44
MAKALAH PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN PELAYANAN FARMASI KLINIS YANG AKAN DILAKSANAKAN DI RSUD R. KOESMA TUBAN A. PENDAHULUAN Pada 10 tahun terakhir ini terjadi peningkatan yang cukup mendasar dibidang pelayanan publik, terutama pelayanan kesehatan. Kebutuhan akan bentuk layanan publik yang bermutu, berkualitas makin meningkat. Kepedulian, kesadaran masyarakat akan kesehatan makin dirasakan penting artinya, disamping kebutuhan masyarakat akan makan, sandang, papan, dan pendidikan. Kebutuhan akan layanan kesehatan bersinergi terhadap sarana kesehatan yang ada, masyarakat makin kritis terhadap layanan mutu yang diterimanya. Pemerintahpun menangapi kebutuhan masyarakat tersebut dengan menempatkan prioritas kesehatan sebagai program pokok nasional yang kedua setelah bidang pendidikan. Pemerintah juga melindungi masyarakat terhadap bentuk layanan publik yang diterimanya dengan membentuk, mengesahkan undang-undang perlindungan konsumen dan perlindungan hak asasi. Suatu organisasi idealnya harus peduli dengan mutu atau kualitas yang dihasilkannya, terlebih organisasi yang bergerak dibidang jasa, pelayanan maupun gabungan jasa-barang, seperti halnya organisasi Rumah Sakit. Rumah Sakit sebagai sarana kesehatan yang utama masyarakat untuk upaya kesehatn, maka sudah sewajarnya jika suatu Rumah Sakit tiada hentinya selalu berbrnah diri meningkatkan, memperbaiki mutu, kualitas bentuk layanannya. Instansi-instansi yang ada di rumah sakit dan profesi–profesi kesehatan yang ada di Rumah Sakit hendaknya

Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

Embed Size (px)

DESCRIPTION

farkomm

Citation preview

Page 1: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

MAKALAH PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN PELAYANAN FARMASI KLINIS YANG AKAN DILAKSANAKAN DI RSUD R. KOESMA TUBAN

A.                 PENDAHULUAN

Pada 10 tahun terakhir ini terjadi peningkatan yang cukup mendasar dibidang

pelayanan publik, terutama pelayanan kesehatan. Kebutuhan akan bentuk layanan publik

yang bermutu, berkualitas makin meningkat. Kepedulian, kesadaran masyarakat akan

kesehatan makin dirasakan penting artinya, disamping kebutuhan masyarakat akan makan,

sandang, papan, dan pendidikan. Kebutuhan akan layanan kesehatan bersinergi terhadap

sarana kesehatan yang ada, masyarakat makin kritis terhadap layanan mutu yang diterimanya.

Pemerintahpun menangapi kebutuhan masyarakat tersebut dengan menempatkan prioritas

kesehatan sebagai program pokok nasional yang kedua setelah bidang pendidikan.

Pemerintah juga melindungi masyarakat terhadap bentuk layanan publik yang diterimanya

dengan membentuk, mengesahkan undang-undang perlindungan konsumen dan perlindungan

hak asasi.

Suatu organisasi idealnya harus peduli dengan mutu atau kualitas yang dihasilkannya,

terlebih organisasi yang bergerak dibidang jasa, pelayanan maupun gabungan jasa-barang,

seperti halnya organisasi Rumah Sakit. Rumah Sakit sebagai sarana kesehatan yang utama

masyarakat untuk upaya kesehatn, maka sudah sewajarnya jika suatu Rumah Sakit tiada

hentinya selalu berbrnah diri meningkatkan, memperbaiki mutu, kualitas bentuk layanannya.

Instansi-instansi yang ada di rumah sakit dan profesi–profesi kesehatan yang ada di Rumah

Sakit hendaknya selalu ditingkatkan, dioptimalkan fungsi dan perannya untuk pencapaian

mutu layanan yang optimal, terukur bagi masyarakat.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupan bagian dari organisasi Rumah Sakit,

Penunjang Medik yang juga harus berbenah diri untuk mendukung output layananya.

Kesadaran, profesionalisme masing-masing profesi kesehatan, terutama apoteker di Rumah

Sakit sanggatlah diperlukan untuk mencapai hasil keluaran yang optimal tersebut. Instalasi

Farmasi Rumah Sakit hendaknya juga dapat merubah paradigma yang melekat padanya

selama ini. IFRS selama ini hanya terjebak di pelayanan stock, harus segera berbenah diri ke

bentuk pelayanan pasien dan bangsal dengan tanpa mengurangi perannya sebelumnya.

Pemerintah mendukung paradigma farmasis ini dengan menetapkan KepMenKes Standar

Pelayanan Rumah Sakit dan KepMenKes Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit.

Page 2: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

Pelayanan kefarmasian sebagai salah satu unsur dari pelayanan utama di rumah sakit,

merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pelayanan di rumah sakit yang

berorientasi kepada pelayanan pasien. Di banyak Rumah Sakit pelayanan farmasi atau di

Instalasi Faramasi Rumah Sakit menyumbangkan profit di urutan ke-3 bahkan ada yang

menduduki urutan ke-2 bagi managerial Rumah Sakit. Salah satu bentuk pendekatan,

peningkatan bentuk layanan yang galak dikembangkan oleh farmasi atau Instalasi Farmasi

Rumah Sakit adalah Pelayanan Informasi Obat dan Pelayanan Farmasi Klinis. Pada dasarnya

Pelayanan Informasi Obat merupankan salah satu bagian, cabang dari Pelayanan Farmasi

Klinis. Pelayanan informasi obat dan pelayanan farmasi klinis menanggapi keprihatinan

terhadap masyarakat akan mortalitas dan morbiditas yang terkait dengan pengunaan obat,

kerasionalan pengunaan obat, semakin meningkatnya biaya perawatan pasien dikarenakan

makin meningkatnya biaya obat dan makin tingginya harapan masyarakat, ledakan medis

serta ilmiah.

Pelayan farmasi klinis merupan kerja tim, apoteker dengan profesi kesehatan lain

untuk memecahkan kasus perawatan pasien untuk menghasilkan outcome, hasil yang

maksimal untuk pasien. Pelayanan Farmasi Klinis memerlukan pengetahuan terapi tinggi

bagi apotekernya, kemampuan komonikasi, monitoring respon obat ke pasien, pelayanan

informasi obat. Pelayanan Farmasi Klinis lebih ditekankan dipelayanan rawat inap rumah

sakit dan berorientasi lebih ke pasien dari pada produk. Berbagai manfaat dapat dihasilkan

dari pelayan informasi obat dan praktek Pelayanan Farmasi Klinis tersebut, baik untuk rumah

sakit, farmasis, maupun masyarakat. Pelayanan Farmasi Klinis untuk memulainya juga

tidaklah ringan, diperlukan komitmen yang cukup tinggi dari berbagai profesi yang ada

terlebih apoteker, disampint tantangan lainnya yang cukup beragam dari masyarakat dan

managerial rumah sakit. Disamping itu faktor-faktor keberhasilan pelayanan faramsi klinis

lainnya, seperti komite farmasi klinis, sofeware, sumber daya manusia yang ada di Rumah

Sakit juga perlu disiapkan baik kualitas dan kuantitasnya. Metode evaluasi bagaimana yang

akan diterapkan bagi komite farmasi klinis, managerial Rumah Sakit juga perlu ditetapkan.

Suatu mutu layanan yang optimal, terukur niscaya tidak akan tercapai, terwujud jika

kesadaran masing-masing profesi kesehatan untuk mengembangkan diri, profesional yang

ada terlalu minim. Suatu tujuan bersama mustahil tercapai jika masing-masing profesi

kesehatan yang ada hanya berdiri sendiri-sendiri, minim kesadarannya untuk bekerjasama.

Suatu tujuan tidak akan terwujut tanpa dimulai, dirintis dari proses yang sedini mungkin.

Page 3: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

B.                 DASAR TEORI

Mutu Pelayanan

Quality Assurance atau jaminan mutu adalah suatu konsep yang mencakup segala

aspek yang secara individual atau bersama-sama dapat mempengaruhi mutu suatu produk

(WHO).

Kharateristik dari mutu modern dicirikan oleh adanya orientasi kepada pelangan.

Mutu modern juga menghendaki adanya konsep berpikir secara sistem oleh semua pihak,

partisipasi aktif yang dipimpin oleh manajemen puncak (top management). Mutu modern

juga menghendaki pemahaman dari setiap orang terhadap tanggung jawab spesifik untuk

Page 4: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

menciptakan mutu, adanya aktivitas yang berorientasi kepada tindakan pencegahan terjadinya

kerusakan atau penyimpangan proses kerja. Hal tersebut dilaksanankan karena adanya suatu

filosofi yang menganggap bahwa mutu merupakan “jalan hidup“ (way of life).

Jaminan mutu mencakup empat kaidah yaitu berorientasi pada pemenuhan harapan

dan kebutuhan pelangan atau masyarakat, berfokus pada sistem dan proses, menggunakan

data untuk menganalisis proses pemberian komoditi. jaminan mutu mendorong diterapkannya

pendekatan tim untuk pemecahan masalah dan perbaikan mutu yang berkesinambungan.

Mutu pelayanan kesehatan (Depkes RI) adalah penampilan atau kinerja yang

menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang disatu pihak dapat

menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata

penduduk, serta dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode

etik profesi yang telah ditetapkan. Pelayanan kesehatan perlu menerapkan mutu, sebab:

1.    Semakin meningkatnya tekanan persaingan antar penyelenggara pelayanan kesehatan.

2.    Persepsi pelanggan (masyarakat) terhadap pelayanan kesehatan yang telah berubah.

3.    Terjadinya pemborosan yang tersembunyi akibat praktek manajemen yang sekarang berlaku.

4.    Persepsi manajer dan para tenaga kerja pelayanan kesehatan yang telah banyak berubah.

5.    Belum banyak direalisasikannya pemberdayaan potensi SDM di sarana pelayanan kesehatan.

6.    Kelangsungan hidup pelayanan dengan manajEmen tradisional yang semakin terancam.

Pelayanan konsumen dapat berupa produk, jasa, atau campuran produk dan jasa.

Rumah sakit merupakan pelayanan produk dan jasa yang dikaitkan dengan kepuasan pasien.

Model yang komprehensif dengan fokus utama pada pelayanan produk dan jasa meliputi lima

dimensi penilaian yaitu (Parasuraman et al, 1991) Responsiveness, Reliability, Assurance,

Emphaty, Tangibles. Responsiveness (daya tanggap) yaitu adanya bukti langsung yang dapat

dirasakan oleh pelanggan secara inderawi (sarana, perlengkapan, karyawan dsb). Reliability

(kehandalan) yaitu kemampuan memberikan kepastian pelayanan sebagaimana yang

dijanjikan dengan memuaskan. Assurance (jaminan) yaitu kemampuan yang dapat dipercaya

yang dimiliki para staf dalam melakukan pelayanan bermutu yang menjamin bebas dari

bahaya, resiko atau keragu-raguan. Tangibles (bukti langsung) yaitu sikap untuk memberikan

pelayanan atau bantuan yang sesegera mungkin kepada pelanggan. Emphaty (empati) yaitu

kemampuan untuk dapat melakukan interaksi dengan pelanggan dengan memahami penuh

kebutuhan dan keinginannya (The Marketing Science Institute of Cambridge, Massachusetts).

Mutu pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang menunjuk pada

tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien sesuai dengan tingkat

Page 5: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan

profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan kode etik profesi farmasi.

Kepuasan pasien didefinisikan sebagai evaluasi pasca konsumsi bahwa suatu produk

yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan. Kepuasan merupakan pengalaman

yang akan mengendap di dalam ingatan pasien sehingga mempengaruhi proses pengambilan

keputusan pembelian ulang produk yang sama (Endang H, 1998).

Rumah Sakit dan Pelayanan Farmasi Rumah Sakit

Rumah Sakit merupakan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya

kesehatan. Sesuai dengan fungsinya itu maka rumah sakit termasuk sarana kesehatan yang

diperlukan demi tercapainya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu,

fungsi rumah sakit adalah:

1.        Menyediakan dan menyelengarakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,

pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan rehabilitative serta pencegahan penyakit dan

meningkatkan kesehatan.

2.        Sebagai tempat pendidikan.

3.        Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi.

Rumah Sakit juga merupakan organisasi usaha jasa pelayanan kesehatan yang

bercirikan ada produk jasa yang di usahakan, mempunyai dimensi produk, mutu, macam,

jumlah, dan harga produk, fasilitas produksi, alat produksi, pelaku produksi dengan

kompetensi, proses dan prosedur produksi, biaya produksi (biaya pokok) dan harga jual,

ada margin keuntungan usaha. Adapun tugas pokok dari Farmasi Rumah Sakit meliputi:

1.        Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.

2.        Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan prosedur

kefarmasian dan etik profesi.

3.        Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).

4.        Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan mutu

pelayanan farmasi.

5.        Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

6.        Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.

7.        Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

8.        Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit.

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang

menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah

Page 6: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan

pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau

bagi semua lapisan masyarakat.

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit terdiri dari berbagai unsur yang paling utama

yaitu:

1.        Usaha pengadaan, distribusi, dan pengawasan semua obat-obatan yang digunakan dalam

pelayanan tersebut.

2.        Evaluasi dan penyebaran informasi secara luas tentang obat-obatan dan penggunaannya pada

para staf rumah sakit dan pasien.

3.        Memantau dan menjamin kualitas penggunaan obat.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, kebijakan dan

prosedur pelayanan farmasi di rumah sakit meliputi:

1.        Pengelolaan Perbekalan Farmasi

2.        Pelayanan Kefarmasian Dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

3.        Pengkajian Resep

4.        Dispensing

5.        Pemantauan Dan Pelaporan Efek Samping Obat

6.        Pelayanan Informasi Obat

7.        Konseling

8.        Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah

9.        Ronde/Visite Pasien

Tujuan pelayanan farmasi rumah sakit ialah:

1.        Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun dalam

keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia

2.        Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan

etik profesi

3.        Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat

4.        Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku

5.        Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan

6.        Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan

7.        Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda

Adapun fungsi dari pelayanan Farmasi Rumah Sakit meliputi:

Page 7: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

1.        Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a.       Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.

b.      Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

c.       Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai

ketentuan yang berlaku.

d.      Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah

saki .

e.       Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.

f.       Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian.

g.      Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.

2.        Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

a.         Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien

b.        Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan

c.         Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan

d.        Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan

e.         Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga

f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga

g. Melakukan pencampuran obat suntik

h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral

i. Melakukan penanganan obat kanker

j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah

k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan

l. Melaporkan setiap kegiatan

Farmasi Klinis

Secara historis, profesi kefarmasian mengalami berbagai perubahan secara drastis

dalam kurun waktu 40 tahun terakhir terjadi di abad ke 20. Perkembangan ini dibagi menjadi

empat periode yaitu: Periode Tradisional (sebelum 1960), Periode Transisional (1960-1970),

Periode Masa kini (Farmasi Klinis), Periode Masa Depan (Pharmaceutical Care). Dalam

setiap periode, dapat dibedakan konsep-konsep mendasar berkaitan dengan fungsi dan tugas

yang diemban, hubungan dengan profesi medis, tekanan pada pelayan penderita (patient

care), sikap aktif atau pasif pada pelayanan.

Page 8: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

Beralihnya pembuatan obat dari instalasi farmasi ke industri farmasi maka tugas dan

fungsi farmasi berubah. Apoteker tidak banyak lagi meracik obat karena obat yang

diresepkan dokter kebanyakan obat jadi berkualitas tinggi yang disiapkan oleh pabrik

farmasi.

Silverman dan Lee (1974) dalam bukunya, “Pills, Profits and Politics”, menyatakan

bahwa:

1.    Pharmacist-lah yang memegang peranan penting dalam membantu dokter menuliskan resep

rasional. Membantu melihat bahwa obat yang tepat, pada waktu yang tepat, dalam jumlah

yang benar, membuat pasien tahu mengenai “bagaimana, kapan, mengapa” penggunaan obat

baik dengan atau tanpa resep dokter.

2.    Pharmacist-lah yang sangat handal dan terlatih serta pakar dalam hal produk/produksi obat

yang memiliki kesempatan yang paling besar untuk mengikuti perkembangan terakhir dalam

bidang obat, yang dapat melayani baik dokter maupun pasien, sebagai “penasehat” yang

berpengalaman.

3.    Pharmacist-lah yang meupakan posisi kunci dalam mencegah penggunaan obat yang salah,

penyalahgunaan obat dan penulisan resep yang irrasional.

Sedangkan Herfindal dalam bukunya “Clinical Pharmacy and Therapeutics” (1992)

menyatakan bahwa Pharmacist harus memberikan “Therapeutic Judgement” dari pada hanya

sebagai sumber informasi obat.

Tujuan pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat ditinjau dari 3 aspek:

1.        Manajemen

2.        Farmasi Klinik

3.        Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup

Farmasi klinis merupakan disiplin ilmu yang terkait dengan penerapan pengetahuan

dan keahlian farmasi didalam membantu memaksimalkan efek obat dan meminimalkan

toksisitas bagi pasien secara individual (Clinical Resourse and Audit Group (1996).

Farmasi klinis adalah praktek kefarmasian berorientasi pelayanan kepada pasien lebih

dari orientasi kepada produk. Farmasis atau Apoteker terlibat langsung di bangsal rawat inap.

Farmasis memberi masukan secara aktif kepada dokter, baik semasa pengobatan dimulai

sebelum pengobatan dimulai, serta melakukan intervensi secara pasif sesudah pengobatan

dimulai, farmasis harus bertanggung jawab terhadap setiap saran atau tindakan yang

Page 9: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

dilakukan. Jadi Farmasi klinis akan menjadikan praktek kefarmasian dimana farmasis

menjadi mitra dan pendamping bagi dokter.

Helper dan Strand (1990) mendifinisikan Pharmaceutical Care (farmasi klinis)“

penyediaan terapi obat secara bertanggung-jawab yang ditujukan untuk memperoleh hasil-

hasil nyata yang meningkatkan kualitas hidup pasien”. Sedangkan Cipolle, Strand dan

Morley (1998) menyatakan, Pharmaceutical Care is “A Practice in which the practitioner

takes responsibility for a patient’s drug therapy needs, and is held accountable for this

commitment”.

Tujuan dari farmasi klinis menurut Keputusan MenKes memaksimalkan efek

terapeutik, meminimalkan resiko, meminimalkan biaya, menghormati pilihan pasien. Tugas

utama farmasi klinis adalah pemantauan pasien dan peresepan. Adapun filosofi farmasi klinis

dengan peresepan yang baik yaitu;

1.        Memaksimalkan Efek Terapetik (Efektivitas Terapi) meliputi:

a.       Ketepatan indikasi

b.      Ketepatan pemilihan obat

c.       Ketepatan pengaturan dosis sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien

d.      Evaluasi terapi

e.       Meminimalkan resiko

f.       Mamastikan resiko yang sekecil mungkin bagi pasien

g.      Meminimalkan masalah ketidak amanan pemakaian obat meliputi efek samping, dosis,

interaksi dan kontraindikasi

h.      Menghormati pilihan pasien

2.        Meminimalkan Biaya

a.       Untuk rumah sakit dan pasien (apakah obat yang dipilih paling efektif dalam hal biaya dan

rasional)

b.      Apakah terjangkau oleh kemampuan pasien atau rumah sakit

c.       Jika tidak, alternatif jenis obat apa yang memberikan kemanfaatan dan keamanan yang sama

Page 10: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

3.        Menghormati Pilihan Pasien

a.         Keterlibatan pasien dalam proses pengobatan akan menentukan keberhasilan terapi

b.        Hak pasien harus diakui dan diterima semua pihak

Adapun ruang dan lingkup dari farmasi klinis antara lain;

1.        Pemantauan Terapi Obat (PTO)

2.        Kesiapan untuk membentui setelah lepas jam kerja ”siap dipanggil”

3.        Konsultan keliling

4.        Memberikan masukan/saran kepada Direktur Klinis/dokter

5.        Memberikan informasi tentang pemakaian obat secara finansial

6.        Membuat kajian obat-obat baru

7.        Ikut aktif dalam pengendalian infeksi, melalui kegiatan:

a.         Pemberian informasi obat

b.         Pemantauan penggunaan obat

c.         Penyusunan pedoman penggunaan antibiotika

8.        Berpartisipasi dalam Komite Farmasi dan Terapi

9.        Aktif dalam penyusunan formularium

10.    Merasionalkan penggunaan obat

11.    Memajukan peresepan yang efektif dari segi biaya

12.    Mengatur tambahan obat baru

13.    Merumuskan pedoman bagi dokter

14.    Ikut menyusun kebijakan penulisan resep (protokol/pedoman pengobatan)

15.    Pemberian informasi obat

16.    Audit medis

Page 11: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

17.    Audit klinis

18.    Uji coba klinis

19.    Tim nutrisi parenteral

20.    Tim kemoterapi

21.    Analgesia yang dikendalikan pasien

22.    Pemantauan Kadar Obat Terapeutik (TDM)

23.    Pelayanan saran farmakokinetika

24.    Individualisasi pengaturan dosis obat

25.    Pelayanan antikoagulan perawatan dan pengobatan luka

26.    Pencatatan riwayat pengobatan pasien (faktor-faktor pasien dan pengobatan yang

merupakan faktor resiko pengobatan)

27.    Pengembangan alur dan pelayanan pengobatan sendiri (Self Medication Scheme)

28.    Pemantauan Efek Samping Obat (mencegah menemukan dan melaporkan efek samping

obat)

29.    Promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan, pencegahan penyakit dan perlindungan

kesehatan

30.    Konseling pasien

31.    Meningkatkan derajat kesehatan

32.    Meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien dalam pemakaian obat (Ketidak patuhan

pasien merupakan salah satu penyebab kegagalan terapi).

Di Indonesia sebagai dasar hukum, pelaksanaan teknis farmasi klinis adalah SK

Menkes Nomor 436/ Menkes/ SK/VI/1993 tentang Pelayanan Rumah Sakit dan Standar

Pelayan Medis, tugas Apoteker meliputi:

1.    Konseling

2.    Monitoring efek samping obat (MESO)

Page 12: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

3.    Pencampuran obat suntik aseptik

4.    Analisa efektifitas biaya

5.    Penentuan kadar obat dalam darah

6.    Penanganan sitostatika

7.    Penyiapan total parenteral nutrisi

8.    Pemantauan penggunaan obat

9.    Pengkajian penggunaan obat

Beberapa keterampilan diperlukan seorang Apoteker untuk berperan secara efektif

dalam pelayan pasien:

1.        Keterampilan Farmasi klinis

2.        Mengaplikasikan pengetahuan terapeutik

3.        Mengkorelasikan keadaan penyakit dengan pemilihan obat

4.        Menggunakan catatan kasus pasien

5.        Menginterpretasikan data pemeriksaan laboratorium

6.        Menerapkan pendekatan penyelesaian masalah yang sistematik

7.        Mengidentifikasi kontra indikasi obat

8.        Mengenal reaksi yang tidak dikehendaki (karena obat) yang mungkin terjadi

9.        Membuat keputusan tentang formulasi dan stabilitas

10.    Mengkaji literatur medis dan obat

11.    Menulis laporan medis

12.    Merekomendasikan pengaturan dosis

13.    Mengkomunikasikan secara efektif kepada tenaga kesehatan yang terkait

14.    Menanggapi pertanyaan secara lisan

15.    Membuat instruksi/perintah yang jelas

16.    Berargumentasi terhadap suatu kasus 

17.    Memberikan pendapat atau saran kepada tenaga professional kesehatan dan pasien dan

keluarga pasien.

18.    Menyajikan laporan kasus.

Page 13: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

Dengan dilaksanakannya farmasi klinis, faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan

pengobatan dapat diminimalisir. Adapun faktor-faktor ketidakberhasilan tersebut disebabkan

antara lain oleh:

1.        Penulisan resep yang kurang tepat

2.        Pengobatan yang kurang tepat (Misalnya: Pemilihan obat, bentuk sediaan, dosis, rute,

interval dosis, lama pemakaian)

3.        Pemberian obat yang tidak diperlukan

4.        Penyerahan obat yang tidak tepat

5.        Obat tidak tersedia saat dibutuhkan

6.        Kesalahan dispensing

7.        Perilaku pasien yang tidak mendukung

8.        Indiosinkrasi pasien

9.        Berhubungan dengan cara pengobatan yang tidak tepat

10.    Pelaksanaan/penggunaan obat yang tidak sesuai dengan perintah pengobatan (non

compliance)

11.    Respon aneh individu terhadap obat

12.    Terjadi kesalahan atau kecelakaan

13.    Pamantauan yang tidak tepat

14.    Gagal untuk mengenali dan menyelesaikan adanya keputusan terapi yang tidak tepat

15.    Gagal dalam memantau efek pengobatan pasien

Terapi obat terutama ditujukan untuk meningkatkan kualitas mempertahankan hidup

pasien, yang dilakukan dengan cara mengobati pasien, mengurangi atau meniadakan gejala

sakit, menghentikan atau memperlambat proses penyakit serta mencegah penyakit atau

gejalanya. Namun tidak dapat disangkal dalam pemberian obat kemungkinan terjadi hasil

pengobatan tidak seperti yang diharapkan (Drug Related Problem).

Page 14: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

Pemantauan obat merupakan salah satu tugas layanan farmasi klinis dan berhubungan

dengan masalah berkaitan obat (DRP) serta dapat dikategorikan sebagai berikut:

1.        Pasien tidak memperoleh pengobatan yang sesuai dengan indikasinya

2.        Pasien tidak mendapatkan obat yang tepat

3.        Dosis obat subterapetik

4.        Pasien gagal menerima obat

5.        Dosis obat terlalu tinggi

6.        Timbul reaksi obat yang tidak dikehendaki

7.        Pasien mengalami masalah karena terjadi interaksi obat

8.        Pasien memperoleh obat yang tidak sesuai dengan indikasinya

Outcomes yang diharapkan dari pelaksanaan farmasi klinis adanya perbaikan kualitas

hidup meliputi kesembuhan penyakit, eliminasi, pengurangan simtom,

penghentian/perlambatan proses penyakit. Untuk mencapai hasil tersebut dengan cara

Identifikasi DRP (Drug Related Problem), memecahkan DRP aktual, mencegah DRP

potensial.

Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan

penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat

pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Tujuan dari konseling adalah memberikan

pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama

obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat,

efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat

lain.

Kegiatan konseling antara lain; membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien,

menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien dengan

metode open-ended question, apa yang dikatakan dokter mengenai obat, bagaimana cara

pemakaian, efek yang diharapkan dari obat tersebut, memperagakan dan menjelaskan

mengenai cara penggunaan obat, verifikasi akhir yang meliputi mengecek pemahaman

pasien, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara

penggunaan obat, untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

Page 15: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

Sebaiknya ada ruang khusus untuk apoteker memberikan konsultasi pada pasien

dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien. Ruang konsultasi untuk

pelayanan rawat jalan (Apotik). Ruang konsultasi untuk pelayanan rawat inap.

Peralatan Konsultasi antara lain:

1.        Buku kepustakaan bahan-bahan leaflet, dan brosur dan lain-lain

2.        Meja, kursi untuk apoteker dan 2 orang pelanggan, lemari untuk menyimpan medical record

3.        Komputer

4.        Telpon

5.        Lemari arsip

6.        Kartu arsip

Pemantauan dan peresepan menjadi tugas utama farmasi klinis. Pengkajian

(Assessment) menjamin bahwa semua terapi obat yang diberikan kepada pasien terindikasi

berkhasiat dan sesuai serta mengidentifikasi setiap masalah terapi obat yang muncul atau

memerlukan pencegahan dini. Pengembangan Perencanaan Perawatan (Development of Care

Plant) Secara bersama pasien dan praktisi kesehatan membuat perencanaan untuk

menyelesaikan masalah terapi obat dan untuk mencapai tujuan terapi. Tujuan ini didisain

untuk menyelesaikan masalah terapi yang muncul, mencapai tujuan terapi individual,

mencegah masalah terapi obat yang potensial terjadi kemudian hari.

Monitoring Efek Samping Obat merupakan kegiatan pemantauan setiap respon

terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang

digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Tujuan dari

pemantauan dan pelaporan efek samping obat yaitu menemukan ESO (Efek Samping Obat)

sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang, menentukan

frekuensi dan insidensi Efek Samping Obat yang sudah dikenal sekali, yang baru saja

ditemukan, mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi

timbulnya Efek Samping Obat atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya Efek

Samping Obat.

Kegiatan pemantauan dan pelaporan efek samping obat, antara lain; menganalisa

laporan Efek Samping Obat, mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai

resiko tinggi mengalami Efek Samping Obat, mengisi formulir Efek Samping Obat,

melaporkan ke Panitia Efek Samping Obat Nasional.

Pencampuran obat suntik aseptik atau dispensing merupakan kegiatan pelayanan

yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan

label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem

Page 16: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

dokumentasi. Tujuan dari dispensing untuk mendapatkan dosis yang tepat dan aman,

menyediakan nutrisi bagi penderita yang tidak dapat menerima makanan secara oral atau

emperal, menyediakan obat kanker secara efektif, efisien dan bermutu, menurunkan total

biaya obat.

Dispensing dibedakan menjadi dua berdasarkan atas sifat sediaannya yaitu Dispensing

sediaan farmasi khusus (dispensing sediaan farmasi parenteral nutrisi dan dispensing sediaan

farmasi pencampuran obat steril) dan dispensing sediaan farmasi berbahaya.

Dispensing sediaan farmasi parenteral nutrisi. Merupakan kegiatan pencampuran

nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan

pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur

yang menyertai. Kegiatan antara lain; Mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid,

vitamin, mineral untuk kebutuhan perorangan. Mengemas ke dalam kantong khusus untuk

nutrisi.

Pelayanan Informasi Obat. Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh

Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter,

apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan adalah Menyediakan

informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan dilingkungan rumah sakit. PIO

menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan obat,

terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi. PIO akan meningkatkan profesionalisme

apoteker dan dapat menunjang terapi obat yang rasional.

Ronde/Visite Pasien merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim

dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuannya yaitu pemilihan obat, menerapkan secara

langsung pengetahuan farmakologi terapetik, menilai kemajuan pasien, bekerjasama dengan

tenaga kesehatan lain.

Kegiatan antara lain Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan

dari kunjungan tersebut kepada pasien, Untuk pasien baru dirawat Apoteker harus

menanyakan terapi obat terdahulu dan memperkirakan masalah yang mungkin terjadi.

Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin penggunaan obat

yang benar. Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat akan berguna untuk pemberian

obat. Setelah kunjungan membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah

dalam satu buku dan buku ini digunakan oleh setiap Apoteker yang berkunjung ke ruang

pasien untuk menghindari pengulangan kunjungan.

Aktifitas layanan farmasi klinis atau praktek farmasi klinis di ward/bangsal meliputi:

Page 17: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

1.        Aktivitas Layanan Farmasi Klinis

2.        Pemantauan dan pemeriksaan peresepan

3.        Mencermati penyiapan dan penyimpanan obat

4.        Memeriksa ketepatan penggunaan obat

5.        Menilai kesesuaian bentuk sediaan obat yang digunakan

6.        Member informasi obat

7.        Membuat penilaian terapeutik

8.        Mengidentifikasi pasien dan factor resiko medikasi

9.        Membantu memformulasikan dan menerapkan kebijakan peresepan

10.    Memeriksa kesesuaian obat dan ketepatan dosis obat yang dipergunakan

11.    Memantau terapi obat

12.    Menanyakan riwayat pemakaian obat pada saat pasien masuk rumah sakit

13.    Mewawancara pasien

14.    Mengkonsultasi pasien

15.    Mengelola rekam medis

16.    Menerapkan kebijakan dan pedoman peresepan

17.    Terlibat dalam penelitian dan uji coba

Pemantauan atau Pengkajian Penggunaan Obat. Merupakan program evaluasi

penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang

digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. Tujuan adalah untuk

mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan

kesehatan/dokter tertentu. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan

kesehatan/dokter satu dengan yang lain. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik

Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.

Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah. Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah

melakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang

merawat karena indeks terapi yang sempit. Tujuannya adalah mengetahui kadar obat dalam

darah dan memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat. Kegiatan antara lain

memisahkan serum dan plasma darah. Memeriksa kadar obat yang terdapat dalam plasma

dengan menggunakan alat TDM, membuat rekomendasi kepada dokter berdasarkan hasil

pemeriksaan.

Penanganan sitostatika. Kegiatan penanganan sitostatika antara lain merancang dan

mempersiapkan sumber daya yang diperlukan untuk penanganan sitotastika, melakukan

Page 18: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

penilaian tentang kelayakan pemakaian sitostatika, melakukan penyiapan dan pemberian

sitostatika, melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut, melakukan pengamanan dalam

proses penggunaan sitostatika yang menjamin keselamatan petugas, pasien dan kelestarian

lingkungan, melakukan penanganan jika terjadi kecelakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa manfaat pelayanan farmasi klinis mampu

mengidentifikasi masalah penting, antara lain:

1.    Mengidentifikasi masalah penting yang terkait obat serta menurunkan kejadian

2.    Menyempurnakan pendidikan pasien serta kepatuhan

3.    Memperbaiki peresepan

4.    Menyempurnakan hasil klinis dan efektivitas klinis

5.    Meningkatkan efektifitas biaya dan mempersingkat masa tinggal di rumah sakit

6.    Apoteker mendukung dan mendidik anggota tim kesehatan

7.    Partisipasi dalam audit klinis dan penelitian

Adapun faktor-faktor yang menunjang dalam implementasi pelayanan farmasi klinis

adalah:

1.        Membentuk komite farmasi klinis dengan membuat proposal mencakup:

a.    Analisa (analyse) situasi kebutuhan pelayanan farmasi klinis.

b.    Menetapkan tujuan (aims) pelayanan farmasi klinis dan mencari masukan.

c.    Pelaksanaan (action) / membuat rencana kerja dan tenggang waktu dan persetujuan pimpinan

rumah sakit

d.   Pengkajian (assessment), menentukan kapan proyek percobaan dilaksanakan

e.    Adjustment / pengaturan kembali untuk disempurnakan dan diperluas.

2.        Mendirikan pusat pelayanan informasi obat . Dimana peran apoteker bergeser dari “drug

informan”-kepada pendamping/konsultan bagi penulis resep/dokter (menyediakan informasi

pada tahap penentuan dosis, cara pemberian serta dalam evaluasi terapi. Dengan kata lain

peran utamanya sebagai ahli obat (drug expert).

3.        Menempatkan Apoteker bangsal (ward pharmacist).

4.        Memperkerjakan lebih banyak apoteker dengan perbandingan (1 apoteker untuk 30 tempat

tidur).

Page 19: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

5.        Apoteker harus mengetahui peran dan fungsinya dan tidak mencoba bertindak di luar

perannya.

6.        Bagi apoteker klinis perintis harus mempelajari semua “skill of trade”. Sehingga mereka

dapat menguasai pengetahuan serta berpengalaman dalam ilmu kedokteran umum, mengikuti

pendidikan berkelanjutan. Membentuk klub jurnal dan belajar bersama-sama serta membuat

presentasi secara teratur bersama rekan-rekan. Perlu melakukan penetapan prioritas area

pengembangan pelayanan farmasi klinis. Misalnya: menurut keadaan penyakit (jantung

koroner atau terapi obat sitotoksik) dan pasien dengan farmakokinetik dan farmakodinamik

yang kurang normal atau aturan obat yang rumit (lansia atau polifarmasi)

Untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan diperlukan indikator, suatu

alat/tolok ukur yang hasil menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap standar yang telah

ditetapkan. Makin sesuai yang diukur dengan indikatornya, makin sesuai pula hasil suatu

pekerjaan dengan standarnya. Indikator dibedakan menjadi Indikator persyaratan minimal

yaitu indikator yang digunakan untuk mengukur terpenuhi tidaknya standar masukan, proses,

dan lingkungan. Serta Indikator penampilan minimal yaitu indikator yang ditetapkan untuk

mengukur tercapai tidaknya standar penampilan minimal pelayanan yang diselenggarakan.

Indikator atau kriteria yang baik sebagai berikut; harus sesuai dengan tujuan,

informasinya mudah didapat, singkat, jelas, lengkap dan tak menimbulkan berbagai

interpretasi, rasional

Evaluasi merupakan tahapan mencatat hasil terapi untuk mengkaji perkembangan

dalam pencapaian tujuan terapi dan menilai kembali munculnya masalah baru, ketiga tahap

proses ini terjadi terus menerus bagi seorang pasien.

Evaluasi dan Pengendali Mutu mempunyai tujuan pada umum agar setiap pelayanan

farmasi memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan dan dapat memuaskan pelanggan.

Tujuan Khusus adalah Menghilangkan kinerja pelayanan yang substandard,

terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas obat dan keamanan pasien,

meningkatkan efesiensi pelayanan, meningkatkan mutu obat yang diproduksi di rumah sakit

sesuai CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), meningkatkan kepuasan pelanggan,

menurunkan keluhan pelanggan atau unit kerja terkait

Survei dilakukan untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau

wawancara langsung.

Page 20: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

Faktor kunci keberhasilan dari pelayanan farmasi klinis adalah penyiapan software,

profesionalisme SDM, kerjasama dan komitment dari profesi, pemberdayaan masyarakat, dan

peraturan perundang-undangan.

Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh

Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, dan aktual, tidak bias dan terkini

kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien atau keluarga pasien.

Tujuan dari pelayanan informasi obat adalah menyediakan informasi mengenai obat secara

objektif, akurat, dan up to date kepada pasien dan tenaga kesehatan dilingkungan rumah

sakit. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan

obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi. Dengan dilaksanakannya pelayanan

informasi obat akan menunjang terapi obat yang rasional dan meningkatkan profesionalisme

apoteker. Dengan adanya pelayanan informasi obat proses pengunaan obat dapat diambil

lebih tepat, misalnya:

a.         Memilih obat yang tepat

b.        Memilih sediaan yang tepat.

c.         Menentukan dosis yang tepat.

d.        Menentukan rute obat.

e.         Menentukan lama penggunaan obat.

f.         Memantau efek terapi dan efek samping obat.

g.        Merencanakan tindak lanjut jangka panjang untuk mendorong penggunaan obat yang

rasional dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada pasein.

Adapun ciri-ciri pelayanan informasi obat meliputi:

a.         Mandiri (bebas dari segala bentuik keterikatan).

b.        Objektif (sesuai dengan kebutuhan)

c.         Seimbang

d.        Ilmiah

e.         Berorientasi kepada pasien dan pro aktif

Jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh pelayanan informasi obat antara lain:

a.         Menjawab pertanyaan spesifik yang diajukan melalui telpon, surat atau tatap muka.

b.        Meyiapkan materi brosur atau leflet informasi obat (pelayanan cetak ulang atau re print).

c.         Konsultasi tentang cara penjagaan terhadap reaksi ketidakcocokan obat, konsep-konsep obat

yang sedang dalam penelitian atau peninjauan penggunaan obat-obatan.

Page 21: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

d.        Mendukung kegiatan panitia farmasi terapi dalam menyusun formularium rumah sakit dan

meninjau terhadap obat-obat baru yang diajukan untuk masuk dalam formularium rumah

sakit.

e.         Mengkoordinasikan pemantauan dan pelayanan ESO.

Selain kegiatan pelayanan dan pendidikan, pelayanan informasi obat juga berperan

aktif didalam memfasilitasi kegiatan-kegiatan penelitian yang berkaitan dengan obat,

membuat dokumentasi serta mengevaluasi setiap kegiatan yang telah dilakukan. Didalam

pengembangan pendidikan, pelayanan informasi obat juga melakukan kegiatan-kegiatan

antara lain:

a.    Mengajar, membimbing mahasiswa dan mengkoordinasikan program pendidikan

berkelanjutan dibidang informasi obat, semisal penilitian yang berkaitan dengan obat.

b.    Mengevaluasi literatur obat dan penggunaannya.

c.    Memberikan pendidikan kepada tenaga kesehatan lainnya tentang informasi obat.

Kegiatan antara lain memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen

secara aktif dan pasif. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui

telepon, surat atau tatap muka. Membuat buletin, leaflet, label obat. Menyediakan informasi

bagi Komite/Panitia Farmasi dan Terapi sehubungan dengan penyusunan Formularium

Rumah Sakit. Bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat

jalan dan rawat inap. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga

kesehatan lainnya. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan

kefarmasian.

Peralatan Ruang Informasi Obat antara lain:

1.        Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat

2.        Peralatan meja, kursi, rak buku, kotak

3.        Komputer

4.        Telpon - Faxcimile

5.        Lemari arsip

6.        Kartu arsip

7.        TV dan VCD ( disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit )

Ruang Informasi Obat sebaiknya tersedia ruangan sumber informasi dan teknologi

komunikasi dan penanganan informasi yang memadai untuk mempermudah pelayanan

informasi obat. Luas ruangan yang dibutuhkan untuk pelayanan informasi obat untuk 200

tempat tidur idealnya adalah 20 meter2 sedangkan untuk 400-600 tempat tidur seluas 40

meter2 dan untuk 1300 tempat tidur 70 meter2.

Page 22: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

Adapun referensi atau sumber-sumber informasi bias berasal dari referensi primer

(informasi obat terbaru langsung dari peneliti, misal jurnal), referensi sekunder (indeks atau

abstrak dari original artikel, missal medline), referensi tersier (informasi yang sudah

estabilished, biasanya berbentuk text book, CD room dan interne atau AHFS).

Salah satu dari pelayanan informasi obat adalah menjawab pertanyaan dari konsumen

PIO mengenai informasi obat, adapun tahapannya meliputi:

1.        Menerima pertanyaan : tunjukan keramahan dan kesiapan untuk membantu menjawab

pertanyaan.

2.        Identifikasi penanya meliputi:

a.    Siapa (dokter, perawat, pasien, masyarakat, tenaga kesehatan lainnya).

b.    Jenis pertanyaan (identifikasi, dosis, kontraindikasi, indikasi).

c.    Untuk apa (penelitian, perawatan pasien).

d.   Dari mana (ICU, IRNA, IRJA, IRDA, IBS maupn lainnya).

e.    Urgency jawaban

3.        Menentukan apakah pertanyaan akan dijawab, ditolak, atau dirujuk ke tempat lainnya.

4.        Jika diputuskan untuk menjawab pertanyaan maka dimulai penelusuran pustaka secara

sistematis :

a.    Mengolongkan tipe pertanyaan

b.    Mulai mencari sumber informasi dari referensi tersier

c.    Jika tidak ada beralih ke referensi sekunder

d.   Berusaha mendapatkan artikel asli tidak hanya abstrak saja

e.    Kadang diperlukan p[endapat lisan dari para pakar terkait

5.        Mengevaluasi referensi yang relevan dengan pertanyaan.

6.        Menjawab pertanyaan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh si penanya.

7.        Membuat ringkasan jawaban.

8.        Menghubungi penanya dalam waktu yang telah dijanjikan.

9.        Menyiapkan jawaban, semua jawaban harus berdasarkan referensi yang dapat dipercaya,

tidak menebak atau menduga.

10.    Menindaklanjutin jawaban.

Mendokumentasikan secara baik, fungsinya untuk mengurangi beban kerja jika ada

pertanyaan serupa akan lebih cepat mencari jawabannya.

Setiap pertanyaan yang diajukan kepada PIO akan didokumentasikan didalam

formulir pelayanan informasasi obat yang memuat:

a.         Tanggal dan waktu menerima pertanyaan.

Page 23: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

b.        Nama penanya ( instansi Bag./Bid./SMF).

c.         Penanya (dokter. Perawat, pasien/keluarga. Farmasis, dan lainnya)

d.        Uraian pertanyaan.

e.         Klasifikasi pertanyaan (identifikasi obat, stabilitas, ketercampuran, farmakokinetik,

farmakodinamik, dosis, efek samping, interaksi oabt, toksisitas dan lain-lainnya).

f.         Kegunaan (perawatan pasien, penelitian, pendidikan, umum).

g.        Referensi yang digunakan untuk menjawab pertanyaan.

h.        Respon yang diberikan (verbal, tulisan, dan lain-lainnya).

i.          Jawaban pertanyaan.

j.          Nama pemberi jawaban dan waktu menjawab.

Sumber Daya Manusia (SDM) pelayanan informasi obat hendaknya memadai dan

terlatih secara khusus, mampu menjalankan organisasi dan mengelola administrasi informasi

obat, mampu melakukan kegiatan-kegiatan penelitian, mampu menggunakan strategi yang

effisien dalam menelusuri sumber-sumber informasi obat dan menyampaikan secara efektif

informasi kepada pengguna pelayanan informasi obat.

C.                PEMBAHASAN

Farmasi Klinis. Suatu organisasi idealnya harus peduli dengan mutu dikarenakan

hidup mati organisasi bergantung pada pelanggan sehingga sudah sepantasnyalah pelanggan

perlu dipuaskan. Komoditi yang bermutu adalah komoditi yang aman, baik, layak, dan

bermanfaat. Oleh sebab itu sudah seharusnyalah Rumah Sakit dan Instalasi Farmasi RSU R.

Koesma Tuban juga meningkatkan produksi atau mengedarkan komoditi yang bermutu serta

memberikan yang terbaik bagi pelanggan yang dapat memberi peluang untuk memenangkan

persaingan.

Pelayanan Farmasi RSUD R. Koesma merupakan bagian dari sistem jasa Pelayanan

RSUD R. Koesma. Pelayanan Farmasi RSUD R. Koesma juga harus berbenah diri

melakukan pelayanan profesi, adanya sistem pelayanan farmasi, serta ada standar pelayanan

yang segera dimulai dapat segera menjamin mutu pelayanan sesuai harapan semua pihak

yang terkait.

Dikarenakan multiple prescribers, obat makin poten dan semakin mahal,

kompleksitas obat juga beraneka ragam, informasi yang up to date karena perkembangan

Page 24: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

yang cepat, harus dapat memilah informasi yang dibutuhkan. Adanya hubungan signifikan

antara pemakaian obat versus morbiditas dan mortalitas, biaya kemanusiaan, finansial akibat

misadventuring maka Pelayanan Farmasi Klinis di RSUD R. Koesma akan makin dibutuhkan

kehadirannya dan manfaatnya.

Pelayanan Farmasi Klinik yang akan dilaksanakan Instalasi Farmasi Rumah Sakit

akan mengubah pelayanan yang sifatnya individual menuju pelayanan berbasis sistem dan

terintegrasi. Artinya akan dikembangkan sistem dan mekanisme serta prosedur yang dapat

menjamin tidak terjadinya medication error, baik di rawat inap maupun di pelayanan rawat

jalan. Pelayanan Farmasi Klinik yang akan dilaksanakan IFRS akan mengantisipasi setiap

dinamika perubahan di bidang kedokteran termasuk senantiasa meng-update informasi dan

keilmuan yang berbasis pada bukti terkini (current best evidence) melalui sumber-sumber

informasi terpercaya dan mutakhir (misalnya internet dan electronic journals) untuk

diimplementasikan secara benar.

Adapun tugas utama Pelayanan Farmasi Klinis di RSUD R. Koesma pemantauan

pasien dan peresepan dengan harapan dapat memberikan jaminan pengobatan lebih rasional

(efektif, aman, tersedia dan dengan biaya terjangkau) kepada pasien. Manfaat Pelayanan

Farmasi Klinis di RSUD R. Koesma untuk pasien berupa pelayanan untuk mencapai

efektifitas pengobatan maksimal, resiko bagi pasien minimal, ada kemugkinan besar biaya

pengobatanpun dapat ditekan yang dikarenakan obat yang diminum hanya yang diperlukan

buat terapi saja. Disamping itu kepentigan, hak pasienpun dapat lebih optimal terlayani

Adapun manfaat bagi masyarakat umum, pengunjung RSUD R. Koesma Tuban dapat

berkonsultasi, mencari, menambah pengetahuan tentang obat dan pengobatan dengan

mengunakan obat relatif lebih mudah. Bagi tenaga profesi kesehatan lainnya dengan adanya

Pelayanan Farmasi Klinis dapat lebih memfokuskan dirinya melayani pasien sesuai dengan

asuhan pelayanan masing-masing profesi kesehatan. Manfaaat umum bagi RSUD R. Koesma

Tuban dengan adanya Pelayanan Farmasi Klinis akan menambah efektifitas pelayanannya

kepada masyarakat karena terpenuhinya standar pelayanan Rumah Sakit.

Salah satu bentuk pendekatan Program Pelayanan Farmasi Klinis yang mungkin dapat

dilaksanakan dulu untuk mencapai Program Pelayanan Farmasi Klinis yang ideal adalah

Pusat Pelayanan Informasi Obat dan Sistem Distribusi Obat Unit Dose Dispensing (UDD).

UDD adalah layanan distribusi obat kepasien rawat inap yang diberikan dalam 24 jam. UDD

merupakan transformasi dari individual prescribing. Biasanya UDD diawali dari perawatan

rawat inap intensif, misalnya di ICU, CCU, PICU, NICU, Geriatri. Alur pelayanan UDD dari

meliputi dokter menulis resep/perbekalan farmasi yang diperlukan pasien untuk 24 jam,

Page 25: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

dikumpulkan di ruang perawatan, diserahkan ke depo farmasi, diperiksa apoteker/asisten

apoteker, disalin ke buku monitor, kemudian disiapkan perbekalan faramsi tersebut, di enrty,

diserahkan ke perawat. Ada berbagai manfaat yang didapat dari pendekatan Program

Pelayanan Farmasi Klinis dalam bentuk distribusi UDD ini. Manfaat bagi pasien antara lain

pasien mendapatkan pelayanan yang cito, segera terpenuhi kebutuhannya, lebih hemat karena

pasien hanya membayar perbekalan farmasi yang dibutuhkan hari itu. Manfaat bagi Rumah

Sakit, managerial, perbekalan farmasi lebih dapat terkontrol karena hanya dibutuhkan untuk

pelayanan satu hari saja dan juga makin tipis adanya kemungkinan pencurian terhadap

perbekalan farmasi. Adapun manfaat bagi farmasis adalah pengawasan dan pengendalian

perbekalan faramsi juga relatif lebih mudah, medical error relatif lebih rendah, karena obat

dicek 2 kali, oleh farmasis sewaktu menyiapkan obat dan dicek lagi oleh perawat waktu

menyerahkan obat ke pasien. Dengan adanya system UDD peran apoteker dalam melayani

pasien lebih terfokus kualitasnya, sehingga bukan hal yang mustahil filosofi, tujuan, ruang

lingkup Pelayanan Farmasi Klinis di RSUD R. Koesma Tuban dapat terpenuhi setapak demi

setapak.

Analisis SWOT Program Farmasi Klinis di RSUD R. Koesma Tuban:

Kekuatan. Adanya kebijakan pemerintah pusat dengan menetapkan dasar hukum Farmasi

klinis yaitu; Surat Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 436/MenKes/SK/VI/1993 tentang

Pelayanan Rumah Sakit dan Pelayanan Medis, Surat Keputusan Mentri Kesehatan Nomor

1333/MenKes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, Surat Keputusan Mentri

Kesehatan Nomor 1197/MenKes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit,

Undang Undang Perlindungan Konsumen serta Pemberdayaan Sumber Daya Manusia,

terutama Apoteker yang belum dikembangkan, dimanfaatkan secara maksimal fungsi dan

perannya di RSUD R. Koesma.

Kelemahan. Apoteker atau Farmasis yang masih kurangnya akan pelatihan dan pengetahuan

up to date tentang Pelayanan Farmasi Klinis dan Pelayanan Informasi Obat. Apoteker yang

masih kurang percaya diri untuk memulai dan mengembangkan potensi ketrampilan dan

kemampuannya. Adanya tekanan dari kelompok kerja dan ketidak nyamanan kerja di Rumah

Sakit. Adanya kuantitas tenaga, khususnya Apoteker sehingga terjerembab, terfokus

mengurusi stock dan pengadaan. Dana pemerintah daerah untuk mendukung suksesnya

Program Pelayanan Informasi Obat dan Pelayanan Farmasi Klinis di RSUD R. Koesma.

Peluang. Dengan adanya Pelayanan Apoteker yang kompeten dengan ketrampilan dan

pengetahuannya di Bangsal maka pelayanan pasien lebih optimal menuju pengobatan yang

lebih rasional. Adanya dukungan kebijakan dan sumber dana dari Pemerintah Daerah Tuban.

Page 26: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

Adanya Kebijakan dan sumber dana dari Managerial, Direksi Rumah Sakit RSUD. R.

Koesma. Adanya dukungan dari organisasi ISFI dan Instansi Pendidikan yang ada. Adanya

Rumah Sakit Percontohan untuk Program Pelayanan Farmasi Klinis. Asuhan Pelayanan

masing-masing profesi kesehatan lebih optimal berkualitas.

Ancaman. Adanya hubungan yang kurang harmonis antara apoteker dengan profesi

kesehatan lainnya yang ada di Rumah Sakit. Adanya profesi kesehatan lainnya di Rumah

Sakit yang kurang komonikatif. Adanya kerjasama antara tenaga kesehatan yang ada di

Rumah Sakit dengan Pihak luar (eksternal) Rumah Sakit.

Untuk memenuhi harapan yang sesuai dengan tujuan dan manfaat yang akan di ambil

oleh Apoteker, Komite Farmasi Klinis, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Rumah Sakit, Pasien

dan Masyarakat diperlukan tahapan-tahapan yang sistematis. Diperlukan suatu Komite

Pelayanan Farmasi Klinis dan Menganalisi Rasio manfaat dan prosedur pelaksanaan di

RSUD R. Koesma Tuban termasuk program sosialisasi, sample bangsal yang akan

dipergunakan percobaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan hasil Pelayanan Farmasi

Klinis. Walaupun waktu dan kuantitas tenaga bukan suatu patokan, jaminan keberhasilan

utama pelaksanan Program Pelyanan Farmasi Klinis dalam waktu 2-3 tahun hasil, manfaat

program Pelayanan Farmasi Klinis umumnya baru dapat dirasakan. Disamping itu kebutuhan

tenaga Apoteker dengan perbandingan, rasio 1 apoteker melayani 30 tempat tidur diperlukan

agar efektifitas dan kualitas yang di hasilkan lebih optimal. Andaikata di RSUD R. Koesma

ada 150 tempat tidur, sudah sepantasnya ada 5 orang apoteker yang melayani, sehingga

dimasing–masing depo ada yang bertanggung jawab melayani pasien.

Program Pelayanan Farmasi Klinis yang akan dilaksanakan di RSUD R. Koesma

Tuban tingkat keberhasilannya akan lebih optimal jika ada komitmen untuk bekerjasama

antar profesi kesehatan yang ada untuk mencapai tujuan pelayanan optimal bagi pasien.

Disamping itu profesionalisme, pengetahuan yang selalu ter up date serta kuantitas dan

kualitas dari masing-masing profesi kesehatan terlebih apoteker sanggat mutlak dibutuhkan

untuk pelaksanaan Pelayanan Farmasi Klinis tersebut. Disamping itu jalinan komunikasi

yang insentif, berkesinambungan dan saling mempercayai antara tenaga kesehatan yang

terlibat dan Pimpinan Rumah Sakit diperlukan untuk suksesnya pelaksanan Program

Pelayanan Farmasi Klinis.

Pelayanan Informasi Obat. Dewasa ini sangat jarang adanya sumber-sumber

informasi yang netral serta mampu melayani informasi mengenai obat-obatan menyebabkan

penguna atau konsumen informasi (misal; dokter, tenaga kesehatan lainnya, pasien serta

keluarga pasien) memperoleh informasi dari perusahan atau perwakilan perusahaan-

Page 27: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

perusahan farmasi yang kurang objektif tentang obat dan spesifikasi dari macam-macam obat

tersebut.

Dengan adanya Pelayanan Informasi Obat yang aktif dan selalu siap sedia dalam

melayani akan banyak berperan, memenuhi kebutuhan akan informasi obat yang up to date

ke Komite Farmasi dan Terapi, Komite Pelayanan Farmasi Klinis, profesi tenaga kesehatan

lainnya yang membutuhkan sumber informasi obat yang cepat, mudah dan dapat dipercaya.

Disamping itu masyarakat pengunjung Rumah Sakit Koesma juga dapat memperoleh manfaat

Pelayanan Informasi Obat melalui konsultasi langsung maupun aktifitas kegiatan-kegiatan

yang akan dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan, misalnya Program Penyuluhan

terhadap pengunjung Rumah Sakit akan manfaat, tingkat keamanan pemakaian obat dan

pengobatan dengan obat. Adanya program penyebaran leflet, brosur, bulletin akan menambah

wawasan, pengetahuan, kepedulian masyarakat Rumah Sakit Koesma terhadap obat dan

pengobatan dengan mengunakan obat.

Pelyanan Informasi Obat bisa juga menjadi salah satu ruang lingkup dari Pelayanan

Farmasi Klinis, pelayanan farmasi rumah sakit di RSUD R. Koesma Tuban. Pelayanan

Informasi Obat di RSUD R. Koesma hendaknya dibawah tanggung jawab seorang apoteker

yang dimaksudkan optimalisasi Pusat Pelayanan Informasi Obat. Pelayanan informasi obat di

RSUD R. Koesma akan lebih baik lagi bila diberikan ruang gerak berstruktural tersendiri,

sehingga akan memberikan kontribusi yang lebih optimal sebagai bagian dari pelayanan

farmasi rumah sakit.

Salah satu contoh kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Pusat Pelayanan Informasi

Obat akan bekerja sama dengan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)

mengadakan penyuluhan, penyebaran informasi obat, tanya jawab langsung kepada

masyarakat rumah sakit, misalnya melibatkan langsung pengunjung rumah sakit sehingga

kualitas, mutu layanan rumah sakit akan lebih meningkat disamping pengetahuan dan

kesadaran masyarakat rumah sakit tentang obat juga akan lebih meningkat.

Diperlukan sumber daya manusia yang professional dan sumber-sumber referensi

yang memadai serta aktif sehingga keberadaan dan fungsi dari layanan informasi obat di

rumah sakit besar dirasakan oleh tenaga kesehatan dan masyarakat yang ada di rumah sakit.

Selain itu supaya kegiatan-kegiatan Pelayanan Informasi Obat kepada masyarakat rumah

sakit bias lebih mengenal, mengetahui keberadaan dan mendapatkan pelayanan yang terbaik

diperlukan suatu tempat yang representatife serta waktu yang terjadwal untuk menjalankan

aktifitas pelayanan informasi obat di Rumah Sakit baik untuk keperluan interen rumah sakit

maupun masyarakat luas.

Page 28: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

Perlu disadari akan peran, keberadaan Pusat Pelayanan Informasi Obat bagi tenaga

kesehatan lainya untuk menunjang sistem pelayanan yang ada di Rumah Sakit memanglah

dirasa penting. Maka dari itu dengan segala keterbatasan yang ada, kompetensi yang segera

dilimpahkan kepada seorang apoteker, mau tidak mau harus dilaksanakan dan perlahan-lahan

disempurnakan untuk lebih mengoptimalkan mutu layanan di rumah sakit.

D.                 KESIMPULAN

1.            Sudah seharunya RSUD R. Koesma Tuban meningkatkan komoditi mutu pelayanan untuk

memberikan yang terbaik untuk pasien dan masyarakat.

2.            Diperlukan adanya perubahan sistem pelayanan individual menuju pelayanan yang berbasis

sistem dan terintegrasi.

3.            Dengan adanya Program Pelayanan Farmasi Klinis, Pelayanan Informasi Obat, Komite

Farmasi Klinis, Warm Pharmacist, Rasio Farmasis akan meningkatkan kemampuan,

profesionalisme farmasis menuju pelayanan RSUD R. Koesma Tuban lebih berkualitas.

4.            Pelayanan Farmasi klinis yang akan dilaksanakan di RSUD R. Koesma Tuban harus mampu

mengembangkan sistem, mekanisme serta prosedur yang dapat menjamin terjadinya medical

error, terlebih untuk pasien rawat inap.

5.            Program Pelayanan Farmasi Klinis di RSUD R. Koesma sebagai pelaksanan utama adalah

Apoteker dengan dukungan dari Direksi Rumah Sakit, Profesi Kesehatan yang ada di Rumah

Sakit, Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, Organisasi ISFI, Institusi Pendidikan dan

masyarakat.

Page 29: Makalah Pelayanan Informasi Obat Dan Pelayanan Farmasi Klinis Yang Akan Dilaksanakan Di Rsud r

6.            Diperlukan komitmen yang kuat dan berkesinambungan demi tercapainya Program Farmasi

Klinis di RSUD R. Koesma Tuban dengan saling kontrol, kolaborasi antar profesi kesehatan

yang ada di Rumah Sakit dengan menjunjung tinggi Asuhan Pelayanan Rumah Sakit.

7.            Untuk menuju Program Pelayanan Farmasi Klinis diperlukan pendekatan program dengan

Pusat Pelayanan Informasi Obat dan sistem distribusi obat dengan mengunakan Unit Dose

Dispensing (UDD).

8.            Faktor kunci keberhasilan dari pelayanan farmasi klinis adalah penyiapan software,

profesionalisme SDM, kerjasama dan komitment dari profesi, pemberdayaan masyarakat, dan

peraturan perundang-undangan.

Diposkan oleh agus yulianto di 09.33