27
MAKALAH PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN RANCANGAN PENGEMASAN PRODUK EXTRUDER (CHIKI SNACK) SEBAGAI MAKANAN RINGAN (SNACK FOOD) Disusun oleh: Essy Kirana Arifunie 115100100111039 Intan Whetaning Mentari 115100800111023 Maraya Anggraini K. 115100100111027 Mayrizky Dwihindarti 115100100111051 Muhammad Irsan Kurniawan 115100407111003 Putri Permata Sari 115100800111030 Kelas G Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang

Makalah Pengemasan Snack

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengemasan snack

Citation preview

MAKALAH PENGEMASAN DAN PENYIMPANANRANCANGAN PENGEMASAN PRODUK EXTRUDER (CHIKI SNACK) SEBAGAI MAKANAN RINGAN (SNACK FOOD)

Disusun oleh:Essy Kirana Arifunie115100100111039Intan Whetaning Mentari115100800111023Maraya Anggraini K.115100100111027Mayrizky Dwihindarti115100100111051Muhammad Irsan Kurniawan 115100407111003Putri Permata Sari115100800111030Kelas GJurusan Teknologi Hasil PertanianFakultas Teknologi PertanianUniversitas BrawijayaMalang 2014BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDewasa ini makanan ringan sudah menjadi bagian yang tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama kalangan anak-anak dan remaja. Muchtadi (1998) menyatakan bahwa snack merupakan makanan ringan yang dikonsumsi dalam waktu antara ketiga makanan utama dalam sehari. Salah satu makanan ringan yang cukup populer dan banyak dipasarkan di masyarakat adalah produk hasil ekstrusi. Produk hasil ekstrusi terbagi atas dua macam yaitu produk puffing seperti chicki snack dan produk non-puffing seperti pasta. Persaingan bisnis makanan ringan semakin ketat. Banyak produk-produk perusahaan besar ataupun produk-produk dari luar negeri mengancam produk yang dihasilkan oleh industri mikro. Produk yang dihasilkan oleh industri mikro tersebut sebenarnya tidak kalah bersaing dengan produk luar. Tetapi kita mempunyai kelemahan yang mengakibatkan produk industri mikro tidak berkembang, salah satunya adalah sisi desain kemasan. Selera pasar yang bervariasi juga menjadi kendala tersendiri bagi industri mikro/kecil. Keterbatasan wawasan dan pengetahuan mereka tentang kemasan telah mengkondisikan cara berpikir sederhana mereka dalam menyikapi peluang jual produk di pasaran. Hal ini menyebabkan industri kecil tidak memiliki kemampuan analisa pasar untuk menjawab alasan dan penyebab produk mereka tidak laku. Secara mentalitas, mereka terkungkung oleh pemahaman yang konvensional terkait kemasan sebuah produk. Padahal jika dicermati, faktor kemasan yang tidak tepat bisa menjadi salah satu alasan karena dapat mengakibatkan produk didalamnya. Ditolak pasar, tidak laku, cepat rusak/menjamur atau mudah hancur. Desain kemasan diproses-ciptakan tidak hanya memperhatikan kepentingan konsumen tetapi juga produsen penghasil produk. Didalam mendesain kemasan suatu produk diharapkan ada integrasi antara teori dan praktek, antara konseptual dan kontekstual. Hal ini memerlukan riset yang aplicable dan biaya yang tidak sedikit agar hasilnya dapat dilanjutkan oleh pihak-pihak yang merasa perlu meredesain kemasannya. Desain kemasan dapat memberikan informasi Informasi tentang produk mengenai bentuk fisik produk, label dan sisipan (instruksi detail dan informasi keamanan untuk produk yang komplek atau berbahaya yang terkandung dalam produk. Desain kemasan terkait dengan labeling.Selain itu, pengemasan dan penyimpanan produk hasil ekstrusi seperti chiki snack sangat menentukan mutu dan kualitas dari produk yang dihasilkan. Produk hasil ekstrusi memiliki karakteristik produk yang sangat rentan terhadap pengaruh kondisi lingkungan disekitar seperti kelembapan udara, oksigen, suhu dan faktor lain yang mampu memberikan penurunan mutu dan kualitas dari produk. Selain itu pemilihan jenis pengemasan yang sesuai akan mempengaruhi interaksi yang terjadi antara kemasan dengan produk. Oleh karena itu diperlukan rancangan pengemasan dan teknik penyimpanan yang baik untuk menjaga produk agar tidak mengalami penurunan mutu.1.2 Rumusan masalah1. Bagaimana teknik pengemasan yang baik terhadap makanan ringan (snack) khususnya produk hasil ekstrusi, meliputi pemilihan bahan kemasan, metode pengemasan dan interaksi antara jenis bahan pengemasan dengan produk?2. Bagaimana metode penyimpanan produk makanan ringan (snack) khususnya produk hasil ekstrusi meliputi kondisi penyimpanan dan teknik penyimpanan produk?3. Bagaimana desain kemasan yang baik pada produk hasil ektruksi dan teknik pelabelan pada kemasan produk?

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Bahan Pengemas ProdukPengemasan produk merupakan bagian penting dari tahapan penanganan pangan baik untuk produk segar maupun olahan. Syarat ideal pengemas antara lain non toksik, berfungsi sebagai pelindung dan penahan, serta ramah lingkungan. Pada pengemas primer ramah lingkungan, fungsi non toksik dan pelindung menjadi perhatian penting, terutama perlindungan produk pangan dari kontaminasi mikroorganisme, kotoran dan serangga. Pesyaratan bahan pengemas antara lain (Syarief, 2000) :1. Harus tidak reakstif, additif, atau absortif sehingga dapat mempengaruhi keamanan, identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian dari produk.2. Harus dapat melindungi produk terhadap faktor luar selama penyimpanan dan penggunaan yang dapat mempengaruhi atau bahkan mengkontaminasi produk3. Harus bersih, dan bila untuk produk steril harus disterilkan dan dibebas pirogenkan untuk menjamin kesesuaian dengan penggunaannya.Rancangan penggunaan jenis bahan pengemas tidak hanya tergantung pada jenis produk yang akan dikemas, namun juga bergantung pada bagaimana cara pemberiannya, ketersediaan bahan dan kompaktibilitasnya terhadap produk yang akan dikemas, ketersediaan peralatan untuk mendapatkan produk jadi sesuai dengan yang diharapkan, bagaimana pengemasan tersebut dilaksanakan, serta bagaimana membuktikan konsistensi kualitas produk dapat tercapai.Untuk produk makanan ringan (snack) yang kering khususnya produk hasil ekstusi, kemasan yang digunakan adalah kemasan yang fleksibel. Kemasan fleksibel termasuk jenis kemasan multilayer karena terdiri dari beberapa lapisan bahan kemasan yang memiliki fungsi melindungi terhadap kontaminasi cahaya secara langsung dan kontaminasi udara serta uap air yang dapat merubah rasa dan daya tahan produk. Lapisan lain berfungsi media yang dapat dicetak. Menurut (Sampurno, 2006), kemasan fleksibel adalah kemasan yang menggunakan bahan-bahan yang fleksibel (kertas, film, alumunium foil, film metalized) yang pada umumnya dicetak dan/atau dilaminasi dalam bentuk gulungan, dan dapat berubah bentuk mengikuti bentuk isinya. Secara fungsional, material untuk kemasan fleksibel dibagi menjadi material untuk cetak/main substrate, material untuk penghalang/barrier, material untuk heat seal dan material untuk melekatkan material-material di atas.Material cetak/main substrate merupakan material utama bahan sebagai dasar dari kemasan fleksibel dan dapat di-printing. Material barrier adalah material pelindung dari kemasan fleksibel yang memberikan tingkat proteksi dari kemasan. Material Heat seal merupakan material untuk menyambung/menyatukan dua film termoplastik dengan cara memanaskan area yang saling bersentuhan sampai mencapai suhu di mana terjadi fusi/penyatuan, biasanya dibantu dengan tekanan, Dan material perekay adalah material yang membantu merekatkan materai-material tersebut melalui proses laminasi.Proses laminasi untuk menghasilkan material multilayer. Untuk mendapatkan suatu material multilayer yang memenuhi ketiga fungsi di atas (wadah, pelindung, promosi/informasi), material dengan sifat-sifat yang berlainan harus digabungkan dengan cara laminasi (Sampurno, 2006). Bahan pengemas yang digunakan dalam rancangan kemasan untuk produk hasil ekstrusi yang digunakan adalah kombinasi dari beberapa bahan terkait jenis pengemasan yang digunakan adalah kemasan fleksibel yang multilayer. Bahan tersebut adalah alumunium foil/ metalized aluminium film sebagai material barrier, OPP (Oriented Polypropylene) sebagai material main substrate dan printing dan CPP (Casting Polypropylene) sebagai material heat seal. Perlu diperhatikan beberapa material bisa berfungsi sekaligus sebagai barier dan heat seal, misalnya VM CPP atau printing dan barrier, misalnya OPP. Kombinasi tersebut digabungkan melalui proses laminasi dengan adhesive tertentu. OPP (Oriented Polypropylene) memiliki karakteristik film dengan density/berat jenis 0,905 g/cm3, thickness/ketebalan 12-30 micron dan slip (koef. gesekan) 0,2-0,4. OPP tahan terhadap organik solven, meskipun demikian aromatik solven, seperti Toluen dan Benzenadapat menyebabkan OPP mengembang (swell). Suhu tinggi dapat meningkatkan sifat mulur (elongation) dari OPP karena sifat thermoplastik dari materialnya. Suhu yang terlalu tinggi selama proses printing dan laminasi dapat mempengaruhi registrasi dan perubahan pitch. OPP memiliki sifat polarity dan reactivity yang sangat rendah. Tegangan permukaan dari OPP sekitar 29 dyne/cm, hal ini menyebabkan daya adhesi/ikatan antara tinta dan permukaan film sangat lemah. Untuk meningkatkan daya adhesi dari tinta dan permukaan film, maka permukaan film harus diaktivasi dengan Corona high voltage discharge system. Minimal tegangan permukaan untuk adhesi yang baik antara film dan tinta adalah 37 dyne/cm. Sifat-sifat OPP yaitu sangat transparan, penghalang/barrier yang sangat baik untuk uap air / moisture, ketahanan terhadap temperature cukup baik (sedang), sifat mekanik cukup baik dan harga lebih murah dibanding film lain (Sampurno, 2006).CPP (Casting Polypropylene) memiliki transparansi baik dan tahan goresan, WVTR (Water Vapor Transmission Rate) yang baik, dapat di heat seal dan tahan panas, namun memilik gas barrier kurang baik (Sampurno, 2006).Alumunium Foil menempati posisi yang penting dalam produk kemas fleksibel karena memiliki barriers yang sangat baik dan penampilan yang baik. Umumnya untuk kepentingan kemas fleksibel foil yang digunakan tebalnya kurang dari 25 mikron. Alumunium foil memiliki sifat tidak berbau, tidak ada rasa, tidak berbahaya dan hygienis, tidak mudah membuat pertumbuhan bakteri dan jamur. Metalized aluminium film merupakan coating yang sangat tipis dari aluminium, yang dilaksanakan di ruang vacuum. Dalam aplikasi kemasan fleksibel memiliki proteksi yang cukup baik terhadap cahaya, moisture dan oksigen (Departemen perindustrian, 2007).Kombinasi bahan pengemas yang dipilih tersebut dapat memenuhi persyaratan untuk produk ekstrusi yaitu tahan uap air dan gas, melindungi terhadap panas, sinar UV, mikroba, dan terhadap faktor mekanis. Hal tersebut dikarenakan produk ekstrusi memiliki karakterisitik yaitu kadar air yang rendah. Menurut (Harper, 1981), pada umumnya produk ekstrusi terdiri dari matrik pati yang mengandung komponen lain dengan tingkat tekstur yang merupakan parameter mutu yang paling penting dimana ditentukan oleh stuktur produk pada produk ekstrusi. Karakter ini tergantung bagaiman bahan-bahan bereaksi dengan kondisi kadar air, suhu, waktu dan tekanan didalam ekstruder. Persyaratan tersebut dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penurunan kualitas produk dan diharapkan dapat mempertahankan mutu dan kualitas produk ekstrusi, serta dapat memperpanjang atau meningkatkan umur simpan dari produk ekstrusi. Kesesuaian jenis dan persyaratan bahan pengemas yang ditetapkan untuk produk ekstrusi dapat mendukung karakteristik penting dari produk ekstrusi, dimana kadar air dari produk ekstrusi ini harus 3%.Sifat perlindungan dari bahan pengemasan itu sendiri ditentukan dari sifat bahan pengemas yang digunakan. Sifat perlindungan dari bahan kemasan yang digunakan berasal dari material barrier yaitu alumunium foil yang dikombinasikan dengan bahan kemasan lain yaitu OPP dan CPP. Sifat perlindungan yang dihasilkan dari kombinasi tersebut memberikan tingkat proteksi terhadap bahan kemasan yang sangat baik. Produk hasil ekstrusi tersebut memiliki kadar air yang rendah dimana kadar air tersebut sangat menentukan tekstur dan masa simpan (shelf life) dari produk snack. Kadar air dan aktivitas air sangat berpengaruh dalam menentukan masa simpan dari makanan, karena faktor-faktor ini akan mempengaruhi sifat-sifat fisik (kekerasan dan kekeringan) dan sifat-sifat fisiko-kimia, perubahan-perubahan kimia, kerusakan mikrobiologis dan perubahan enzimatis terutama pada makanan yang tidak diolah (Winarno, 2004). selama penyimpanan akan terjadinya proses penyerapan uap air dari lingkungan yang menyebabkan produk kering mengalami penurunan mutu menjadi lembab/tidak renyah (Robertson, 2010). Untuk produk hasil ekstrusi yang sangat sensitif terhadap uap air/moisture, sifat perlindungan/barrier yang diutamakan adalah proteksi terhadap moisture/uap air sehingga sifat barrier diukur dengan WVTR (Water Vapor Transmission Rate). WVTR (Water Vapor Transmission Rate) adalah kecepatan uap air menembus suatu film pada kondisi suhu dan kelembaban udara tertentu, dalam keadaan steady state. Nilai yang rendah mengindikasikan kekedapan terhadap uap air yang lebih baik. (Labuza, 1970). Alumunium foil memiliki nilai WVTR sebesar 0-1 cc/m2/hari, OPP sebesar 7 cc/m2/hari dan CPP sebesar 12 cc/m2/hari (Sampurno, 2006). Hal ini menunjukan bahwa kombinasi dari ketiga bahan tersebut dapat menjamin produk hasil ekstrusi memiliki proteksi penuh terhadap moisture/uap air karena semakin rendah nilai WVTR maka semakin lambat laju uap air menembus film dan semakin baik kemasan tersebut dalam memberikan sifat perlindungan terhadap moisture/uap air. Selain itu terdapat OTR (Oxygen Transmission Rate), yaitu kecepatan oksigen menembus film. Dalam hal ini, bahan alumunium foil memiliki nilai OTR paling rendah dibandingkan bahan lainnya sehingga alumunium foil memiliki tingkat proteksi yang paling baik terhadap penetrasi gas oksigen dari lingkungan. Oksigen akan menyebabkan oksidasi lemak pada produk dan menimbulkan bau tengik pada produk.

Tabel 1. Sifat barrier beberapa material yang umum digunakan dalam cc/m2/hari (OTR) dan g/m2/hari (WVTR) menurut (Sampurno, 2006).No.MaterialBarrier

MVTROTR

1PET45120

2OPP71500

3NY26090

4ALU0-10-1

5LLDPE224200

6CPP123340

Interaksi bahan kemasan dengan produk mungkin saja terjadi, kemasan fleksibel yang dominan terbuat dari plastik memungkinkan terjadinya migrasi bahan kimia ke produk. Hal tersebut berdasarkan pernyataan Winarno (1990) bahwa plastik dan bahan-bahan tambahan dalam pembuatan plastik plastisizer, stabilizer dan antioksidan dapat bermigrasi ke dalam bahan pangan yang dikemas dengan kemasan plastik dan mengakibatkan keracunan. Monomer plastik yang dicurigai berbahaya bagi kesehatan manusia adalah vinil klorida, akrilonitril, metacrylonitril, vinilidenklorida dan styrene. PP (Polipropylene) bukan tidak mungkin akan mengalami migrasi ke produk, bahkan PP itu sendiri dapat terdegradasi akibat sinar ultraviolet dari sinar matahari. Namun pada kemasan fleksibel yang dirancang dari PP (Polypropylene) yang dikombinasikan dengan alumunium foil dapat dicegah mengingat sifat barrier alumunium foil yang sangat baik. Dan juga dengan penyimpanan produk yang benar serta pemberian masa kedaluarsa akan mecegah kemungkinan terjadi hal negatif terhadap tubuh konsumen. Interaksi kombinasi bahan kemasan dengan produk hasil ekstrusi dianggap berjalan secara sinergis karena masing-masing bahan memberikan fungsi yang saling mendukung satu sama lain.. Parameter penting dari produk hasil ekstrusi dapat diproteksi dengan baik dengan kemasan dimana produk yang kontak langsung dengan kemasan karena adanya alumunium foil yang memiliki sifat barrier yang sangat baik. Alumunium bersifat inert dimana tidak akan bereaksi dengan bahan produk. Alumunium foil memiliki sifat-sifat yaitu tidak terpengaruh sinar matahari, tidak dapat terbakar, tidak bersifat menyerap bahan atau zat lain dan apabila secara ritmis kontak dengan air, biasanya tidak akan terpengaruh atau bila berpengaruh sangat kecil (Suyitno, 1990).2.2 Desain Dan Label KemasanDesain dan label kemasan merupakan salah satu parameter penting yang harus ada dalam pengemasan suatu produk. Parameter tersebut akan mempengaruhi nilai dari suatu produk baik itu nilai ekonomi, nilai sosial maupun informasi penting tentang produk tersebut. Desain yang menarik dan label yang lengkap akan menigkatkan minat konsumen untuk membeli produk tersebut. Keberhasilan daya tarik kemasan ditentukan oleh estetika yang menjadi bahan pertimbangan sejak awal perencanaan bentuk kemasan karena pada dasarnya nilai estetika harus terkandung dalam keserasian antara bentuk dan penataan desain grafis tanpa melupakan kesan jenis, ciri, dan sifat barang/produk yang diproduksi. Tidak kalah pentingnya dalam sebuah kemasan adalah adanya label yang dapat menjadi media informasi sebagai bahan pertimbangan untuk membelisebuah produk.Bentuk kemasan dari produk hasil ekstrusi menggunakan konsep Stand Up Pouch (SUP). Stand Up Pouch (SUP) adalah kantong fleksibel yang dapat berdiri tegak tanpa disangga bahan lain, sewaktu kantong tersebut diisi sesuai peruntukannya. Pada umumnya, kantong tersebut mempunyai suatu alas yang datar. Menurut (Departmen Perindustrian, 2007), Standing pouches biasanya menggunakan aluminium foil tapi juga dengan empat lapis laminate. Wadah semi rigid menggunakan aluminium foil dilaminasi dengan polypropylene dan menggunakan epoxy resin sebagai lapisan pelindung. Bentuk kemasan menggunakan model Flat Bottom Pouch with Zipper. Kemasan Flat Bottom Pouch memang merupakan penyempurnaan bentuk dan fungsi dari model kemasan yang telah ada terdahulu seperti Stand up pouch dan Side gusset pouch. Model tersebut memudahkan suatu kemasan produk untuk dapat berdiri kokoh pada saat display di retail atau toko. Penambahan inovasi zipper lock bertujuan untuk memudahkan kemasan tersebut dapat ditutup kembali setelah dibuka dan menjaga produk tetap terlindungi dari pengaruh lingkungan.

Gambar 1. Kemasan dengan model Flat Bottom Pouch with Zipper (Anonim, 2014)Namun pada kemasan untuk produk snack khususnya produk hasil ekstrusi seperti chiki snack, kemasan dibuat berbeda dengan bentuk pouch sebelumnya dengan memodifikasi bentuk Stand Up Pouch (SUP) menjadi berbentuk kerucut terpancung dengan diameter pada ujung kemasan lebih kecil daripada diameter pada dasar kemasan. Diameter ujung kemasan dibuat lebih kecil bertujuan untuk memudahkan dalam mengkonsumsi produk lansung ke mulut tanpa harus mengambilnya menggunakan tangan. Desain juga dilengkapi dengan Hang hole yang bertujuan untuk memberikan variasi display dengan cara digantung dan cut mark yang bertujuan untuk memudahkan dalam membuka kemasan.

Gambar 2. Bentuk dasar kemasan menyerupai kerucut terpancung (Anonim, 2012)Rancangan desain bentuk kemasan tersebut dicoba diaplikasikan pada salah satu brand product yang bergerak di produk hasil ekstrusi seperti cheetos. Berikut adalah gambar desain bentuk kemasan produk cheetos yang lama dan rancangan desain kemasan yang baru.

Gambar 3. Desain bentuk lama pada kemasan produk cheetoz (Anonim, 2014)Cut MarkZipper LockHang Hole

Gambar 4. Rancangan desain kemasan baru tampak depan (kiri) dan tampak belakang (kanan) pada produk hasil ekstrusi.Ukuran kemasan tersedia dalam berbagai ukuran mulai dari ukuran 70 g, 150 g hingga 250 g. Untuk ukuran kemasan Standind pouch 70 g (mini-regular pack), perbandingan diameter alas dengan diameter ujung kemasan yaitu 10 : 5 cm dan tinggi 20 cm. Untuk ukuran 150 g (reguler pack), perbandingan diameter alas dengan diameter ujung yaitu 15 : 7,5 cm dengan tinggi 25 cm, sedangkan untuk 250 g (family pack), perbandingan diameter alas dengan diameter ujung kemasan yaiu 20 :10 cm dengan tinggi 30 cm. Warna desain dibuat full colour agar dapat menarik minat konsumen untuk membeli terutama anak-anak. Tulisan nama produk dibuat lebih besar dengan warna yang terang agar dapat terlihat jelas oleh konsumen serta penambahan gambar maskot dari produk dan gambar produk itu sendiri pada kemasan untuk memberikan bayangan tentang produk didalam kemasan.Label merupakan bagian dari kemasan dan mengandung suatu informasi tentang produk yang tercetak pada kemasan. Dalam label konsumen dapat menemukan informasi mengenai nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah yang bersangkutan; tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa, klaim nutrisi terutama untuk produk kesehatan, petunjuk penggunaan, dan keterangan lain untuk kondisi spesial dan cara penggunaan, serta keterangan tentang halal. Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi suatu kemasan yang berisi tulisan, tag, gambar, atau deskripsi lain yang tertulis, dicetak, distensile, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan apa pun, pemberian kesan yang melekat pada suatu wadah atau pengemas (Siagian, 2002).Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan harus mencantumkan antara lain:1. Nama Makanan/ Nama Produk2. Komposisi atau Daftar Bahan Makanan3. Berat Bersih4. Nama dan Alamat Pihak yang Memproduksi5. Kode Produksi6. Tanggal Kadaluarsa7. Instruksi Penyimpanan Produk8. Kandungan gizi9. Sertifikasi ProdukNama ProdukSertifikasi Produk dan Berat bersihNama dan alamat produsenKomposisi produkKandungan gizi produkKode produksi dan tanggal kadaluarsa

Gambar 5. Kelengkapan label pada desain kemasan baru yang dirancang sesuai dengan aturan yang berlaku.2.3 Metode PengemasanPada proses pengemasan, pemilihan metode dan alat pengemasan juga menjadi salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mengemas suatu produk yang memiliki karakteristik tertentu. Untuk produk hasil ekstrusi seperti chiki snack memiliki karakteristik produk yang sangat rentan terhadap lingkungan seperti kadar air akan mempengaruhi tingkat kerenyahan dari snack dan juga kadar oksigen yang akan mempengaruhi flavor dan cita rasa dari snack. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode pengemasan yang mampu menjaga dan memodifikasi kondisi dari produk agar tetap terjaga mutu dan kualitasnya. Selain dari karakteristik dari produk hasil ekstrusi yang memiliki kadar air yang rendah, produk ini juga memiliki kandungan karbohidrat serta lemak yang cukup tinggi yang apabila terpapar oleh oksigen, memungkinkan produk akan mengalami oksidasi sehingga produk akan tengik. Untuk mencegah hal tersebut maka metode pengemasan yang cocok digunakan pada produk hasil ekstrusi adalah metode pengemasan vakum yang dikombinasikan dengan teknik gas flush. Metode ini bertujuan untuk menghilangkan kadar oksigen dari wadah sehingga dapat memperpanjang umur simpan dan mencegah rancidity. Teknik gas flush ini merupakan teknik memasukkan udara inert seperti gas nitrogen kedalam kemasan yang berfungsi sebagai bantalan pelindung untuk menjaga kerenyahan dari snack. Metode ini akan menghasilkan tingkat proteksi yang baik bagi produk seperti chicki snack agar mutu dan kualitasnya tetap terjaga.Kemasan vakum mengurangi oksigen atmosfer, membatasi pertumbuhan bakteri aerobik atau jamur, dan mencegah penguapan dari volatil komponen. Hal ini juga sering digunakan untuk menyimpan makanan kering selama jangka waktu yang panjang, seperti snack, sereal, kacang-kacangan, daging, keju, ikan asap, kopi, dan keripik kentang ( keripik ). Kemasan vakum untuk makanan dapat menggunakan gas inert sebagai bantalan pelindung dengan cara memasukkan udara ke dalam kemasan, yang disebut sebagai teknik gas flush. Untuk meningkatkan shelf life, udara yang dimasukkan dapat diganti dengan gas nitrogen untuk mendorong keluar gas oksigen dari dalam kemasan. Hal ini membantu mencegah snack seperti keripik kentang dan makanan kering mudah hancur (Sampurno, 2012).Selain itu, metode pengemasan juga menggunakan active packaging yaitu penambahan absorber air dan uap air. Absorber yang digunakan adalah garam poliakrilat dan kopolimer dari pati. Menurut (Ahvenainen, 2000), lapisan absorber untuk uap air (Drip-absorber pad) terdiri dari granula-granula polimer superabsorbent di antara dua lapisan polimer mikroporous atau non-woven yang bagian pinggirnya dikelim. Absorber ini akan menyerap air serta mencegah perubahan warna dariproduk dan kemasan. Polimer yang sering digunakan untuk menyerap air adalah garam poliakrilat dan kopolimer dari pati. Polimer superabsorben ini dapat menyerap 100-500 kali dari beratnya sendiri. Penggunaan absorber ini juga memaksimalkan kondisi didalam kemasan miliki kadar air atau uap air yang serendah mungkin bahkan nol agar produk dari chiki snack tidak melempem dan umur simpan menjadi lebih lama.Untuk mendapatkan kondisi pengemasan dengan metode diatas dapat menggunakan alat atau mesin dengan teknologi yang modern. Alat yang mampu menerapkan kondisi seperti diatas dalam satu proses secara otomatis adalah Automatic vacuum chamber packaging machine .

Gambar 6. Automatic vacuum chamber packaging machine (Anonim, 2013)Mesin mampu mengemas kemasan hingga maksimal 70 pack/menit yang dilengkapi fitur integrated gas flushing system, zipper reclosure applier, digital system, residu oksigen kurang dari 1% dan lain-lain yang berjalan secara otomatis. Mesin ini lebih cocok digunakan untuk kemasan fleksibel dengan ukuran kemasan max 115x85x440 mm yang hasil akhirnya berupa Flat Standing Pouch. Mesin ini dapat diaplikasikan pada produk coffee bean, makanan hewan dan lebih cocok untuk produk kering seperti snack (Anonim, 2013).2.4 Metode Penyimpanan ProdukPenyimpanan merupakan kegiatan dan usaha untuk melakukan pengurusan penyelenggaraaan dan pengaturan barang-barang persediaan di dalam ruang penyimpanan. Makanan harus dilindungi dari waktu dan suhu penyimpanan sesuai dengan aturan kelayakan system penyimpanan makanan. Langkah atau tahap penyimpanan bahan makanan merupakan salah satu bagian dari proses menghasilkan makanan yang aman dan bermutu (Peleg, 1985)Fungsi Penyimpanan antara lain (Feri, 2010):1. Untuk menyimpan produk agar terhindar dari kerusakan akibat dari pencemaran secara kimiawi, biologi atau fisik yang akhirnya dapat merusak kualitas dan kuantitas 2. Untuk memperpanjang umur simpan 3. Untuk memuat produk persediaan 4. Mengetahui jumlah barang yang terpakai.5. Untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi-fungsi sebelumnya dengan pemenuhan setepat-tepatnya dan dengan biaya serendah-rendahnya.Ada 3 metode penyimpanan produk pangan yaitu penyimpanan dengan suhu ruang, penyimpanan dengan suhu pendingin (100 150 C) dan yang terakir penyimpanan dengan suhu beku (-200 C) untuk menyimpan daging dan makanan beku dalam jangka waktu lama (Feri, 2010).Untuk penyimpanan produk snack ini dilakukan penyimpanan dengan suhu ruang (suhu kamar). Suhu ruang (room temperature), dalam penggunaan ilmiah, dianggap kurang lebih antara 20 - 25 C. Kelembapan relatif ruang penyimpanan produk hasil ekstrusi didalam kemasan maksimal pada ERH 55%. Daerah yang aman untuk penyimpanan produk pangan di dalam kemasan adalah pada ERH 20-55% dimana pada daerah ini bahan pangan terbebas dari kemungkinan terjadinya pencoklatan non enzimatis. Pada ERH di atas 60%, maka bahan pangan yang berlemak dapat mengalami ketengikan akibat hidrolisa lemak menjadi asam lemak bebas yang dikatalisir oleh enzim lipase. Penyimpanan produk pada ERH di atas 70% akan menyebabkan terjadinya kerusakan, karena tersedianya air bebas yang dapat digunakan untuk berbagai reaksi-reaksi kimia seperti reaksi pencoklatan enzimais, kerusakan oleh mikroorganisme serta kerusakan tekstur dan sifat-sifat reologi produk (Van Den Berg, 1981). Untuk makanan kering seperti produk snack yang disimpan dalam suhu kamar, maka ruang penyimpanan harus diatur sebagai berikut:1. Simpan snack dalam kondisi kering.2. Beri label dan tanggal untuk semua produk .3. Makanan diletakkan dalam rak-rak yang tidak menempel pada dinding, lantai dan langit-langit, maksudnya adalah: untuk sirkulasi udara agar udara segar dapat segera masuk ke seluruh ruangan. mencegah kemungkinan jamahan dan tempat persembunyian pest seperti tikus atau serangga. untuk memudahkan pembersihan lantai. setiap makanan ditempatkan dalam kelompoknya dan tidak bercampur baur. untuk bahan yang mudah ditempatkan dalam wadah penampungan sehingga tidak mengotori lantai4. Disimpan dalam ruangan yang cukup sejuk, udara kering dengan ventilas yang baik.5. Ruangan bersih, kering, lantai dan dinding tidak lembab.6. Melakukan pest control seminggu sekali7. Rak-rak berjarak minimal 15 cm dari dinding lantai dan 60 cm dari langit-langit.8. Rak mudah dibersihkan dan dipindahkan.9. Lakukan pengukuran dan pencatatan suhu ruangan secara teratur.Teknik penyimpanan pada produk hasil ekstrusi seperti chiki snack dilakukan secara sistematis dan terorganisir. Teknik penyimpanan yang dilakukan meliputi : PenumpukanUntuk teknik penyimpanan yang dilakukan, snack terlebih dahulu disimpan dalam karton. Karton merupakan bagian dari kertas namun lebih sering berfungsi sebagai wadah luar atau sebagai penyokong wadah utama dalam pengemasan bahan pangan agar lebih kuat, dan rigid. Karton memiliki kelebihan antara lain elastisitas lebih baik dibanding kayu, dapat dicetak pada permukaannya, dapat dikerjakan secara maksimal, pemakaiannya mudah, dan dapat dilipat sehingga tidak memerlukan ruang luas. Setelah snack dikemas dalam karton, kemudian karton disusun di atas pallet secara rapih dan teratur, sesuai dengan ketentuan yang ada (penumpukan maksimal 8 karton). Pengaturan alur keluar masuk produkMenurut (Priyambodo, 2007), dalam pengaturan alur produk terdapat 2 prinsip yang digunakan yatu First In First Out (FIFO) dan First Expired Date First Out (FEFO).a. First In First Out (FIFO)Penempanan dan pengambilan barang diatur dengan sistem FIFO (First In First Out) artinya makanan yang masuk terlebih dahulu harus dikeluarkan lebih dulu.b. First Expired Date First Out (FEFO)FEFO yaitu produk yang pertama kadaluwarsa harus yang pertama keluar untuk didistribusikan. Dalam penyusunan logistik dan peralatan yang punya masa kedaluwarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal harus digunakan lebih awal sebab logistik dan peralatan yang datang lebih awal biasanya juga diproduksi lebih awal dan umurnya relatif lebih tua dan masa kadaluwarsanya mungkin lebih awal.

Pengaturan alur keluar masuk dari produk hasil ekstrusi menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out). Sistem tersebut digunakan karena produk hasil ekstrusi seperti chiki snack memiliki masa kadaluarsa yang berbeda-beda tergantung jenis atau varian dari produk hasil ekstrusi. Sehingga produk yang kadaluarsa lebih singkat maka akan langsung didistibusikan atau dikomersialkan lebih dahulu. Pada produk hasil ekstrusi di retail atau toko, maka produk yang masa kadaluarsa lebih singkat akan di-display pada urutan terdepan yang langsung terlihat oleh konsumen. Administrasi penyimpananSetiap barang yang dibeli harus dicatat dan diterima oleh bagian gudang untuk ketertiban adminisrasinya. Setiap jenis makanan mempunyai kartu stock, sehingga bila terjadi kekurangan barang dapat segera diketahui.Administrasi gudang/penyimpanan diperlukan untuk mempermudah pengawasan dan pengendalian perbekalan yang meliputi: 1. Buku utama.2. Kartu stok. 3. Buku harian penerimaan barang.4. Buku harian pengeluaran barang.5. Surat Bukti Barang Masuk (SBBM).6. Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) (BNPB, 2009).

BAB IIIKESIMPULAN

Pengemasan dan penyimpanan produk hasil ekstrusi seperti chiki snack memiliki pengaruh yang penting untuk menjaga mutu dan kualitas produk hingga sampai ditangan konsumen. Rancangan desain kemasan yang menarik akan meningkatkan daya tarik konsumen terhadap produk. Pemilihan bahan pengemas tergantung pada karakteristik dan parameter mutu yang paling penting didalam bahan pangan. Untuk produk hasil ekstrusi yang memiliki karakteristik kadar air yang redah dan kadar karbohidrat dan lemak yang tinggi yang akan mempengaruhi tekstur, flavor dan cita rasa, maka konsep kemasan fleksibel dengan kombinasi OPP/Adhesive/Alumunium Foil/CPP memberikan tingkat proteksi yang sangat baik terhadap produk. Kombinasi ini memiliki tingkat WVTR yang rendah sehingga proteksi terhadap moisture di lingkungan cukup baik. Selain itu kombinasi ini memiliki proteksi terhadap gas, sinar UV, mikroorganisme/makroorganisme dan melindungi produk dari pengaruh mekanik. Desain kemasan berbentuk kerucut yang mengadopsi konsep Stand Up dan dengan model Flat Bottom Pouch with Zipper akan memberikan kemudahan pada saat pendiplayan di retail/toko dan penggunaan kemasan produk pada konsumen. Pelabelan kemasan dilakukan se-detail mungkin agar konsumen mendapat informasi yang sejelas-jelasnya tentang produk. Metode pengemasan dilakukan dengam metode Vacuum Packaging with Gas Flushing sehingga kadar oksigen menghilang dan penambahan absorber uap air akan menjamin kondisi dalam kemasan tetap kering.Penyimpanan produk hasil ekstrusi dilakukan pada suhu ruang sekitar 25-30C dengan kondisi yang sejuk dan terbebas dari gangguan pest seperti tikus dan serangga. Pengaturan display pada rak dilakukan dengan secara sistematis, yang mudah untuk diatur kembali dan dibersihkan. Alur keluar masuk produk hasil ekstrusi menggunakan konsep FEFO (First Expired First Out) mengingat produk memiliki masa kadaluarsa yang berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Kerucut Terpancung. www.desainbangun.com. Diakses tanggal 6 Mei 2014.______. 2013. Automatic vacuum chamber packaging machine G22. http://www.fresco.com/flexible-packaging-machines.html. Diakses tanggal 5 Mei 2014.______. 2014. Flat Bottom Pouch with Zipper. http://www.pouchdirect.com/flat-bottom-pouch-matt-silver-1.html. Diakses tanggal 5 Mei 2014.______. 2014. Cheetos. www.indofood.com/cheetos/. Diakses tanggal 6 Mei 2014.Ahvenainen Raija. 2000. Novel Food Packaging techniques. CRC press: Washington DC.BNPB. 2009. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 06 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pergudangan. Hal. 1,3,6-12,16-21. Departemen Perindustrian. 2007. Kemasan Flexibel. Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah: Jakarta.Feri, W. A. P. 2010. Penyimpanan Produk Pangan. Trubus Agrisarana: Surabaya.Harper, J.M. 1981. Extrusion of Food Vol II. CRC Press Inc: Florida.Labuza, T.P., S.R. Tannenbaum and M. Karel. 1970. Water Content and Stability of Law Moisture and Intermediate Moisture. Food. J. Food. Tech. 24(5): 543-550.Peleg, K. 1985. Produce Handling, Packaging and Distribution. AVI Publishing Corporation Inc: Connecticut.Priyambodo, B., 2007, Manajemen Farmasi Industri. Global Pustaka Utama, Yogyakarta, 118-120: 125-137.Robertson G.L. 2010. Food Packaging and shelf life: A Pratical Guide. CRC Press: Florida.Sampurno, Budi. 2006. Aplikasi Polimer dalam Plastik Kemasan. Indonesian Journal of Materials Science, Ed. Oktober: 15-22._____________2012. Snack Flexible Packaging. http://www.foodreview.co.id. Diakses tanggal 5 Mei 2014.Siagian, S. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi Aksara: Jakarta.Suyitno. 1990. Bahan-bahan Pengemas. UGM: Yogyakarta.Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 2000. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB: Bogor.Van den Berg,C and S.Bruin, 1981. Water Activity and Estimation in Food System. In : L.B.Rockland and G. F.Stewart (ed). Water Activity : Influences on Food Quality. Academic Press: New York.Winarno, F.G. 1990. Migrasi Monomer Plastik Ke Dalam Makanan. Di dalam : S.Fardiaz dan D.Fardiaz (ed), Risalah Seminar Pengemasan dan Transportasi dalam Menunjang Pengembangan Industri, Distribusi dalam Negeri dan Ekspor Pangan: Jakarta.___________. 2004. Kimia Pangan. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.