26
MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN DAMPAK KEGIATAN PEMBANGUNAN TERHADAP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Oleh : Nama : CRISTIAN LISON TEIXEIRA DALMANSIUS E FAO CHARDIANUS LEDA NALDIN BANO Jurusan : TEKNIK ELEKTRO TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNVERSITAS NUSA CENDANA

MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dfjkjkdfhfjgfhjhjdffhjhjkdfhjfhfghjfhjfghjdfg

Citation preview

Page 1: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGANDAMPAK KEGIATAN PEMBANGUNAN TERHADAP KEHUTANAN

DAN PERKEBUNAN

Oleh :

Nama : CRISTIAN LISON TEIXEIRA

DALMANSIUS E FAO

CHARDIANUS LEDA

NALDIN BANO

Jurusan : TEKNIK ELEKTRO

TEKNIK ELEKTROFAKULTAS SAINS DAN TEKNIKUNVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG2013

Page 2: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

KATA PENGANTARPuji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa karna atas berkat dan

karunianya saya dapat meyelesaikan makalah ini “ Tentang dampak kegiatan Pembangunan terhadap kehutanan dan perkebunan “

Penulisan makalah ini di maksudkan untuk tugas Pengetahuan Lingkungan

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih untuk semua yang telah membantu dalam penulisan makalah ini

                                               

                                                                                       kupang, 16 maret 2014

Page 3: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................2

DAFTAR ISI ........................... ............................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.     LATAR BELAKANG ......................................................................................... ........ 4

2.     RUMUSAN MASALAH ............................................................................................. 4

3.     TUJUAN .................................................................................................................... 5

4.     MANFAAT ................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A .MASALAH KEGIATAN PEMBANGUNAN DALAM SEKTOR PERHUTANAN.......6

B .MASALAH KEGIATAN PEMBANGUNAN DALAM SEKTOR PERKEBUNAN......15

BAB III PENUTUP

1.     KESIMPULAN ....................................................................................................... .19

2.     SARAN ................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................21

Page 4: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Hutan dan perkebunan di Indonesia memiliki nilai ekonomi, sosial, lingkungan dan budaya bagi negara dan khususnya bagi masyarakat setempat. Jika berbagai peranan itu tidak seimbang, yang satu lebih ditekankan daripada yang lainnya, maka keberlanjutan hutan akan semakin terancam. Hal ini terlihat selama 25 tahun terakhir ini, eksploitasi sumberdaya dan tekanan pembangunan mempunyai pengaruh pada hutan dan perkebunan. Dalam buku Agenda 21 Indonesia disebutkan bahwa faktor-faktor yang menekan kerusakan hutan Indonesia, adalah:

a) pertumbuhan penduduk dan penyebarannya yang tidak merata,

b) konversi hutan untuk pengembangan pembangunan pada perkebunan dan kehutanan

c) pengabaian atau ketidaktahuan mengenai pemilikan lahan secaratradisional (adat) dan peranan hak adat dalam pemanfaatan sumberdaya alam,

d) program transmigrasi,

e)pencemaran industri dan pertanian pada hutan lahan basah, f) degradasi hutan bakau yang disebabkan oleh konversi menjadi tambak,

g) pemungutan spesies hutan secara berlebihan dan h) introduksi spesies eksotik

(UNDP & KMNLH, 1997). World Resources Institute (WRI) menempatkan masalah kerusakan hutan tropis akibat penggundulan hutan sebagai masalah lingkungan utama Indonesia (Yakin, 1997). Eksploitasi hutan yang selama ini dilakukan secara berlebihan melalui sistem hak pengusahaan hutan (HPH) dan konversi hutan untuk pengembangan pembangunan, khususnya pembangunan telah mengakibatkan kerusakan lingkungan yang sangat parah. Kerusakan hutan juga terjadi di hutan konservasi dan hutan lindung. Data yang ada memperlihatkan bahwa hutan yang mengalami rusak berat akibat sistem HPH sampai Juni 1998 seluas 16,57 juta ha (Kartodihardjo & Supriono, 1999). Luas hutan konservasi dan bekas tebangannya yang rusak serta perlu direhabilitasi sekitar 13,7 juta ha, sedangkan lahan kritis mencapai 22 juta hektar (KMM Kehutanan, 2000). Djajadiningrat (dalam UNDP & KMNLH, 1997) menyatakan bahwa 12 juta ha hutan konversi telah diubah menjadi daerah

Page 5: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

pembangunan, dan 4,8 juta ha untuk kegiatan pertambangan, sedangkan hutan konversi yang tersisa hanya 13,2 juta ha. Tingkat kerusakan hutan dan perkebunan yang tinggi mengakibatkan menurunnya daya kemampuan hutan untuk menjalankan fungsi ekologisnya sehingga dapat menimbulkan dampak pada lingkungan yang serius

2. . RUMUSAN MASALAH 1) Bagaimana dampak kegiatan pembangunan terhadap perhutanan dan perkebunan

3.     TUJUANBerdasarkan beberapa uraian diatas, maka ada beberapa tujuan yang akan diperoleh dari penyusunan makalah ini. Tujuan – tujuan tersebut antara lain :

1) Pembaca dapat mengetahui dampak kegiatan pembangunan terhadap kehutanan dan perkebunan

4.     MANFAAT

Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar – besarnya, yaitu antara lain :

2) Setelah membaca makalah ini diharapkan para pembaca mengerti ilmu tentang dampak kegiatan pembangunan terhadap kehutanan dan perkebunan

Page 6: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

BAB II PEMBAHASAN

A. MASALAH KEGIATAN PEMBANGUNAN DALAM SEKTOR PERHUTANAN

Pada hakekatnya hubungan manusia dengan alam harus seimbang, manusia sangat bergantung pada seluruh hasil dari alam. Contoh paling sederhana adalah air, jika tidak ada air di bumi ini maka tidak akan ditemukan kehidupan di dalamnya. Dalam konteks pembangunan seringkali manusia tidak memikirkan akibat yang terjadi dengan alam atau lingkungan sekitarnya. Memang dalam suatu proyek/proses pembangunan seringkali kita mengorbankan lingkungan/alam demi melancarkan proses pembangunan. Contohnya antara lain penebangan hutan, penggalian tanah dll. Serta bisa juga merugikan orang orang/penduduk yang ada di sekitar proyek tersebut. Berikut adalah contoh-contoh kerusakan/masalah yang ditimbulkan akibat pembangunan.

Pertambangan 

 

Contoh gambar di atas merupakan salah satu dampak kerusakan lingkungan yang sangat parah. Luasan tanah ratusan hektar dilubangi untuk mengambil bahan tambang dan mineral yang ada di perut bumi. Proses penambangan yang berkelanjutan seperti ini sangat disayangkan karena kerusakan yang ditimbulkan tidak dapat kembali seperti semula. Jenis jenis kerusakan/masalah yang timbul akibat lahan tambang tersebut antara lain:

Lahan bekas tambang tidak dapat dipergunakan kembali Bisa terjadi pergeseran tanah Polusi udara

Page 7: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

Ekosistem di sekitar tambang terganggu Bisa terjadi konflik antara warga dengan pekerja/petugas tambang DllAktivitas Pertambangan

Menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2010 yang dimaksud dengan pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan, Bagian Penjelasan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 disebutkan bahwa pembagian bahan-bahan galian (bahan tambang) terdiri dari:

a. Golongan bahan galian yang strategis atau golongan A berarti strategis untuk pertahanan dan keamanan serta perekonomian Negara. Seperti; minyak bumi, aspal dan lain-lain.

b. Golongan bahan galian vital atau golongan B berarti menjamin hajat hidup orang banyak seperti; emas, besi, pasir besi, dan lain-lain.

c. Golongan bahan yang tidak termasuk dalam golongan A dan B yakni; galian C yang sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat internasional, seperti nitrat, asbes, batu apung, batu kali, pasir, tras, dampal dan lain-lain

Page 8: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

(Foto-foto kerusakan akibat aktivitas pertambangan)Penebangan hutan untuk membuka lahanPenggunaan sumberdaya alam yang tidak sesuai dengan karakteristik dan dinamikanya, juga kecenderungan untuk mengabaikan eksternalitasnya sehingga sumberdaya alam dan ongkos eksploitasinya cenderung dihargai lebih rendah (under value) dapat berakibat pada kerusakan sumberdaya alam yang bersangkutan, yang apabila tidak segera dilakukan kebijakan untuk pencegahannya dapat saja menyebabkan sumberdaya tersebut terdeplesi.  Kerusakan sumberdaya hutan merupakan salah satu contoh ilustratif yang mudah kita cermati.

Pengrusakan hutan adalah semua kegiatan yang menyebabkan timbulnya kerusakan pada sumberdaya hutan baik yang disebabkan oleh api (kebakaran), bencana alam, penyakit dan juga termasuk usaha eksploitasi sumberdaya hutan secara berlebihan.

Ada beberapa indikasi yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi apakah tingkat kerusakan hutan yang berlangsung selama ini telah terlalu tinggi.  Diantaranya adalah laju pemanfaatan hutan, biaya eksploitasi (produksi) / unit, nilai kelangkaan (Royalty), elastisitas substitusi dan gejala-gejala lingkungan.

Secara umum semakin tinggi laju pemanfaatan hutan maka semakin besar pula pengurangan terhadap stok awal sumberdaya hutan yang bersangkutan.Sebagai contoh diberikan data perhitungan perubahan stok sumberdaya hutan Indonesia.  Pada tabel tersebut tampak bahwa pada tahun 1985 stok sumberdaya hutan di Indonesia telah berkurang sebanyak 94 juta meter kubik yaitu 2.845 milyar US $ (Tidak termasuk yang dipanen sebanyak 27 juta meter kubik, yaitu 1.312 milyar US $).

Page 9: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

(foto kerusakan akibat pembukaan lahan hutan)

Faktor pembangunan menjadi salah satu akibat dari pembukaan lahan hutan. Keinginan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Faktor kualitas sumber daya manusia juga dapat menentukan. Jika SDM nya sadar akan lingkungan dan alam, maka tidah akan terjadi hal hal yang meruikan tersebut. Beberapa faktor yang mendukung penebangan hutan antara lain:

Konstruksi dan bangunan

Penebangan pohon tentu untuk mencari kayu. Kayu digunakan sebagai bahan bangunan, mebel, dan produk kertas, yang pada akhirnya memiliki dampak yang besar pada kehidupan hutan. Pohon juga ditebang untuk mengakomodasi perluasan daerah perkotaan. Hal ini mengakibatkan hilangnya kawasan hutan dan deforestasi besar-besaran.

Pertanian dan peternakan

Hutan juga ditebang untuk membuka lahan untuk menanam tanaman, membangun pertanian, dan juga peternakan. Peternakan besar tentunya juga akan membutuhkan lahan yang luas.

Tujuan komersial

Beberapa penyebab lainnya adalah membersihkan hutan untuk mengeksploitasi minyak dan pertambangan dan untuk membuat jalan raya. Kebakaran hutan dapat terjadi secara alami atau dalam banyak kasus merupakan upaya yang

Page 10: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

disengaja oleh manusia untuk membersihkan hutan. Sebagian besar waktu, hutan-hutan ini dapat sembuh, tetapi biasanya lahan yang dibuka digunakan untuk keperluan konstruksi dan pertanian. Hal ini menyebabkan hilangnya hutan dan hilangnya habitat satwa liar setempat.

(pembalakan liar)

 Pencemaran limbahPencemaran limbah terjadi salah satunya dari kegiatan pembangunan/konstruksi. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

Karakteristik limbah:

Berukuran mikro Dinamis Berdampak luas (penyebarannya) Berdampak jangka panjang (antar generasi)

Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah: Volume limbah Kandungan bahan pencemar

Page 11: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

Frekuensi pembuangan limbahBerdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4

1. Limbah cair2. Limbah padat3. Limbah gas dan partikel4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:

1. pengolahan menurut tingkatan perlakuan2. pengolahan menurut karakteristik limbah

Berkurangnya lahan terbuka hijauProses pembangunan yang dilakukan secara terus-menerus dapat mengancam lahan terbuka khususnya di daerah perkotaan. Sebagaimana kita ketahui ruang terbuka hijau sulit sekali atau jarang di temukan di kota-kota di Indonesia. Hal ini dikarenakan salah satunya dari factor pembangunan dan penyalahgunaan lahan. Contoh penyalahgunaan lahan terbuka di Jakarta adalah dijadikan sebagai pemukiman penduduk, factor banyaknya kaum pendatang juga berperan penting dalam kasus ini.

Ruang terbuka hijau, selayaknya menjadi kebutuhan primer bagi warga,khususnya mereka yang tinggal di kota. Polusi yang sudah mencemari tempat tinggal, akan teratasi oleh hadirnya ruang terbuka hijau ini. Keberadaannya yang telah diatur sedemikian rupa, mestinya memberi pengaruh banyak bagi kualitas lingkungan di sekitarnya. Tereduksinya polusi air, udara, dan tanah akan menjadi sedikit dari manfaat yang didapat dengan adanya ruang terbuka hijau. Kualitas hidup yang semakin menurun karena berbagai masalah kesehatan bahkan bersumber dari permasalahan kurangnya ruang hijau untuk mengurangi bahaya pencemaran.

Page 12: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

Taman kota, menjadi salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang sangat dibutuhkan fungsinya. Selain sebagai area hijau, taman kota ,menjadi tempat rekreasi paling mudah dijangkau. Selain menyegarkan lingkungan dengan mengurangi polusi, keberadaan taman kota menjadi penting, karena juga berperan sebagai daerah resapan air hujan, khususnya di kota besar, yang semakin berkurangnya area resapan air hujan.Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) di setiap kota memiliki tiga fungsi penting yaitu ekologis, sosial-ekonomi dan evakuasi. Dalam UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan, jumlah RTH di setiap kota harus sebesar 30 persen dari luas kota tersebut. Fungsi ekologis RTH yaitu dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara dan pengatur iklim mikro. Fungsi lainnya yaitu sosial-ekonomi untuk memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi dan sebagai tetenger (landmark) kota.

 

Pemanasan globalDunia sedang berada dalam ancaman pemanasan global” demikian kata senator Amerika, Al Gore. Ancaman pemanasan global melibatkan banyak faktor yang saling berhubungan. Demikian juga dengan perkembangan proyek konstruksi. Proyek konstruksi dianggap memiliki peran besar terhadap perubahan lingkungan di permukaan bumi ini, dimulai dari tahap konstruksi hingga tahap operasional tidak dapat terhindar dari pemanfaatan sumber daya alam yang jumlahnya semakin terbatas. Dampak lain yang timbul dari penggunaan fasilitas bangunan serta pemilihan material bangunan yang terkait dengan peningkatan suhu di bumi. Melihat dari peningkatan pemanasan global yang semakin memprihatinkan ini sudah saatnya proyek konstruksi perlu dikelola untuk

Page 13: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

mengantisipasi agar tidak terjadi kerusakan lingkungan alam yang semakin parah. Keadaan inipun juga telah didukung dan dilindungi melalui peraturan-peraturan perundangan baik dalam skala lokal,nasional maupun internasional.

Sebaliknya, secara langsung pemanasan global juga berpengaruh pada kegiatan konstruksi. Pengaruh yang bisa dirasakan secara langsung dalam pekerjaan konstruksi salah satunya misalnya kendala cuaca. Cuaca yang sering berubah-ubah secara umum bisa menganggu proses konstruksi yang sedang berlangsung. Misalnya pada saat terjadi banjir, pengiriman logistik akan terganggu. Logistik yang tidak tepat waktu sampai di lokasi proyek akan menyebabkan waktu pengerjaan juga terganggu. Demikian juga pada saat pengerjaan, ketika prediksi waktu hujan dan kering yang berubah secara tidak langsung akan mempengaruhi waktu pengerjaan. Misalnya dalam skala kecil pengerjaan cor-coran, hujan akan membuat umur beton coran menjadi lama karena menunggu kering.

Pemanasan global terjadi ketika ada konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal dengan gas rumah kaca, yang terus bertambah di udara, Hal tersebut disebabkan oleh tindakan manusia, kegiatan industri, khususnya karbondiksida (CO2) dan chlorofluorocarbon (CFC). Yang terutama adalah karbon dioksida, yang umumnya dihasilkan oleh penggunaan batubara, minyak bumi, gas dan penggundulan hutan serta pembakaran hutan. Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri, sedangkan emisi metan disebabkan oleh aktivitas industri dan pertanian. Karbon dioksida, chlorofluorocarbon, metan, asam nitrat adalah gas-gas polutif yang terakumulasi di udara dan menyaring banyak panas dari matahari. Sementara lautan dan vegetasi menangkap banyak CO2, kemampuannya untuk menjadi “atap” sekarang berlebihan akibat emisi. Ini berarti bahwa setiap tahun, jumlah akumulatif dari gas rumah kaca yang berada di udara bertambah dan itu berarti mempercepat pemanasan global.

Page 14: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

Edwin dalam http://www.ristek.go.id (2007) mengatakan bahwa pemanasan global ditandai dengan dua hal yaitu meningkatnya suhu muka bumi dan naiknya permukaan laut. Selain disebabkan faktor alam, pemicu utama pemanasan global terjadi karena ulah manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil (batu bara, minyak bumi, dan gas alam) yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya ke atmosfer yang dikenal dengan gas efek rumah kaca, yang seharusnya energi matahari dibuang atau dipantulkan ke angkasa malah disimpan di bumi. Ia mengatakan bahwa suhu permukaan bumi naik rata-rata 3°C per 100 tahun dan permukaan laut naik 3 cm per 100 tahun. Jika hal ini terus berkelanjutan maka bisa dipastikan bahwa bumi akan dilanda oleh kemarau yang berkepanjangan.Konstruksi Berkelanjutan

Konstruksi berkelanjutan merupakan proses konstruksi yang menggunakan metode atau konsep, bahan bangunan yang tepat, efisien dan ramah lingkungan di bidang konstruksi. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai respon dalam penanganan pemanasan global. Dukungan diperlukan di bidang konstruksi adalah penerapan teknologi. Setiap proyek konstruksi membutuhkan berbagai sumberdaya proyek yang tidak dapat ditinggalkan, diantaranya adalah: bahan bangunan, metoda, alat, pekerja, uang. Kelima sumberdaya proyek yang tidak secara langsung mempengaruhi dalam implementasi proyek pembangunan berkelanjutan adalah uang, sedangkan empat lainnya berpengaruh langsung.

Dalam merencanakan dan merealisasikan pembangunan berkelanjutan diperlukan totalitas dari tim proyek dengan cara:

(a) memperbaiki sistem perpindahan dan penyimpanan material serta mengurangi sisa material konstruksi;

(b) mendaur ulang material seperti top soil, aspal, beton untuk bangunan baru;

(c) menyiapkan persyaratan tata cara instalasi produk dan material untuk mengantisipasi terjadinya permasalahan kualitas udara;

(d) memberikan pelatihan yang intensif kepada subkontraktor tentang manajemen sisa konstruksi;

(e) memperhatikan tingkat kelembaban pada berbagai aspek pada saat tahap konstruksi;

Page 15: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

(f) memperhatikan kekerasan tanah pada lokasi pekerjaan untuk menjamin tidak terjadinya erosi dan sedimentasi;

(g) meminimalkan pengaruh tahap konstruksi, seperti pemadatan dan perusakan pepohonan dalam lokasi pekerjaan.

B .MASALAH KEGIATAN PEMBANGUNAN DALAM SEKTOR PERKEBUNAN

Penyerobotan Tanah Penduduk Setempat:

Seperti terjadi pada kasus PT Nauli Sawit, pengadaan tanah untuk korporasi perkebunan kelapa sawit sering kali dimulai dengan penyerobotan tanah rakyat. Jumlah “ganti rugi” bagi pemilik tanah sebelumnya sangat merugikan rakyat setempat, sehingga meninggalkan kebencian rakyat setempat terhadap pemilik-pemilik baru yang jauh lebih kuat.

Kebencian rakyat setempat dapat disembunyikan selama masa kediktatoran Soeharto, namun siap meledak setelah kejatuhan sang diktator. Setahun sesudah lengsernya sang diktator, masyarakat di seputar perkebunan PT Socfindo Seunagan di Kec. Kuala, Kab. Nagan Raya (dahulu bagian dari Kab. Aceh Barat) berdemo di depan rumah Administrator perkebunan di sebelah barat bandara Tjut Nyak Dhien, kemudian membakar rumah itu. Beberapa rumah Asisten di dekatnya ikut terbakar. Letupan kemarahan itu mencerminkan kebencian rakyat sepuluh desa yang bermukim di lahan hak guna usaha (HGU) perkebunan bermodal Belgia itu. Tampaknya mereka tidak lupa bagaimana perluasan perkebunan itu di tahun 1960-an melibatkan kekerasan polisi dan militer.

Tergusurnya Plasma Nuftah & Budaya-Budaya Lokal:

Kawasan-kawasan yang sudah, atau mau ditanami kelapa sawit, harus dibersihkan dari tanaman atau tetumbuhan setempat. Berarti, jenis-jenis palma lain yang sudah membudaya, seperti kelapa di Sulawesi dan Merauke, Papua, serta pinang di pesisir timur NAD, harus ditebang untuk diganti dengan sawit. Sedangkan di daerah perbukitan, sawit akan menggusur flora lokal yang besar manfaatnya bagi rakyat setempat, seperti cemara, kemenyan (haminjon), dan banyak pohon buah, seperti durian, nangka, dan sukun.

Tergusurnya plasma nutfah setempat tidak hanya menimbulkan erosi gizi, tapi juga erosi budaya. Dalam sistem ekologi tradisional suku Marind di Kab. Merauke, setiap marga punya tanggungjawab tradisional untuk menjaga kelestarian flora atau fauna tertentu. Marga Gebze, punya tanggungjawab menjaga kelestarian kelapa. Mahuze, menjaga kelestarian sagu dan anjing; Basik-basik, menjaga kelestarian babi hutan; Samkakai, menjaga kelestarian kanguru; Balagaize, menjaga kelestarian buaya; Kaize, menjaga kelestarian kayi, sejenis

Page 16: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

burung kasuari; Ndiken, menjaga kelestaran burung ndik; dan Yolmen, menjaga kelestarian burung elang. Makanya, proyek MIFE (Merauke Integrated Food and Energy) untuk membuka perkebunan sawit, ekaliptus, dan padi secara besar-besaran, dapat memotong basis kultural suku Marind. Khususnya rencana kelompok Sinar Mas untuk menanam sawit di Kab. Merauke, serta kelompok Korindo, yang ingin melebarkan sayap dari Kab. Boven Digoel ke Kab. Merauke juga.

Orang Batak Toba, juga punya ikatan kultural dengan flora tertentu, misalnya dengan pohon enau (bagot) penghasil nira, untuk membuat tuak. Pembabatan pohon enau untuk digantikan dengan kelapa sawit, dapat menurunkan penyadapan nira. Hal ini dapat mengurangi frekuensi para lelaki ber-lisoi-lisoi, tapi tidak tertutup kemungkinan miras lokal akan digantikan oleh miras pabrik, bahkan oleh miras impor.

Sementara itu, pembukaan hutan dan pembakaran semak belukar di awal penanaman kembali yang memicu kebakaran besar di Sumatera dan Kalimantan, telah menggugah kepedulian para konsumen di Eropa, karena kelestarian orang utan jadi terancam. Sampai-sampai Unilever, maskapai raksasa Belanda yang banyak mengimpor minyak kelapa sawit dari Indonesia, memutuskan kontraknya dengan Sinar Mas. Ini bermula dari kampanye Greenpeace bertema Burning Up Borneo, yang menggugah para konsumen Unilever. Peristiwa ini mendorong Derom Bangun, ketua umum GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), turun tangan menjalankan operasi damage control terhadap Unilever (Bangun 2010: 23-32).

Selain oleh Unilever, boikot terhadap CPO Indonesia juga dilakukan oleh Nestle dan Kraft, karena pengusaha-pengusaha Indonesia dianggap telah melanggar prinsip pengelolaan sawit lestari sesuai kaidah-kaidah RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) (Investor, Feb. 2011: 53).

Juga, selain terhadap Sinar Mas, boikot Unilever juga dilakukan terhadap PT Dutapalma Nusantara (Darmex Group), dengan perkebunan sawit seluas 11,2 ribu hektar di Indragiri Hulu, Riau. Hal ini pasti sampai bergema ke Cikeas, sebab presiden komisaris (preskom) perusahaan ini, MayJen (Purn) Sardan Marbun, adalah putra Humbahas, Sumut, yang pernah jadi sekretaris militer SBY, dan juga menjadi preskom anggota Darmex Group yang lain, yakni PT Wana Jingga Timur, yang menguasai 4136 hektar kebun sawit di Riau (Bangun 2010: 25; CIC 2007: D32-D33, J14-J15, W4-W5; Investor, Feb. 2011: 53).

Selain mengganggu habitat orang utan, perkebunan-perkebunan sawit di Sumatera terbukti juga mengganggu habitat gajah dan harimau Sumatera, yang pada gilirannya membahayakan penduduk desa di kawasan sekitar perkebunan sawit. Contohnya, konflik segitiga antara penduduk, perusahaan perkebunan sawit (PTPN III dan PT Torganda) dan kawanan gajah di Desa Sigajah-gajah, Kec. Torgamba, Kab. Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara (Lentera & Bakumsu 2010).

Persaingan Dengan Sumber-Sumber Pangan Lokal:

Page 17: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

Penggunaan minyak sawit untuk bahan bakar minyak alternatif juga mendorong perluasan perkebunan, yang memperparah perambahan hutan. Ini selanjutnya dipengaruhi dua faktor: satu, ancaman akan konversi lahan tanaman pangan menjadi perkebunan sawit; dua, meningkatnya kebutuhan bahan bakar minyak sehingga perlu dilakukannya penananaman kelapa sawit. Kedua hal ini memungkinkan kenaikan harga-harga pangan sebagai bahan pokok. Berbagai sumber pangan lokal jelas-jelas terancam oleh ekspansi sawit, terutama anggota-anggota keluarga palma yang lain, seperti kelapa, pinang, dan sagu. Masalah ini sangat mencemaskan di Tanah Mori di Sulawesi Tengah dan di Tanah Papua, di mana sagu sebagai makanan pokok bisa terganggu oleh ekspansi perkebunan kelapa sawit kelompok Sinar Mas.

Pemanasan Global Karena Pelepasan Gas-Gas Rumah Kaca:

Seperti yang telah disinggung di depan, kelapa sawit hanya mampu menyerap 180 ton gas karbon mono-oksida, sedangkan gas karbon mono-oksida yang dikeluarkannya hampir tiga sampai tujuh kali lipat, atau 625 sampai 1357 ton. Sekarang bayangkan saja, berapa banyak pohon sawit terdapat di seluruh areal perkebunan kelapa sawit di seluruh Nusantara, yang berjumlah 7,32 juta hektar, yang merupakan porsi terluas dari seluruh perkebunan sawit di dunia yang total luasnya 12 juta hektar (Bangun 2010: xiii, 18; Ghani 2011).

Jadi bayangkan saja, berapa juta ton gas karbon mono-oksida merupakan “kontribusi” industri sawit di Nusantara. Kalau setiap hektar kebun sawit ditanami 143 batang pohon seperti di India (Kallarackal, Jeyakumar & George 2004: 46), maka 7,2 juta hektar dapat ditanami 1.029.600.000 atau lebih dari 1 milyar pohon. Maka seluruh areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dapat menyemprotkan 625 sampai 1.357 milyar ton gas karbon mono-oksida ke udara!!!

Pengurasan Air Tanah & Pencemaran Air Permukaan:

Perkebunan kelapa sawit, sangat mengganggu persediaan air tanah untuk tanaman lain, di luar kebun sawit, sebab pengurasan air tanah oleh perkebunan sawit sangat banyak. Satu batang pohon kelapa sawit, menyedot 20 sampai 40 liter sehari, dan dapat menyedot air sampai kedalaman 5,2 meter, seperti diamati di Pantai Gading, Afrika Barat (Kallarackal, Jeyakumar & George 2004: 52). Lalu, bagaimana dampak satu milyar batang pohon kelapa sawit, terhadap tata air tanah di sekitarnya???

Yang jelas, banyak penduduk di sekitar kawasan perkebunan mengeluh bahwa sungai di kampung mereka telah berkurang derasnya, bahkan mengering, dan kotor airnya, setelah bertetangga dengan perkebunan sawit. Air sumur mereka semakin dalam, seperti yang dialami penduduk di daerah Sanggau, Kalbar, serta frekuensi dan intensitas banjir semakin meningkat, seperti terjadi di bagian timur dan selatan Aceh dan daerah tetangga di provinsi Sumut, setelah masuknya perkebunan-perkebunan sawit di daerah-daerah itu (Marti 2008: 94-101).

Page 18: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

Eksploitasi Buruh, khususnya Buruh Perempuan:

Walaupun saya cantumkan ini yang terakhir, tidak berarti masalah ini tidak penting. Malah sebaliknya, kalau masalah-masalah di atas lebih bersifat makro dan punya dampak bagi orang banyak, malah sedunia, masalah perburuhan adalah apa yang sehari-hari terjadi di kebun sawit dan kilang pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO).

Dari pengamatan Sus Yanti Kamil, mantan deputi direktur WALHI Sulawesi Tenggara (Sultra) di di perkebunan PTPN XIV, PT Sultra Prima Lestari, PTCelebes Agro Lestari, dan PT Damai Jaya Lestari seluas ribuan hektar di Kab. Konawe Utara di Sultra ada dua dimensi utama eksploitasi buruh perempuan, yakni (a) lemahnya perlindungan dan jaminan ketenagakerjaan buruh perempuan; dan (b) beban ganda dan pelabelan yang dialami buruh perempuan. Pelabelan yang dimaksud adalah alpanya pemberian cuti haid dan cuti melahirkan serta tidak tersedianya toilet bagi buruh perempuan, maupun buruh pada umumnya. Juga, buruh perempuan mendapatkan tugas-tugas sama seperti buruh laki-laki, seperti pembersihan semak belukar (land clearing), bahkan dalam keadaan haid dan hamil sekalipun, yang sangat berisiko terhadap kesehatan reproduksi mereka (Kamil 2010).

Eksploitas buruh, dan khususnya eksploitasi buruh perempuan selama Orde Baru dan sesudahnya, ikut difasilitasi oleh penindasan kebebasan dan hak-hak buruh yang dimulai sejak lahirnya rezim kediktatoran Jenderal Soeharto, dengan pembantaian ratusan ribu buruh, dengan dalih terlibat dalam organisasi buruh serikat organisasi buruh seluruh Indonesia (SOBSI) yang bernaung di bawah PKI. Khusus di Sumatera Utara, penindasan buruh perkebunan dirintis tahun 1966, dipicu oleh konflik antara buruh perkebunan dan petani yang menuntut haknya, di mana perusahaan-perusahaan perkebunan dilindungi oleh tentara, yang meletus dalam konflik berdarah di Bandar Betsy di Kabupaten Simalungun. Pembantaian ratusan buruh tani dan petani tak bertanah di Bandar Betsy, seperti di tempat-tempat lain di Jawa dan Bali, bercampur baur dengan pembunuhan-pembunuhan terhadap orang sekampung, yang sama sekali bukan anggota ormas-ormas progresif, seperti SOBSI dan ormas tani, BTI.

Penumpasan kebebasan berserikat dan hak-hak buruh ini, yang di sektor perkebunan tadinya sangat kuat di era Bung Karno (lihat Hasibuan 1968), kemudian menjadi pembuka jalan masuknya maskapai-maskapai perkebunan, di mana komoditi perkebunan berangsur-angsur diganti dari tembakau dan karet, ke kelapa sawit, demi memenuhi permintaan pasar internasional

Simpulan Untuk memecahkan permasalahan tumpang tindih ketiga sector ini diperlukan rekalkulasi ulang secra teknis antara pembangunan , kehutanan dan perkebunan sehingga ada solusi teknis secara keruangan

Page 19: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

diantara ketiganya.Perbaikan dan penyesuaian kebijakan yang berkaitan diantaranya sehingga ada kejelasan dan kepastian hukum dan peraturan tata ruang terutama mengenai pembangunandi kawasan lindung yang secara teknis “tidak mungkin” dilakukan

DAFTAR PUSTAKADepartemen Kehutanan RI. 1999. UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Jakarta: Departemen Kehutanan RI.

Dinas Perkebunan Propinsi Riau., 2003, Laporan Tahunan. Pekanbaru: Dinas

Page 20: MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Tentang Dampak Pembangunan Terhadap Kehutanan Dan Perkebunan

Perkebunan Propinsi Riau, Pekanbaru.

S. Mangoensoekarjo . Manajemen Tanahd a n P e m u p u k a n B u d i d a y a P e r k e b u n a n , G a j a h M a d a U n i v e r s i t y P r e s s . Yogyakarta

Kasiyanto M.J.1996. Masalah dan Strategi Pembangunan Indonesia. PT. Pustaka Pembangunan swadaya Nusantara Jakarta. Cetakan-1

http://ngember.blogspot.com/2014/02/dampak-positif-dan-negatif-pembangunan.html

http://runasa.blogspot.com/2012/12/makalah-dampak-pembangunan-terhadap.html

http://www.academia.edu/5513264/DAMPAK_PEMBANGUNAN_PERKEBUNAN_KARET-RAKYAT_TERHADAP_KEHIDUPAN_PETANI_DI_RIAU