Upload
rizal-firdaus
View
20
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tatacara pemilu
Citation preview
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, kita dapat menyelesaikan Makalah tentang ”KAMPANYE
HITAM SEBAGAI BENTUK PENCEDERAAN TERHADAP PESTA
DEMOKRASI INDONESIA” dengan baik. Dalam pembuatan Makalah ini
setidaknya kita dapat mengetahui tentang demokrasi yang terjadi di Indonesia.
Selanjutnya kami menyadari jika dalam pembuatan Makalah ini banyak berbagai
pihak yang memberi dukungan dan sambutan sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak.Semoga pembuatan Makalah ini
dapat membantu teman-teman untuk menambah pengetahuan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena
itu dengan segala kerendahan hati ,kepada para pembaca kami mohon dapat
menyampaikan saran dan kritik untuk perbaikan selanjutnya.
Terima kasih….
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................................1
BAB II DASAR TEORI.........................................................................................................2
2.1 PENGERTIAN DEMOKRASI.....................................................................................2
2.2 PENGERTIAN PEMILU..............................................................................................3
2.3 PENGERTIAN KAMPANYE.......................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN.....................................................................................................11
3.1 Contoh Pelanggaran Kampanye..................................................................................11
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................14
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................14
4.2 Saran...........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu bentuk demokrasi di Indonesia adalah dalam wujud pemilu atau
pemilihan umum, dalam pemilu kita dapat memilih siapa yang pantas menurut kita
untuk memimpin bangsa Indonesia selama lima tahun kedepan, pada saat pemilu ada
beberapa tahapan yang harus di lewati.
Setelah semua tahap telah di laksanakan maka akan diketahu siapa yang akan
memimpin bangsa kita lima tahun ke depan. Pada umumnya kecurangan pada pemilu
dimulai pada masa masa kampanye yang paling banyak mempengaruhi pemilih
dengan cara kampanye hitam.
1.2 Rumusan masalah
Beriku beberapa rumusan masalah yang dikaji dalam kelompok ini:
1; Pengertian tentang Kampanye ?
2; Aturan kampanye yang seharusnya ada dalam pemilu ?
3; Apa contoh pelanggaran kampanye yang dilakukan pada saat pemilu 2014 ?
1.3 Tujuan
1; Mengetahui apa yang di sebut dengan kampanye
2; Mengetahui aturan kampanye yang berlaku dalam setiap pemilu yang di
selenggarakan di Indonesia
3; Mengetahui tentang jalur kampanye pada saaat pemilu 2014
4; Mengetahui kampanye-kampanye yang tidaksah atau tidak sesuai dengan
aturan yang telah ada
4
BAB II
DASAR TEORI
Tahapan-tahapan pada pemilu :
I; Tahapan Persiapan yang meliputi : penyusunan dan penetapan peraturan,
sosialisasi, publikasi, simulasi, pembentukan badan Adhoc, pengadaan dan
distribusi logistik.
II; Tahapan pelaksanaan: penyusunan daftar pemilih, pencalonan, kampanye hingga
pelantikan presiden dan wakil presiden.
III; Tahapan penyelesaian: pembubaran badan adhoc, evaluasi pelaksanaan,
penyusunan dokumentasi, dan pengelolaan arsip.
2.1 PENGERTIAN DEMOKRASI
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara
untuk dijalankan olehpemerintah negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah
prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara
(eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga
negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu
sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan
agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol
berdasarkan prinsip checks and balances.
Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga
pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan
kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang
menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat
(DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan
legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh
wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya
(konstituen) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain
sesuai hukum danperaturan.
5
Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil-hasil penting,
misalnya pemilihan presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum.
Pemilihan umum tidak wajib atau tidak mesti diikuti oleh seluruh warganegara,
namun oleh sebagian warga yang berhak dan secara sukarela mengikuti pemilihan
umum. Sebagai tambahan, tidak semua warga negara berhak untuk memilih
(mempunyai hak pilih).
Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan
memilih presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti
yang lebih luas. Suatu pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen secara
langsung tidak menjamin negara tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan
rakyat memilih sendiri secara langsung presiden hanyalah sedikit dari sekian banyak
kedaulatan rakyat. Walapun perannya dalam sistem demokrasi tidak besar, suatu
pemilihan umum sering dijuluki pesta demokrasi. Ini adalah akibat cara berpikir
lama dari sebagian masyarakat yang masih terlalu tinggi meletakkan tokoh idola,
bukan sistem pemerintahan yang bagus, sebagai tokoh impian ratu adil. Padahal
sebaik apa pun seorang pemimpin negara, masa hidupnya akan jauh lebih pendek
daripada masa hidup suatu sistem yang sudah teruji mampu membangun negara.
Banyak negara demokrasi hanya memberikan hak pilihkepada warga yang telah
melewati umur tertentu, misalnya umur 18 tahun, dan yang tak memliki catatan
kriminal (misal, narapidana atau bekas narapidana).
2.2 PENGERTIAN PEMILU
Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-
jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai
dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala
desa. Pada konteks yang lebih luas, Pemilu dapat juga berarti proses mengisi jabatan-
jabatan seperti ketua OSIS atau ketua kelas, walaupun untuk ini kata 'pemilihan'
lebih sering digunakan.
Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif
(tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations, komunikasi
massa, lobby dan lain-lain kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda di Negara
demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi
dan teknik propaganda banyak juga dipakaioleh para kandidat atau politikus selalu
komunikator politik.
6
Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada
merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya
pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan,
menjelang hari pemungutan suara.
Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang
Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang
sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke
para pemilih
2.3 PENGERTIAN KAMPANYE
Kampanye pemilu adalah kegiatan peserta pemilu untuk meyakinkan para
pemilih dengan menawarkan visi, misi, program peserta pemilu dan atau informasi
lainnya.Menjelang Pemilu adalah masa saatnya kampanye di mana setiap Parpol atau
calon melakukan pendekatan pada massa untuk menarik dukungan. Roger dan
Storey (dalam Antar Venus, 2004: 7) memberi pengertian kampanye sebagai
serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek
tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakuan secara berkelanjutan pada
kurun waktu tertentu. Perlu diperhatikan bahwa pesan kampanye harus terbuka untuk
didiskusikan dan dikritisi. Hal ini dimungkinkan karena gagasan dan tujuan
kampanye pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik bahkan sebagian
kampanye ditujukan sepenuhnya untuk kepentingan dan kesejahtraan umum (public
interest).
Kampanye dalam Pemilu pada dasarnya dianggap sebagai suatu ajang
berlangsungnya proses komunikasi politik tertentu, yang sangat tinggi intensitasnya.
Ini dikarenakan terutama dalam proses kampanye pemilu, interaksi politik
berlangsung dalam tempo yang meningkat. Setiap peserta kampanye berusaha
meyakinkan para pemberi suara/konstituen, bahwa kelompok atau golongannya
adalah calon-calon yang paling layak untuk memenangkan kedudukan.
Dasar Hukum Kampanye
1; Menurut UU Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan
DPRD, pada pasal 77 dinyatakan bahwa kampanye pemilu merupakan bagian
dari pendidikan politik masyarakat dan dilaksanakan secara bertanggungjawab.
7
2; Pedoman pelaksanaan kampanye pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD
dijabarkan di Peraturan KPU nomor 1 Tahun 2013.
A; Prinsip, Fungsi, dan Tujuan Kampanye
Kampanye Pemilu dilakukan dengan prinsip efisien, ramah lingkungan,
akuntabel, nondiskriminasi, dan tanpa kekerasan.
1; Kampanye peserta pemilu dilakukan sebagai sarana partisipasi politik warga
negara dan bentuk kewajiban peserta pemilu dalam memberikan pendidikan
politik.
2; Kampanye peserta pemilu dilakukan dalam rangka membangun komitmen antara
warga negara dengan peserta pemilu dengan cara menawarkan visi, misi,
program dan/atau informasi lainnya untuk meyakinkan pemilih dan mendapatkan
dukungan sebesar-besarnya.
B; Alat Peraga Kampanye
Semua benda atau bentuk lain yang memuat visi, misi, program, simbol - simbol,
atau tanda gambar peserta pemilu yang dipasang untuk keperluan kampanye pemilu
yang bertujuan untuk mengajak orang memilih peserta pemilu dan atau calon
anggota DPR, DPD, dan DPRD tertentu.
Bahan Kampanye
Semua benda atau bentuk lain yang memuat visi, misi, program, simbol - simbol,
atau tanda gambar peserta pemilu yangdisebar untuk keperluan kampanye pemilu
yang bertujuan untuk mengajak orang memilih peserta pemilu dan atau calon
anggota DPR, DPD, dan DPRD tertentu.
Pelaksana Kampanye
1; Pelaksana kampanye pemilu anggota DPR dan DPRD terdiri atas pengurus partai
politik, calon anggota DPR dan DPRD, juru kampanye pemilu, orang seorang,
dan organisasi yang ditunjuk oleh Peserta Pemilu anggota DPR dan DPRD.
2; Pelaksana Kampanye Pemilu anggota DPD terdiri atas calon anggota DPD,
orang seorang, dan organisasi yang ditunjuk oleh Peserta Pemilu anggota DPD.
C; Aturan Kampanye
Berikut ini beberapa poin catatan terkait aturan dalam pelaksanaan kampanye
Pemilu Legislatif 2014 yang harus ditaati oleh Caleg dan Partai Politik peserta
8
pemilu. Catatan ini merupakan intisari dari UU No. 8 Tahun 2012, Peraturan KPU
No. 1 Tahun 2013 dan Peraturan KPU No. 15 Tahun 2013.
1; Kampanye dilaksanakan oleh Pelaksana Kampanye, diikuti oleh Peserta
Kampanye dan didukung oleh Petugas Kampanye. (UU 8/2012 psl 78)
2; Pelaksana Kampanye : pengurus partai politik sesuai dengan tingkatannya, calon
anggota DPR, DPRD provinis/Kota/Kabupaten, juru kampanye pemilu, orang
seorang, dan organisasi yang ditunjuk oleh peserta pemilu. (UU 8/2012 psl 79)
3; Petugas kampanye terdiri atas seluruh petugas yang memfasilitasi pelaksanaan
kampanye (UU 8/2012 psl 79)
4; Pengurus partai politik dapat mengangkat juru kampanye dari calon dan atau
pengurus partai politik, calon anggota DPR dan DPRD Provinsi/Kota/Kabuapten,
orang seorang atau organisasi event organizer. Juru kampanye didaftarkan
kepada KPU sesuai tingkatannya.
5; Pendaftaran petugas kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan
sejak 3 (tiga) hari setelah Partai Politik ditetapkan sebagai Peserta Pemilu
6; Kampanye dilaksanakan di daerah pemilihan masing-masing. Namun dapat
melakukan kampanye diluar daerah pemilihannya sepanjang yang berangkutan
terdaftar sebagai juru kampanye.
7; Identitas juru kampanye harus terlebih dahulu didaftarkan kepada KPU sesuai
dengan tingkatannya paling lambat 3 hari sebelum pelaksanaan kampanye.
Dibuat dalam 4 rangkap : untuk juru kampanye yang bersangkutan, untuk
bawaslu, ntuk kepolisian dan untuk KPU sesuai tingkatannya.
D; Jadwal Kampanye
1; Metode kampanye dibawah ini dilaksanakan sejak 3 (tiga) hari setelah partai
politik ditetapkan sebagai peserta pemilu sampai dimulainya masa tenang,
yaitu :
a; pertemuan terbatas;
b; pertemuan tatap muka;
c; penyebaran bahan Kampanye Pemilu kepada umum;
d; pemasangan alat peraga di tempat umum;
2; Metode kampanye dibawah ini dilaksanakan selama 21 (dua puluh satu) hari
dan berakhir sampai dengan dimulainya masa tenang, yaitu :
a; iklan media massa cetak dan media massa elektronik;
b; rapat umum
3; Masa tenang berlangsung selama 3 (tiga) hari sebelum hari pemungutan
suara.
9
4; Peserta pemilu yang akan menyelenggarakan kampanye yang bersifat
pengumpulan massa selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum waktu
pelaksanaan, memberitahukan secara tertulis kepada kepolisian mengenai :
lokasi, waktu, perkiraan jumlah massa, rute perjalanan massa dan
pelaksana/petugas kampanye.
Metode Kampanye (Sesuai PKPU No. 01/2013 & PKPU No. 15/2013)
1. Pertemuan Terbatas
a. dilaksanakan di dalam ruangan atau gedung yang bersifat tertutup;
b. jumlah peserta tidak melampaui kapasitas ruangan sebagaimana ditetapkan oleh
pengelola ruang gedung dengan jumlah peserta paling banyak untuk tingkat
Pusat 1000 (seribu) orang, tingkat Provinsi 500 (lima ratus) orang, dan tingkat
Kabupaten/Kota 250 (dua ratus lima puluh) orang;
c; menggunakan undangan tertulis yang memuat hari, tanggal, waktu,
tempat, nama pembicara, dan penanggung jawab;
d; pemberitahuan secara tertulis yang memuat hari, tanggal, waktu, tempat, nama
pembicara, dan penanggung jawab serta jumlah yang diundang kepada aparat
Kepolisian Negara Republik Indonesia setempat, dengan
tembusan disampaikan kepada KPU dan Bawaslu sesuai tingkatannya;
e; pelaksana kampanye dapat membawa atau menggunakan alat
peraga kampanye;
f; alat peraga atribut peserta Pemilu sebagaimana dimaksud pada huruf
e dipasang di halaman gedung atau tempat pertemuan terbatas.
2. Pertemuan Tatap Muka
dilaksanakan dengan dialogis baik dalam bentuj kampanye diluar atau di dalam
ruangan. Dapat membawa alat peraga yang dipasang dihalaman gedung atau tempat
pertemuan tatap muka.
a; Kampanye di luar ruangan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
1; pemberitahuan secara tertulis yang memuat hari, tanggal, waktu,
tempat, tim atau peserta pemilu yang hadir dan penanggung jawab kepada
aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia setempat, dengan
tembusan disampaikan kepada KPU dan Bawaslu sesuai tingkatannya;
10
2; dapat dilakukan dengan mengunjungi pasar, tempat-tempat tinggal warga,
komunitas warga atau tempat umum lainnya;
b. Kampanye di dalam ruangan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1; jumlah peserta paling banyak 250 (dua ratus lima puluh) orang;
2; menggunakan undangan tertulis yang memuat hari, tanggal, waktu, tempat,
nama pembicara, dan penanggung jawab;
3; pemberitahuan secara tertulis yang memuat hari, tanggal, waktu,
tempat, nama pembicara, dan penanggung jawab serta jumlah yang
diundang kepada aparat Kepolisian Republik Indonesia setempat,
dengan tembusan disampaikan kepada KPU dan Bawaslu sesuai
tingkatannya;
3. Penyebaran Bahan Kampanye Pemilu Kepada Umum;
a. penyebaran bahan kampanye kepada umum dilaksanakan pada
kampanye pertemuan terbatas, tatap muka, rapat umum, dan/atau pada
kegiatan kampanye lainnya;
b. penyebaran bahan kampanye sebagaimana dimaksud pada huruf a,
yaitu antara lain berupa kartu nama, selebaran, pulpen, blocknote, topi,
kaos, payung, dan kalender dengan mencantumkan pesan atau materi
kampanye.
4; Pemasangan Alat Peraga Di Tempat Umum
diatur dengan ketentuan berikut :
a. alat peraga kampanye tidak ditempatkan pada tempat ibadah, rumah sakit atau
tempat-tempatpelayanan kesehatan, gedung milik pemerintah, lembaga
pendidikan (gedung dan sekolah), jalan-jalanprotokol, jalan bebas hambatan,
sarana dan prasarana publik, taman dan pepohonan;
b. Peserta Pemilu dapat memasang alat peraga kampanye luar ruang
dengan Ketentuan:
1. baliho atau papan reklame (billboard) hanya diperuntukan bagi Partai
Politik 1 (satu) unit untuk 1 (satu) desa/kelurahan atau nama lainnya
memuat informasi nomor dan tanda gambar Partai Politik dan/atau visi,
misi, program, jargon, foto pengurus Partai Politik yang bukan Calon
Anggota DPR dan DPRD;
2. Calon Anggota DPD dapat memasang baliho atau papan reklame
(billboard) 1 (satu) unit untuk 1 (satu) desa/kelurahan atau nama lainnya;
11
3. bendera dan umbul-umbul hanya dapat dipasang oleh Partai Politik dan
calon Anggota DPD pada zona atau wilayah yang ditetapkan oleh KPU,
KPU/KIP Provinsi, dan atau KPU/KIP Kabupaten/Kota
bersama Pemerintah Daerah.
4. spanduk dapat dipasang oleh Partai Politik dan Calon Anggota DPR, DPD
dan DPRD dengan ukuran maksimal 1,5 x 7 m hanya 1 (satu) unit pada 1
(satu) zona atau wilayah yang ditetapkan oleh KPU, KPU/KIP
Provinsi, dan atau KPU/KIP Kabupaten/Kota bersama Pemerintah Daerah.
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2, angka 3 dan
angka 4 berlaku 1 (satu) bulan setelah Peraturan ini diundangkan.
c. KPU, KPU/KIP Provinsi, KPU/KIP Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan
PPLN berkoordinasi dengan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, dan Kantor Perwakilan
Republik Indonesia untuk menetapkan lokasi pemasangan alat peraga untuk
keperluan kampanye pemilu;
d. Penetapan sebagaimana dimaksud pada huruf c memuat lokasi dan penyediaan
media pemasangan alat peraga kampanye yang dilakukan oleh KPU,
KPU/KIP Provinsi, dan atau KPU/KIP Kabupaten/Kota;
e. Pemasangan alat peraga oleh Peserta Pemilu baik partai politik, calon anggota
DPR, DPRD Provinsi, dan/atau DPRD Kabupaten/Kota atau calon anggota
DPD hanya diperkenankan dilakukan dalam media pemasangan alat
peraga yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud huruf
f. Peserta pemilu wajib membersihkan alat peaga kampanye paling lambat 1 hari
sebelum hari pemungutan suara.
5. Iklan Media Massa Cetak dan Media Massa Elektronik
a. memberikan kesempatan yang sama kepada peserta pemilihan
umum untuk menyampaikan tema dan materi kampanye pemilu dengan
menentukan durasi, frekuensi, bentuk dan substansipemberitaan/penyiaran
berdasarkan kebijakan redaksional;
b. materi dan substansi peliputan berita harus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan kode etik jurnalistik;
c. media massa cetak dan lembaga penyiaran dapat menyediakan rubrik khusus
bagi peserta pemilu.
12
6. Rapat Umum
a. rapat umum dimulai pukul 09.00 waktu setempat dan berakhir paling
lambat pukul 17.00 waktu setempat;
b. dilaksanakan di lapangan atau stadion atau alun-alun dengan dihadiri
oleh massa dari anggota maupun pendukung dan warga masyarakat lainnya;
c. pelaksana kampanye harus memperhatikan daya tampung tempat–
tempat pelaksanaan kampanye;
d. dilarang membawa atau menggunakan tanda gambar, simbol-simbol,
panji, pataka, dan atau bendera yang bukan tanda gambar atau atribut lain
dari peserta pemilihan umum yang bersangkutan;
e. menghormati hari dan waktu ibadah.
7. Kegiatan Lain yang tidak melanggar larangan kampanye dan
peraturan perundang-undangan, antara lain :
a. acara ulang tahun/milad;
b. kegiatan sosial dan budaya;
c. perlombaan olahraga;
d. istighosah;
e. jalan santai;
f. tabligh akbar;
g. kesenian;
h. bazaar;
i. Layanan pesan singkat, jejaring sosial seperti facebook, twitter, email,
website, dan bentuk lainnya yang bertujuan mempengaruhi atau mendapat
dukungan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Contoh Pelanggaran Kampanye
Salah satu contoh pelanggaran kampanye adalah kampanye hitam. kampanye
hitam adalah terjemahan dari bahasa Inggris black campaign yang bermakna
13
berkampanye dengan cara buruk atau jahat. Secara umum bentuk kampanye hitam
adalah menyebarkan keburukan atau kejelekan seorang politikus dengan tujuan
menjatuhkan nama baik seorang politikus sehingga dia menjadi tidak disenangi
teman-teman separtainya, khalayak pendukungnya dan masyarakat umum.
Cara-cara yang dipakai dalam berkampanye hitam adalah :
1. Menyebarkan kejelekan atau keburukan tentang seseorang politikus, dengan cara
memunculkan cerita buruk di masa lalunya, menyebarkan cerita yang
berhubungan dengan kasus hukum yang sedang berlangsung, atau menyebarkan
cerita bohong atau fitnah lainnya.
2. Untuk menguatkan cerita tersebut biasanya si penyebar cerita akan menyertakan
berupa bukti foto. Foto-foto tersebut bisa saja benar-benar terjadi, bisa juga
benar-benar terjadi tapi tidak terkait langsung dengan permasalahan, namun si
penyebar foto berharap asumsi masyarakat terbentuk atau bisa juga foto tersebut
hasil rekayasa/manipulasi dengan bantuan teknologi komputer.
3. Yang lebih hebat lagi adalah apabila dimunculkan saksi hidup yang bercerita
perihal keburukan, atau pekerjaan jahat si politikus, baik di masa lalu maupun
yang masih belum lama terjadi.
Pada kampanye pilpres kali ini bila dibandingkan dengan pelaksanaan kampanye
Pilpres 2009, kampanye hitam pada pilpres kali ini merebak jauh lebih gencar. Hal
ini bisa dilihat dari materi yang terkandung dalam kampanye hitam yang sudah
tergolong pada masalah SARA. Selain itu juga semakin gencar karena banyak
dilakukan melalui media sosial. Beberapa isu yang banyak digunakan sebagai materi
kampanye hitam yang banyak dilayangkan melalui media sosial baik melalui
Facebook maupun Twitter, serta melalui pesan singkat berantai, yaitu:
Tabel 1.
Kampanye Hitam Serang Capres
No Jokowi-JK Prabowo-Hatta1. Jokowi dituduk antek zionis. Prabowo dituduh pernah menjadi warga
Negara Yordania karena pernah tinggal di
negara itu selama
dua tahun.
14
2. Jokowi-JK akan mengangkat menteri
agama dari kelompok Islam Syiah.
Prabowo dituduh tidak membayar gaji
karyawan Kiani Kertas selama beberapa
bulan3. Jokowi dituduh sebagai orang
nonmuslim dan beretnik Tionghoa.
Muncul video kasus pemukulan oleh
capres Prabowo di KPU4. Muncul iklan dukacita
yangmenyatakan Jokowi meninggal
dengan nama Ir. Herbertus Joko
Widodo.
Ada twitter mengatasnamakan Abraham
Samad yang menyatakan Jokowi harus
dilindungi dari pembunuhan.
5. Jokowi-JK disebutkan akan mencabut
kebijakan sertifikasi tunjangan guru.Sumber: Media Indonesia, Senin 26 Mei 2014
Isu lainnya sebagai kampanye hitam yang menerpa capres menjelang pelaksanaan
pilpres yaitu:
Tabel 2.
Empat Isu Negatif yang Menerpa Capres
No Joko Widodo Prabowo Subianto1. Jika menjadi presiden akan
dikendalikan oleh Megawati
Soekarnoputri dan negara asing.
Terlibat dalam kasus penculikan aktivis hak
asasi manusia (HAM) pada tahun 1998.
2. Suka berbohong, karena tidak
menepati janji menyelesaikan
jabatan sebagai gubernur DKI
Jakarta selama 5 tahun.
Hubungan keluarga yang tidak harmonis.
3. Terlibat dalam kasus korupsi
pengadaan bus Transjakarta
berkarat dari Tiongkok.
Temperamental (tidak bisa mengendalikan
emosi) dan suka menggunakan kekerasan.
4. Jika menang akan lebih membela
kelompok minoritas dan tidak
memperhatikan
kepentingan umat Muslim.
Tidak sukses dalam bisnis, karena
perusahaannya banyak yang rugi.
Sumber: Lingkaran Survei Indonesia, sebagaimana dikutip dari Suara Pembaruan,
Rabu 28 Mei 2014.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kampanye hitam adalah praktek kampanye dengan menyebarkan keburukan atau
kejelekan kandidat dengan tujuan menjatuhkan nama baiknya, sehingga menjadi
tidak disenangi masyarakat. Isu-isu yang digunakan tidak berdasarkan fakta dan
cenderung untuk mefitnah lawannya.
16
4.2 Saran
Demokrasi adalah sebuah proses yang terus menerus merupakan gagasan dinamis
yang terkait erat dengan perubahan. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara
Indonesia yang menganut sistem pemerintahan demokrasi kita sudah sepatutnya
untuk terus menjaga, memperbaiki, dan melengkapi kualitas-kualitas demokrasi yang
sudah ada. Demi terbentuknya suatu sistem demokrasi yang utuh di dalam wadah
pemerintahan bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
17
berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-11-I-P3DI-Juni-2014-20.pdf
18