40
MAKALAH “SEJARAH PERBANKAN SYARIAH” Oleh : FARIDAH Semester VI

MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MAKALAH

Citation preview

Page 1: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

MAKALAH

“SEJARAH PERBANKAN SYARIAH”

Oleh :

FARIDAH

Semester VI

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH

(STIT) MUHAMMADIYAH KOTA BANJAR-JAWA BARAT

2012

Page 2: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puja dan puji tercurahkan kepada pencipta alam semesta Alloh

SWT, serta kepada pemimpin umat akhir zaman Nabi Muhammad SAW, beserta

keluarga dan sahabatnya juga para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman

sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini berjudul “SEJARAH

PERBANKAN SYARIAH”,.

Serta dengan segala kerendahan hati tanpa mengurasi rasa hormat penulis

sampaikan ucapan penghargaan sebagai rasa terima kasih kepada :

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang senantiasa memberikan dorongan baik

materil maupun spiritual.

2. Teman-teman seperjuangan, serta semua pihak yang telah ikut membantu

dalam penyusunan makalah ini.

Penulis merasa bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu tidak berlebihan jika sekiranya penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca.

Banjar, Juni 2012

Penulis

i

Page 3: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Tujuan Makalah ........................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 2

A. Pengertian Shalat ....................................................................... 2

B. Gerakan Shalat Bermanfaat untuk Kesehatan Tubuh ............... 2

C. Gerakan Shalat Mengandung Terapi Kesehatan ....................... 8

D. Gerakan Shalat Mengandung Energi ........................................ 10

BAB III PENUTUP ................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menabung merupakan aktifitas yang dilakukan oleh manusia sebagai

upaya untuk menyimpan uangnya agar aman. Zaman dahulu manusia

menabung di bawah bantal, di bawah kasur, ataupun diletakkan di salah satu

sudut bagian rumah. Perkembangan peradaban manusia membawa jalan

pikiran manusia untuk membuat aktivitas menabung berpindah tempat tidak

lagi hanya di lingkungan rumah, namun telah berpindah ke sebuah lembaga

yang di anggap berpotensi untuk menjaga uangnya agar aman. Lembaga

tersebut biasa dikenal oleh masyarakat sekarang ini dengan sebutan BANK.

Awalnya bank hanya berperan sebagai tempat menyimpan uang agar

aman dari pencurian ataupun terjadinya musibah baik alam maupun karena

ulah tangan manusia yang tidak dapat diprediksa kehadirannya.

Sebagai tempat menabung. Bank juga berfungsi sebagai tempat

meminjam untuk modal usaha ataupun untuk memenuhi kebutuhan konsumtif

manusia seperti rumah dan kendaraan bermotor. Bank juga berperan sebagai

tempat investasi masa depan bagi nasabahnya.

Sejak lama masyarakat mengenal bank hanya sebagai sebuah institusi

yang dapat memberikan keuntungan lebih ketika mereka menyimpan uang di

bank, yaitu berupa bunga (interst). Sejak lama masyrakat mengganggap bahwa

bunga bank yang mereka peroleh adalah hal yang wajar dan patut mereka

peroleh manakala mereka menyimpan uangnya di bank. Bahkan, tak jarang

lomba banjir hadiah yang diiming-imingkan kepada nasabah dimaksudkan

sebagai slah satu cara untuk menarik minat masyarakat menjadi nasabah di

bank tersebut.

Sayangnya, tanpa pernah di sadari sebenarnya bunga (interest) bank ini

termasuk praktek kegiatan ekonomi yang biasa dilakukan oleh para rentenir

yang selanjutnya dipraktekkan oleh dunia perbankan dengan lebih profesional.

1

Page 5: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

Memperoleh imbalan bunga dengan menyimpankan uangnya di bank

sama saja dengan menggandakan uang tanpa disertai dengan usaha produktif

yang dilkukan dengan jelas dan transparan, padahal sebenarnya dagangan.

Uang dalam tinjauan ajaran islam hanya berfungsi sebagai alat tukar terhadap

aktivitas transaksi yang dilakukan oleh masyrakat. Dalam hal ini masyarakat

tidak lagi harus pusing mimikirkan barang apa yang mereka butuhkan. Dahulu

cara seperti ini biasa dikenal dengan sistim barter.

Saat ini, ada cara lain yang membuat masyarakat tetap bisa merasa

aman menyimpan uangnya dibank, yaitu dengan menikmati bagi hasil dari

uang yang mereka simpan di bank. Bagi hasil tidak sama dengan bunga.

Menabung pada dasarnya membrikan kesempatan pada bank sebagai

lembaga keuangan keungan untuk mengelola uang nasabah dengan baik pada

sektor – sektor usaha yang benar dan jelas. Artinya, nasabah dalam hal ini

berperan sebagai pihak pemilik uang. Sedang bank sebagai pihak peminjam.

Bila diterapkan bunga, maka sejak awal perjanjian, pihak pemilik uang

telah menetapkan seberapa besar pihak peminjam harus mengembalikan

uangnya dengan nilai yang tentu saja menjadi lebih tinggi dari jumlah uang

yang ia pinjamkan. Disinilah letak kdazaliman yang dari jumlah yang ia

pinjam, ataupun sebaliknya bisa terjadi ketimpangan pembagian keuntungan

yang tidak merata antara pihak pemilik dan dengan pihak peminjam.

Berbeda denga sistem bagi hasil yang diterapkan perbankan syariah,

antara pihak pemlik dana (nasabah) dengan pihak yang akan mengelola

uangnya (bank) terdapat adanya kesepakatan berapa bagi hasil yang dijalankan

dan memperoleh keuntungan. Disini, semua pihak yang melakuakan kerja

sama bagi hasil akan memperoleh haknya untuk mendaptkan baginya masing

– masing sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

B. Rumusan Masalah

Kita sudah mendengar mengenai sistem baru dunia perbankan selain

dari perbankan konvensional yakni perbankan syariah. Perbankan syariah

2

Page 6: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

adalah perbankan yang berdasarkan pada syariat-syariat islam. Perbankan ini

sudah sangat berkembang di Indonesia dan perbankan di dunia.

Oleh sebab itu penulis dalam makalah ini ingin lebih mengupas

mengenai sistem yang berlaku diperbankan syariah yang disebut sistem bagi

hasil, lalu seperti apa sistem bagi hasil tersebut ?

Penulis juga ingin sedikit menjelaskan mengenai perbedaan dari

beberapa sistem ekonomi dunia yakni sistem ekonomi kapitalis, sistem

ekonomi sosialis, dan sistem ekonomi syariah.

Dalam makalah ini pula penulis ingin lebih mendalami mengenai

produk-produk apa saja yang dihasilkan dari perbankan syariah.

Kemudian penulis juga ingin menjelaskan sedikit gambaran mengenai

perkembangan perbankan syariah di Indonesia.

3

Page 7: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

Landasan teori perbankan syariah adalah Al-Qur’an dan Hadist:

1. JUAL BELI (Perdagangan)

“Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”

(QS. Al Baqarah [2] : 275)

“Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil”

(QS. Al.An’am [6] : 165)

“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar dan timbanglah

dengan neraca yang benar, itulah yang lebih utama dan lebih Baik

akibatnya”

(QS. Al-Isra’ [17] : 35)

2. AS –SALAM (Membeli Tapi Menerima Barang Kemudian)

“Aku bersaksi bahwa As Salaf (As – Salam) yang dipinjam untuk jangka

waktu tertentu benar – benar telah dihalalkan oleh Allah dalam kitabullah

dan beriman, apabila kamu berutang untuk waktu yang ditentukan,

hendaknya menuliskan dengan benar”

(QS. Al – Baqarah [2] : 282)

“Janganlah kamu menjual barang yang tidak ada padamu”

(HR. Ahmad dan Muslim)

3. RIBA

“Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu, kamu

tidak berbuat zalim dan tidak pula dizalimi”

(QS. Al – Baqarah [2] : 279)

“Allah melaknat pemakai riba, yang memberinya, para saksinya , dan

pencatatnya”

(HR. Bukhari dan Muslim)

4

Page 8: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

“Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan

berlipat ganda dan bertawakallah kamu kepada Allah supaya kamu

dikasihi”

(QS. Ali Imran [3] : 130)

4. QIRADH (Pinjaman)

“Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah

penangguhan waktu sampai ia mempunyai kelapangan dan

menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik bagimu jika

kamu mengetahui)

(QS. Al-Baqarah [2] : 280)

5. RAHN (GADAI)

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang

kamu tidak memperoleh seorang penulis. Hendaklah ada barang

tanggungan yang dipegang (oleh yang mengutangkan). Akan tetapi jika

sebagian kamu mempercai sebagian yang lain, maka hendaklah yang

dipercyai itu menunaikan amanat (utang)nya dan hendaklah ia bertakwa

kepada Allah dan Tuhannya’

(QS. Al – Baqarah [2] : 238)

6. QIRADH (PINJAMAN)

“Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah

penangguhan waktu sampai ia mempunyai kelapangan dan

menyedekahkan (sebagai atau semua utang) itu lebih baik bagimu jika

kamu mengetahui”

(QS. Al – Baqarah [2] : 280)

7. RAHN (GADAI)

“Janganlah pemegang harta gadai menghalangi hak atas barang gadai

tersebut dari peminjam yang menggadaikan. Peminjam berhak

memperoleh bagiannya dan bila di berkewajiban membayar dendanya”

(HR.Syafi’i,Atsram, dan Daruquthni)

5

Page 9: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

8. IJARAH (SEWA BARANG DAN KOMPENSASI JASA)

“Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlangsung suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu

membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu”

“QS.An-Nisa’ [4] : 29)

9. ARIYAH (PINJAMAN)

“Dan tolong-menolonglah kamu untuk berbuat kebaikan dan takwa dan

janganlah kamu tolong-menolong untuk berbuat dosa dan permusuhan”

(QS. Al-Maaidah [5] : 2)

10. WADIAH (BARANG TITIPAN)

“Tunaikanlah amanah kepada orang yang memberikan amanah

kepadamu...”

“Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah

yang dipercayai itu menunaikan amanahnya dan hendaklah ia bertakwa

kepada Allah, Tuhannya”

“QS. Al-Baqarah [2] : 283)

B. Syariah

1. Sistem Ekonomi Syariah

Ada tiga sistem ekonomi yang ada dimuka bumi ini yaitu kapitalis,

sosialis dan Mix Economic. Sistem ekonomi tersebut merupakan sistem

ekonomi yang berkembang berdasarkan pemikiran barat. Selain itu , tidak

ada diantara sistem ekonomi yang ada secara penuh berhasil diterapkan

dalam perekonomian dibanyak negara. Sistem ekonomi sosialis atau

komando hancur dengan buabrnya Uni Soviet. Dengan hancurnya

komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an membuat

sistem kapitalisme disanjung sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang

shahih. Tetapi ternyata, sistem ekonomi kapitalis membawa akibat negatif

6

Page 10: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

dan lebih buruk, karena banyak negara miskin bertambah miskin dan

negara kaya yang jumlahnya relatif sedkit semakin kaya.

Dengan kata lain kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang

banyak terutama di negara – negara berkembang. Bahkan menurut Joseph

E. Stilghtz (2006) kegagalan ekonomi Amerika dekade 90-an karena

keserakahan kapitalisme ini. Ketidakberhasilan secara penuh dari sistem-

sistem ekonomi yang ada disebabkan karena masing-masing sistem

ekonomi mempunyai kelemahan atau kekurangan yang lebih besar

dibandingkan dengan kelebihan masing-masing. Kelemahan atau

kekurangan dari masing-masing sistem ekonomi tersebut lebih menonjol

ketimbang kelebihannya.

Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih menonjol dari

pada kebaikan itulah yang menyebabkan muncul pemikiran baru tentang

negara yang mayoritas penduduknya beragama islam yaitu sistem ekonomi

syariah. Negara-negara yang penduduknya mayoritas muslim mencoba

untuk mewujudkan suatu sistem ekonomi yang didasarakan pada AL-

Quran dan Hadist.

2. Perbandingan Paradigma, Dasar dan Filosofi sistem Ekonomi

Dari penjelasan yang telah diungkapkan di atas menyangkut sistem

ekonomi yang ada, maka ada tiga sistem ekonomi yang utama saat ini,

yang diterapkan oleh negara-negara di muka bumi ini. Tiga sistem sosialis,

sistem kapitalis dan sistem ekonomi syariah. Ke tiga sistem ekonomi

tersebut mempunyai paradigma, dasar dan filosi yang berbeda dan

bertolak belakang satu dengan yang lain.

Untuk sistem ekonomi sosialis, paradigma yang digunakan adalah

Marxis yaitu paradigama yang tidak mengakui pemilikan secara

individual. Semua kegiatan, baik produksi maupun yang lainnya

ditentukan oleh negara dan didistribusikan secara merata menurut

kepenting negara. Dasar yang digunakan dalam ekonomi sosialis yaitu

bahwa, semua anggota masyarkat merupakan satu kesatuan yang

7

Page 11: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

mempunyai kesamaan hak, kesamaan tanggung jawab dan kesamaan

lainnya. Dalam sistem ekonomi sosialis ini, semua orang harus sama tidak

boleh ada perbedaan.

Sistem ekonomi kapitalis merupakan sistem ekonomi yang

mempunyai paradigma bahwa, kegiatan ekonomi ditentukan oleh

mekanisme pasar. Dasar pemikiran yang digunakan adalah bahwa, semua

orang merupakan mahluk ekonomi yang digunakan adalah bahwa, semua

orang merupakan mahluk ekonomi yang berusaha untuk memenuhi

kebutuhannya yang tidak terbatas dan akan terus berusaha memenuhinya

sekuat kemampuannya. Individuallisme merupakan filosofi yang

digunakan. Dalam hal ini, semua orang berhak untuk memenuhi

kebutuhannya sebanyak-banyaknya dan berhak atas kekayaan yang

dimiliknya secara penuh. Faktor-faktor produksi dapat dikuasai secara

individu dan digunakan oleh yang bersangkutan sesuai dengan

keinginannya tanpa dibatasi sepanjang sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Selanjutnya, sistem ekonomi syariah mempunyai paradigama

bahwa, segala sesuatu yang ada dan kegiatan yang dilakukan harus

didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadist atau syariah islam.

Dalam ekonomi syariah, etika agama kuat sekali melandasi

hukum-hukumnya. Etika sebagai ajaran baik-buruk, benar-salah, atau

ajaran tentang moral khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan

ekonomi, bersumber terutama dari ajaran agama. Etika agama islam tidak

mengarah pada kapitalisme maupun sosialisme maupun sosialisme. Jika

Kapitalisme menonjolkan sifat individualisme dari manusia, dan

Sosialisme pada kolektivitasme, maka Islam menekankan empat sifat

sekaligus yaitu:

1. Kesatuan (unit)

2. Keseimbanga (equilibrium)

3. Kebebasan (free will)

4. Tanggung jawab (responsibilty)

8

Page 12: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

Sistem ekonomi syariah berbeda dari kapitalisme, sosialisme,

maupun Negara Kesejahteraan (Welfare State). Berbeda dari kapitalisme

karena islam menantang exsploitasi oleh pemilik modal terhadap buruh

yang miskin, dan melarang penumpukan kekayaan. “kecelakaanlah bagi

setiap ... yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung” (Al-Quran

Al-Humazah,2). Orang miskin dalam islam tidak dihujat sebagai

kelompok yang malas dan yang tidak suka menabung atau berinvestasi.

Ajaran islam menjungjung tinggi upaya pemerataan untuk mewujudkan

keadilan sosial, “jangan sampai kekayaan hanya beredar dikalangan orang-

orang kaya saja diantara kamu” (Al-qur’an, Al-Hasyr,7)

Disejajarkan dengan sosialisme, islam berbeda dalam hal

kekuasaan negara, yang dalam Sosialisme sangat kuat dan

menentukan.kebebasan perorangan yang dinilai tinggi dalam islam jelas

bertentangan dengan ajaran sosialisme.

Akhirnya ajaran Ekonomi Kesejahteraan (Welfare State) yang

berada ditengah-tengah antara Kapitalisme dan Sosialisme memang lebih

dekat ke ajaran islam. Bedanya hanyalah bahwa dalam islam etika benar-

benar dijadikan pedoman perilaku ekonomi sedangkan dalam Welfare

State tidak demikian, karena etika Welfare State adalah sekuler yang tidak

mengarahkan pada “integritasi vertikal” antara aspirasi materi dan spiritual

(Naqvi,1951,h80)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam islam

pemenuhan kebutuhan materil dan spiritual benar-benar dijaga

keseimbangannya, dan pengaturan oleh negara, meskipun ada, tidak akan

bersifat otoriter.

Karena etika dijadikan pedoman dalam kegiatan ekonomi, maka

dalam berbisnis juga menggunakan etika islam. Etika bisnis menurut

ajaran islam juga dapat digali langsung dari Al-Quran dan Hadist Nabi.

Misalnya karena adanya larangan riba, maka pemilik modal selalu terlibat

langsung dan bertanggung jawab terhadap jalannya perusahaan miliknya,

bahkan terhadap buruh yang dipekerjakannya. Perusahaan dalam sistem

9

Page 13: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

ekonomi syariah adalah perusahaan keluarga bukan perseroan terbatas

yang pemegang sahamnya dapat menyerahkan pengelolaan perusahaan

begitu saja pada Direktur atau manager yang digaji. Memang dalam sistem

yang demikian tidak ada perusahaan yang menjadi sangat besar, seperti di

dunia kapitalis barat, tetapi juga tidak ada perusahaan yang riba-tiba

bangkrut atau dibangkrutkan.

Etika Bisnis Islam menjungjung tinggi semangat saling percaya,

kejujuran, dan keadilan, sedangkan antara pemilik perusahaan dan

karyawan berkembang semangat kekeluargaan (brotherhood). Misalnya

dalam perusahaan yang islam gaji karyawan juga mendapat bonus jika

keuntungan meningkat. Buruh muda yang masih tinggal bersama orang tua

dapat dibayar lebih rendah, sedangkan yang sudah berkeluarga dan punya

anak dapat dibayar lebih tinggi dibanding rekan-rekan yaang muda.

C. Bank Syariah

Bank syariah menerapkan sistem bagi hasil kepada nasabah yang

menabungkan uangnya di bank. Artinya, nasabah tidak akan pernah dapat

menghitung dengan pasti berapa jumlah uangnya yang akan bertambah setiap

bulan bila mereka telah menabung dalam jumlah tertentu. Namun, nasabah

dapat menghitung porsi atau bagian yang menjadi hak mereka dan berapa

porsi atau bagian yang menjadi hak pihak bank syariah.

Perhitungan bagi hasil dihitung secara harian oleh pihak bank syariah,

namun akan diberikan langsung oleh pihak bank melalui rekening nasabah

setiap akhir bulan. Ada juga beberapa bank syariah yang memberikan bagi

hasilnya secara langsung melalui rekening nasabah pada pertengahan bulan.

Nilai bagi hasil yang diperoleh oleh nasabah tidak akan pernah sama

setiap saat meskipun jumlah uang yang mereka miliki di bank tersebut sama.

Mangapa? Karena bagi hasil tergantung pada berapa jumlah uang seluruh

nasabah yang ditabung di bank tersebut dan berapa jumlah uang yang telah

dikelola oleh bank untuk sektor-sektor usaha rill sehingga memberikan

keuntungan bagi pihak bank. Keuntunga inilah yang kemudian dibagi kepada

10

Page 14: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

pihak bank sebagai pengelola uang (mudharib) dan nasabah sebagai pemilik

uang (shahibul mal) berdasarkan porsi atau bagian yang telah disepakati

bersama di muka.

1. Produk Perbankan syariah

Produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (I)

Produk Penyaluran Dana, (II) Penghimpunan Dana dan (III) Produk yang

berkaitan dengan jasa yang diberikan perbankan kepada nasabahnya.

a. Penyaluran dana

Dalam menyalurkan dana pada nasabah, secara garis besar

produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam tiga kategori yang

dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu:

1) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang

dilakukan dengan prinsip jual beli.

2) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa

dilakuakan dengan prinsip sewa.

3) Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna

mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.

Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank

ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa

yang dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk

uang menggunakan prinsip jual beli seperti murabahah, salam, dan

istishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa yaitu ijiarah.

Sedangkan pada kategori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan

dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada

produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang

disepakati dimuka. Produk perbankan yang termasuk ke dalam

kelompok ini adalah musyarakah dan mudharabah.

1) Prinsip Jual Beli (Ba’i)

Prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya

perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property).

Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian

11

Page 15: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

harga atas barang yang dijual. Transaksi jual – beli dibedakan

berdasarkan bentuk pembayarannya

a) Pembiayaan Murabahah

Murtabahah bi tsaman ajil atau lebih dikenal sebagai

murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan) yaitu transaksi

jual-beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank

bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli.

Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah

keuntungan.kedua belah pihak harus menyepakati harga jual

dan jangka waktu pembayarannya.

b) Salam

Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang

diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan

secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan tunai. Bank

bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual.

Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi

ini kuantitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus

ditentukan secara pasti. Ketentuan umum salam:

Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya

secara jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan

jumlahnya.

Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai

dengan akad maka nasabah (produsen) harus bertanggung

jawab dengan cara antara lain mengembalikan dana yang

telah diterimanya atau mengganti barang yang sesuai

dengan pesanan.

Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau

dipesannya sebagai persedian (inventory), maka

dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad salam

kepada pihak ketiga (pembeli kedua) seperti bulog,

pedagang pasar induk atau rekanan.ini disebut pasar Salam.

12

Page 16: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

c) Istishna

Produk ini menyerupai produk salam, namun dalam istihna

pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali

(termin) pembayaran. Skim istihna dalam bank syariah

umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan

konstruksi.

2) Prinsip Sewa (Ijarah)

Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada

dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, namun

perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli

objek transaksinya adalah barang, maka pada ijiriah objek

transaksinya adalah jasa.

Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang

disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan

syariah dikenal ijiarah muntahhiyah bittmlik (sewa yang diikuti

dengan berpindahnya kepemilikan). Harga jual disepakati pada

awal perjanjian.

3) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan prinsip bagi hasil

adalah musyarakah dan mudharabah.

a) Musyrakah

Musyarakah adalah semua bentuk usaha yang melibatkan dua

pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama

memadukkan seluruh bentuk sumber daya (aset) baik yang

berwujud maupun tidak berwujud (berupa dana, barang

perdagangan [trading asset], kewiraswaataan

[entrepreneurship], kepandaian [skill], kepemilikan [property],

peralatan[equipment], atau intangible asset [seperti hak paten

atau goodwill], kepercayaan/reputasi [credit worthiness] dan

barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang.

13

Page 17: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

ketentuan umum:

Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek

musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal

berhak turut serta dalam menentukkan kebijakan usaha yang

dijalankan oleh pelaksana proyek.

b) Mudharabah

Mudhrabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih

pihak dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercyakan

sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu

perjanjian pembagian keuntungan.

Perbedaan yang esensial dari musyarakah dan mudharabah

terletak pada besarnya kontribusi atas manajemen dan

keuangan atau salah satu diantara itu dalam mudhrabah modal

hanya berasal dari satu pihak, sedangkan dalam musyarakah

modal berasal dari dua pihak atau lebih. Musyarakah dan

Mudharabah dalam literatul fiqih berbentuk perjanjian

kepercayaan (uqud al amanah) yang menuntut tingkat kejujuran

yang tinggi dan menjungjung keadilan.

Ketentuan umum

Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku

pengelola modal harus diserahkan tunai, dapat berupa uang

atau barang yang dinyatakan dalam satuan uang.

Perhitungan dilakukan dengan pendapatan proyek (revenue

sharing) dan perhitungan dari keuntungan proyek (profit

sharing).

Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan akad.

Bank berhak untuk melakukan pengawasan terhadap

pekerjaan namun tidak diperkenankan untuk mencapuri

pekerjaan nasabah.

14

Page 18: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

Mudharabah Muqqayadah

Karakteristik mudharabbah muqayadah pada dasarnya sama

dengan spersyaratan diatas. Perbedaannya adalah terletak

pada dasarnya adalah terletak pada adanya pembatasan

penggunaan modal sesuai dengan permintaanpemilik

modal.

4) Akad Pelengkap

Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanyaa

diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelngkap ini tidak ditujukan

untuk mencari keuntungan, namun ditujukan untuk mempermudah

pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan untuk mencari

keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta

pengganti biaya – biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan

akad ini. Besarnya pengganti biaya ini sekedar untuk menutupi

biaya yang benar-benar timbul.

a) Hiwalah (Alih Utang – Piutang)

Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang piutang.

b) Rahn (Gadai)

Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan

pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan

pembiayaan. Barang yang digadaikan harus milik sendiri, jelas

ukuran,sifat dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil

pasar,dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh

bank.

c) Qardh

Qardh adalah pinjaman uang.

d) Wakalah

Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah

memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya

melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C,

inkaso dan transfer uang.

15

Page 19: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

e) Kafalah (Garansi Bank)

Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk

menjaminpembayaran suatu kewajiban pembayaran.

b. Produk Penghimpunan Bank

Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro,

tabuangan dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan

dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadiah dan

mudharabah.

1) Prinsip Wadiah

Prinsip wadiah yang diterapkan adalah wadiah yad dhamanah yang

diterapkan pada produk rekening giro. Wadiah dhamanah berbeda

dengan wadiah amanah. Dalam wadiah dhamanah, pada prinsipnya

harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi.

Sedangkan dalam hal Wadiah dhamanah, pihak yang dititipi (bank)

bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh

memanfaatkan harta titipan tersebut.

Karena wadiah yang diterapkan dalam produk giro perbankan ini

juga disifati dengan yad dhamanah, maka implikasi hukumnya

sama dengan qardh, dimana nasabah bertindak sebagai yang

meminjamkan uang, dan bank bertindak sebagai yang dipinjami.

Ketentuan umum dari produk ini adalah:

Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak

milik atau ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak

dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank

dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai

suatu insentif untuk menarik dana masyarakat namun tidak

boleh diperjanjikan dimuka.

Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya

mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan

lain yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip

16

Page 20: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

syariah. Khusus bagi pemilik rekening giro, bank dapat

memberikan buku cek, bilyet giro, dan debit card.

Terhadap pembukuan rekening ini bank dapat mengenakan

pengganti biaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya

yang benar-benar terjadi.

Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro

dan tabungan tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan

prinsip syariah.

2) Prinsip Mudharabah

Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau

deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank

sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan seperti

yang telah dijelaskan terdahulu. Dapat pula dana tersebut

digunakan bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah. Hasil

usaha ini akan dibagi hasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati.

Dalam hal bank menggunakannya untuk melakukan pembiayaan

mudharabah, maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian

yang terjadi. Rukun mudharabah terpenuhi sempurna (ada

mudharib – ada pemilik dana, ada usaha yang akan dibagi hasilkan,

ada nisbah, ada ijab kabul). Prinsip mudharabah ini diaplikasikan

pada produk tabungan berjangka dan deposito berjangka.

Berdasarkan kewenangan yang diberikan pihak penyimpan dana,

prinsip mudharabah terbagi tiga yaitu:

a) Mudaharabah mutlaqah

Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan

deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu:

tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasrkan

prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam

menggunakan dana yang dihimpun.

17

Page 21: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

b) Mudharabah Muqqayyadah on balance Sheet

Jenis mudharabbah ini merupakan simpanan khusus (restriced

investment) dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat –

syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Misalnya

diisyarakatkan digunakan untuk bisnis tertentu atau

diisyarkatkan untuk nasabah tertentu. Perhitungan bagi hasil

Mudharabah Muqqayyadah on balance Sheet adalah seluruh

nasabah kepada bank tanpa ada pembatasan tertentu pada

pelaksana usaha yang dibiayai maupun akad yang digunakan.

Nasabah investor memberikan kebebasan secara mutlak kepada

bank syariah untuk mengatur seluruh aliran dana, termasuk

memutuskan jenis akad dan pelaksana usaha di seluruh sektor.

c) Mudharabah Muqqayyadah off Balance Sheet

Jenis muddarabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah

langusung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak

sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara

pemilik dana dengan pelaksana usaha. Dalam skema ini bank

syariah bertindak sebagai arranger saja. Pencatatan

transaksinya di bank syariah secara off balance sheet. Bagi

hasilnya hanya melibatkan nasabah investor dan pelaksana

usaha saja. Besar bagi hasil tergantung kesepakatan antara

nsabah investor dan pelaksana usaha bank hanya memperoleh

arrengger fee.

3) Akad Pelangkap

Untuk mempermudah pelaksanaan penghimpunan dana. Biasanya

diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak

ditujukan untuk mencari keuntungan, namun ditujukan untuk

mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan

untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan

untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk

18

Page 22: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

melaksanakan akad ini. Besarnya pengganti biaya ini sekedar untuk

menutupi biaya yang benar-benar timbul.

Wakalah (Perwakilan)

Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah

memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan

pekerjaan jasa tertentu, seperti inkaso dan transfer uang.

2. Jasa Perbankan

Bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada

nasabah dengan mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa

perbankan tersebut antara lain berupa:

a. Sharf (Jual Beli Valuta Asing)

Pada prinsipnya jual-beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf.

Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini penyerahannya harus

dilakukan pada waktu yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan

dari jual beli valuta asing ini.

b. Ijarah (sewa)

Jenis kegiatan ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan buka tutup

(safe deposit box) dan jasa tata-laksana administrasi dokumen

(custodian). Bank dapat imbalan sewa dari jasa tersebut.

D. Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia

Adanya bank syariah di Indonesia dimulai sejak awal tahun 90-an,

tepatnya pada tahun 91 yaitu dengan brdirinya Bank Muamalat Indonesia

(BMI). Setelah diikuti oleh berdirinya Bank Syariah Mandiri (BSM).

Fenomena perbankan syariah di Indonesia merupakan jerih payah perjuangan

para penggagas adanya kelembagaan ekonomi keuangan dalam islam karena

dengan adanya bank syariah, umat islam Indonesia daapat tertolong dalam

bertransksi yang sesuai dengan syar’i dan memberikan rasa ketenangan dihati

umat islam Indonesia.

19

Page 23: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

Perkembangan industri perbankan syariah dalam tahun2004 masih

dilandasi dengan tingkat ekspansi yang tinggi yang menunjukkan adanya

demand terhadap jasa perbankan syariah yang tinggi yang telah di perkirakan

dalam berbagai kajian yang dilakukan.

Perkembangan tersebut didukung pula oleh kondisi moneter dan

kebijakan perbankan yang kondusif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan yang

signifikan pada sejumlah indikator seperti jumlah bank dan jaringan kantor

dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan.

Secara institusional , dalam tahun 2004 jumlah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah meningkat menjadi

3 bank umum syariah, 15 unit usaha syariah (UUS) dari bank umum

konvesional (Bank Tugu) menjadi bank Umum Syariah yaitu Bank Syariah

Mega Indonesia dibukanya 7 UUS dari bank umum konvensional khususnya

bank-bank pembangunan daerah yaitu Bank DKI, BPD Riau, Bank Niaga,

BPD KALSEL, BPD Sumut, BPD Aceh dan Bank Permata. Ijin operasional

juga telah diberikan kepada 5 BPRS (satu konversi) yaitu BPRS Situbondo,

BPRS Tenggamus, BPRS Buana Mitra Perwira, BPRS Artha Surya barokah

dan BPRS Bhakti Sumekar. Meski demikan terhadap satu BPRS yang dicabut

ijin usahanya yaitu BPRS Dharma Amanah.

Disamping peningkatan jumlah bank syariah yang beroerasi, jaringan

kantor bank syariah juga menunjukkan pertumbuhan yang sangat signifiakan.

Selama periode laporan jumlah kantor bank syariah (termasuk kantor kas dan

kantor cabang pembantu) bertambah 96 kantor dari jumlah 337 kantor pada

tahun2003 menjadi 443 kantor pada akhir tahun 2004 pertumbuhan jumlah

dan jaringan kantor bank syariah tersebut dismping sejalan dengan hasil

penelitian bank Indonesia mengenai potensi penegembangan perbankan

syariahtersebut disamping sejalan dengan hasil penelitian bank Indonesia

mengenai potensi perkembangan perbankan syariah disejumlah daerah , juga

tidak terlepas dari kebijjakan bank Indonesia yang mendukung perluasan

jaringan kantor bank syariah khusunya diluar wilayah ibu kota Provinsi.

Dengan demikian jaringan perbankan syariah kini telah hadir dihampir

sebagian besar provinsi.

20

Page 24: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

BAB III

PENUTUP

Setelah mempelajari lebih dalam mengenai sistem bagi hasil perbankan

syariah maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan

berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi.

Besarnya nisbah (rasio) bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang

diperoleh.

Bagi hasil yang diberikan tergantung kepada kinerja usaha. Jumlah pembagian

bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan bank

syariah yang bersangkutan.

Tidak ada agama yang meragukan keabsahan bagi hasil.

Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek

itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama

oleh kedua belah pihak.

Kemudian ciri-ciri perbankan syariah adalah:

Bisa menjadikan uang sebagai alat tukar bukan komoditi yang

diperdagangkan.

Bank syariah menggunakan cara bagi hasil dari keuntungan jasa atas transaksi

Rill bukan sistem bunga sebagai imbalan terhadap pemilik uang yang

besarnya ditetapkan dimuka.

Resiko usaha akan dihadapi bersama antara nasabah dengan bank syariah dan

tidak mengenal selisih negatif (negative spread).

Pada bank syariah (DPS) sebagai pengawas kegiatan operasional bank syariah

agar tidak menyimpang dan nilai-nilai syariah.

Prospek perkembangan perbankan syariah menerut penulis kedepan akan

baik sekali selama sistem bagi hasil dan syariat-syariat islam ditegakkan dengan

benar, adil, dan jujur karena sistem perbankan syariah yang memang tidak

memberatkan antara kedua pihak dan sistem bagi hasil ini memang lebih baik dari

pada sistem bunga.

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 25: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

Buku digital

PKES- Pusat Ekonomi Syariah

22