of 27 /27
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pertusis (batuk rejan) adalah penyakit saluran pernapasan akut. Penyakit ini biasa ditemukan pada anak-anak di bawah umur 5 tahun. Seperti halnya penyakit infeksi saluran pernapas-an akut lainnya,pertusis sangat mudah dan cepat penularannya. Penyakit tersebut dapat merupakan salah satu penyebab tinggi-nya angka kesakitan terutama di daerah padat penduduk. Sirkulasi bakteripertusis di daerah padat penduduk di Indonesia belum di-ketahui secara pasti. Penyakit inidapat dicegah dengan imunisasi DPT. Vaksinasi pertusis lebih efektif dalam melindungi terhadap penyakit daripada melindungi infeksi. Perlindungan yang tidak lengkap terhadap penyakit pada anak yang telah divaksinasi dapat menurunkan keganasan penyakit. Infeksi alam memberi kekebalan mutlak terhadap pertusis selama masa kanak-kanak, sedangkan perlindungan akibat imunisasi kurang lengkap karena masih ditemukan pertusis pada anak yang telah mendapatimunisasi lengkap walaupun dengan gejala ringan. Proporsi populasi yang rentan terhadappertusis ditentukan oleh: tingkatkelahiran bayi, cakupan imunisasi, efektivitas vaksinyangdigunakan, insiden penyakit dan derajat penurunan kekebalan setelah imunisasi atau sakit. Diseluruh dunia ada 60 juta kasus pertusis setahun dengan lebih dari setenah juta meniggal. selama masa prafaksin tahun 1922-1948, pertusis adalah penyebab utama kematian dari penyakit menular pada anak dibawah usia 14 tahun di America serikat. Penggunaan vaksin pertusis yang meluas menyebabkan penurunan kasus yang dramatis insiden penyakit yang tinggi di Negara-negara sedang berkembang dan maju. Di America penerapan kebijakan yang lemah sebagia n menyebabkan naiknya insiden pertusis pertahun sampai 1,2 kasus/100000 populasi dari tahun 1980-1989 dan pertusis dibanyak Negara bagian Pada tahun 1989-1990 dan 1993. Lebih dari 4500 kasus yang dilaporkan pada pusat pengendalian dan pencegahan penyakit pada tahun 1993 merupakan insiden tertinggi sejak tahun 1967. Masa pravaksinasi dan dinegara-negara seperti jerman, swedia dan Italy dengan imunisasi terbatas,insiden puncak pertusis adalah pada anak umur 1-5 tahun, bayi sebelum umur 1 tahun meliputi kurang dari 15% kasus. Sebaliknya hamper 5000 kasus pertusis dilaporkan di America serikat selama tahun 1993, 44% berumur sebelum 1 tahun,

Makalah Pertusis Fix

Embed Size (px)

Text of Makalah Pertusis Fix

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Pertusis (batuk rejan) adalah penyakit saluran pernapasan akut. Penyakit ini biasaditemukan pada anak-anak di bawah umur 5 tahun. Seperti halnya penyakit infeksi saluranpernapas-an akut lainnya,pertusis sangat mudah dan cepat penularannya. Penyakit tersebutdapat merupakan salah satu penyebab tinggi-nya angka kesakitan terutama di daerah padatpenduduk. Sirkulasi bakteripertusis di daerah padat penduduk di Indonesia belum di-ketahuisecara pasti. Penyakit inidapat dicegah dengan imunisasi DPT. Vaksinasi pertusis lebihefektif dalam melindungi terhadap penyakit daripada melindungi infeksi. Perlindungan yangtidak lengkap terhadap penyakit pada anak yang telah divaksinasi dapat menurunkankeganasan penyakit. Infeksi alam memberi kekebalan mutlak terhadap pertusis selama masakanak-kanak, sedangkan perlindungan akibat imunisasi kurang lengkap karena masihditemukan pertusis pada anak yang telah mendapatimunisasi lengkap walaupun dengan gejalaringan. Proporsi populasi yang rentan terhadappertusis ditentukan oleh: tingkatkelahiran bayi,cakupan imunisasi, efektivitas vaksinyangdigunakan, insiden penyakit dan derajat penurunankekebalan setelah imunisasi atau sakit.

    Diseluruh dunia ada 60 juta kasus pertusis setahun dengan lebih dari setenah jutameniggal. selama masa prafaksin tahun 1922-1948, pertusis adalah penyebab utama kematiandari penyakit menular pada anak dibawah usia 14 tahun di America serikat. Penggunaanvaksin pertusis yang meluas menyebabkan penurunan kasus yang dramatis insiden penyakityang tinggi di Negara-negara sedang berkembang dan maju. Di America penerapan kebijakanyang lemah sebagia n menyebabkan naiknya insiden pertusis pertahun sampai 1,2kasus/100000 populasi dari tahun 1980-1989 dan pertusis dibanyak Negara bagian

    Pada tahun 1989-1990 dan 1993. Lebih dari 4500 kasus yang dilaporkan padapusat pengendalian dan pencegahan penyakit pada tahun 1993 merupakan insiden tertinggisejak tahun 1967. Masa pravaksinasi dan dinegara-negara seperti jerman, swedia dan Italydengan imunisasi terbatas,insiden puncak pertusis adalah pada anak umur 1-5 tahun, bayisebelum umur 1 tahun meliputi kurang dari 15% kasus. Sebaliknya hamper 5000 kasuspertusis dilaporkan di America serikat selama tahun 1993, 44% berumur sebelum 1 tahun,

  • 221% berumur antara 1-4 tahun, 11% berumur 5-9 tahun, dan 24% berumur 12 tahun ataulebih. Untuk mereka yang berumur sebelum 1 tahun,79% sebelum umur 6 bulan dan manfaatsedikit dari imunisasi. Anak dengan pertusis antara 7 bulan dan 4 tahun kurang terimunisasi.Proporsi anak belasan tahun dan orang dewasa dengan pertusis naik secara bersama, kurangdari pada 20% pada masa pravaksinasi sampai 27 % pada tahun 1992-1993.

    Pengendalian sebagian dengan vaksinasi telah menimbulkan epideniologi pertusissekarang di America serikat dan menyebabkan kerentanan kelompok umur yang belumpernah terkena sebelumnya. Tanpa terinfeksi alamiah dengan B.pertusis atau vaksinasibooster berulang, anak yang lebih tua dan orang dewasa rentan terhadap penyakit klinis yangterpajan, dan ibu hanya memberikan sedikit proteksi pasif pada bayi muda.pengamatan yangterakhir memberi koreksi pada pendapat lama bahwa ada sedikit proteksi transplasentaterhadap pertusis.

    I.2 Tujuan Penulisan

    a. Agar pembaca mengetahui landasan teoritis tentang penyakit pertusisb. Agar pembaca memahami rumusan asuhan keperawatan teoritis penyakit pertusis

    I.3 Rumusan Masalah

    1. Bagaimana landasan teoritis penyakit pertusis yang meliputi definisi, etiologi,patofisiologi,manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang dan diagnostik,penatalaksanaan, komplikasi, serta WOC penyakit?

    2. Bagaimana landasan teoritis asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,pemeriksaan fisik, pola fungsional gordon, dan rumusan diagnosa NANDA, NOC,dan NIC.

  • 3BAB II

    LANDASAN TEORITIS

    A. LANDASAN TEORITIS PENYAKIT

    2.1 Anatomi dan Fisiologi

    Anatomi Pernafasan

    Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasandan mekanisme pernapasan. Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut: ronggahidung - faring laring - trakea - bronkus - paru-paru (bronkiolus dan alveolus). Adapun alat-alat Pernapasan pada manusia adalah sebagai berikut :

    1. alat pernafasan atas

    a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

    Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidungberlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjarkeringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuklewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsimenyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yangmempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.

    Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udarasehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu lembap. Udarabebas tidak hanya mengandung oksigen saja, namun juga gas-gas yang lain. Misalnya,karbon dioksida (CO2), belerang (S), dan nitrogen (N2). Selain sebagai organ pernapasan,hidung juga merupakan indra pembau yang sangat sensitif. Dengan kemampuan tersebut,manusia dapat terhindar dari menghirup gas-gas yang beracun atau berbau busuk yangmungkin mengandung bakteri dan bahan penyakit lainnya. Dari rongga hidung, udaraselanjutnya akan mengalir ke faring.

  • 4b. Faring

    Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan(orofarings) pada bagian belakang.

    Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknyapita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suarabergetar dan terdengar sebagai suara.

    Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluranpernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupundemikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidakterjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.

    3. Laring

    Laring (tekak) adalah tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknyaudara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.Laring berparan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadapmasuknya makanan dan cairan. Laring dapat tersumbat, antara lain oleh benda asing (gumpalan makanan ), infeksi ( misalnya infeksi dan tumor)

    2. Alat pernafasan bawah

    a.Trakea

    Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di leherdan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi olehcincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsimenyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.

    b.Cabang-cabang Bronkus

    Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan danbronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawanbronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang

  • 5rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadibronkiolus.

    c.Paru-paru

    Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasioleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paruada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-parukiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus.

    Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagiandalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) danselaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleuraluar (pleura parietalis).

    Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yangberfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuksecara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain.

    Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluhdarah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yangsangat lebar untuk pertukaran gas.

    Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter 1mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus. Bronkiolus ini memilikigelembung-gelembung halus yang disebut alveolus. Bronkiolus memiliki dinding yang tipis,tidak bertulang rawan, dan tidak bersilia.

    Gas memakai tekanannya sendiri sesuai dengan persentasenya dalam campuran,terlepas dari keberadaan gas lain (hukum Dalton). Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan,tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epiteliumberbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhirpada gugus kantung udara (alveolus).

    Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salahsatu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus

  • 6berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinyadifusi gas pernapasan.

    Fisiologi Pernafasan

    Proses fisiologi pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalamjaringan dan karbondioksida dikeluarkan ke udara, dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

    1) Ventilasi

    Merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan proses aktif dan pasifyang mana otot-otot interkosta interna berkontraksi dan mendorong dinding pada sedikit kearah luar, akibatnya diafragma turun dan otot diafragma berkontraksi. Pada ekspirasidiafragma dan otot interkosta eksterna relaksasi dengan demikian rongga menjadi kecilkembali, maka udara terdorong keluar.

    2) Difusi Gas

    Merupakan gerakan gas CO2 dan CO3 atau partikel lain dari area yangbertekanan tinggi ke arah yang bertekanan rendah. Difusi gas melalui membran pernafasanyang dipengaruhi oleh faktor ketebalan membran. Luas permukaan membran, komposisimembran, koefisien difusi O2 dan CO2 serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalamdifusi gas ini pernafasan yang berperan penting yaitu alveoli dan darah.

    3) Transportasi Gas

    Perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru degan bantuandarah (aliran darah). Masuknya O2 ke dalam sel darah yang bergabung dengan hemoglobinyang kemudian membentuk oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3% yangditransformasikan ke dalam cairan plasma dan sel.

    2.2 Defenisi Pertusis

    Pertusis atau Batuk Rejan adalah penyakit yang menyerang sistem pernafasanyang disebabkan oleh bakteri yang hidup dimulut, hidung dan tenggorokan. Disebabkan olehkuman Bordetella Pertusis. Penyakit ini cukup parah bila diderita anak balita, bahkan dapatberakibat kematian pada anak usia kurang dari 1 tahun.

  • 7Pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh berdetellahpertusis (Nelson, 2000 : 960)

    Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh berdetella pertusisa,nama lain penyakit ini adalah Tussisi Quinta, whooping cough, batuk rejan. (Arif Mansjoer,2000 : 428).

    Infeksi saluran pernafasan akut yang diuraikan dengan baik pada tahun 1500.Prevalensi diseluruh dunia berkurang hanya karena imunisasi aktif. SYDENHAM yangpertama kali menggunakan istilah pertusis (batuk kuat) pada tahun 1970 ; istilah ini lebihdisukai dari Batuk Rejan(Whooping Cough), karena kebanyakan individu yang terinfeksitidak berteriak (Whoop=berteriak).Pertusis (Batuk Rejan, Whooping Cough) adalah infeksibakteri pada saluran pernafasan yang sangat menular dan menyebabkan batuk yang biasanyadiakhiri dengan suara pernafasan dalam bernada tinggi (melengking). . Batuk akan berhentisetelah ada suara melengking pada waktu menarik nafas, kemudian akan tampak letih denganwajah yang lesu. Batuk semacam ini terutama terjadi pada malam hari. Pertusis bisa terjadipada usia berapapun, tetapi 50% kasus ditemukan pada anak berumur dibawah 4 tahun.Serangan pertusis yang pertama tidak selalu memberikan kekebalan penuh.

    Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pertusis adalah infeksi saluranpernafasan akut yang disebabkan oleh bordetella pertusis, nama lain penyakit ini adalah tussisQuinta, whooping cough, batuk rejan.

    2.3 Patofisologi

    Peradangan terjadi pada lapisan mukosa saluran nafas. Dan organisme hanyaakan berkembang biak jika terdapat kongesti dan infiltrasi mukosa berhubungan denganepitel bersilia dan menghasilkan toksisn seperti endotoksin, perttusinogen, toxin heat labile,dan kapsul antifagositik, oleh limfosist dan leukosit untuk polimorfonuklir serta penimbunandebrit peradangan di dalam lumen bronkus. Pada awal penyakit terjadi hyperplasia limfoidpenbronklas yang disusun dengan nekrosis yang mengenai lapisan tegah bronkus, tetapibronkopnemonia disertai nekrosis dan pengelupasan epitel permukaan bronkus. Obstruksibronkhiolus dan atelaktasis terjadi akibat dari penimbunan mucus. Akhirnya terjadibronkiektasis yang bersifat menetap.

  • 8Cara penularan:

    Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui percikan-percikan ludah penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat pula melalui sapu tangan, handukdan alat-alat makan yang dicemari kuman-kuman penyakit tersebut. Tanpa dilakukanperawatan, orang yang menderita pertusis dapat menularkannya kepada orang lain selamasampai 3 minggu setelah batuk dimulai.

    2.4 Etiologi Pertusis

    Pertusis biasanya disebabkan diantaranya sebagai berikut :

    Bordetella pertussis (Hemophilis pertusis). Suatu penyakit sejenis telah dihubungkan dengan infeksi oleh bordetella para

    pertusis, B. Bronchiseptiea dan virus.

    Bordetella pertusis adalah satu-satunya penyebab pertusis yaitu bakteri gramnegatif, tidak bergerak, dan ditemukan dengan melakukan swab pada daerah nasofaringdan ditanamkan pada media agar Bordet-Gengou. (Arif Mansjoer, 2000)

    Adapun ciri-ciri organisme ini antara lain:

    1. Berbentuk batang (coccobacilus).2. Tidak dapat bergerak.3. Bersifat gram negatif.4. Tidak berspora, mempunyai kapsul.5. Mati pada suhu 55C selama jam, dan tahan pada suhu rendah (0- 10C).6. Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar metakromatik.7. Tidak sensitif terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten terhdap

    penicillin.

    Menghasilkan 2 macam toksin antara lain :

    1. Toksin tidak tahan panas (Heat Labile Toxin)2. Endotoksin (lipopolisakarida)

  • 92.5 Patofisiologi Pertusis

    Peradangan terjadi pada lapisan mukosa saluran nafas. Dan organisme hanyaakan berkembang biak jika terdapat kongesti dan infiltrasi mukosa berhubungan denganepitel bersilia dan menghasilkan toksisn seperti endotoksin, perttusinogen, toxin heat labile,dan kapsul antifagositik, oleh limfosist dan leukosit untuk polimorfonuklir serta penimbunandebrit peradangan di dalam lumen bronkus. Pada awal penyakit terjadi hyperplasia limfoidpenbronklas yang disusun dengan nekrosis yang mengenai lapisan tegah bronkus, tetapibronkopnemonia disertai nekrosis dan pengelupasan epitel permukaan bronkus. Obstruksibronkhiolus dan atelaktasis terjadi akibat dari penimbunan mucus. Akhirnya terjadibronkiektasis yang bersifat menetap.

    Cara penularan:

    Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui percikan-percikan ludah penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat pula melalui sapu tangan, handukdan alat-alat makan yang dicemari kuman-kuman penyakit tersebut. Tanpa dilakukanperawatan, orang yang menderita pertusis dapat menularkannya kepada orang lain selamasampai 3 minggu setelah batuk dimulai.

    2.6 Manifestasi Klinis Pertusis

    Pada Pertusis, masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung 6-8 minggu ataulebih dan berlangsung dalam 3 stadium yaitu :

    1. Stadium kataralis / stadium prodomal / stadium pro paroksimal

    Lamanya 1-2 minggu

    Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran pernafasan bagianatas, yaitu timbulnya rinore dengan lender yang jernih. Kemerahan konjungtiva, lakrimasi Batuk dan panas ringan Anoreksia kongesti nasalis Selama masa ini penyakit sulit dibedakan dengan common cold Batuk yang timbul mula-mula malam hari, siang hari menjadi semakin

    hebat, sekret pun banyak dan menjadi kental dan lengket.

  • 10

    2. Stadium paroksimal / stadium spasmodic

    Lamanya 2-4 minggu

    Selama stadium ini batuk menjadi hebat ditandai oleh whoop (batuk yangbunyinya nyaring) sering terdengar pada saat penderita menarik nafas padaakhir serangan batuk. Batuk dengan sering 5 10 kali, selama batuk anak takdapat bernafas dan pada akhir serangan batuk anak mulai menarik nafasdenagn cepat dan dalam. Sehingga terdengar bunyi melengking (whoop) dandiakhiri dengan muntah.

    Batuk ini dapat berlangsung terus menerus, selama beberapa bulan tanpaadanya infeksi aktif dan dapat menjadi lebih berat.

    Selama serangan, wajah merah, sianosis, mata tampak menonjol, lidah terjulur,lakrimasi, salvias dan pelebaran vena leher.

    Batuk mudah dibangkitkan oleh stress emosional missal menangis dan aktifitasfisik (makan, minum, bersin dll).

    3. Stadium konvaresens

    Terjadi pada minggu ke 4 6 setelah gejala awal Gejala yang muncul antara lain :

    o Batuk berkurango Nafsu makan timbul kembali, muntah berkurango Anak merasa lebih baiko Pada beberapa penderita batuk terjadi selama berbulan-bulan akibat

    gangguan pada saluran pernafasan.

    2.7 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik

    1. Pembiakan lendir hidung dan mulut.2. Pembiakan apus tenggorokan.3. Pembiakan darah lengkap (terjadi peningkatan jumlah sel darah putih yang

    ditandai sejumlah besar limfosit, LEE tinggi, jumlah leukosit antara 20.000-50.000 sel / mdarah.

    4. Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertusis.

  • 11

    5. Tes ELISA (Enzyme Linked Serum Assay) untuk mengukur kadar secret Ig A.6. Foto roentgen dada memeperlihatkan adanya infiltrate perihilus, atelaktasis atau

    emphysema.

    7. Pada stadium kataralis dan permulaan stadium spasmodic jumlah leukositmeninggi kadang sampai 15.000-45000 per mm3 dengan limfositosis, diagnosis,dapat diperkuat dengan mengisolasi kuman dari sekresi jalan napas yangdikeluarkan pada waktu batuk.Secara laboratorium diagnosis pertusis dapatditentukan berdasarkan adanya kuman dalam biakan atau dengan pemeriksaanimunofluoresen.

    2.8 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatana. Terapi Kausal.

    1. Anti Mikroba.Agen anti mikroba diberikan karen kemungkinan manfaat klinis dan

    membatasi penyebaran infeksi. Entromisin 40 50 mg/kg/34 jam secara oraldalam dosis terbagi empat (max. 29/24 jam) selama 14 hari merupakanpengobatan baku. Beberapa pakar lebih menyukai preparat estolat tetapi etilsuksinal dan stearat juga manjur.

    2. Salbutamol.Cara kerja salbutamol : Stimulan Beta 2 adrenalgik.

    Mengurangi proksimal.

    Mengurangi frekwensi apnea

    Dosis yang dianjurkan 0,3 0,5 mg / kg BB / hari di bagi dalam 3 dosis.3. Globulin imun pertusis

    Hiperimun serum dosis intramuskuler besar, rejan sangat berkurang pada bayiyang diobati pada minggu pertama, penggunaan preparat imunoglobulin jenisapapun tidak dibenarkan.

    b. Terapi suportif (Perawatan Pendukung).1. Lingkungan perawatan pasien yang tenang.

    2. Pembersihan jalan nafas .3. Istirahat yang cukup.4. Oksigen terutama pada serangan batuk yang hebat disertai sianosis.

  • 12

    5. Nutrisi yang cukup, hindari makanan yang sulit ditelan. Bila penderita muntah-muntah sebaiknya diberikan cairan dan elektrolit secara parentral.

    2.9 Komplikasia.Pada saluran nafas :

    1. Broncopneumonia.

    2. otitis media sering pada bayi dan infeksi skunder ( pneumoni ).3. Bronkitis.

    4. Atelektasis.

    5. Empisema pulmonum.6. Bronkiektasis.7. Aktivase tubercolusa.

    b.Pada sistem saraf pusat :1. Kejang, kongestif2. Edema otak3. Perdarahan otak

    c. Pada sistem pencernaan :1. Muntah berat.2. Prolaps rectum ( hernia umbilikus serta inguinalis ).3. Ulkus pada frenulum lidah.4. Stomatitis.5. Emasiasi

    d. Komplikasi yang lain :1. Epistaksis

    2. Hemaptisis

    3. Perdarahan sub konjungtiva

    2.10 WOC ( terlampir )

    B. LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN2.11 Pengkajian

    1. Identitas ( Ngastiyah, 1997 ; 32 ) Mengenai semua golongan umur,biasanya banyak mengena anak umur 1-5th

  • 13

    Lebih banyak anak laki laki dari pada anak perempuan.2. Keluhan Utama.

    Batuk disertai muntah.3. Riwayat Penyakit Sekarang.

    Batuk makin lama makin bertambah berat dan diikuti dengan muntah terjadisiang dan malam. Awalnya batuk dengan lendir jernih dan cair disertai panasringan, lama kelamaan batuk bertambah hebat (bunyi nyaring) dan sering, makatampak benjolan, lidah menjulur dan dapat terjadi pendarahan sub conjungtiva.

    4. Riwayat Penyakit Dahulu.

    Adanya gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas. Batuk dan panas ringan,batuk mula-mula timbul pada malam hari, kemudian siang hari dan menjadi hebat.

    5. Riwayat Penyakit Keluarga.Dalam keluarga atau lingkungan sekitarnya, biasanya didapatkan ada yang

    menderita penyakit pertusis.6. Riwayat Imunisasi

    JENIS UMUR CARA JUMLAH

    BCG 0 2 bulan 1C 1x

    DPT 2, 3, 4 bulan 1M 3x

    Polio 1-5 bulan Refisi 4x

    Capak 9 bulan 5C 4x

    Heportits 0, 1, 6 bulan 1M 3x

    7. Riwayat Tumbuh Kembang

    Personal Sosial

    Ibu pasien mengatakan kalau dirumah anaknya lincah, tidak mau diam.

    Motorik Halus

    Anak terbiasa melakukan gerakan seperti memasukkan benda kedalam mulutnya,menangkap objek atau benda benda, memegang kaki dan memegang kaki danmendorong kearah mulutnya.

    Motorik Kasar

    Anak dapat tengkurap dan berbalik sendiri, dapat merangkak mendekati bendaatau seseorang.

    Kognitif

  • 14

    Anak berusaha memperluas lapangan pandangan, tertawa dan menjerit karenagembira bila diajak bermain, mulai berbicara tapi belum jelas bahasanya.

    USIA FISIK Motorik Kasar Motorik Halus SosialEmosional

    15 bln Berjalan sendiri - Pegang cangkir,Memasukkan jarikelubang,Membukakotak,Melempar benda

    Bermain

    solitary play

    18 bln - Lari jatuh,Menarik mainan.

    Naik dengantangga bantuan

    - Menggunakan sendok- Membuka hal. Buku- Menyususn balok

    24 bln - BB 4x BBlhr,TB baik

    - Berlari sudahbaik,Naik tanggasendiri

    - Membuka pintu- Membuka kunci- Menggunting

    - Menggunakan sendokdengan baik

    8. Riwayat Antenatal, Natal Dan Postnatal Antenatal

    Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya yangdilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali perawatan antenatal ,kemana serta kebiasaan minum jamua-jamuan dan obat yang pernah diminumserat kebiasaan selama hamil.

    NatalTanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong, carapersalinan (spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, section secaria dangamelli), presentasi kepala dan komplikasi atau kelainan congenital. Keadaansaat lahir dan morbiditas pada hari pertama setelah lahir, masa kehamilan(cukup, kurang, lebih ) bulan. Saat lahir anak menangis spontan atau tidak.

    PostnatalLama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan dengangagguan sistem, masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna kulit,pola

  • 15

    eliminasi dan respon lainnya. Selama neonatal perlu dikaji adanya ashyksia,trauma dan infeksi.

    9. ADL.

    Nutrisi : muntah, anoreksia.

    Aktivitas : pada stadium akut paroksimal terjadi lemas / lelah Istirahat tidur : terganggu, akibat serangan batuk panjang dan berulang-ulang. Personal hygiene : lidah menjulur keluar dan gelisah yang berakibat keluar liur

    berlebihan.

    Eliminasi : sering terberak-berak, terkencing-kencing bila sedang batuk

    2.12 Pemeriksaan Fisik

    1. Keadaan umum : Saat batuk mata melotot, lidah menjulur, batuk dalam waktuyang lama dan berkeringatKesadaran : Composmetis,TTV : nadi meningkat(120-125x/mnt),respirasi meningkat(30-35x/mnt)

    2. Head to toe

    Kepala : tidak ada bekas luka ataupun bengkak.

    Rambut : warna rambut hitam, lurus, distribusi merata, tidak terdapatketombe.

    Wajah : simetris, bentuk bulat, tidak terdapat kelainan kulit Mata : sklera berwarna putih,mata tampak menonjol Hidung : lubang hidung simetris, hidung berair, terdapat pernafasan

    cuping hidung.

    Mulut : mukosa lembab, lidah menjulur Telinga : Daun telinga simetris, membran timpani putih mengkilat,

    tidak ada benda asing.

    Leher : Tidak terdapat pembesaran JVP, tidak ada tanda-tandapembesaran kaku kuduk dan pembesaran kelenjar tiroid.

    DadaInspeksi : Terdapat tarikan otot bantu pernafasan dengan cepatPalpasi : Tidak ada krepitasiPerkusi : paru sonor, jantung dallnes

  • 16

    Auskultasi : Wheezing inspirasi

    AbdomenInspeksi :Terdapat distensi abdomenAuskultasi : Bising usus 9x/mntPalpasi : tidak terdapat pembesaran lien dan hepar, turgor kulitbisa menurun bisa normal.Perkusi : perut tidak kembung

    Ekstremitas

    Atas : tidak ada odem, pada bagian kiri terpasang infus.Bawah : tidak ada odem, tidak ada bekas luka.

    Genetalia : bersih, tidak berbau tak sedap, tidak terdapat varises atauodem.

    Anus

    Inspeksi : bersih, tidak terdapat hemoroid, tidak ada perdarahan.Palpasi : tidak ada benjolan, massa, ataupun tumor.

    2.13 Pola Fungsional Gordon

    Pola persepsi dan manajemen kesehatan.Biasanya anak yang menderita pertusis,orang tuanya menganggap hanyainfluenza biasa, karena gejala awalnya ini adalah batuk,flu sehingga tampaksebagai penyakit biasa.

    Pola nutrisi dan metabolikBiasanya anak dengan pertusis mengalami anorexia(badan kurus),mual danpenurunan kinerja tubuh yang ditandai dengan kelelahan.

    Pola eliminasi

    Biasanya pada pola eliminasi anak terganggu karena intake cairan yang kurangsehingga mengganggu pola BAB dan BAK anak.

    Pola istirahat dan tidurBeberapa gejala anak yaitu, sering merasa kelelahan yang menyebabkankekuatan fisik melemah ,sering batuk dan mengganggu setiap jam tidur anak.

    Pola hubungan dan peran

  • 17

    Sebagian besar anak dengan pertusis sering batuk rejan,sehingga sering rewel,ingin dengan orang tua saja,pada fase-fase pertusis awal anak sering batuk tapitidak menghiraukan batuknya karena masih terlihat seperti batuk biasa ,pdafase awal hubungan bermain anak dengan teman-temannya belum terganggu.

    Pola aktifitas dan latihanAda beberapa anak menjadi sangat rewel dan kesakitan dengan batuknya,sehingga kuantitas bermain dan belajar mereka tidak lancar.

    Pola persepsi dan kognitifBiasanya pola persepsi dan kognitif anak tidak terganggu.

    Pola reproduksi dan seksualitasTidak dikaji karena biasanya pasien masih berumur 5 tahun kebawah.

    Pola koping dan toleransi stressAnak biasanya sereing rewel ,manja,susah tidur dan tidak suka denganpenyakitnya.

    Pola nilai dan keyakinanPola nilai dan keyakinan beberapa anak terganggu karena batuk rejanmembuat anak menolak melakukan segala hal.

    2.14 Diagnosa (NANDA), NOC, dan NIC

    No. NANDA NOC NIC

    1. Bersihan jalan nafas tidakefektif b.d penumpukansecret

    STATUS RESPIRASI :

    KEPATENAN JALAN

    NAFAS

    Tidak ada demam

    Tidak ada cemas

    Tidak ada rasa terkecik

    Frekuensi napas dbn

    Irama napas dbn

    Mampu mengeluarkan

    dahak

    Bebas dari suara napas

    MANJEMEN

    JALAN NAFAS :

    Buka jalan nafasdengan teknikmengangkat daguatau denganmendorong rahangsesuai keadaan

    Posisikan pasien

    untuk

    memaksimalkan

    ventilasi yang

  • 18

    tambahanSTATUS RESPIRASI :PERTUKARAN GAS

    Status mental dalamrentang yang diharapkan

    Mudah bernafas

    Tidak ada dispnea saatistirahat

    Tidak ada kegelisahan

    Tidak ada sianosis

    Tidak ada somnolen

    PaO2 dalam batas normal

    PaCO2 dalam batasnormal

    pH arteri dalam batasnormal

    Saturasi O2 dalam batasnormal

    End Tidal (ET) CO2dalam rentang yangdiharapkan

    Foto sinar-X dada dalamrentang yang diharapkan

    Keseimbangan perfusiventilasi

    potensial

    Identifikasimasukan jalannafas baik yangaktual ataupun

    potensial

    Masukkan jalannafas/ nasofaringealsesuai kebutuhan

    Keluarkan sekret

    dengan batuk atausuction/pengisapan

    Dorong nafas

    dalam, pelan danbatuk

    Ajarkan bagaimanacara batuk efektif

    Kaji keinsetifanspirometer

    Auskultasi bunyinafas, catat adanyaventilasi yang turun

    atau yang hilang

    dan catat adanyabunyi tambahan

    Lakukan

    pengisapan

    endotrakeal ataunasotrakeal

    Beri bronkodilatorjika diperlukan

    Ajarkan pasiententang cara

  • 19

    penggunaan inhaler

    Beri aerosol,

    pelembab/oksigen,ultrasonic

    humidifier jikadiperlukan

    Atur intake cairan

    untuk

    mengoptimalkan

    keseimbangancairan

    Posisikan pasien

    untuk mengurangi

    dispnue

    Monitor pernafasan

    dan status oksigen.MONITORPERNAFASAN

    Monitor frekuensi,

    rata-rata, irama,

    kedalaman dan usahabernafas

    Catat pergerakkandada, lihatkesimetrisan,

    penggunaan otot

    tambahan, dansupraklavikula danretaksi otot

    intercostal

    Monitor bisingpernafasan seperti

    ribut atau dengkuran

  • 20

    Monitor pola nafas

    seperti bradipnu,takipnu,

    hiperventilasi,

    pernafasan kussmaul,

    Ceyne stokes, apnu,biot dan pola ataksi

    Palpasi jumlahpengembangan paru

    Perkusi anterior danposterior torak dariapeks sampai basissecara bilateral

    Catat lokasi trakea

    Monitor kelemahan

    otot diafragma

    Auskultasi bunyinafas, catat ventilasi

    yang turun atau

    hilang

    Tentukan apakah

    harus dilakukanpengisapan dari hasilauskultasi seperti

    adanya ronkhi atauwheezing

    Auskultasi lagi paru

    setelah dilakukantreatmen

    Monitor kemampuan

    pasien untuk batuk

    Catat lama,karakteristik dan

  • 21

    lama batuk

    Monitor sekresi

    pernafasan pasien

    Monitor dispnu danpersitiwa yang bisameningkatkan

    kejadian dispnu Monitor adanya

    suara parau danperubahan suarasetiap jam denganwajah yang terbakar

    Monitor krepitus

    Monitor hasil

    penyinran (X-rey)

    2. Pola napas tidak efektif b.ddispnea dan prosesinflamasi.

    STATUS RESPIRASI :KEPATENAN JALAN

    NAFAS

    Tidak ada demam

    Tidak ada cemas

    Tidak ada rasa terkecik

    Frekuensi napas dbn

    Irama napas dbn

    Mampu mengeluarkan

    dahak

    Bebas dari suara napastambahan

    STATUS RESPIRASI :

    PERTUKARAN GAS

    Status mental dalamrentang yang diharapkan

    Mudah bernafas

    MANJEMEN

    JALAN NAFAS :

    Buka jalan nafasdengan teknikmengangkat daguatau denganmendorong rahangsesuai keadaan

    Posisikan pasien

    untuk

    memaksimalkan

    ventilasi yang

    potensial

    Identifikasimasukan jalannafas baik yangaktual ataupun

  • 22

    Tidak ada dispnea saatistirahat

    Tidak ada kegelisahan

    Tidak ada sianosis

    Tidak ada somnolen

    PaO2 dalam batas normal

    PaCO2 dalam batasnormal

    pH arteri dalam batasnormal

    Saturasi O2 dalam batasnormal

    End Tidal (ET) CO2dalam rentang yangdiharapkan

    Foto sinar-X dada dalamrentang yang diharapkan

    Keseimbangan perfusiventilasi

    potensial

    Masukkan jalannafas/ nasofaringeal

    sesuai kebutuhan

    Keluarkan sekret

    dengan batuk atausuction/pengisapan

    Dorong nafas

    dalam, pelan danbatuk

    Ajarkan bagaimanacara batuk efektif

    Kaji keinsetifanspirometer

    Auskultasi bunyinafas, catat adanyaventilasi yang turun

    atau yang hilang

    dan catat adanyabunyi tambahan

    Lakukan

    pengisapan

    endotrakeal ataunasotrakeal

    Beri bronkodilatorjika diperlukan

    Ajarkan pasiententang cara

    penggunaan inhaler

    Beri aerosol,

    pelembab/oksigen,ultrasonic

    humidifier jika

  • 23

    diperlukan

    Atur intake cairan

    untuk

    mengoptimalkan

    keseimbangancairan

    Posisikan pasien

    untuk mengurangi

    dispnue

    Monitor pernafasan

    dan status oksigen.MONITOR

    PERNAFASAN

    Monitor frekuensi,

    rata-rata, irama,

    kedalaman dan usahabernafas

    Catat pergerakkan

    dada, lihatkesimetrisan,

    penggunaan otot

    tambahan, dansupraklavikula danretaksi otot

    intercostal

    Monitor bisingpernafasan seperti

    ribut atau dengkuran

    Monitor pola nafas

    seperti bradipnu,takipnu,

    hiperventilasi,

    pernafasan kussmaul,

  • 24

    Ceyne stokes, apnu,

    biot dan pola ataksi

    Palpasi jumlahpengembangan paru

    Perkusi anterior danposterior torak dariapeks sampai basissecara bilateral

    Catat lokasi trakea

    Monitor kelemahan

    otot diafragma

    Auskultasi bunyinafas, catat ventilasi

    yang turun atau

    hilang

    Tentukan apakah

    harus dilakukanpengisapan dari hasilauskultasi seperti

    adanya ronkhi atauwheezing

    Auskultasi lagi paru

    setelah dilakukantreatmen

    Monitor kemampuan

    pasien untuk batuk

    Catat lama,

    karakteristik danlama batuk

    Monitor sekresi

    pernafasan pasien

    Monitor dispnu danpersitiwa yang bisa

  • 25

    meningkatkan

    kejadian dispnu Monitor adanya

    suara parau danperubahan suarasetiap jam denganwajah yang terbakar

    Monitor krepitus

    Monitor hasil penyinran

    (X-rey)3. Gangguan Nutrisi :

    Kurang dari kebutuhan

    normal tubuhberhubungan denganmual/muntah dan anoreksia

    a. Status Nutrisi- Intake makanan klien

    yang kaya akan

    nutrisi.

    - Rasio BB/TB

    diharapkan menjadinormal.

    b. Status Nutrisi :Pengukuran

    Biokimia.- Serum Albumin

    menjadi normal.- Kadar hemoglobin

    menjadi normal.- Kadar hematokrit

    menjadi normal.- Jumlah kapasitas zat

    besi normal.

    Manajemen Nutrisi- Tentukan dan

    konsultasi

    dengan penatadiet, berapajumlah kaloridan jenis nutrisiyang

    dibutuhkanuntuk

    memenuhi

    syarat-syarat

    nutrisi yang

    baik.- Ajarkan klien

    bagaimana caramengatur menu

    makanan yang

    dimakannyauntuk

    membantu kliendalammengevaluasi

  • 26

    intake nutrisi.

    - Monitor intake

    kandungannutrisi dankalori untuk

    mengevaluasi

    status nutrisi.

    - Anjurkan klienuntuk

    meningkatkan

    intake protein,

    zat besi, danvitamin C untukmenyediakannutrisi-nutrisi

    yang

    dibutuhkandalam produksihemoglobin.

    - Sediakaninformasi yang

    sesuai tentang

    kebutuhan-kebutuhannutrisi danbagaimanamencukupinya

    untuk

    meningkatkan

    intake nutrisi-

    nutrisi penting

    yang

    dibutuhkan.

  • 27

    4 Gangguan pola tidur b.daktivasi batuk

    Jam tidur setiap harinyatetap

    Pola tidur normal

    Kualitas tidur baik

    tanda-tanda vital normal

    kebiasaan tidur siangteratur

    kaji kebiasaan tidurklien sebelum dansesudah tidur

    diskusikankemungkinan

    penyebab gangguantidur

    Beri posisi yang

    nyaman

    menciptakan

    lingkungan yang

    tenang dan nyaman