33
BAB I PENDAHULUAN Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri dalam arti membutuhkan orang lain (pihak lain). Untuk itu bekerja sama dengan orang lain merupakan keharusan bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kerja sama, manusia dapat saling melengkapi, sehingga diharapkan kesejahteraannya meningkat. Agar kerja sama terjalin dengan baik, maka manusia perlu memahami pola interaksi antar manusia. Bagaimana seharusnya hubungan manusia dalam lingkunag keluarga, masyarakat , dan negara sehingga terjadi hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang yang menguntungkan semua pihak. Terjalinnya hubungan yang baik dalam kehidupan manusia dengan karakter kodrati manusia yang sangat beragam bukan hal yang mudah. Untuk itu perlu bimbingan dan pembinaan melalui

Makalah Pendidkan Ips

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Pendidkan Ips

BAB I

PENDAHULUAN

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri dalam arti membutuhkan orang

lain (pihak lain). Untuk itu bekerja sama dengan orang lain merupakan keharusan bagi manusia

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kerja sama, manusia dapat saling melengkapi,

sehingga diharapkan kesejahteraannya meningkat.

Agar kerja sama terjalin dengan baik, maka manusia perlu memahami pola interaksi antar

manusia. Bagaimana seharusnya hubungan manusia dalam lingkunag keluarga, masyarakat , dan

negara sehingga terjadi hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang yang menguntungkan

semua pihak.

Terjalinnya hubungan yang baik dalam kehidupan manusia dengan karakter kodrati

manusia yang sangat beragam bukan hal yang mudah. Untuk itu perlu bimbingan dan pembinaan

melalui program pendidikan yang terencana, sistematis, komprehensif, dan berkesinambungan.

` Fokus kajian utama pendidikan ilmu pengetahuan sosialadalah interaksi di dalam

masyarakat. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Wahab (1998:8-9), bahwa:

Studi sosial atau IPS adalah tentang manusia. Tidak ada bagian dari kurikulum yang amat

memperhatikan masalah hubungan manusia selain studi sosial atau IPS, yang memang

dirancang untuk membantu kita semua memahami baik diri kita sendiri maupun orang

Page 2: Makalah Pendidkan Ips

laindimulai dari lingkungan keluarga, tetangga sampai pada mereka yang hidup nun jauh

di sebagian dari lingkaran dunia.

Permasalahan dalam tulisan ini adalah pentingnya pendidikan IPS dalam mengkaji

hubungan antarmanusia dalam berbagai dimensi kehidupannya. Hal ini karena mengkaji

hubungan manusia dalam berbagai ruang dan waktu merupakan karakteristik atau jati dari

pendidikan IPS.

Page 3: Makalah Pendidkan Ips

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Seperti halnya IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, IPS merupakan bidang studi. Dengan

demikian IPS sebagai ilmu studi memiliki garapan yang dipelajari cukup luas. Bidang

garapannya itu meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia di masyarakat. Tekanan

yang dipelajari IPS berkenaan dengan gejala dan maslah kehidupan masyarakat bukan pada teori

dan keilmuannya, melainkan pada kenyataan kehidupankemasyarakatan. Dari gejala dan masalah

social tadi ditelaah, dianalisis factor-faktornya, sehingga dapat dirumuskan jalan pemecahannya.

      Menurut Ischak, dkk (2005: 1.36), IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah,

menganalisis gejala dan masalah sosialdi masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek

kehidupan atau suatu perpaduan. Sifat IPS sama dengan studi social yaitu praktis, interdisipliner

dan dianjurkan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.

Menurut Somantri (2001:79): “Pendidikan IPS dalam kepustakaan asing disebutdengan

berbagai istilah seperti Social Studies, Social Education, Citizenship Education dan Social

Science Education”. Mengenai studi sosial Banks (Sapriya, 2002:9) memberikan definisisebagai

berikut:

Page 4: Makalah Pendidkan Ips

The social studies is that part of the elementary and high school curriculum which has

the primary responsibility for helping students to develop the knowledge skill, attitudes,

and values needed to participate in the civic life of their local communities, the nation,

and the world.

Sedangkan definisi studi sosial menurut NCSS (Somantri,2001:73) adalah sebagai

berikut:

The term social studies is used to include history, economics, anthropology, sociology,

civics, geography and all modifications of subject whose content as well as aim is social.

In all content definitions, the social studies is conceived as the subject matter of the

academic discipline somehow simplified, adapted, modified, or selected for school

instructins.

Sementara Djahiri dan Ma’mun (1978:2) berpendapat bahwa: “IPS atau studi sosial

konsep-konsepnya merupakan konsep pilihan dari berbagai ilmu lalu dipadukan dan diolah

secara didaktis-pedagogis sesuai dengan tingkat perkembangan siswa”. Sedangkanmengenai IPS

Somantri (2001:101) berpendapat, bahwa: “Istilah IPS merupakan subprogaram pada tingkat

pendidikan dasar dan menengah, maka lahirlah nama Pendidikan IPS (dan Pendidikan IPA).

Istilah ini adalah penegasan dan akibat dari istilah IPS-IPA saja agar bisa dibedakan

dengan pendidikan pada tingkat universitas”. Lebih lanjut Somantri (2001:103) mengemukakan,

bahwa:

“Untuk tingkat pendidikan dasar dan menegah Pendidikan IPS merupakan

penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial

yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk

Page 5: Makalah Pendidkan Ips

kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila. Sementara

untuk perguruan tinggi Pendidikan IPS adalah seleksi dari struktur disiplin akademik

ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah (dan psikologis) untuk

mewujudkan tujuan pendididkan FPIPS dalam kerangkapencapaian tujuan pendidikan

nasional berdasarkan Pancasila.”

Dari pendapat di atas jelas, bahwa IPS dan Pendidikan IPS atau studi sosial tidak terdapat

perbedaan yang prinsipil. Perbedaanya bukan pada objek kajian tetapi kedalam kajian. Dilihat

dari bahan kajiannya menurut penjelasan pasal 37 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas

(2003:86), bahwa: “Bahan kajian ilmu pengetahuan sosial, antara lain, ilmu bumi, sejarah,

ekonomi, kesehatan, dan sebagainya…”. Sedangkan menurut Somantri (2001:102), bahwa:

“Sumber bahan pelajaran ilmu-ilmu sosial untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah adalah

disiplin ilmu-ilmu sosial yang disajikan di universitas”. Di sinilah perlunya penyederhanaan,

seleksi, adaptasi, dan modifikasi materi pelajaran sesuai dengan tingkat kecerdasan dan

kematangan jiwa peserta didik.

Sementara Pendidkan IPS pada tingkat perguruan tinggi mengkaji disiplin ilmu sosial

dan ilmu pendidikan untuk mempersiapkan lulusannya menjadi pendidik ditigkat pendidikan

dasar dan menengah. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Winataputra, et al. (2004:3),

bahwa: “Dalam program pendidikan tenaga kependidikan PIPS merupakan program pendidikan

disiplin ilmu sosial yang bertujuan menghasilkan guru IPS (terpadu maupun terpisah)”.

Pendapat yang lebih tegas dikemukakan oleh Sumaatmadja (1980:10), bahwa:

“Pengertian studi sosial dengan IPS tidak ada bedanya”. Jika kita katakan IPS merupakanmata

pelajaran yang diajarkan di lingkungan pendidikan dasar dan menengah, artinya sama dengan

Page 6: Makalah Pendidkan Ips

studi sosial yang dikaji mulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Oleh sebab itu,

apabila pada kutipan bahasa Inggris kita temukan istilah social studies itu berarti sama dengan

ilmu pengetahuan sosial (IPS). Lebih lanjut Sumaatmadja (1980:11) mengemukakan, bahwa:

Secara mendasar pengajar IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan

segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia

menggunakan usaha memenuhi kebutuan materialnya, memenuhi kebutuhan budayanya,

kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber daya yang ada di permukaan bumi,

mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya, dan lain sebagainya. Pokoknya

mempelajari menelaah, mengakji sistem kehidupan manusia dipermukaan bumi ini, itulah

hakikat yang dipelajari pada pengajaran IPS.

Berbeda dengan IPS (studi sosial), ilmu-ilmu sosial (social sciences) mempunyai

pengertian yang lebih mengacu pada bidang kajian sosial kemasyarakatan yang didasarkan pada

disiplin-disiplin ilmu yang terangkum dalam ilmu-ilmu sosial. Sanusi (1971:17) mengemukakan,

bahwa: “Ilmu-ilmu sosial terdiri atas disiplin disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf

akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut, makin ilmiah

sehingga ilmu sosial bersifat interdisipliner”. Sedangkan menurut Sumaatmadja (1980:8): “Studi

sosial bukan merupakan bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan

suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial”.

Berdasarkan pendapat tersebut jelas, bahwa antara bidang kajian studi sosial dengan

ilmu-ilmu sosial tidaklah berbeda, yaitu sebagai suatu studi yang bidang kajiannya sama-sama

mempelajari kehidupan indiviu dalam masyarakat walaupun penekanannya berlainan. Dengan

demikian, ruang lingkup IPS pada dasrnya adalah mempelajari manusia pada konteks sosialnya

Page 7: Makalah Pendidkan Ips

atau manusia sebagai anggota masyarakat. Dimana ilmu sosial lebih bersifat teoritis-akademi,

sedangkan studi sosial lebih bersifat praktis-pragmatis.

B. Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan merupakan ukuran untuk mengetahui tercapai tidaknya program yang telah

ditetapkan. Setiap kegiatan walaupun ruang lingkupnya kecil pasti memiliki tujuan yang ingin

dicapai, lebih-lebih kegiatan pendidikan. Pendidikan IPS sebagai bagian integral dari program

pendidikan memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan

secara umum.

Banyak pendapat yang mengemukakan tentang tujuan pendidikan IPS, diantaranya oleh

The Multi Consortium of Performance Based Teacher Education di AS pada tahun 1973 (Djahiri

dan ma’mun, 1978:8-10), yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui dan mampu menerapkan konsep-konsep ilmu sosial yang penting,

(konsep dasar) dan teori –teori kepada situasi dan data baru.

2. Memahami dan mampu menggunakan beberapa struktur dari suatu disiplin untuk

digunakan sebagai bahan analisis data baru.

3. Mengetahui teknik-teknik penyelidikan dan metode-metode penjelasannya yang

dipergunakan dalam studi sosial secara bervariasi serta mampu menerapkannya

sebagai teknik penelitian dan evaluasi suatu informasi.

Page 8: Makalah Pendidkan Ips

4. Mampu mempergunakan cara berfiikir yang lebih tinggi sesuai dengan tujuan dan

tugas yang didapatnya.

5. Memiliki keterampilan dalam memecahkan permasalahan (Problem Solving).

6. Memiliki self concept (konsep atau prinsip sendiri) yang postif.

7. Menghargai nilai-nilai kemanusiaan.

8. Kemampuan mendukung nilai-nilai demokrasi.

9. Adanya keinginan untuk belajar dan berpikir secara rasional.

10. Kemampuan berbuat berdasarkan sistem nilai yang rasional dan mantap.

Sedangkan menurut Somantri (2001:199): “Tujuan pendidikan IPS, diantaranya untuk

membantu tumbuhnya berpikir ilmuwan sosial dan memahami konsep-konsepnya, serta

membantu tumbuhnya warga negara yang baik”. Selanjutnya Somantri (2001:75),

mengemukakan bahwa: “Tujuan pendidikan IPS bisa bervariasi mulai dari penekanan pada: (a)

pendidikan kewarganegaraan, (b) pemahaman dan penguasaan konsep-konsep ilmu-ilmu sosial,

(c) bahan dan masalah yang terjadi dalam masyarakat yang dikembangkan secara reflektif”.

Sementara menurut Wahab (1998:9):

“Tujuan pengajaran IPS di sekolah tidak lagi semata-mata untuk memberi pengetahuan

dan menghapal sejumlah fakta dan informasi akan tetapi lebih dari itu. Para siswa selain

diharapkan memiliki pengetahuan mereka juga dapat mengembangkan keterampilannya

dalam berbagai segi kehidupan dimulai dari keterampilan akademiknya sampai pada

keterampilan sosialnya.”

Pendapat tersebut senada dengan tujuan IPS menurut penjelasan pasal 37 UU No. 20

tahun 2003 tentang Sisdiknas (2003:86), bahwa: “Bahan kajian ilmu pengetahuan sosial, antara

Page 9: Makalah Pendidkan Ips

lain, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya dimaksudkan untuk

mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap

kondisi sosial masyarakat”.

Secara umum beberapa pendapat tentang tujuan pendidikan IPS sebagaimana diuraikan

diatas dengan tujuan pendidikan nasional berdasarkan pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 tentang

Sisdiknas, yaitu:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkambang nya potensi peserta didik agar menjadimanusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga egara yang demokratis serta bertanggung

jawab (2003:11).

C. Pentingnya Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Pendidikan IPS memegang peranan penting dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan

nasional. Hal ini karena mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab, sebagaimana yang menjadi tujuan pendidikan nasional, juga merupakan

tujuan pendidikan IPS.

Perlunya Pendidikan IPS yang berkualitas internasional, seperti yang dikatakan oleh

Alvin Tofler “kita harus berpikir global, dan bertinak local”. Globalisasi merambah ke semua

penjuru dunia, dan oleh karena itu tidak dapat kita bending, dan kita harus masuk, ikut serta di

Page 10: Makalah Pendidkan Ips

dalamnya bertarung untuk menjadii pemenang (winner). Pasar bebas seperti AFTA, APEC, pasti

datang karena itu kita harus mempersiapkan para peserta didik agar dapat menjadi pemenang

dalam persaingan tersebut, sehingga dapat menjadi tuan di negara sendiri. Bukan menjadi

penonton di negara sendiri sebagai pihak yang kalah (loser). Oleh karena itu, Pendidikan IPS

juga harus mempersiapkan kompetisi sosial bagi para peserta didiknya.

Materi pendidikan IPS yang berwawasan global tersebut, diantaranya adalah:

a. Tentang Kesadaran diri; sebagai makhluk Tuhan, eksistensi, potensi dan jati diri

sebagai warga dari sebuah bangsa yang bebudaya dan bermartabat sederajat dengan

bangsa lain di dunia (tidak lebih rendah dari bangsa lain).

b. Tentang kecakapan berpikir seperti kecakapan; berpikir kritis, menggali informasi,

mengolah informasi, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah.

c. Tentang kecakapan akademik tentang ilmu-ilmu sosial, seperti kemampuan

memahami fakta, konsep dan generalisasi tentang sistem sosial budaya, lingkunag

hidup, perilaku ekonomi dan kesejahteraan, serta tentang waktu dan keberlanjutan

perubahan yang terjadi di dunia.

d. Mengembangkan social skills, dengan maksud supaya pada mas datang kita tidak

hanya menjadi objek penguasaan globalisasi belaka. Keterampilan sosial yang perlu

dimiliki oleh peserta didik menurut Marsh Colin dalam Nana Supriatna (2002:15)

adalah; keterampilan memperoleh informasi, berkomunikasi, pengendalian diri,

bekerja sama, menggunakan angka, memecahkan masalah, serta keterampilan dalam

membuat keputusan.

Page 11: Makalah Pendidkan Ips

D. Jati Diri Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial

Menurut Sumaatmadja (1998:119), bahwa: “Kesadaran diri, merupakan salah satu ciri jati

diri manusia yang tidak ada pada makhluk hidup lain”. Artinya merupakan hal mendasar yang

membedakan manusia dengan makhluk lain. Berdasarkan pendapat tersebut jelas, bahwa jati diri

merupakan karakteristik atau cirri khas yang membedakan sesuatu dengan yang lainnya.

Pendidikan IPS merupakan program pendidikan yang banyak mengandung muatan nilai

sebagai salah satu karakteristik nya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Mulyana

(2004:189), bahwa:

“Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Humaniora merupakan dua bidang kajian yang

potensial bagi pengembangan tugas-tugas pembelajaran yang kaya nilai. Karakteristik

ilmu yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia dan banyak membahas tentang

bagaimana manusia dapat menjalin hubungan harmonis dengan sesama, lingkungan dan

Tuhan, membuat dua bidang kajian ini sangat kaya dengan sikap, nilai moral, etika, dan

perilaku.”

Dengan demikian, perhatian IPS terhadap nilai-nilai kemanusiaan, demokrasi, toleransi,

moral dan etika, merupakan salah satu karakteristik penting dari pendidikan IPS. Artinya kajian

IPS tentang manusia dan berbagai dimensi kehidupannya terintegrasi dengan berbagai nilai

yangmewarnai kehidupannya, baik dalam keluarga, dalam berbangsa dan bernegara, maupun

dalam hubungan manusia dengan Sang Maha Pencipta dan lingkungan alam sekitarnya.

Sedangkan dari sudut keilmuan menurut Somantri (2001:80): “Salah satu cirri utama dari

jati diri Pendidikan IPS adalah kerja sama dari didiplin ilmu pendidikan dengan ilmu-ilmu sosial

Page 12: Makalah Pendidkan Ips

untuk tujuan pendidikan”. Kerja sama tersebut dalam bentuk penyajian ilmu-ilmu sosial dalam

kegiatan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan prinsip-prinsip

ilmu pendidikan untuk keperluan pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan.

Secara terperinci Somantri (2001:207) mengemukakan jati diri Pendidkan IPS sebagai

berikut :

1. Adanya hubungan interdisipliner dan/atau transdisipliner antara disiplin ilmu-ilmu

pendidkan dengan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, bahkan dengan ilmu, teknologi,

seni, dan agama;

2. Hubungan antara disiplin itu disebabkan adanya kebutuhan dan kegunaan yaitu untuk

kepentingan pendidkan sebagai “advance knowledge”;

3. Proses pendekatan antar disipliner merupakan seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial

dan humaniora untuk tujuan pendidikan;

4. Bahan pendidikan diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk

tujuan pendidikan.

Dari pendapat tersebut, cukup jelas dan gamblang tentang jati diri pendidkan IPS, mulai

dari adanya hubungan interdisipliner atau transdisipliner, proses seleksi, pengorganisasian,

sampai kepada cara penyajian. Lebih lanjut Somantri (2001:85) menggambarkan jati diri

Pendidikan IPS sebagai berikut:

Jati diri Pendidkan IPS digambarkan sebagai program pendidikan yang memilih bahan

pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humanities (ilmu pendidikan dan sejarah)

yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan

yang berlandaskan Pancasila dan kebudayaan bangsa Indonesia.

Page 13: Makalah Pendidkan Ips

Dari pendapat di atas menunjukkan, bahwa jati diri pendidikan IPS merupakan

karakteristik pendidikan IPS yang ditandai dengan adanya hubungan interdisipliner dan/atau

transdisipliner antara disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, bahkan dengan ilmu (sains),

teknologi, seni, dan agama; hubungan tersebut melalui proses seleksi, adaptasi, dan modifikasi;

diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan berdasarkan

Pancasila dan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.

Menurut Somantri (2001:191): “Pada tahun 1994 jati diri Pendidikan IPS itu telah

diadopsi oleh Konsorsium Ilmu Pendidikan yang dicantumkan dalam programmatic assumptions

penegmbangan program pascasarjana Pendidikan IPS”.

E. Kesadaran Politik Warga Negara

Terbentuknya kesadaran politik warga negara tidak langsung begitu saja, tetapi melalui

proses yang panjang. Di antaranya adalah melalui pendidikan politik yang merupakan bagian

dari pendidikan IPS. Untuk itu dalam suatu negara pendidikan politik memegang peranan yang

sangat penting, apalagi dalam negara yang menganut sistem demokrasi, dimana pendidikan

politik merupakan keharusan dan kebutuhan bagi warga negara.

Dalam konteks pendidikan politik, antara pendidikan dan politik merupakan satu

kesatuan pengertian yang tidak dapat dipisahkan. Brownhill dan Smart dalam bukunya “Political

Education” (1989:9), mengemukakan bahwa: “Pendidikan politik adalah sebagai suatu cara

untuk mempertahankan keadaan yang tetap stabil pada suatu saat tertentu, serta diharapkan dapat

memberikan dasar bagi proses demokrasi yang lebih maju”.

Page 14: Makalah Pendidkan Ips

Dari definisi di atas jelas, bahwa pendidikan politik erat kaitannya dengan

mempertahankan keadaan agar tetap stabil pada periode kekuasaan tertentu. Disini terlihat

kentalnya kepentingan kekuasaan melalui pendidikan politik. Tetapi dipihak lain pendidikan

politik diharapkan dapat memberikan dasar, iklim serta pengaruh yang baik bagi proses

demokrasi yang lebih maju. Jadi tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa pendidikan politik itu

juga merupakan pendidikan demokrasi.

Hampir senada dengan definisi di atas, Alfian (1981:235) mengemukakan, bahwa:

“Pendidikan politik dapat diartikan sebagai usaha yang sadar untuk mengubah proses sosialisasi

politik masyarakat sehingga mereka memahami dan menghayati betul nilai-nilai yang

terkandung dalam suatu sistem politik yang ideal yang hendak diangun”. Dengan demikian

pendidikan politik menurut Alfian sama dengan sosialisasi politik, yaitu proses menyampaikan

atau menyebarkan program-program pemerintah (penguasa) kepada masyarakat dalam suatu

sistem politik.

Sementara menurut Hajer (Kartono, 1989:14), bahwa: ‘Pendidikan politik ialah usaha

membentuk partisipan yang bertanggung jawab dalam politik’. Lebih lanjut Kartono (1989:20)

mengemukakan, bahwa:

Pendidikan politik di Indonesia ialah merupakan rangkaian upaya edukatif yang sistematis dan

intensional untuk memantapkan kesadaran politik dan kesadaran bernegara, dalam menunjang

kelestarian Pancasila dan UUD 1945 sebagai falsafah hidup serta landasan konstitusional bangsa

Indonesia dalam rangka tegaknya sistem politik yang demokratis, sehat dan dinamis.

Dari beberapa pendapat para ahli sebagaimana dikemukakan di atas, dapat penulis tarik

kesimpulan, bahwa pendidikan politik adalah upaya pendidikan yang disadari, disengaja,

Page 15: Makalah Pendidkan Ips

terencana dan sistematis serta dilaksanakan secara terpadu, berkesinambungan dalam rangka

membentuk/memantapkan kesadaran politik warga negara. Kesadaran politik warga negara

merupakan salah satu keterampilan sosial yang menjadi target pendidikan IPS. Dengan

demikian, pendidikan IPS memegang peranan penting dalam pembentukan kesadaan politik

warga negara.

F. Kesadaran Hukum Warga Negara

Menurut Soekanto (1982:207), bahwa: “Kesadaran hukum merupakan suatu penilaian

terhadap hukum yang ada serta hukum yang seharusnya ada”. Jadi, kesadaran hukum merupakan

penilaian seseorang terhadap hukum, apakah hukum itu baik atau tidak baik; atau apakah hukum

itu adil atau tidak adil. Sementara menurut Sanusi (1991:229), bahwa:

“Makin tinggi kesadaran hukum seseorang, maka makin tinggi pula ketaatan hukumnya.

Dengan begitu diharapkan kepentingan-kepentingan pribadi, kelompok, masyarakat, dan

negara akan terjamin menurut hukum. Sebaliknya, kesadaran hukum yang rendah

cenderung pada pelanggaran hukum, dengan berbagai kemungkinan korban dan kerugian

yang dideritanya. Makin rendah kesadaran hukum, makin banyak pelanggaran dan makin

besar juga jumlah korbannya.”

Dari dua pendapat di atas jelas, bahwa kesadaran hukum merupakan upaya seseorang

untuk memahami dan melaksanakan hukum atas kemapuan sendiri atau tanpa dipaksa sebagai

wujud tanggung jawabnya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Untuk itu upaya

meningkatkan kesadaran hukum warga negara merupakan hal yang urgen dilakukan dalam

rangka menegakkan supremasi hukum demi keadilan.

Page 16: Makalah Pendidkan Ips

Untuk menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai

upaya, di antaranya penyuluhan, bimbingan, pendidikan, dan bantuan hukum. Dalam membina

kesadran hukum masyarakat, peranan praktisi dari lembaga-lembaga terkait sangat diperlukan,

terutama dari para penegak hukum dan para pendidik. Para penegak hukum tidak hanya bertugas

melaksanakan hukum/peraturan yang ditetapkan oleh legislatif dan pemerintah, melainkan juga

harus mengusahakan agar setiap anggota masyarakat menjadi sadar dan taat/patuh terhadap

hukum yang berlaku.

Demikian pula dengan para pendidik, peranan mereka juga sangat penting, terutama

melalui pembelajaran hukum dalam menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran hukum peserta

didiknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekanto (1999:123), bahwa: “Kesadaran hukum dapat

dibentuk melalui program pendidikan tertentu, yang memberikan suatu bimbingan ke arah

kemampuan untuk dapat memberikan penilaian pada hukum”. Pembinaan kesadaran hukum ini

dilakukan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi.

Dalam bidang pendidikan, pembinaan/pembentukan kesadaran hukum peserta didik

sebagai warga negara di antaranya dilakukan melalui pendidikan IPS. Kesadaran hukum warga

negara merupakan salah satu keterampilan sosial yang menjadi target pendidikan IPS. Dengan

demikian, pendidikan IPS memegang peranan penting dalam pembentukan kesadaan hukum

warga negara.

Page 17: Makalah Pendidkan Ips

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pendidikan IPS dalam kepustakaan asing disebutdengan berbagai istilah seperti Social

Studies, Social Education, Citizenship Education dan Social Science Education. Pengertian studi

sosial dengan IPS tidak ada bedanya. Istilah IPS merupakan subprogram pada tingkat pendidikan

dasar dan menengah, maka lahirlah nama Pendidikan IPS (dan Pendidikan IPA). Istilah ini

adalah penegasan dan akibat dari istilah IPS-IPA saja agar bisa dibedakan dengan pendidikan di

tingkat universitas.

Untuk tingkat pendidikan dasar dan menegah Pendidikan IPS merupakan

penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang

diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk kerangka

mewujudkan tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila. Sementara untuk perguruan

tinggi Pendidikan IPS adalah seleksi dari struktur disiplin akademik ilmu-ilmu sosial yang

Page 18: Makalah Pendidkan Ips

diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah (dan psikologis) untuk mewujudkan tujuan

pendididkan FPIPS dalam kerangkapencapaian tujuan pendidikan nasional berdasarkan

Pancasila.

Tujuan pendidikan IPS, diantaranya untuk membantu tumbuhnya pola berpikir ilmuwan

sosial, mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis peserta didik

terhadap kondisi sosial masyarakat dalam rangka serta membantu tumbuhnya warga negara

yang baik. Untuk itu pendidikan IPS memegang peranan penting dalam mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. Hal ini karena mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab, sebagaimana yang menjadi tujuan pendidikan nasional,

juga merupakan tujuan Pendidikan IPS.

Jati diri pendidikan IPS merupakan karakteristik pendidikan IPS yang ditandai dengan

adanya hubungan interdisipliner dan/atau transdisipliner antara disiplin ilmu-ilmu sosial dan

humaniora, bahkan dengan ilmu (sains), teknologi, seni, dan agama; hubungan tersebut melalui

proses seleksi, adaptasi, dan modifikasi; diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan

psikologis untuk tujuan pendidikan berdasarkan Pancasila dan nilai-nilai budaya bangsa

Indonesia.

Page 19: Makalah Pendidkan Ips

DAFTAR PUSTAKA

Al Muchtar, S. (2004). Pengembangan Berpikir dan Nilai dalam Pendidikan IPS. Bandung:

Gelar Pustaka Mandiri.

Brownhill, R. and Smart, P. (1989). Political Education. London: Routledge.

Djahiri, A.K. dan Ma’mun, F. (1978). Pengajaran Studi Sosial/IPS. Bandung: LPPP-IPS;FKIS

IKIP Bandung.

Kartono, K. (1989). Pendidikan Politik. Bandung: Mandar Maju.

Republik Indonesia. (2003). UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Sinar Grafika.

Soekanto, S. (1982). Kesadaran dan Kepatuhan Hukum. Jakarta: Rajawali.

Soekanto, S. (1999). Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Somantri, M.N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sumaatmadja, N. (1981). Studi Geografi. Bandung: Alumni.

Sanusi, A. (1991). Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Bandung: Tarsito.

Page 20: Makalah Pendidkan Ips

Wahab, A.A. (1998). Reorientasi dan Revitalisasi Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial. Bandung:

Program Pascasarjana IKIP Bandung.

Wiriaatmadja, R. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia. Bandung: Historia Utama Press.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas berkat

dan limpahan rahmatnya lah kami dapat menyelesaikan sebuah makalah ini. Berikut kami

mempersembahkan sebuah makalah dengan judul” Jati Diri Pendidikan IPS di Indonesia” yang

menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari arti dari

Pendidikan IPS, tujuan mempelajari Pendidikan IPS, pentingnya mempelajari Pendidikan IPS,

Kesadaran hukum warga negara, dan kesadaran politik warga negara. Melalui kata pengantar ini

kami terlebih dahulu meminta maaf dan memohon permakhluman bila mana isi makalah ini ada

kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah dengan penuh rasa terima kasih dan

semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita

semua.

Page 21: Makalah Pendidkan Ips

Banjarmasin, September 2013

Penulis

MAKALAH PENDIDIKAN IPS

JATI DIRI PENDIDIKAN IPS DI INDONESIA

DOSEN PEMBIMBING:

MAHMUDAH HASANAH S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

1. M. HASBI (A1A3120

2. WINDYANOR (A1A312037)

3. M. SURYA K.W. (A1A312025)

4. HALWA (A1A312002)

5. RATNASARI (A1A312009)

7. GINA FAIZAH (A1A312016)

8. NURUL IZATI (A1A312028)

9. MAZDINA (A1A312034)

10. YENNY MONICA (A1A312041)

Page 22: Makalah Pendidkan Ips

6. HIMMATUN M. (A1A312022) 11. NINA P. (A1A3

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2013