29
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi (bersifat multidimensional) adalah menciptakan pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan (disparity), dan pengangguran (Todaro, 2000). Sejalan dengan hal tersebut, maka pembangunan ekonomi daerah menghendaki adanya kerjasama diantara pemerintah, privat sektor, dan masyarakat dalam mengelola sumber daya yang dimiliki oleh wilayah tersebut dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja seluas-luasnya. Indikator keberhasilan pembangunan ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi dan berkurangnya ketimpangan baik di dalam distribusi pendapatan penduduk maupun antar wilayah. Berbagai masalah timbul dalam kaitan dengan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi wilayah, dan terus mendorong perkembangan konsep-konsep pertumbuhan ekonomi wilayah. Dalam kenyataannya banyak fenomena tentang pertumbuhan ekonomi wilayah. Kesenjangan (ketimpangan) wilayah dan pemerataan pembangunan menjadi permasalahan utama dalam pertumbuhan wilayah, bahkan beberapa ahli berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah tidak akan Produk Domestik Regional Bruto DKI Jakarta

Makalah PDRB

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisa PDRB Daerah

Citation preview

Page 1: Makalah PDRB

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan pembangunan ekonomi (bersifat multidimensional)

adalah menciptakan pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi,

perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan,

mengurangi ketimpangan (disparity), dan pengangguran (Todaro,

2000). Sejalan dengan hal tersebut, maka pembangunan ekonomi

daerah menghendaki adanya kerjasama diantara pemerintah, privat

sektor, dan masyarakat dalam mengelola sumber daya yang dimiliki

oleh wilayah tersebut dalam rangka meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dan lapangan kerja seluas-luasnya. Indikator keberhasilan

pembangunan ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi dan

berkurangnya ketimpangan baik di dalam distribusi pendapatan

penduduk maupun antar wilayah. Berbagai masalah timbul dalam

kaitan dengan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi wilayah, dan

terus mendorong perkembangan konsep-konsep pertumbuhan

ekonomi wilayah. Dalam kenyataannya banyak fenomena tentang

pertumbuhan ekonomi wilayah. Kesenjangan (ketimpangan) wilayah

dan pemerataan pembangunan menjadi permasalahan utama dalam

pertumbuhan wilayah, bahkan beberapa ahli berpendapat bahwa

pertumbuhan ekonomi wilayah tidak akan bermanfaat dalam

pemecahan masalah kemiskinan. Beberapa perbedaan antara wilayah

dapat dilihat dari beberapa persoalan seperti, potensi wilayah,

pertumbuhan ekonomi, investasi (domestik dan asing), luas wilayah,

konsentrasi industri, transportasi, pendidikan, budaya dan lain

sebagainya. Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertumbuhan

Page 2: Makalah PDRB

2

pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah

tersebut,yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi.

Pertumbuhan ekonomi yang cepat akan berdampak terhadap

ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Apalagi dengan

diberlakukannya Undang-Undang No 32 dan 33 Tahun 2004, peranan

pemerintah daerah sangat dominan dalam menentukan kebijakan di

daerahnya sehingga memungkinkan ketimpangan regional terjadi.

Pertumbuhan ekonomi antara DKI Jakarta dengan daerah-daerah

sekitarnya menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, dimana pada

akhir tahun 2001, sektor-sektor unggulan penyumbang Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta juga turut menyumbang

pada peningkatan PDRB Nasional. Perbedaan ini terjadi karena

perbedaan sektor-sektor unggulan. Sebagai Ibukota Negara, DKI

Jakarta memiliki berbagai macam sektor unggulan, mulai dari industri

pengolahan, perdagangan, hotel & restoran, pengangkutan &

komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa-

jasa.

Setiap daerah harus mempunyai sektor yang diunggulkan,

namun perlu didukung dengan sektor lainnya, sehingga apabila terjadi

krisis dapat didukung oleh sektor pendukung agar perekonomian tetap

berjalan.

Perhitungan pendapatan regional melalui PDRB bertujuan untuk

mengetahui aktivitas ekonomi suatu daerah serta mengetahui tingkat

inflasi. Oleh karena itu, PDRB merupakan ukuran aktivitas ekonomi

(produktivitas), bukan ukuran kemakmuran (welfare).

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang ingin

dilihat dalam penulisan ini adalah :

Page 3: Makalah PDRB

3

1. Bagaimana struktur Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

DKI Jakarta secara umum?

2. Bagaimana struktur PDRB masing-masing wilayah di DKI Jakarta?

3. Sektor-sektor mana yang memberikan konstribusi terbesar

terhadap PDRB DKI Jakarta?

4. Bagaimana kebijakan Pemda DKI Jakarta terhadap sektor-sektor

yang memberikan kontribusi terendah terhadap PDRB DKI Jakarta?

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui metode-metode perhitungan PDRB.

2. Memperkaya wawasan tentang pertumbuhan ekonomi suatu

wilayah, dilihat dari konteks perkembangan PDRB wilayah tersebut.

3. Mengetahui besarnya sumbangan masing-masing sektor pendukung

PDRB pada suatu wilayah dan pola pengembangannya.

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini meliputi sebagai berikut:

1. Pendahuluan yang meliputi latar belakang, identifikasi masalah,

maksud dan tujuan, dan sistematika penulisan.

2. Tinjauan teori yang meliputi pengertian tentang PDRB, metode

perhitungan PDRB, dan mengukur pertumbuhan ekonomi dengan

PDRB.

Page 4: Makalah PDRB

4

3. Pembahasan yang meliputi PDRB DKI Jakarta menurut jenis usaha,

PDRB masing-masing wilayah di DKI Jakarta, dan kontribusi lapangan

usaha terhadap PDRB DKI Jakarta.

4. Kesimpulan dan saran

Page 5: Makalah PDRB

5

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai

tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan

perekonomian di seluruh daerah dalam tahun tertentu atau periode

tertentu dan biasanya satu tahun. Menurut Robinson Tarigan

(2009;18), Produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar

adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari

seluruh sektor perekonomian di wilayah itu. Yang dimaksud dengan

nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan

biaya antara (intermediate cost). Nilai tambah bruto mencakup

komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa

tanah dan keuntungan), penyusutan, dan pajak tidak langsung neto.

Jadi, dengan menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sector

dan menjumlahkannya, akan menghasilkan produk domestic regional

bruto atas dasar harga pasar.

2.2. Metode Perhitungan PDRB

Metode perhitungan PDRB ada dua macam, yaitu atas dasar

harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga

berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan nilai harga yang berlaku pada tahun yang

bersangkutan, sementara PDRB atas dasar harga konstan dihitung

Page 6: Makalah PDRB

6

dengan menggunakan dengan menggunakan harga pada tahun

tertentu sebagai tahun dasar.

2.2.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

PDRB atas dasar harga berlaku dapat dihitung melalui

dua metode, yaitu:

1. Metode Langsung adalah metode perhitungan dengan

menggunakan data daerah atau data asli yang

menggambarkan kondisi daerah dan digali dari sumber

data yang ada di daerah itu sendiri. Metode langsung akan

dapat memperlihatkan karakteristik sosial ekonomi setiap

daerah. Disamping itu manfaat pemakaian data daerah

adalah dapat digunakan untuk menyempurnakan data

statistik daerah yang lemah.

Metode langsung dapat dilakukan dengan menggunakan

tiga macam cara, yaitu pendekatan produksi, pendekatan

pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Pendekatan

Produksi adalah perhitungan nilai tambah barang dan jasa

yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi

dengan cara mengurangkan biaya antara dari total nilai

total produksi bruto sektor atau sub sektor tersebut.

Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan

nilai tambah dari sektor/kegiatan yang produksinya

berbentuk fisik/barang, seperti pertanian, pertambangan,

dan industri dan sebagainya. Pendekatan ini bisa juga

disebut pendekatan nilai tambah.

Page 7: Makalah PDRB

7

Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada

barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit produksi dalam

proses produksi dari input antara yang dikeluarkan untuk

menghasilkan barang dan jasa tersebut. Nilai yang

ditambahkan ini sama dengan balas jasa faktor produksi

atas ikut sertanya dalam proses produksi.

Dalam pendekatan pendapatan ini, nilai tambah dari

kegiatan-kegiatan ekonomi dihitung dengan cara

menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah

dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak

langsung neto. Untuk sektor Pemerintahan dan usaha yang

sifatnya tidak mencari keuntungan, surplus usaha (bunga

neto, sewa tanah dan keuntungan) tidak diperhitungkan.

Metode pendekatan pendapatan banyak dipakai pada

sektor jasa, tetapi tidak dibayar setara harga pasar,

misalnya sektor pemerintahan.

Sedangkan pendekatan pengeluaran adalah

menjumlahkan nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa

yang diproduksi di dalam negeri. Kalau dilihat dari segi

penggunaan, maka total penyediaan/produksi barang dan

jasa itu digunakan untuk konsumsi rumah tangga,

konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung,

konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto

(investasi), perubahan stok dan ekspor neto. Jadi produk

domestik regional dihitung dengan cara menghitung

berbagai komponen pengeluaran akhir yang membentuk

PDRB tersebut. Secara umum pendekatan pengeluaran

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Page 8: Makalah PDRB

8

a. Metode pendekatan penawaran yang terdiri dari

metode arus barang dan metode penjualan eceran.

b. Metode pendekatan permintaan yang terdiri dari

pendekatan survei pendapatan dan pengeluaran rumah

tangga, metode data anggaran belanja, metode

balance sheet dan metode statistik perdagangan luar

negeri.

2. Metode Tidak Langsung adalah metode penghitungan

dengan cara alokasi, yaitu mengalokir Produk Domestik

Bruto Nasional menjadi PDRB Provinsi dengan

menggunakan beberapa indikator dan/atau indikator

lainnya yang cocok sebagai alokator. Alokator yang

digunakan dapat berupa: nilai produk bruto atau neto

setiap sektor, jumlah produksi fisik, tenaga kerja,

penduduk, dan alokator lainnya yang sesuai.

Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari

beberapa alokator tersebut dapat diperhitungkan

persentase/bagian masing-masing provinsi untuk nilai

tambah suatu sektor atau sub sektor.

2.2.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku dari

tahun ke tahun menggambarkan perkembangan PDRB yang

disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi

barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam tingkat

harganya. Untuk dapat mengukur perubahan volume produksi

Page 9: Makalah PDRB

9

atau perkembangan produksi secara nyata, faktor pengaruh

harga perlu dihilangkan dengan cara menghitung PDRD atas

dasar harga konstan.

Produk riil per kapita biasanya juga dipakai sebagai

indikator untuk menggambarkan perubahan tingkat

kemakmuran ekonomi dari tahun ke tahun. Untuk

perencanaan, proyeksi dan penentuan target, selalu bertitik

tolak dari perhitungan atas dasar harga konstan.

Secara konsep nilai atas dasar konstan dapat

mencerminkan kuantum produksi pada tahun yang berjalan

yang dinilai atas dasar harga pada tahun dasar. Dari segi

metode statistiK, suatu nilai atas dasar konstan diperoleh

dengan cara:

a. Revaluasi. Dilakukan dengan cara mengalikan kuantum

pada tahun berjalan dengan harga pada tahun dasar.

Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap

biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen

input yang terlalu banyak disamping data harga yang

tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut.

Oleh karena itu, biaya antara atas dasar harga konstan

biasanya diperoleh dari perkalian output pada masing-

masing tahun dengan rasio tetap biaya antara terhadap

output pada tahun dasar.

b. Ekstrapolasi. Nilai tambah masing-masing tahun atas

dasar harga konstan diperoleh dengan cara mengalikan

nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi.

Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan

indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan

Page 10: Makalah PDRB

10

ataupun indeks dari berbagai indicator produksi seperti

tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya yang

dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang diestimasi.

Ekstrapolasi dilakukan terhadap perhitungan output atas

dasar harga konstan. Dengan menggunakan rasio tetap

nilai tambah terhadap nilai output akan diperoleh perkiraan

nilai tambah atas dasar harga konstan.

c. Deflasi. Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh

dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga

berlaku masing-masing tahun denngan indeks harga.

Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya

merupakan indeks harga perdagangan besar, indeks harga

konsumen dan sebagainya.

d. Deflasi berganda. Dalam deflasi berganda ini yang

dideflasi adalah output dan biaya antaranya, sedangkan

nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya

antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga perdagangan

besar sesuai dengan cakupan komoditinya. Sedangkan

deflator untuk biaya antara adalah indeks harga dari

komponen input terbesar.

Kenyataan sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya

antara, disamping karena komponennya terlalu banyak

juga karena indeks harganya belum tersedia dengan baik.

Tujuan menggunakan kedua metode tersebut adalah untuk

memperkecil resiko dan kesalahan dalam masa mendatang karena

berbagai sebab, antara lain: ketidaktahuan, kelangkaan data,

Page 11: Makalah PDRB

11

tersebarnya data ke berbagai negara/daerah. Secara teoritis hasil

kedua metode tersebut harus identik.

2.3. Mengukur Pertumbuhan Ekonomi Dengan PDRB

Indikator yang umum digunakan untuk mengetahui pertumbuhan

ekonomi suatu wilayah adalah nilai Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB). Selama ini perhitungan PDRB yang dilakukan oleh Badan Pusat

Statistik (BPS) adalah PDRB dengan pendekatan produksi yang

dibentuk dari sembilan sektor atau lapangan usaha, yaitu (1)

Pertanian, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan,

(4) Listrik, Gas dan Air Bersih, (5) Konstruksi/Bangunan, (6)

Pedagangan, Hotel dan Restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi,

(8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, dan (9) Jasa-jasa.

Sektor-sektor ini selanjutnya dikelompokan ke dalam 3 sektor yaitu:

Sektor Primer yaitu sektor yang tidak mengolah bahan mentah/baku,

hanya mendayagunakan sumber daya alam, terdiri dari sektor

pertanian, pertambangan dan penggalian. Sektor kedua yaitu Sektor

Sekunder, yang mengolah bahan mentah/baku menjadi barang yang

lebih tinggi nilainya, mencakup industri pengolahan, listrik, gas dan air

bersih, dan konstruksi. Sektor ketiga adalah Sektor Tersier, yang

memproduksi dalam bentuk jasa mencakup perdagangan, hotel dan

restoran, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan

lainnya, dan jasa-jasa.

Perhitungan pendapatan wilayah dengan PDRB dilakukan dengan

tujuan (1) mengetahui aktivitas ekonomi di suatu daerah dengan

membandingkan PDRB daerah lain, (2) mengetahui tingkat inflasi (%

perubahan Indeks Harga Implisit dua tahun yang berurutan), (3)

Page 12: Makalah PDRB

12

gambaran struktur perekonomian yang merupakan kontribusi masing-

masing sektor kegiatan ekonomi terhadap pembentukan PDRB.

Laju pertumbuhan PDRB, atas dasar harga konstan diperoleh

dengan mengurangi nilai pada tahun kedepan dengan nilai tahun ke

n-1 dibagi dengan nilai pada tahun ke n-1 dikalikan dengan 100

persen. Laju pertumbuhan menunjukkan tingkat perkembangan

agregat pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan dengan

tahun sebelumnya.

Page 13: Makalah PDRB

13

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. PDRB DKI Jakarta Menurut Jenis Usaha

Berdasarkan data BPS DKI Jakarta tahun 2011 jika dibandingkan

tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 1. Peningkatan PDRB DKI Jakarta Menurut Lapangan

Usaha Berdasarkan Harga Berlaku (Jutaan Rupiah)

Lapangan Usaha 2010 2011%

Kenaikan%

Kontribusi

Pertanian 849.560 918.803 8.15% 0.09%

Pertambangan dan Penggalian

3.704.281 5.139.915 38.76% 0.52%

Industri Pengolahan 135.643.231 153.505.112 13.17% 15.62%

Listrik, Gas & Air Bersih

9.012.257 9.667.646 7.27% 0.98%

Konstruksi/Bangunan 98.424.987 112.810.496 14.62% 11.48%

Perdagangan, Hotel & Restoran

178.357.449 204.480.250 14.65% 20.81%

Pengangkutan & Komunikasi

87.688.423 101.265.389 15.48% 10.30%

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

239.155.971 270.951.564 13.29% 27.57%

Jasa-jasa 109.253.577 124.065.602 13.56% 12.62%

Total 862.089.737 982.804.778 14.00%Sumber : BPS DKI Jakarta

Page 14: Makalah PDRB

14

Gambar 1. Persentase Per Sektor Penyumbang PDRB DKI Jakarta

Tahun 2011

0.09% 0.52% 15.62%

0.98%

11.48%

20.81%

10.30%

27.57%

12.62%

Tahun 2011

PertanianPertambangan & PenggalianIndustri PengolahanListrik, Gas dan Air BersihBangunanPerdagangan, Hotel dan RestoranPengangkutan dan Ko-munikasiKeuangan, Persewaan dan Jasa PerusahaanJasa-Jasa

Peningkatan PDRB atas dasar harga berlaku, ditopang oleh tiga

sektor utama yaitu keuangan, persewaan, jasa perusahaan, sektor

perdagangan, hotel, restoran, serta sektor industri pengolahan

terhadap total perekonomian DKI Jakarta mencapai sekitar 64% pada

2011. Berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku pada 2011, sektor

ekonomi yang menghasilkan nilai tambah bruto produk barang dan

jasa terbesar adalah sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan

sebesar Rp270,9 Triliun. Selanjutnya disusul oleh sektor perdagangan,

hotel dan restoran mencapai Rp204,4 Triliun, dan sektor industri

pengolahan sebesar Rp153,5 Triliun. PDRB Jakarta berasal dari sektor

tersier meliputi perdagangan, keuangan, jasa, dan pengangkutan

Page 15: Makalah PDRB

15

mencapai 71,3%, disusul sektor sekunder yakni industri

pengolahan, konstruksi, listrik, gas dan air bersih sebesar 28,1% serta

sektor primer yaitu pertanian dan pertambangan sebesar 0,6%.

3.2. PDRB Masing-Masing Wilayah Di DKI Jakarta

PDRB DKI Jakarta merupakan akumulasi dari PDRB wilayah-

wilayah administratif-nya. Dari data yang dikeluarkan oleh BPS DKI

Jakarta Tahun 2012, laju pertumbuhan PDRB pada masing-masing

wilayah sepanjang Tahun 2011 relatif sama. Jumlah serta laju

pertumbuhan PDRB masing-masing wilayah di DKI Jakarta Tahun 2011

dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Masing-Masing

Wilayah Serta Laju Pertumbuhannya Tahun 2011.

Wilayah PDRB%

Kontribusi

% Laju Pertumbuhan

Kepulauan Seribu 5.544.890 0.54 8.17

Jakarta Selatan 216.385.327 21.07 6.98

Jakarta Timur 165.710.005 16.13 6.28

Jakarta Pusat 259.680.387 25.28 6.95

Jakarta Barat 196.698.266 19.15 6.25

Jakarta Utara 183.061.494 17.82 6.36

Total 1.027.080.369Sumber : DKI Jakarta Dalam Angka 2012. BPS DKI Jakarta

Page 16: Makalah PDRB

16

Gambar 2. Besarnya PDRB Masing-Masing Wilayah Di DKI

Jakarta Tahun 2011

5,544,890

216,385,32

7

165,710,00

5 259,680,387

196,698,26

6

183,061,49

4

Tahun 2011

Kepulauan SeribuJakarta SelatanJakarta TimurJakarta PusatJakarta BaratJakarta Utara

Dari Tabel 2. dan Gambar 2. di atas dapat dilihat bahwa PDRB

terbesar DKI Jakarta Tahun 2011 berasal dari wilayah Jakarta Pusat

sebesar Rp259,7 Miliar (25.28%), disusul secara berturut-turut yaitu

Jakarta Selatan sebesar Rp216,4 Miliar (21.07%), Jakarta Barat sebesar

Rp196,7 Miliar (19.15%), Jakarta Utara sebesar Rp183 Miliar (17.82%),

Jakarta Timur sebesar Rp165,7 Miliar (16.13%) dan Kepulauan Seribu

sebesar Rp5,5 Miliar (0.54%). Sementara persentasi laju pertumbuhan

PDRB tertinggi terjadi di wilayah Kepulauan Seribu, disusul secara

berturut-turut yaitu Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Utara,

Jakarta Timur dan Jakarta Barat.

Tingginya PDRB wilayah Jakarta Pusat (Sumber: DKI Jakarta

Dalam Angka 2012. BPS DKI Jakarta) didukung oleh beberapa fakta dari

beberapa lapangan usaha, yaitu :

Page 17: Makalah PDRB

17

a. Jumlah Hotel berbintang dan melati di Jakarta Pusat sebanyak 170

buah (45.3%) dari 375 di seluruh DKI Jakarta.

b. Jumlah Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang diterbitkan dalam

Tahun 2011 kepada ketiga jenis usaha (besar, menengah, kecil)

adalah sebanyak 7.702 (25.9%) dari total 29.699 lembar SIUP.

c. Jumlah Pasar yang dikelola Perusahaan Daerah di Jakarta Pusat

sebanyak 28 (8.7%) dari 150 pasar.

d. Jumlah pelanggan gas di Jakarta Pusat sebanyak 4.512 HH (32.9%)

dari total 13.705 HH untuk seluruh DKI Jakarta.

e. Jumlah Rumah Susun yang ada di Jakarta Pusat sebanyak 2.698

unit (25.6%) dari total 10.525 unit di DKI Jakarta.

f. Jumlah Tabungan pada Bank Umum di Jakarta Pusat sebanyak

Rp68,374 Miliar (27.1%) dari total Rp251,915 Miliar pada akhir

Desember 2011 di seluruh DKI Jakarta.

3.3. Kotribusi Lapangan Usaha Terhadap PDRB DKI Jakarta

Dari Tabel 1. di atas, tergambar jelas bahwa hampir seluruh

lapangan usaha mengalami peningkatan di atas angka 10% kecuali

Pertanian yang hanya mencapai angka peningkatan 8%. Walaupun

peningkatan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Pertambangan dan

penggalian sebesar 38.76%, namun lapangan usaha ini hanya

memberikan kontribusi yang kecil terhadap PDRB DKI Jakarta yaitu

sebesar 0.52%. kontribusi terbesar terhadap PDRB DKI Jakarta tahun

2011 berasal dari 3 lapangan usaha unggulan yaitu Keuangan,

Persewaan & Jasa Perusahaan sebesar 270,9 triliun (27.57%),

Perdagangan, Hotel & Restoran sebesar 204,5 triliun (20.81%) dan

Industri Pengolahan sebesar 153,5 triliun (15.62%).

Page 18: Makalah PDRB

18

Kontribusi lapangan usaha tersebut didukung dengan kenyataan

bahwa DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia, dimana

terdapat berbagai fasilitas tinggal, bekerja, berinvestasi dan juga

sebagai tujuan kunjungan wisatawan asing maupun domestik.

Beberapa data di bawah ini akan menunjukkan peranan sektor-sektor

pendukung utama PDRB DKI Jakarta, yaitu :

a. Jumlah Bank Umum, Bank Pemerintah, Bank Asing yang ada di DKI

Jakarta adalah sebanyak 78 Bank dengan jumlah kantor mencapai

3.649 unit.

b. Jumlah Perusahaan Industri di DKI Jakarta sebanyak 1.588 yang

menyerap 312.571 tenaga kerja serta memiliki nilai output sebesar

209.723,4 triliun.

c. Nilai import sepanjang tahun 2011 sebesar 41,95 triliun USDollar,

dan nilai eksport mencapai 11,04 triliun US Dollar.

d. Memiliki 8 objek wisata (Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini

Indonesia Indah, Kebun Binatang Ragunan, Monumen Nasional,

Museum Nasional, Museum Satria Mandala, Museum Sejarah

Jakarta, Pelabuhan Sunda Kelapa), telah menarik wisatawan

domestik sebanyak 14.962.253 orang (data tahun 2007), dan

menerima kunjungan wisatawan asing pada tahun 2011 sebanyak

2.003.944 orang (26.20%) dari total 7.649.731 orang yang datang

ke Indonesia.

Lapangan usaha lain memberikan kontribusi yang tidak begitu

besar terhadap PDRB DKI Jakarta. Kontribusi terkecil (<1%) adalah dari

lapangan usaha Pertanian (0.09%), disusul oleh Pertambangan dan

Penggalian (0.52%), Listrik, Gas & Air Bersih (0.98%).

Page 19: Makalah PDRB

19

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, beberapa hal dapat disimpulkan

terhadap Produk Domestik Regional Bruto DKI Jakarta, sebagai berikut:

a. Urutan prioritas sektor-sektor yang memberikan kontribusi pada

PDRB DKI Jakarta sebagai berikut:

1. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

2. Perdagangan, Hotel dan Restoran

3. Industri Pengolahan

4. Jasa-Jasa

5. Bangunan

6. Pengangkutan dan Komunikasi

7. Listrik, Gas dan Air Bersih

8. Pertambangan & Penggalian

9. Pertanian

b. PDRB DKI Jakarta menunjukkan peningkatan yang signifikan setiap

tahunnya, yaitu dengan mengalami peningkatan rata-rata di atas

10%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perekonomian DKI Jakarta

mengalami pertumbuhan positif setiap tahunnya. Pertumbuhan

ekonomi DKI Jakarta ini juga berkontribusi sangat positif terhadap

PDRB Nasional.

Page 20: Makalah PDRB

20

c. Lapangan usaha yang berkontribusi sangat besar terhadap PDRB

DKI Jakarta adalah lapangan usaha Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan, lapangan usaha Perdagangan, Hotel & Restoran, dan

lapangan usaha Industri Pengolahan, yang mencapai 64% dari total

PDRB DKI Jakarta.

d. Kontribusi terkecil terhadap PDRB DKI Jakarta berasal dari lapangan

usaha Pertanian, lapangan usaha Pertambangan & Penggalian,

lapangan usaha Listrik, Gas & Air Bersih, yang hanya mencapai

1.59% dari total PDRB DKI Jakarta.

e. Wilayah Administratif Jakarta Pusat memiliki PDRB terbesar

dibandingkan dengan wilayah lain di DKI Jakarta, dimana mencapai

Rp259,7 Miliar (25.28%), walaupun dengan laju pertumbuhan

ketiga terbesar. Laju pertumbuhan terbesar terjadi di Kabupaten

Kepulauan Seribu yang mencapai 8.17%, namun Kabupaten

Kepulauan Seribu memiliki PDRB terendah dibanding wilayah lain,

yang hanya mencapai Rp5,54 Miliar (0.54%) dari total PDRB DKI

Jakarta.

f. Jakarta Pusat memiliki PDRB terbesar didukung oleh faktor jumlah

lembaga keuangan, jumlah hotel dan restoran, pusat perdagangan

serta hampir sebagian besar kantor pemerintahan maupun

perwakilan negara sahabat berada di Jakarta Pusat.

g. Kebijakan Pemda DKI Jakarta terhadap sektor-sektor yang

menyumbang kecil bagi PDRB DKI Jakarta adalah memberikan

keleluasaan kepada daerah-daerah sekitar untuk mengembangkan

sektor-sektor tersebut (terutama sektor primer). Hal ini mengingat

secara geografis DKI Jakarta yang sudah padat dengan perkantoran

dan hunian tidak memungkinkan untuk membuka lahan pertanian.

Page 21: Makalah PDRB

21

4.2. Saran

Beberapa hal yang disarankan terkait dengan PDRB DKI Jakarata

adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan sektor-sektor primadona penyumbang PDRB melalui

regulasi yang dapat meningkatkan investasi tanpa menghilangkan

wibawa Pemda DKI Jakarta.

2. Mempertahankan dan apabila memungkinkan meningkatkan

sektor-sektor primer dalam memberikan kontribusi pada PDRB DKI

Jakarta.

3. Diperlukan kebijakan yang komprehensif (grand design) agar

lokasi-lokasi sektor-sektor penyumbang PDRB DKI Jakarta dapat

tersebar secara merata di seluruh wilayah yang ada di DKI Jakarta.

Dengan kebijakan ini, maka diharapkan tidak terjadi kesenjangan

produktivitas ekonomi dan pembangunan yang pada akhirnya

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh

di DKI Jakarta.

Page 22: Makalah PDRB

22

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, (2009), Metode Perhitungan PDRB. Metode Perhitungan PDRB Atas Dasar harga Berlaku, Wordpress.com (7 Desember 2009).

Tarigan, Robinson (2005), Ekonomi Regional. Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi, Jakarta, Penerbit Bumi Aksara.

Badan Pusat Statistik DKI Jakarta

Page 23: Makalah PDRB

23

LAMPIRAN