Upload
ria-khoiria
View
656
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Peran dan fungsi seorang guru
Citation preview
Makalah Peran dan Fungsi GuruREP | 27 April 2012 | 11:11 Dibaca: 527 Komentar: 0 Nihil
MAKALAH PROFESI PENDIDIKANPERAN DAN FUNGSI GURUDisusun untuk memenuhi Tugas Profesi PendidikanDosen Pengampu : Drs. Said Alhadi, M.PdDisusun oleh :
Nama : Fatah AhmadiFak./Prodi : FKIP/Pend.EnglishNIM : 09004212UNIVERSITAS AHMAD DAHLANPERGURUAN TINGGI MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAJL. Pramuka 42, Sidikan Telp. ( 0274 ) 371120YOGYAKARTAE-mail : [email protected] site : www.uad.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga pada akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan Makalah Profesi Pendidikan ini dengan baik.Pembuatan tugas ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Profesi Pendidikan yang diberikan oleh dosen Drs. Said Alhadi, M.Pd dengan judul peran dan fungsi guru.Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Maka dengan segala kerendahan saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun kesempurnaan pembuatan tugas profesi pendidikan ini.Bila ada susunan isi maupun penulisan yang tidak sempurna saya mohon maaf. Semoga makalah ini bermanfaat.Amien.
Wasalamu’alaikum wr.wb.Yogyakarta, 23 Desember 2010PenyusunFatah Ahmadi
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL
KATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB. I PENDAHULUANA. Latar BelakangB. Maksud dan Tujuan
BAB. II PEMBAHASANA. Peran guru dalam pembelajaranB. Masalah yang munculC. Peran dan fungsi guru
BAB III PENUTUPA. KesimpulanDAFTAR PUSTAKA
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah guru pada saat ini mengalami penciutan makna. Guru adalah orang yang mengajar di sekolah. Orang yang bertindak seperti guru seandainya di berada di suatu lembaga kursus atau pelatihan tidak disebut guru, tetapi tutor atau pelatih. Padahal mereka itu tetap saja bertindak seperti guru. Mengajarkan hal-hal baru pada peserta didik.Terlepas dari penciutan makna, peran guru dari dulu sampai sekarang tetap sangat diperlukan. Dialah yang membantu manusia untuk menemukan siapa dirinya, ke mana manusia akan pergi dan apa yang harus manusia lakukan di dunia. Manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya memerlukan bantuan orang lain, sejak lahir sampai meninggal. Orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah dengan harapan guru dapat mendidiknya menjadi manusia yang dapat berkembang optimal.Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individu, karena antara satu perserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Mungkin kita masih ingat ketika masih duduk di kelas I SD, gurulah yang pertama kali membantu memegang pensil untuk menulis, ia memegang satu persatu tangan siswanya dan membantu menulis secara benar. Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggungjawab terhadap setiap perbuatannya. Guru juga bertindak bagai pembantu ketika ada peserta didik yang buang air kecil, atau muntah di kelas, bahkan ketika ada yang buang air besar di celana. Guru-lah yang menggendong peserta
didik ketika jatuh atau berkelahi dengan temannya, menjadi perawat, dan lain-lain yang sangat menuntut kesabaran, kreatifitas dan profesionalisme.Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara dan bangsa.
B. Maksud dan TujuanLaporan Tugas ini mempunyai maksud dan tujuan untuk :1. Mengetahui latar belakang peranan dan fungsi seorang guru.2. Dapat mengelola dan memahami materi yang telah disampaikan oleh Dosen Drs. Said Alhadi, M.Pd3. Memberikan gambaran kepada kita (calon guru) kedepannya nanti agar mengetahui peran dan fungsi guru.BAB IIPEMBAHASANA. Peran Guru dalam pembelajaranSeorang Guru harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, professional dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai :1. Orang tua, yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.2. Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.3. Fasilitator, yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain secara wajar.7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya.8. Mengembangkan kreativitas.9. Menjadi pembantu ketika diperlukan.Demikian beberapa peran yang harus dijalani seorang guru dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh para siswanya.B. Masalah yang munculSaat ini permasalahan yang menimpa bidang pendidikan sangat beragam dan tergolong berat. Mulai dari sarana dan prasarana pendidikan, tenaga pengajar yang kurang, serta tenaga pengajar yang belum kompeten.
Kondisi sekolah yang memprihatinkan, ruang kelas bocor bila hujan dan sebagian sekolah ambruk. Maka tidaklah aneh kalau kondisi pendidikan kita jauh dari harapan.Salah satu permasalahan yang menimpa dunia pendidikan adalah kompetensi guru. Guru yang harusnya memiliki kompetensi sesuai ketentuan dan kebutuhan, nyatanya hanya sedikit yang masuk kategori tersebut. Sisanya sungguh memprihatinkan. Program sertifikasi guru yang sekarang sedang digalakkan adalah salah satu bagian dari usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.Program sertifikasi guru merupakan program yang menyentuh langsung kompetensi guru. Salah satu kriterianya yaitu menilai kemampuan guru dari segi kreatifitas dan inovasi dalam pembelajaran. Diharapkan guru dapat melakukan pembelajaran yang dapat menghantarkan siswa ke arah sikap kreatif dan inovatif serta trampil. Kondisi tersebut harus dimulai dari gurunya sendiri.Sebagai contoh derasnya informasi serta cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas utama guru yang disebut “mengajar”. Masih perlukah guru mengajar di kelas seorang diri, menginformasikan, menjelaskan dan menerangkan? Permasalahan lain akibat derasnya informasi dan munculnya teknologi baru adalah kesiapan guru untuk mengikuti perkembangan tersebut. Seorang guru dituntut harus serba tahu bila tidak tahu guru harus berkata jujur “Saya tidak tahu”. Namun kalau terlalu sering guru berkata demikian alangkah naifnya guru tersebut. Seyogyanya dia terus mencari tahu, belajar terus sepanjang hayat, memanfaatkan teknologi yang ada.Di masyarakat, seorang guru diamati dan dinilai masyarakat, di sekolah dinilai oleh murid dan teman sejawatnya serta atasannya. Peran apakah yang harus dilakoni seorang guru supaya penilaian mereka positif? Suatu pertanyaan -yang menjadi salah satu permasalahan- yang sekarang muncul di masyarakat.Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk dapat membentuk kompetensi dan kualitas pribadi anak didiknya. Untuk mencapai hal demikian timbul pertanyaan, sebenarnya peran apa saja yang harus dimiliki oleh seorang guru sehingga anak didik bisa berkembang optimal? Cukupkah peran guru seperti yang telah disampaikan di atas ataukah ada peran lain yang harus dilakoni seorang guru ?Beragam pertanyaan tadi dapat menyebabkan beban mental bagi seorang calon guru ataupun guru yang sudah lama mengabdi. Apakah saya mampu menjadi guru yang ideal? Peran apa yang harus saya lakoni untuk menjadi guru yang ideal? Demikian pertanyaan yang timbul dalam hati seorang guru yang berniat mengabdikan sisa hidupnya di dunia pendidikan.Pertanyaan tersebut sebelumnya telah menggugah sejumlah pengamat dan ahli pendidikan. Mereka telah meneliti peran-peran apa yang harus dimiliki seorang guru supaya tergolong kompeten dalam pembelajaran
maupun pergaulan di masyarakat.C. Peran dan Fungsi GuruPara pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :1. Guru Sebagai PendidikGuru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Peran guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.2. Guru Sebagai PengajarPeranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan.Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
3. Guru Sebagai PembimbingGuru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut
fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut.Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai. Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.
4. Guru sebagai PemimpinGuru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru menjadi pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.
5. Guru sebagai pengelola pembelajaranGuru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu ,guru juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
6. Guru Sebagai Model dan TeladanGuru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis, Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umumPerilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri.Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.7. Sebagai anggota masyarakat
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkandapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapatmengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya. Guru
perlu juga memilikikemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melaluikegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebabkalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisaditerima oleh masyarakat.8. Guru sebagai administrator
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Guru akan dihadapkan pada berbagai tugas administrasi di sekolah. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
9. Guru Sebagai PenasehatGuru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.10. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan.Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
11. Guru Sebagai Pendorong KreatifitasKreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan
guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
12. Guru Sebagai EmansipatorDengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.
13. Guru Sebagai EvaluatorEvaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
14. Guru Sebagai KulminatorGuru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator.Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru
mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.BAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan
Seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Kita mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.
Salah satu dari sekian banyak dampak ketika tidak terlaksananya peran dan fungsi guru secara maksimal misalnya, tidak terbinanya akhlak dan moral siswa. Beberapa kebiasaan buruk siswa seperti tidak berlaku disiplin dari berbagai peraturan yang telah disepakati bersama, malas, kurang berlaku sopan dan sebagainya, hal itu berarti tugas guru sebagai pendidik belum maksimal. Tugas mengajar mungkin sudah terlaksana dengan baik, tapi tugas mendidik? Karena itu, beberapa peran dan tugas guru di atas merupakan sebuah keharusan untuk diimplementasikan walaupun memerlukan pemikiran dan pengorbanan yang lebih banyak. Dengan cara ini barangkali barulah guru dapat dikatakan sebagai sebuah profesi, dimana guru mampu memberikan solusi terbaik dari berbagai masalah yang dialami kliennya.
Hubungannya dengan sertifikasi guru, yaitu dengan adanya peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru maka beberapa peran dan tugas guru yang telah diuraikan di atas kemungkinan dapat diimplementasikan. Apa pasal? Dulu, salah satu alasan guru tidak mampu melaksanakan peran dan tugasnya secara masimal karena persoalan kurangnya pendapatan/gaji. Maka dengan kebijakan baru pemerintah yakni sertifikasi guru, maka harapan kita ke depan guru mau dan mampu memaksimalkan peran dan tugasnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. http:/profesipend/PerananGuruDalamPendidikan.htm
2. http://ElagustinaWeblog.htm
3. Prof. Mohammad Surya dan Prof. Abin Syamsuddin Makmun
Share
Laporkan Tanggapi Beri Nilaioooo
KOMENTAR BERDASARKAN :
Tulis Tanggapan Andahttp://edukasi.kompasiana.com/2012/04/27/makalah-peran-dan-fungsi-guru/
PERAN GURU WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga. Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada. Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila. Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan
TANGGAL
kemampuannya lebih lanjut. Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan. Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental. Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya. Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik. http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_154.html
MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
NAMA : BAEHAQI ALANAWA
NO REG: 5215097021
PRODI : PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan Konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada
individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Menurut Sertzer dan Stone,
bimbingan merupakan proses membantu orang perorangan untuk memahami dirinya sendiri dan
lingkungan hidupnya. Sedangkan konseling sendiri berasal dari kata latin “Consilum” yang berarti
“dengan” atau “bersama” dan “mengambil atau “memegang”. Maka dapat dirumuskan sebagai
memegang atau mengambil bersama.’
Pada bimbingan dan konseling di Indonesia, pelayanan konseling dalam sistem pendidikan
Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan
dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan
Konseling (BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak
tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan kurikulum 1975.
Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir
didalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001 dan sampai saat ini terus
berkembang
Pada bimbingan dan konseling di Dunia Internasional Sampai awal abad ke-20 belum ada
konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani oleh para
guru. Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri dan
keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun 1898 Jesse B.
Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di
SMA. Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut. Pada waktu yang
sama para ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper, Frank
Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers.
Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku tentang “memilih suatu karir” dan membentuk
komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah di New York. Kamite tersebut bergerak untuk
membantu para pemuda dalam menemukan kemampuan-kemampuan dan belajar tentang
bimbingan menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang pekerja
yang produktif.
Frank Parson dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in American Education”.
Mendirikan biro pekerjaan tahun 1908 di Boston Massachussets, yang bertujuan membantu pemuda
dalam memilih karir uang didasarkan atas proses seleksi secara ilmiyah dan melatih guru untuk
memberikan pelayanan sebagai koselor.
Bimbingan dan konseling yang dahulu dikenal dengan nama Bimbingan dan Penyuluhan
(Guideance and Conseling), merupakan bagian tak terpisahkan dari sebuah sistem pendidikan.
Sebagai sebuah sistem, kehadirannya diperlukan dalam upaya pembimbingan sikap perilaku siswa
terutama dalam menghadapi perubahan-perubahan dirinya dari anak-anak menuju jenjang usia yang
lebih dewasa.
Pada kenyataannya, bimbingan dan konseling ini menjadi sebuah simbol yang sering tidak
berfungsi secara optimal. Pada hampir semua sekolah, fungsi bimbingan dan konseling hanya
muncul jika seorang siswa menghadapi permasalahan yang memang krusial, seperti perkelahian,
penyalahgunaan obat terlarang, kenakalan-kenakalan di luar batas, serta hal-hal lain yang berada di
luar batas kewajaran. Akibatnya, bimbingan dan konseling dalam pandangan siswa menjadi
semacam ”polisi sekolah” yang akan bertindak jika siswa melanggar tata tertib sekolah. Di sisi lain,
warga sekolah lainnya seperti kepala sekolah, guru-guru, dan para staf sekolah lain selalu menunjuk
guru bimbingan dan konseling jika didapati adanya siswa yang memiliki permasalahan atau terlibat
kasus tertentu.
Terlepas dari predikat guru bimbingan dan konseling, pada dasarnya guru adalah jabatan
profesional yang harus dipertanggungjawabkan secara profesional pula. Guru adalah jabatan yang
memerlukan keahlian khusus. Sikap, perilaku dan pemikiran seorang guru harus tercermin dalam
idealismenya. Oleh karena itu, pemahaman atas jabatan guru penting artinya dalam rangka
mengabdikan dirinya terhadap nusa, bangsa dan negara. Jenis pekerjaan ini seharusnya tidak dapat
dilakukan oleh sembarang orang di luar lingkup pendidikan. Demikian pula halnya dengan jabatan
fungsional guru bimbingan dan konseling yang sesungguhnya hanya dapat dilaksanakan secara
optimal oleh mereka yang memang memiliki latar belakang kependidikan seperti itu. Jika suatu
jabatan fungsional dilakukan oleh orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan dan
keprofesian yang benar, maka sangat besar kemungkinannya terjadi penyimpangan peri-laku,
penyimpangan kegiatan, dan penyimpangan penafsiran di luar batas kewajaran yang seharusnya.
Itulah yang terjadi dalam ruang lingkup bimbingan dan konseling di tingkat sekolah dasar pada
dewasa ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Definisi Bimbingan
Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan dan konseling
memberikan pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian, pengertian yang mereka
sajikan memiliki satu kesamaan arti bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian
bantuan.
Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan
kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan
diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi
hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Hal senada juga
dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004: 99), Bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa
orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing
dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan
kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma
yang berlaku.
Sementara Bimo Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan
atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam
menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai
kesejahteraan dalam kehidupannya. Chiskolm dalam McDaniel, dalam Prayitno dan Erman
Amti (1994: 94), mengungkapkan bahwa bimbingan diadakan dalam rangka membantu
setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “Guidance” berasal dari kata
kerja “to guide” yang mempunyai arti “menunjukan, membimbing, menuntun, ataupun membantu”.
Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau
tuntunan.
Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year’s Book of Education 1955,
yang_menyatakan:
“Guidance is process of helping individual through their own effort to discover and develop their
potentialities both for personal happiness and social usefulness.”
“Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usaha sendiri untuk menentukan dan
mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.”
Definisi Konseling
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua
orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus
yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk
memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan
yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk
kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana
memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
(Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).
Istilah konseling berasal dari bahasa Inggris “to counsel” yang secara etimologis berarti “to give
advice” (Homby: 1958:246) atau memberi saran dan nasihat.
Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan dimana proses pemberian
bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap
muka antara guru/konselor dengan klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik
terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahakn dirinya
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat
mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan
profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya
bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari
dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan
terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi
dirinya.
Dari semua pendapat di atas dapat dirumuskan dengan singkat bahwa Bimbingan
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang
mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah
yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana
yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri
untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa
depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.
Tujuan Bimbingan dan Konseling
Dalam hubungan ini pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa “dalam rangka
upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa
depan”. (Prayitno. 1997:23). Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, ditujukan agar peserta
didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan
dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Sebagai manusia yang normal di dalam
setiap diri individu selain memiliki hal-hal yang positif tentu ada yang negatif. Pribadi yang sehat
ialah apabila ia mampu menerima dirinya sebagaimana adanya dan mampu mewujudkan hal-hal
positif sehubungan dengan penerimaan dirinya itu. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan
ditujukan agar peserta mengenal lingkungannya secara objektif, baik lingkungan sosial dan ekonomi,
lingkungan budaya yang sangat sarat dengan nliai-nilai dan norma-norma, maupun lingkungan fisik
dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula.
Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan ditujukan agar peserta didik
mampu mempertimbangkan dan mengabil keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang
menyangkkut bidang pendidikan, bidnag karir, maupun bidnag budaya, keluarga dan masyarakat
(Prayito, 1998: 24). Melalui perencanaan masa depan ini individu diharapkan mampu mawujudkan
dirinya sendiri dengan bakat, minat, intelegensi dan kemungkinan-kemungkinan yang dimilikinya.
Dan perlu pula diingat bahwa diri haruslah sejalan dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat. Apabila kemampuan mewujudkan diri ini benar-benar telah ada pada diri
seseorang, maka akan mampu berdiri sendiri sebagai pribadi yang mandiri, bebas dan mantap.
B. Asas Bimbingan Konseling
Penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling selain dimuati oleh
fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu, juga dituntut untuk memenuhi sejumlah asas
bimbingan. Pemenuhan asas-asas bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan dan lebih
menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat
atau bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.
Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini sehingga dikatakan sebagai jiwa dan nafas
dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas ini tidak dijalankan
dengan baik, maka penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalan tersendat-sendat atau
bahkan terhenti sama sekali.
Asas- asas bimbingan dan konseling tersebut adalah :
1. Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data
dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau
keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru
pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan
itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin,
2. Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta
didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru
Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti
itu.
3. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi
sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan
keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi
dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor)
berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar peserta didik (klien)
mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak
berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan
kekarelaan.
4. Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran
layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru
Pembimbing (konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif
dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
5. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan
konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan
konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri
sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan
diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor) hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan
bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.
6. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan
konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi
sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki
keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang.
7. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan
(peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang
serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke
waktu.
8. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain,
saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi
dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting
dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum,
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku.
Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus
dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati dan
mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para
pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang
benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing
(konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang
lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua,
guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat
mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam
lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
12. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan
konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa
aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta
kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.
C. Jenis Bimbingan dan Konseling
Jenis – jenis bimbingan di bedakan menjadi tiga, yaitu :
1.Bimbingan Pendidikan (Educational Guidance)
Dalam hal ini bantuan yang dapat diberikan kepada anak dalam bimbingan pendidikan berupa
informasi pendidikan, cara belajar yang efektif, pemilihan jurusan, lanjutan sekolah, mengatasi
masalah belajar, mengambangkan kemampuan dan kesanggupan secara optimal dalam pendidikan
atau membantu agar para siswa dapat sukses dalm belajar dan mampu menyesuaikan diri terhadap
semua tuntutan sekolah.
2. Bimbingan Pekerjaan
Bimbingan pekerjaan merupakan kegiatan bimbingan yang pertama, yang dimulai oleh Frank Parson
pada tahun 1908 di Boston, Amerika Serikat. Departemen tenaga kerja di negara ini telah
memplopori bimbingan pekerjaan bagi kaum muda agar mereka memiliki bekal untuk terjun ke
masyarakat.
Bimbingan pekerjaan telah masuk sekolah dan setiap siswa di sekolah lanjutan tungkat pertama dan
atas menerima bimbingan karir. Konsep Parson sangat sederhana, yaitu sekedar
membandingkandan mengkombinasikan antara hasil analisis individual dan hasil analisis dunia kerja
3. Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi merupakan batuan yang diberikan kepada siswa untuk embangun hidup
pribadinya, seperti motivasi, persepsi tentang diri, gaya hidup, perkembangan nilai-nilai moral /
agama dan sosial dalam diri, kemampuan mengerti dan menerima diri orang lain, serta
membantunya untuk memecahkan masalah pribadi yang ditemuinya. Ketepatan bimbingan ini lebih
terfokus pada pengembangan pribadi, yaitu membantu para siswa sebagai diri untuk belajar
mengenal dirinya, belajar menerima dirinya, dan belajar menerapkan dirinya dalam proses
penyesuaian yang produktif terhadap lingkunganya.
Dalam bimbingan pribadi ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut :
1. pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME
2. Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangan untuk kegiatan-
kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk
peranya masa depan
3. Pemantapan pemahaman tentang kelamahan diri dan usaha penanggulanganya.
4. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan.
5. Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambilnya.
6. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui lisan maupun tulisan secara efektif
7. Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat serta berargumentasi
secara dinamis, kreatif dan produktif.
Selain jenis – jenis dalam bimbingan, juga terdapat beberapa jenis-jenis layanan dalam bimbignan
dan konseling. Berikut uraianya :
1. Layanan Orientasi; Layanan orientasi merupakan layanan yang memungkinan peserta didik
memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari,
untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru
itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal
semester. Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk
pencegahan dan pemahaman.
2. Layanan Informasi; merupakan layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan
memahami berbagai informasi (seperti : informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan
lanjutan). Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil
keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier
berdasarkan informasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsi
untuk pencegahan dan pemahaman.
3. Layanan Pembelajaran; merupakan layanan yang memungkinan peserta didik
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai materi belajar
atau penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta
berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Layanan pembelajaran berfungsi
untuk pengembangan.
4. Layanan Penempatan dan Penyaluran; merupakan layanan yang memungkinan peserta didik
memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar,
jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan
tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi
lainnya. Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk pengembangan.
5. Layanan Konseling Perorangan; merupakan layanan yang memungkinan peserta didik
mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan
permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan layanan konseling
perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya.
Layanan Konseling Perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
6. Layanan Bimbingan Kelompok; merupakan layanan yang memungkinan sejumlah peserta
didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas
pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan
kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui
dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan
membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan
pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan
tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok berfungsi untuk
pemahaman dan pengembangan
7. Layanan Konseling Kelompok; merupakan layanan yang memungkinan peserta didik
(masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan
pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta
didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan
pribadi melalui dinamika kelompok. Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk
pengentasan dan advokasi.
Diperlukannya konselor pendidikan
Kehidupan demokrasi: Guru tidak lagi menjadi pusat dan siswa tidak hanya menjadi peserta
pasif dalam kegiatan pendidikan. Guru hanya membantu siswa untuk dapat mengambil
keputusannya sendiri.
Perbedaan individual: Pembelajaran yang umumnya dilakukan secara klasikal kurang
memperhatikan perbedaan siswa dalam kemampuan dan cara belajarnya sehingga beberapa
siswa mungkin akan mengalami kesulitan.
Perkembangan norma hidup: Masyarakat berubah secara dinamis. Demikian pula dengan
berbagai norma hidup yang ada di dalamnya. Setiap orang harus bisa beradaptasi dengan
berbagai perubahan tersebut.
Masa perkembangan: Seorang individu mengalami perkembangan dalam berbagai aspek
dalam dirinya dan perubahan tuntutan lingkungan terhadap dirinya. Diperlukan penyesuaian
diri untuk menghadapi perubahan-perubahan tersebut.
Perkembangan industri: Seiring dengan perkembangan teknologi yang cepat, industri juga
berkembang dengan pesat. Untuk memiliki karier yang baik, siswa harus bisa mengantisipasi
keadaan tersebut.
D. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan
konseling/konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah.
Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor yaitu membantu peserta didik dalam:
1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
dalam memahami, menilai bakat dan minat.
2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan
industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara
mandiri.
4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Dalam melakukan proses pembelajaran dikelas maupun membimbing anak-anak dan
siswa guru harus memperhatikan segala aspek psikologi ,perkembangan ,ingatan, memori
dan pola berpikir anak .Hal ini penting untuk menumbuhkan kepercayaan
dan mengembangkan potensi yang ada pada siswa atau anak agar anak dan siswa mampu
tumbuh dan perkembang sesuai dengan harapan orang tua,guru dan masyarakat
Permasalahan yang ada pada anak hendaknya penyelesaiannya melibatkan komponen
orang tua, guru , masyarakat dan konsuler.
Orang tua,guru dan masyarakat harusnya memahami bahwa tugas sebagai guru hanya
kesuksesan anak itu bukan hanya mampu mendapatkan nilai yang tinggi tetapi juga mampu
mengembangan nilai spritual (kecerdasan spritual) dan kecerdasan emosian yang terkadang
kecerdasan emosian dan spiritual yang mampu membawa kesuksesan terhadap anak
dalam kehidupan di masyarakat.
Dalam belajar haruslah diperhatikan faktor yang memperbaruhi sisiwa dalam
memperoleh dan mengingat pengetahuan . Oleh sebab itu guru haruslah memperhatikan hal
tersebut dalam memlakukan pembelajaran dikelas dengan memperhatikan hal tersebut
pengetahuan yang diberikan oleh guru akan menjadi ingatan yang setia dalam memori
siswa.
Dalam melakukan proses pembelajaran dikelas maupun membimbing anak-anak dan
siswa guru harus memperhatikan segala aspek psikologi ,perkembangan ,ingatan, memori
dan pola berpikir anak. Hal ini penting untuk menumbuhkan kepercayaan
dan mengembangkan potensi yang ada pada siswa atau anak agar anak dan siswa mampu
tumbuh dan perkembang sesuai dengan harapan orang tua,guru dan masyarakat
Permasalahan yang ada pada anak hendaknya penyelesaiannya melibatkan komponen
orang tua, guru , masyarakat dan konsuler.
Orang tua, guru dan masyarakat harusnya memahami bahwa tugas sebagai guru hanya
kesuksesan anak itu bukan hanya mampu mendapatkan nilai yang tinggi tetapi juga mampu
mengembangan nilai spritual (kecerdasan spritual) dan kecerdasan emosian yang terkadang
kecerdasan emosian dan spiritual yang mampu membawa kesuksesan terhadap anak
dalam kehidupan di masyarakat.
Perlunya Bimbingan dan Konseling di sekolah
Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelangi perlunya
bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek psikologis. Secara umum, latar
belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional,
yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja
keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh komponen
yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen_bimbingan.
Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatarbelakangi perlunya proses bimbingan adalah
adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap
dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang
tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap.
Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang melatarbelakangi perlunya layanan
bimbingan di sekolah yakni:
(1) masalah perkembangan individu,
(2) masalah perbedaan individual,
(3) masalah kebutuhan individu,
(4) masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan
(5) masalah belajar
E. Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:
a. Fungsi penyaluran ( distributif )
Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih
program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah
sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri
kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di
sekolah antara lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.
b. Fungsi penyesuaian ( adjustif )
Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian
pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa
dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga
membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.
c. Fungsi adaptasi ( adaptif )
Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya guru dalam
mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam
fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta
kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan
pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang
sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14)
Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling di Sekolah
Prinsip merupakan paduan hasil kegiatan teoretik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai
pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan (Prayitno, 1997:219). Berikut ini prinsip-prinsip
bimbingan konseling yang diramu dari sejumlah sumber, sebagai berikut:
a. Sikap dan tingkah laku seseorang sebagai pencerminan dari segala kejiwaannya adakah unik dan
khas. Keunikan ini memberikan ciri atau merupakan aspek kepribadian seseorang. Prinsip bimbingan
adalah memperhatikan keunikan, sikap dan tingkah laku seseorang, dalam memberikan layanan
perlu menggunakan cara-cara yang sesuai atau tepat.
b. Tiap individu mempunyai perbedaan serta mempunyai berbagai kebutuhan. Oleh karenanya
dalam memberikan bimbingan agar dapat efektif perlu memilih teknik-teknik yang sesuai dengan
perbedaan dan berbagai kebutuhan individu.
c. Bimbingan pada prinsipnya diarahkan pada suatu bantuan yang pada akhirnya orang yang dibantu
mampu menghadapi dan mengatasi kesulitannya sendiri.
d. Dalam suatu proses bimbingan orang yang dibimbing harus aktif , mempunyai bayak inisiatif.
Sehingga proses bimbingan pada prinsipnya berpusat pada orang yang dibimbing.
e. Prinsip referal atau pelimpahan dalam bimbingan perlu dilakukan. Ini terjadi apabila ternyata
masalah yang timbul tidak dapat diselesaikan oleh sekolah (petugas bimbingan). Untuk menangani
masalah tersebut perlu diserahkan kepada petugas atau lembaga lain yang lebih ahli.
f. Pada tahap awal dalam bimbingan pada prinsipnya dimulai dengan kegiatan identifikasi kebutuhan
dan kesulitan-kesulitan yang dialami individu yang dibimbing.
g. Proses bimbingan pada prinsipnya dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan yang
dibimbing serta kondisi lingkungan masyarakatnya.
h. Program bimbingan dan konseling di sekolah harus sejalan dengan program pendidikan pada
sekolah yang bersangkutan. Hal ini merupakan keharusan karena usaha bimbingan mempunyai
peran untuk memperlancar jalannya proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.
i. Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah hendaklah dipimpin oleh seorang
petugas yang benar-benar memiliki keahlian dalam bidang bimbingan. Di samping itu ia mempunyai
kesanggupan bekerja sama dengan petugas-petugas lain yang terlibat.
j. Program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya senantiasa diadakan penilaian secara
teratur. Maksud penilaian ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan manfaat yang diperoleh
dari pelaksanaan program bimbingan. Prinsip ini sebagai tahap evaluasi dalam layanan bimbingan
konseling nampaknya masih sering dilupakan. Padahal sebenarnya tahap evaluasi sangat penting
artinya, di samping untuk menilai tingkat keberhasilan juga untuk menyempurnakan program dan
pelaksanaan bimbingan dan konseling (Prayitno, 1997:219).
F. Kegiatan Bimbingan Konseling
Berdasakan Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling (2004)
dinyatakan bahwakerangka kerja layanan BK dikembangkan dalam suatu program BK yang
dijabarkan dalam 4 (empat) kegiatan utama, yakni:
a. Layanan dasar bimbingan
Layanan dasar bimbingan adalah bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh siswa
mengembangkan perilaku efektif dan ketrampilan-ketrampilan hidup yang mengacu pada tugas-
tugas perkembangan siswa SD.
b. Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu memenuhi
kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat
preventik atau mungkin kuratif. Strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling
kelompok, dan konsultasi.
Isi layanan responsif adalah:
(1) bidang pendidikan;
(2) bidang belajar;
(3)bidang sosial;
(4) bidang pribadi;
(5) bidang karir;
(6) bidang tata tertib SD;
(7) bidang narkotika dan perjudian;
(8) bidang perilaku sosial, dan
(9)bidang kehidupan lainnya.
c. Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang membantu seluruh peserta didik
dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karir,dan kehidupan sosial dan pribadinya.
Tujuan utama dari layanan ini untuk membantu siswa memantau pertumbuhan dan memahami
perkembangan sendiri.
d. Dukungan sistem, adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan,
memelihara dan meningkatkan progam bimbingan secara menyeluruh. Hal itu dilaksanakan melalui
pengembangaan profesionalitas, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf
ahli/penasihat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan
(Thomas Ellis, 1990)
Kegiatan utama layanan dasar bimbingan yang responsif dan mengandung perencanaan individual
serta memiliki dukungan sistem dalam implementasinya didukung oleh beberapa jenis layanan BK,
yakni:
(1) layanan pengumpulan data,
(2) layanan informasi,
(3) layanan penempatan,
(4) layanan konseling,
(5) layanan referal/melimpahkan ke pihak lain, dan
(6) layanan penilaian dan tindak lanjut (Nurihsan, 2005:21).
G. Peran Guru Kelas dalam Kegiatan Bimbingan Konseling di Sekolah
Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat menentukan
keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan
kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang
dirumuskan.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:
a. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi
lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
c. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk
mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas)
sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan
tujuan yang dicita-citakan.
e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
g. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
h. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik
maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau
tidak.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling ditujukan untuk
membimbing dan mengarahkan individu melalui usahanya sendiri untuk menentukan dan
mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kegahagiaan pribadi serta bertujuan agar
individu dapat mengembangkan dirinya secara optima/sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan ditujukan agar peserta didik mampu
mempertimbangkan dan mengabil keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkkut
bidang pendidikan, bidnag karir, maupun bidnag budaya, keluarga dan masyarakat.
Bimbingan disini suatu proses membantu individu melalui usaha sendiri untuk menentukan dan
mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial,
makadari itu peran dari sekola, orang tua murid, dan juga guru haruslah sinergi dalam membantu
masalah-masalah yang timbul dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal
lingkungan, dan merencanakan masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2009. Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas: Jakarta,
buku: DASAR – DASAR KONSELING tinjauan teori dan praktek
Penulis: Drs. Abu Bakar M Luddin, M.Pd., Ph.D
http://id.wikipedia.org/wiki/Konselor_pendidikan
http://ilmupsikologi.wordpress.com/
Posted in: Psikologi
Newer Post Older Post Home
0 komentar:
Post a Comment
Search
SUBSCRIBE TO OUR RSS FEED!
FOLLOW US ON TWITTER!
KATEGORI About Love (4) Download Software (4) Edukasi (Belajar Bahasa Jepang) (32) Gambar Lucu (3) Kesehatan (3) Kumpulan Artikel Motivasi (9) Pendidikan (1) Psikologi (4) Unik (1)
LANGUAGE TRANSLATEPilih Bahasa
Gadgets powered by Google
Cari dari google disini
ARSIP BLOG ► 2012 (1)
► 2011 (3)
▼ 2010 (57)
o ▼ December (1)
BIMBINGAN KONSELING DAN PERAN GURU DALAM BIMBINGA...
o ► November (1)
o ► October (1)
o ► September (54)
► 2007 (1)
CHAT BOX
VISITOR
Search
JAM & KALENDER
POPULAR POSTS
BIMBINGAN KONSELING DAN PERAN GURU DALAM BIMBINGAN KONSELING
MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN NAMA : BAEHAQI ALANAWA NO REG: 5215097021 PRODI : PENDIDIKA...
Kosakata Bahasa Jepang : Kata Benda Pada bagian ini berisi mengenai referensi kata benda seperti kata ganti orang, jenis pekerjaan, nama-nama negara dll. Perlu diketahui bahw...
12 Alasan Menjadi Guru
1. Potensi murid Karena potensi ini merupakan sebuah hal yang menarik, karena setiap tahun akan selalu muncul tantangan baru yang diikut...
Sule Lagi....Sule Lagi...
Sephirot Final Fantasy VII Cloud Final Fantasy VII Justin Sule Bieber Casino Suleno Royale 2 gyahahaha... ^^
Kosakata Bahasa Jepang : Kata Sifat Bagian ini berisi list kosakata kata sifat bahasa Jepang. Kata sifat dalam Bahasa Jepang terbagi menjadi 2, yaitu kata sifat i dan kata si...
Kosakata Bahasa Jepang : Kata Kerja Hampir seluruh kalimat yang kita ucapkan mengandung kata kerja!!! Oleh karena itu perbendaharaan akan kosakata tersebut mutlak harus dipen...
Huruf Jepang (Huruf Hiragana) Huruf Jepang , Bagi kebanyakan pembelajar bahasa Jepang, huruf jepang merupakan bagian yang paling rumit dan butuh waktu cukup lama untuk...
Kosakata Bahasa Jepang : Kata Keterangan Kata Keterangan Bagian ini berisi list daftar kata keterangan dalam Bahasa Jepang . Kata keterangan biasanya diletakan setelah subjek dan d...
Latihan Tata Bahasa dan Percakapan Bahasa Jepang
Latihan Tata Bahasa Latihan 1: (Kerjakan seperti contoh!!!) Watashi / Brian Watashi wa Brian desu . 1. Ano hito / Tino 2. Wa...
Ungkapan Bahasa Jepang : Perpisahan Ada pertemuan pasti ada perpisahan! Pada bagian ini anda akan belajar beberapa ungkapan yang digunakan ketika berpisah. Berikut ini merupa...
MY FACEBOOK
BaeHaqi Haqi Create Your Badge
ABOUT ME
BAEHAQI
JAKARTA, DKI JAKARTA, INDONESIA
~Mahasiswa UNJ~ Semangat kaizen... semangat selalu berimprovisasi walaupun
hal sekecil apapun, tetapi berkesinambungan...terus menurus dan kontinu... d^^b
VIEW MY COMPLETE PROFILE
http://baehaqi.blogspot.com/2010/12/bimbingan-konseling-dan-peran-guru.html
KORELASI PERLAKUAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA
KELAS IV SD NEGERI 1 SAMUDRA KULON KECAMATAN GUMELAR KABUPATEN BANYUMAS
A. Latar Belakang Masalah
http://nhowitzer.multiply.com/journal/item/1?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal
%2FitemUpaya peningkatan pendidikan berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam menunjang keberhasilan
pembangunan yang dilakukan oleh suatu bangsa. Tidak sedikit pakar dari berbagai cabang ilmu
pengetahuan di dunia ini mempunyai pendapat demikian. Frederick Harbison (1961 dalam Todaro,
1999 : 455) yang menyatakan bahwa:
Sumber daya manusia merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa. Modal fisik dan sumber daya alam hanyalah faktor produksi yang pada dasarnya bersifat pasif. Manusia yang merupakan agen-agen aktif akan mengumpulkan modal, mengeksploitasikan sumber daya alam, membangun berbagai macam organisasi sosial, ekonomi dan politik, serta melaksanakan pembangunan nasional. Dengan demikian jika suatu negara tidak segera mengembangkan keahlian dan pengetahuan rakyatnya, maka Negara tersebut tidak akan dapat mengembangkan apa pun.
Pendapat di atas dapat dilihat kebenarannya dari kondisi penanganan pendidikan di
berbagai Negara dengan kondisi kemajuan kehidupan sosial ekonominya. Negara yang terkenal
melimpah dengan kekayaan sumber daya alam tetapi kurang memperhatikan pengembangan
sumber daya manusia melalui sistem pendidikan yang dapat mendorong peningkatan kualitas
sumber daya manusia akan kalah tingkat kemakmurannya jika dibandingkan dengan Negara yang
kurang beruntung dalam hal kekayaan sumber daya alam tetapi berhasil mengembangkan sistem
pendidikan yang dapat berperan untuk mendorong peningkatan kualitas sumber daya alam.
Pada umumnya manusia yang beradabsetidak-tidaknya memiliki common sense tentang
pendidikan, bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek keidupan dan
penghidupan (Mikarsa, 2004: 2). Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan
manusia di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya
secara optimal, yaitu pengembangan potensi individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik,
intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta karakteristik
lingkungan fisik dan lingkungan sosio budaya di mana dia hidup (Ibid, 2).
Pendidikan merupakan fenomena manusia yang sangat kompleks. Karena sifatnya yang
kompleks itu, maka pendidikan dapat dilihat dan dijelaskan dari berbagai sudut pandang, seperti dari
sudut pandang psikologi, sosiologi dan antropologi, ekonomi, politik, komunikasi dan sebagainya.
Manusia dituntut untuk mampu memperkembangkan dan menyesuaikan diri terhadap masyarakat.
Untuk itu manusia telah dilengkapi dengan berbagai potensi baik yang berkenaan dengan keindahan
dan ketinggian derajad kemanusiaan maupun berkenaan dengan dimensi kemanusiaannya yang
memungkinkan untuk memenuhi tuntutan kemanusiaannya.
Menurut Priyatno (1999, 25) pengembangan manusia seutuhnya hendaknya mencapai
pribadi-pribadi yang pendiriannya matang, dengan kemampuan sosial yang menyejukan, kesusilaan
yang tinggi, dan keimanan serta ketaqwaan yang dalam. Dalam proses pendidikan banyak dijumpai
permasalahan yang dialami oleh anak-anak, remaja, dan pemuda yang menyangkut dimensi
kemanusiaan mereka.
Lebih lanjut Priyanto mengemukakan bahwa permasalahan yang dialami oleh para siswa di
sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal
tersebut juga disebabkan oleh karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang disebabkan
oleh hal-hal di luar sekolah. Dalam hal ini permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja,
termasuk perilaku siswa yang tidak dapat mengatur waktu untuk melakukan aktifitas belajar sesuai
apa yang dibutuhkan, diatur, atau diharapkan. Apabila para siswa tersebut belajar sesuai dengan
kehendak sendiri dalam arti tanpa aturan yang jelas, maka upaya belajar siswa tersebut tidak dapat
berjalan dengan efektif. Apalagi tantangan kehidupan sosial dewasa ini semakin kompleks, termasuk
tantangan dalam mengalokasikan waktu. Dalam hal ini jika pengaturan waktu berdasarkan
kesadaran sendiri maupun arahan pihak lain tidak dilakukan dengan disiplin maka semuanya akan
menjadi kacau. Demikian pula dengan kedisiplinan siswa dalam melakukan aktifitas belajar
dipadukan aktifitas lain dalam kehidupan sehari-hari. Disinilah perlakuan guru bimbingan dan
konseling diperlukan untuk mendampingi mereka.
Pelayanan guru bimbingan dan konseling hendaknya berjalan secara efektif membantu siswa
mencapai tujuan-tujuan perkembangannnya dan mengatasi permasalahannya termasuk
membimbing para siswa untuk berperilaku disiplin. Disinilah dirasakan perlunya pelayanan
bimbingan dan konseling disamping kegiatan pengajaran. Dan pelayanan bimbingan dan konseling
merupakan peran yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi berbagai
permasalahan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Permasalahan tersebut mencakup
permasalahan yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Manfaat
bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling cukup penting bagi seorang
siswa untuk mengatasi berbagai permasalahan termasuk dalam mengatasi permasalahan pribadi
siswa.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dalam penelitian ini dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah ada korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan
belajar siswa.
2. Sejauh korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan
belajar siswa terjadi.
C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apakah ada korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling
dengan kedisiplinan belajar siswa.
b. Untuk mengetahui sejauh korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling
dengan kedisiplinan belajar siswaterjadi.
2. Kegunaan Penelitian
a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan terutama
dikaitkan dengan hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka
penyempurnaan konsep maupun implementasi praktik pendidikan sebagai upaya yang
strategis dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
D. Tinjauan Teori
1. Kedisiplinan Belajar Siswa Dalam Proses Pendidikan
Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama
(yang melibatkan orang banyak). Menurut Moeliono (1993: 208) disiplin artinya adalah ketaatan
(kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain sebagainya. Sedangkan
pengertian siswa adalah pelajar atau anak (orang) yang melakukan aktifitas belajar ( Ibid:
849). Dengan demikian disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa kepada aturan, tata
tertib atau norma di sekolah yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.
Dari pengertian tersebut, kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa
terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk
sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti
kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah
berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di
lingkungan luar sekolah.
Salah satu pengertian pendidikan yang sangat umum dikemukakan oleh Driyarkara (1980
dalam Mikarsa, 2004:2) yang menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia
muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf insani harus diwujudkan dalam seluruh proses atau
upaya pendidikan.
Dalam Dictionary of Education dikemukakan bahwa pendidikan adalah (1) proses dimana
seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk dan tingkah laku lainnya di
dalam masyarakat di mana dia hidup (2) proses sosial dimana sesorang diharapkan pada pengaruh
lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat
memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang
optimum.
G. Thomson (1957 dalam Mikarsa, 2004: 1.2) menyatakan bahwa pendidikan adalah
pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam
kebiasaan-kebiasaan pemikiran, sikap-sikap, dan tingkah laku. Sedangkan Crow and Crow (1960
dalam Mikarsa, 2004) menyatakan bahwa “harus diyakini bahwa fungsi utama pendidikan adalah
bimbingan terhadap individu dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan yang sesuai dengan
potensi yang dimilikinya, sehingga dia memperoleh kepuasan dalam seluruh aspek kehidupan
pribadi dan kehidupan sosialnya.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diberikan beberapa ciri atau unsur umum dalam
pendidikan yaitu :
1. Pendidikan harus memiliki tujuan, yang pada hakekatnya adalah pengembangan potensi individu
yang bermanfaat bagi kehidupan pribadinya maupun warga-negara atau negara lainnya.
2. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan upaya yang disengaja dan
terencana yang meliputi upaya bimbingan, pengajaran, dan pelatihan.
3. Kegiatan tersebut harus diwujudkan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat yang
lazim disebut dengan pendidikan formal, informal, dan non-formal.
2. Perlakuan Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Proses Pendidikan
Tilaar (1999 dalam Mikarsa 2004: 1.3) merumuskan hakekat pendidikan sebagai suatu
proses menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam
tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional, dan global. Agar pendidikan dapat berhasil sesuai
dengan tujuan diperlukan berbagai sarana atau sumberdaya seperti bangunan sekolah, buku/materi
pelajaran, guru, dan sarana pendukung lainnya. Berkaitan dengan guru, sebagaimana telah
dikemukakan bahwa dalam proses pendidikan banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh
anak-anak, remaja, dan pemuda yang menyangkut dimensi kemanusiaan mereka. Lebih lanjut
Priyanto mengemukakan bahwa permasalahan yang dialami oleh para siswa di sekolah sering kali
tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal tersebut juga disebabkan
oleh karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang disebabkan oleh hal-hal di luar
sekolah. Dalam hal ini permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Apabila misi sekolah
adalah menyediakan pelayanan yang luas untuk secara efektif membantu siswa mencapai tujuan-
tujuan perkembangannnya dan mengatasi permasalahannya, maka segenap kegiatan dan
kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu diarahkan kesana. Disinilah dirasakan perlunya
pelayanan bimbingan dan konseling disamping kegiatan pengajaran. Dan pelayanan bimbingan dan
konseling merupakan peran yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling.
Priyanto (1999, 30) menyatakan bahwa keberadaan pelayanan bimbingan dan penyuluhan
berperan untuk :
1. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan;
2. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
Dalam Penjelasan PP Nomor 29 Tahun 1990 menyebutkan bahwa :
1. Bimbingan dalam rangka menemukan siswa dimaksudkan untuk membantu siswa mengenal
kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya.
2. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan untuk membantu siswa
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi, budaya, serta alam yang ada.
3. Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan mempersiapkan diri untuk langkah
yang dipilihnya setelah tamat belajar pada sekolah menengah serta kariernya di masa
depan.
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan
yang tugas dan ruang lingkupnya cukup penting dalam mendukung keberhasilan pendidikan. Lebih
jauh, mengingat bahwa sumber permasalahan anak-anak, remaja, dan pemuda sebagian besar
berada di luar sekolah, dan lagi pula bahwa permasalahan yang dialami manusia tidak hanya
terdapat disekolah, maka pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau daerah-daerah
yang lebih luas di luar sekolah.
Anak-anak, para remaja, dan pemuda bahkan orang-orang dewasa dalam keluarga, dalam
lembaga-lembaga kerja, dan dalam organisasi serta lembaga-lembaga kemasyarakatan pada
umumnya mempunyai kemungkinan untuk menghadapi masalah dalam kehidupan dan dalam
rangka mengupayakan pengembangan manusia seutuhnya. Sudah barang tentu upaya tersebut tidak
terhindar dari berbagi sumber rintangan dan kegagalan sehingga penyelenggaraannya perlu
dilakukan secara luas dan mendalam mencakup segenap segi kehidupan manusia, baik di dunia
maupun di akhirat . Pengajaran di kelas-kelas saja tidak cukup memadai untuk menjawab tuntutan
penyelenggaraan pendidikan yang luas dan mendalam.
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan dari, untuk, dan oleh manusia memiliki
pengertian yang khas. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang
ahli kepada individu dengan menggunakan berbagai prosedur, cara dan bahan agar idividu tersebut
mampu mandiri dalam memecahakan masalah-masalah yang dihadapinya. Sedangkan konseling
merupakan proses pemberian bantuan yang didasarkan pada prosedur wawancara konseling oleh
seorang ahli kepada yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Pengertian konseling sering digunakan istilah penyuluhan, padahal istilah penyuluhan telah
terlanjur digunakan secara luas di masyarakat untuk pengertian - pengertian yang tidak begitu
relevan dengan makna konseling yang sebenarnya . Untuk tidak menimbulkan keracunan di antara
istilah – istilah provesional dalam bidang bimbingan dan konseling, dan sekaligus untuk memurnikan
pengertian konseling itu sendiri maka istilah yang hendaknya dipakai dalam pengembangan dan
gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia adalah istilah konseling.
Konsepsi bimbingan dan konseling mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pada
awalnya istilah bimbingan berdiri dan tidak mengandung di dalamnya pengertian konseling.
Bimbingan dan konseling dipakai secara bersamaan dan yang satu memuat yang lain. Perkembangan
selanjutnya istilah konseling berdiri sendiri sekaligus memuat pengertian bimbingan.
Bimbingan dan konseling mempunyai tujuan umum untuk membantu individu untuk
mencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan bakat, kemampuan, minat, dan nilai-nilai
serta terpecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh klin. Salah satu tujuan umum bimbingan dan
koseling adalah membantu individu agar dapat mandiri dengan ciri mampu memahami dan
menerima diri sendiri dan lingkunganya, membuat keputusan dan rencana yang realistis,
mengarahkan diri sendiri dengan keputusan dan rencananya itu serta pada akhirnya mewujudkan
diri sendiri. Tujuan khusus bimbingan dan konseling langsung terkait pada arah perkembangan klin
dan masalah-masalah yang dihadapi. Tujuan-tujuan khusus Bimbingan dan konseling merupakan
penjabaran dari tujuan umum yang dikaitkan dengan permasalahan klin baik yang menyangkut
perkembangan maupun kehidupannya.
Sesuai dengan tuntutan keilmuan dan prosedur pelaksanaannya, bimbingan dan konseling
diselenggarakan menurut berbagai azas, yaitu asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan,
kekinian, kemandirian, kegiatan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, ahli tangan, dan tut wuri
handayani. Asas-asas tersebut perlu terlaksana dengan baik demi kelancaran penyelenggaraan serta
tercapainya tujuan bimbingan dan konseling yang diharapkan.
Mohammad Surya dan Rahman Natawijaya dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Bimbingan dan Penyuluhan (1992:160-161) menyatakan bahwa kegiatan bimbingan dan penyuluhan
di sekolah dapat dikelompokan menjadi jenis layanan pengumpulan data, pemberian informasi,
penempatan, penyuluhan, alih tangan, penilaian dan tindak lanjut.
Pengumpulan data adalah kegiatan dalam bentuk pengumpulan, pengolahan, dan
penghimpunan berbagai informasi tentang siswa beserta latar belakangnya dengan tujuan untuk
memperoleh pemahaman yang obyektif terhadap siswa dalam membantu mencapai perkembangan
yang optimal.
Pemberian informasi adalah kegiatan dalam bentuk pemberian informasi kepada dengan
tujuan agar para siswa memiliki informasi yang memadai baik informasi tentang dirinya maupun
informasi tentang lingkungan sebagai bantuan dalam membuat keputusan secara tepat.
Penempatan adalah kegiatan membantu para siswa agar memperoleh wadah yang sesuai
dengan potensi yang dimiliki dengan tujuan untuk memperoleh prestasi sesuai potensinya sehingga
akan mendapatkan wadah yang tepat untuk mengembangkan segala kemampuan pribadinya.
Penyuluhan adalah kegiatan dalam bentuk layanan untuk menghadapi masalah-masalah
pribadi melalui teknik penyuluhan dan pemberian bantuan lainnya. Tujuan layanan ini adalah agar
pada akhirnya siswa dalam menghadapi permasalahan mampu untuk memecahkan sendiri.
Alih tangan adalah kegiatan layanan dalam bentuk pelimpahan kepada pihak yang lebih
mampu dan berwenang apa bila masalahan yang ditangani itu di luar kemampuan dan kewenangan
petugas pemberi bantuan terdahulu seperti ke dokter umum/spesialis untuk pemeriksaan
kesehatan, ke psikolog untuk pemeriksaan kondisi psikologi, dan lain sebagainya.
Penilaian dan tindak lanjut adalah kegiatan layanan dalam bentuk penilaian keberhasilan
usaha bimbingan yang telah diberikan yang juga dapat berfungsi untuk menilai keberhasilan
program pendidikan secara keseluruhan.
Dengan pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut, sebenarnya jika dilakukan dengan baik sesuai
dengan kondisi permasalahan siswa, keberhasilan guru bimbingan konseling sangat bermanfaat
untuk mengantar siswa menyelesaikan pendidikan dengan baik. Masalah-masalah tersebut sangat
luas dan kompleks cakupannya termasuk ke masalah pribadi siswa. Dengan layanan penyuluhan
sebagai contoh, merupakan kegiatan dalam bentuk layanan untuk menghadapi masalah-masalah
pribadi melalui teknik penyuluhan dan pemberian bantuan lainnya dengan tujuan agar pada
akhirnya siswa dalam menghadapi permasalahan mampu untuk memecahkan sendiri. Layanan ini
diintegrasikan dengan layanan lainnya akan menghasilkan keterpaduan yang baik termasuk dalam
mengatasi permasalahan pribadi siswa.
Menurut Nasution (1992) pelayanan bimbingan dan penyuluhan mempunyai beberapa
fungsi. Fungsi-fungsi tersebut adalah :
a. Fungsi pencegahan
Pelayanan bimbingan dan penyuluhan dapat berfungsi pencegahan, artinya merupakan usaha
pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi ini layanan nyang diberikan berupa bantuan
bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya.
Hal tersebut dapat ditempuh melalui progam bimbingan yang sistematis sehingga hal – hal yang
dapat menghambat seperti kesulitam belajar, kekurangan informasi, masalah social dan sebagainya
dapat di hindari.
Beberapa kegiatan bimbingan yang dapat berfungsi pencegahan, antara lain :
1) Progam orientasi, yang memberi kesempatan kepada para siswa untuk lebih mengenal sekolah
sebagai lingkungannya yang baru. Dalam program ini dapat disampaikan berbagai informasi
seperti: kurikulum, cara-cara belajar, fasilitas belajar, hubungan social, tata tertib sekolah,
informasi pekerjaan, dan sebagainya.
2) Program bimbingan karir, yang membantu para siswa untuk memperoleh pemahaman diri dan
lingkungan yang lebih baik serta mengembangkannya ke arah pencapaian karier yang sesuai
dengan bakat, minat, cita-cita, dan kemampuan.
b. Fungsi penyaluran.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah para siswa perlu dibantu agar memperoleh
prestasi yang sebaik-baiknya. Untuk itu setiap siswa hendaknya mendapatkan kesempatan untuk
mengembangkan, sesuai dengan keadaan pribadinya masing-masing, (seperti bakat, minat,
kebutuhan, kecakapan, dan sebagainya).
Dalam hubungan ini bimbingan dan penyuluhan membantu siswa mendapatkan kesempatan
penyaluran pribadinya masing-masing. Melalui fungsi penyaluran, bimbingan dan penyuluhan
mengenali masing-masing siswa secara perorangan , dan kemudian membantunya dalam penyaluran
kea rah kegiatan atas program yang dapat menunjang tercapainya perkembangan yang optimal.
Bentuk kegiatan bimbingan dan penyuluhan dalam fungsi ini misalnya, bantuan dalam:
1) memperoleh jurusan yang tepat;
2) menyusun program belajar;
3) perkembangan bakat dan minat;
4) perencanaan karier.
c. Fungsi Penyesuaian
Yang dimaksud dengan fungsi penyesuaian adalah bahwa pelayanan bimbingan dan
penyuluhan berfungsi membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dan lingkungannya. Dengan
demikian, adanya kesesuaian antara pribadi siswa dan sekolah sebagai lingkungan merupakan
sasaran fungsi ini.
Fungsi penyesuaian mempunyai dua arah. Arah pertama, adalah bantuan kepada para siswa agar
dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekolah. Arah kedua, adalah bantuan dalam
mengembangkan program pendidikan yang sesuai dengan keadaan siswa.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta
sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Teori
Bab ini memuat pembahasan pengertian Disiplin Siswa dan Peran Guru BK dikaitkan dengan Proses
Pendidikan.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini membahas variabel penelitian, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data serta metode analisis.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi mengenai deskripsi dari obyek yang diteliti dan analisis data serta pembahasan.
Bab V : Penutup
Merupakan bab yang berisi mengenai kesimpulan yang diperoleh dan saran yang diberikan
berdasarkan hasil penelitian.
F. Metode Penelitian1.Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, variabel yang akan dibahas terdiri dari variabel bebas (X) dan
variabel terikat atau terpengaruh (Y) . Variabel bebas (X) yaitu variabel perlakuan guru BK.
Sedangkan variabel terpengaruh (Y) adalah kedisiplinan belajar siswa, variabel penelitian
tersebut dioperasionalkan lagi dengan indikator variabel sebagai berikut :
a. perlakuan guru BK:
1) intensitas pelaksanaan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh guru BK;
2) kualitas baik/buruknya pelaksanaan fungsi-fungsi guru BK terhadap peserta didik;
b. kedisiplinan belajar siswa:
1) tingkat kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah.
2) tingkat keteraturan siswa dalam membagi waktu untuk belajar di sekolah, belajar di rumah,
dan melakukan kegiatan lain secara teratur dan proporsional.2. Penentuan Sampel
Sampel penelitian berupa para siswa kelas IV di SD Negeri 1 Samudra Kulon Kecamatan
Gumelar Kabupaten Banyumas. Dari siswa-siswa yang ada di lingkungan Kecamatan Gumelar tempat
lokasi penelitian, penulis memilih SD Negeri 1 Samudra Kulon sebagai sampel/lokasi penelitian
karena kemudahan akses penelitian dalam mengambil data-data yang diperlukan dalam penelitian
ini.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi lapangan dan wawancara langsung
terhadap para responden terpilih yang terdiri dari siswa yang ada pada sekolah tersebut.
3.Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini secara umum adalah data primer dan data
sekunder yang berupa data-data dalam proses pendidikan dan hasil pendidikan yang telah tersedia
di lokasi penelitian.Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber
data tetapi melalui media perantara. Dengan kata lain, data yang diperoleh penulis merupakan hasil
dari dokumen yang dalam hal ini adalah dokumen pendidikan di lokasi penelitian.
4. Metode Analisis
Metode analisis akan dilakukan dengan analisis deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan data-
data hasil penelitian untuk menghasilkan suatu kesimpulan mengenai penelitian yang dilakukan. Jika
memungkinkan, analisis deskriptif tersebut dapat juga didukung dengan analisis kuantitatif dengan
tabulasi data hasil penelitian yang dilakukan penulis.
Selanjutnya : PROPOSAL PTK UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
balas
Tautan Bersponsor
http://nhowitzer.multiply.com/journal/item/1?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem