37
MAKALAH SISTEM KOMUNIKASI FIBER OPTIK “PERANCANGAN JARINGAN SISTEM KOMUNIKASI FIBER OPTIK ANTAR GEDUNG AI-AA POLINEMA” Disusun Oleh : 1. Farach khoolidaziyah (3A - 07) 2. Fauziyah nuraini (3A - 08) 3. Hanifatul ilmiyyah (3A - 09) 4. Harley oktavienka (3A - 10) 5. M prakoso (3A - 16) 6. Shoim miftah (3A - 20) PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

Makalah perancangan Fiber optik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pelajaran sistem komunikasi optik

Citation preview

Page 1: Makalah perancangan Fiber optik

MAKALAH

SISTEM KOMUNIKASI FIBER OPTIK

“PERANCANGAN JARINGAN SISTEM KOMUNIKASI FIBER

OPTIK ANTAR GEDUNG AI-AA POLINEMA”

Disusun Oleh :

1. Farach khoolidaziyah (3A - 07)

2. Fauziyah nuraini (3A - 08)

3. Hanifatul ilmiyyah (3A - 09)

4. Harley oktavienka (3A - 10)

5. M prakoso (3A - 16)

6. Shoim miftah (3A - 20)

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2014

Page 2: Makalah perancangan Fiber optik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam melakukan pengiriman informasi, dibutuhkan media transmisi yang

digunakan untuk menyampaikan informasi tersebut. Dengan berkembangnya

teknologi yang ada, maka semakin dibutuhkan suatu media transmisi yang dapat

mengirimkan informasi dengan bandwidth yang lebar dan berkecapatan tinggi,

sehingga dapat mentransmisikan informasi voice, data, dan multimudia dalam

kapasitas yang besar. Media transmisi yang diterapkan kebanyakan menggunakan

kabel UTP, LAN dan E1 yang memiliki bandwidth frekuensi kecil dengan

kecepatan yang rata – rata lumayan cepat.

Saat ini media yang digunakan untuk mentransmisikan data di Polinema

yaitu menggunakan kabel tembaga sebagai media transmisinya, dimana

penggunaan media ini mempunyai kelemahan diantaranya bandwidth yang kecil

dan membutuhkan repeater untuk komunikasi jarak jauh, sehingga jika digunakan

untuk pengiriman informasi yang membutuhkan bandwidth dalam kapasitas yang

besar akan menyebabkan sampainya informasi tersebut membutuhkan delay yang

lama dan dimungkinkan dapat terjadi kesalahan / error pada saat pengiriman.

Di jaman modern ini penggunaan media transmisi tersebut telah

mengalami penurunan karena sekarang lebih popular dengan fiber optic. Fiber

optic merupakan saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau

plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut dan dapat digunakan

untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Kecepatan

transmisi informasi baik dalam bentuk data, suara, gambar maupun video dengan

kecepatan yang sangat tinggi dan frekuensi hingga Tera Herzh. Oleh karena itu

sekarang banyak perusahaan terutama dalam bidang telekomunikasi selular

menggunakan media transmisi fiber optic agar dapat meningkatkan kualitas proses

komunikasinya.

Page 3: Makalah perancangan Fiber optik

Dari permasalahan yang timbul seperti yang dipaparkan diatas, dibutuhkan

teknologi Fiber Optik yang lebih mudah dan effisisen di banndingkan media

transmisi yang sudah ada. Maka dari itu akan dibuat perencanaan kabel fiber optic

antara gedung Ai dan gedung AA untuk mempermudah pentransmisian data agar

lebih cepat.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana perancangan instalasai fiber optik antar gedung AA dan AI di

area Polinema?

2. Bagaimana menghitung Link Budget yang dibutuhkan dalam perancangan

jaringan system komunikasi optic sesuai dengan pemetaan pemasangan di

area Politeknik Negeri Malang?

3. Berapakah besar bit rate yang bisa dilewatkan?

1.3 Tujuan

1. Dapat melakukan perencanaan jaringan optik yang tepat untuk jaringan

internet di Politeknik Negeri Malang.

2. Mendapatkan parameter perancangan jaringan fiber optik terutama

yang terkait dengan Power Link Budget dan Rise Time Budget yang

paling tepat dalam perancangan jaringan sesuai dengan informasi,

kebutuhan bandwidth, dan jarak transmsi yang dibutuhkan.

1.4 Manfaat

Dengan menggunakan fiber optik sebagai media transmisi antar gedung

AI dan AA, diharapkan suatu komunikasi dapat ditransmisikan dengan cepat

dan menggunakan bandwidth yang lebar dibandingkan dengan saat

menggunakan kabel tembaga sebagai media transmisinya. Dengan sistem fiber

optik maka dapat meminimalisir rugi daya yang terjadi. Hal ini dikarenakan

jarak maksimum yang diperbolehkan antara transmiter satu dan yang lainnya.

Page 4: Makalah perancangan Fiber optik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mengalirkan data di dalam jaringan, dibutuhkan media transmisi

data. Media transmisi juga dikenal dengan sebutan media komunikasi, adalah

media yang digunakan sebagai penghubung antara pengirim dan penerima, untuk

melintaskan isyarat, dan isyarat inilah yang akan dimanipulasi dengan berbagai

macam cara dan akan diubah kembali menjadi data. Media transmisi adalah hal

penting di dalam membangun jaringan karena hal inilah yang menjadi acuan

apakah jaringan yang dibangun baik atau tidak, sudah memenuhi standar atau

tidak. Media ini di kelompokkan menjadi dua yaitu :

- Media berkabel (bounded media/gueded media/hard media)

- Media tak berkabel (wireless media/unbounded media/unguided

media/soft media)

A. Media Berkabel

Dalam media berkabel, media itu sendiri adalah hal yang terpenting. Media

berkabel adalah media transmini yang menghubungkan penerima dan pengirim

yang secara fisik dengan menggunakan kabel sebagai penghubung, yang termasuk

transmisi ini adalah :

1. Kabel Pasangan Terpilin (twisted pair cable)

Kabel pasangan terpilin biasa disebut kabel telepon, karena biasa

dipakai untuk saluran pesawat telepon. Setiap dua kabel (disebut sepasang)

saling dipilin dengan tujuan untuk mengurangi interferensi

elektromagnetik terhadap kabel lain atau terhadap sumber eksternal. Kabel

ini terdiri dari atas 2 atau 4 pasang kabel yang diselubungi penyekat

(isolator)

Macam kabel pasangan terpilin :

- UTP (unshielded twisted pair)

- STP (shielded twisted pair)

Page 5: Makalah perancangan Fiber optik

2. Kabel Koaksial (coaxial cable atau coax)

Kabel koaksial mengandung penghantar yang terbuat dari tembaga

pada bagian inti. Penghantar ini diselubungi dengan penyekat (isolator)

serta diselubungi dengan ayaman kawat, selanjutnya ayaman kawat

dibungkus dengan penyekat. Kabel koaksial biasa digunakan untuk

koneksi jaringan lokal, koneksi TV kabel atau antenna TV. Kecepatan data

berkisar 100 Mbps sampai 2,4 Gbps.

Jenis-jenis kabel koaksial adalah :

- RG-8, digunakan untuk thick Ethernet

- RG-9, digunakan untuk thick Ethernet

- RG-11, digunakan untuk thick Ethernet

- RG-58, digunakan untuk thin Ethernet

- RG-59, digunakan untuk telivisi

3. Kabel Serat Optik

Kabel serat optik ini berbeda dengan yang lain, karena kabel serat

optik membawa isyarat data dalam bentuk berkas cahaya, kabel ini biasa

digunakan pada LAN berkecepatan gigabite per detik. Perlu diketahui

cahaya mempunyai kecepatan 300.000 km/detik dalam ruang hampa.

Kecepatan cahaya dalam media transmisi tergantung pada kepadatan

media, semakin padat maka semakin lambat.

B. Media Tak Berkabel

Jaringan tanpa kabel merupakan suatu solusi terhadap komunikasi yang tidak

bisa dilakukan dengan jaringan yang menghubungkan kabel, misalnya orang yang

ingin mendapatkan informasi yang sedang berada diatas mobil atau pesawat, maka

jaringan tanpa kabel diperlukan karena koneksi kabel tidaklah mungkin

digunakan. Saat ini jaringan tanpa kabel sudah mulai marak digunakan dengan

memanfaatkan jasa satelit dan mampu memberikan kecepatan akses yan lebih

cepat dibandingkan dengan jaringan menggunakan kabel.

Page 6: Makalah perancangan Fiber optik

Media tak berkabel adalah media transmisi yang tidak menggunakan kabel, yang

termasuk dalam media ini adalah :

1. Mikrogelombang (microwave)

Mikrogelombang merupakan bentuk radio yan menggunakan frekuensi

tinggi (dalam satuan gigahertz), yang melimputi kawasan UHF, SHF dan

EHF. Mikrogelombang biasa disebut transmisi garis-pandang disebabkan

antara pengirim dan penerima harus dalam keadaan garis-pandang. Sifat ini

didasarkan karateristik frekuensi yang digunakan, dengan gelombang frekuesi

diatas 100 MHz akan menjalar dengan arah arus. Jarak transmisi biasanya

terbatas pada 20-30 Km, karena faktor kelengkungan bumi. Jika ingin lebih

dari jarak tersebut maka perlu adanya penambahan repeater.

Mikrogelombang banyak pakai pada system jaringan MAN, warnet dan

penyedia layanan internet (ISP).

Kelemahan Mikrogelombang yakni, rentan terhadap cuaca, hujan dan

terpengaruh terhadap pesawat terbang yang melintas diatasnya.

2. Satelit

Satelit sebenarnya juga menggunakan Mikrogelombang hanya saja satelit

digunakan sebagai stasiun relay yang berada diangkasa, dengan ketinggian

kira-kira 480 – 22.000 mil di atas pemukaan bumi.

3. Gelombang Radio

Transmisi dengan menggunakan gelombang radio dapat digunakan untuk

mengirimkan suara ataupun data, kelebihan transmisi ini adalah mengirmkan

isyarat dapat dapat dilakukan dengan sembarang posisi (tidak harus lurus

pandang) dan bisa dimungkinkan dalam keadaan bergerak. Frekuensi yang

digunakan anatara 3 KHz sampai 300 GHz., salah satu contoh yang

menggunakan gelombang radio seperti Pager, Telepon Seluler, Bluetooth,

WiFi, HomeRF.

Bluetooth yang dirancang untuk mengantikan kabel yang menghubungkan

PC ke printer dan PDA atau telepon tanpa kabel.

Page 7: Makalah perancangan Fiber optik

WiFi dirancang agar mesin-mesin dalam kantor berkomunikasi dengan

kecepatan tinggi dan berbagi hubungan internet dengan jarak sampai 300 kaki,

standar ini dikenal dengan sebutan IEEE 802.1b.

HomeRF merupakan teknologi yang dirancang untuk menghubungkan PC-

PC dalam rumah dengan jarak sapai 150 kaki.

4. Infra Merah

Infra merah biasa digunakan untuk komuikasi jarak dekat, dengan

kecepatan 4 Mbps, dalam penggunaanya untuk pengendalian jarak jauh

misalnya (remoute control) pada televisi serta alat elektronik lain. Kini infra

merah digunakan sebagai media transmisi pada LAN, juga menghubungkan

mouse pada computer.

Keuntungannya :

- Kebal terhadap interferensi radio dan elekromagnitik

- Inframerah mudah dibuat dan murah

- Instlasi mudah

- Mudah dipindah-pindah

- Keamanan inframerah lebih tinggi dari pada gelombang radio

Kelemahannya :

- Jarak terbatas

- Infra merah tak dapat menembus diding

- Harus adal lintasan lurus dari pengirim dan penerima

- Tidak dapat digunakan di luar ruangan,

C. Teknik Modulasi Optik

Serat optik mendukung skema modulasi berikut, yang dikenal sebagai modulasi

optik.

Continuous: di optik, kita biasanya menyebutnya modulasi intensitas,

mirip dengan modulasi analog, dengan perbedaan hanya berada di sifat

dari sinyal pembawa optik.

Diskrit: Di sini, dikenal sebagai optik on-off keying mirip dengan shift

keying dengan carrier sinusoidal. Sinyal termodulasi terdiri dari pulsa

(on / off) amplitudo konstan.

Page 8: Makalah perancangan Fiber optik

Teknik yang umum dipakai adalah:

Phase Shift Keying (PSK), digunakan suatu jumlah terbatas

berdasarkan fase.

Frekeunsi Shift Keying (FSK), digunakan suatu jumlah terbatas

berdasarkan frekuensi.

Amplitudo Shift Keying (ASK), digunakan suatu jumlah terbatas

amplitudo. 2.5 Modulasi Optik

Teknik ini didasarkan pada variasi daya optik menurut sinyal-sinyal listrik

diterapkan pada transduser elektro-optik. Disarankan untuk menggunakan modulasi

frekuensi pulsa untuk transmisi analog dari saluran televisi dengan serat optik.

Penggunaan serat optik sebagai media transmisi dalam jaringan untuk komunikasi data

yang menawarkan kecepatan data yang sangat tinggi pada kisaran gigabit per detik.Media

transmisi optik menawarkan redaman sangat rendah dan bandwidth yang lebar.

PSK (Phase Shift Keying)

Adalah modulasi yang menyatakan signal digital 1 sebagai suatu nilai

tegangan tertentu dengan beda fase tertentu pula (misalnya tegangan 1 volt beda

fase 0 derajat), dan sinyal digital 0 sebagai suatu nilai tegangan tertentu (yang

sama dengan nilai tegangan sinyal PSK bernilai 1, misalnya 1 Volt) dengan beda

fase yang berbeda (misalnya 180 derajat). Tentunya pada teknik-teknik yang lebih

rumit, Hal ini bisa di modulasi dengan perbedaan fase yang lebih banyak lagi.

D. Jenis Serat Optik

Berdasarkan sifat karakteristiknya maka jenis serat optik secara garis besar

dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Multimode

Pada jenis serat optik ini penjalaran cahaya dari satu ujung ke ujung lainnya

terjadi dengan melalui beberapa lintasan cahaya, karena itu disebut multimode.

Diameter inti (core) sesuai dengan rekomendasi dari CCITT G.651 sebesar 50 mm

dan dilapisi oleh jaket selubung (cladding) dengan diameter 125 mm.

Sedangkan berdasarkan susunan index biasnya serat optik multimode

memiliki dua profil yaitu graded index dan step index. Pada serat graded index,

Page 9: Makalah perancangan Fiber optik

serat optik mempunyai index bias cahaya yang merupakan fungsi dari jarak

terhadap sumbu/poros serat optik. Dengan demikian cahaya yang menjalar

melalui beberapa lintasan pada akhirnya akan sampai pada ujung lainnya pada

waktu yang bersamaan. Berlainan dengan graded index, maka pada serat optik

step index (mempunyai index bias cahaya sama) sinar yang menjalar pada sumbu

akan sampai pada ujung lainnya dahulu (dispersi) Hal ini dapat terjadi karena

lintasan yang melalui poros lebih pendek dibandingkan sinar yang mengalami

pemantulan pada dinding serat optik. Sebagai hasilnya terjadi pelebaran pulsa atau

dengan kata lain mengurangi lebar bidang frekuensi.Oleh karena itu secara praktis

hanya serat optik graded index sajalah yang dipergunakan sebagai saluran

transmisi serat optik multimode. 

2. Single Mode

Serat optik single mode/monomode mempunyai diameter inti (core) yang

sangat kecil 3 – 10 m m, sehingga hanya satu berkas cahaya saja yang dapat

melaluinya. Oleh karena hanya satu berkas cahaya maka tidak ada pengaruh index

bias terhadap perjalanan cahaya atau pengaruh perbedaan waktu sampainya

cahaya dari ujung satu sampai ke ujung yang lainnya (tidak terjadi dispersi).

Dengan demikian serat optik singlemode sering dipergunakan pada sistem

transmisi serat optik jarak jauh atau luar kota (long haul transmission system).

Sedangkan graded index dipergunakan untuk jaringan telekomunikasi lokal (local

network). 

Bit rate 

( Mbit/dt )

Jarak repeater 

multimode

Jarak repeater 

singlemode

140 

280 

420 

565

30 

20 

15 

10

50 

35 

33 

31

Page 10: Makalah perancangan Fiber optik

BAB III

PERENCANAAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang denah perencanaan instalasi Fiber Optic di

area Politeknik Negeri Malang, flowchat perencanaan sistem, dan perhitungan

Link Budget.

2.1. Denah Perencanaan Instalasi FO

Gambar 1. Denah lokasi perencanaan jaringan Fiber Optik

Keterangan Denah :

Garis kuning (--------) menggambarkan jalur perencanaan instalasi jaringan FO

dari gedung AI (Lab Telekomunikasi) menuju gedung AA. Alasan memilih jalur

ini karena jalur tersebut dinilai paling pendek untuk mencapai tujuan dengan

jumlah belokan yang paling sedikit.

Titik merah ( ) menggambarkan penanaman tiang baru yang nantinya akan

dipakai untuk penyangga kabel FO, berjumlah 10 titik dari gedung asal.

Page 11: Makalah perancangan Fiber optik

Gambar 2. Tampilan jarak antar gedung pada google earth

Ganbar 3. Diagram perencanaan instalasi jaringan fiber optik

Page 12: Makalah perancangan Fiber optik

2.2. Flowchart Perencanaan Sistem

Page 13: Makalah perancangan Fiber optik

2.3. Perhitungan Link Budget

Power Link Budget adalah besarnya daya yang diperlukan untuk dapat

mentransmisikan data atau informasi dari satu titik ke titik lainnya, dimana

selama proses transmisi akan terjadi redaman. Tujuan dari Power Link

Budget agar dapat mengestimasi besar daya yang dikirimkan akan lebih

besar dari redaman dan sampai di penerima akan lebih besar atau sama

dengan sensitivitas penerima.

Perhitungan Power Link Budget ini akan dilakukan antar 2 node point to

point. Dalam analisis pembahasan Power Link Budget perhitungan untuk titik

terdekat.

Tabel 1. Keterangan dan spesifikasi yang digunakan

Titik Instalasi Gedung AI menuju Gedung AH area Polinema

Power output LED -20 dBm (Spesifikasi pabrik)

Sensitivitas penerima -63 dBm (didapat dari Bit Rate terkecil pada Rise

Time Budget, sensitivitas minimum, tabel hubungan

bit rate dengan sensitivitas).

Fiber Loss 2.6 dB/km (Spesifikasi Perangkat).

Konektor 0.5 dB (Spesifikasi Perangkat).

Margin System 6 dB (Teks book).

Panjang link 0,374 km

Untuk lebih memudahkan proses perhitungan manual yang relatif panjang,

tahapannya adalah;

1. Mendapatkan nilai power link budget

Proses yang pertama kali dilakukan adalah mendapatkan nilai power link

budget atau dengan istilah lain namanya required margin. Power link budget

ini didapatkan dengan cara melakukan pengurangan power output LED

terhadap sensitivitas penerima.

Power link budget = -20 dBm- (-63 dBm) = -20 dBm + 63 dBm = 43 dB.

Page 14: Makalah perancangan Fiber optik

2. Melakukan perhitungan komponen System Loss

Kedua adalah melakukan perhitungan terhadap semua komponen system loss

yang terdiri dari :

a) Fiber loss

Dari standarisasi pabrikan didapakan nilai fiber loss = 2.6 dB/km. Panjang

link dari server Gedung AI menuju Gedung AA sebesar 374 m atau kalau

dikonversi dalam kilometer sebesar 0.374 km, hal ini diperlukan karena

fiber loss merupakan fungsi redaman 2.6 dB dalam 1 km atau eqivalen

dengan 1 km terjadi redaman 2.6 dB. dengan demikian dengan cara

mengalikan komponen redaman fiber loss dengan panjang link, total fiber

loss akan didapatkan.

b) Konektor.

Dalam hal ini dari Link Server Gedung AI menuju Gedung AA akan

dibutuhkan 2 konektor. Satu konektor pada output LED yang merupakan

komponen berjenis ST, maka semua perangkat konektor akan disesuaikan

dengan sumber LED optik yang digunakan dan serat optik Multimode

Graded Index. Konektor kedua berada pada perangkat penerima receiver di

Gedung AA. Dari kedua konektor tersebut akan berkontribusi memberikan

redaman pada system transmisi. Masing –masing konektor ST sesuai

dengan data sheet yang didapat bernilai 0.5 dB.

c) Splicing

Splicing atau sambungan antar fiber optik yang diperlukan jikalau satu

gulungan optik sudah habis. Karena panjang sambungan kabel yang

dibutuhkan dari gedung AI menuju Gedung AA sepanjang 374 meter, maka

dalam perencanaan kami ini, tidak dibutuhkan kabel sambungan (splicing).

Satu gulungan atau dengan nama yang familiar pada fiber optik adalah

haspel. Dari standarisasi Telkom, 1 haspel rata-rata sepanjang 2-4 km.

Total Fiber Loss = 2.6 dB/km x 0.374 km = 0.97 dB.

Jadi total redaman konektor = 2 x 0.5 dB = 1 dB.

Page 15: Makalah perancangan Fiber optik

dengan mengacu pada standarisasi ITU-T yang terbaru maka asumsi diambil

2 km/haspel. Jarak yang dibutuhkan antar node digital billboard tidak

lebih dari 2 km. Oleh karena itu fiber optik tidak perlu displacing,

karena akan digunakan langsung panjang fiber optik sesuai dengan

kebutuhan. Dalam hal ini tidak ada penambahan redaman yang

diakibatkan oleh splicing.

d) Margin System

Margin System yang lebih dikenal dengan safety margin sesuai dengan teks

book teoritis digunakan sebesar interval range 6-8 dB. Margin system

yang digunakan diambil yang minimum yaitu 6 dB dengan asumsi

yang paling kecil berkontribusi untuk penambahan redaman pada total sytem

loss.

3. Mendapatkan Power Margin.

Menghitung nilai power margin dengan cara mengurangkan nilai Power

Budget pada langkah pertama dengan Total Sytem loss pada langkah kedua.

Power Margin adalah besarnya daya cadangan yang dimiliki system.

Power Margin merupakan nilai selisih daya yang dipunyai system

terhadap sensitivitas minimum. Besarnya selisih daya terima di receiver

dengan sensitivitas minimum. Untuk lebih jelasnya system receiver

memilki 35.05 dB lebih positif dibandingkan dengan sensitivitas minimum

receiver.

4. Menghitung nilai Pin

Pin yaitu daya yang diterima di fotodetektor. Berbeda dengan langkah ketiga,

pada langkah ketiga di dalam power Budget yang akan dikurangkan pada

Total sytem loss = Fiber Loss + Konektor + Splicing + Margin System

Total Sytem loss = 0.97 dB + 1 dB + 0 dB + 6 dB = 7.94 dB.

Nilai Power Margin = 43 dB – 7.94 dB = 35,05 dB.

Page 16: Makalah perancangan Fiber optik

total loss, nilai daripada Power Budget sudah dikurangkan dengan

sensitivitas penerima, sedangkan dalam mendapatkan nilai Pin nilai daripada

power budget tidak dikurangkan dengan sensitivitas penerima, jadi power

budget dalam menghitung Pin hanya terdiri dari daya kirim minimum Pt.

Perbedaan antara daya terima di receiver pada langkah ketiga, dayanya

bersatuan dB dan pada Pin memiliki satuan dBm. Kedua daya ini akan

menjadi dua komponen yang sangat penting dalam membuktikan kinerja

power budget.

Untuk mengatahui parameter keberhasilan daya yang dikirim

‘cukup’, power link budget ‘cukup’, ada dua proses. Yang pertama nilai

dari Power Margin yang didapat harus lebih besar dari 0 dB (Power Margin

> 0 dB). Dan yang kedua nilai Pin harus lebih besar sama dengan sensitivitas

penerima. Power Margin yang didapatkan pada link server gedung AI ini

sebesar 35.22 dB, power margin lebih besar dari 0 dB ( 35.05 dB >

0 dB) maka daya yang dikirim lebih dari cukup, tapi bukan hanya Power

Margin saja, salah satu komponen yang berkaitan dengan sensitivitas

penerima harus juga diperhitungakan.

Pin yang didapatkan sebesar -27.94 dBm. Nilai sensitivitas

minimum sebesar -63 dBm pada kondisi normal. Pin lebih besar sama

dengan Nilai sensitivitas penerima ( -27.94 dBm >= -63 dBm) artinya

Power Link Budget yang dihitung telah memenuhi kedua syarat tadi,

power link budget cukup dan layak diimplementasikan.

Berbeda halnya dengan Sumber LED yang digunakan konstan, nilai

sensitivitas memiliki nilai interval minimum sebesar -63 dBm pada kondisi

normal dengan Pt minimum sebesar -20 dBm, nilai sensitivitas memilki nilai

maksimum sebesar -46 dBm pada kondisi saturasi dengan Pt maksimum.

Pin pada kondisi saturasi harus lebih kecil daripada sensitivitas

maksimum, Pin = -27.94 dbm, sensitivitas maksimum -46 dbm. Seharusnya

Pin = -20 dBm – 7.94 dB = -27.94 dBm.

Page 17: Makalah perancangan Fiber optik

pada kondisi saturasi Pin lebih kecil dari Sensitivitas maksimum (Pin <

Sensitifitas maksimum) pada kondisi ini tidak terjadi.

Kesimpulan yang bisa ditarik kondisi saturasi akan terjadi dimana

output sumber LED dan sensitivitas berada dalam range minimum dan

maksimum yang berbeda. Selanjutnya nilai dari Pin akan berada dalam range

interval sensitivitas minimum dan sensitivitas maksimun, dalam matematis

bisa dituliskan dengan (Sensitivitas minimum < Pin < Sensitivitas

maksimum) jika kondisi sumber dan sensitivitas berbeda dalam range

interval maksimum dan minimum dan kondisi saturasi terpenuhi.

Perangkat yang dimiliki sumber LED nilai maksimum dan minimumya

sama maka kondisi saturasi dan Pin berada dalam interval sensitivitas

minimum dan maksimum tidak bisa tercapai.

5. Perhitungan Rise Time Budget

Rise time budget diperlukan untuk tujuan menganalisis kemampuan

komponen sistem yang dirancang dapat menjamin bahwa sistem yang

didesain dapat mentransmisikan bit rate yang dirancang, rise time budget

pada Multimode Graded Index ini sangat perlu dilakukan karena adanya

keterbatasan akibat pengaruh dispersi pada saluran transmisi optik.

Output akhir dari analisis Rise Time Budget ini sebagai unjuk kerja

jaringan yang dirancang layak diimplementasikan dengan salah satunya

parameter Rise Time Budget selain dari Power Link Budget yang juga sangat

berkontribusi besar menetukan unjuk kerja perancangan jaringan. Perhitungan

Rise Time Budget ini akan dilakukan antar 2 node point to point. Diambil

sampel titik terdekat.

Nilai Rise Time Budget akan dipengaruhi 5 faktor yaitu: Ttransmitter,

Tmaterial, Treceiver, Tmodus, dan Tpandu gelombang sehingga Ttotal akan

didapatkan. Setelah Ttotal didapatkan maka kita akan mengetahui bit rate

antar node berapa yang bisa dilewatkan dan line coding yang bisa

digunakan.

Page 18: Makalah perancangan Fiber optik

Tabel 2. Keterangan data yang diperoleh

Ttransmitter LED Server Gd. AI 2 ns (Standarisasi Telkom 2-10 ns).

Lebar Spektral (σλ) 50 nm (LED Pabrikan).

Dispersi Kromatik Material 120 ps/nm.km (Standarisasi ITU-T

G.651).

Panjang link 374 m (Hasil plot GPS)

Treceiver 1 ns (SI photodetector pabrikan)

Modal Distortion Bandwidth 2500 Mhz.Km (ITU-T, Pabrikan,

TELKOM).

Q 0.7, koefisien modal distortion

bandwidth (Telkom, ITU -T,Gerd

Keiser).

Diameter core 10 µm / Step index single mode

Jari-jari (a) 5 µm / Step index single mode

Δ 0.01, perbedaan nilai indeks bias core

dengan cladding (Gerd Keiser).

Panjang Gelombang (λ) 850 nm

Π 3,14

Cepat rambat cahaya dalam

vakum (c)

3 x10 -8 m/s.

Numerical Aperture (NA) 0.29 (Pabrikan).

Untuk lebih memudahkan proses perhitungan manual yang relatif panjang,

tahapannya adalah:

1. Ttransmitter sesuai dengan Ttransmitter pada LED yang direkomendasikan

oleh PT TELKOM sebesar 2 ns sampai dengan 10 ns. Asumsi diambil

nilai 2 ns karena semakin kecil waktu bangkit akan berpengaruh pada Bit

Error Rate yang semakin handal dan juga bit rate yang bisa dilewatkan

akan semakin besar.

2. Tmaterial ditentukan oleh tiga komponen yaitu: Lebar spektral, Dispersi

kromatik material, dan Panjang Link. Lebar spektral didapat dari

Page 19: Makalah perancangan Fiber optik

spesifikasi pabrikan sebesar 50 nm data terlampir di data sheet. Dispersi

Kromatik Material mengacu pada standarisasi International

Telecommunicatin union (ITU-T) sebesar 120 ps/nm.km. Jarak antara

Gd.AA dengan Gd. AH adalah 374 meter atau 0.374 km.

3. Treceiver didapatkan dari photodetektor Si-Pin yang digunakan. Dari data

sheet spesifikasi perangkat didapatkan Treceiver sebesar 1 ns untuk operasi

gelombang pada 850 nm.

4. Tmodus, bergantung pada 3 faktor yaitu: Modal distortion bandwidth (Bo)

yaitu Bandwidth pada panjang kabel 1 km, faktor q, dan panjang link.

Pabrikan merekomendasikan nilai modal distortion (Bo) ≥ 200 MHz.Km,

sedangkan ITU-T merekomendasikan ≥ 1000 MHz.Km dan ≥ 2000

MHz.Km. Bo ini akan sangat berpengaruh pada Bit Rate yang bisa

dilewatkan dalam sistem ini, dengan dasar tadi asumsi yang diambil untuk

Bo = 2500 MHz.Km atau eqivalen dengan 2.5 GHz.Km. Semakin besar Bo

maka akan semakin kecil Tmodus dan nilai Ttotal. Dengan seperti itu maka

selisih Ttotal akan semakin jauh terhadap Tsistem yang artinya sistem layak

diimplementasikan secara rise time budget dan juga bit rate yang

dilewatkan akan semakin besar. Nilai Bo paling tidak dipengaruhi oleh

empat hal yaitu: prosedur pabrikan dalam pembuatan, komposisi fiber,

fiber itu sendiri, dan design dari Fiber Optik. Jadi untuk dapat melewatkan

bit rate yang besar dalam sistem bergantung sekali pada 4 hal tadi, jika

teknologi rekayasa Fiber semakin berkembang dari empat hal tadi yang

sudah disebutkan maka bit rate berapapun yang akan dilewatkan menjadi

sangat mungkin. Tmodus yang memberikan kontribusi paling besar dalam

Ttotal. Nilai konstanta q dari standarisasi ITU-T dan yang digunakan

TELKOM berada dalam range interval 0<q<1. Secara umum digunakan

nilai q sebesar 0.7. panjang lintasan dari Server Gedung AI menuju

Gedung AA sebesar 374 meter atau 0.374 km. Sesuai dengan formula :

Tmaterial = σλ x Dm x L = 50 nm x 120 ps/nm.km x 0.374 km =

2244 ps Tmaterial = 2,2 ns.

Page 20: Makalah perancangan Fiber optik

Tmodus = (440 x Lq) km/Bo MHz.km

Tmodus yang sangat berkontribusi paling besar dalam nilai akhir Ttotal

dibandingkan dengan nilai rise time yang lain, oleh karenanya itu

pembahasan rise time Tmodus relatif lebih panjang.

5. Tpandu gelombang(Tw), untuk mendapatkan nilai Tpandu gelombang (Tw)

prosedurnya yang paling panjang dibandingkan dengan Rise Time yang

lainnya.

Mendapatkan nilai V yaitu banyaknya mode yang merambat dalam Fiber

Optik. V = (2 x π x a x NA) / λ. Maka jika nilai-nilainya dimasukan

ke alam rumus tersebut V = (2 x 3.14 x 5 µm x 0.29) / 850 nm = 10.71

Mendapatkan nilai indeks bias 1 (Core). NA = n1 x (2 x Δ)0.5. dengan

NA=0.29 dan Δ=0.01. Jadi untuk mendapatkan nilai n1 :

n1 = ((NA)2 / 2 x Δ)-0,5

n1 = ((0.29)2 / 2 x 0.01)0,5 = 2.05

Mendapatkan nilai indeks bias 2 (Cladding). NA = (n12 – n22)0.5,

untuk mendapatkan n2 :

n2 = ((n12 –(NA)2)0,5, NA= 0.29 dan n1 = 2.05, jadi

n2=((2.05)2-(0.29)2)0.5 = (4,2 – 0,0841)0,5 = 2,03

Mendapatkan nilai Tw = Tpandu gelombang = ((L/c).(n1-n2).(1-(π/V)).

Jarak dalam satuan meter agak bisa saling menghilangkan dengan satuan c

yaitu m/s, (n1-n2) dan (1-(π/V)) tidak berdimensi dan tidak bersatuan.

Hasil dari Tw dalam dimensi waktu yaitu sekon dan setelah itu

dikonversi(dikalikan dengan 10^9 ns) agar hasil akhir Tw dalam ns

sama dengan rise time yang lain. Maka

Tw = ((374/3 x 10 -8) x (2.05 - 2.03) x (1 – (3.14/10,71)))

= (1,24) x (0,02) x (0,706) = 1.75 x 10-8 s = (1.75 x 10-8 x 109) = 17.5

ns.

Tmodus =(440 x (0.374)0,7 Km / 2500 Mhz.Km) = 0.0142 µs = 14.2ns.

Page 21: Makalah perancangan Fiber optik

6. Setelah Ttransmitter, Tmaterial, Treceiver, Tmodus, dan Tpandu

gelombang didapatkan, maka dalam tahap ke-enam ini akan dihitung

Ttotal rise time budget, rumus total nya, Ttotal = ((Ttx)2 + (Tmat)2 + (Trx)2

+ (Tmod)2 + (Tw)2)0,5. Sekarang masukan nilai-nilai pada tahap selanjutnya

ke rumus Ttotal tersebut. Dari hasil perhitungan pada tahap sebelumnya Ttx

= 2 ns, Tmat = 2,2 ns, Trx= 1 ns, Tmod = 14,2 ns dan Tw= 17,5 ns.

Masukan input-input rise time budget tersebut ke rumus Ttotal

7. Mendapatkan output nilai Tsistem. Hal ini akan berpengaruh pada line

coding, RZ atau NRZ yang akan kita gunakan, karena 2 tipe line coding

itu saja yang digunakan dalam sistem komunikasi fiber optik, bukan

hanya line coding saja tetapi yang penting juga adalah pada bit rate yang

bisa dilewatkan dalam sistem ini. Pada tahap ini yang menjadi masukan

adalah bit rate, jika dimasukan bit rate tertentu akan didapat dua output

nilai Tsistem, yang pertama output nilai untuk kode RZ dengan memakai

formula Tsys=(0.35/Bit Rate) dan output nilai yang kedua adalah Tsys

untuk kode NRZ dengan menggunakan formula, Tsys=(0.70/R), jika output

nilai Tsys baik untuk line coding RZ maupun NRZ lebih kecil dari Ttotal

maka system ini tidak bisa diimplementasikan, Rise Time Budget Tidak

memenuhi, bit rate yang dilewatkan dalam system terlalu besar maka bit

rate harus diturunkan sampai dengan treshold maksimum bit rate yang

bisa dilewatkan dalam system ini yaitu parameter rise time budget

terpenuhi (Ttotal<Tsys) bisa RZ atau NRZ terpenuhi dan layak, bisa saja

salah satu dari dua line coding tersebut yang layak walaupun

kemungkinannya untuk nilai bit rate maksimum akan menggunakan NRZ

dan bit rate dibawah threshold maksimum sudah pasti dapat dilewatkan. Jika

output nilai Tsys baik untuk line coding RZ maupun NRZ lebih besar dari

Ttotal maka system ini bisa diimplementasikan, Rise Time Budget

memenuhi, bit rate bisa dilewatkan dalam sytem ini hal yang sama

dengan treatment pada kondisi sebelumnya bit rate harus dinaikan sampai

Ttotal = ((2)2 + (2,2)2 + (1)2 + (14,2)2 + (17.5)2)0,5 = 22,75 ns.

Page 22: Makalah perancangan Fiber optik

dengan threshold maksimum bit rate yang bisa dilewatkan dalam system ini

yaitu parameter rise time budget terpenuhi (Ttotal<Tsys) dan bit rate

dibawah threshold maksimum sudah pasti dapat dilewatkan. Untuk pertama

kali gunakanlah kode RZ apakah Tsys kode RZ bisa lebih besar dari Ttotal,

Jika bisa maka kode RZ bisa diimplementasikan, tetapi jika Tsys RZ lebih

kecil dari Ttotal maka RZ tidak bisa diimplementasikan. Sesudah

menghitung dan mengetahui RZ tidak bisa, maka akan dilakukan

perhitungan Tsys NRZ. Jika Tsys NRZ lebih besar dari Ttotal maka system

bisa diimplementasikan.

Dari hasil pada langkah ketujuh ini, Treshold maksimum bit rate

yang bisa dilewatkan dalam system transmisi dari server Gd. AI menuju

Gd. AA yang merupakan titik terpendek dari server adalah sebesar 11.1

Mbps, apabila bit rate lebih besar dari 11.1 Mbps system tidak layak, bisa

dilihat dengan indikator rise time budget yang tidak memenuhi, sedangkan

apabila dibawah 11.1 Mbps system layak bisa dilihat dengan indikator rise

time budget yang memenuhi. Pada kondisi bit rate maksimum 11.1 Mbps

didapatkan nilai Tsytem untuk line coding RZ sebesar 17,5 ns, nilai

Ttotal pada tahap keenam adalah 22,75 ns, Ttotal > Tsys berarti rise time

budget tidak memenuhi untuk line coding RZ dan system untuk line

coding RZ ‘tidak layak’. Nilai Tsystem untuk line coding NRZ sebesar

63.06 ns, Ttotal 22,75 ns, dalam hal ini Ttotal < Tsys berarti rise time

budget terpenuhi memenuhi untuk line coding NRZ dan system layak

diimplementasikan dengan line coding NRZ.

Page 23: Makalah perancangan Fiber optik

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Perencanaan instalasi Fiber Optik sebagai media transmisi di area

Polinema dilakukan antara Gedung AI dan Gedung AA dengan jarak

keduanya sepanjang link lintasan kabel 374 m / 0.374 km dengan mode

point to point.

2. Perhitungan Power Link Budget didapatkan sebesar 43 dB.

3. Perhitungan semua sistem Loss didapatkan nilai Fiber Loss= 0,97 dB,

Konektor 1 dB, No splicing (0 dB), Margin Sustem 6 dB, sehingga

didapatkan total System Loss sebesar 7,94 dB.

4. Pin (daya yang diterima di photodetector) yang didapatkan sebesar

-27.94 dBm. Nilai sensitivitas minimum sebesar -63 dBm pada

kondisi normal. Pin lebih besar sama dengan Nilai sensitivitas

penerima ( -27.94 dBm >= -63 dBm) artinya Power Link Budget yang

dihitung telah memenuhi kedua syarat tadi, power link budget cukup

dan layak diimplementasikan.

6. Rise time budget menggunakan line coding NRZ yang sesuai untuk sistem

komunikasi fiber optik. Syarat Ttotal > Tsys terpenuhi dengan perhitungan

yang didapatkan nilai Ttotal sebesar 77,34 ns dan nilai Tsys sebesar 63,06

ns, maka sistem tersebut sudah bisa diimplementasikan.