Upload
bungaannansa
View
213
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH PEMBIAKAN TANAMAN
PEMBIAKAN VEGETATIF
PADA TANAMAN STEVIA
Di susun oleh :
Atika Kusuma (H3511005)
Dicky Endrianto (H3511007)
Fransiska Desy T (H3511008)
Friska Dwi I (H3511009)
PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS MINAT AGROFARMAKA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan tanaman obat dari masa ke masa semakin meningkat. Oleh
karena itu perlu dilakukan usaha-usaha pembiakan tanaman obat dengan teknik
yang dapat mengasilkan tanaman yang baik dan memiliki nilai estetika tinggi.
Dalam dunia agribisnis, tanaman obat mulai dikenal dan banyak dibudidayakan
untuk mengobati secara herbal tanpa bahan kimia karena banyak sekali
penelitian pengobatan dilakukan secara herbal lebih baik daripada
menggunakan obat kimia.
Stevia merupakan salah satu tanaman obat, tanaman semak yang berasal
dari famili Compositae. Tingginya ± 65 cm, berbatang bulat, berbulu, beruas,
bercabang banyak, dan warnanya hijau. Daunnya tunggal berhadapan,
berbentuk bulat telur, berbunga hermaprodit, mahkota ungu berbentuk tabung
dan berakar tunggang.
Tanaman ini memiliki daya regenerasi yang kuat sehingga tahan terhadap
pemangkasan. Stevia sebagai sumber pemanis alami memiliki prospek cerah di
masa yang akan datang, mengingat pemanis sintetik seringkali berpengaruh
buruk terhadap kesehatan. Bahan pemanis utama pada stevia adalah stevioside,
suatu glikosida diterpen yang sangat manis namun hampir tidak mengandung
kalori.
Produk utama stevia adalah daun yang digunakan sebagai bahan baku
pembuat gula atau pemanis alami. Saat yang tepat untuk panen pertama pada
waktu kandungan stevioside maksimal yaitu tanaman telah berumur 40-60 hari,
tinggi tanaman 40-60 cm, berdaun rimbun, dan menjelang stadium berbunga.
Panen dilakukan dengan cara memotong batang tanaman stevia setinggi 10-15
cm dari permukaan tanah dengan menggunaka gunting pangkas yang tajam
(Rukmana, 2003).
Agar kadar kemanisan dapat dipertahankan daun harus segera dirempel/
dilepas dari dahannya dan dikeringkan setelah panen. Pasar ekspor
menghendaki daun yang memiliki kadar air maksimal 10% dan kandungan
kotoran maksimal 3%. Tanaman stevia sangat potensial dikembangkan sebagai
bahan baku gula (pemanis) alami pendamping gula tebu dan pengganti gula
sintetis. Kelebihan gula stevia antara lain tidak bersifat karsinogen dan rendah
kalori.
Pada makalah ini akan dibahas tentang pengembangbiakan secara vegetatif
dan teknik-teknik pembiakan vegetatif pada tanaman obat stevia sehingga
permintaan stevia dipasar dapat terpenuhi dan meningkatkan perekonomian.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diangkat pada makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan pembiakan vegetatif buatan dengan stek ?
2. Apa itu tanaman stevia dan manfaat tanaman stevia itu sendiri?
3. Bagaimana cara pengembangan tanaman obat stevia dengan cara stek?
C. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan :
1. Mengetahui pembiakan vegetatif buatan dengan stek dan macam-macam
stek.
2. Mengetahui lebih jelas tentang tanaman stevia dan manfaatnya.
3. Mengetahui cara pengembangan tanaman obat stevia dengan cara stek.
BAB II
ISI
A. Pembiakan Vegetatif Buatan dengan Stek
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan
dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk
ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif
buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan
khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan
lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan
jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru
terbentuk tidak tahan stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman
yang masih bertahan.
Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya
regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru
yang true to name dan true to type. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi
oleh faktor intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor ekstern atau
lingkungan. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan
pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh.
Boulline dan Went (1933) menemukan substansi yang disebut rhizocaline
pada kotiledon, daun dan tunas yang menstimulasi perakaran pada stek.
Menurut Hartmann et al (1997), zat pengatur tumbuh yang paling berperan
pada pengakaran stek adalah Auksin. Auksin yang biasa dikenal yaitu indole-
3-acetic acid (IAA), indolebutyric acid (IBA) dan nepthaleneacetic acid
(NAA). IBA dan NAA bersifat lebih efektif dibandingkan IAA yang
meruapakan auksin alami, sedangkan zat pengatur tumbuh yang paling
berperan dalam pembentukan tunas adalah sitokinin yang terdiri atas zeatin,
zeatin riboside, kinetin, isopentenyl adenin (ZiP), thidiazurron (TBZ), dan
benzyladenine (BA atau BAP). Selain auksin, absisic acid (ABA) juga
berperan penting dalam pengakaran stek.
Faktor intern yang paling penting dalam mempengaruhi regenerasi akar
dan pucuk pada stek adalah faktor genetik. Jenis tanaman yang berbeda
mempunyai kemampuan regenerasi akar dan pucuk yang berbeda pula. Untuk
menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cara stek, tanaman
sumber seharusnya mempunyai sifat-sifat unggul serta tidak terserang hama
dan/atau penyakit. Selain itu, manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan
status fisiologi tanaman sumber juga penting dilakukan agar tingkat
keberhasilan stek tinggi. Kondisi lingkungan dan status fisiologi yang penting
bagi tanaman sumber diantaranya adalah:
1. Status air. Stek lebih baik diambil pada pagi hari dimana bahan stek dalam
kondisi turgid.
2. Temperatur. Tanaman stek lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12°C hingga
27°C.
3. Cahaya. Durasi dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tamnaman sumber
tergantung pada jenis tanaman, sehingga tanaman sumber seharusnya
ditumbuhkan pada kondisi cahaya yang tepat.
4. Kandungan karbohidrat. Untuk meningkatkan kandungan karbohidrat
bahan stek yang masih ada pada tanaman sumber bisa dilakukan
pengeratan untuk menghalangi translokasi karbohidrat. Pengeratan juga
berfungsi menghalangi translokasi hormon dan substansi lain yang
mungkin penting untuk pengakaran, sehingga terjadi akumulasi zat-zat
tersebut pada bahan stek. Karbohidrat digunakan dalam pengakaran untuk
membangun kompleks makromolekul, elemen struktural dan sebagai
sumber energi. Walaupun kandungan karbohidrat bahan stek tinggi, tetapi
jika rasio C/N rendah maka inisiasi akar juga akan terhambat karena unsur
N berkorelasi negatif dengan pengakaran stek (Hartmann et al, 1997).
Faktor lingkungan tumbuh stek yang cocok sangat berpengaruh pada
terjadinya regenerasi akar dan pucuk. Lingkungan tumbuh atau media
pengakaran seharusnya kondusif untuk regenerasi akar yaitu cukup lembab,
evapotranspirasi rendah, drainase dan aerasi baik, suhu tidak terlalu dingin
atau panas, tidak terkena cahaya penuh (200-100 W/m2) dan bebas dari hama
atau penyakit.
Persyaratan untuk bahan stek yang baik diantaranya adalah
1. Batang/cabang tidak terlalu muda atau terlalu tua, minimal berumur 1
tahun kecuali untuk stek pucuk.
2. Bebas dari serangan hama dan penyakit
3. Warna batang/pucuk masih segar, berwarna hijau
Keuntungan perbanyakan dengan stek adalah
1. caranya sederhana (tidak memerlukan teknik yang rumit)
2. Memiliki sifat yang sama dengan induknya
Kerugian perbanyakan dengan stek adalah
1. memiliki perakaran lemah, karena berakar serabut
2. tidak bisa digunakan untuk perbanyakan semua jenis tanaman
3. persentasi keberhasilan pertumbuhan rendah
Stek dibagi menjadi 3 macam, diantaranya adalah sebagai berikut
1. Stek Daun
Bahan awal perbanyakan yang dapat digunakan pada stek daun
dapatberupa lembaran daun atau lembaran daun beserta petiol. Bahan awal
pada stek daun tidak akan menjadi bagian dari tanaman baru. Penggunaan
bahan yang mengandung kimera periklinal dihindari agar tanaman-
tanaman baru yang dihasilkan bersifat true to type (Hartmann et al, 1997).
Akar dan tunas baru pada stek daun berasal dari jaringan meristem
primer atau meristem sekunder. Pada tanaman Bryophyllum, akar dan
tunas baru berasal dari meristem primer pada kumpulan sel-sel tepi daun
dewasa, tetapi pada tanaman Begonia rex, Saint paulia (Avrican violet),
Sansevieria, Crassula dan Lily, akar dan tunas baru berkembang dari
meristem sekunder dari hasil pelukaan.
Pada beberapa species seperti Peperomia, akar dan tunas baru muncul
dari jaringan kalus yang terbentuk dari aktivitas meristem sekunder karena
pelukaan.
Masalah pada stek daun secara umum adalah pembentukan tunas-
tunas adventif, bukan akar adventif. Pembentukan akar adventif pada daun
lebih mudah dibandingkan pembentukan tunas adventif (Hartmann, et al,
1997).
Secara teknis stek daun dilakukan dengan cara memotong daun
dengan panjang 7,5 – 10 cm (Sansevieria) atau memotong daun beserta
petiolnya
kemudian ditanam pada media (Hartmann et al, 1997). Untuk Begonia
dan Violces, perlakuan kimia yang umum dilakukan adalah penyemprotan
dengan IBA 100 ppm.
2. Stek Umbi
Pada stek umbi, bahan awal untuk perbanyakan berupa umbi, yaitu:
umbi batang, umbi kakr, umbi sisik, dan lain-lain. Senagai bahan
perbanyakan, umbi dapat digunakan utuh atau dipotong-potong dengan
syarat setiap potongannya mengadung calon tunas. Untuk menghindari
terjadinya busuk pada setiap potongan umbi, maka umbi perlu dierandap
dalam bakterisida dan fungisida. Contoh tanaman yang bisa diperbanyak
dengan stek umbi antara lain: Solanum uberosum, Ipomoea batatas,
Caladium, Helianthus tuberosus, Amarilis, dan lainlain.
3. Stek Batang
Bahan awal perbanyakan berupa batang tanaman. Stek batang
kelompokkan menjadi empat macam berdasarkan jenis batang tanaman,
yakni: berkayu keras, semi berkayu, lunak, dan herbaceous. Bahan
tanaman yang biasa diperbanyak dengan stek batang berkayu keras antara
lain: apel, pear, cemara, dan lain-lain, dengan perlakuan kimia IBA atau
NAA 2500 – 5000 ppm. Panjang stek berkisar antara 10 – 76 cm atau dua
buku (nodes). Stek batang semi berkayu, contohnya terdapat pada tanaman
Citrus sp. dengan perlakuan kimia yang sudah umum yaitu IBA dan NAA
1000 – 3000 ppm dan panjang stek 7,5 – 15 cm. Pada stek batang semi
berkayu ini, daun-daun seharusnya dibuang untuk mengendalikan
transpirasi.
Disamping itu, pelukaan sebelumnya mungkin dapat membantu
pengakaran. Untuk stek batang berkayu lunak, contohnya terdapat pada
tanaman Magnolia dengan perlakuan IBA atau NAA 500 – 1250 ppm dan
panjang stek 7,5 – 12,5 cm. Pada stek batang berkayu lunak ini umumnya
akar relatif cepat keluar (2 – 5 minggu).
Stek batang yang tergolong herbaceus, dilakukan pada tanaman
Dieffenbachia, Chrisanthemum, dan Ipomoea batatas. Pada dasarnya
perlakuan auksin tidak pdiperlukan pada stek batang herbaceous ini, tetapi
kadang diberikan IBA atau NAA 500 –1250 ppm dan panjang stek yang
biasa digunakan adalah 7,5– 12,5 cm (Hartmann et al, 1997).
B. Tanaman Stevia
Stevia adalah tanaman semak yang berasal dari famili Compositae.
berbatang bulat, berbulu, beruas, bercabang banyak, dan warnanya hijau.
Daunnya tunggal berhadapan, berbentuk bulat telur, berbunga hermaprodit,
mahkota ungu berbentuk tabung dan berakar tunggang. Tanaman ini memiliki
daya regenerasiyang kuat sehingga tahan terhadap pemangkasan.
Divisio : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Familia : Composite
Genus : Stevia
Spesies : Stevia rebaudiana Bertonii M.
Stevia adalah tanaman semak yang berasal dari famili Compositae.
Tingginya ± 65 cm, berbatang bulat, berbulu, beruas, bercabang banyak, dan
warnanya hijau. Daunnya tunggal berhadapan, berbentuk bulat telur,
berbunga hermaprodit, mahkota ungu berbentuk tabung dan berakar
tunggang. Tanaman ini memiliki daya regenerasi yang kuat sehingga tahan
terhadap pemangkasan. Stevia sebagai sumber pemanis alami memiliki
prospek cerah di masa yang akan datang, mengingat pemanis sintetik
seringkali berpengaruh buruk terhadap kesehatan. Bahan pemanis utama pada
stevia adalah stevioside, suatu glikosida diterpen yang sangat manis namun
hampir tidak mengandung kalori (Tirtoboma,1988).
Produk utama stevia adalah daun yang digunakan sebagai bahan baku
pembuat gula atau pemanis alami. Saat yang tepat untuk panen pertama pada
waktu kandungan stevioside maksimal yaitu tanaman telah berumur 40-60
hari, tinggi tanaman 40-60 cm, berdaun rimbun, dan menjelang stadium
berbunga. Panen dilakukan dengan cara memotong batang tanaman stevia
setinggi 10-15 cm dari permukaan tanah dengan menggunaka gunting
pangkas yang tajam (Rukmana, 2003).
Agar kadar kemanisan dapat dipertahankan daun harus segera dirempel
dan dikeringkan setelah panen. Pasar ekspor menghendaki daun yang
memiliki kadar air maksimal 10% dan kandungan kotoran maksimal 3%.
Tanaman stevia sangat potensial dikembangkan sebagai bahan baku gula
(pemanis) alami pendamping gula tebu dan pengganti gula sintetis. Kelebihan
gula stevia antara lain tidak bersifat karsinogen dan rendah kalori
(Paimin, 2004).
Stevia adalah suatu sumber bahan pemanis alami yang mempunyai
tingkat kemanisan 200-300 kali lebih manis daripada gula tebu. Tanaman ini
sudah lama digunakan sebagai bahan pemanis pada makanan dan minuman
(Darmoko dan Oskari, 1984).
Stevia dapat dikembangbiakkan dengan cara generatif dan vegetatif.
Secara vegetatif umumnya diperbanyak dengan stek batang.
Perkembangbiakkan secara generatif dilakukan dengan menggunakan biji.
Cara ini jarang dilakukan karena untuk mendapatka biji cukup sulit, waktu
pertumbuhan juga lebih lama disamping kandungan stevioside tanaman induk
lebih rendah (Lutony, 1993).
Para peneliti berusaha mencari da menemukan bahan obat baik yang
modern maupun tradisional. Kebijaksanaan Obat Nasional menyebutkan
berbagai langkah penanggulangan diperlukan agar dapat dicapai hasil yang
berdaya guna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari apakah zat
pemanis dari Stevia rebaudiana Bertonii mempunyai sifat hipoglikemik atau
tidak. Stevia rebaudiana Bertonii dapat digunakan sebagai makanan berkalori
rendah bagi penderita diabetes, orang kegemukan dan penderita gigi
berlubang (http//:digilib.ti.itb.ac.id).
C. Cara Pengembangan Tanaman Obat Stevia dengan Cara Stek
Tanaman stevia dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif, namun
yang paling terbukti efisien adalah perbanyakan secara vegetatif.
Perbanyakan stevia secara generatif dengan biji sulit dilakukan karena daya
berkecambahnya yang sangat rendah yaitu 1 %, Goettemoeler dan Ching
(1999). Perbanyakan tanaman stevia secara vegetatif dapat dilakukan dengan
anakan, batang dan kultur jaringan. Perbanyakan secara vegetative
bermanfaat untuk mempertahankan keseragaman tanaman stevia yang
produksi utamanya daun. Keuntungan dari perbanyakan ini adalah dapat
dihasilkan tanaman yang sempurna dalam waktu relative lebih cepat
dibanding secara generative (dengan biji).
Perbanyakan benih stevia dapat dilakukan dengan biji, stek
pucuk/batang, atau dengan kultur jaringan. Biji tanaman stevia berbentuk
jarum dan berwarna putih kotor. Perbanyakan menggunakan biji jarang
dilakukan karena tingkat keberhasilannya sangat rendah dan pertanaman tidak
seragam. Stevia yang pernah ditanam di Indonesia berasal dari Jepang, Korea
dan China. Bahan tanaman tersebut berasal dari biji sehingga pertumbuhan
tanaman stevia di lapang sangat beragam.
Perbanyakan stevia dengan stek dapat berupa stek pucuk maupun stek
batang. Yang perlu diperhatikan untuk bahan indukan stek adalah dipilih
tanaman yang masih muda dan sudah berkayu. Stek batang diambil dari
bagian tengah cabang primer sedangkan stek pucuk diambil dari bagian ujung
tanaman. Untuk meningkatkan jumlah tunas lateral dan jumlah daun lebih
baik menggunakan stek batang. Teknik perbanyakan dengan stek batang
dilakukan dengan cara pemasangan sungkup plastik kedap udara, sehingga
suhu dalam sungkup dan kelembapan udara mendekati 100%. Dengan suhu
dan kelembapan yang tinggi dapat memacu pertumbuhan akar. Setelah
berumur 3 – 4 minggu, stek dapat ditransplanting ke lapang (Sudiatso, 1999).
Perbanyakan stevia menggunakan teknik kultur jaringan belum banyak
literatur atau hasil yang dipublikasikan, namun secara umum perbanyakan
dengan teknik ini diperoleh tanaman yang sifatnya seragam dan jumlah
tanaman yang banyak dalam waktu yang relatif singkat serta tanaman bebas
dari hama dan penyakit.
Menurut Wudianto(2001) stek batang berkayu lunak (softwood cutting)
lebih mudah berakar dibanding stek batang berkayu keras (hardwood cutting)
pada kondisi yang optimum. Tanaman stevia merupakan tanaman semi
berkayu dan memiliki daya regenerasi yang tinggi. Dalam penelitian ini
digunakan stek yang berasal dari bagian pucuk dan batang. Dari Tabel 2
terlihat bahwa persentasi stek hidup yang berasal dari pucuk mencapai 100%,
seluruhnya dapat tumbuh menjadi bibit yang normal. Sedangkan stek batang
terdapat 41 bibit yang hidup dari 60 stek yang ditanam (68.33%).
Pada bahan stek yang berasal dari batang. Hartmann (1990) menyatakan
bahwa perbanyakan dengan stek dapat dilakukan dengan menggunakan
bagian batang, akar dan daun tanaman yang dipotong dari tanaman induk.
Bagian-bagian tanaman tersebut memiliki respon yang berbeda-beda terhadap
penyetekan. Stek yang diambil dari bagian ujung batang dapat memberikan
respon yang berbeda dari stek yang diambil dari bagian pangkalnya.
Perbedaan respon dari tiap bagian tanaman tersebut dipengaruhi oleh
perbedaan kandungan cadangan makanan yang terkandung dalam tanaman
terutama untuk unsur Nitrogen dan Karbohidrat. Persediaan Nitrogen dan
Karbohidrat.yang cukup akan membantu proses pembentukan akar dan tunas
pada bahan stek.
Pada awal penanaman banyak stek batang yang terlihat menguning dan
daun-daun yang ada mengering dan digantikan oleh tunas-tunas baru. Namun
ada beberapa stek batang yang mati, terlihat dari mengeringnya seluruh
bagianstek. Hal tersebut disebabkan batang stevia yang semi berkayu
sehingga lebih sulit untuk membentuk akar. Bahan stek pada awal periode
pertumbuhan memiliki laju respirasi yang relatiftinggi dan proses fotosintesis
yang tinggi pula. Akan tetapi karena akar belum terbentuk dan belum
berfungsi maka terjadi perombakan bahan baku yang diambil dari bagian
batang bahan stek tersebut yang menyebabkan bahan stek kekuning-
kuningan.
Menurut Hartmannet al. (1990), suhu dan kelembaban relative yang lebih
tinggi akan merangsang keluarnya akar. Penyungkupan dapat dilakukan
sebagai salah satu cara memanipulasi lingkungan mikro. Selama di
pembibitan stevia digunakan sunggup sebagai naungan. Sunggup yang
digunakan dapat dibuat dari plastik yang berfungsi untuk menjaga suhu dan
kelembaban. Pembibitan tanpa menggunakan sungkup dapat menghambat
pertumbuhan bibit karena bibit belum dapat beradaptasi dengan cahaya
matahari langsung (Barlian, 1997).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan:
1. Perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan
sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi
tanaman baru.
2. Produk utama stevia adalah daun yang digunakan sebagai bahan baku
pembuat gula atau pemanis alami.
3. Pembiakan vegetatif stevia dapat menggunakan cara stek batang.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan dari masalah yang diangkat dalam makalah
adalah
1. Diadakan penyuluhan pada para petani tanaman stevia untuk penanaman
stevia yang cepat dan baik.
2. Budidaya dan pembiakan stevia sebagai komoditas tanaman obat yang
memiliki nilai jual tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Rochiman, K. dan S. S. Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB. 72 hal.
Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, and R. L. Geneve. 1997. Plant propagation principles and practices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs, N.J.
Rukman, H. R. 2003. Budidaya Stevia, Bahan Pembuatan Pemanis Alami. Penerbit Kanisius. Jogjakarta
Suara Media. 2010. Tergiur Laba Menggoda Bisnis Tanaman Stevia Semanis Rasanya. http://www.suaramedia.com. 8 November 2012.
Sudiatso, S. 1999. Tanaman Bahan Baku Pemanis dan Produksi Pemanis. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor