Upload
panggilakuali
View
3.335
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
( Tugas UTS )
Oleh :Imam Ali
08.51.0152
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( STKIP )
SILIWANGI
2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan sangat diperlukan, baik pendidika formal maupun non-formal
1. Pendidikan Formal
Yang dimaksud dengan pendidikan formal adalah proses pendidikan dengan cara dan
dalam lingkungan sekolah.
Pendidikan formal sangat memegang peranan penting dalam proses mengembangkan
pikiran seseorang, sehingga karena itu pula seorang Taoyupun diharapkan berpendidikan
yang tinggi.
Adapun alasannya adalah karena pendidikan disekolah:
* Membentuk dasar atau pondasi cara-cara / pola berpikir yang sistematis dan
konseptual secara konsisten dan terarah.
* Mengajarkan banyak disiplin ilmu dengan berbagai teori-teori dan ilmu pengetahuan
yang ada sehingga wawasan dan pengetahuan menjadi banyak dan luas.
* Melatih dan menanamkan sikap mental dan emosional yang matang, dewasa dan
mandiri. Sehingga biasanya seorang yang berpendidikan tinggi lebih dapat
mengendalikan sikap dan emosinya secara baik.
* Menanamkan disiplin belajar yang sangat tinggi, sehingga seseorang yang
berpendidikan akan lebih terbiasa untuk belajar dan belajar lagi.
2. Pendidikan Non-formal
Ini adalah segala pendidikan yang didapat diluar pendidikan formal. Dapat dikatakan
bahwa kehidupan didalam masyarakatlah (termasuk keluarga) yang merupakan bangku
sekolah dari pendidikan non-formal ini.
Oleh karenanya pendidikan non-formal ini bersifat tak terbatas dan biasanya cenderung
bersifat hal-hal yang praktis.
Di dalam masyarakat inilah seseorang menjalani kehidupan yang sebenarnya, terjun dan
mempraktekkan segala kemampuan berpikir, bersikap dan bersosialisasi secara nyata
dalam lingkungannya.
Disini pula seseorang akan mendapatkan pendidikan dalam sangat banyak hal serta
pengalaman pribadi dan akan lebih melengkapi dirinya dari apa yang tidak didapatkan
dari bangku sekolahnya.
Konsep rumus meningkatkan mutu pendidikan seperti yang telah diuraikan di atas salah
satu solusi yang terabaikan. Konsep lama itu bukanlah harga mati untuk meningkatkan
mutu pendidikan. Kajian-kajian lainnya mungkin dapat melengkapi solusi yang
ditawarkan. Satu hal yang paling mendasar adalah mencari solusi berpijak pada akar
masalah.
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi
manusia.Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau
buruknya pribadi manusiamenurut ukuran normatif. Menyadari akan
hal tersebut, pemerintah sangat seriusmenangani bidang pendidikan,
sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul
generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan
diriuntuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Reformasi
pendidikan merupakan responterhadap perkembangan tuntutan global
sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang
mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi
tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi
pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang
memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk
mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna
kesejahteraan hidup di masa depan.
Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan.
Dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda
yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas
menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik,
sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina
anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan
mandiri. Djamarah berpendapat bahwa baik mengajar maupun
mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga
profesional2. Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guru ini
pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guruyang memiliki
kompetensi profesional yang tinggi.
Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar,
untuk itu mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan oleh
kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya.
Menurut Aqib guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan
di sekolah, karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan
belajar mengajar3. Lebih lanjut dinyatakan bahwa guru merupakan
komponen yang berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di
sekolah4. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan atau kompetensi
profesional dari seorang guru sangat menentukan mutu pendidikan.
Pendidikan dalam arti luas adalah hidup ( segala pengalaman di berbagai lingkungan
yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu )
Cuntohnya saat seorang anak tertarik dengan nyala api yang membara, ia memegangnya,
merasakan panas dan berdasarkan pengalaman itu akhirnya ia selalu berhati-hati apabila
menghadapi/menggunakan api.
Dalam arti sempit, pendidikan dalam prakteknya identik dengan penyekolahan
( schooling ) yaitu pengajaran formal di bawah kondisi-kondisi terkontrol.dalm arti
sempit pendidikanhanya berlangsung bagi mereka yang menjadi siswa pada suatu sekolah
atau mahasiswa pada suatu perguruan tinggi ( lembaga pendidikan formal ). Pendidikan
berlangsung di sekolah atau di dalam lingkungan tertentu yang di ciptakan secara sengaja
dalam konteks kurikulum sekolah yang bersangkutan.
Jadi kesimpulannya, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak
dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan
kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan
melewati generasi.
Menurut para ahli mengemukakan bahwa yang di maksud dengan pendidikan adalah
sarana untuk mengembangkan diri akan pengetahuan yg belum kita ketahui tentunya,
serta melatih kemampuan kita, mempersiapkan diri dgn kualitas yang dapat bersaing
bukan hanya lokal tapi juga international.
Pendidikan tentunya satu jalan untuk mencapai cita-cita. Semakin tinggi pendidikan kita,
maka semakin besar peluang/kesempatan kita untuk maju...iya bukan? Karena kita sadar,
bahwa kemajuan jaman dan teknologi seperti sekarang ini, memaksa kita untuk
mempunyai intelektualitas yang tinggi dan bersikap kritis terhadap sekitar!
Pendidikan di indonesia masih belum adil, terbukti di beberapa sekolah SD Negeri
yang masih mengharuskan muridnya itu membayar uang bulanan sebesar Rp.15.000,00
padahal kan sudah ada "BOS". Tapi katanya uang yang Rp.15.000,00 itu untuk
sumbangan pembangunan dan prasarana sekolah.
Menurut ‘mata-adil’ saya, seharusnyalah setiap Sekolah Negeri di negeri ini mempunyai
prasarana yang sama, baik dipedalaman Papua sana, atau yang berada di pusat kota
Jakarta. Tidak boleh dibedakan. Karena ini Sekolah Negeri (atau Sekolah miliknya
negara), maka tidak boleh juga menerima sumbangan dari pihak lain. Mutlak harus
dibiayai negara.
Perbedaan Uang Pangkal juga menjadi pertanyaan. padahalkan sama-sama sekolah negeri
tapi kok uang pangkal berbeda? Tiap sekolah pasti punya jawaban (atau alasan) mengapa
mereka menarik uang pangkal sedemikian besar. Uang sejenis inipun harus ditiadakan
untuk sekolah Negeri. Alasannya sama dengan di atas, tidak boleh ada perbedaan antar
sekolah negeri.
Tentu lain halnya dengan sekolah swasta, yang sah-sah saja menerima sumbangan dari
pihak manapun.
Saya tidak tahu keadaan makro dari Anggaran Belanja Negara untuk pendidikan yang
konon terlalu kecil. Saya juga tidak mengetahui kondisi dana subsidi Minyak (yang jadi
BOS).
Kalau sudah tidak adil begini kan pasti melanggar Pancasila, yaitu “Keadilan Sosial bagi
seluruh Rakyat Indonesia”. Kita bisa bandingkan SD Negeri di tengah kota dengan SD
Negeri di kampung. Terasa sekali ketimpangan sosial antara kedua SD tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara meningkatkan pendidikan
2. Masalah apa saja yang ada dalam pendidikan
3. Bagaimana solusi dari masalah-masalah pendidikan
4. Unsur-unsur apa saja yang ada dalam pendidikan
5. Faktor-faktor yang menyebabkan pendidikan menjadi lambat perkembangannya
6. Bagaimana sistem pendidikan di Indonesia
C.TUJUAN
1. Mengerti apa itu pendidikan di indonesia.
2. Mengetahui apa saja masalah-masalah pendidikan yang ada di indonesia dan tau
bagai mana solusinya.
3. Bagaimana kebijakan pendidikan di indonesia
4. Mengetahui sistem pendidikan Nasional yang ada di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
1. Batasan tentang Pendidikan
Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan *-/*+
kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena
orientasinya,
konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah
yang melandasinya.
a. Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan
pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya
tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada
tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya
nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu
kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian
peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan
pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi
mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.
c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara
Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu
kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga
negara yang baik.
d. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyimpana tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja.
Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja
menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
e. Definisi Pendidikan Menurut GBHN
GBHN 1988(BP 7 pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang
pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasiaonal yang berakar pada
kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkan pancasila serta Undang-Undang
Dasar 1945 diarahkan untuk memingkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi
kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa.
2. Tujuan dan proses Pendidikan
a. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,
pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu
memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu
yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
b. Proses pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen
pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan, Kualitas
proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan
kualitas pengelolaannya , pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup
makro, meso, mikro. Adapun tujuan utama pemgelolaan proses pendidikan yaitu
terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal.
B. UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik).
2. Orang yang membimbing (pendidik)
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan
pendidikan)
C. SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA
Setiap bangsa memiliki sistem pendidikan nasional.Pendidikan nasional masing-
masing bangsa berdasarkan pada dan dijiwai oleh kebudayaan. Kebudayaan tersebut sarat
dengan nilai-nilai yanng tumbuh dan berkembang melalui sejarah sehingga mewarnai
seluruh gerak hidup suatu bangsa.
Sistem pendidikan nasional Indonesia disusun berlandaskan kepada kebudayaan
bangsa Indonesia dan berdasr kepada Pancasila dan UUD 1995 sebagai kristalisasi
nilai-nilai hidup bangsa Indonesia. Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional disusun
sedemikian rupa meskipun secara garis besar ada persamaan dengan Sistem Pendidikan
Nasional bangsa lain sehingga sesuai dengan kebutuhan akan pendidikan bangsa
Indonesia yang secara geografis, demografis, historis dan kultural berciri khas.
Berdasarkan UU RI. No2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional,
kelembagaan pendidikan dapat dilihat dari segi jalur pendidikan dan program serta
pengelolaan pendidikan.
1. Jalur Pendidikan
a. Jalur Pendidikan Sekolah
Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang di selenggarakan di sekolah
melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan bersinambunagan, seperti : SD,
SMA, dan Perguruan Tinggi.
b. Jalur Pendidikan Luar Sekolah ( PLS )
PLS adalah usaha sadar yang di lakukan untuk membantu perkembangan,
kepribadian serta kemampuan anak ( anak didik ) dan orang dewasa. Metode
penyampaiannya melalui kursus, bahan bacaan, mendengarkan radio, menonton TV,
penyuluhan dan media-media komunikasi lainnya.
Sifatnya tidak formal dalam arti tidak ada keseragaman pola yang bersifat nasional.
Modelnya sangat beragam. dalam hal ini pendidikan keluarga merupakan bagian dari
jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga yang fungsi
utamanya menanamkan keyakinan agama, nilai budaya dan moral serta keterampilan
praktis.
2. Program dan Pengelolaan Pendidikan
a. Pendidikan umum
Pendidikan umum adalah pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan
dan keterampilan peserta didik dengan pengkhususkan yang diwujudkan pada tingkat-
tingkat akhir masa pendidikan. Yang termasuk pendidikan umum adalah SD, SMP, SMA
dan Universitas.
b. Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu, seperti bidang teknik, tata boga dan busana,
perhotelan, kerajinan administrasi perkantoran dan lain-lain. Yang termasuk pendidikan
kejuruan adalah SMK, SMTK, SMIP, SMIK, dan SEMEA.
c. Pendidikan Luar Biasa
Pendidkan luar biasa adalah pendidikan khusus yang di selenggarakan untuk peserta
didik yang menyandang kelainan fisik atau mental. Yang termasuk pendidikan luar biasa
adalah SDLB ( Sekolah Dasar Luar Biasa ), dan PLB ( Pendidikan Luar Biasa ).
d. Pendidikan Kedinasan
Pendidikan kedinasan adalah pendidikan khusus yang di selenggarakan untuk untuk
meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon
pegawai Departemen Pemerintah atau Lembaga Pemerintah non-Departemen.
Pendidikan kedinasan terdiri dari pendidikan tingkat menengah misalnya SPK
( Sekolah Perawat Kesehatan ) dan pendidikan tingkat tinggi misalnya APDN ( Akademi
Pemerintah Dalam Negeri ).
e. Pendidikan Keagamaan
Pendidikan keagaman adalah pendidikan khusus yang mempersiapkan peserta didik
untuk dapat melakukan peranan yang menurut penguasaan pengetahuan khusus tentang
ajaran agama. pendidikan agama terdiri dari tingkat pendidikan dasar seperti ( Madrasah
Ibtidaiyah ), tingkat pendidikan menengah seperti Sanawiyah, PGAN ( Pendidikan Guru
Agama Negeri ) dan tingkat pendidikan tinggi seperti UIN ( Universitas Islam Negeri ).
C.1. Kurikulum Nasional
Tujuan pendidikan nasional dinyatakan di dalam UU RI No.2 tahun 1989 pasal 3
yaitu (a) terwujudnya bangsa yang cerdas, (b) manusia yang utuh, beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, (c) berbudi pekerti luhur, (d) terampil dan
berpengalaman, (e) sehat jasmani dan rohani, (f) berkepribadian yang mantap dan
mandiri, (g) bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Menurut Tirtarahardja : ( Soedijarto, 1991 : 145 ) mengemukakan bahwa kurikulum
dibagi atas lima tngkat yaitu :
1. Tujuan instutional, yang menggambarkan berbagai kemampuan ( pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap ) yang harus dikuasai oleh pesrta didik dari suatu satuan
pendidikan
2. Kerangka materi yang memberikan gambaran tentang bidang-bidang pelajaran yang
perlu di pelajari peserta didik untuk menguasai serabgkaian kemampuan, yang di sebut
struktur program kurikulum.
3. Garis besar materi dari suatu bidang pelajaran yang telah di pilih, biasa di sebut GBPP
atau Silabi.
4. Panduan buku-buku pelajaran yang di susun untuk menunjang terjadinya proses
pembelajaran ( Pedoman Guru dan Buku Paket Belajar )
5. Bentuk dan jenis kegiatan pembelajaran yang di alami oleh peserta didik, yaitu strategi
belajar mengajar.
D. MASALAH-MASALAH PENDIDIKAN INDONESIA
» Negara belum mampu melaksanakan amanat UUD yaitu 20% APBN untuk
pendidikan
» sarana dan prasarana pendidikan yang tidak mendukung
»keprofesionalan guru yang rendah
» kesejahteraan guru yang rendah (terkait dengan keprofesionalan)
-»pendidikan dijadikan komoditas politik dalam pilkada-pilkada ,dengan kampanye
pendidikan gratis
» belum meratanya pendidikan yang layak bagi seluruh daerah diIndonesia
» belum sesuainya pendidikan dengan karakter daearah-daerah dan karakter
Indonesia
D.1. Masalah Utama
» sekolah jadi ajang MLM perdagangan buku.
» Kurikulum cm jadi ajang trial & error ... bola bali ganti kurikulum ... capeeek deeeh..
» link antara sekolah dan dunia nyata yang gak matching ...
» fasilitas timpang antara sekolah2 di kota dan di pelosok
» gaji guru yang kecil ( terutama untuk yang tugas di pelosok )
» infrastruktur yang buruk
E. SOLUSINYA
E.1. Solusi Masalah Mendasar
Penyelesaian masalah mendasar tentu harus dilakukan secara fundamental. Itu hanya
dapat diwujudkan dengan melakukan perombakan secara menyeluruh yang diawali dari
perubahan paradigma pendidikan sekular menjadi paradigma Islam. Ini sangat penting
dan utama.
Ibarat mobil yang salah jalan, maka yang harus dilakukan adalah :
langkah awal adalah mengubah haluan atau arah mobil itu terlebih dulu, menuju
jalan yang benar agar bisa sampai ke tempat tujuan yang diharapkan. Tak ada
artinya mobil itu diperbaiki kerusakannya yang macam-macam selama mobil itu
tetap berada di jalan yang salah.
Setelah membetulkan arah mobil ke jalan yang benar, barulah mobil itu
diperbaiki kerusakannya yang bermacam-macam.
Artinya, setelah masalah mendasar diselesaikan, barulah berbagai macam masalah
cabang pendidikan diselesaikan, baik itu masalah rendahnya sarana fisik, kualitas guru,
kesejahteraan guru, prestasi siswa, kesempatan pemerataan pendidikan, relevansi
pendidikan dengan kebutuhan, dan mahalnya biaya pendidikan.
Solusi masalah mendasar itu adalah merombak total asas sistem pendidikan yang ada,
dari asas sekularisme diubah menjadi asas Islam, bukan asas yang lain.
Bentuk nyata dari solusi mendasar itu adalah mengubah total UU Sistem Pendidikan
yang ada dengan cara menggantinya dengan UU Sistem Pendidikan Islam. Hal paling
mendasar yang wajib diubah tentunya adalah asas sistem pendidikan. Sebab asas sistem
pendidikan itulah yang menentukan hal-hal paling prinsipil dalam sistem pendidikan,
seperti tujuan pendidikan dan struktur kurikulum.
E.2. Solusi Masalah-Masalah Cabang
Seperti diuraikan di atas, selain adanya masalah mendasar, sistem pendidikan di
Indonesia juga mengalami masalah-masalah cabang, antara lain :
(1). Rendahnya sarana fisik,
(2). Rendahnya kualitas guru,
(3). Rendahnya kesejahteraan gutu,
(4). Rendahnya prestasi siswa,
(5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
(6). Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
(7). Mahalnya biaya pendidikan.
Untuk mengatasi masalah-masalah cabang di atas, secara garis besar ada dua solusi yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan
dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini,
diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang
berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan
publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah cabang yang ada, khususnya yang menyangkut
perihal pembiayaan –seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan gutu, dan mahalnya
biaya pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan
sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem
ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan
diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang
akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait
langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas
guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis
untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di
samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai
guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai
pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi
solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-
alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Apa makna data-data tentang rendahnya kualitas pendidikan Indonesia ityu?
Maknanya adalah, jelas ada something wrong (masalah) dalam sistem pendidikan
Indonesia. Ditinjau secara perspektif ideologis (prinsip) dan perspektif teknis (praktis),
berbagai masalah itu dapat dikategorikan dalam 2 (dua) masalah yaitu :
Pertama, masalah mendasar, yaitu kekeliruan paradigma pendidikan yang mendasari
keseluruhan penyelenggaran sistem pendidikan.
Kedua, masalah-masalah cabang, yaitu berbagai problem yang berkaitan aspek
praktis/teknis yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan, seperti mahalnya
biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa, rendahnya sarana fisik, rendahnya
kesejahteraaan guru, dan sebagainya.
Walhasil, jika pendidikan kita diumpamakan mobil, mobil itu berada di jalan yang salah
yang –sampai kapan pun– tidak akan pernah menghantarkan kita ke tempat tujuan
(masalah mendasar/paradigma).
Di samping salah jalan, mobil itu mengalami kerusakan dan gangguan teknis di sana-
sini : bannya kempes, mesinnya bobrok, AC-nya mati, lampu mati, dan jendelanya rusak
(masalah cabang/praktis).
F. RUMUS MENINGKATKAN PENDIDIKAN
BANYAK pakar pendidikan mengemukakan pendapatnya tentang faktor penyebab
dan solusi mengatasi kemerosotan mutu pendidikan di lndonesia. Dengan masukan
ilmiah ahli itu, pemerintah tak berdiam diri sehingga tujuan pendidikan nasional tercapai.
Berbagai upaya telah dilakukan secara “terencana” sejak sepuluh tahun yang lalu.
Hasilnya cukup membanggakan untuk sekolah-sekolah tertentu di beberapa kota di
lndonesia tetapi belum merata dan kurang memuaskan secara nasional. Hal ini
mengindikasikan bahwa solusi yang selama ini dijalankan mungkin saja belum
menyentuh akar permasalahan.
disampaikan para ahli selalu memunculkan konsep yang diadopsi atau diadaptasi dari
negara-negara yang berhasil menerapkannya, antara lain Amerika Serikat, Australia,
Kanada, Selandia Baru dan Singapura. Padahal, situasi, kondisi, latar budaya dan pola
pikir bangsa kita tentunya tidak homogen dengan negara-negara yang diteladani.
Malahan, konsep yang di impor itu terkesan dijadikan sebagai “proyek” yang bertendensi
pada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Artinya, proyek bukan sebagai alat
melainkan sebagai tujuan.
Berbagai upaya pemerintah telah di lakukan, diantaranya sejak tahun 1980-an telah
dilakukan berbacai cara. Diantaranya pengembangan kurikulum, yang terdiri dari :
Manejemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah ( MPMBS )
Perpustakaan
Bantuan Meningkatkan Manajemen Mutu ( BOMM )
Bantuan Imbal Swadaya ( BIS )
Pengadaan buku paket
Peningkatan mutu guru
Dana Bantuan Langsung ( DBL )
Bantuan Oprasional Sekolah ( BOS )
Bantuan Khusus Murid ( BKM )
Dengan melihat upaya-upaya pemerintah di atas tentu sudah nenghabiskan banyak
uang untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kini berbagai elemen masyarakat
mempertanyakan mengapa upaya yang begitu mahal belum menunjukan hasil yang
mengembirakan. Ada yang berpendapat mungkin manajemen yang belum tepat dan ada
pula yang mengatakan bahwa pemerintah kurang konsisten dengan upaya yang di
lakukan.
F.1. Berikan Penghagaan ( Ph )
Menurut : Salamudin ( Mc.Keena & Beech, 1995 : 161 ) dalam bukunya " Manajemen
Sumber Daya " mengatakan, penghargaan diberikan untuk menarik dan mempertahankan
SDM, karena di perlukan untuk mencapai saran-saran organisasi, staf ( guru ) akan
termotivasi jika diberikan penghargaan ekstrisik ( gaji, tunjangan, bonus dan komisi )
maupun penghargaan instrinsik ( pujian, tantangan, pengakuan, tanggung jawab,
kesempatan dan pengembangan karir ).
F.2. Tingkat Profesional ( pr )
Konsep tentang profesional ini selalu di kaitkan dengan pengetahuan wawasan dan
kebijakan pendidikan, teori belajar dan pembelajaran, kepemimpinan pendidikan,
manajemen pengelolaan kelas/sekolah serta kornologi informasi dan komunikasi.
Sebagian tentang indikator itu sudah di peroleh di LPTK antara lain IKIP ( UPI ), FKIP,
dan STKIP non-rereshing.
F.3. Sediakan Sarana dan Prasarana (Sp )
Menurut Kepmendikbud No. 053/U/2001 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM),
sekolah harus memiliki persyaratan minimal untuk menyelenggarakan pendidikan dengan
serba lengkap dan cukup seperti, luas lahan, perabot lengkap,
peralatan/laboratorium/media, infrastruktur, sarana olahraga, dan buku rasio 1:2.
Kehadiran Kepmendiknas itu dirasakan sangat tepat karena dengan keputusan ini
diharapkan penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak “kebablasan cepat” atau
“keterlaluan tertinggal” di bawah persyaratan minimal sehingga kualitas pendidikan
menjadi semakin terpuruk.
Selanjutnya, UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal 45 ayat (1) berbunyi, setiap satuan
pendidikan menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual,
sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Jika kita lihat kenyataan di lapangan
bahwa hanya sekolah-sekolah tertentu di beberapa kota di Indonesia saja yang memenuhi
persyaratan SPM, umumnya sekolah negeri dan swasta favorit. Berdasarkan fakta ini,
keterbatasan sarana dan prasarana pada sekolah-sekolah tertentu, pengadaannya selalu
dibebankan kepada masyarakat. Alasannya pun telah dilegalkan berdasarkan
Kepmendiknas No. 044/U/2002 dan UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal 56 ayat (1). Dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan dan
evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah,
ayat (2) Dewan pendidikan, sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam
meningkatkan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan
dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan ditingkat nasional,
provinsi dan kabupaten/ kota yang tidak mempunyai hubungan hierarkis, dan ayat (3)
Komite sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan dan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan
tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan.
Menyikapi keadaan yang demikian sulit, apalagi kondisi negara yang kian kritis,
solusi yang ditawarkan adalah manfaatkan seluruh potensi sumber daya sekolah dan
masyarkat sekitar, termasuk memberdayakan dewan pendidikan dan komite sekolah.
Mudah-mudahan dengan sistem anggaran pendidikan yang mengacu pada UU Sisdiknas
No. 20/2003 pasal 46 dan 49 permasalahan ini dapat diatasi dengan membangun
kebersamaan dan kepercayaan antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
F.4. Berantas Korupsi (Ko)
Menurut laporan BPK tahun 2003 lalu, Depdiknas merupakan lembaga pemerintah
terkorup kedua setelah Departemen Agama. Kemudian Laporan ICW menyebutkan
bahwa korupsi dalam dunia pendidikan dilakukan secara bersama-sama (Amin Rais
menyebutnya korupsi berjamaah) dalam berbagai jenjang mulai tingkat sekolah, dinas,
sampai departemen. Pelakunya mulai dari guru, kepala sekolah, kepala dinas, dan
seterusnya masuk dalam jaringan korupsi. Sekolah yang diharapkan menjadi benteng
pertahanan yang menjunjung nilai-nilai kejujuran justru mempertotonkan praktik korupsi
kepada peserta didik.
Korupsi itu berhubungan dengan dana yang berasal dari pemerintah dan dana yang
langsung ditarik dari masyarakat. Jika selama ini anggaran pendidikan yang sangat minim
dikeluhkan, ternyata dana yang kecil itupun tak luput dari korupsi. Hal ini tidak terlepas
dar kekaburan sistem anggaran sekolah. Kekaburan dalam sistem anggaran (RAPBS) itu
memungkinkan kepala sekolah mempraktikkan Pembiayaan Sistem Ganda (PSG).
Misalnya dana operasional pembelian barang yang telah dianggarkan dari dana
pemerintah dibebankan lagi kepada masyarakat.
F.5. Pengembangan Pikiran
Walaupun sulit untuk memberikan contohnya, tetapi sebagai gambaran singkat bahwa
seseorang (Taoyu) yang berpikiran positif, comprehensive dan terintegrasi ini dapat
dinilai dari kemampuannya dalam menyikapi berbagai permasalahan dengan tepat dan
akurat, memperlihatkan sikap dewasa, kearifan dan obyektifitas yang tinggi dalam
bersikap dan membuat keputusan atau menjawab persoalan-persoalan sehingga orang lain
menganggap dan menilainya bijaksana.
Tentunya sikap dan pola berpikir yang seperti ini (yang bijaksana) tidak bisa hanya
semata-mata mengandalkan kecerdasan dan kecepatan berpikir secara rasional saja, akan
tetapi sudah merupakan satu kesatuan dari sikap dan pola berpikir, wawasan dari segala
aspek yang ada, kematangan mental dan emosional dan segala hal yang terkait secara
berimbang.
Untuk memiliki kemampuan berpikir dan bersikap seperti itu, ada dua hal yang
berperan besar dan menjadi faktor penentu kualitas akhirnya, yaitu:
* Faktor bawaan / bakat, dan
* Faktor pendidikan (dalam pengertian luas).
Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu
pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil...!!!
Pertama, strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input
oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana
semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi
ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan
tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan
( sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana
yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori
education production function (Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya
di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi
ekonomi dan industri
Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur
oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang
diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan
sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat
dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali
tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
G. KEBIJAKSANAAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
Uluran pemerintah di bidang pendidikan di maksudkan untuk mengemban amanat
konstitusi. Amanat tersebut tercantum dalam UUD 1995 alenia ke-4 yang berbunyi :
" mencerdaskan kehidupan bangsa ". Pada batang tubuh UUD 1945 pasal 31, ayat : 1 "
tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan penngajaran."
ayat : 2 " pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
nasional yang di atur dalam UUD ".
BAB III
KESIMPULAN
PENDIDIKAN adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat
dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan
kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan
melewati generasi.
Batasan tentang Pendidikan
a. Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya
b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara
d. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Tujuan dan proses Pendidikan
a. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas,
benar, dan indah untuk kehidupan.
b. Proses pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen pendidikan oleh
pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan, Kualitas proses pendidikan
menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya ,
pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso, mikro.
Sistem pendidikan di indonesia
Sistem pendidikan nasional Indonesia disusun berlandaskan kepada kebudayaan
bangsa Indonesia dan berdasr kepada Pancasila dan UUD 1995 sebagai kristalisasi nilai-
nilai hidup bangsa Indonesia. Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional disusun
sedemikian rupa meskipun secara garis besar ada persamaan dengan Sistem Pendidikan
Nasional bangsa lain sehingga sesuai dengankebutuhan akan pendidikan bangsa
Indonesia yang secara geografis, demografis, historis dan kultural berciri khas
1. Jalur Pendidikan
a. Jalur Pendidikan Sekolah
b. Jalur Pendidikan Luar Sekolah ( PLS )
2. Program dan Pengelolaan Pendidikan
a. Pendidikan umum
b. Pendidikan Kejuruan
c. Pendidikan Luar Biasa
d. Pendidikan Kedinasan
e. Pendidikan Keagamaan
RUMUS MENINGKATKAN PENDIDIKAN
1. Berikan Penghargaan ( Ph )
2. Tingkat Profesional ( pr )
3. Sediakan Sarana dan Prasarana (Sp )
4. Berantas Korupsi (Ko)
5. Pengembangan Pikiran
DAFTAR PUSTAKA
Syaiful, B. D. (2002 ), Ssikologo Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Gunawan, H. A. ( 1995 ). Kebijakan-Kebijakan Pendidikan, cetakan ke-2. Jakarta :
Rineka Cipta.
Imron, A. ( 2002 ), Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia, Cetakan ke-2. Jakarta :
Bumi Aksara.
Zaenal, A. ( 2002 ), Profesional Guru. Surabaya : Cendekia.
Suharyohadi. ( 2006 ), Pendidikan di Indonesia. [ online ]. Tesedia : http
://www.suharyohadi-info/pendidikan-di-indonesia.htm. [ 18 November
2008 ].
Salamudin. ( 2007 ), Rumus Meningkatkan Mutu Pendidikan. [ online ]. Tersedia :
makalah-gratisblogspot.com/2007/06/rumus-meningkatkan-mutu-
pendidikan.htm. [ 18 November 2008 ]
Johan. ( 2008 ), Pengertian Pendidikan. [ online ]. Tersedia : http
://www.akupercaya.com/forums/diskusi-general 10585-apa-sih-pendidikan-itu-
z.htm. [ 18 November 2008 ].