166
MAKALAH PERILAKU ORGANISASI PERILAKU ORGANISASI

MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Citation preview

Page 1: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

PERILAKU ORGANISASI

Page 2: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

DISUSUN

OLEH

NAMA : AYU FARDILLA

FAKULTAS/PRODI: EKONOMI AKUNTANSI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya dan inayahnya

hingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah ini, dan selanjutnya Solawat beriring Salam

buat Junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing manusia kejalan yang

benar.

Makalah yang berjudul PERILAKU ORGANISASI ini berisi tentang konsep

perilaku organisasi.

Page 3: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Namun demikian penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk

itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan di kemudian hari.

AYU FARDILLA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................41.2 Rumusan Masalah................................................................................................51.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan.............................................................................5BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sifat Organisasi ………………………………………………………………..7

2.2 Determinan-determinan Kerja Individu………………………………………12

2.3Motivasi............................................................................................................15

2.4Kepuasan Kerja..................................................................................................26

2.5Kepemimpinan...................................................................................................28

2.6Komunikasi .......................................................................................................31

Page 4: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

2.7 Kelompok Dalam Organisasi............................................................................32

2.8 Konflik Antar Kelompok..................................................................................34

2.9 Sistem Imbalan..................................................................................................40

2.10 Merancang Pekerjaan......................................................................................47

2.11 Pengambilan Keputusan..................................................................................58

2.12 Memasuki Organisasi......................................................................................78

2.13 Stres pekerjaan................................................................................................88

2.14 Karir Dalam Pekerjaan....................................................................................94

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................112

3.2 Saran...........................................................................................................112

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................113

Page 5: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

BAB I

PEDAHULUAN

1.1           LATAR BELAKANG

Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang perilaku tingkat

individu dan tingkat kelompok dalam suatuorganisasi serta dampaknya terhadap kinerja (baik

kinerja individual, kelompok, maupun organisasi). Perilaku organisasi juga dikenal sebagai studi

tentang organisasi. Studi ini adalah sebuah bidang telaah akademik khusus yang

mempelajari organisasi,dengan memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu

politik, antropologi dan psikologi.

Disiplin-disiplin lain yang terkait dengan studi ini adalah studi tentang sumber daya

manusia dan psikologi industri.Organisasi dalam pandangan beberapa pakar seolah-olah menjadi

suatu “binatang” yang berwujud banyak, namun tetap memiliki kesamaan konseptual. Atau

dengan kata lain, rumusan mengenai organisasi sangat tergantung kepada konteks dan perspektif

tertentu dari seseorang yang merumuskan tersebut.

Setiap manusia mempunyai tujuan yang berbeda dalam hidupnya, karena pengaruh

pengetahuan dan pengalamannya yang berbeda. Namun setiap manusia akan sama dalam satu hal

yaitu ingin mempertahankan hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya.

Bagi masyarakat pada era industrialisasi sekarang ini, pekerjaan merupakan suatu aspek

kehidupan yang sangat penting. Bagi masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang

mendasar, baik dalam rangka memperoleh imbalan berupa uang atau jasa, ataupun dalam rangka

mengembangkan dirinya.

Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan

menerima pesan, terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada

kesempatan untuk melakukan umpan balik. hal Ini mengandung elemen-elemen yang ada dalam

setiap tindak komunikasi, terlepas dari apakah itu bersifat intrapribadi, antarpribadi, kelompok

kecil, pidato terbuka, atau komunikasi masa. Dalam komunikasi ini kita juga akan menyinggung

sedikit tentang Perhatian, Pemahaman dan Mengingat Informasi.

2.1 RUMUSAN MASALAH

Page 6: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

          Masalah-masalah yang akan di pecahkan dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:

1.               Apakah pengertian dari PERILAKU ORGANISASI?2.               Penjelasan elemen-elemen penting yang ada didalam PERILAKU ORGANISASI?

1.3      TUJUAN DAN MANFAAT

          Tujuan dalam pembuatan makalah ini dibagi kedalam dua tujuan yakni dilihat dari tujuan

secara umum dan secara khusus.

  Tujuan secara umum yaitu untuk memberikan pemahaman mengenai Perilaku Organisasi

.

  Tujuan secara khusus yaitu Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu

tugas mata Perilaku Organisasi. Yang diharapakan mahasiswa dapat memahaminya secara

mendalam.

Manfaat pembuatan makalah ini yaitu:

1.     Bagi penulis manfaatnya yakni menambah wawasan serta dapat memahami tentang Perilaku

organisasi.

2.      Bagi UNISI, manfaat dibuatnya makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk

menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang Perilaku Organisasi

Page 7: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

BAB II

PEMBAHASAN

2.1           SIFAT ORGANISASIAda 3 hubungan dasar dalam hubungan formal :

1.               Tanggung jawabHal ini merupakan kewajiban individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Barang kali bisa diarahkan dengan terjadinya spesialisasi dalam bekerja.2.               Wewenang Wewenang adalah hak untuk mengambil keputusan mengenai apa yang dijalankan oleh seseorang dan merupakan hak untuk meminta kepada orang lain untuk melakukan sesuatu.3.               PertanggungjawabanApabila wewenang berasal dari pimpinan ke bawahan, maka pertanggung jawaban berasal dari bawahan ke pimpinan. Pertanggung jawaban merupakan laporan hasil dari bawahan kepada yang berwenang (atasan).

Unsur-unsur organisasi terdiri dari :1.               Manusia (Human Faktor), artinya organisasi baru ada, jika ada unsur manusia yang bekerjasama, ada pemimpin dan ada yang dipimpin.2.               Sasaran, artinya organisasi baru ada jika ada tujuan yang ingin dicapai.3.               Pekerjaan, menunjukkan bahwa organisasi baru ada jika ada pekerjaan yang akan dikerjakan serta adanya pembagian pekerjaan.4.               Teknologi, ini artinya organisasi itu baru ada jika terdapat unsur-unsur teknis.5.               Tempat kedudukan, organisasi itu ada jika ada tempat kedudukannya.6.               Struktur, organisasi tersebut baru ada jika ada hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain, sehingga tercipta organisasi.7.               Lingkungan (Enviromental External Sosial System), artinya organisasi baru ada jika ada lingkungan yang saling mempengaruhi, misalnya ada sistem kerja sama sosial.

                  Sistem OrganisasiFormalisasi (formalization) mengacu sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi

dibakukan. Jika sebuah pekerjaan sangat formal, pemangku pekerjaan akan memiliki sedikit

sekali kebebasan untuk memilih apa yang harus dikerjakan, kapan harus dikerjakan, dan

bagaimana dikerjakan. Di organisasi dengan tingkat formalisasi tinggi, ada deskripsi rendah

Page 8: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

tugas yang jelas, beragam aturan organisasi, dan prosedur yang didefinisikan relatif tidak

terprogram dan karyawan memiliki banyak kebebasan untuk menjalankan diskresi mereka terkait

dengan pekerjaan.

Kadar formalisasi bisa sangat beragam antarorganisasi dan di dalam organisasi. Pekerjaan-

pekerjaan tertentu, misalnya, memiliki sedikit formalisasi.

                  Desain Organisasi yang Umum

1.               Struktur SederhanaStruktur Sederhana dicirikan dengan apa yang bukan dan bukan yang sebenarnya. Struktur

ini tidak rumit. Struktur Sederhana yang dicirikan dengan kadar departementalisasi yang rendah,

rentang kendali yang luas, wewenang yang terpusat pada seseorang saja, dan sedikit formalisasi.

Struktur sederhana adalah sebuah organisasi “rata”; biasanya hanya memiliki dua atau tiga tingkatan vertikal, badan karyawan yang longgar, dan satu individu yang kepadanya wewenang pengambilan keputusan dipusatkan.

Kekuatan dari struktur ini terletak pada kesederhanaannya. Cepat, fleksibel, tidak mahal untuk dikelola, dan akuntabilitasnya jelas. Kelemahannya adalah struktur ini sulit dijalankan di mana pun selain di organisasi kecil. Struktur sederhana menjadi semakin tidak memadai tatkala sebuah organisasi berkembang karena formalisasinya yang rendah dan sentralisasinya yang tinggi cenderung menciptakan kelebihan beban (overload) informasi di puncak, struktur ini berisiko segalanya bergantung pada satu orang.

2.               BirokrasiBirokrasi sebuah struktur dengan tugas-tugas operasi yang sangat rutin yang dicapai

melalui spesilisasi, aturan dan ketemtuan yang sangat formal, tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam berbagai departemen fungsional, wewenang terpusat, rentang kendali yang sempit, dan pengambilan keputusan yang mengikuti rantai komando.Standarisasi merupakan konsep kunci yang mendasari semua birokrasi.Birokrasi adalah sebuah kata yang memiliki konotasi tak menyenangkan di benak kebanyakan orang. Namun, birokrasi memiliki keunggulan. Kekuatan utama birokrasi terletak pada kemampuannya menjalankan kegiatan-kegiatan yang berstandar secara sangat efisien. Kelemahan dari biokrasi adalah sesuatu yang kita semua pernah alami suatu kali ketika harus berhadapan dengan mereka yang bekerja di organisasi-organisasi seperti berlebihan dalam mengikuti aturan.

3.               Struktur matriksStruktur matriks adalah sebuah struktur yang menciptakan garis wewenang ganda dan

menggabungkan departementalisasi fungsional dan produk.Pilihan desain organisasi lain yang populer adalah struktur matriks (matrix structure). Pada hakikatnya, struktur matriks menggabungkan dua bentuk departementalisasi: fungsional dan produk.

Kekuatan departementalisasi fungsional terletak, misalnya, pada penyatuan para spesialisasi, yang meminimalkan jumlah yang diperlukan sembari memungkinkan pengumpulan dan pembagian sumber-sumber daya khusus untuk seluruh produk. Kelemahan terbesarnya adalah

Page 9: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

sulitnya mengoordinasi tugas para spesialisasi fungsional yang beragam agar kegiatan mereka rampung tepat waktu dan sesuai anggaran.

Karakteristik struktural paling nyata dari matriks adalah bahwa ia mematahkan konsep kesatuan komando. Kekuatan matriks terletak pada kemampuannya untuk memfasilitasi koordinasi manakala organisasi tersebut memiliki banyak aktivitas yang rumit dan saling tergantung. Kelemahan matriks terletak pada kebingungan yang diciptakannya, kecenderungannya untuk menumbuhkan perjuangan meraih kekuasan, dan stres yang dirasakan pada individu.

                  Desain Organisasi Struktural1.               Struktur Tim

Ketika manajemen menggunakan tim sebagai alat koordinasi sentral, anda memiliki sebuah organisasi horizontal atau struktur tim (team structure), Struktur tim adalah Pemanfaatan tim sebagai perangkat sentral untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan kerja. karakteristik struktur tim adalah bahwa struktur ini meniadakan kendala-kendala departemental dan mendesentralisasi pengambilan keputusan ke tingkat tim kerja.2.               Organisasi Virtual

Organisasi virtual (virtual organization), terkadang juga di sebut organisasi jaringan atau modular, yang biasanya merupakan organisasi inti kecil yang menyubkontrakkan fungsi-fungsi utama bisnis. Dalam bahasa struktural, organisasi virtual sangat sentralistis dengan sedikit departementalisasi atau tidak sama sekali.

3.               Organisasi NirbatasMantan pemimpin General Electric, Jack Welch, menciptakan istilah organisasi nirbatas

(boundaryless organization) untuk menggambarkan impiannya bagi GE di masa depan. Organisasi nirbatas adalah sebuah organisasi yang berusaha menghapus rantai komando, memiliki rentang kendali tak terbatas, dan mengganti departemen dengan tim yang diberdayakan.

                  Tingkatan AnalisisSebelummembahas tingkatan dalam analisis organisasi sebaiknya kita ketahui dulu apa saja

yang menjadi acuan dalam pembahasan teori organisasi, pada bahasan disini adalah pengertian

organisasi menurut pendekatan modern dan dapatdilihatpada :

1.               LingkunganOrganisasi2.               Organisasi secara keseluruhan3.               Bagian – bagian Organisasi4.               Kumpulan individu (group) yang terdapat dalam setiap bagian orgnaisasi

Ke empat tingkatan tersebut harus diperhatikan dalam meninjau permasalahan organisasi sesuai urutannya. Pada tingkatan analisis organisasi ini tidak membahas masalah individu yang merupakan anggota organisasi, tetapi maslah individu dinyatakan sebagai analisis perilaku. Analisis Perilaku ini adalah suatu pendekatan psikologis yang mempelajari motivasi kepemimpinan dan sebagai aspek kepribadian individual lainnya.Seperti kita ketahui bahwa pendekatan dalam teori organisasi adalah pendekatan klasik, pendekatan neo-klasik dan

Page 10: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

pendekatan modern. Tingkatan analisis organisasi ini merupakan pandangan dari pendekatan modern karena organisasi menurut pendekatan ini adalah bagian atau subsistem lingkungan yang sekaligus juga dipengaruhi oleh lingkungannya. Pandangan tersebut menunjukkan bahwa lingkungan merupakan salah satu elemen penting yang harus diperhatikan dalam analisis organisasi.

                  Efektivitas OrganisasiMenurut Soekarno K.1[1]efektif adalah pencapaian tujuan atau hasil dikehendaki tanpa

menghiraukan faktor-faktor tenaga, waktu, biaya, fikiran alat dan lain-alat yang telah

dikeluarkan/ digunakan. Hal ini berarti bahwa pengertian efektivitas yang dipentingkan adalah

semata-mata hasil atau tujuan yang dikehendaki. Jadi pengertian efektivitas kinerja organisasi

adalah pencapaian tujuan atau hasil yang dilakukan dikerjakan oleh setiap individu secara

bersama-sama.

    Pendekatan-Pendekatan Keefektifan Organisasi

1.               Pendekatan Pencapaian Tujuan (goal attainment approach)

Pendekatan pencapaian tujuan mengasumsi bahwa organisasi adalah kesatuan yang dibuat

dengan sengaja, rasional, dan mencari tujuan. Oleh karena itu, pencapaian tujuan yang berhasil

menjadi sebuah ukuran yang tepat tentang keefektifan. Namun demikian agar pencapaian tujuan

bisa menjadi ukuran yang sah dalam mengukur keefektifan organisasi, asumsi-asumsi lain juga

harus diperhatikan. Pertama, organisasi harus mempunyai tujuan akhir. Kedua, tujuan-tujuan

tersebut harus diidentifikasi dan ditetapkan dengan baik agar dapat dimengerti. Ketiga, tujuan-

tujuan tersebut harus sedikit saja agar mudah dikelola. Keempat, harus ada consensus atau

kesepakatan umum mengenai tujuan-tujuan tersebut.

2.          Pendekatan Sistem (system approach)

Pendekatan system terhadap efektifitas organisasi mengimplikasikan bahwa organisasi terdiri

dari sub-sub bagian yang saling berhubungan. Jika slah satu sub bagian ini mempunyai performa

yang buruk, maka akan timbul dampak yang negative terhadap performa keseluruhan system.

Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yang berhasil dengan konstituensi

lingkungan. Manajemen tidak boleh gagal dalam mempertahankan hubungan yang baik dengan

1[1]1986:42

Page 11: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

para pelanggan, pemasok, lembaga pemerintahan, serikat buruh, dan konstituensi sejenis yang

mempunyai kekuatan untuk mengacaukan operasi organisasi yang stabil.

Kekurangan yang paling menonjol dari pendekatan system adalah hubungannya dengan

pengukuran dan masalah apakah cara-cara itu memang benar-benar penting. Keunggulan akhir

dari pendekatan system adalah kemampuannya untuk diaplikasikan jika tujuan akhir sangat

samara atau tidak dapat diukur.

3.          Pendekatan Konstituen-Strategis (strategic-constituencies approach)Pendekatan konstituensi-strategis memandang organisasi secara berbeda. Organisasi

diasumsikan sebagai arena politik tempat kelompok-kelompok yang berkepentingan bersaing

untuk mengendalikan sumber daya. Dalam konteks ini, keefektifan organisasi menjadi sebuah

penilaian tentang sejauh mana keberhasilan sebuah organisasi dalam memenuhi tuntutan

konstituensi kritisnya yaitu pihak-pihak yang menjadi tempat bergantung organisasi tersebut

untuk kelangsungan hidupnya di masa depan.

Kekurangan dari pendekatan ini adalah dalam praktik, tugas untuk memisahkan konstituensi

strategis dari lingkungan yang lebih besar mudah untuk diucapkan, tetapi sukar untuk

dilaksanakan. Karena lingkungan berubah dengan cepat, apa yang kemarin kritis bagi organisasi

mungkin tidak lagi untuk hari ini. Dengan mengoperasikan pendekatan konstituensi strategis,

para manajer mengurangi kemungkinan bahwa mereka mungkin mengabaikan atau sangat

mengganggu sebuah kelompok yang kekuasaannya dapat menghambat kegiatan-kegiatan sebuah

organisasi secara nyata.

4.          Pendekatan Nilai-nilai Bersaing (Competing-values approach)Nilai-nilai bersaing secara nyata melangkah lebih jauh dari pada hanya pengakuan tentang

adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut mengasumsikan tentang adanya

pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa berbagai macam

pilihan tersebut dapat dikonsolidasikan dan diorganisasi. Pendekatan nilai-nilai bersaing

mengatakan bahwa ada elemen umum yang mendasari setiap daftar criteria Efektifitas

Organisasi yang komprehensif dan bahwa elemen tersebut dapat dikombinasikan sedemikian

Page 12: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

rupa sehingga menciptakan kumpulan dasar mengenahi nilai-nilai bersaing. Masing-masing

kumpulan tersebut lalu membentuk sebuah model keefektifan yang unik.

2.2           DETERMINAN-DETERMINAN KERJA INDIVIDU

                  Suatu Model Perilaku dan Prestasi Kerja

    Perilaku individu

Perilaku individu adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan

lingkungannya. Individu membawa tatanan dalam organisasi berupa kemampuan, kepercayaan

pribadi, pengharapan, kebutuhan, dan pengalaman masa lainnya. Sementara itu, karakteristik

individu akan dibawa memasuki suatu lingkungan baru, yaitu organisasi atau lainnya. Selain itu,

organisasi juga memiliki karakteristik dan merupakan suatu lingkungan bagi individu.

Karakteristik organisasi, antara lain reward system dan pengendalian. Selanjutnya, karakteristik

individu berinteraksi dengan karakteristik organisasi yang akan mewujudkan perilaku individu

dalam organisasi.

Dalam kaitan antara individu dengan organisasi, maka ia membawa karakteristik individu ke

dalam organisasi, sehingga terjadilah interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik

organisasi. Interaksi keduanya mewujudkan perilaku individu dalam organisasi. Perilaku

individu dalam organisasi dapat digambarkan sebagai berikut:

 

Page 13: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Gambar 1.1 Karakteristik Perilaku Individu dalam Organisasi

    Dasar-Dasar Perilaku IndividuSemua perilaku individu pada dasarnya dibentuk oleh kepribadian dan pengalamannya.

Sajian berikut ini akan diarahkan pada empat variabel tingkat-individual, yaitu karakter

biografis, kemampuan, kepribadian, dan pembelajaran. Berikut ini adalah penjelasan dari

keempat variabel tersebut.

1.               Karakteristik BiografisKarakteristik biografis merupakan karakteristik pribadi yang terdiri dari:

a.                UsiaAda keyakinan yang meluas bahwa produktivitas merosot sejalan dengan makin tuanya usia

seseorang.b.               Jenis Kelamin

Perbedaan antara pria dan wanita dapat mempengaruhi kinerja, terapi ada juga yang berpendapat tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan memecahkan masalah , keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, atau kemampuan belajar.

c.                Status PerkawinanPerkawinan biasanya akan meningkatkan rasa tanggung jawab seorang karyawan terhadap

pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, karena pekerjaan nilainya lebih berharga dan penting karena bertambahnya tanggung jawab pada keluarga.d.               Masa Kerja

Masa kerja yang lebih lama menunjukkan pengalaman yang lebih seseorang dibandingkan dengan rekan kerjanya yang lain.

    Prestasi kerjaPengertian prestasi kerja disebut juga sebagai kinerja atau dalam bahasa Inggris disebut

dengan performance. Pada prinsipnya, ada istilah lain yang lebih menggambarkan pada

“prestasi” dalam bahasa Inggris yaitu kata “achievement”. Tetapi karena kata tersebut berasal

dari kata “to achieve” yang berarti “mencapai”, maka dalam bahasa Indonesia sering diartikan

menjadi “pencapaian” atau “apa yang dicapai”.

Bernardin dan Russel memberikan definisi tentang prestasi kerja sebagai berikut

“performance is defined as the record of outcome produced on a specified job function or

activity during a specified time period” (Prestasi kerja didefinisikan sebagai catatan dari hasil-

hasil yang diperoleh melalui fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama tempo waktu

tertentu).

Page 14: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa prestasi kerja lebih menekankan pada hasil atau yang

diperoleh dari sebuah pekerjaan sebagai kontribusi pada perusahaan.2[2]

Rahmanto menyebutkan prestasi kerja atau kinerja sebagai tingkat pelaksanaan tugas yang

bisa dicapai oleh seseorang, unit, atau divisi, dengan menggunakan kemampuan yang ada dan

batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan perusahaan. (www. Feunpak. web.

Id/ jima/isna.txt). Model perilaku dan prestasi kerja individu dalam organisasi sangat dipengaruhi

oleh bebrapa faktor, faktor-faktor tersebut dijelaskan dalam sub pokok bahasan berikutnya.

2.3 MOTIVASI

Motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau

menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia

dapat mencapai tujuannya. Menurut J.P. Chaplin Motivasi adalah suatu variabel perantara yang

digunakan untuk menerangkan faktor-faktor dalam diri individu, yang dapat membangkitkan,

mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu.

Motivasi berhubungan dengan kekuatan (dorongan) yang berada di dalam diri manusia.

Motivasi tidak dapat terlihat dari luar. Motivasi dapat menggerakkan manusia untuk

menampilkan suatu tingkah laku kearah pencapaian suatu tujuan. Tingkah laku dapat dilandasi

oleh berbagai macam motivasi.3[3]

Hubungan Antara Motivasi dan Perilaku

Hubungan antara motivasi dan perilaku dapat terwujud dalam enam variasi berikut 4[4]:

1.               Sebuah perilaku dapat hanya dilandasi oleh sebuah motivasi;

2.               Sebuah perilaku dapat pula dilandasi oleh bebrapa motivasi;

3.               Perilaku yang sama dapat dilandasi oleh motivasi yang sama;

4.               Perilaku yang sama dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda;

2[2] http://www.damandiri.or.id/file/ahmadrajaulunairbab2.pdf

3[3]http://goenable.wordpress.com/2012/01/06/motivasi-dalam-organisasi/

4[4] http://desiwidiasari.wordpress.com/2011/04/15/motivasi-dalam-perilaku-organisasi/

Page 15: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

5.                Perilaku yang berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang sama;

6.               Perilaku yang berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda.

2.3. Kemampuan

Kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan tidak sama satu dengan yang lainnya. Setiap manusia mempunyai kemampuan berfikir masing-masing. Seluruh kemampuan seorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua faktor, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

a.          Kemampuan IntelektualAda tujuah dimensi yang paling sering dikutip yang membentuk kemampuan intelektual,

yaitu:

                  Kecerdasan NumerikKemampuan untuk berhitung dengan cepat dan tepat.                  Pemahaman VerbalKemampuan memahami apa yang dibaca dan didengar serta menghubungkan kata satu dengan yang lain.                  Kecepatan KonseptualKemampuan mengenali kemiripan dan beda visual dengan cepat dan tepat.                  Penalaran InduktifKemampuan mengenali suatu urutan logis dalam suatu masalah dan kemudian memecahkan masalah itu.                  Penalaran DeduktifKemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu argumen.                  Visualilasi RuangKemampuan membayangkan bagaimana suatu objek akan tampak seandainya posisinya dalam ruang diubah.                  IngatanKemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu.b.          Kemampuan fisik

Kemampuan fisik memiliki makna penting khusus untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang kurang menuntut keterampilan. Ada sembilan kemampuan fisik dasar, yaitu kekuatan dinamis, kekuatan tubuh, kekuatan statis, kekuatan, keluwesan extent, keluwesan dinamis, koordinasi tubuh, keseimbangan, dan stamina

    Persepsi

Persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kessan

sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Ada beberapa teknik dalam

menilai orang yang memungkinkan kita membuat persepsi yang lebih akurat dengan cepat dan

memberikan data yang valid (sahih) untuk membuat ramalan. Namun teknik-teknik ini akan

Page 16: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

menceburkan kita dalam kesulitan karena tidak ‘foolproof’. Karena itu, pemahaman akan jalan

pintas ini dapat membantu kita mewaspadai bila teknik-teknik ini menghasilkan distorsi.

                  Persepsi selektif : orang-orang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan

berdasarkan pengalaman, latar belakang, kepentingan, dan sikap. Hal ini dikarenakan kita tidak

dapat mengamati semua yang berlangsung disekitar kita. Misalnya saja, seperti diatas tadi, orang

yang menyenangi hasil seni akan cenderung memperhatikan lukisan daripada orang yang

menyenangi teknologi. Dengan selektivitas sebagai jalan pintas, kita mencerna sedikit demi

sedikit dari apa yang ingin kita nilai, dan tentu saja kita mencernanya sesuai dengan latar

belakang, pengalaman, kepentingan, dan minat kita. Tentu saja, kesalahan sangat mungkin

terjadi dengan jalan pintas ini.

                  Efek halo : yaitu menarik eksan umum mengenai seorang individu berdasarkan suatu

karakteristik tunggal, misalnya pendiam, sangat bersemangat, pintar, dls. Orang yang menilai

dapat mengisolasi hanya karakteristik tunggal. Suatu ciri tunggal dapat mempengaruhi seluruh

kesan oarng dari individu yang sedang dinilai.

                  Efek kontras : yaitu evaluasi atas karakteristik-karakteristik seseorang yang dipengaruhi

oleh pembandingan-pembandingan dengan orang lain yang baru saja dijumpai yang berperingkat

lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama. Contohnya adalah orang yang

diwawancara dapat memperoleh evaluasi yang lebih menguntungkan jika sebelumnya ia telah

didahului oleh banyak pelamar yang kurang bermutu.

                  Proyeksi : Yaitu menghubungkan karakteristik kita sendiri ke orang lain. Misalnya saja

orang yang bekerja dengan cepat dan ulet akan menganggap orang lain sama dengannya

                  Berstereotipe : yaitu menilai seseorang bedasarkan persepsi seorang terhadap kelompok

seseorang itu. Misalnya kita menilai bahwa orang yang gemuk malas, maka kita akan

mempersepsikan semua orang gemuk secara sama. Generalisasi seperti ini dapat

menyerdehanakan dunia yang rumit ini dan memungkinkan kita mempertahankan konsistensi,

namun sangat mungkin juga bahwa stereotipe itu tidak mengandung kebenaran ataupun tidak

relevan.

Penerapan Khusus dalam Organisasi

Penilaian memiliki banyak konsekuensi bagi organisasi. Didalamnya orang-orang selalu saling

menilai. Berikut ini adalah beberapa penerapannya yang lebih jelas :

Page 17: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

- Wawancara karyawan : bukti menunjukkan bahwa wawancara sering membuat penilaian

perseptual yang tidak akurat. Pewawancara yang berlainan akan melihat hal-hal yang berlainan

dalam diri seorang calon yang sama. Jika wawancara merupakan suatu masukan yang penting

dalam keputusan mempekerjakan, perusahaan harus mengenali bahwa faktor-faktor perseptual

mempengaruhi siapa yang dipekerjakan dan akhirnya mempengaruhi kualitas dari angkatan kerja

suatu organisasi.

- Pengharapan kinerja : Bukti menunjukkan bahwa orang akan berupaya untuk mensahihkan

persepsi mereka mengenai realitas, bahkan jika persepsi tersebut keliru. Pengharapan kita

mengenai seseorang/sekelompok orang akan menentukan perilaku kita. Misalnay manager

memperkirakan orang akan berkinerja minimal, mereka akan cenderung berperilaku demikian

untuk memenuhi ekspektasi rendah ini.

-   Evaluasi kinerja : penilaian kinerja seorang karyawan sangat bergantung pada  proses

perseptual. Walaupun penilaian ini bisa objektif, namun banyak yang dievaluasi secara subjektif.

Ukuran subjektif adalah berdasarkan pertimbangan, yaitu penilai membentuk suatu kesan umum

mengenai karyawan. Semua persepsi dari penilai akan mempengaruhi hasil penilaian tersebut.

-   Upaya karyawan : Dalam banyak organisasi, tingkat upaya seorang karyawan dinilai sangat

penting, jadi bukan hanya kinerja saja. Namun penilaian terhadap upaya ini sering merupakan

suatu pertimbangan subjektif yang rawan terhadap distorsi-distorsi dan prasangka (bias)

perseptual.

-   Kesetiaan karyawan : pertimbangan lain yang sering dilakukan manager terhadap karyawan

adalah apakah karyawan tersebut setia atau tidak kepada organisasi. Sayangnya, banyak dari

penilaian kesetiaan tersebut bersifat pertimbangan. Misalnya saja individu yang melaporkan

tindakan tak etis dari atasan dapat dilihat sebagai bertindak demi kesetiaan kepada organisasi

ataupun sebagai pengacau.

    Kepribadian

Kepribadian merupakan  pola khas seseorang dalam berpikir,  merasakan dan berperilaku yang

relatif stabil dan dapat diperkirakan. Kepribadian juga merupakan jumlah total kecenderungan

bawaan atau herediter dengan berbagai pengaruh dari lingkungan serta  pendidikan, yang

membentuk kondisi kejiwaan seseorang dan mempengaruhi  sikapnya terhadap kehidupan. 

Berdasarkan pengertian  tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian meliputi segala corak

Page 18: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

perilaku  dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan pada  diri seseorang, yang  digunakan untuk

bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap rangsangan,  sehingga corak tingkah lakunya itu

merupakan satu kesatuan fungsional yang  khas bagi individu itu.5[5] Menurut Gordon Allport

kepribadian adalah organisasi dinamis dalam sistem psikofisiologis individu yang menentukan

caranya untuk menyesuaikan diri secara unik terhadap lingkungannya.6[6] Untuk tujuan kita ,

Anda hendaknya menganggap bahwa kepribadian merupakan keseluruhan cara dimana seorang

individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain

Menilai Kepribadian

Menilai kepribadian seseorang dalam perekrutan karyawan sangatlah penting karena membantu

para manajer untuk memilih calon yang terbaik. Terdapat tiga cara untuk menilai kepribadian

seseorang, diantaranya:

1.Survei mandiri

Merupakan cara yang paling umum yang digunakan untuk menilai kepribadian. Kekurangan dari

survei mandiri adalah kebohongan dari individu, mungkin mereka lebih menunjukkan kesan

yang lebih baik dari pada faktanya. Kekurangan selanjutnya adalah akurasi, dimana seorang yang

memiliki talenta yang baik sedang dalam suasana hati yang tidak bagus, sehingga dapat

mempengaruhi survei mandiri.

2.Survei peringkat oleh pengamat

Dikembangkan untuk memberikan penilaian bebas mengenai kepribadian. Survei dilakukan oeh

rekan kerja dengan sepengetahuan individu yang dinilai ataupun bisa tidak. Dari survei peringkat

oleh pengamat bisa memberi tahu sesuatu yang unik mengenai perilaku seorang individu di

tempat kerja.

3.Ukuran proyeksi

Ukuran proyeksi dianggap sebagai tantangan karena seseorang ahli sering kali menilai hasil-hasil

tersebut secara berbeda satu sama lain. Maka dari itu, ukuran proyeksi sangat tidak efektif

sehingga jarang digunakan.

    Sifat Kepribadian Utama yang Mempengaruhi Perilaku Organisasi

Sifat kepribadian yang menjadi indikator kuat perilaku di organisasi / tempat kerja, yaitu :

5[5] http://arhieword.wordpress.com/2012/04/05/makalah-perilaku-organisasi-kepribadian-dan-emosi/

6

Page 19: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

1.Evaluasi inti diri

Tingkat di mana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka

menganggap diri mereka cakap dan efektif, dan apakah mereka merasa memegang kendali atau

tidak berdaya atas lingkungan mereka.

2.Marchiavellinisme

Tingkat di mana seorang individu pragmatis, mempertahankan jarak emosional, dan yakin bahwa

hasil lebih penting daripada proses.

3.Narsisme

Kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan,

membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri.

4.Pemantauan diri

Kemampuan seorang individu untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor-faktor situasional

eksternal.

5.Pengambilan resiko

6.Kepribadian tipe A

Keteribatan secara agresif dalam erjuangan terus-menerus untuk mencapai lebih banyak dalam

waktu yang lebih sedikit dan bila perlu melawan upaya-upaya yang menentang dari orang atau

hal lain.

7.Kepribadian Proaktif

Sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil

mencapai perubahan yang berarti.

    Pengertian Motivasi

Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak

untuk memuaskan kebutuhan individu. Suatu kebutuhan (need), dalam terminologi berarti suatu

kekurangan secara fisik atau psikologis yang membuat keluaran tertentu terlihat menarik

(Robinns,S, 2002: 55). Motivasi adalah keseluruhan proses pemberian motivasi (dorongan)

kepada para pegawai agar mereka mau dan suka bekerja sehingga tujuan organisasi dapat

tercapai secara efektif dan efisien (Wursanto, 2003: 267).7[7]

7[7] desiwidiasariTema: Andreas04 oleh Andreas Viklund. Blog pada WordPress.com

Page 20: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan

organisasi, yang di kondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu kebutuhan

individual.8[8]

a. Hubungan Antara Motivasi dan Perilaku

Hubungan antara motivasi dan perilaku dapat terwujud dalam enam variasi berikut (Sutarto,

1984; 275):

1.                           Sebuah perilaku dapat hanya dilandasi oleh sebuah motivasi

2.                           Sebuah perilaku dapat pula dilandasi oleh bebrapa motivasi

3.                           Perilaku yang sama dapat dilandasi oleh motivasi yang sama

4.                           Perilaku yang sama dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda

5.                            Perilaku yang berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang sama

6.                           Perilaku yang berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda

b.               Motivasi sebagai pendorong individu

Motivasi digunakan individu untuk mendorong mereka dalam :

a.                            menentukan kebutuhan atau kesenjangan kebutuhan

b.                           pencarian jalan keluar bagi memenuhi dan memuaskan kebutuhan

c.                            pilihan perilaku untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan

d.                           penentuan kebutuhan dimasa yang akan datang pencarian bagi cara pemenuhannya

e.                            evaluasi atas pemuasan kebutuhan

c.                Beberapa pendekatan mengenai Motivasi

a.                            pendekatan tradisional atau dikenal sebagai traditional Model of motivations theory

b.                           pendekatan relasi manusia atau human relation model

c.                            pendekatan sumber daya manusia atau human resources model

8[8] Robbins,Stephen p :edisi Bhs Indonesia (1996). Perilaku organisasi,Jakarta:PT.prenhallindo

Page 21: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

d.               indicator motivasi individu

Dalam konteks studi psikologi abin syamsudin (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami

motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indicator, diantaranya :

a.                            Durasi kegiatan

b.                           Frekuensi kegiatan

c.                            Persistensi pada kegiatan

d.                           Ketabahan,keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan

e.                            Pengorbanan untuk mencapai tujuan

f.                            Tingkat aspirasi yang hendak di capai dengan kegiatan yang dlakukan

g.                           Tingklat kualifikasi frestasi atau produk (out put) yang di capai dari kegiatan yang

dilakukan

h.                           Arah sikap terhadap sasaran kegiatan9[9]

    Teori-Teori Motivasi

Dasarwarsa 1950an adalah kurun waktu yang berhasil dalam perkembangan konsep-konsep

motivasi. Hendaknya anda mengetahui teori-teori dini ini sekurang-kurangya untuk dua alasan :

a.                            Teori-teori ini mewakili suatu fundasi dari situlah tumbuh teori-teori kontemporer,

b.                           Manajer-manajer praktik secara teratur menggunakan teori-teori ini dan peristilahan

mereka dalam menjelaskan motivasi karyawan.

1. Teori Hirarki Kebutuhan

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada

pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan,yaitu:

9[9] Diposkan oleh Seravine di 09:59

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

tugaskuliahanakmenej.blogspot.com/.../motivasi-perilaku-organisasi....

Page 22: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

a.                kebutuhan faali ( fisiologis ) : antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan

perumahan,seks dan kebutuhan ragawi lainnya.

b.               Keamanan : antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan

emosional.

c.                Kebutuhan social : mencakup kasih sayang, rasa dimiliki, diterima-baik, dan

persahabatan.

d.               Kebutuhan penghargaan: mencakup factor rasa hormat internal seperti harga diri,

otonomi dan prestasi dan factor hormat eksternal seperti misalnya status, pengakuan, dan

perhatian.

e.                Aktualisasi diri (selp actualization) : dorongan untuk menjadi apa yang ia mampu

menjadi ; mencakup pertumbuhan, mencpaai potensialnya dan pemenuhan diri.

2. Teori X dan Y

Teori X maksudnya pengandaian bahwa karyawan-karyawan tidak menyukai kerja, malas tidak

menyukai tanggung jawab dan harus di paksa untuk berfrestasi.

Teori Y maksudnya : pengandaian bahwa karyawan-karyawan menyukai kerja, kreatif,berusaha

bertanggung jawab dan dapat menjalankan pengarahan diri.

Douglas Mcgregor menemukan teori X dan teori Y setelah mengkaji cara para manajer

berhubungan dengan para karyawan. Kesimpulan yang didapatkan adalah pandangan manajer

mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka

cenderung membentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tsb.

Ada 4 asumsi yang dimiliki manajer dalam teori X :

1.                                                   Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan, dan sebisa mungkin

berusaha untuk menghidarinya.

2.                                                   Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan, mereka harus

dipakai,dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.

3.                                                   Karyawan akan menghidari tangung jawab dan mencari perintah formal

4.                                                   Kebanyakan karyawan akan menaruh keamanan diatas semua factor lain

yang dikaitkan dengan kerja dan akan memperagakan ambisi sedikit saja.

Page 23: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Bertentangan dengan pandangan-pandangan negative mengenai sifat manusia dalam teori, ada

pula asumsi positif yang disebutkan dalam teori Y :

1.                                       Karyawan mengangap kerja sebagian hal yang menyenangkan seperti halnya

istirahat atau bermain.

2.                                       Karyawan akan berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk mencapai berbagai

tujuan

3.                                       Karyawa bersedia belajar untuk menerima, mencari dan bertanggung jawab

4.                                       Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif (pembaharuan) tersebar

meluas dalam populasi dan tidak perlu merupakan milik diri mereka yang berada dalam posisi

manajemen

3. Teori Pengharapan

Adalah kekuatan dari suatu kecendrungan untuk bertindak dlam suatu tertentu bergantung pada

kekuatan suatu pengharapam bahwa tindakan itu akan ikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada

daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu itu.

Teori ini memfokuskan pada 3 hubungan :

1.               Hubungan upaya – kinerja : probabilitas yang di persepsikan oleh individu yang

mengeluarkan sejumlah upaya tertentu itu akan mendorong kinerja.

2.               Hubungan kinerja – ganjaran : derajat sejauh mana individu itu meyakini bahwa

berkinerja pada suatu tingkat tertentu akan mendorong tercapainya suatu keluaran yang

diinginkan.

3.               Hubungan ganjaran – tujuan – pribadi : derajat sejauh mana ganjaran –ganjaran

organisasi hal yang memenuhi tujuan atau kebutuhan pribadi seorang individu dan daya tarik

ganjaran-ganjaran potensial tersebut untuk individu itu.

4. Teori Keadilan

Adalah teori bahwa individu membandingkan masukkan-masukkan dan hasil pekerjaan mereka

dengan masukkan-masukkan dan hasil pekerjaan orang lain dan kemudian merespons untuk

menghilangkan ketidak adilan.

Page 24: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Apabila seseorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak

memadai dan dua kemungkina dapat terjadi yaitu.

a.                Seseorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar.

b.               Mengurangi intensitas usaha yang di buat dalam melaksanakan tugas yang menjadi

tanggung jawab.

Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan 4 hal sebagai

pembanding yaitu :

1.               Harapan tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan

kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan,sifat pekrjaan dan pengalamanya.

2.               Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat

pekerjaan nya relative sama dengan yang bersangkutan sendiri.

3.               Imbalan yang diterima oleh pegawai lain diorganisasi lain dikawasan yang sama serta

melakukan kegiatan sejenis

4.               Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah jenis imbalanya

merupakan hak para pegawai.

5. Teori Penentuan Tujuan

Teori bahwa tujuan yang khusus dan sulit menghantar ke kinerja yang lebih tinggi. Edwin locke

mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional

yakni :

a.                Tujuan – tujuan mengarahkan perhatian

b.               Tujuan – tujuan mengatur upaya

c.                Tujuan – tujuan meningkatkan persistensi dan

d.               Tujuan – tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana kegiatan.10[10]

10[10] Diposkan oleh Seravine di 09:59

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

tugaskuliahanakmenej.blogspot.com/.../motivasi-perilaku-organisasi....

Page 25: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

6. Teori Memperkuat (Re-inforcement)

Teori penguatan mengabaikan keadaan-dalam, diri individu dan memusatkan semata-mata pada

apa yang terjadi pada seseorang bila ia mengambil sesuatu tindakan karena tidak memperdulikan

apa yang mengawali perilaku,dalam arti seksama, teori yang ampuh terhadap apa yang

mengendalikan perilaku, dan untuk alasan inilah teori ini lazim di pertimbangkan dalam

pembahasan motivasi.

Secara spesifiknya teori ini mempunyai sesuatu rekaman yang mengesankan untuk meramalkan

factor-faktor seperti kualitas dan kuantitas kerja, ketekunan upaya, kemangkiran, keterlambatan

dan kadar kecelakaan.teori itu tidak mengemukakan banyak wawasan kedalam kepuasan

karyawan atau keputusan untuk berhenti

2.4           KEPUASAN KERJA

Sumber-Sumber Kepuasan Kerja

Adanya lima Sumber yang menimbulkan kepuasan kerja11[11], yaitu:

A.          Pekerjaan itu sendiriSetiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya

masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya

dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan

kerja.

B.     Teman sekerjaMerupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan

atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.

Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu bila

mempunyai rekan sekerja yang ramah dan menyenagkan dapat menciptakan kepuasan kerja yang

meningkat

C.     AtasanAtasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi

bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya. Hubungan

antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting artinya dalam menaikkan produktifitas

kerja. Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari

11[11] Levi (2002)

Page 26: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

pimpinan kepada bawahan, sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian

yang penting dari organisasi kerja

D.    PromosiMerupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan

untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja. Umumnya manusia beranggapan bahwa

seseorang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa lebih puas daripada

karyawan yang bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Pada beberapa penelitian

menunjukkan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, tetapi justru perubahan dalam tingkat

pekerjaanlah yang mempengaruhi kepuasan kerja

E.     Gaji/UpahMerupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.

1.                           Akibat-akibat Kepuasan Kerja

Pekerja yang bahagia cenderung lebih produktif, meski sulit untuk mengatakan kemana arah

hubungan sebab akibat tersebut.ketika kita pindah dari tingkat individu ketingkat organisasi, kita

juga menemukan dukungan untuk hubungan kepuasan kerja. Ketika data prodiktivitas dan

kepuasan secara keseluruhan dikumpulkan untuk organisasi, kita menemukan bahwa organisasi

yang mempunyai karyawan yang lebih puas cenderung lebih efektif bila dibandingkan oeganisasi

yang mempunyai karyawan yang kurang puas.

Karyawan dalam pekerjaan jasa sering berinteraksi dengan pelanggan.karena manajemen

organisasi jasa harus menyenangkan pelanggan adalah masuk akal. Bukti menunjukkan bahwa

karyawan yang puas bisa meningkatkan kepuasan dan kesetiaan pelanggan. Mengapa? Dalam

organisasi jasa, pemeliharaan dan peninggalan pelanggan sangat bergantung pada bagaimana

karyawan garis depan berhubungan dengan pelanggan. Karyawan yang merasa puas cenderung

lebih ramah, ceria, dan responsif yang dihargai oleh para pelanggan. Karena karyawan yang puas

tidak mudah berpindah kerja, pelanggan kemungkinan besar menemui wajah pamiliar dan

menerima layanan yang berpengalaman

2.                           Kecenderungan-kecenderungan dalam Tingkat-tingkat Kepuasan Kerja

Page 27: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

a.. Produktifitas atau kinerja (Unjuk Kerja)

Lawler dan Porter mengharapkan produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan dari

kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja mempersepsikan bahwa ganjaran instrinsik dan ganjaran

ekstrinsik yang diterima kedua-duanya adil dan wajar dan diasosiasikan dengan unjuk kerja yang

unggul. Jika tenaga kerja tidak mempersepsikan ganjaran intrinsik dan ekstrinsik yang

berasosiasi dengan unjuk kerja, maka kenaikan dalam unjuk kerja tidak akan berkorelasi dengan

kenaikan dalam kepuasan kerja.12[12]

b. Ketidakhadiran dan Turn Over

Porter & Steers mengatakan bahwa ketidakhadiran dan berhenti bekerja merupakan jenis

jawaban yang secara kualitatif berbeda. Ketidakhadiran lebih bersifat spontan sifatnya dan

dengan demikian kurang mungkin mencerminkan ketidakpuasan kerja.13[13] Lain halnya dengan

berhenti bekerja atau keluar dari pekerjaan, lebih besar kemungkinannya berhubungan dengan

ketidakpuaan kerja. Ketidakpuasan kerja pada tenaga kerja atau karyawan dapat diungkapkan ke

dalam berbagai macam cara. Misalnya, selain meninggalkan pekerjaan, karyawan dapat

mengeluh, membangkang, mencuri barang milik organisasi, menghindari sebagian dari tanggung

jawab pekerjaan mereka.14[14]

2.5           KEPEMIMPINAN

kepemimpinan adalah faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi serta manajemen.

Kepemimpinan adalah entitas yang mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mencapai

tujuan organisasi. Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat, mengharmonisasi, serta

mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara baik.

1.               Sifat-sifat Kepemimpinan

a.                Feodalistis atau Otokratis

Wewenang sepenuhnya ada dalam tangan pemimpin ini. Gagasan, rencana, keputusan, semuanya

berasal dari pemimpin atau satu orang. Anggota tidak mendapatkan waktu atau kesempatan

untuk mengeluarkan pendapat.

12[12] Asad (2004, hal 113)

13[13] Asad (2004, p.115)

14[14] Robbins (1996)

Page 28: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

b.               Bebas

Pemimpin bersifat bebas membiarkan orang mengemukakan pendapatnya, bebas sekehendak

hatinya, tanpa memberikan arah yang tegas, sehingga mudah menimbulkan konflik.

c.                Demokratis

Setiap anggota diberi hak dan kesempatan untuk mengemukakan pendapat, mengajukan

saran-saran dan pertanyaan-pertanyaan, turut membuat rencana dan mengambil keputusan.

Tanggung jawab suatu keputusan dipikul bersama. Sifat-sifat seperti ini memberi pengertian dan

mendidik anggota untuk cinta dan setia pada organisasi dan menggugah tanggung jawab.

2.               Ciri-ciri Pembawaan Kepemimpinan

Kepemimpinan dan kepribadian bukanlah aspek yang terpisah dalam kehidupan seseorang.

Seorang pemimpin yang taatasas adalah mereka yang mampu menciptakan kekuatan dalam

kehidupan kepribadiannya sekaligus mampu menciptakan kekuatan dalam kepemimpinannya.

Seorang pemimpin akan menyesuaikan irama dan langkahnya dengan semua orang yang

bekerjasama dengannya. Karena itu selayaknya kalau anda sebagai pemimpin ingin mengetahui

beragam determinan yang berkaitan dengan kepribadian anda. Misalnya, perilaku anda akan

mencirikan budaya anda.

Budaya itu sendiri akan menentukan seberapa jauh anda bersifat atraktif. Beberapa ungkapan

agaknya dapat dipakai sebagai bentuk habit (komponen budaya) seorang pemimpin “you are

what you talk”; “you are what you eat”; “kerja keras, cerdas, dan ikhlas”. Dengan demikian jika

anda ingin menanamkan nilai-nilai pada budaya organisasi maka pertanyaan mendasar adalah

apakah perilaku anda dapat diterima oleh semua orang yang ada di dalam organisasi tersebut.

Jadi sang pemimpin harus memulai dari dirinya sendiri. Dengan kata lain cara untuk mengubah

budaya dalam organisasi adalah dengan mengubah perilaku sang pemimpin itu sendiri.

3.               Teori Prilaku Pemimpin

Selama tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an, penelitian mengenai perilaku

pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku.

Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan

kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada

hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku tersebut

Page 29: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja

bawahan. Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk

menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan. Jika

kita cermati, satu-satunya penemuan yang konsisten dan agak kuat dari teori perilaku ini adalah

bahwa para pemimpin yang penuh perhatian mempunyai lebih banyak bawahan yang puas.

4.               Teori Path Goal

Sekarang ini salah satu pendekatan yang paling diyakini adalah teori path-goal, teori path-

goal adalah suatu model kontijensi kepemimpinan yang dikembangkan oleh Robert House, yang

menyaring elemen-elemen dari penelitian Ohio State tentang kepemimpinan pada inisiating

structure dan consideration serta teori pengharapan motivasi.

Dasar dari teori ini adalah bahwa merupakan tugas pemimpin untuk membantu anggotanya

dalam mencapai tujuan mereka dan untuk memberi arah dan dukungan atau keduanya yang

dibutuhkan untuk menjamin tujuan mereka sesuai dengan tujuan kelompok atau organisasi

secara keseluruhan. Istilah path-goal ini datang dari keyakinan bahwa pemimpin yang efektif

memperjelas jalur untuk membantu anggotanya dari awal sampai ke pencapaian tujuan mereka,

dan menciptakan penelusuran disepanjang jalur yang lebih mudah dengan mengurangi hambatan

dan pitfalls (Robbins, 2002).

Menurut teori path-goal, suatu perilaku pemimpin dapat diterima oleh bawahan pada

tingkatan yang ditinjau oleh mereka sebagai sebuah sumber kepuasan saat itu atau masa

mendatang. Perilaku pemimpin akan memberikan motivasi sepanjang (1) membuat bawahan

merasa butuh kepuasan dalam pencapaian kinerja yang efektif, dan (2) menyediakan ajaran,

arahan, dukungan dan penghargaan yang diperlukan dalam kinerja efektif (Robins, 2002). Untuk

pengujian pernyataan ini, Robert House mengenali empat perilaku pemimpin. Pemimpin yang

berkarakter directive-leader, supportive leader, participative leader dan achievement-oriented

leader. Berlawanan dengan pandangan Fiedler tentang perilaku pemimpin, House berasumsi

bahwa pemimpin itu bersifat fleksibel. Teori path-goal mengimplikasikan bahwa pemimpin yang

sama mampu menjalankan beberapa atau keseluruhan perilaku yang bergantung pada situasi

(Robins, 2002).

Model kepemimpinan path-goal berusaha meramalkan efektivitas kepemimpinan dalam

berbagai situasi. Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif karena pengaruh motivasi mereka

yang positif, kemampuan untuk melaksanakan, dan kepuasan pengikutnya. Teorinya disebut

Page 30: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

sebagai path-goal karena memfokuskan pada bagaimana pimpinan mempengaruhi persepsi

pengikutnya pada tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalan untuk menggapai tujuan.

5.               Model Vroom dan Yetton

Teori kepeminmpinan vroom & yetton adalah jenis teori kontingensi yang menitikberatkan

pada hal pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin. Teori vroom dan yetton juga di

sebut teori normative karena mengarah pada pemberian suatu rekomendasi tentang gaya

kepemimpinan yang sebaiknya di gunakan dalam situasi tertentu.

2.6 KOMUNIKASI

Komunikasi Organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara

unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri

dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan

berfungsi dalam suatu lingkungan. Tujuan komunikasi dalam proses organisasi tidak lain dalam

rangka membentuk saling pengertian (mutual undestanding) . Pendek kata agar terjadi

penyetaraan dalam kerangka referensi, maupun dalam pengalaman.

1.                        Perhatian

Perhatian adalah merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang

ditujukan kepada suatu obyek atau kepada sekumpulan obyek-obyek. Perhatian juga adalah

merupakan penyeleksian terhadap stimuli yang ditermia oleh individu yang bersangkutan.15[15]

[2]

Menurut Dr. Aryan Ardhana, perhatian adalah suatu kegiatan jiwa. Perhatian dapat

didefinisikan sebagai proses pemusatan phase-phase atau unsur-unsur pengalaman dan

mengabaikan yang lainnya.

Sedang menurut Drs. Dakir, perhatian adalah keaktifan peningkatan kesadaran dalam

pemusatannya kepada barang sesuatu baik di dalam maupun di luar diri kita.

2.                     Pemahaman

Pemahaman menurut Sadiman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan,

menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang

pengetahuan yang pernah diterimanya.

Menurut Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir semata,

melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau dunia orang lain. Mengalami

152 Dedi S., Tanya Jawab Psikologi Umum, hal.19

Page 31: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

kembali situasi yang dijumpai pribadi lain didalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup,

kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan

suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain.

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami

dan kita mengerti dengan benar. Suharsimi menyatakan bahwa pemahaman (comprehension)

adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan,

memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali,

dan memperkirakan. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia

memahami hubungan yang sederhana di antara fakta – fakta atau konsep.

2.7           KELOMPOK DALAM ORGANISASI

1.                           Sifat Kelompok Kerja

Kelompok Kerja adalah kelompok yang terutama berinteraksi untuk membagi informasi dan

mengambil keputusan untuk membantu tiap anggota dalam bidang tanggung jawabnya. Tujuan

Berbagi info, Tanggung Jawab. Individual, Keterampilan Beragam/acak

Tim Kerja adalah kelompok yang upaya-upaya individunya menghasilkan suatu kinerja yang

lebih besar daripada jumlah dari masukan-masukan individual. Tanggung Jawab individual dan

timbal balik, Keterampilan Saling melengkapi.

Karakteristik Kelompok Efektif

a.                                              Kompetensi Teknis

b.                                             Kohesi

c.                                              Nilai dan Tujuan kelompok jelas

d.                                             Dukungan dari Anggota

e.                                              Kesetiakawanan

f.                                              Keterbukaan

g.                                             Pengambilan Keputusan

h.                                             Fleksibel

i.                                               Kreatif

j.                                               Kepemimpina yang jelas

2.                           Kepaduan Kelompok

Page 32: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Festinger (dalam Shaw, 1979:197) mengatakan bahwa kepaduan kelompok merupakan “the

resultant of all the forces actingon the member to remain in ther group”. Artinya kepaduan

kelompk merupakan hasil akhri keseluruh kekuatan yang menyebabkan anggota tetap bertahan

dalam kelompok

3.      prestasi KelompokPrestasi kelompok merupakan output atau tujuan dari kelompok. Ada tiga unsur yang

mjenentukkan prestasi kelompok, yaitu : produktivitas (derajat perubahan harapan tentang nilai-

nilai yang dihasilkan oleh perilaku kelompok), moral (derajat kebebasan dari hambatan-

hambatan dalam kerja kelompok menuju tujuannya), dan kesatuan (tingkat kemampuan

kelompok untuk mempertahankan struktur dan mekanisme operasinya dalam kondisi yang penuh

tekanan (stress).

4.      Norma-norma KelompokNorma kelompok adalah pedoman-pedoman yang mengatur sikap dan prilaku atau perbuatan

anggota kelompok. Sikap dan tanggapan anggota kelompok terhadap norma kelompok dapat

bermacam-macam. Ada anggota yang tunduk pada norma kelompok dengan terpaksa karena ia

termasuk dalam kelompok yang bersangkutan, tetapi ada juga yang tunduk pada norma

kelompok dengan penuh pengertian dan penuh kesadaran, sehingga norma kelompok dijadikan

normanya sendiri.

Dalm hal ini, individu dapat ikut membentuk norma kelompok bersangkutan, tetapi individu

dapat pula tinggal mengambil oper norma kelompok yang telah ada. Norma kelompok

merupakan norma yang relative tidak tetap. Ratinya, norma kelompok dapat berubah sesuai

dengan keadaan yang dihadapi oleh kelompok. Sesuai dengan perkembangan keadaan yang

dihadapi oleh kelompook, kemungkinan norma kelompok akan mengalami perubahan sehingga

norma kelompok yang dahulu berlaku kini sudah tidak berlaku. Misalnya saja dalam suatu

kelompok ada norma bahwa setiap anggota kelompok harus berambut panjang, namun karena

perkembangan keadaan norma dapat berubah bahawa setian anggota kelompok tidak perlu

berambut panjang, tetapi memakai sesuatu yang menjadi norma kelompok tersebut.

5.      Penolakan (deviance)

Page 33: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Penolakan adalah bagian dari perkembangan yang meliputi semua aspek kehidupan

kita. Setelah bekerja keras selama beberapa tahun terakhir dalam hal pengembangan kepribadian,

saya telah belajar bahwa tidak mungkin untuk menghindari penolakan jika kita benar-benar ingin

berkembang ke arah yang positif. Penolakan membantu kita untuk mengungkap kelemahan yang

tak terlihat, belajar lebih banyak tentang diri kita sendiri, dan akhirnya tumbuh sebagai seorang

manusia. 

2.8 KONFLIK ANTAR KELOMPOK

A. DEFINISI KONFLIK 

     Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara

sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga

kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan

menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

      Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau

dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya

masyarakat itu sendiri.

     Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu Interaksi.

perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,

pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri

individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat

dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau

dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya

masyarakat itu sendiri.

     Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus

di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang

tidak sempurna dapat menciptakan konflik.

Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.

1.               Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan

kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya

Page 34: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak

secara berterusan.

2.               Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama,

hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing

komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama

satu sama lain.

3.               Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi

ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di

dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika

mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah

menjadi kenyataan.

4.               Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada

tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999).

Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.

5.               Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih

pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh

perbedaan tujuan.

B. FAKTOR PENYEBAB KONFLIK

                  Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan

yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau

lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani

hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika

berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan

berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

                  Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.

Page 35: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian

kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan

perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

                  Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh

sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki

kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi

untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal

pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang

menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para

petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat

kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya

diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan,

hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada

perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan

mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula

menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar

kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh

dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh

menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar

untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.

                  Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung

cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.

Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak

akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang

biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-

nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja

dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser

menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai

kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang

Page 36: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan

istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak,

akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya

penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan

masyarakat yang telah ada.

                  JENIS-JENIS KONFLIK

Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :

                  Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan

dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))

                  Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).

                  Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).

                  Koonflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)

                  Konflik antar atau tidak antar agama

                  Konflik antar politik.

                  AKIBAT KONFLIK 

Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :

                  meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik

dengan kelompok lain.

                  keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.

Page 37: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

                  perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling

curiga dll.

                  kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.

                  dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.

Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan

respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan

kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa

sebagai berikut:

                  Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk

mencari jalan keluar yang terbaik.

                  Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk

"memenangkan" konflik.

                  Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang

memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.

Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari

konflik.

                  STUDI KASUS KONFLIK ANTAR KELOMPOK BESERTA SOLUSINYA :

     Setelah beberapa saat kita tidak lagi dipusingkan oleh konflik yang terjadi di Poso dan Aceh

kini perhatian kita kembali tertuju pada pertikaian suku di Papua. Korban jiwa telah berjatuhan

akibat konflik berdarah tersebut. Sepertinya permasalahan konflik tidak pernah habis-habisnya

mendera bangsa ini, sementara solusi yang dicanangkan terkadang tidak memberikan hasil

menggembirakan, dan hanya merupakan penyelesaian temporal karena tidak adanya tindakan

Page 38: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

preventif untuk mencegah munculnya pertikaian baru. Konflik adalah permasalahan serius yang

dapat berakibat kehancuran bagi negara ini melalui disintegrasi bangsa. Untuk itu perlu tindakan

intens oleh semua pihak agar konflik tidak hanya selesai tapi kemungkinan untuk muncul

kembali dapat semakin diminimalkan.

                  Latar Belakang     Saya pikir pertama kita perlu untuk menilik sekilas dua latar belakang mendasar beberapa

konflik yang pernah terjadi. Pertama, konflik dirangsang oleh ketidakpuasan terhadap kinerja

pemerintah. Perhatian minim negara terhadap satu daerah dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan rakyat dapat memicu aksi sparatisme. Konflik yang bertolak dari keinginan untuk

lepas dari pangkuan Ibu Pertiwi dan mendirikan negara sendiri merupakan contohnya. Aksi-aksi

sparatis seperti yang terjadi di Aceh dan Papua adalah saksi kuat tentang hal tersebut.

 

     Kedua, ketegangan antar kelompok atau golongan juga merupakan penyebab terjadinya

pertikaian. Lihatlah konflik-konflik yang mengusung unsur SARA seperti di Sampit, Ambon,

Poso dan perang suku di Papua. Indonesia merupakan negara plural, dimana kelompok-

kelompok suku, agama, dan ras yang berbeda hidup bertetangga. Dalam kondisi seperti ini tidak

jarang masalah kecil dapat menyulut kemarahan salah satu kelompok sehingga memicu

terjadinya ketegangan.

                  Menemukan Solusi 

Page 39: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Beberapa hal dapat menjadi pemikiran bagi kita dalam menemukan solusi tepat bagi kasus

konflik di negara ini. Konflik selalu diwarnai dengan kemarahan kolektif akibat melihat tindakan

yang dinilai tidak adil terhadap salah satu atau beberapa anggota kelompok atau kelompok secara

menyeluruh. Akibatnya aksi kekerasan komunal dilancarkan terhadap kelompok atau institusi

yang dianggap sebagai pelaku ketidakadilan. Aksi kekerasan komunal tersebut adalah solidaritas

negatif. Untuk mengubahnya perlu dibangun gagasan positif tentang solidaritas dan kebersamaan

dalam konteks negara berpancasila. Sebagai landasan dan falsafah hidup bermasyarakat,

Pancasila menonjolkan sebuah anggapan positif mengenai manusia. Warga negara dipandang

sebagai makhluk bermartabat dan menyandang hak untuk menikmati kedamaian dan ketenangan

hidup. Nilai positif ini seharusnya menjadi cara pandang dalam melihat sesama kita yang berasal

dari kelompok lain. Negara juga harus bisa memperlakukan semua warga sebagai pribadi-pribadi

yang layak untuk disejahterakan tanpa melihat latar belakang identitas kelompok yang disandang

oleh anggota masyarakat tertentu. Semua kebijakan pemerintahan harus dapat memfasilitasi dan

mengakomodir semua elemen bangsa. Dengan demikian nilai-nilai Pancasila terimplementasi

dalam gerak dinamika bangsa kita guna menciptakan masyarakat adil dan makmur.

Musyawarah dan mufakat juga merupakan aspek yang ditekankan oleh nilai-nilai Pancasila.

Mengambil waktu untuk duduk bersama dan berdialog untuk bisa lebih mengerti dan memahami

satu dengan lainnya merupakan perwujudan dari aspek tersebut. Beberapa dialog telah dilakukan

utuk menyelesaikan beberapa konflik, tapi perlu lebih intensif pada kepentingan kesejahteraan

masyarakat keseluruhan. Masing-masing kelompok tidak mencari keuntungan sendiri melalui

pelaksanaan dialog.

Seyogyanya dialog antar kelompok dapat menjadi agenda reguler dalam hidup bermasyarakat

dan implementasinya tidak hanya pada jajaran atas saja, tapi harus menyentuh sampai

masyarakat lapisan bawah. Dan mengusung agenda-agenda dalam konteks perwujudan

masyarakat yang damai, adil, dan makmur. Sekiranya masing-masing kelompok dapat

menemukan perannya masing-masing melalui dialog tersebut. Kemudian merumuskan bentuk

kerja sama yang efektif antar kelompok.

Jangan sampai muncul pandangan bahwa semua konflik menjadi prevalent thing karena terlalu

akrabnya lingkungan kita dengan banyak pertikaian antar kelompok yang tidak pernah hilang

dari tanah air tercinta ini. Sehingga Keseriusan dan upaya keras dalam berpartisipasi menemukan

solusi bagi ketegangan-ketegangan menjadi karam. Menciptakan kedamaian dalam

Page 40: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

bermasyarakat sehingga terbentuknya suasana kondusif bagi proses negara ini melangkah untuk

menjadi negara maju dan sejajar dengan negara-negara yang lainnya adalah tanggung jawab

seluruh warga negara. Kemajuan bangsa ini tergantung pada kapasitas sinergi semua komponen

bangsa untuk mewujudkan kedamaian.

2.9. SISTEM IMBALAN

A. DEFINISI IMBALAN

Sistem imbalan Adalah kenyataan yang tidak dapat disangkal bahwa motivasi dasar bagi

kebanyakan orang menjadi pegawai pada suatu organisasi tertentu adalah untuk mencari nafkah.

Berarti apabila disuatu pihak seseorang menggunakan pengetahuan, keterampilan, tenaga dan

sebagian waktunya untuk berkarya pada suatu organisasi, dilain pihak dia mengharapkan

menerima imbalan tertentu.

Dengan kata lain suatu sistem imbalan yang baik adalah sistem yang mampu menjamin

kepuasan para anggota organisasi yang pada gilirannnya memungkinkan organisasi memperoleh,

memelihara dan memperkerjakan sejumlah orang yang dengan berbagai sikap dan prilaku positif

bekerja dengan produktif bagi kepentingan organisasi.

Jika para anggota diliputi oleh rasa tidak puas atas kopensasi yang diterimanya, dampaknya

bagi organisasi akan sangat bersifat negatif. Artinya jika ketidakpuasan tersebut tidak

diselanggarakan dengan baik, merupakan hal yang wajar apabila para anggota organisasi

menyatakan keinginan untuk memperoleh imbalan yang bukan saja jumlahnya lebih besar, akan

tetapi juga lebih adil.

Apabila suatu oganisasi tidak mampu mengembangkan dan menerapkan suatu sistem imbalan

yang memuaskan, organisai bukan hanya akan kehilangan tenaga-tenaganya yang terampil dan

berkemampuan tinggi, tetapi juga akan kalah bersaing dipasaran tenaga kerja. Memang benar

bahwa mengembangkan dan menerapkan suatu imbalan tertentu, suatu organisai menghadapi

suatu kondisi dan tuntutan yang tidak hanya bersifat internal, seperti kemampuan organisasi

membayar upah dan gaji karyawan yang wajar, akan tetapi sering pula bersifat ekterenal seperti

berbagai peraturan perundangan, persaingan dipasaran kerja.  

                  Tujuan Imbalan

Page 41: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Adapun tujuan utama dari program penghargaan adalah:

1.               Menarik orang yang memilikikualifikasi untuk bergabung dengan organisasi

2.               Mempertahankan karyawan agar terus datang untuk berkerja

3.               Memotivasi pekerja untuk mencapai tingkat kinerja yang tinggi

B.              Tipe dan karateristik imbalanPenghargaan Ekstrinsik

Perasaan Ekstinsik datang dari luar orang tersebut.Berikut ini beberapa jenis Penghargaan Ekstrinsik:* Penghargaan Finansial: Gaji dan Upah

Uang merupakan penghargaan ekstrisik yang utama. Untuk dapat benar-benar memahami bagai mana uang memodofikasi perilaku, kita harus memahamipersepsi dan preferensi rang yang diberri penghargaan. Tentu saja ini merupakan tugas sulit yang harus dilakukan secara berhasil oleh manajer. Kecuali jika kariawan dapat melihat suatu hubungan antar kinerja dan kenaikan yang diberikan, uang tidak akan menjadi motivator yng kauat.Banyak organisasi menggunakan beberapa jenis rencana pemberian nsentif untukpembayaran dan evektivitasnya sebagai motivator. Setiap rencana dievaluasi berdasarkan pernyataan berikut:                  Beberapa efektif hal tersebut menciptakan persepsi bahwa pembayaran berhubungan dengan kinerja?                  Seberapa baik hal tersbut meminimalkan konsekuensi negatif yang diperseosikan dari kinerja yang baik?                  Sebarapa baik hal tersebut berkontribusi pada persepsi bahwa penghargaan penting (misalkan pujian dan minat yang ditunjuan terhadap karyawan oleh seorang atasan yang dihormati) menghasilakan kinerja yang baik daripada gaji pembayaran.

Agar sistem pembayaran terbuka dapat memotivasi karyawan, pengukuran perlu tersedia untuk semua aspek penting dalam suatu pekerjaan (misalkan jumlah kosumen baru setiap kuartal, kenaikan pemnelian oleh konsumen,dll) dan usaha seorang karyawan harus dihubungkan dengan kinerja jangka pendek.

* Penghargaan Finansial: Tunjangan Karyawan

Beberapa jenis tunjangan tidak sepenuhnya finansianl, seperti pusat penitipan anak , pusat kebugaran, dan perawatan medis SAS institute yang disubsidi, tapi jenis tunjangan ini jugs memberikan karyawan penghargaan yang bernilai.

Tunjanga finansial utama karywan di kebanyakan organisasi adalah rencana pensiun dan untuk kebanyakan karyawan, kesempatan untuk berpartisifasi dalam rencna pensiun merupakan penghargaan yang bernilai. Tunjanga karyawan , seperti dana pensiun , perawatan di rumah sakit

Page 42: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

dan liburan. Pada umumnya merupakan hal yang tidak berhubungan dengsn kinerja karyawan , akan tetapi didasarkan pada senioritas atau catatan kehadiran.

* Penghargaan Interpersonal

Manajer memiliki sejumlah kekuasaan untuk mendistribusikan penghargaan interpersional, seperti status dan pengkuan. Dengan memberikan individu pekerjaan yang bergengsi, manajer dapat berusaha meningkatkan dan menghilangkan status yang dimilii oleh seseorang. Akan tetapi jika rekan kerja tidak meyakini kemampuan seseorang dalam pekerjaan tertentu , tidak mugkin status tersebut bisa ditingkatkan. Denan meninjau kinerja seseofang, manajer dapat dalam beberapa situasi, memberikan apa yang para manajer anggap sebagai perubahan pekerjaan untuk memperbaiki status. Manajer dan rekn kerja samasam memainkan peran dalam memberikan status pekerjan* Promosi

Manajer menjadikan penghargaan promosi sebagai usaha untuk menempatkan orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat. Kreteria yang sering digunakan untuk meraih keputusan promosi adalah senioritas. Kinerja, jika diukur dengan akurat, sering kali memberikan pertimbangan yang signifikan dalam alokasi penghargaan promosi.

Penghargaan Intrinsik

Suatu penghargaan intrinsik didifinisikan sebagai penghargaan yang diatur sendiri oleh seseorang.Berikut ini beberapa jenis Penghargaan Intrinsik:* Penyelesaian (Completion)

Kemampuan memulai dan menyelesaikan suatu pekerjaan atau proyek merupakan hal yang penting bagi setiap orang. Beberapa orang mempunyai kebutuhan untuk menyelesaikan tugas, dan efek dari penyelesaian tugas bagi seseorang merupakan suatu bentuk penghargaan pada dirinya sendiri, yakni dampak motivasi yang kuat.

* Pencapaian (Achievement)

Pencapaian merupakan penghargaan yang muncul dalam diri sendiri, yang disebabkan oleh seseorang yang meraih suatu tujuan yang menantang.* Otonomi (Autonomy)

Perasaan otonomi dapat dihasilkan dari kebebasan melakukan apa yang dianggap terbaik oleh karyawan dalam suatu situasi tertentu. Pada pekerjaan yang sangat terstruktur dan terkendali oleh manajemen, sulit untuk menciptakan tugas yang mengarah pada otonomi.* Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth)

Dengan mengembangkan kemampuan pribadi, seseorang mampu untuk memaksimalkan atau setidaknya memuaskan poyensi keterampilan.

Page 43: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

                  Proses penghargaan

Dari gambar tersebut berusaha mengintegrasi kepuasan, motivasi, kinerja, dan penghargaan. Membaca gambar tersebut dari kiri ke kanan akan menunjukkan bahwa hanya dengan memberikan motivasi untuk menghasilkan usaha adalah tindakan cukup ntuk memancing kinerja yang diingikan. Kinerja dihasilkan dari kombinasi usaha dan tingkat kemampuan, keterampilan, dan pengalaman individu. Hasil kinerja individu dievaluasi secara formal maupun informal oleh manajemen dan dua jenis penghargaan dapat diberikan: intrinsik atau ekstrinsik. Penghargaan tersebut dievaluasi oleh indinidu, jika penghargaan tersebut memuaskan dan seimbang, individu mencapai tingkat kepuasan.

Sistem Penghargaan yang Inovatif

-                   Gaji Berdasarkan KeterampilanSistem berdasarkan keterampilan setidaknya memiliki empat keunggulan, yakni:

a.                Karena karyawan memiliki lebih banyak keterampilan, maka organisasi meningkatkan fleksibelitasnya dengan menempatkan pekerja untuk menangani pekerjaan yang berbeda

Page 44: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

b.               Karena gaji tidak ditentukan atas dasar klasifikasi pekerjaan, organisasi mungkin lebih memerlukanlebih sedikit klasifikasi pekerjaanc.                Lebih sedikit karyawan yang diperlukan karena lebih banyak pekerja yang dapat dipertukarkan, dand.               Organisasi mungkin mengalami penurunan dalam pergantian karyawan dan ketidakhadiraan.- Perluasan Tingkat

Suatu elemen penghargaan finansialdimasa organisasi mengalami kesulitan adalah sistem peringkat. Sebagian besar sistem memiliki sejumlah besar peringkat. Maka diperlukan perrluasan tingkat yang akan mengurangi sejumlah peringkat gaji hingga tersisa relatif sedikit peringkat yang luas.

- Pelayanan Concierge

Ketersediaan pelayanan conciergeuntuk berbagai aktivitas yang harus dilakukan merupakan daya tarik perusahaan . menjamin karyawan untuk dapat berkosentrasi pada kinerja dapat dianggap sebagai tunjangan karyawan yang setimapl terhadap usaha dan pekerjaan.- Penghargaan Berdasarkan TimTunjangan Parah Waktu

Rancangan dari sistem ini adalah seharusnya sesuai dengan pengkelompokan dikeseluruhan rancangan organisasidalam situasi dimana tim relatif idependentdan tujuannya dapt diukur, ditetapkan, dan dievaluasi, penghargaan didasarkan atas pencapain tujuan.- Pembagian Keuntungan.

Keberhasilan program pembagian keuntunganmemerlukan komtmen kuat untuk menerapkan efesiensi, baik dari manajemen dan karyawan. Selanjutnya komitment tersebut memerlukan komunikasi yang terbuka, penggunaan informasi bersama dan tingkat kepercayaan yang tinggi antara semua pihak.- Mengatur Penghargaan

Manajer diharapkan dengan keputusan bagaimana mengatur penghargaan. Ada tiga pendekatan teoritis dalam mengatur penghargaan, yakni:a.                Reinforcement Positif

Pondasi dasar dalam mengatur penghargaan melalui pendekatan ini adalah hubungan antara perilaku dan kosekuensinya. Tujuan pendeketan ini agar bisa menciptakan perilaku yang diinginkan.b.               Modeling dan Imitasi Sosial

Dalam menggunakan pendekatan ini menejer harus menentukan siapa yang merespon pendekatan ini, selain memilih model yang sesuai. Terakhir dimana model muncul perlu diperhatikan juga. Ini berarti jika kinerja yang tinggi merupakan tujuan dan merupakan hal yang hampir tidak bisa dicapai karena sumberdaya yang terbatas, menejer seharusnya menyimpulkan modeling tidak sesuai.

c.                Teori EkspektasiDalam pendekatan ini, manajer harus menentukan jenis penghargaan yang diinginkan oleh

karyawannya dan melakukan hal apapun yang mungkin untuk mendistribusikan penghargaan

Page 45: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

tersebut. Jika tidak, menejer harus menciptakan kondisis sehingga apa yang tersedia dapat diterapkan sebagai penghargaan.

2.10. MERANCANG PEKERJAAN

A. Sejarah dan perkembangan Ergonomi

Istilah ergonomic berasal dari bahasa latin yaitu ERGON (kerja) dan NOMOS (hukum

Alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya

yang di tinjau secara anatomi, psikologi, engineering, manajemen , dan perancang. Ergonomic

berkenaan pula dengan optimasi,efisiensi, kesehatan keselamatan dan kenyamanan manusia di

tempat kerja, dirumah, dan tempat rekreasi. Di dalamnya ergonomic dibutuhkan studi tentang

system dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan

utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusiannya. Ergonomic disebut juga “Human

Factors”. Ergonomic juga digunakan oleh berbagai ahli/professional pada bidangnya misalnya :

ahli anatomi, arsitektur, perancanf produk industri, fisika, disioerapi, terapipekerjaan,posikologi,

dab teknik industri. (Definisi diatas berdasarkan Pada international ergonomic association).

Selain itu ergonomi juga dapat diterapkan untuk bidang fisiologi, psikologi, perancang, analisis,

sintesis, evaluasi, proses kerja, dan bagi wiraswastawan, manajer, pemerintah, militer, dosen, dan

mahasiswa.

Penerapan ergonomic pada umumnya merupakan aktivitas rancangan

bangunan(desain)ataupun rancangan ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras

seperti misalnya perkakas kerja(tools), bangku kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat

kerja(workholders), pintu(doors) dan lain-lain.

Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi misalnya :

penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja(shif kerja),

meningkatkan variasi pekerjaan dan lain-lain. Ergonomic dapa pula berfungsi sebagai desain

perangkat lunak karena dengan semakin banyak pekerjaaan yang berakaitan erat dengan

computer. Penyampaian informasi dalam suatu system computer harus pula di usahakan

sekompatible mungkin sesuai dengan kemampuan pemprosesan informasi oleh manusia.

Menurut sutalaksana ergonomic adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk

memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk

merancang suatu system kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada system itu dengan

Page 46: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

baik, yaitu mencapai tujuan yang di inginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan

nyaman.16[16]

Menurut Teori frank greer desain pekerjaan berupaya mengidentifikasi karakteristik tugas

dari pekerjaan-pekerjaan, dan bagaimana karakteristik ini d gabung untuk membentuk pekerjaan

yang berbeda, dan hubungan dari karakteristik tugas ini dengan motivasi, kepuasan, dan kinerja

karyawan.

                  Desain Pekerjaan atau merancang Pekerjaan

Desain pekerjaan adalah rincian tugas dan cara pelaksanaan tugas atau kegiatan yang

mencakup siapa yang mengerjakan tugas, bagaimana tugas itu dilaksanakan, dimana tugas

dikerjakan dan hasil apa yang diharapkan. menambahkan desain pekerjaan adalah fungsi

penetapan kegiatan kerja seorang atau sekelompok karyawan secara organisasional. Tujuannya

untuk mengatur penugasan kerja supaya dapat memenuhi kebutuhan organisasi. Definisi diatas  

menjelaskan  bahwa  desain pekerjaan dibuat oleh perusahaan   untuk mengatur tugas- tugas

yang tepat sasaran, memberikan tugas kepada orang dengan kemampuan dan keterampilan yang 

harus dimiliki untuk mengerjakan tugas tersebut demi mencapai sasaran dari perusahaan. 

Sejalan dengan  Dessler (2004) desain pekerjaan  merupakan pernyataan tertulis tentang apa

yang harus dilakukan oleh pekerja, bagaimana orang itu melakukannya, dan bagaimana kondisi

kerjanya.

Handoko (2000) menyatakan bahwa desain pekerjaan adalah fungsi penetapan kegiatan-

kegiatan kerja seseorang individu atau kelompok karyawan secara organisasional yang bertujuan

untuk mengatur penugasan-penugasan kerja yang memenuhi kebutuhan organisasi, teknologi,

dan keperilakuan. Selain itu, menurut Dwiningsih (2009) desain pekerjaan adalah sebuah

pendekatan yang menentukan tugas-tugas yang terkandung dalam suatu pekerjaan bagi seseorang

atau sekelompok karyawan dalam suatu organisasi.17[17] Desain pekerjaan meliputi identifikasi

pekerjaan, hubungan tugas dan tanggung jawab, standar wewenang dan pekerjaan, syarat kerja

harus diuraikan dengan jelas, penjelasan tentangjabatan dibawah dan diatasnya. Desain pekerjaan

menguraikan cakupan, kedalaman, dan tujuan dari setiap pekerjaan yang membedakan antara

pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang lainnya. Tujuan pekerjaan dilaksanakan melalui

16[16] elib.unikom.ac.id/download.php?id=17982(3 desember 2012 jam 11.30 wib)

17[17] abdulghoni-asykur.blogspot.com/2012/03/tugas-3.html)(03 desember 2012)

Page 47: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

analisis kerja, dimana para menejer menguraiakan pekerjaan sesuai dengan aktifitas yang

dituntut agar membuahkan hasil. Desain pekerjaan merupakan keputusan dan tindakan

manajerial yang mengkhususkan kedalam cakupan dan hubungan pekerjaan yang objektif untuk

memenuhi kebutuhan orgaanisasi serta kebutuhan sosial dan pribadi pemegang pekerjaan.

Strategi desain pekerjaan dikembangkan dengan menekankan pentingnya karakteristik

pekerjaan inti. Strategi berdasarkan teori motivasi Herzberg yang mencakup peningkatan

kedalam pekerjaan melalui pendelegasian wewenang yang lebih besar kepada pemegang

pekerjaan. Tetapi pemerkayaan tidak dapat diterapkan secara universal karena tidak

mempertimbangkan perbedaan individu.

Ukuran perbedaan individu mendorong untuk mengkaji cara meningkatkan persepsi positif

terhadap keragaman. Identitas, arti, otonomi dan balikan akan meningkatkan prestasi kerja dan

kepuasan kerja seandainya para pemegang pekerjaan memiliki kebutuhan pertumbuhan yang

relatif tinggi.

                  Unsur-Unsur Desain Pekerjaan

Tiga unsure yang membingungkan manajer dalam mengenbangkan dan mengatru pekerjaan-

pekerjaan karyawan agar dapat bekerja lebih produktif dan memuaskan, yaitu :

1.               sering terjadi konflik antara kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan karyawan dan

kelompok karyawan dengan berbagai persyaratan desain pekerjaan.

2.               sifat unik karyawan dapat menimbulkan berbagai macam tanggapan dalam wujud sikap,

kegiatan fisik dan produktifitas dalam pelaksanaan pekerjaan.

3.               perubahan lingkungan, organisasional dan perilaku karyawan membuat desain pekerjaan,

ketepatan pendekatan pengembangnan standar kerja dan bentuk-bentuk perilaku karyawan perlu

dipertanyakan.

2.               Unsur-unsur Organisasi

Unsur organisasi mempunyai kaitan erat dengan desain pekerjaan yang efisien untuk

mencapai output maksimum dari pekerjaan-pekerjaan karyawan.

Page 48: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Dalam manajemen ilmiah yang dikemukakan oleh Frederic winslow taylor telah menetapkan

adanya studi yang menyoroti tentang perilaku karyawan didalam pelaksanaan kerja. Studinya

dinamakan studi gerak dan waktu (Time and motion study)

Dengan adanya efisiensi didalam pelaksanaan kerja akan menentukan spesialisasi yang

merupakan kunci dalam desain pekerjaan.

Karyawan yang melakukan pekrjaan secara kontinyu menyebabkan dia menadi

terspesialisasi, yang selanjutnya dapat memperoleh output lebih tinggi.

Tiga unsur desain pekerjaan organisasi. Yaitu:

1.                     pendekatan mekanik, berupaya mengidentifikasi setiap tugas dalam suatu pekerjaan guna

meminimumkan waktu dan tenaga. Hasil pengumpulan identifikasi tugas akan menentukan

spesialisasi. Pendekatan ini lebih menekankan pada factor efisinsi waktu, tenga, biaya, dan

latihan.

2.                     Aliran kerja, ini dipengaruhi oleh sifat =komoditi yang sdihasilkan oelh suatu organisasi atau

perusahaan guna menentukan urutan dan keseimbangnan pekerjaan.

3.                     \Praktek-praktek kerja, yaitu cara pelaksanaan pekrjaan yang ditetapkan, ini bias berdasarkan

kebiasan yang berlaku dalam perusahaan, perjanjian atau kontrak kotak serikat kerja kaeyawan,

kesepakatan bersama.

3.               Unsur-unsur Lingkungan

Factor lingkungan yang mempengaruhi desain pekerjaan adalah tersedianya tenaga kerja

potensial, yang mempunyai kemammpuan dan kualifikasi yang sesuai dengan kebutuhan

perusahaan dan pengharapan-pengharapan social, yaitu dengan tersedianya lapangan kerja seta

memperoleh kompensasi dan jaminan hidup yang layak.

3. Unsur-Unsur Perilaku :

1. otonomi, bertanggung jawab atas apa yang dilakukan, deisini bawahan diberi

wewenang untuk menganmbil keputusan atas pekerjaan yang dilakukan.

2. Variasi, pemerkayaan pekerjaan dimaksudkan untuk menghilangkan kejenuhan atas

pekerjaan-pekerjaan yang rutin, sehingga kesalahan- kesalahan dapat diminimalkan.

Page 49: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

3. identitas tugas, untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas dan pekerjaan, maka

pekerjaan harus diidentifikasi, sehingga kontribusainya terlihat yang selanjutnya akan

menimbulkan kepuasan,

4. Umpan balik, diharapkan pekerjaa-pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan mempunyai

umpan balik atas pelaksanaan pekrjaan yang baik, sehingga akan memotivasi pelaksanaan

pekerjaan selanjutnya.

                  Pedoman Dalam Desain Pekerjaan

Dessler (2004) menerangkan bahwa sebuah desain pekerjaan merupakan pernyataan tertulis

tentang apa yang harus dilakukan oleh pekerja, bagaimana orang itu melakukannya, dan

bagaimana kondisi kerjanya. Desain pekerjaan mencakup hal-hal berikut ini : 

a.Identitas pekerjaan. Identitas pekerjaan merupakan jabatan pekerjaan yang berisi nama

pekerjaan seperti penyelengara operasional dan manajer pemasaran. Handoko (2000)

menambahkan bila pekerjaan tidak mempunyai identitas, karyawan tidak akan atau kurang

bangga dengan hasil-hasilnya. Ini berarti kontribusi mereka tidak tampak. 

b. Hubungan tugas dan tanggung jawab, yakni perincian tugas dan tanggung jawab secara nyata

diuraikan secara terpisah agar jelas diketahui. Rumusan hubungan hendaknya menunjukkan

hubungan antara pelaku organisasi. 

c. Standar wewenang dan pekerjaan, yakni kewenangan dan standar pekerjaan yang harus

dicapai oleh setiap pejabat harus jelas. Pekerjaan-pekerjaan yang memberikan kepada para

karyawan wewenang untuk mengambil keputusan-keputusan, berarti menambah tanggung jawab.

Hal ini akan cendrung meningkatkan perasaan dipercaya dan dihargai. 

d. Syarat kerja harus diuraikan dengan jelas, seperti alat-alat, mesin, dan bahan baku yang akan

dipergunakan untuk melakukan pekerjaan tersebut. 

e. Ringkasan pekerjaan atau jabatan harus menguraikan bentuk umum pekerjaan dan

mencantumkan fungsi-fungsi dan aktifitas utamanya. 

f. penjelasan tentang jabatan debawah dan diatasnya yaitu harus dijelaskan jabatan dari mana

petugas di promosikan kejabatan mana pejabat akan dipromosikan.

B.              Merancang kerja untuk kelompok dan individu   Produktivitas dan mutu kerja karyawan dipengaruhi faktor-faktor yang terkait dengan

lingkungan kerja; antara lain beban kerja berlebihan yang tidak dapat diperkirakan, perubahan-

perubahan di akhir waktu yang dirancang, kurangnya peralatan yang sempurna, dan tidak

Page 50: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

efisiennya alir kerja. Dengan demikian, penting untuk menjamin bahwa kerja itu dirancang untuk

mencapai produktivitas dan mutu maksimum. Beberapa strategi  untuk merancang lingkungan

kerja dalam memenuhi tujuan organisasi yaitu tercapainya mutu dan produktivitas tinggi.

Strategi dimaksud antara lain; rancangan tempat kerja atau ergonomik, komputerisasi dan mesin

otomatik, dan rancangan pekerjaan ( pengayaan, perluasan, dan rotasi pekerjaan),

Strategi Perancangan Kerja Kembali:

Perbaikan alur kerja yang jelas.

Pengurangan gerak fisik yang berulang-ulang yang menyebabkan mudah lelah.

Menyesuaikan sinar lampu dengan kondisi ruangan kerja.

Membolehkan karyawan untuk melakukan kegiatan pribadi di sekitar tempat kerja.

Menggunakan warna ruangan kerja yang menyenangkan.

Menyediakan kantor privat dan ruang kerja nyaman.

Menyediakan tempat atau ruang istirahat.

Penyusunan, penyesuaian dan pemindahan peralatan, bagian-bagian pokok dan ruang kerja.

Menempatkan sesama para anggota tim secara berdekatan  sehingga mereka dapat berinteraksi

dengan mudah.

Menyediakan peralatan kursi, meja dan lemari  kantor yang sesuai dengan kondisi tubuh dan

kegiatan kerja karyawan.

Komputerisasi dan Alat Otomatik:

Memberitahukan pada karyawan tentang manfaat komputer dan alat otomatik.

Melibatkan karyawan dalam keputusan untuk operasionalisasi  komputerisasi.

Mengkomunikasikan isu-isu implementasi kepada seluruh karyawan seperti bagaimana dan

kapan komputer digunakan, pekerjaan apa yang dapat menggunakan komputer dan masalah-

masalah yang dihadapi.

Melatih karyawan tertentu dalam mengunakan komputer dan alat otomatik dan mengevaluasi

hasil pelatihannya.

Membolehkan  para karyawan memanfaatkan waktunya untuk mempraktikkan pengetahuannya

dalam menggunakan komputer dan alat otomatik.

Memiliki staf pemelihara alat-alat baru yang tersedia setiap saat untuk memperbaiki alat.

Meningkatkan kualitas peralatan secara berkala.

Pendekatan Rancangan Pekerjaan:

Page 51: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Pengayaan Pekerjaan: Tujuannya adalah untuk meningkatkan motivasi, kepuasan dan kinerja

karyawan. Ada lima  karakteristik inti dari pekerjaan yang dibangun sedemikian rupa dalam

suatu pekerjaan  karyawan yaitu mengalami beberapa kondisi psikologis krusial, termasuk

memperoleh pekerjaan yang bermanfaat, perasaan tanggungjawab, dan memiliki pengetahuan

dari hasil aktual dari kegiatan bekerja. Dengan demikian akan diperoleh luaran  berupa motivasi

yang lebih tinggi, peningkatan kepuasan kerja, dan rendahnya ketidakhadiran dan jumlah

karyawan yang keluar. Lima hal inti tersebut yaitu:

Keragaman keterampilan; derajad dari tugas yang dilaksanakan dengan syarat kemampuan dan

keterampilan berbeda.

Identitas tugas; melengkapi keseluruhan jenis pekerjaan yang dapat diidentifikasi yang

memiliki hasil yang dapat dilihat seperti penyiapan laporan keuangan dan perakitan sebuah

radio.

Signifikansi tugas; derajad suatu pekerjaan tertentu yang memiliki kepentingan dan manfaat.

Otonomi; derajad kebebasan dan keleluasaan yang dijinkan sesuai dengan skedul dan prosedur

kerja.

Umpanbalik ; menunjukkan jumlah informasi langsung yang diterima dalam keefektifan kinerja

pekerjaan.

Rotasi Pekerjaan: Suatu tehnik perancangan kembali suatu pekerjaan yang hanya

diperuntukkan bagi karyawan yang punya kesempatan untuk pindah dari pekerjaan yang satu ke

yang lainnya untuk belajar  dan memperoleh pengalaman dari keragaman tugas. Manfaatnya,

antara lain meningkatkan keterampilan karyawan dalam melakukan pekerjaan lebih dari satu

tugas.

Perluasan Pekerjaan: Pemberian pekerjaan tambahan kepada karyawan agar mereka mendapat

pengetahuan dan pengalaman serta tanggungjawab baru. Syaratnya adalah beban kerja karyawan

tidak menjadi berlebihan di atas standar operasi kerja organisasi. 18[18]

Variabel organisasi, manusia dan teori management sangat berpengaruh terhadap rancangan

pekerjaan, yang mana diuraikan sebagai berikut:

                  Job Design pada Model Tradisional.

18[18] ronawajah.wordpress.com/2008/05/27/merancang-lingkungan-kerja/

Page 52: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Job design pada model ini terdapat perbedaan tegas antara pemikir (thinking) dan pelaksana

(doing). Prinsip dasarnya adalah bahwa pekerjaan-pekerjaan harus mengandung sejumlah tugas

yang terkait/sejenis yang masing-masing menghendaki ketrampilan yang sejenis pula dan waktu

belajar yang relatif singkat. Sehingga pekerja diharapkan dapat mempelajari dengan cepat dan

mengikuti secara tepat metode dan aturan keputusan yang terinci yang akan diterapkan.

Mekanisme hubungan kerja dan garis pertanggungjawaban menjadi tugas kewajiban atasan.

Sedangkan bawahan hanya melakukan dan mematuhi aturan kerja.

                  Job Design pada Model Human Relations.

Pada model ini job design mengalami sedikit perluasan nuansa dengan diberikannya

perhatian pada human needs. Pengembangan hubungan yang baik sesama pekerja dan

kesempatan untuk berkembang mulai mendapat tempat. Para atasan sudah mulai diberi tanggung

jawab untuk dapat mengembangkan kelompok kerja yang bersatu padu suportif guna

menghasilkan performa unit kerja yang baik. Para atasan juga dituntut untuk menciptakan

suasana yang kondusif, akrab, bersatu padu, serta konsultatif.

                  Job Design pada Model MSDM.

Pada model ini, dimulai dari asumsi bahwa hanya melalui pemanfaatan kemampuan self-

directing dan self-control yang dimiliki oleh para anggota, dan melalui pemberian kesempatan

yang lebih besar untuk terlibat aktif bersama-sama dengan atasan dalam proses penentuan dan

penetapan tujuan atau sasaran organisasi. Dengan demikian para pekerja dan atasan bersatu padu

menciptakan pekerjaan yang berorientasi pada tujuan bersama.19[19]

                  Studi kasus

Perencangan shift kerja dibagi menjadi 3 shift kerja yaitu :shift 1, shift 2, shift 3, dengan

mengasumsikan pekerja pada perusahaan tersebut di bagi menjadi 3 kelompok kerja, jadwal shift

kerja yang kami ambil adalah :

1.               Shift 1 : 07.00-15.00 dengan waktu istirahat selama 60 menit yaitu pukul 12.00-01.00

yang digunakan oleh pekrja sebagai waktu shalat istirahat siang.

2.               shift II : 15.00-23.00 dengan waktu istirahat selama 60 menit dan di bagi 16.00-16.30

untuk waktu shalat ashar dan 18.30-19.30 wib untuk sholat magrib dan makan malam.

19[19] belajarmanagement.wordpress.com/.../rancangan-pekerjaan-job-desig...

Page 53: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

3.               shift III : 23.00-07.00 dengan waktu istirahat selamaa 90 menit yaitu pukul 04.00-05.30

yang digunakan pekerja untuk waktu istirahat dan shalat shubuh.

Alas an shift malam lebih lama waktu istirahatnya karena beban kerja shift malam akan

lebih berat disbanding shift lainnya. Hal tersebut di karenakan pukul 04 pagi, terjadi perubahan

tingkat cortisol, suhu badan dan tingkat melatonin yang akan berpengaruh pada pekerja. Tidur

sebentar dalam tugas shift malam berdampak positif untuk mengurangi kelelahan tanpa

mengurangi kinerja(arora dkk, 2006). Waktu istirahat juga dapat mengurangi musculoskeletal

discomfort(MSD), gangguan mata, mood dan kinerja pekerja (galainsky,dkk 2000).

Alas an kami mengambil shift 1 di mulai dari pukul 07.00 adalah dengan

mempertimbangkan waktu shift III yagn akan dijalani pekerja. Jika shift 1 dimulai dari pukul

08.00 maka shift II akan berakhir pukul 00.00 dan otomatis pekrjaan shift III dimulai pukul

00.00. disini kami mengasumsikan pekerja tersebut tidak seluruhnya tinggal dekat perusahaan

tersebut. Jika shift III dimulai pukul 00.00 maka pekrja yang bertempat tinggal tidak dekat

dengan perusahaan tersebut pasti akan mengalami beban fisikologis karena jika mereka pergi

terlalu malam akan berdampak pada kesehatan pekerja tersebut.

Factor fisikologis dan lingkungan juga mempengaruhi karena diatas pukul 23.00 beban

seperti mengantuk sudah mulai dirasakan oleh pekerja terlebih lagi jika pekerja tersebut pergi

bekerja sendiri maka perasaan bosan akan muncul yang akan mengakibatkan ngantuk maka

beban juga akan semakin berat, akibatnya factor timbulnya kecelakaan akan lebih besar. Akan

tetapi jika pekerjaan shift III dimulai pukul 23.00 maka pekerja akan berangkat dari rumah

mereka sebelum pukul 23.00 waktu tersebut jika di bandingkan dengan pukul 00.00 akan lebih

baik dari segi psikologis dan fisiologis, setidaknya perasaan ngantuk yang dirasakan pekerja jika

pergi bekerja sebelum pukul 23.00 akan lebih kecil disbanding bekerja pukul 23.00

Perancangan rotasi kerja dilakukan dengan melakukan pergantian shift kerja setiap hari

karena rotasi shift akan mempengaruhi tingkat kebosanan dari pekerja. Jika rotasi shift kerja

terlalu lama maka tingkat kebosanan pekerja akan semakin tinggi dan stress akibat shift kerja

akan menyebabkan kelelahan ( fatique) yang dapat menyebabkan gangguan psikis pada pekerja,

seperti ketidakpuasan dan iritasi.

Rotasi shift kerja yang terlalu lama juga akan berpengaruh negative secara social

terhadap hubungan keuarga seperti tingkat berkumpulnya anggota keluarga dan sering berakibat

pada konflik keluarga. Oleh karena itu kami merancang rotasi shift kerja setiap harinya untuk

Page 54: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

menghindari terjadi kebosanan pada pekerja dan dampak lainnya. Perancangan rotasi kerja yang

kami buat adalah sebagai berikut :

Minggu ke 1

Senin SelasaRabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu

ABC ABC ABC ABC ABC ABC ABC

1 2 3 3 1 2 2 3 1 1 2 3 3 1 2 2 3 1 1 2 3

Minggu ke 2

SeninSelasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu

CBA c b a CBA CBA CBA CBA CBA

1 2 3 3 1 2 2 3 1 1 2 3 3 1 2 2 3 1 1 2 3

Minggu Ke 3

SeninSelasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu

CAB CAB CAB CAB CAB CAB CAB

1 2 3 3 1 2 2 3 1 1 2 3 3 1 2 2 3 1 1 2 3

Minggu Ke 4 balik minggu ke 1

Senin SelasaRabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu

ABC ABC ABC ABC ABC ABC ABC

1 2 3 3 1 2 2 3 1 1 2 3 3 1 2 2 3 1 1 2 3

Dimana ABC merupakan kelompok kerja

1 2 3 Merupakan shift kerja

Page 55: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Alasan kami menggunakan rotasi kerja diatas adalah untuk mengoptimalkan pekerjaaan,

danean memberikan waktu istirahat yang cukup bagi pekerja. Dengan skema rotasi diatas maka

setiap kelompok kerja mempunyai waktu istirahat selama 8 jam sebelum mereka ekerja kembali.

Pergantian shift juga akan dig anti setiap minggunya, alasan mengapa setiap minggu dilakukan

pergantian shift karena jika dimisalkan rotasi kerja seperti minggu pertama dan setiap minggunya

tidak diganti, maka setiap minggunya kelompok C akan mendapatkan bekerja pada shift III

sebanyak 3 kali, sementara kelompok kerja lain hanya mendapatkan kerja pada shift III sebanyak

2 kali. Oleh sebab itu untuk mencegah terjadinya ketidakadilan dalam pembagian rotsi shift

kerja, maka setiap minggu juga dilakukan pergantian shift kerja jadi dalam setiap kelompok kerja

setiap minggunya mendapatkan shift III sebanyak 3 kali. Hal itu dikarenakan bekerja pada shift

III atau shift malam mendapatkan beban yang lebih berat dibanding kerja shift 1 atau II.

Pertanyaan :

1.                     apakah menurut anda Rotasi kerja atau pergantian shift kerja bisa efektif untuk menghilangkan

rasa bosan atau suntuk bagi seorang karyawan ?

2.                     menurut anda ? jika anda sebagai seorang karyawan hal-hal seperti apa yang akan anda lakukan

untuk menghindari kebosanan, kejenuhan,dan rasa ngantuk, jika bekerja pada shift malam hari??

3.                     Apa dampak positif dan dampak negative dari rotasi kerja atau pergantian shift tersebut?

Jelaskan ?

2.11 PENGAMBILAN KEPUTUSAN A.    Hakekat Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan alternatif. Hal ini berkaian dengan

fungsi manajemen.. Misalnya, saat manajer merencanakan, mengelola, mengontrol, mereka

membuat keputusan. Akan tetapi, ahli teori klasik tidak menjelaskan peng keputusan tersebut

secara umum. Pelopor teori manajemen seperti Fayol dan Urwick membahas pengambilan

keputusan mengenai pengaruhnya pada delegasi dan otoritas, sementara bapak manajemen-

Frederick W. Taylor- hanya menyinggung metode ilmiah sebagai pendekatan untuk pengambilan

keputusan. Seperti kebanyakan aspek teori organisasi modern, analisis awal pengambilan

keputusan dapat ditelusuri pada Chester Barnard. Dalam The Functions of the Exec Barnard

memberikan analisis komprehensif mengenai pengambilan keputusan clan menyat "Proses

keputusan ... merupakan teknik untuk mempersempit pilihan."

Page 56: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Kebanyakan pembahasan proses pengambilan keputusan terbagi dalam beberapa langkah.

Hal ini dapat ditelusuri dari ide yang dikembangkan Herbert A. Simon, ahli teori kepufusan dan

organisasi yang memenangkan hadiah Nobel, yang mengonseptualisasikan tiga tahap utama

dalam proses, pengambilan keputusan:

l. Aktivitas inteligensi. Berasal dari pengertian militer "intelligence," Simon

mendeskripsikan tahap awal ini sebagai penelusuran kondisi lingkungan yang memerlukan

pengambilan keputusan.

2. Aktivitas desain. Selama tahap kedua, mungkin terjadi tindakan penemuan,

pengembangan, dan analisis masalah.

3. Aktivitas memilih. Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih

tindakan tertentu dari yang tersedia.

Berhubungan dengan tahap-tahap tersebut, tetapi lebih empiris (yaitu, menelusuri keputwq

sebenarnya dalam organisasi), adalah langkah pengambilan keputusan menurut Mintzberg a

koleganya:

1. Tahap identifikasi, di mana pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan diagnosis

dibuat Diketahui bahwa masalah yang berat mendapatkan diagnosis yang ekstensif dan

sistematis, tep masalah yang sederhana tidak.

2. Tahap pengembangan, di mana terdapat pencarian prosedur atau solusi standar yang ada a s

mendesain solusi yang baru. Diketahui bahwa proses desain merupakan proses pencarian d

percobaan di mana pembuat keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal yang tidak jelas.

3. Tahap seleksi, di mana pilihan solusi dibuat. Ada tiga cara pembentukan seleksi: dengan

penilainn pembuat keputusan, berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan analisis logis; dengan

analisis alternatif yang logis dan sistematis; dan dengan tnwar-menawar saat seleksi melibatkan

kelompok pembuat keputusan dan semua manuver politik yang ada. Sekali keputusan diterima

secara formal, otorisasi pun kemudian dibuat.

Page 57: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Gambar 1. Tahap Pengambilan Keputusan dalam Organisasi Menurut Mintzberg

Gambar 1 merangkum tahap pengambilan keputusan berdasarkan penelitian Mintzberg.

Baik terekspresi dalam tahap Simon maupun Mintzberg, terdapat langkah awal yang dapat

diidentifikasi yang menghasilkan aktivitas pemilihan dalam pengambilan keputusan. Perlu

dicatat bahwa pengambilan keputusan merupakan proses dinamis, terdapat banyak celah berupa

umpan balik dalam setiap tahap. "Celah umpan balik dapat disebabkan oleh masalah waktu,

politik, ketidaksetujuan antarmanajer, ketidakmampuan untuk mengidentifikasi alternatif yang

tepat atau mengimplementasikan solusi, pergantian manajer, atau munculnya alternatif baru

secara tiba-tiba. Yang penting adalah pengambilan keputusan merupakan proses dinamis.

Proses dinamis ini mempunyai implikasi perilaku dan strategis pada organisasi. Penelitian

empiris terbaru mengindikasikan bahwa proses keputusan yang mencakup pembuatan pilihan

strategis menghasilkan keputusan yang baik dalam organisasi 6 tetapi masih terdapat banyak

masalah, yakni manajer mengambil keputusan yang salah.' Kembali ke peranan dominan yang

dimainkan teknologi informasi dalam analisis dan praktik pengambilan keputusan yang efektif,e

relevansi studi dan aplikasi perilaku organisasi ini adalah apa yang disebut perilaku pengambilan

keputusan.

B. Perilaku Pengambilan Keputusan

Perilaku pengambilan keputusan berkaitan dengan ahli teori perilaku organisasi seperti

dalam buku March dan Simon, Organization, pada tahun 1958, tetapi bidang tersebut menjadi

lebih menarik dengan topik seperti motivasi dan tujuannya, dan menekankan berkurangnya

pengambilan keputusan. Bidang :perilaku pengambilan keputusn dikembangkan di luar jalur

teori dan penelitian perilaku organisasi oleh psikolog kognitif dan ahli teori keputusan dalam

ilmu ekonomi dan informasi. Akan tetapi, barubaru ini muncul kembali minat mengenai perilaku

pengambilan keputusan, dan kembali ke jalur bidang perilaku organisasi.

Meskipun teori pengambilan keputusan klasik berjalan dalam asumsi rasionalitas dan

kepastian, tetapi tidak begitu halnya dengan teori keputusan perilaku. Ahli teori perilaku

Page 58: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

pengambilan keputusan sependapat bahwa individu mempunyai keterbatasan kognitif.

Kompleksitas organisasi dan dunia secara umum menyebabkan individu bertindak dalam situasi

ketidakpastian dan informasi begitu arnbigu dan tidak lengkap." Kadang-kadang risiko dan

ketidakpastian ini menyebabkan pembuat kepuhisan organisasi mempunyai keputusan yang

diragukan, atau tidak etis (lihat Contoh Aplikasi OB: Wengikuti Persaingan atau Tersingkir?)

Dikarenakan ketidakpastian dan ambiguitas, sejumlah model pengambilan keputusan telah ada

selama bertahun-tahun. Dasar dan titik awal untuk mengembangkan menganalisis berbagai

model perilaku pengambilan keputusan adalah tetap mempertahankan tingkat dan arti

rasionalitas.

C. Rasionalisasi Keputusan

Definisi Rasionalisasi yang paling sering digunakan dalam pengambilan keputusan

adalah bahwa hal tersebut merupakan rencana tujuan. Jika sebuah rencana dipilih untuk

mencapai tujuan yang diinginkan, maka keputusan dikatakan rasional, tetapi, terdapat banyak

komplikasi untuk tes rasionalitas yang sederhana. Pada awalnya, sulit untuk memisahkan

rencana dari tujuan karena yang nyata mungkin hanya merupakan rencana untuk tujuan di masa

depan. Ide ini umumnya disebut rangkaian atau hierarki rencana-tujuan. Simon menunjukkan

bahwa "hierarki rencana-tujuan. merupakan rangkaian yang jarang terhubung dan terintegrasi

sepenuhnya. Hubungan antara aktivitas organisasi dan tujuan akhir kerap kali tidak jelas, atau

tujuan akhir tidak sepenuhnya dirumuskan, atau terdapat konflik internal dan kontradiksi antara

tujuan akhir, atau antara rencana yang dipilih untuk mempertahankan tujuan.

Selain komplikasi yang berhubungan dengan rangkaian rencana-tujuan, ada kemungkinan

konsep tersbut tidak terpakai. Pengambilan keputusan yang relevan dengan ekonomi nasional

mendukung posisi ini. Pembuat keputusan yang mencari penyesuaian rasional dalam sistem

ekonomi mungkin menghasilkan hasil akhir yang tidak diinginkan atau yang tidak dapat

diantisipasi. Simon juga memperingatkan bahwa analisis rencana-tujuan yang sederhana

mungkin menghasilkan kesimpulan yang tidak akurat.

Salah satu cara untuk mengklarifikasi rasionalitas rencana-tujuan adalah menggunakan

keteraagan tambahan yang tepat dan berkualitas pada berbagai jenis rasionalitas. Hal tersebut

menunjukkan rasionalalisasi objektif dapat diterapkan pada keputusan yang memaksimalkan

nilai dalam situasi tertentu. Rasionalisasi subjektif dapat digunakan jika keputusan

memaksimalkan hasil dalam kaitannya dengan pengetahuan subjek tertentu. Rasionalitas

Page 59: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

dengan sengaja dapat diterapkan pada keputusan di maana penyesuaian rencana untuk tujuan

merupakan proses dengan sengaja. Keputusan dianggap rasional saat penyesuaian rencana pada

tujuan dicari oleh individu atau organisasi; keputusan dianggap rasional secara organisasi jika

dimaksudkan untuk tujuan organisasi; dan keputusan dianggap rasional secara personal jika

diarahkan pada tujuan pribadi.

D. Model Perilaku Pengambilan Keputusan

Terdapat banyak model deskriptif dari perilaku pengambilan keputusan. Akibatnya, hal ini

menjadi model untuk banyak perilaku pengambilan keputusan manajemen. Model berusaha

mendeskripsikan secara teoritis dan realistis bagaimana manajer praktik mengambil keputusan.

Secara khusus, model berupaya menentukan seberapa rasional pembuat keputusan manajemen.

Model berkisar dari rasionalitas lengkap, seperti dalam kasus model rasionalitas ekonomi

klasik, sampai sepenuhnya tidak rasional, seperti dalam kasus model sosial

1. Model Rasionalitas Ekonomi

Model ini berasal dari model ekonomi klasik di mana pembuat keputusan sepenuhnya rasional

daam, segala hal. Berkaitan dengan aktivitas pengambilan keputusan, terdapat asumsi:

a. Keputusan akan sepenuhnya rasional dalam hal rencana-tujuan.

b. Terdapat sistem pilihan yang lengkap dan konsisten yang memungkinkan pemilihan alternatif

c. Kesadaran penuh terhadap semua kemungkinan alternatif.

d. Tidak ada batasan pada kompleksitas komputasi yang dapat ditampilkan untuk menentukan

alternatif terbaik.

e. Probabilitas kalkulasi tidak menakutkan ataupun misterius.

Model rasionalitas ekonomi pembuat keputusan selalu berusaha memaksimalkan hasil dalam

perusahaan bisnis, dan keputusan akan diarahkan kepada titik p maksimum di mana biaya

marjinal sama dengan pendapatan marjinal (MC = MR).

Page 60: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Banyak ekonom dan ahli teori keputusan kuantitatif tidak menyatakan bahwa gambaran

ini merupakan model perilaku pengambilan keputusan modern yang deskriptif dan realistis.

tetapi banyak sekolah bisnis mengajarkan model rasional dan metode kuantitatif, karena itu

banyak manajer masih menyamakan pengambilan keputusan manajemen yang "baik" dengan

pendekatan tersebut. Akan tetapi, kesetiaan pada pendekatan ini bisa berbahaya dan mungkin

menyebabkan banyak masalah. Seperti dinyatakan oleh Peters dan Waterman dalam buku In

Search of Excellence: "Pendekatan alterratif dan rasional pada manajemen mendominasi sekolah

bisnis. Pendekatan tersebut mencari pembenaran yang terpisah dan analitis untuk semua

keputusan. Hal ini bisa saja salah dan membuat kita sangat tersesat.”

Secara jelas, Peters dan Waterman tidak mengatakan "buang yang buruk," dan tidak

mengki model rasional. Model rasional telah terbentuk dan akan terus memberi kontribusi

signifikan un pengambilan keputusan yang efektif. Misalnya, tenaga pemasaran yang paling

sukses, seperti Pro & Gamble, Cheesebrough-Pond's, dan Ore-Ida, terkenal dengan pendekatan

rasional mereka , menggunakan dukungan kuantitatif. Inti yang dicapai Peters dan Waterman

adalah bahwa mc rasional bukan menjadi akhir pengambilan keputusan secara efektif dan jika

terdapat perbedaan, tersebut menyebabkan kesalahpahaman dan mengganggu proses

pengambilan keputusan.

2.      Teknik Rasional Modern: ABC, EVA, dan MVA Baru-baru ini, teknik akuntansi dan finansial tradisional yang berdasarkan model

rasionalitas ekonomi telah mengalami perubahan radikal. Misalnya, perusahaan terkenal seperti

Daimler-Chrysler, Union Carbide, Hewlett-Packard, dan General Electric telah beralih ke jenis

akuntansi yang baru. Untuk mengelola biaya dengan lebih baik, mereka menggunakan activity-

based costing, atau disebut ABC. Secara tradisional, akuntansi mengidentifikasi biaya menurut

kategori pengeluaran (misalnya, gaji, suplai, dan biaya tetap). Sebaliknya, ABC menentukan

biaya menurut apa yang dibayar untuk tugas berbeda yang dikerjakan karyawan. Dalam ABC,

biaya yang berhubungan dengan aktivitas seperti memproses pesanan penjualan, mempercepat

pesanan pemasok dan atau pelanggan, memecahkan masalah kualitas pemasok dan atau masalah

pengantaran, dan memperlengkapi mesin, dihitung. Metode ABC dan tradisional mencapai biaya

yang sama, tetapi ABC memberi pembuat keputusan rincian data biaya yang jauh lebih akurat.

Misalnya, B2B (bisnis untuk bisnas menggunakan internet ternyata mengurangi akuisisi dan

distribusi biaya perusahaan yang diidentifikasi, dan di Hewlet Packard, saat ABC menunjukkan

Page 61: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

bahwa pengujian desain dan bagian baru sangat mahal, maka tehnisi segera mengubah rencana

pada komponen yang memerlukan sedikit pengujian, dengan demikian sangat memperkecil

biaya.

3. Model Sosial

Pada sisi yang berlawanan dengan model rasionalitas ekonomi adalah model sosial yang

digambarkan psikologi. Sigmund Freud memandang manusia sebagai sekumpulan perasaan,

emosi, dan naluri, dengan perilaku yang dipandu oleh keinginan yang tidak disadari. Secara

jelas, jika ini merupakan deskripsi yang lengkap, maka orang akan tidak dapat membuat

keputusan yang efektif.

Meskipun banyak psikolog kontemporer memperdebatkan deskripsi manusia Freudian,

hampir semuanya sependapat bahwa pengaruh psikologi mempunyai dampak signifikan pada

perilaku pengambilan keputusan. Selanjutnya, tekanan dan pengaruh sosial mungkin

menyebabkan manajer membuat keputusan yang tidak rasional. Eksperimen konformitas yang

dilakukan oleh Solomon Asch menunjukkan ketidakrasionalan manusia. Studinya menggunakan

7 kelompok dengan masing-masing 9 subjek. Mereka diberitahu bahwa tugas mereka adalah

membandingkan panjang garis. Semua kecuali satu 'subjek' dalam setiap kelompok mempunyai

eksperimenter yang diatur sebelumnya agar ada 12 jawaban yang salah dari 18 percobaan

penilaian garis. Sekitar 37 persen dari 123 mahasiswa yang naif menyerah pada tekanan

kelompok dan memberikan jawaban yang salah pada 12 situasi tes. Dengan kata lain, lebih dari

sepertiga subjek eksperimen memberikan jawaban yang mereka tahn adalah salah.

Jika lebih dari sepertiga subjek Asch mengonformasikan kondisi "benar dan salah", "hitam

dan putih" dengan membandingkan panjang garis, maka kesimpulan logis adalah dunia nyata

yang "kelabu" ini penuh dengan konformis tidak rasional. Memerlukan sedikit imajinasi untuk

menyamakan garis Asch dengan alternatif keputusan manajemen. Sepertinya terdapat sedikit

keraguan mengenai pentingnya alternatif keputusan manajemen. Selain itu, terdapat banyak

dinamika psikologi lainnya. Misalnya, terdapat kecenderungan pembuat keputusan tetap pada

alternatif keputusan yang buruk meskipun ada kemungkinan bahwa sesuatu dapat diubah. Staw

Page 62: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

dan Ross mengidentifikasi empat alasan utama mengapa fenomena ini terjadi. Fenomena ini

disebut eskalasi komitmen, yang terjadi karena:

Karakteristik proyek. Hal ini mungkin alasan utama untuk keputusan eskalasi.

Karakterist& tugas atau proyek seperti keuntungan atau investasi tertunda atau masalah temporer

mungkin menyebabkan pengambil keputusan tetap atau meningkatkan komitmen pada tindakan

yang salah.

A.                Determinan psikologi. Jika keputusan menjadi buruk, manajer mempunyai kesalahan pemprosesan informasi (menggunakan faktor bias atau mengambil risiko lebih daripada pembenaran), karena pembuat keputusan melibatkan egonya, maka informasi negatif diabaikan dan perisai pertahanan pun dibangun.B.                 Kekuatan sosial. Mungkin pengambil keputusan mendapat tekanan dari rekan kerja dan atau mereka perlu mempertahankan gengsi sehingga mereka terus atau mengeskalasi komitmen untuk tindakan yang salah.C.                 Determinan organisasi. Bukan hanya karakteristik proyek yang mengalami eskalasi keputusan yang buruk-begitu juga kegagalan dalam komunikasi, disfungsi politik, dan bertahan pada perubahan.

Penelitian terbaru mendukung eskalasi komitmen sebagai hubungan pelengkap interaktif

antara prediktor sunk cost (misalnya, dikarenakan sejumlah waktu dan jam yang dihabiskan

sebelumn pembuat keputusan menjadi terhambat secara psikologis) dan penyelesaian proyek

(misalnya, memutuskan untuk terus menghabiskan waktu dan uang akan meningkatkan

kemungkinan penyelesaian proyek yang sukses).

Tentu saja, orang yang sepenuhnya tidak rasional, digambarkan oleh Freud terlalu eksteem

Akan tetapi, eskalasi komitmen dan dinamika manusia lain yang dibahas pada buku ini

menunjukkan bahwa terdapat sedikit keraguan mengenai peranan penting bahwa kompleksitas

manusia d dan memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan manajemen. Beberapa

perilaku manajemen tidak rasional, tetapi masih sangat realistis. Misalnya, penulis dan koleganya

melakukan dua studi yang menunjukkan bahwa subjek dengan pengalaman di laboratorium dan

lapangan yang tidak memiliki banyak pengalaman komputer lebih terpengaruh dalam aktivitas

keputusan dengan informasi yang disajikan oleh komputer daripada dengan informasi yang

disajikan oleh prosedur laporan nonkomputer. Sebaliknya, kenyataan yang berkebalikan berlaku

pada subjek dengan pengalaman komputer. Dengan kata lain, aktivitas pilihan sang pembuat

keputusan dipengaruhi, sekalipun dengan tipe format informasi yang disajikan kepada mereka.

Page 63: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Manajer tanpa pengalaman komputer mungkin masih diintimidasi oleh teknologi informasi dan

lebih menghargainya, sementara orang dengan pengalaman TI mungkin sangat skeptis dan

meremehkan kepentingannya.

4. Model Rasionalitas Terbatas dari Simon

Untuk mempresentasikan model rasionalitas ekonomi yang lebih realistis, Herbert Simon

mengajukan Mode1 alternatif. Dia merasa bahwa perilaku pengambilan keputusan manajemen

dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Dalam memilih alternatif, manajer berusaha meminimalkan kepuasan, atau mencari sesuatu yang

memuaskan atau "cukup bagus." Contoh kriteria kepuasan minimal adalah keuntungan yang

memadai atau saham pasar dan harga yang adil.

a.          Mereka menyadari bahwa dunia yang mereka rasakan merupakan model dunia nyata yang disederhanakan secara drastis. Mereka puas dengan penyederhanaan tersebut karena mereka yakin dunia nyata adalah kosong.

b.         Karena mereka mengejar kepuasan minimal daripada yang maksimal, mereka dapat membuat pilihan tanpa menentukan semua kemungkinan alternatif perilaku dan tanpa memastikan bahwa ini sudah mencakup semua alternatif.

c.          Karena mereka memperlakukan dunia itu kosong, mereka dapat membuat keputusan hanya dengan metode pengalaman atau trik perdagangan atau kekuatan kebiasaan. Teknik tersebut tidak menuntut kemustahilan dari kapasitas pemikiran mereka.

Dalam perbandingannya dengan model rasionalitas ekonomi, model Simon juga rasional

dan maksimal, tetapi terbatas. Pembuat keputusan berakhir dengan kepuasan minimal karena

mereka tidak mempunyai kemampuan untuk memaksimalkan. Kasus pemaksimalan perilaku

dirangkum dengan menyatakan bahwa tujuannya adalah dinamis, bukan statis; informasi kurang

sempurna; terdapat sasasan waktu dan biaya; tawaran altematif kurang disukai; dan efek

kekuatan lingkungan tidak dapat diabaikan. Model Simon menyatakan keterbatasan ini. Asumsi

model rasionalitas ekonomi tradisional dipandang tidak realistis. Tetapi dalam analisis akhir,

terdapat perbedaan antara model rasionalitas ekonomi dan model Simon karena dalam beberapa

situasi pendekatan minimalis meningkat, sementara dalam kondisi lain, minimalisasi dan

maksimalisasi merupakan hal yang jauh berbeda.

Banyak variabel ekonomi, sosial, dan organisasi memengaruhi tingkat di mana

minimalisasi kepzuasan menjadi maksimal. Contoh variabel ekonomimya adalah struktur pasar.

Page 64: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Semakin kompetitif pasar, minimalisasi kepuasan semakin maksimal. Dalam pasar komoditi

agrikultur, minimalisasi perlu berubah menjadi maksimalisasi. Pada umumnya, ekonom

menyadari bahwa dalam lingkungan yang sepenuhnya kompetitif, maksimalisasi keuntungan

membuat perusahaan dapat bertahan. Dengan demikian, pembuat keputusan harus

memaksimalkan keputusan. Dalam pasar oligopolistik (misalnya, industri otomotif dan baja),

minimalisasi berbeda dengan maksimalisasi. Perusahaan oligopolistik dapat bertahan dalam

keuntungan atau saham pasar. Mereka tidak harus berjalan pada titik di mana biaya marjinal

sama dengan pendapatan marjinal.. Dalam kenyataannya, mereka mungkin terhindar dari

maksimalisasi.

Selain batasan pasar ekonomi, dalam praktiknya terdapat banyak rintangan sosial yang

mencegah maksimalisasi. Beberapa rintangan sosial tersebut tidak disadari oleh pembuat

keputusan organisasi. Contohnya adalah daya tahan terhadap perubahan, keinginan akan status,

memerhatikan citra, politik, organisasi, dan kebodohan. Sebaliknya, pembuat keputusan mungkin

secara sadar menghindari maksimalisasi secara sadar. Contoh perilaku mencakup keputusan

yang mengecilkan hati peserta kompetisi atau investigasi yang menentang penggabungan

industri, mengendalikan permintaan serikat , atau mempertahankan kepercayaan konsumen.

5. Heulistik Penilaian dan Model Bias

Bazerman menyatakan bahwa model rasionalitas terbatas dari Simon dan konsep

minimalisasi merupakan perluasan penting dari model rasionalitas ekonomi, tetapi model

tersebut tidak mendiskripsikan bagaimana penilaian akan dibiaskan. Dengan demikian, lebih

jauh mengenai model rasionalitas terbatas, pada bidang perilaku organisasi muncul model

kognitif yang bias sistematis memengaruhi penilaian.

Heuristik penilaian dan model bias berasal dari Kahneman dan Tversky, ahli teori yang

menyatakan bahwa pembuat keputusan mengandalkan heuristik (penyederhanaan strategi atau

metode berdasarkan pengalaman). Bersama dengan Herbert Simon, seorang ahli teori keputusan

perilaku, Daniel Kahneman (dan jika belum meninggal pada tahun 1996 juga bersama

kolabornya Amos Tversky) memenangkan hadiah Nobel atas karyanya pada tahun 2002. Mereka

menekankan bahwa pembuat keputusan mempertimbangkan keadilan, kejadian masa lalu,

keenganan untuk rugi, dan bagaimana keputusan dibingkai, yang dulunya diabaikan para

ekonom. Sebagai contoh saat Kahneman dan Tversky secara hipotesis memutuskan langkah

untuk menangani penyakit, banyak yang memilih langkah yang menyelamatkan 80 persen orang

Page 65: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

daripada langkah yang membunuh 20 persen. Heuristik penilai tersebut mengurangi permintaan

kebutuhan informasi pembuat keputusan dan secara nyata membantu dengan cara berikut ini:

a.    Merangkum pengalaman masa lalu dan memberikan metode yang mudah untuk mengevaluasi

masa sekarang

b.   Mengganti metode berdasarkan pengalaman atau "prosedur operasi standar" untuk

mengumpulkan dan menghitung informasi yang lebih kompleks

c.    Menyelamatkan aktivitas mental dan proses kogniti

Akan tetapi, meskipun heuristik kognitif menyederhanakan clan membantu pembuat

keputusan dalam situasi tertentu penggunaannya dapat menyebabkan eror dan hasil bias secara

sistematis. Tuga bias utama yang teridentifikasi membantu menjelaskan bagaimana penilaian

tersebut menyimpng dari proses rasional. Pertanyaan berikut ini akan membantu memahami dan

memberikan bias:

a.       Apakah ada banyak kata dalam bahasa Inggris yang (a) dimulai dengan huruf r atau (b) mempunyai r sebagai huruf ketiga?

b.      Suatu hari dalam rumah sakit metropolitan yang besar, tercatat 8 kelahiran menurut dan waktu kelahiran. Urutan kelahiran mana yang paling mungkin untuk melaporkan tersebut (B = anak laki-laki; G = anak perempuan)?a. BBBBBBBB b. BBBBGGGG c. BGBBGGGB

c. Seorang teknisi yang baru diterima di sebuah perusahaan komputer di area metropolitan

Bostom mempunyai pengalaman empat tahun dan kualifikasi yang bagus. Saat diminta

memperkirakan gaji awal untuk karyawan ini, asisten staf saya (yang sedikit mengenal profesi

atau insdustri) menebak gaji tahunan $23,000. Berapa perkiraan Anda? $ _per tahun 33

E. Gaya Pengambilan Keputusan

Selain model rasionalitas keputusan, pendekatan lain untuk perilaku pengambilan

keputusan berfokus pada gaya yang digunakan manajer dalam memilih alternatif. Misalnya,

Page 66: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

contoh tipologi gaya keputusan yang menggunakan manajer sebagai representatif

mengidentifikasi: (1) Karismatik (antusias, menarik, banyak bicara, dominan): Richard Bronson

dari Virgin Atlantic atau Herb Kelleher, pendiri Southwest Airlines; (2) Pemikir (kekuatan otak,

pintar, logis, akademis): Michael Dell dari Dell Computer aim Bill Gates dari Microsoft; (3)

Skeptis (banyak permintaan, mengganggu, tidak menyenangkan, suka melawan): Steve Case dari

AOL-Time Warner atau Tom Siebel dari pengembang perangkat Siebel Systems; (4) Pengikut

(tanggung jawab, berhati-hati, mengikuti tren, tawar-Menawar)Peter Coors dari Coors Brewery

atau Carly Fiorina dari Hewlett Packard; dan (5) Pengendali (logis, tidak emosional, bijaksana,

cermat, akurat, analitis): Mantan CEO Ford Jacques Nasser atau Martha Stewart dari

Omnimedia) Gaya-gaya ini merefleksikan sejumlah dimensi psikologi termasuk bagaimana

pembuat keputusan merasakan apa yang terjadi di sekitar mereka dan bagaimana mereka

memproses informasi

Matriks gaya perilaku pengambilan keputusan 2 x 2 dapat dikategorikan menjadi dua

dimensi orientasi nilai dan toleransi untuk ambiguitas. Orientasi nilai berfokus pada perhatian

pembuatan keputusan terhadap masalah tugas dan teknis yang berlawanan dengan perhatian pada

manusia manusia dan sosial. Toleransi orientasi ambigu mengukur berapa banyak struktur dan

control yang diperlukan pembuat keputusan (keinginan untuk ambigu yang rendah) berlawanan

dengan perjuangan dalam situasi tidak menentu (keinginan untuk ambigu yang tinggi). Dua

orientasi dengan dimensi rendah dan tinggi digambarkan dalam matriks yang ditunjukkan pada

Gambar 11.3, dengan empat gaya pengambilan keputusan: direktif, analitik, konseptual, dan

perilaku.

1. Gaya Direktif

Pembuat keputusan gaya direktif mempunyai toleransi rendah pada ambiguitas, dan

berorienytasi pada tugas dan masalah teknis. Pembuat keputusan ini cenderung lebih efisien,

logis, pragmatis dan sistematis dalam memecahkan masalah. Pembuat keputusan direktif juga

berfokus pada fakta dan menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat. Mereka berorientasi pada

tindakan, cenderung mempunyai fokus jangka pendek, suka menggunakan kekuasaan, ingin

mengontrol, dan secan menampilkan gaya kepemimpinan otokratis.

2. Gaya Analitik

Page 67: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Pembuat keputusan gaya analitik mempunyai toleransi yang tinggi untuk ambiguitas dan

tugas yang kuat serta orientasi teknis. Jenis ini suka menganalisis situasi; pada kenyataannya,

mereka cenderung terlalu menganalisis sesuatu. Mereka mengevaluasi lebih banyak informasi

dan alternatif darpada pembuat keputusan direktif. Mereka juga memerlukan waktu lama untuk

mengambil kepuputusan mereka merespons situasi baru atau tidak menentu dengan baik. Mereka

juga cenderung mempunyai gaya kepemimpinan otokratis.

3. Gaya Konseptual

Pembuat keputusan gaya konseptual mempunyai toleransi tinggi untuk ambiguitas, orang

yang kuat dan peduli pada lingkungan sosial. Mereka berpandangan luas dalam memecahkan

masalah dan suka mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan masa mendatang.

Pembuat keputusan ini membahas sesuatu dengan orang sebanyak mungkin untuk mendapat

sejumlah informasi dan kemudian mengandalkan intuisi dalam mengambil keputusan. Pembuat

keputusan konseptual juga berani mengambil risiko dan cenderung bagus dalam menemukan

solusi yang kreatif atas masalah. Akan tetapi, pada saat bersamaan, mereka dapat membantu

mengembangkan pendekatan idealistis dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan..

4. Gaya Perilaku

Pembuat keputusan gaya perilaku ditandai dengan toleransi ambiguitas yang rendah,

orang yang kuat dan peduli lingkungan sosial. Pembuat keputusan cenderung bekerja dengan

baik dengan orang lain dan menyukai situasi keterbukaan dalam pertukaran pendapat. Mereka

cenderung menerima saran, sportif dan bersahabat, dan menyukai informasi verbal daripada

tulisan. Mereka cenderung menghindari konflik dan sepenuhnya peduli dengan kebahagiaan

orang lain. Akibatnya, pembuat keputusan mempunyai kesulitan untuk berkata 'tidak' kepada

orang lain, dan mereka tidak membuat keputusan yang tegas, terutama saat hasil keputusan akan

membuat orang sedih.

F. Implikasi Gaya Keputusan

Penelitian menunjukkan bahwa pembuat keputusan cenderung mempunyai lebih dari satu

gaya dominan. Pada umumnya, manajer mengandalkan dua atau tiga gaya keputusan, dan hal ini

akan bervariasi menurut pekerjaan, tingkat kerja, dan budaya. Gaya tersebut dapat digunakan

Page 68: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

untuk menentukan kekuatan dlan kelemahan pembuat keputusan. Misalnya, pembuat keputusan

analitis membuat keputusan yang cepat, tetapi mereka juga cenderung otokrat dalam cara

melakukan sesuatu. Sama halnya, pembuat keputusan konseptual bersifat inovatif dan berani

mengambil risiko, tetapi mereka sering tidak tegas. Gaya ini membantu menjelaskan mengapa

manajer yang berbeda membuat keputusan yang berbeda setelah mengevaluasi informasi yang

sama. Secara keseluruhan, analisis gaya pembuat keputusan berguna dalam memberikan

pemikiran mengenai bagaimana menghadapi berbagai gaya pengambilan keputusan.

G. Teknik Pengambilan Keputusan

1.   Teknik Partisipatif

Kebanyakan teknik berorientasi pada perilaku, setidaknya secara tradisional, masuk dalam

kategori partisipatif. Sebagai teknik pengamhilan keputusan, partisipatif mencakup individu atau

kelompok aalam proses 46 la dapat dilakukan secara formal maupun informal, dan memerlukan

keterlibatan intelektual, emosional, dan fisik. Sejumlah partisipasi dalam pengambilan keputusan

berkisar dari tidak ada partisipasi pada satu sisi, di mana manajer membuat keputusan dan tidak

meminta bantuan atau :de dari siapapun, sampai partisipasi penuh pada sisi lainnya, di mana

setiap orang yang berhubungan Jan terpengaruh oleh keputusan, sepenuhnya terlibat. Dalam

praktiknya, tingkat partisipasi ditentukan, oleh faktor pengalaman individu atau kelompok dan

sifat tugas. Semakin banyak pengalaman, semakin terbuka, serta semakin tidak terstrukturnya

tugas, partisipasi di dalamnya pun semakin banyak

Partisipasi semakin diminati dalam organisasi saat ini,. Teknik partisipasi telah

dibicarakan sejak awal gerakan hubungan manusia. Dan sekarang, karena tekanan kompetisi,

eliminasi hubungan, herarki bawahan-atasan, dan munculnya tim, struktur horisontal, dan

teknologi informasi terbatas, maka organisasi, tim, dan manajer individu secara efektif

menggunakan teknik tersebut: misalnya, melalui penggunaan teknologi informasi, insinyur

Raython di Dallas dihadapkan dengan keputusan teknis. Setelah mencari masalah yang sesuai

dengan proyek perpustakaan online, insinyur tersebut mengirim e-mail ke koleganya yang

berkantor di West Coast yang mencoba menjawab pertanyaan yang sama dan mereka bersama-

sama memecahkan masalah tersebut.

Teknik partisipasi diterapkan secara informal pada individu atau tim atau secara formal

pada .program. Teknik partisipasi individu adalah di mana karyawan memengaruhi pengambilan

Page 69: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

keputusan manajer. Partisipasi kelompok menggunakan teknik konsultasi dan demokrasi.

Manajer meminta dan menerima keterlibatan karyawan dalam partisipasi konsultasi, tetapi

manajer mempertahankan hak untuk membuat keputusan. Dalam bentuk demokrasi, terjadi

partisipasi total, dan kelompok, bukan per individu, membuat keputusan akhir dengan konsensus

atau suara terbanyak.

Terdapat banyak atribut positif clan negatif dari pengambilan keputusan partisipasi.

Menyeimbangkan atribut tersebut dalam mengevaluasi keefektifan pengambilan keputusan

partisipasi merupakan hal yang sulit karena keterlibatan faktor-taktor seperti gaya kepemimpinan

atau kepribadian. Faktor situasional, lingkungan, dan kontekstual serta ideology. Meskipun

terdapat juga dukungan penelitian umum, bentuk teknik partisipasi yang berbeda mempunyai

hasil yang berbeda. Misalnya, partisipasi informal mempunyai efek positif pada produktivitas

dan kepuasan karyawan; partisipasi representasi mempunyai dampak positif pada kepuasan,

tetapi tidak pada produktivitas; dan partisipasi jangka pendek tidak efektif pada kedua criteria.

Persoalanya adalah kecenderungan terhadap pseudo-partisipasi (partisipasi palsu). Banyak

manajer meminta partisipasi, tetapi saat bawahan menanggapinya dengan memberi saran atau

coba memberi masukan pada sebuah keputusan, mereka diabaikan dan tidak pernah menerima

umpan balik apa pun. Dalam beberapa kasus, manajer mencoba membuat orang terlibat dalam

tugas, tetapi tidak dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini dapat menyebabkan bumerang

pada kepuasan karyawan. Jika manajer menginginkan partisipasi karyawannya, tetapi tidak

pernah melibatkan mereka secara intelektual atau emosional serta tidak pernah menggunakan

saran mereka, maka hasilnya negatif. Partisipasi juga menghabiskan waktu dan mempunyai

beberapa kerugian umum seperti pelemparan tanggung jawab. Akan tetapi, dari sudut pandang

perilaku, keuntungan pengambilan keputusan partisipasi lebih banyak daripada kerugiannya.

Mungkin keuntungan terbesarnya adalah teknik partisipasi pengambilan keputusan menyatakan

bahwa setiap orang dapat membuat kontribusi signifikan terhadap pencapaian sasaran organisasi.

2. Teknik Keputusan Kelompok

Sejauh ini, kemajuan yang terjadi dalam pengambilan keputusan selama beberapa tahun

belakan ini dikarenakan teknologi informasi. Sistem informasi manajemen (SIM), sistem

pendukung keputusan (DSS) terkomputerisasi, data warehousing dan mining, dan sistem canggih

dan para ahli semakin ban} digunakan untuk membantu manajer membuat keputusan yang lebih

Page 70: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

baik. Pendekatan berdasarkan informasi mempunyai dampak dan kesuksesan besar. Akan tetapi

terdapat beberapa kesimpulan penelitian terbaru yang mengindikasikan bahwa teknologi

informasi seperti DSS mungkin bukan solusi akhir untuk pengambilan keputusan yang efektif.

Misalnya, suatu studi menemukan bahwa lebih banyak informasi disediakan dan dipertukarkan

oleh kelompok den menggunakan DSS, tetapi saat dibandingkan dengan kelompok tanpa DSS,

tidak ada keputusan lebih baik yang dihasilkan. Studi lain, meskipun DSS mengembangkan

organisasi dalam proses pengambilan keputusan, tetapi DSS juga menghasilkan diskusi yang

kurang kritis dan mendalam, akan tetapi, manajemen pengetahuan sekarang sedang

mengembangkan proses informasi nyata tidak nyata yang lebih efektif dan peralatan teknologi

sehari-hari (e-mail, pengolah kata, spreadsheet, desktop, alat presentasi

terkomputerisasi/PowerPoint, dan program database) menjadi nomor dua. Kunci untuk pembuat

keputusan yang efektif adalah bukan menjadi seorang ahli teknologi informasi, tetapi menjadi

pembuat keputusan yang dapat menggunakan teknologi informasi efisien dan efektif untuk

mengambil keputusan yang lebih baik.

Selain dampak teknologi informasi yang semakin maju dalam pengambilan keputusan,

terdapat kebutuhan penting untuk teknik pengambilan keputusan yang berorientasi perilaku.

Sayangnya, hanya teknik perilaku partisipasi yang dibahas sejauh ini yang tersedia untuk

manajer. Tidak banyak usaha untuk mengembangkan teknik yang membantu membuat

keputusan pemecahan masalah yang lebih kreatif. Seperti diakui manajemen pengetahuan,

keputusan kreatiflah yang merupakan tantangan utama yang dihadapi manajemen modern.

Kreativitas pengambilan keputusan dapat diterapkan pada individu atau kelompok karena

pengambilan keputusan individu membantu pengambilan keputusan dalam organisasi saat ini,

maka pemahaman dinamika kelompok dan tim, menjadi relevan dengan pengambilan keputusan,

sebagai contoh, pembahasan masalah dan fenomena kesesuaian nilai dan etika kelompok seperti

perubahan risiko (bahwa kelompok mungkin membuat keputusan lebih berisiko daripada

anggota individu) membantu seseorang memahami kompleksitas pengambilan keputusan

kelompok dengan lebih baik. Kenyataannya, belakangan ini sejumlah skema keputusan sosial

muncul dari penelitian psikologi sosial. Skema tersebut antara lain sebagai berikut:

a.    Skema kemenangan mayoritas.

Skema yang lazim digunakan kelompok sampai kepada keputusan yang didukung oleh

mayoritas. Skema ini muncul untuk memandu pengambilan keputusan saat tidak ada keputusan

Page 71: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

yang benar secara objektif. Contohnya adalah model mobil apa yang dibuat saat berbagai model

populer belum diuji dalam "pengadilan" pendapat publik.

b.   Skema kemenangan sebenarnya.

Saat semakin banyak informasi diberikan dan pendapat dibahas dalam skema ini, kelompok

menyadari bahwa ada satu pendekatan yang benar secara objektif. Misalnya, kelompok

memutuskan apakah penggunaan nilai tes untuk menyeleksi karyawan akan berguna dan apakah

informasi nilai tersebut mampu memprediksi kinerja.

c.                Skema mayoritas dua per tiga.

Skema ini sering digunakan juri yang cenderung menghukum terdakwa saat dua per tiga juri

menyetujui.

d.               Aturan perubahan pertama.

Skema ini, kelompok cenderung menggunakan keputusan yang mencerminkan perubahan

pertama dalam pendapat yang diekspresikan anggota kelompok. Jika kelompok produsen mobil

terbagi dalam kelompok memproduksi mobil touring atau tidak, maka kelompok cenderung

melakukan ide awal setelah salah satu kelompok yang awalnya menolak ide tersebut menyetujui

perubahan. Jika juri mengalami jalan buntu, anggota akhirnya mengikuti ketua juri untuk

mengubah posisi.

Selain skema tersebut, terdapat juga fenomena lain seperti kecenderungan status quo (saat

individu atau kelompok dihadapkan dengan keputusan, mereka menolak perubahan dan

cenderung bertahan dengan tujuan atau rencana yang ada) yang memengaruhi pengambilan

keputusan kelompok.

Saran seperti berikut ini dapat digunakan untuk membantu mengurangi dan melawan

kekuasaan status quo dan dengan demikian keputusan kelompok menjadi lebih efektif. Saran

tersebut sebagai berikut:

a.    Saat segalanya berjalan dengan baik, pembuat keputusan sebaiknya tetap mewaspadai dan

meninjau kemungkinan alternatif.

b.   Sungguh baik jika memiliki kelompok terpisah yang mengawasi lingkungan,

mengembangkan teknologi baru, dan menghasilkan ide baru.

c.    Untuk mengurangi kecenderungan mengabaikan informasi negatif jangka panjang, manajer

sebaiknya mengumpulkan skenario kasus yang buruk dan prediksi yang mencakup biaya jangka

panjang.

Page 72: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

d.   Membuat checkpoint dan batasan untuk semua rencana.

e.    Ketika batasan sudah dilewati, perlu mempunyai tinjauan rencana lain yang independen atau

terpisah.

f.    Nilailah orang berdasarkan cara mereka mengambil keputusan, bukan hanya pada

keputusannya, terutama ketika hasil di luar kontrol.

g.   Menekankan kualitas proses pengambilan keputusan tidak berarti sebaiknya manajer tidak

menampilkan konsistensi keberhasilan saat keadaan belum menunjukkan perubahan.

h.   Organisasi dapat menetapkan tujuan, insentif, dan sistem pendukung yang mendorong

eksperimen dan pengambilan risiko.

Selain panduan sederhana di atas, teknik keputusan kelompok seperti Delphi dan pengelompokan

nominal juga dapat digunakan untuk membantu menghilangkan disfungsi kelompok dan

membantu membuat keputusan yang lebih efektif.

3. Teknik Delphi

Meskipun Delphi pertama kali dikembangkan bertahun-tahun yang lalu di perusahaan Rand

Corporation, tetapi teknik tersebut baru dipopulerkan belakangan ini sebagai teknik pengambilan

keputusan kelompok untuk prediksi jangka panjang. Saat ini, berbagai organisasi bisnis,

pendidikan, pemerintahan, kesehatan, dan militer menggunakan Delphi. Tidak ada teknik

keputusan yang dapat memprediksi masa depan sepenuhnya, tetapi teknik Delphi sepertinya

sebaik bola kristal dalam meramal.

Teknik ini, yang dinamakan seperti ramalan di Delphi pada masa Yunani kuno,

mempunyai ebberapa variasi, tetapi umumnya bekerja sebagai berikut:

a. Sebuah kelompok (biasanya terdiri dari para ahli, tetapi dalam kasus ini bukan para ahli pun

mungkin sengaja menggunakannya) dibentuk, tetapi anggota tidak berinteraksi langsung (tatap

muka) satu sama lain. Dengan demikian, biaya pengeluaran untuk mempertemukan kelompok

dapat dikurangi.

a.    Setiap anggota diminta membuat prediksi atau input tanpa mencantumkan nama untuk

keputusan kelompok.

Page 73: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

b.   Setiap anggota k'emudian menerima umpan balik gabungan dari orang lain. Dalam beberapa

variasi, alasan dkcantumkan (tanpa nama), tetapi kebanyakan hanya data dan daftar gabungan

yang digunakan.

c.    Pada umpan balik, dilakukan babak lain dari input anonim. Pengulangan terjadi pada

sejumlah waktu yang telah ditetapkan atau sampai umpan balik gabungan tetap sama, yang

berarti setiap orang masuk dalarn posisinya.

Kunci utama keberhasilan teknik ini adalah anonimitasnya. Meneruskan respons anggota

kelompok Delphi yang tanpa nama menghapus masalah "menjaga gengsi" dan mendorong para

ahli untuk lebih fleksibel dan diuntungkan dari penilaian orang lain. Pra ahli mungkin lebih

memerhatikan pembelaan posisi mereka daam teknik pengambilan keputusan kelompok yang

berinteraksi secara tradisional dari ada membuat keputusan yang baik.

Banyak organisasi membuktikan diri sukses dengan teknik Delphi. Weyerhaeuser,

perusahaan suplai bangunan, menggunakan teknik tersebut untuk memprediksi apa yang akan

terjadi pada bisnis konstruksi, dan G1axoSmithKline, manufaktur obat, menggunakan teknik

tersebut untuk mempelajari ketidakpastian obat. TRW, perusahaan berorientasi teknologi yang

sangat beragam, mempunyai 14 panel Delphi, masing-masing 17 anggota. Panel menyarankan

produk dan layanan yang mempunyai potensi pemasaran dan memprediksi perkembangan

teknologi dan peristiwa politik, ekonomi, sosial, Jan budaya yang signifikan. Selain aplikasi

bisnis, teknik berhasil digunakan pada berbagai masalah dalarn pemerintahan, pendidikan,

kesehatan, dan militer. Dengan kata lain, Delphi dapat diterapkan pada berbagai perencanaan

program dan masalah keputusan dalarn berbagai organisasi.

Kritik utama terhadap teknik Delphi berpusat pada konsumsi waktu, biaya, clan efek

papan Ouija. iietiga kritik tersebut mengimplikasikan bahwa Delphi tidak memiliki basis atau

dukungan ilmiah. Unuk menghadapi kritik tersebut, Rand berusaha menvalidasi Delphi melalui

eksperimen terkontrol. Peusahaan mengatur panel non-ahli yang menggunakan teknik Delphi

untuk menjawab pertanyaan, "Berapa banyak suara untuk Lincoln ketika dia pertama kali

menjadi presiden?" dan "Berapa harga rata-rata yang diterima petani untuk apel pada tahun

1940?" Pertanyaan khusus ini digunakan karena rata-rata orang tidak tahu jawaban yang tepat,

tetapi mengetahui subjeknya. Hasil studi menunjukkan bahwa perkiraan awal oleh panel non-ahli

hampir benar, tetapi dengan teknik umpan balik anonim. Delphi, perkiraan akan lebih mendekati.

Page 74: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

4. Teknik Kelompok Nominal

Berhubungan dekat dengan Delphi adalah pendekatan kelompok nominal untuk

pengambilan keputusan kelompok. Kelompok nominal telah digunakan oleh ahli psikologi sosial

dalam penelitian mereka selama bertahun-tahun. Kelompok nominal hanyalah "kelompok di atas

kertas". Ini hanya nama kelompok karena tidak ada interaksi verbal antaranggota. Dalam

penelitian dinamika kelompok, ahli psikologi sosial akan mengadu kelompok yang berinteraksi

dengan kelompok nominal (sebuah kelompok individu yang dikumpulkan bersama-sama, tetapi

tidak berinteraksi secara verbal). Dalam konteks jumlah ide, keunikan ide, dan kualitas ide,

penelitian menemukan bahwa kelompok nominal lebih unggul dibanding kelompok riil.

Kesimpulan umum adalah kelompok yang berinteraksi mempunyai disfungsi tertentu yang

menghalangi kreativitas. Sebagai contoh, sebuah studi menemukan bahwa kinerja peserta dalam

kelompok interaktif lebih serupa dan lebih sesuai daripada kinerja kelompok nominal." Akan

tetapi, kompleksitas bertambah ketika sebuah studi terbaru menemukan bahwa (1) kelompok

interaktif lebih memerhatikan input anggota berkinerja paling tinggi dan (2) kelompok interaktif

mempunyai kinerja pada tingkat terbaik dari sejumlah individu yang sama.18 Tetapi, kecuali

untuk mendapatkan ide, efek anggota kelompok yang berinteraksi'diketahui memiliki efek positif

yang lebih signifikan pada sejumlah variabel. Jenis efek selanjutnya dibahas pada Bab 14,

mengenai dinamika dan tim.

Saat pendekatan kelompok nominal murni dikembangkan menjadi teknik khusus untuk

pengambilan keputusan dalam organisasi, pendekatan ini dinamakan nominal group technique

(NGT) dan terdiri dari langkah berikut ini:

a.    Pembangkitan ide yang tidak terucapkan melalui tulisan

b.   Umpan balik round-robin dari anggota kelompok, yang mencatat setiap ide dalam frasa

pendek pada flip chart atau papan tulis

c.    Pembahasan setiap ide yang tercatat untuk klarifikasi dan evaluasi

d.   Voting individu mengenai ide prioritas, dengan keputusan kelompok diambil secara

matematis menurut rating"

Page 75: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Perbedaan antara pendekatan tersebut dan metode Delphi adalah anggota NGT biasanya

diperkenalkan satu sama lain, mempunyai kontak langsung, dan berkomunikasi secara langsung

dalam langkah ketiga.

Meskipun diperlukan lebih banyak penelitian, terdapat beberapa bukti bahwa kelompok NGT

muncul dengan lebih banyak ide daripada kelompok yang berinteraksi secara tradisional dan me-

lakukan dengan lebih baik, atau sedikit lebih baik, daripada kelompok yang menggunakan

Delphi. Sebuah studi menemukan bahwa kelompok NGT mencapai kinerja pada tingkat akurasi

yang sama dengan anggota yang paling pandai, akan tetapi, studi lain menemukan bahwa

kelompok NGT tidak memiliki kinerja, kelompok pesertanya secara pervasif juga menyadari

permasalahan kelompok dan saat di mana tidak ada orang dominan yang menghalangi orang lain

untuk mengomunikasikan ide. Sebuah studi menemukan bahwa individu yang bekerja sendiri

dan kemudian masuk dalam kelompok nominal menjadi superior, tetapi untuk pembangkitan ide

melalui komputer, kelompok yang utuh (seperti kelompok kerja reguler) menghasilkan lebih

banyak ide (dengan kualitas tinggi) daripada orang yang bekerja dalam subkelompok atau

individu dalam kelompok nominal.

2.12MEMASUKI ORGANISASI

A. Pemilihan Pekerjaan Perspektif Individu

                  Karakteristik Individu (Individual Characteristics). Mengingat prestasi organisasi tergantung atas prestasi individu, manajer seperti Ted

Johnson harus memiliki pengetahuan yang lebih memadai dan bukan hanya pengetahuan yang

pas-pasan tentang faktor yang menentukan prestasi individu. Psikologi dan psikologi sosial

menyumbang pengetahuan yang sangat besar berkenaan dengan hubungan antara sikap, persepsi,

kepribadian, nilai-nilai, dan prestasi individu.

Kapasitas individu untuk belajar dan menanggulangi stress telah menjadi topik yang

semakin penting pada tahun-tahun belakangan ini. Manajer tidak dapat mengabaikan kebutuhan

untuk belajar dan bertindak tentang pengetahuan karakteristik individu, baik dari bawahannya

maupun di antara manajer sendiri.

                  Motivasi Individu (Individual Motivation).

Page 76: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Motivasi dan kemampuan bekerja mempengaruhi prestasi kerja. Teori motivasi mencoba menerangkan dan meramal bagaimana perilaku individu itu muncul, mulai berlanjut dan berhenti. Tidak seperti Ted Johnson, tidak semua manajer dan sarjana perilaku setuju tentang teori motivasi “terbaik”. Sebenarnya, motivasi itu begitu rumit sehingga mustahil memiliki satu teori yang mencakup keseluruhan tentang bagaimana hal tersebut terjadi. Akan tetapi, para manajer harus terus mencoba memahaminya. Mereka harus menaruh perhatian terhadap motivasi karena mereka harus mempertahankan prestasi. 

                  Imbalan (Rewards) Salah satu pengaruh yang paling kuat atas prestasi individu ialah sistem imbalan dalam

organisasi. Manajemen dapat menggunakan “imbalan” (atau hukuman) untuk meningkatkan

prestasi karyawan.  Manajemen dapat juga menggunakan imbalan untuk menarik karyawan-

karyawan terlatih masuk dalam organisasi itu. Gaji dan kenaikannya serta bonus adalah aspek-

aspek yang penting dalam sistem imbalan, tetapi bukan satu-satunya aspek. Ted Johnson

memperhitungkan masalah ini dengan jelas dalam pertimbangannya ketika ia mengatakan, “saya

tahu rahasianya untuk memperoleh suatu prestasi”. Prestasi dari pekerjaan itu sendiri menjamin

karyawan mendapat imbalan; terutama jika prestasi kerja tersebut mengarah kepada rasa

tanggung jawab pribadi, otonomi, dan keberartian.

                  Stress (Ketegangan Mental). Stress merupakan hasil (yang penting) dari interaksi antara tugas pekerjaan dengan

individu-individu yang melaksanakan pekerjaan itu. Stress dalam hal ini ialah suatu keadaan

ketidakseimbangan di dalam diri individu yang bersangkutan, yang sering tercermin dalam

gejala-gejala seperti tak bisa tidur, keringat berlebihan, gugup dan sufat lekas marah. Apakah

ketegangan itu bersifat positif atau negatif tergantung pada tingkat toleransi individu

bersangkutan. Orang memberikan reaksi yang berbeda terhadap situasi yang dari luar nampaknya

menyebabkan tuntutan fisik dan psikologis yang sama. Beberapa individu menanggapi positif

peningkatan motivasi dan tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas pekerjaan. Individu lain

menanggapi negatif, malahan mencari jalan keluar lain seperti menjadi alkoholik dan

menggunakan obat-obatan secara salah. Ted Johnson akan menanggapi secara positif ketegangan

dalam pekerjaan barunya.

Tanggung jawab manajemen dalam menanggulangi stress belum jelas didefinisikan, tetapi

makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa oeganisasi terus berupaya mengadakan program

untuk menangani pekerjaan yang menyebabkan stress.

B. Seleksi Perspektif Organisasi

Page 77: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

                  ASUMSI – ASUMSI  PERSPEKTIF ORGANISASI

            Dalam kajian Stephen W Littlejohn memberikan satu bentuk metafora lain yang

mengibaratkan bahwa organisasi adalah sebagai sebuah jaringan (Organizational Network).

Jaringan adalah struktur-struktur sosial yang diciptakan melalui komunikasi di antara individu-

individu dan kelompok-kelompok. Sewaktu orang berkomunikasi dengan orang lain, sebenarnya

ia sedang membuat kontak-kontak dan pola-pola hubungan dan saluran-saluran ini menjadi

instrumen dalam semua bentuk fungsi sosial, dalam organisasi-organisasi dan dimasyarakat luas.

Organisasi dipahami mampu membangun realita sosial. Jaringan adalah saluran-saluran melalui

mana pengaruh dan kekuasaan dijalankan, tidak hanya oleh manajemen dengan cara formal

tetapi juga informal diantara para anggota organisasi.2  Sementara itu, Peter Monge dan Eric

Eisenberg3 melihat teori jaringan sebagai suatu cara  untuk mengintegrasikan tiga tradisi dalam

studi organisasi. Pertama tradisi posisional, relasional, dan kultural. 2 Stephen W Littlejohn,

Teories of Human Communication ,Thomson Learning,USA. 7th.ed. 2001. 3 ibid..p.282. “Satu-

satunya cara yang bermakna untuk mempelajari organisasi adalah sebagai suatu sistem” (Scott,

1961)

Beberapa teori teori organisasi antara lain :

A.   ASUMSI TEORI  KLASIK

      Konsep tentang organisasi telah berkembang mulai 1880-an dan dikenal sebagai teori klasik

(classical theory). Dampak teori ini terhadap organisasi masih sangat besar. Sebagai contoh

organisasi yg didasarkan birokrasi dan banyak bagian dari teori klasik Menurut teori organisasi

klasik, rasionalitas, efisiensi, dan keuntungan ekonomis merupakan tujuan organisasi. Teori ini

juga menyatakan bahwa manusia diasumsikan bertindak rasional sehingga secara rasional

dengan menaikkan upah, produktivitas akan meningkat.

      Asumsi teori klasik tentang Perspectif Organisasi dipahami sebagai tempat (wadah)

berkumpulnya orang-orang yang diikat dalam sebuah aturan-aturan yang tegas  dan

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah terkoordinir secara sistematis dalam sebuah struktur

guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Page 78: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Max Weber dengan konsep birokrasi idealnya menekankan pada konsep otoritas dan kekuasaan

yang sah untuk melakukan kontrol kepada pihak lain yang berada di bawahnya sehingga

organisasi akan terhindar dari penyalahgunaan kekuasaan dan ketidakefisienan.  Frederick

Taylor mengajukan konsep "manajemen ilmiah" yang inti gagasannya adalah "bagaimana cara

terbaik untuk melakukan pekerjaan". Untuk ini Taylor membuat standardisasi mulai dari seleksi

(rekruitmen) dan penempatan yang menurutnya merupakan sistem hubungan kerja antara

manusia dengan mesin sehingga pekerjaan dapat dianalisis secara ilmiah. 

      Henry Fayol mengembangkan teori yang memusatkan perhatiannya pada pemecahan

masalah-masalah fungsional kegiatan administrasi. Fayol mengajukan konsep planning,

organizing, command, coordination, dan control yang menjadi landasan bagi fungsi dasar

manajemen. Fayol juga mengemukakan empat belas prinsip yang sangat fleksibel yang

digunakan sebagai dasar bagi manajer dalam mengelola organisasi. Keempat belas prinsip itu

adalah pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan perintah, kesatuan

arah, mengutamakan kepentingan umum, pemberian upah, sentralisasi, rantai perintah,

ketertiban, keadilan, kestabilan masa kerja, inisiatif, dan semangat korps. Gagasan Fayol sendiri

didukung oleh koleganya di AS yaitu Gulick, Urwick, Mooney dan Reiley.   Menurut James D.

Mooney terdapat empat prinsip dasar untuk merancang organisasi, yaitu :

a.      Koordinasi, yang meliputi wewenang, saling melayani, serta perumusan tujuan dan  

disiplin.

b.      Prinsip skalar, meliputi prinsip, prospek, dan pengaruh sendiri, tercermin dari

kepemimpinan, delegasi dan definisi fungsional.

c.       Prinsip fungsional, yaitu funsionalisme tugas yang berbeda.

d.      Prinsip staf, yaitu kejelasan perbedaan antara staf dan lini Meskipun mendapat banyak

kritik yang menganggap bahwa teori-teori klasik itu telah mengabaikan faktor humanistik,

deterministik, dan tertutup, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa teori klasik merupakan peletak

dasar dari teori-teori organisasi modern.

B.   ASUMSI TEORI MODREN

      Teori mutakhir atau modern merupakan pengembangan aliran hubungan manusiawi

sekaligus sebagai pandangan baru tentang perilaku manusia dan sistem sosial. Asumsi modren

Page 79: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Tentang perspectif organisasi : Organisasi sebagai sebuah jaringan sistem yang terdiri dari

setidak-tidaknya 2 (dua) orang atau lebih dengan kesalingtergantungan, input, proses dan output.

Menurut pandangan ini, orang-orang (komunikator) bekerjasama dalam sebuah sistem untuk

menghasilkan suatu produk dengan menggunakan energi, informasi dan bahan-bahan dari

lingkungan

     

      Proses pengorganisasiaan akan menghasilkan organisasi. Pengorganisasian adalah sebuah

proses dan aktivitas/kegiatan. Walaupun organisasi memiliki struktur namun bagaimana

organisasi bertindak dan bagaimana organisasi tersebut tampil ditentukan oleh struktur yang

ditetapkan oleh pola-pola reguler perilaku yang saling bertautan. (Weick, 1979, hal 90).

      Dalam teori ini konsep manusia yang mewujudkan diri (motivasi manusia) sangat penting

bagi manajemen organisasi. Terdapat empat prinsip dasar perilaku organisasi, yaitu:

a.  Manajemen tidak dapat dipandang sebagai proses teknik secara ketat (peranan, prosedur, dan

prinsip).

b.  Manajemen harus sistematis dan pendekatan yang digunakan dengan pertimbangan  secara

hati-hati.

c.   Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer individual dalam pengawasan

harus sesuai dengansituasi.

d.  Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi

sangat perlu. Berdasarkan berbagai teori yang dikemukakan, baik teori klasik, teori tradisional,

maupun teori mutakhir mengindikasikan bahwa kinerja lembaga atau organisasi sangat

ditentukan oleh sistem komunikasi yang diterapkan, baik menyangkut praktik komunikasi, pola

pendekatan, media komunikasi, maupun ketersediaan sarana umpan balik. Variabel-variabel

tersebut akan menentukan produktivitas kinerja lembaga. Demikian pula dalam praktiknya,

kegiatan komunikasi hendaknya memperhatikan beragam bentuk komunikasi, seperti

komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi horizontal, komunikasi lintas saluran dan

komunikasi informal. Semakin kreatif dan variatif organisasi itu menggunakan bentuk

komunikasi, maka akan semakin tinggi tingkat produktivitas kinerja lembaga tersebut.

Page 80: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

C.   ASUMSI TEORI  PERALIHAN

      Teori tradisional (teori peralihan)  Teori tradisional muncul sebagai reaksi atas konsep-

konsep yang dikemukakan oleh para ahli teori klasik meskipun tidak sepenuhnya mengabaikan

prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh teori klasik. Pendekatan yang dilakukan oleh ahli teori

ini adalah pendekatan perilaku atau bahavioral approach (Human Relation Approach).

Pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen yang dikenal dengan Hawthorne

Experiment yang secara garis besar dibagi dalam 4 tahap Antara Lain :

a.      Mengkaji efek lingkungan dari produktivitas pekerja

b.      Melakukan konsultasi dengan pekerja yang ikut eksperimen

c.       Melakukan wawancara dengan pekerja (yang tidak ikut eksperimen) melalui pertanyaan

terbuka

d.    Eksperimen yang dikenal dengan bank - Wiring - Room Experiment.

Hasil eksperimen tersebut adalah :

-       Sistem sosial para pekerja ikut berperan dalam organisasi formal.

-       Imbalan nonfinansial dan sanksi berperan dalam mengarahkan perilaku pegawai

-       Kelompok ikut berperan dalam menentukan kinerja dan sikap anggota kelompok

-       Munculnya pola kepemimpinan informal.

-       Komunikasi yang makin intensif.

-       Kepuasan dan kenyamanan bekerja meningkat.

-       Pihak manajemen dituntut untuk lebih memahami situasi sosial.

             Experiment Hawthorne menjadi pemicu munculnya beberapa pemikiran baru (yang

masih dalam kerangka humanistik). Termasuk munculnya teori sistem yang melihat organisasi

sebagai suatu sistem yang memiliki antara lain :

a.    Sub sistem teknis

b.    Sub sistem sosial

c.    Sub sistem kekuasaan.  Kemudian juga muncul teori kontingensi yang dibangun atas dasar

prinsip-prinsip yang telah dikembangkan oleh pendekatan sistem. Teori kontingensi ini pada

Page 81: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

prinsipnya melihat bahwa organisasi harus berlandaskan pada sistem yang terbuka (open system

concept)

PERSPEKTIF YANG MENDASARI KOMUNIKASI ORGANISASI

Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, tindak komunikasi

dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi/peranan, yaitu:

1. Covering Law Theories

Pespektif ini berangkat dari prinsip sebab-akibat atau hubungan kausal. Rumusan umum dari

prinsip ini antara lain dicerminkan dalam pernyataan hipotesis. Menurut Dray penjelasan

Covering Law Theories didasarkan pada dua asas:

-       Teori berisikan penjelasan yang berdasarkan pada keberlakuan umum/hukum umum.

-       Penjelasan teori berdasarkan analisis keberaturan.

C. Interview Pekerjaan

Keberhasilan suatu wawancara dapat diperoleh dengan menggunakan suatu perangkat

wawancara berupa Pedoman Wawancara yang dibantu dengan penggunaan beberapa teknik

wawancara sebagai berikut:

Pedoman wawancara (interview Guide) yang memuat semua yang anda perlukan untuk

menyiapkan dan melakukan wawancara, termasuk pertanyaan-pertanyaan yang telah

dipertimbangkan dengan baik, bersifat menggali, serta direncanakan secara khusus untuk

pekerjaan sasaran.

Pertanyaan tindak-lanjut (follow up question) yang membantu anda untuk mengumpulkan

perilaku yang lengkap dan cukup jumlahnya, yang akan dipergunakan untuk mengevaluasi

kandidat. – Keterampilan membuat catatan membantu anda untuk mencatat informasi

wawancara secara akurat dan lengkap.

Membina hubungan baik (building raport) dengan kandidat membantu agar ia merasa

nyaman dan terdorong untuk lebih terbuka dalam wawancara.Teknik mengelola wawancara

untuk membantu anda menjaga proses wawancara berjalan dengan baik dan lancer, sehingga

anda dapat mencakup latar belakang kandidat secara lengkap.

Page 82: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

                  Pedoman WawancaraPedoman wawancara merupakan rencana tindakan selama wawancara dan merupakan

perangkat wawancara yang paling berharga. Pedoman ini memuat hal-hal yang anda perlukan

untuk menyiapkan dan melakukan wawancara.

                  Isi Pedoman WawancaraPedoman Wawancara dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang ada dari setiap organisasi.

Namun sebagian besar pedoman memuat beberapa komponen dibawah ini:

1.               Daftar Persiapan (Preparation Check List) memberikan instruksi bagi anda untuk menyiapkan proses wawancara2.               Garis Besar untuk Membuka Wawancara (outline for opening the interview) memberikan format yang harus anda ikuti dalam membuka sebuah wawancara, dan menjelaskan tujuan serta rencana wawancara tersebut.Bagian Tinjauan latar belakang (key background review) memuat pertanyaan –pertanyaan mengenai pendidikan dan riwayat pekerjaan kandidat.3.               Bagian Pertanyaan perilaku Terencana (planned behavioral questions) memuat pertanyaan-pertanyaan mendalam mengenai perilaku kandidat dalam dimensi sasaran.4.               Penutup wawancara (interview close) memberikan peluang bagi anda untuk memeriksa catatan wawancara, untuk menanyakan pertanyaan tambahan serta untuk menjwab pertanyaan kandidat mengenai jabatan dan organisasi.5.               Instruksi pasca-wawancara (post-interview instructions) membimbing anda dalam mengevaluasi informasi yang telah anda kumpulkan, dan dalam menilai kandidat menurut dimensi yang ditugaskan kepada anda.6.               Table cakupan dimensi (dimensi coverage Grid) mengingatkan para pewawancara akan dimensi-dimensi apa saja yang harus dicakup dalam sistem seleksi.7.               Pertanyaan Tindak LanjutPertanyaan – pertanyaan tindak lanjut membantu anda untuk meneliti pengalaman kandidat secara mendalam, memberikan informasi yang anda perlukan serta memberi kesempatan kepada kandidat untuk mendemonstrasikan kompetensinya dalam dimensi sasaran. Karena alasan ini, maka tindak-lanjut merupakan ketrampilan wawancara yang utama.

                  Tiga jenis PertanyaanPertanyaan-pertanyaan tindak-lanjut tergolong dalam salah satu dari tiga jenis:

Mengenai perilaku Pertanyaan mengenai perilaku meminta kandidat untuk memberikan

informasi spesifik tentang bagian-bagian perilaku. Pertanyaan mengenai perilaku meminta

kandidat untuk menguraikan “pengalaman yang pernah dialaminya”, “suatu saat ketika”, “suatu

situasi dimana”, atau “sebuah contoh ketika”.

                  TeoritisPertanyaan teoritis menanyakan kandidat mengenai teori, pendapat, atau tindakan umum, yaitu

Page 83: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

apa yang ia pikir tentang suatu topic atau situasi atau apa yang ia ingin lakukan atau biasanya lakukan, bukan apa yang sesungguhnya telah ia lakukan dalam suatu situasi yang spesifik. Pertanyaan teoritis tidak efektif karena orang umumnya menjawab dengan teori dan pendapat, bukan informasi perilaku yang anda perlukan.                  MengarahkanPertanyaan mengarahkan mendorong kandidat untuk memberikan jawaban yang ia piker anda ingin dengar. Kata-kata pertanyaan ini disusun untuk menunjukkan adanya “jawaban yang benar”, dan mendorong kandidat untuk membuat jawaban seperti itu.Langkah – langkah Interview Berbasis Perilaku :

1.Sebelum interview

- Memeriksa (ulang ) seluruh materi yang berhubungan dengan lamaran pekerjaan tersebut.

- Memeriksa (ulang) definisi tiap-tiap Dimensi dan Tindakan utama

- Hubungkan pertanyaan-pertanyaan wawancara dengan pengalaman calon/kandidat.

- Estimasi waktu yang diperlukan untuk tiap bagian dari pedoman wawancara.

2. Saat Wawancara

Gunakan pertanyaan tindak-lanjut untuk membangun perilaku yang lengkap dan untuk

merubah perilaku yang palsu menjadi perilaku yang asli.

3. Setelah interview

- Identifikasikan perilaku yang lengkap diseluruh pedoman wawancara

- Kategorisasikan perilaku sesuai dengan dimensi masing-masing

- Identifikasikan perilaku tersebut sebagai yang efektif (+) atau yang tidak efektif (-)

- Berikan nilai masing-masing perilaku (dari aspek kepentingannya) dengan

mempertimbangkan :

a. Kesamaan, seberapa dekat kesamaan situasi tersebut dengan pekerjaan yang ditargetkan.

b. Dampak , seberapa penting situasi/hasil tersebut?

c. Kebaruan, Kapan perilaku tersebut terjadi?

d. Nilailah seluruh dimensi, dengan mempertimbangkan perilaku yang paling signifikan.

         TEKNIK TAMBAHAN

Page 84: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Disamping Pedoman proses, tiga teknik lain akan membantu anda mengelola wawancara

sehingga anda memperoleh informasi selengkap mungkin dalam waktu yang telah dialokasikan.

- Petunjuk non-verbal

Petunjuk nonverbal berguna untuk mendorong kandidat yang pendiam untuk memberikan

lebih banyak informasi dan mendorong kandidat yang terlalu banyak bicara untuk berbuat

sebaliknya.

- Diam

Semua pertanyaan dalam targeted selection tidak mudah untuk dijawab.Kadang-kadang

menunggu sambil diam selama beberapa detik dapat mendorong kandidat untuk menjawab.

Kandidat seringkali memberi jawaban yang paling bermakna bila ia diberi sedikit waktu untuk

mengingat suatu kejadian.

Banyak pewawancara sulit sekali untuk diam, ia ingin mengisi kevakuman itu dengan

pertanyaan lain atau mengulang kembali pertanyaan pertama dalam ungkapan yang lain.

Sebaiknya anda tunggu beberapa detik untuk mendapatkan jawaban. Diam harus digunakan

dengan seperlunya, namun jangan digunakan untuk menimbulkan stress pada diri kandidat. Bila

kandidat jelas-jelas tidak dapat menjawab, lanjutkan ke pertanyaan lain. Catatlah bahwa kandidat

ini tidak dapat atau tidak menjawab, tetapi tunggulah satu atau dua menit sebelum membuat

catatan, karena kandidat dapat mengartikan ketidakmampuan untuk menjawab sebagai suatu hal

negative.

-                   Membuat catatanMembuat catatan, salah satu bentuk dari komunikasi nonverbal, dapat anda gunakan untuk

mengelola wawancara. Membuat catatan mengatakan kepada kandidat, “ bicaralah terus. Apa

yang anda katakan penting”. Tidak membuat catatan mengirimkan pesan sebaliknya. Membuat

catatan adalah cara yang untuk memberitahu kandidat bila anda menginginkan dia untuk

melanjutkan atau berhenti memberikan informasi.

-                   Mengelola Waktu dalam WawancaraLangkah pertama yang baik dalam mengatur setiap wawancara ialah menyusun jadwal

waktu wawancara. Pertama-tama perkirakan waktu yang diperlukan untuk mencakup tiap

Page 85: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

segmen wawancara, lalu susun jadwal dengan sasaran waktu untuk tiap segmen. Bawalah jadwal

itu ketika mengadakan wawancara atau tuliskan waktunya dalam pedoman wawancara anda.

Dengan memonitor, jadwal itu dapat memberitahukan anda bagaimana mengatur laju

wawancara, apakah anda perlu memotong sesuatu bidang sehingga menjadi lebih singkat agar

dapat mencakup semua dimensi terpenting secara mendalam.

2.13. STRES PEKERJAANA. DEFINISI STRES

Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Pengertian lainnya yaitu pengalaman yang bersifat internal yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dn psikis dalam diri seseorang sebagai akibat dari faktor lingkungan eksternal, organisasi, atau orang lain (Szilagyi,1990).Menurut Anwar (1993:93) Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa tertekan

yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya.

Yoder dan Staudohar (1982 : 308) mendefinisikan Stres Kerja adalah Job stress refers to a

physical or psychological deviation from the normal human state that is caused by stimuli in the

work environment. yang kurang lebih memiliki arti suatu tekanan akibat bekerja juga akan

mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi fisik seseorang, di mana tekanan itu berasal

dari lingkungan pekerjaan tempat individu tersebut berada.

Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo, 2002:17), mendefinisikan stres kerja sebagai suatu

proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan,

tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu.

Menurut Pandji Anoraga (2001:108), stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik

fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkunganya yang dirasakan mengganggu dan

mengakibatkan dirinya terancam.

Gibson dkk (1996:339), menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian

diperantarai oleh perbedaan- perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan

suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang

menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang.

B.                       Sifat Dan Stres KerjaBanyak orang sekarang ini yang mengalami stress. Dengan kondisi perekonomian yang

makin sulit. Lapangan pekerjaan yang semakin menyempit. Bertambahnya pengangguran akibat krisis global. Wajarlah jika sekarang banyak dari kita yang begitu berat memikirkan kehidupan sehari-hari. Tak hanya masalah ekonomi yang menjadi beban pikiran. Pekerjaan yang menumpuk dan tak kunjung selesai juga berakibat yang sama. Apalagi saat dalam usia-usia beranjak dewasa. Pasti akan banyak pikiran-pikiran yang akan membebani sampai-sampai

Page 86: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

terbawa saat tidur. Sebagai contoh, maslah dengan pacar, masalah dengan teman di kampus atau sekolah, masalah dengan dosen atau guru, atau bahkan masalah dengan orangtua. Ya..semua itu juga bisa menimbulkan stress. Sangatlah tidak nyaman jika hidup ini dikejar-kejar oleh hal-hal yang menganggu pikiran. Apa bisa menikmati hidup dengan cara seperti ini??? Dengan stress yang sangat mengganggu??? Dengan pikiran yang selalu saja tegang dan tak bisa tenang???

Jika stress yang kita alami adalah stress yang baik itu tidak ada masalah. Nah, masalahnya bagaimana bisa membedakan antara stress baik dan stress jahat?? Secara umum, stress yang baik adalah stress yang dapat memberikan energi positif dan dapat mengangkat motivasi untuk diri sendiri. Perbedaan ciri-ciri antara stress baik dan stress jahat adalah sebagai berikut:Ciri-ciri stress yang baik:

1.       Mengahadapi sesuatu dengan penuh harapan untuk melawan rasa takut dalam diri.

2.       Memiliki jadwal yang sangat padat, tetapi didalam sela-sela jadwal yang padat itu ada aktivitas

yang sangat diharapkan dan sangat dinikmati.

3.       Memiliki komitmen yang lebih terhadap apa yang Anda sayangi. Misalnya: pernikahan, menjadi

seorang ayah/ibu, menjadi pekerja, atau menjadi pegawai negeri.

4.       Bekerja dengan tujuan tertentu dan Anda tahu kecepatan Anda saat bergerak akan berkurang saat

tujuan itu tercapai atau bahkan saat baru akan tercapai.

5.       Merasa tertantang, siap dan bersemangat untuk menerima dan menyelesaikan tugas yang akan

Anda hadapi.

6.       Merasakan kondisi badan yang cukup lelah namun akhirnya akan menikmati tidur yang lelap

dan nyaman

Ciri-ciri stress yang jahat:

1.       Menghadapi segala sesuatu dengan perasan takut, resah, gelisah dan khawatir.

2.       Memiliki jadwal yang sangat padat, tetapi tak ada satupun yang dapat Anda nikmati dan mau

tidak mau, harus Anda penuhi kewajiban itu.

3.       Merasa bahwa semua yang Anda lakukan tidaklah penting, tidak memenuhi seluruh kebutuhan

Anda, dan tak sebanding dengan tenaga, pikiran dan waktu yang Anda curahkan.

4.       Merasa tidak memegang kendali dan selalu merasa panik seakan-akan tidak ada jalan keluar

untuk menyelesaikan tugas, merasa tidak ada selesainya, dan merasa tidak ada yang membantu

menyelesaikannya.

5.       Merasa lebih baik bekerja daripada berhenti/istirahat sejenak saat jam kerja.

6.       Memiliki tidur yang tidak lelap, tidur yang resah, sering sakit maag, sakit punggung dan

mempunyai sakit yang sifatnya menahun.

C.     Sumber-Sumber Stres PekerjaanAda tiga faktor potensial yang bisa menyebabkan stress pekerjaan, yaitu :

Page 87: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

1.                  Faktor Lingkungan

Ketidakpastian ekonomis, politik, dan teknologi cenderung menciptakan stress. Ekonomi

yang menurun menjadikan orang semakin mencemaskan keamanan mereka. Depresi besar dalam

dasawarsa 1930-an serta resesi kecil menaikkan tingkat stress. Inovasi baru dapat membuat

keterampilan dan pengalaman seorang karyawan usang dalam waktu pendek. Komputer, rebotika

otomatisasi dan aneka ragam lain dari inovasi teknologis merupakan ancaman bagi banyak orang

dan menyebabkan mereka stress.

2.                  Faktor Organisasional

Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stress. Tekanan untuk

menghindari kekeliruan dan menyelesaikan tugas dalam suatu kurun waktu yang terbatas, beban

kerja yang berlebihan, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Kita telah mengkategorikan

faktor-faktor ini disekitar tuntutan tugas, tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan antar pribadi,

struktur organisasi, kepemimpinan organisasi, dan tingkat hidup organisasi itu.

3.                  Faktor Individual

Riset terbaru dalam tiga organisasi yang sangat berlainan menemukan bahwa gejala stress

yang dilaporkan sebelum memulai suatu pekerjaan dapat membuat kita paham akan kebanyak

varians dalam gejala stress yang dilaporkan. Ini mendorong para peneliti menyimpulkan bahwa

beberapa orang mempunyai kecenderungan yang inheren untuk menekankan aspek negatif dari

dunia ini secara umum. Jika benar maka suatu faktor individual penting yang mempengaruhi

stress adalah kodrat kecenderungan dasar dari seseorang. Artinya, gejala stress yang diungkapan

pada pekerja itu sebenarnya mungkin berasal dari dalam kepribadian orang tersebut.

         Konsekuensi-Konsekuensi Stres Pekerjaan1.               Gejala Fisiologis

Kebanyak perhatian dini atas stress diarahkan pada gejala fisiologis. Dalam riset disimpulkan bahwa stress dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme. Tautan antara stress dan gejala fisiologis tertentu tidaklah jelas. Tapi yang lebih relevan adalah fakta bahwa gejala fisiologis mempunyai relevansi langsung.2.               Gejala Psikologis

Stress menyebabkan ketidakpuasan. Stress yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menimbulkan ketidakpuasan yang berakitan dengan pekerjaan. Itulah efek psikologis yang paling sederhana dan paling jelas dari stress.3.               Gejala Prilaku

Page 88: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Gejala stress yang dikaitkan dengan prilaku mencakup perubahan dalam produktivitas, absensi dan tingkat keluarnya karyawan, juga perubahan dalam kebiasaan makan, meningkatnya meroko dan konsumsi alkohol, serta gangguan tidur.

         Perbedaan-Perbedaan Individu Dalam Stres1.               Persepsi.

Pada dasarnya setiap karyawan bereaksi untuk menanggapi persepsi mereka terhadap realitas dan bukannya realitas itu sendiri. Oleh karena itu persepsi dapat memperlunak hubungan antara suatu kondisi stress potensial dan reaksi seorang karyawan terhadap kondisi itu.2.   Pengalaman Kerja.

Dikatakan orang bahwa pengalaman merupakan guru yang terbaik, pengalaman juga merupakan pengurang stress yang sangat baik. Orang yang tetap lebih lama berada dalam organisasi mereka adalah mereka dengan ciri yang lebih tahan stress atau lebih tahan terhadap karakteristik stress dari organisasi mereka. Kedua, pada akhirnya orang mengembangkan mekanisme untuk mengatasi stress. Karena pengembangan ini memakan waktu, anggota senior organisasi lebih besar kemungkinannya untuk menyesuaikan diri sepenuhnya dan seharusnya mengalami lebih sedikit stress.3.   Dukungan Sosial.

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat menyangga dampak stress. Logika yang mendasari variabel lunak ini adalah bahwa dukungan sosial bertindak sebagai suatu pereda, yang mengurangi efek negatif bahkan dari pekerjaan yang bertegangan tinggi.

         Mengatasi Stres PekrjaanPenanggulangan stress penting dilakukan karena dapat mempengaruhi kehidupan,

kesehatan, produktivitas, dan penghasilan. Bagi organisasi tidak saja karena alasan kemanusian tetapi juga karena pengaruhnya terhadap prestasi semua aspek dari organisasi dan efektivitas organisasi secara keseluruhan. Sedangkan cara yang paling efektif untuk membantu karyawan yang stress adalah dengan program konseling, yaitu pembahasan suatu masalah dengan seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat menangani masalah secara lebih baik.1.               Fungsi-Fungsi Konseling

Di bawah ini adalah fungsi dari adanya konseling yaitu :1.                             Pemberian nasihat2.            Penentram hati3.            Komunikasi 4.            Pengenduran ketegangan emosional5.            Penjernihan pemikiran6.            Reorientasi2.               Tipe-Tipe Konselinga.                Directive Couseling

Proses mendengarkan masalah-masalah emosional karyawan, memutuskan dengan karyawan apa yang harus dilakukan, dan memotivasi karyawan untuk melaksanakan hal tersebut.b.      Non-Directive Couseling

Proses mendengarkan dan mendorong karyawan untuk menjelaskan masalah-masalah mereka, memahami dan menentukan penyelesaian yang tepat.c.       Cooperative Counseling

Hubungan timbal balik antara pembimbing dan karyawan yang mengembangkan pertukaran gagasan secara kooperatif untuk membantu pemecahan masalah-masalah karyawan.

Page 89: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

3.               KiatUntuk Menghindari StressSalah satu penyebab utama stress dalam bekerja adalah perasaan seolah tidak mampu

menyelesaikan pekerjaan apapun dan juga tekanan dari pekerjaan itu sendiri. Ada sejumlah tip praktis untuk menghindari dari stress yang berlebihan.a)               Luangkan waktu secara teratur untuk menarik napas dan menghirup udara segar. Selipkan kegiatan ini disela waktu sibuk anda.b)               Jangan memulai pekerjaan, kecuali jika anda dapat menyelesaikannya.c)               Prioritaskan kegiatan yang penting dan mendesak. Jangan tanda hal penting sampai ia menjadi ancaman bagi hidup anda.d)              Simpan barang penting dengan rapi, karena terkadang kita membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk menemukan suatu barang.e)               Manfaatkan waktu makan siang untuk menghirup udara segar, dan cobalah untuk keluar ruangan atau kantor barang sejenak.f)                Rawat ruang kerja. Ruangan yang tidak teratur dan jorok dapat membuat pikiran semakin suntuk.g)               Cukup tidur. Stress dan isomania ternyata mempunyai keterkaitan yang erat. Cobalah bersantai disetiap akhir aktivitas.h)               Hindari hal yang membuat anda tertekan. Buatlah sebisa mungkin anda menikmati hidup dan pekerjaan anda sehingga anda tidak akan merasa terbebani oleh apapun.

2.14 . KARIR DALAM ORGANISASI

A. Definisi Karir

Para pakar lebih sering mendefinisikan karir sebagai proses suatu konsep yang tidak statis

dan final. Mereka  cenderung mendefinisikan karir sebagai “perjalanan pekerjaan seorang

pegawai di dalam organisasi”. Perjalanan ini dimulai sejak ia diterima sebagai pegawai baru, dan

berakhir pada saat ia tidak bekerja lagi dalam organisasi tersebut. 

Haneman et al. (1983) mengatakan bahwa “Perjalanan karir seorang pegawai dimulai pada

saat ia menerima pekerjaan di suatu organisasi. Perjalanan karir ini mungkin akan berlangsung

beberapa jam saja atau beberapa hari, atau mungkin berlanjut sampai 30 atau 40 tahun kemudian.

Perjalanan karir ini mungkin berlangsung di satu pekerjaan di satu lokasi, atau melibatkan

serentetan pekerjaan yang tersebar di seluruh negeri atau bahkan di seluruh dunia”.

Konsep karir adalah konsep yang netral (tidak berkonotasi positif atau negatif). Karena itu

karir ada yang baik, ada pula karir yang buruk. Ada perjalanan karir yang lambat, ada pula yang

cepat. Tetapi, tentu saja semua orang mendambakan memiliki karir yang baik dan bila mungkin

bergulir dengan cepat. Karir dapat diletakkan dalam konteks organisasi secara formal, tetapi karir

dapat pula diletakkan dalam konteks yang  lebih longgar dan tidak formal.

Page 90: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Apapun artinya, karir amatlah penting bagi pegawai maupun bagi organisasi. Menurut

Walker (1980), bagi pegawai, karir bahkan dianggap lebih penting daripada pekerjaan itu sendiri.

Seorang pegawai bisa meninggalkan pekerjaannya jika merasa prospek keriernya buruk.

Sebaliknya, pegawai mungkin akan tetap rela bekerja di pekerjaan yang tidak disukainya asal ia

tahu ia mempunyai prospek cerah dalam karirnya.

Sebaliknya, bagi organisasi, kejelasan perencanaan dan pengembangan karir pegawai akan

membawa manfaat langsung terhadap efisiensi manajemen. Dikemukakan oleh Walker (1980)

bahwa turn over pegawai cenderung lebih kecil di perusahaan-perusahaan yang sangat

memperhatikan pengembangan karir pegawainya. Di samping itu, penanganan karir yang baik

oleh organisasi akan mengurangi tingkah frustasi yang dialami oleh pegawai serta meningkatkan

motivasi kerja mereka. Oleh karena itu, manajemen karir bukan hanya menjadi kewajiban bagi

organisasi, tetapi juga merupakan  kebutuhan yang sama pentingnya dengan kebutuhan-

kebutuhan lainnya.

Karir (career) memiliki pengertian ”Semua jabatan dan pekerjaan yang dilakukan seseorang

selama masa usia kerjanya”. Pertanyaannya sekarang adalah sampai usia berapa Anda ingin

berkarir? Seumur hidupkah? Apakah Anda ingin menjadi long life employee atau Anda

merencanakan membuka usaha sendiri pada usia tertentu?

 Karir dapat terbagi dalam 4 tipe (Driver, 1982) :

1.    Steady State: Pilihan karir untuk mengabdikan diri dalam satu jenis pekerjaan tertentu.

Misalnya terus-menerus bekerja di satu profesi, sebagai programmer saja.

2.    Linear : Adanya peningkatan ke atas pada satu jenis pekerjaan. Misalnya saat ini Anda

bekerja sebagai programmer, kemudian meningkat menjadi System Analyst.

3.    Spiral : Tetap menekuni satu bidang pekerjaan dalam 7-10 tahun, kemudian beralih bidang

pekerjaan, dimana tetap menggunakan keterampilan dan pengalaman yang sudah ada. Misalnya

setelah bekerja selama 7 tahun di bidang IT, Anda berminat membuka usaha pribadi ”software

house”, dengan memanfaatkan skill dan pengalaman Anda sebelumnya.

4.    Transitory: Memilih beralih karir dalam jangka waktu yang cepat, dimana keinginan untuk

menggeluti aneka ragam profesi menjadi tujuan utamanya. Misalnya setelah bekerja sebagai

Page 91: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

programmer, Anda ingin beralih menjadi web designer, kemudian Anda memutuskan untuk

menjadi instruktur dan sebagainya.

B.Kriteria yang Menentukan Efektivitas Karir

                  Kinerja

Gaji dan posisi adalah indikator yang lebih populer dari kinerja karir. Jelasnya, semakin cepat

gaji seseorang meningkat, dan semakin tinggi kedudukannya, maka semakin tinggi pula kinerja

karirnya. Derajat pertumbuhan gaji dan posisi tercermin dalam seberapa banyak tindakan pekerja

yang memberikan kontribusi demi pencapaian kinerja organisasi

                  Sikap

Konsep sikap karir (career attitudes) mengacu pada cara orang – orang memandang dan

mengevaluasi karir mereka. Orang – orang yang memiliki sikap karir yang positif juga akan

memiliki persepsi dan evaluasi yang positif tentang karir mereka. Sikap positif memiliki

implikasi penting terhadap organisasi, karena orang – orang yang memiliki sikap positif lebih

memiliki komitmen karir dan keterlibatan jabatan yang tinggi. 

                  Kemampuan adaptasi

Sedikit sekali profesi yang bersifat stagnan dan tidak mengalami perubahan. Perubahan itu

sendiri membutuhkan pengetahuan dan keahlian baru untuk mempraktikkannya. Orang – orang

yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan itu dan tidak dapat mempraktikkannya dalam

karir mereka akan segera mengalami kesulitan dan kehilangan pekerjaan. 

                  Identitas

Identitas karir (career identity) mencakup dua unsur penting. Pertama, wawasan yang

menyebabkan orang – orang memiliki kesadaran yang jelas dan konsisten terhadap minat, nilai –

nilai, dan harapan mereka untuk masa yang akan datang. Kedua, wawasan yang menyebabkan

orang – orang memandang kehidupan mereka tetap konsisten sepanjang waktu, wawasan yang

menyebabkan mereka melihat diri mereka sendiri sebagai perpanjangan dari masa lalu mereka.

Page 92: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Ide yang terwujud dalam konsep ini adalah, “ingin jadi itu ?” orang – orang yang mampu

menjawab pertanyaan ini secara memuaskan biasanya memiliki karir yang efektif, dan mampu

memberikan konribusi kepada organisasi yang mempekerjakan mereka.

 C. Tahap Karir

Menurut James L. Gibson (1996; 320), tahap – tahap karir terbagi menjadi :

                  Pembentukan karir

Orang – orang memberikan perhatian lebih pada kebutuhan akan keamanan kerja. Selama

masa pembentukan, mereka membutuhkan dan mencari dukungan dari orang lain, terutama

manajer mereka. Penting bagi para manajer untuk menyadari kebutuhan ini dan menanggapinya

dengan melakukan pembinaan.

                  Pengembangan karir

Para manajer menunjukkan perhatian yang lebih kecil terhadap kebutuhan akan rasa aman,

dan lebih memperhatikan masalah prestasi, aktualisasi diri, dan otonomi. Promosi dan kemajuan

untuk meraih jabatan yang lebih tinggi, sebagaimana peluang untuk menguji pendapat dengan

bebas, merupakan karakteristik tahap ini. 

                  Pemeliharaan karir

Tahap pemeliharaan karir ditandai dengan upaya menjaga stabilitas penghasilan yang

diperoleh sebelumnya. Aktualisasi diri merupakan kebutuhan terpenting pada tahap ini. Banyak

orang yang mengalami krisis karir madya selama fase pemeliharaan. Sebgian orang tidak dapat

mencapai kepuasan dari pekerjaannya dan, sebagai konsekuensinya, menjadi kurang berprestasi.

Mereka lalu kehilangan dukungan dari para manajer, sehingga kondisi kesehatan dan masalah

yang berhubungan dengan pekerjaan mereka semakin buruk.

Para manajer yang berada dalam pemeliharaan diharapkan dapat membina pekerja yang ada

di tahap awal. Mereka juga didorong untuk memperluas minat mereka dan lebih banyak

berhubungan dengan orang – orang di luar organisasi. Jadi, pusat kegiatan para manajer dalam

tahap ini adalah menjalani pelatihan dan interaksi denan pihak lain. Mereka menilai prestasi

kerja orang lain yaitu karakteristik dalam tahap ini yang mampu memunculkan tekanan

psikologis. Seseorang yang tidak mampu tuntutan baru dan berbeda ini, bisa jadi akan kembali

Page 93: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

ke tahap sebelumnya. Sedangkan yang lain mungkin merasa puas dengan melihat beberapa rekan

kerja mereka terus bergerak untuk meraih jabatan yang lebih baik. Mereka akan tetap berada

dalam fase pemeliharaan sampai pensiun.

  Di samping program pembinaan, manajer tahap pemeliharaan dapat memperkaya

pengembangan karirnya dengan membangun hubungan sepergaulan (peer relationship).

Hubungan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai information peer (saling berbagi informasi),

collegial peer (saling memeberikan bantuan dalam mengerjakan tugas – tugas, persahabatan),

dan special peer (saling memberikan dukungan emosional, konfirmasi.

                  Penarikan diri dari karir

Fase penarikan diri menindaklanjuti fase pemeliharaan. Dalam hal ini seseorang bisa

menuntaskan sebuah karir atau pindah ke karir yang lain. Seseorang yang tidak melakukan

perpindahan karir dalam tahap ini, akan mengalami proses aktualisasi diri melalui kegiatan yang

tidak mungkin dapat dilakukan ketika dia masih aktif bekerja.

Menurut Hall and Morgan ( 1977), ada  Empat Tahapan Karir  yang biasa dilalui seorang

pegawai yaitu :

•  tahap coba- coba,

•  tahap kemapanan,

•  tahap pertengahan,

•  tahap lanjut.

Menurut Male Emporium, tahap karir terbagi menjadi :

1. Tahap Membangun Identitas

Setelah menyelesaikan studinya, seseorang mulai memasuki tahap pencarian jati diri.

Biasanya usianya di bawah tiga puluh tahun. Mereka mencoba menemukan apa kira-kira

pekerjaan yang terbaik bagi dirinya. Untuk menjawab pertanyaan ini, mereka kadang-kadang

suka berpindah-pindah karier dan pekerjaan. Mereka juga sering meminta pendapat dari banyak

Page 94: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

orang seputar karier dan pekerjaan. Sebagian besar orang pada tahap ini belum menyadari nilai-

nilai, kekuatan serta kelemahan yang dimiliki.

Seseorang yang masih berada pada tahap ini biasanya memiliki motivasi untuk memperoleh

keahlian-keahlian mendasar yang diperlukan dalam pekerjaan, serta memahami struktur, fungsi,

dan budaya organisasi. Mereka juga mulai membangun hubungan dan network dengan rekan-

rekan kerja yang ada, serta menelusuri dinamika profesional. Namun jika seseorang menjalani

fase ini dengan kerangka berpikir yang positif, mereka dapat mempelajari dan menelusuri

berbagai kemungkinan yang sebelumnya mungkin tidak terpikirkan.

Pada sekitar awal sampai pertengahan 30-an, mereka membangun identitas professional

serta mulai diterima sebagai bagian dari kelompok profesional tersebut. Fase ini ditandai dengan

sikap penuh semangat (excitement) , di mana seseorang merasa bangga karena dapat melakukan

pekerjaan yang bermanfaat bagi kemajuan organisasi. Keahlian baru terus dipelajari dan

diperoleh, lalu seseorang mulai menetapkan tujuan dan membangun mindset yang bersifat

success-oriented . Namun hendaknya seseorang jangan cepat berpuas diri, karena sebetulnya

masih banyak hal yang bisa dicapai.

2. Tahap Mencari Tanggung Jawab

Pada masa usia sekitar pertengahan 30-an sampai dengan umur 40-an, mereka telah mulai

merasa menemukan jati dirinya. Mereka ingin menerima tanggung-jawab yang lebih besar untuk

mengatur orang lain dalam organisasi. Dengan kata lain, banyak dari mereka yang mencari posisi

sebagai pemimpin, serta tidak jarang telah memiliki reputasi dalam dunia bisnis, balk pada

tingkat lokal, nasional, bahkan global.

Mereka mulai memahami bahwa kesuksesan bukan hanya ditentukan oleh kerja individu,

namun juga perlu adanya peran saling ketergantungan, serta menyelesaikan pekerjaan mereka

melalui usaha-usaha yang dilakukan orang lain. Network yang dimiliki pun semakin meluas dan

mereka semakin mendapatkan penghormatan dari para anggota organisasi yang lain.

 3. Tahap Inovasi & Pengambilan Resiko

Pada usia 40-an seseorang telah merasa nyaman dengan karier yang dijalani, dengan

pemahaman yang semakin mendalam mengenai industri yang digeluti. Seseorang tetap ingin

Page 95: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

menjaga komitmen dengan karier yang dijalaninya pada tahap ini dan pada saat yang sama

berusaha secara terus-menerus meng-update pengetahuan dan keahlian yang dimiliki sesuai

dengan standar industri, sehingga mereka memiliki keahlian yang semakin beragam.

Suatu aktivitas yang tidak akan dan tidak boleh berhenti sampai kapanpun. Seseorang pada

tahap ini termotivasi untuk terlibat dalam perencanaan strategis, inovasi, dan pengambilan resiko

bagi kepentingan organisasi. Mereka memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruhnya,

baik internal maupun eksternal dalam proses pengambilan keputusan. 

4. Tahap Persiapan Pensiun

Setelah tahap ini dilewati mereka mulai merasakan ketidaknyamanan menjelang memasuki

masa pensiun akibat ketidakpastian mengenai apa yang akan dilakukan setelah pensiun. Pensiun

berarti seseorang akan kehilangan berbagai fasilitas-fasilitas dan reputasi yang selama ini ia

nikmati. Oleh karenanya, mereka perlu melakukan persiapan yang matang, baik secara finansial

maupun secara mental, karena tahapan ini adalah tahapan yang mau tidak mau harus dialami,

berbeda dengan tahapan-tahapan lainnya. 

Menurut Robert L. Mathis, tahap karir terbagi menjadi :

                  Tahap Pertumbuhan. Tahap ini berlangsung kurang lebih dari saat lahir hingga seseorang

berumur 14 tahun dan merupakan periode di mana seseorang mengembangkan suatu citra pribadi

dengan mengidentifikasikan dirinya dan berinteraksi dengan orang lain seperti keluarga, kawan,

dan guru. Pada awal periode ini, permainan peranan adalah penting, dan anak-anak menerapkan

peranan yang berbeda-beda. Hal ini membantu mereka untuk membentuk impresi tentang

bagaimana reaksi orang lain terhadap prilaku yang berbeda-beda dan memberi kontribusi pada

upaya mereka mengembangkan citra pribadi atau identitas tersendiri. Pada saat mulai

berakhirnya periode ini, si remaja mulai berfikir realistik tentang alternatif keahlian.

                     Tahap Eksplorasi. Dalam periode ini kurang lebih berlangsung pada saat seseorang berusia 15 hingga 24 tahun, seseornag berusaha menggali berbagai alternatif keahlian secara serius, dengan upaya membanding-bandingkan alternatif tersebut dengan hal-hal yang telah dipelajarinya tentang alternatif tersebut dan tentang minat dan kemampuannya sendiri di sekolah, aktivitas waktu senggang, gan hobi. Biasanya, pada saat-saat awal periode ini terbentu beberapa pilihan keahlian tentatif yang luas. Pilihan ini kemudian disempurnakan pada saat seseorang mempelajari lebih banyak tentang pilihan itu dan tentang dirinya sendiri sampai pada saat akan berakhirnya tahap ini., ditetapkannya kemungkinan pilihan yang sesuai dan orang yang

Page 96: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

bersangkutan mencoba suatu pekerjaan awal. Barangkali tugas yang paling penting yang dimiliki seseorang dalam tahap ini dan tahap selanjutnya adalah mengembangkan pemahaman yang realistik tentang kemampuan dan bakatnya. Demikian juga halnya, seseorang harus mampu menemukan dan mengembangkan nilai-nilai positif, dan ambisinya serta mengambil keputusan yang baik berdasarkan atas sumber informasi yang dapat dipercaya mengenai alternatif keahlian.

                  Tahap Pemantapan. Tahap ini berlangsung sejak seseorang berusia 24 hingga 44 tahun.

Tahap ini merupakan inti kehidupan kerja setiap orang pada umumnya. Tahap pemantapan ini

terdiri dari tiga subtahap. – Subtahap percobaan berlangsung sejak seseorang berusia 25 hingga

30 tahun. Selama periode ini orang yang bersangkutan menentukan apakah bidang yang dipilih

cocok atau tidak, apabila tidak mungkin diupayakan beberapa perubahan. – Subtahap Stabilisasi

yang berlangsung pada usia 30 – 40 tahun. Pada tahap ini tujuan pekerjaan perusahaan

ditetapkan dan orang yang bersangkutan merencanakan karir secara lebih eksplisit untuk

menentukan urutan promosi, perubahan pekerjaan, dan/atau aktivitas pendidikan yang diperlukan

untuk mencapai tujuan tersebut. Akhirnya pada usia 40 – 44 tahun orang tersebut mengalami

masa subtahap krisis karir pertengahan. Dalam subtahap ini orang sering melakukan penilaian

kembali kemajuan mereka dalam hubungannya dengan ambisi dan tujuan semula. Mereka

mungkin merasa bahwa mereka tidak akan dapat mencapai cita-cita, atau setelah melakukan hal-

hal yang direncanakan, hasil yang dicapai tidak sebagaimana yang diharapkan. Orang-orang

harus memutuskan sejauh mana kadar penting pekerjaan dan karir mereka seharusnya dalam

kehidupan. Sering dalam subtahap krisis karir pertengahan ini, untuk pertama kalinya

menghadapi kesukaran untuk memutuskan hal-hal yang sesungguhnya diinginkan, hal-hal yang

dapat dicapai, dan seberapa banyak yang harus dikorbankan untuk mencapai hal itu. Biasanya

dalam subtahap ini sebagian orang untuk mempertama kali menyadari bahwa mereka memiliki

jenjang karir, misalnya perhatian pokok pada rasa aman, atau pada kemandirian dan kebebasan

di mana mereka tidak akan menyerah untuk mencapainya apabila pilihan harus dilakukan.

                  Tahap Pemeliharaan. Antara usia sekitar 45 – 65, banyak orang yang hanya sekedar

menyelip dari subtahap stabilisasi de dalam tahap pemeliharaan. Dalam tahap ini seseorang telah

menciptakan suatu tempat dalam dunia kerja dan semua upaya umumnya sekarang diarahkan

untuk mengamankan tempat tersebut.

                  Tahap Kemunduran. Pada saat usia pensiun mendekat, sering terdapat suatu periode

perlambatan di mana banyak orang menghadapi prospek untuk harus menerima keadaan

menurunnya level kekuasaan dan tanggung jawab dan pada saat seperti ini mereka harus belajar

Page 97: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

menerima dan mengembangkan peranan baru sebagai mentor dan orang kepercayaan bagi

mereka yang lebih muda. Selanjutnya orang memasuki masa pensiun yang tidak dapat dihindari,

setelah orang menghadapi prospek menemukan alternatif penggunaan waktu dan upaya yang

diadakan sebelumnya atas pekerjaan.

D.                Jalur Karir

Jalur karir adalah pola urutan pekerjaan (Pattern of Work Sequence) yang harus dilalui

pegawai untuk mencapai suatu tujuan karir. Tersirat di sini, jalur karir selalu bersifat formal, dan

ditentukan oleh organisasi (bukan oleh pegawai). Jalur karir selalu bersifat ideal dan normatif.

Artinya dengan asumsi setiap pegawai mempunyai kesempatan yang sama dengan pegawai lain,

maka setiap pegawai mempunyai kesempatan yang sama  untuk mencapai tujuan karir tertentu.

Meskipun demikian, kenyataan sehari-hari tidak selalu ideal seperti ini. Ada pegawai yang

bagus karirnya, ada pula pegawai yang mempunyai karir buruk meskipun prestasi kerja yang

ditunjukkannya bagus.Dalam organisasi yang baik dan mapan,  jalur karir pegawai selalu jelas

dan eksplisit, baik titik-titik karir yang dilalui maupun persyaratan yang harus dipenuhi untuk

mencapai tujuan karir tertentu.

Jalur karir adalah pola pekerjaan berurutan yang membentuk karir seseorang. Jalur karier

adalah garis kemajuan yang fleksibel yang secara khusus digunakan oleh karyawan untuk

melakukan perpindahan jabatan selama bekerja dengan suatu perusahaan.

Jalur karier memiliki suatu fokus secara historis pada mobilitas ke atas di dalam suatu

pekerjaan tertentu. Terdapat empat jalur karier yang biasa digunakan oleh organisasi, yaitu :

1.      Jalur karier tradisional adalah suatu tipe jalur karier di mana karyawan mengalami kemajuan secara vertikal ke atas di dalam suatu organisasi dan suatu jabatan tertentu ke jabatan berikutnya.

2.      Jalur karier jaringan adalah jalur karier yang meliputi urutan urutan (sekuensi) jabatan secara vertikal dan horizontal. Jalur karier ini mengakui adanya saling pertukaran pengalaman pada level tertentu dan kebutuhan pengalaman yang luas pada suatu level sebelum promosi ke level yang lebih tinggi.

3.      Jalur karier lateral adalah jalur karier yang memungkinkan seseorang memperoleh revitalisasi dan menemukan tantangan baru pada jenjang posisi yang sama karena jumlah jabatan yang akan ditempati sangat terbatas. Dalam hal ini tidak ada promosi dan kenaikan upah, namun nilai seseorang menjadi lebih tinggi dengan ditempatkannya pada posisi yang lebih menantang.

Page 98: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

4.      Jalur karier rangkap adalah jalur karir ganda yang diberikan kepada seseorang karena pengetahuan teknisnya sebagai penghargaan kepadanya. Hal ini biasanya terjadi pada perusahaan berteknologi tinggi dan karyawan tersebut tidak masuk dalam jajaran manajemen struktural.

 Menurut James L. Gibson, jalur karir ini ada beberapa macam, di antaranya :

                  Puncak datar (plateau)

Puncak datar merupakan titik akhir dalam akhir pendakian seseorang. Dewasa ini, para

pekerja mencapai puncak datarnya lebih cepat. Sebuah puncak datar merupakan dilema yang

menimbulkan rasa putus asa bagi kebanyakan pekerja yang merasa bahwa karir mereka telah

berakhir. Selain itu, banyak yang mengalami perasaan kegagalan pribadi.

                  Jalur karir berliku

Sebagian pekerja memberi tanggapan dengan mengambil jalur karir berliku, mereka

meninggalkan tempat kerja dan mencoba bergerak ke atas dengan berpindah – pindah dari satu

perusahaan ke perusahaan lain, bahkan kadangkala dari satu industri ke industri lain. 

Para pekerja puncak datar yang enggan untuk pindah dapat melakukan mutasi lateral guna

memperluas keahlian manajerial mereka dan untuk mengatasi tantangan – tantangan baru.

Kadang – kadang, sebuah mutasi lateral dapat membuka jalur ke ata yang baru. Beberapa pekerja

menjadi lebih merasa terlibat dalam melatih para manajer yang lebih muda atas bidang keahlian

mereka. Sementara yang lain lebih memusatkan perhatian ‘harga’ mereka dengan melanjutkan

studi yang lebih tinggi dan selanjutnya mengembangkan kehidupan sosial mereka. Semakin

banyak perusahaan yang mengembangkan pelatihan dan seminar karir dengan tujuan

meningktkan kepuasan manajer atas jabatannya yang sekarang, selain terus berupaya

menyesuaikan aspek – aspek dalam jabatan dengan kegemaran dan bakat manajer dengan

memberikan tanggung jawab yang lebih besar

                  Jalur karir rangkap

Page 99: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Perusahaan juga mengakui adanya jalur karir rangkap (dual career path), suatu konsep yang

mulai dikenal pada pertengahan tahun 1970-an. Jalur karir rangkap dirancang untuk memberikan

peluang bagi para profesional nonmanajerial untuk mencapai jenjang karir yang lebih tinggi, dan

memberikan penghargaan serta prestise yang sama sebagaimana mitra kerja manajerial mereka,

sementara meeka tetap bekerja di bidang profesional mereka. Jalur karir rangkap diharapkan

dapat memeprtahankan para profesional berbakat yang merasa kecewa karena kurangnya

peluang kemajuan dalam organisasi, kecuali jika mereka masuk ke dalam manajemen (sesuatu

yang tidak mereka inginkan). 

                  Jalur Ibu

Jalur ibu memberi manfaat yang mendasar bagi organisasi, para manajer, dan profesional.

Jalur ibu memungkinkan perusahaan mempertahankan banyak wanita ‘karir dan keluarga’ yang

berbakat, yang akan meninggalkan pekerjaannya karena tuntutan keluarga bila kebutuhannya

tidak terpenuhi. Organisasi yang fleksibel akan dapat mempertahankan kontribusi para pekerja

wanita untuk jangka panjang dan mencegah lenyapnya sejumlah investasi dalam latihan dan

pengembangan jika mereka dikeluarkan. 

Bagi kaum wanita, jalur ibu memberi peluang untuk mencurahkan waktu bagi keluarga dan

melanjutkan karir mereka. Jalur ibu juga memberi kesempatan bagi lebih banyak wanita untuk

memiliki anak, sebuah pilihan yang tidak bisa diambil para eksekutif wanita karena akan

mengganggu karir mereka.

E.     Perencanaan Karir dalam Manajemen

Perencanaan karir adalah salah satu  fungsi manajemen karir. Perencanaan karir adalah

perencanaan yang dilakukan  baik oleh individu pegawai maupun oleh organisasi berkenaan

dengan karir pegawai, terutama mengenai persiapan yang harus dipenuhi seorang pegawai untuk

mencapai tujuan karir tertentu. Yang perlu digarisbawahi, perencanaan karir pegawai harus

dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pegawai yang bersangkutan dan organisasi. Jika tidak,

maka perencanaan karir pegawai tidak akan menghasilkan rencana yang baik dan realistis.

Perencanaan karir merupakan kegiatan atau usaha untuk mengatakan perjalanan karir pegawai

serta mengidentifikasi hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan karir tertentu. 

A. Perencanaan Karir di Tingkat Organisasi

Page 100: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Perencanaan karir di tingkat organisasi dilakukan dengan tujuan untuk

mengadakan atau mengidentifikasi hal-hal berikut :

a.  Profil Kebutuhan Pegawai

Semua organisasi mempunyai dinamika tersendiri dalam hal mobilitas pegawai-pegawainya.

Pegawai baru datang, pegawai lama pergi, dipromosikan, direlokasikan, dipensiunkan, pindah,

dan seterusnya. Jelas, dinamika ini harus dicatat dan dipetakan agar mudah dibaca setiap kali

diperlukan. Pemetaan itu sendiri ada dua macam, yaitu pemetaan deskripsi (catatan kuantitas

pegawai) dan pemetaan normatif (kualitatif).Perlu diingat kembali, profil kebutuhan pegawai

adalah gambaran (kuantitatif dan kualitatif) pegawai yang diperlukan oleh organisasi untuk

mencapai tujuan organisasi secara efisien.

Pemetaan kebutuhan pegawai adalah satu hal, sedangkan cara-cara memenuhi kebutuhan

tersebut adalah hal lain lagi. Dalam hal ini kebutuhan pegawai; antara lain adalah melalui

penarikan (rekrutmen) pegawai baru, relokasi pegawai dari unit ke unit lain, menyesuaikan

beban kerja dengan pegawai yang ada, memsubkontrakkan pekerjaan ke lembaga lain,

menambah beban kerja sampai ambang batas tertentu, dan sebagainya.

b.  Deskripsi Jabatan

Selain membuat profil kebutuhan pegawai, organisasi juga harus membuat deskripsi

jabatan/pekerjaan. Pembuatan deskripsi jabatan ini cukup rumit. Namun pada prinsipnya, sebuah

organisasi seharusnya mempunyai daftar untuk semua jenis pekerjaan/jabatan tersebut, lengkap

dengan persyaratan untuk mengerjakannya (job requirement).

c.  Peta Jalur Karir

Peta jalur karir adalah gambaran yang berisi berbagai nama jabatan (Job title) beserta alur-

alur yang menghubungkan satu jabatan dengan jabatan yang lain. Alur-alur ini berarti

kemungkinan beralihnya pegawai dari satu jabatan ke jabatan lainnya. Dengan melihat peta-peta

ini, pegawai akan segera tahu dan mengerti masa depan karirnya sendiri.

Page 101: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

d.      Mekanisme Penilaian Kinerja Pegawai

Karir pegawai berkaitan erat dengan kinerja pegawai. Karena itu, kinerja pegawai harus dinilai secara akurat. Untuk itu diperlukan suatu mekanisme penilaian yang jelas.

e.       Perencanaan Karir Individual Pegawai

Bagi pegawai, perencanaan karir ditingkat organisasi tidak akan dianggap penting bila tidak

ada sangkut pautnya dengan karir sipegawai tersebut. Karena itu, perencenaan karir ditingkat

organisasi harus bisa “ diterjemahkan” menjadi perencanaan karir ditingkat individu pegawai.

Telah dijelaskan bahwa perjalanan karir seorang pegawai dimulai sejak dia masuk kesebuah

organisasi, dan berakhir ketika ia berhenti bekerja diorganisasi itu. Dan hal ini berlaku bagi

siapapun yang bekerja diorganisasi tersebut, dari pegawai ditingkat yang paling rendah sampai

ke tingkat pimpinan yang paling tinggi.

Pada dasarnya tujuan perencanaan karir untuk seorang pegawai adalah mengetahui sedini

mungkin prospek karir  pegawai tersebut dimasa depan, serta menentukan langkah-langkah yang

perlu diambil agar tujuan karir tersebut dapat dicapai secara efektif-efisien.

 Lima Syarat Utama Perencanaan Karir Pegawai

1.  Dialog

Urusan karir adalah urusan pegawai. Karena itu perencanaan karir harus melibatkan pegawai.

Pegawai harus diajak berbicara, berdialog, bertanya jawab mengenai prospek mereka sendiri. Ini

kelihatannya mudah. Tetapi di negara timur seperti Indonesia, karir jarang didialogkan denga

pegawai. Pegawai sering kali merasa malu dan risih jika diajak bicara tentang karir mereka

sendiri. Mereka takut dianggap terlalu memikirkan karir dan ambisius. Karena itu, karir sering

kali tabu dibicarakan.  Meskipun demikian dialog tentang karir  ini harus diusahakan terjadi

antara organisasi (misalnya diwakili seorang pimpinan) dengan pegawai. Melalui dialog inilah

diharapkan timbul  saling pengertian antara pegawai dan organisasi tentang prospek masa depan

si pegawai.

2.  Bimbingan

Tidak semua pegawai memahami jalur karir dan prospek karirnya sendiri. Karena itu,

organisasi harus membuka kesempatan untuk melakukan bimbingan karir terhadap pegawai.

Melalui bimbingan  inilah pegawai dituntun untuk memahami berbagai informasi tentang karir

mereka. Misalnya, pegawai dibimbing untuk mengetahui tujuan karir yang dapat mereka raih

Page 102: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

(jangka pendek atau jangka panjang), persyaratan untuk mencapai tujuan karir tersebut, serta

usaha-usaha apa yang harus dilakukan agar tujuan tersebut dapat dicapai secara efisien. 

3.  Keterlibatan Individual

Dalam rangka hubungan kerja yang manusiawi (humanistic) pegawai tidak boleh dianggap

sebagai sekrup dari sebuah mesin bisnis yang besar, yang boleh diperlakukan semena- mena

termasuk dalam penentuan nasib karir mereka. Setiap individu pegawai seharusnya dilibatkan

dalam proses perencanaan karir. Mereka harus diberi kesempatan berbicara dan memberikan

masukan dalam proses tersebut. Jika tidak maka perencanaan karir akan berjalan timpang karena

hanya dilihat dari sisi kepentingan organisasi belaka. 

4.  Umpan Balik

Sebenarnya, proses pemberian umpan balik selalu terjadi jika ada dialog. Tetapi dalam hal ini

ingin ditegaskan bahwa setiap pegawai mempunyai hak untuk mengetahui setiap keputusan yang

berkenaan dengan karir mereka. Jika dipromosikan, mereka berhak tahu mengapa mereka

dipromosikan. Bila tidak terjadi perubahan karir dalam waktu yang cukup lama, mereka juga

berhak tahu mengapa hal ini terjadi. Pegawai berhak bertanya. Organisasi berkewajiban

menjawab pertanyaan tersebut.

5.  Mekanisme Perencanaan Karir

Yang maksud di sini adalah tata cara atau prosedur yang ditetapkan agar proses perencanaan

karir dapat dilaksanakan sebaik- baiknya. Dalam mekanisme perencanaan karir ini harus

diusahakan agar empat hal di atas (dialog, bimbingan, keterlibatan individual, dan umpan balik)

dapat terwadahi. Di samping itu, mekanisme seyogyanya dilengkapi dengan aturan atau prosedur

yang lebih rinci, formal, dan tertulis.

Mekanisme Perencanaan Karir Pegawai

Ada beberapa tahap yang perlu kita lakukan dalam proses perencanaan karir pegawai.

Page 103: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

1.  Analisis Kebutuhan Karir Individu

Analisis kebutuhan karir individu, dalam hubungannya dengan karir pegawai, adalah proses

mengidentifikasi potensi (kekuatan) dan kelemahan yang dimiliki oleh seorang pegawai,  agar

dengan demikian karir pegawai yang bersangkutan dapat direncanakan dan dikembangkan

sebaik- baiknya.

Pada dasarnya, analisis kebutuhan karir individu ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu atasan

langsung dan pegawai itu sendiri. Kedua belah pihak ini harus bekerja sama sebaik-baiknya

sehingga kebutuhan karir pegawai dapat diidentifikasi sebaik- baiknya Sedikitnya ada dua cara

untuk mengidentifikasi kebutuhan karir pegawai yaitu career by objective (CBO) dan analisis

peran kompotensi.

a) Career By Objective

Melalui cara pertama (CBO), pegawai dibimbing untuk menjawab beberapa

pertanyaan tentang dirinya sendiri, yaitu :

•  Dimana saya saat ini ? Pertanyaan ini dimaksudkan untuk membantu pegawai mengingat

kembali apa saja yang pernah dicapainya di masalalu, dan kegagalan apa saja yang pernah

dialaminya. Dengan kata lain,pertanyaan ini menggiring si pegawai untuk mengkaji

kembaliperjalanan hidup yang pernah ia lalui, serta memberi tanda pada bagian bagian

terpenting dalam perjalanan hidup itu, di mana ia sukses, dimana pula ia gagal.

•  Siapa saya ? Pertanyaan ini dimaksudkan untuk membantu pegawai

menemukan jati dirinya. Pegawai dibimbing untuk menjenguk isi

jiwanya sendiri dan menjawab:

•  Apa kelebihan dan kekurangan saya  ? Apa bakat saya ? Apakah saya

punya bakat menjadi pemimpin ? Apakah saya    pemberani ? Penakut ?

Jujur ? dan seterusnya.

•  Apa yang sebenarnya ingin saya capai ? Pertanyaan ini dimaksud untuk

membantu pegawai memformulasikan cita-citanya sendiri secara

realistis. Ia dibantu untuk menjawab: Apakah dengan kemampuan yang

Page 104: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

saya miliki ini, saya tanpa sadar mendambakan sesuatu yang terlalu

muluk ? Apakah justru cita- cita saya terlalu rendah ? Pesimis ? Kurang

ambisius ?

•  Pekerjaan apakah yang paling cocok bagi saya? Pertanyaan ini

mendorong pegawai untuk berpikir lebih realistis dan praktis. Ia dituntut

untuk memilih. Ia dituntut untuk menentukan nasibnya sendiri. Apakah

saya cocok bekerja dilapangan yang membutuhkan keterampila

keterampilan teknis? Apakah saya cukup punya bakat dan kemauan

untuk bekerja “ dibelakang meja”,  untuk memikirkan hal- hal yang

teoritis dan    konseptual ?

•  Jabatan apa yang paling cocok untuk  saya ? Pertanyaan ini sudah

menjurus ke jabatan-jabatan yang ada didalam organisasi tempat si

pegawai bekerja. Cocokkah saya staf marketing ? Atau saya justru lebih

cocok bekerja sebagai staf keuangan dan sebagainya.

b) Analisis Peran – Kompetensi

Yang dimaksud dengan analisis peran – kompetensi disini adalah analisis untuk mengetahui

peran (atau jabatan) apa yang paling sesuai untuk seorang pegawai, kemudian mengkaji

kompetensi apa saja yang telah dikuasi oleh si pegawai dan kompetensi mana yang belum

dikuasi.Melalui analisis peran-kompensasi ini, pegawai digiring untuk melihat prospek karirnya

sendiri, serta mengkaji secara jujur dan kritis, kompensasi apa saja yang sudah dia kuasai, dan

kompetensi mana saja yang belum dia kuasai, dalam rangka menjalankan peran-peran yang ada. 

2.  Pemetaan Karir Individu

Jika analisis kebutuhan karir individu sudah dilakukan, maka hal ini diharapkan telah

melahirkan profil (gambaran) yang lengkap tentang seorang pegawai. Jika hal ini telah tercapai,  

maka “peta kerier” pegawai tersebut seharusnya sudah dapat dibuat.Jadi, pemetaan karir individu

Page 105: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

adalah suatu proses untuk menggambarkan prospek karir seorang pegawai termasuk penjelasan

tentang tingkat kesiapan di pegawai itu untuk memangku jabatan tertentu. 

3.  Penilaian Kinerja Individu

Pemetaan karir individu tidak menjamin seorang pegawai untuk menduduki jabatan tertentu

di masa depan. Jelasnya, peta tersebut masih harus dibuktikan secara empiris (nyata) apakah

pegawai tersebut benar-benar punya bakat dan kemampuan yang menunjang jabatan-jabatan

yang  tersebut dalam peta keriernya.Penilaian kinerja individu sesungguhnya merupakan usaha

untuk mencari bukti-bukti nyata tentang kualitas kinerja seorang pegawai. Tentu saja bukti-bukti

nyata yang didapat dari proses penilaian kinerja tidak hanya berguna untuk keperluan pembinaan

karir pegawai, tetapi juga untuk keperluan lain seperti menentukan bonus, mencari masukan

untuk menentukan suatu kebijakan, dan lain-lain.

4.  Identifikasi Usaha Untuk Mencapai Tujuan Karir

Dikatakan bahwa suatu jabatan tidak datang begitu saja kepada seorang pegawai, tetapi si

pegawai itulah yang harus berusaha mencapai jabatan yang dicita-citakannya. Hal ini tentu dapat

mengundang perdebatan pro-kontra untuk menentukan sikap mana yang paling benar.Pegawai

sebaiknya tidak perlu memusingkan prospek karirnya sendiri, ataukah si pegawai harus cukup

“ambisius” untuk mengejar karirnya sendiri ? Yang jelas baik organisasi  maupun pegawai yang

bersangkutan mempunyai kewajiban untuk berusaha agar perjalanan karir pegawai tidak

tersendat, apalagi mandeg. Umum diketahui, tersendatnya karir pegawai cepat atau lambat akan

menimbulkan masalah bagi semua pihak.

Page 106: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

BAB III

PENUTUP

3.1           KESIMPULAN

Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang perilaku tingkat

individu dan tingkat kelompok dalam suatuorganisasi serta dampaknya terhadap kinerja (baik

kinerja individual, kelompok,Kinerja merupakan penampilan hasil kerja pegawai baik secara

kuantitas maupun kualitas.

Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan

organisasi.

Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-

masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan

dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.

Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi

tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G).

Kelompok Kerja adalah kelompok yang terutama berinteraksi untuk membagi informasi dan

mengambil keputusan untuk membantu tiap anggota dalam bidang tanggung jawabnya. Tujuan

Berbagi info, Tanggung Jawab. Individual, Keterampilan Beragam/acak.

3.2           SARAN

Makalah ini bermaksud untuk setiap individu atau mahasiwa selalu berprilaku organisasi untuk

mencapai tujuan bersama secara cepat, tepat dan efisien. Adapun saran yang yang lain semoga

makalah ini berguna bagi individu atau kelompok dalam kehidupan berorganisasi dan segala

krtik dan saran tentang makalah ini kami terima dengan lapang dada.

DAFTAR PUSTAKA

Deborah Tannen, 1996, Seni komunikasi Efektif: membangun relasi dengan membina gaya

percakapan, (alih bahasa dra. Amitya Komara), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Page 107: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

Muchlas, M. 2005. Prilaku Organisasi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Marnis. 2011. Pengantar Manajemen. Pekanbaru : PT Arjuna Riau Grafindo

Gitosudarno, Indriyo & Nyoman Sudita. 1997. Prilaku Keorganisasian, BPFE, Yogyakarta

Joseph A. Devito,1997, Komunikasi antar manusia (edisi kelima), Profesional Books, Jakarta.

Larry King, Bill Gilbert, 2002, Seni Berbicara: kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja

(editor Tanti Lesmana), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Prof. Dr. Astrid S. Susanto-Sunarto, 1995, Globalisasi dan komunikasi, Pustaka Sinar Harapan,

Jakarta.

Page 108: MAKALAH PERILAKU ORGANISASI