepentingan rakyat lagi, adapun hanya sebagian dari penguasa atau pihak pemerintah yang masih jujur dan bernurani bersih.

Didalam sila ke-4 Pancasila yang berbunyi Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam perwakilan, terkandung butir butir nilai antara lain (1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. (2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. (3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. (4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. (5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah. (6) Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah. (7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. (5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah. (6) Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah. (7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. (8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. (9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama. (10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan. Namun butir nilai yang terkandung dalam sila tersebut semakin hilang dan tersamarkan artinya. Contoh kecil adalah semakin banyaknya partai politik yang mulai menggunakan uang pelicin bagi rakyat untuk menyuap rakyat untuk memilih suatu partai tertentu agar dapat memenangkan pemilu.

Sebagai Negara Indonesia, kita seharusnya melaksanakan segala sesuatu yang berlandaskan pancasila dan UUD 1945 sebagai acuan untuk menjadi sebagai bangsa yang baik dan tertata.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam makalah ini kami mengangkat masalah yang berkaitan dengan butir-butir pancasila yaitu tentang Penyimpangan Pemilihan Umum Presiden. Masalah yang akan kami bahas adalah mengenai pengertian secara mendalam tentang partai politik, macam gejolak partai politik yang terjadi menjelang pemilu presiden, serta hubungan gejolak partai politik terhadap penyimpangan nilai pancasila.

1.3 Tujuan

Mengetahui dan memahami butir-butir pancasila dan mengaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Partai Politik

Politik berasal dari kata Politics yang memiliki makna bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara, menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem itu. Untuk mencapai suatu tujuan tertentu, diperlukan adanya kebijakan umum atau public policies. Kebijakan tersebut dapat terlaksana jika terdapat kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang nantinya akan membina kerja sama serta menyelesaikan masalah konflik. Politik menyangkut tujuan-tujuan, seluruh masyarakat bukan sebuah tujuan pribadi seseorang. Politik selain menyangkut kepentingan kelompok, juga menyangkut kepentingan partai politik. Jika berdasarkan pengertian politik secara sempit, maka partai politik seperti hanya mencakup untuk politik pelaksanaan pemerintahan negara. Hal ini mencakup keikutsertakan rakyat baik sebagai individu maupun suatu lembaga dalam lingkungan masyarakat.

Berdasarkan UU Menurut UU No.2 Tahun 2008 tentang partai politik, Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Secara umum, Parpol adalah suatu organisasi yang disusun secara rapi dan stabil yang dibentuk oleh sekelompok orang secara sukarela dan mempunyai kesamaan kehendak, cita-cita, dan persamaan ideologi tertentu dan berusaha untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan melalui pemilihan umum untuk mewujudkan alternatif kebijakan atau program-program yang telah mereka susun. Suatu batasan perilaku setiap partai politik dibutuhkan dalam interaksi politik. Etika politik sebagai landasan filsafat partai politik yang mencakup seluruh masyarakat.

Etika politik tidak lepas dari subjek manusia sehingga sangat erat kaitannya dengan nilai moral. Walaupun dalam hubungannya mengarah kepada bangsa dan negara, etika politik juga tetap mendasarkan manusia sebagai manusia. Dasar ini meneguhkan akar etika politik bahwa didasarakan hakikat manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya. Suatu individu yang berperilaku tidak sesuai dengan hukum yang berlaku, dianggap tidak baik menurut negaranya walaupun memiliki moral yang baik. Oleh karenanya, aktualisasi etika politik seharusnya mendasarkan kepada ukuran harkat dan martabat manusia sebagai manusia.

2.2 Gejolak Partai Politik Yang Terjadi Menjelang Pemilu Presiden

Pemilu merupakan pemilihan umum yang dilakukan rakyat dengan cara demokrasi yaitusebuah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Begitulah pemahaman yang paling sederhana tentang demokrasi, yang diketahui oleh hampir semua orang. demokrasi merupakan suatu kekuasaan, atau lebih tepatnya pengelolaan kekuasaan secara beradab dengan sistem manajemenkekuasaan yang dilandasi oleh nilai-nilai dan etikaserta peradaban yang menghargai martabatmanusia.

Pelaku utama demokrasi adalah kita semua, setiap orang yang selama ini selalu diatasnamakan namun tak pernah ikut menentukan. Menjaga proses demokratisasi adalah memahami secara benar hak-hak yang kita miliki, menjaga hak-hak itu agar siapapun menghormatinya, melawan siapapun yang berusaha melangggarhak-hak itu.

Menjelang pemilu partai politik saling berlomba untuk menguatkan kandidat yang mereka usung menjadi capres. Media masa digunakan untuk melakukan pencitraan, tidak hanya itu bahkan terekesan saling menyudutkan parpol lawan. Harusnya social media bisa sumber informasi, tapi sekarang malah jadi senjata atau tawuran antar pendukung politik pihak tertentu. Anggaran yang digunakan untuk pencitraan, disinyalir dapat dari dana bansos yang diselewengkan untuk dana kampanye. Sehingga alokasi dana tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya.

Dengan banyaknya berita tentang politik, masyarakat semakin bosan dan bingung memilih siapa dikarenakan kepercayaan mereka sudah luntur terhadap petinggi Negara. Pemberitaan di media masa sering menampilkan kebobrokan attitude mereka yang tidak menepati janji. Begitu sempurnanya visi dan misi yang di usung namun tidak sedikit-pun yang menjadi kenyataan dan masyarakat Indonesia menjadi imbas dari keserakahan mereka. Kelaparan, kemiskinan, kesehatan, pengangguran tetap saja tidak bisa diatasi. anggota partai politik hanya mengedepankan kemakmuran diri dan keluarganya saja bukan mengedepankan kemakmuran masyarakat.

Mungkin semua ini dikarenakan cadangan SDM yang dimiliki bangsa masih terbatas. Larangan bagi PNS, polisi, dan tentara untuk masuk parpol juga memperlemah SDM dalam tubuh parpol. Itulah sebabnya, parpol masih mayoritas dikendalikan oleh politikus lama. Kalaupun kemudian beberapa kalangan muda masuk ke tubuh parpol, sisi ketokohan belum terbangun. Dari sinilah kritisisme terbangun justru di kalangan kaum intelektual dan masyarakat sipil yang sejak awal justru memberikan kekuasaan maksimal kepada partai politik dalam amandemen.

Menjelang pemilu yang kerap terjadi para calon kandidat berlomba-lomba mendekati masyarakat dengan berbagai macam cara yang dilakukan. contonhya para calon kandidat mendekati warganya dengan cara blusukan, menyapa dan merangkulnya padahal sebelumnya para calon tersebut belum tentu mau merangkulnya dan terjun langsung dengan warganya. Sebuah fenomena trend baru model gaya blusukan para calon kandidat di Indonesia menjelang pemilu.

2.3 Korelasi Antara Gejolak Partai Terhadap Nilai-Nilai Pancasila

Kasus-kasus mengenai korupsi dalam partai politik yang digunakan sebagai senjata untuk saling menjatuhkan antar parpol menjelang pemilu 2014, menggambarkan pelanggaran pada 45 butir-butir pancasila. Pelanggaran pertama yaitu mengenai pelanggaran sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa butir kesatu dan kedua yang berbunyi:

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya pada Tuhan YME.

2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan YME. Sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut kemanusiaan yang adil dan beradab.

Hal ini tercermin dari kasus korupsi yang merupakan pelanggaran dari norma agama. Sifat saling menjatuhkan yang dicerminkan dalam kasus tersebut sudah termasuk dalam pelanggaran dalam konteks kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan jabatan dan kemenangan di hati masyarakat, untuk menduduki kursi DPR, mentri, serta badan legislatif lainnya. Korupsi ini bisa dijadikan suatu yang dibesar-besarkan agar masyarakat menjadi apatis, serta untuk menutupi korupsi yang dilakukannya sendiri.

Pelanggaran sila yang selanjutnya adalah sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Dalam kasus korupsi ini, jelas sekali bahwa orang yang korupsi dan yang saling menjatuhkan antar partai politik dengan berbagai cara tersebut merupakan suatu bentuk tindakan yang tidak berperikemanusiaan, karena mengambil uang rakyat. Namun sebenarnya dalam sila ke dua butir ke delapan, berani membela kebenaran dan keadilan, mencerminkan suatu yang patut untuk dipuji, tetapi kernyataannya berbeda karena korupsi yang dikuak dilakukan untuk menutupi kesalahannya sendiri, sehingga masyarakat akan memberikan sorotan lebih kepada yang korupsi.

Begitu juga sila keempat. Butir sila yang dilanggar yaitu poin ke sembilan, Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan YME, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran, dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama, dan butir ke sepuluh, memberikan kepercayaan kepada wakil wakil rakyat yang dipercayai untuk melaksanakan permusyawaratan. Korupsi dimasukkan dalam pelanggaran poin butir pancasila ini dikarenakan orang-orang yang duduk dalam partai politik harusnya melaksanakan apa yang diamanatkan oleh rakyat, sehingga cerminan korupsi dan saling menjatuhkan antar parpol merupakan bentuk bentuk pelanggaran sila ini.

Pelanggaran butir-butir pancasila poin ke tujuh, tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah, dan poin ke delapan, yaitu tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum. Sangat jelas sekali korupsi melanggar sila ini. Perebutan kekuasaan dengan saling menjatuhkan dengan cara yang tidak sehat, hanya untuk mendapatkan kekuasaan yang nantinya digunakan untuk kepentingan pribadinya, dan sangat merugikan kepentingan umum.

BAB III

PENUTUP

3.1 Saran

Seharusnya para pejabat tinggi adalah panutan atau tauladan yang bisa dicontoh masyarakat dengan attituted berlandaskan nila-nilai pancasila. Dan menjadikan bangsa Indonesia yang makmur, adil dan sejahtera sebagai prioritas dari visi utama. Sebagai pemimpin rakyat haruslah mendengar suara-suara rakyat dan mengaplikasikannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pemilu raya sebaiknya dilakukan dengan benar dengan cara tidak berbuat curang, jujur dan adil. Pemilih juga sebaiknya diberikan gambaran calon yang dipilih dengan sebenarnya, tidak direkayasa. Calon pemimpin juga sebaiknya adalah sosok yang pintar mempunyai kemampuan dan integritas yang tinggi dan mengedepankan rakyat. Serta calon sebaiknya diusung oleh rakyat sendiri bukan dari partai politik.

Kampanye dilakukan bersamaan oleh semua kandidat dengan sistem kampanye yang sama dan murah agar kecurangan dapat seminimal mungkin.

3.2 Kesimpulan

1. Partai Politik merupakan organisasi yang disusun secara rapi dan stabil yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia yang secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, dan mempertahankan kekuasaan melalui pemilihan umum untuk mewujudkan alternatif kebijakan atau program-program yang telah mereka susun serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

2. Gejolak partai politik yang terjadi menjelang pemilu banyak terjadi penyimpangan

3. Korelasi adanya gejolak pada partai politik yang terjadi menjelang pemilu presiden terhadap penyimpangan nilai-nilai Pancasila menunjukkan korelasi positif. Hal ini dibuktikan dengan adanya kasus korupsi yang melanggar butir-butir Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

Syahrial Syarbaini. 2003. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jakarta; Ghalia Indonesia

Anggota IKAPI. 2008. Katalog Dalam Terbitan (KDT) UUD 1945 dan Perubahannya+Struktur Kenegaraannya. Yogyakarta: Indonesia Tera.