26
TUGAS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG K3 Disusun oleh : Shabrina Arika Zahra 21080110141002 Nurul Ulfia 21080110141008 Mei Ekowati 21080110141014 Lintang Iradati 21080110141020 Rizky Fajar Heryanto 21080110141030 M. Arief Setiawan 21080110141042 Puti Destianti 21080110141051 Rahmat Randy Arbie 21080110130062 Erickson L2J009 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Makalah Perundang-undangan K3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Perundang-undangan K3

TUGAS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG K3

Disusun oleh :

Shabrina Arika Zahra 21080110141002

Nurul Ulfia 21080110141008

Mei Ekowati 21080110141014

Lintang Iradati 21080110141020

Rizky Fajar Heryanto 21080110141030

M. Arief Setiawan 21080110141042

Puti Destianti 21080110141051

Rahmat Randy Arbie 21080110130062

Erickson L2J009

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2012

Page 2: Makalah Perundang-undangan K3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan

Kuasa-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari Mata Kuliah Kesehatan dan

Keselamatan Kerja. Di dalam makalah ini akan dibahas tentang “Peraturan Perundang-

undangan yang Terdapat dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja”. Isi materi yaitu

mengenai dasar peraturan yang menunjukkan pentingnya K3 dalam suatu perusahaan.

Penulis berusaha menyusun makalah ini secara urut dan rinci sehingga memudahkan

dalam pemahaman dan menciptakan suasana yang nyaman bagi pembaca, tidak terasa asing,

dan dapat menambah ketertarikan untuk mendalami materi.

Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Tetapi penulis

berusaha untuk membuat makalah ini sebaik mungkin. Oleh karena itulah, penulis siap untuk

menerima segala saran dan kritikan yang bisa membangun ke arah yang lebih baik.

Penulis berharap dalam pembacaanya, berbagai materi tidak dilewatkan begitu saja,

karena hal itu merupakan bagian dari pemahaman konsep. Penulis berharap bahwa makalah

ini bisa bermanfaat, khususnya bagi kami selaku penyusun, dan umumnya bagi kalangan

luas.

Semarang, September 2012

Penulis

Page 3: Makalah Perundang-undangan K3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

a. Kesehatan Kerja

Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial

seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga

menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.

Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan

sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh

karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap

kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.

Status kesehatan seseorang, menurut blum (1981) ditentukan oleh empat faktor yakni :

1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik / anorganik,

logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, microorganisme) dan sosial budaya

(ekonomi, pendidikan, pekerjaan).

2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.

3. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan,

rehabilitasi, dan

4. genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

Pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya

pekerjaan dapat pula memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan pekerja bila

dikelola dengan baik. Demikian pula status kesehatan pekerja sangat mempengaruhi

produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang

lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya”. Menurut

Suma’mur (1976) Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran

beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ masyarakat pekerja memperoleh derajat

kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau

kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan

lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum. Konsep kesehatan kerja dewasa ini

semakin banyak berubah, bukan sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan

Page 4: Makalah Perundang-undangan K3

juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan

pekerjaannya (total health of all at work).

b. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari sering disebut

dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada

khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan

diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang

tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian

terhadap proses.

Karena pentingnya penerapan kesehatan keselamatan kerja di lingkungan kerja, maka

perlu adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur agar setiap perusahaan memiliki

pedoman dalam peneran K3.

1.2 Tujuan

a. Mengetahui pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja dalam suatu perusahaan

b. Mengetahui peraturan apa saja yang mendasari adanya kesehatan dan keselamatan dan

keselamatan kerja dalam suatu perusahaan

Page 5: Makalah Perundang-undangan K3

BAB II

ISI

2.1 Konvensi ILO

2.1.1 Sekilas tentang ILO

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO : International Labour Organization)

merupakan badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dengan tanggung jawab

internasional khusus mengenai ketenagakerjaan, serta berkantor pusat di Jenewa.

Organisasi ini memiliki 180 negara anggota dan bersifat unik di antara badan-

badan PBB lainnya karena struktur tripartit yang dimilikinya menempatkan pemerintah,

organisasi pengusaha dan serikat pekerja/buruh pada posisi yang setara dalam

menentukan program dan proses pengambilan kebijakan.

Wakil-wakil pengusaha dan pekerja/buruh – “mitra sosial” dalam ekonomi –

mempunyai suara yang setara dengan pemerintah dalam membentuk kebijakan dan

program ILO.

ILO juga mendukung struktur tripatisme di dalam Negara-negara Anggotanya,

dengan mempromosikan dialog sosial antara pengusaha dan serikat pekerja/buruh dalam

memformulasikan, dan jika dibutuhkan, menerapkan kebijakan sosial dalam isu-isu

sosial, ekonomi dan sebagainya.

2.1.2 Program ILO di Indonesia

ILO mendukung Indonesia untuk mencapai tujuan menciptakan lapangan kerja yang

layak, melalui rogram dan kegiatan di tiga area utama.

Menghapuskan Eksploitasi di Tempat Kerja:

1. Kemajuan yang efektif dengan pelaksanaan Rencana Aksi Nasional tentang Bentuk-

bentuk Terburuk Pekerjaan untuk Anak.

2. Meningkatkan manajemen migrasi kerja dan perlindungan yang lebih baik bagi

pekerja/buruh Indonesia, khususnya pekerja rumah tangga.

Page 6: Makalah Perundang-undangan K3

Penciptaan Lapangan Kerja untuk Mengurangi Kemiskinan dan Pemulihan Mata

Pencaharian khususnya bagi Kaum Muda:

1. Target Ketenagakerjaan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah melalui

kebijakan dan program dengan penekanan pada pertumbuhan lapangan kerja pro-

kaum miskin.

2. Pelaksanaan program ketenagakerjaan dan mata ncaharian yang intensif untuk

wilayah terkena dampak krisis, khususnya Aceh, Sumatra Utara dan sejumlah wilayah

Indonesia timur.

3. Sistem dan kebijakan pendidikan dan pelatihan untuk membekali kaum muda dengan

kemampuan kerja dan wiraswasta

Dialog Sosial untuk Pertumbuhan Ekonomi serta Prinsip dan Hak Mendasar di

Tempat Kerja:

1. Penerapan peraturan dan praktik ketenagekerjaan yang sejalan dengan prinsip-prinsip

dan hak-hak mendasar di tempat kerja, termasuk dengan memperkokoh administrasi

ketenagakerjaan.

2. Para pengusaha dan serikat pekerja/buruh melalui kerjasama bipartit memperoleh

hasil berupa fleksibilitas pasar kerja dan keamanan kerja .

Bidang-bidang penting lainnya bagi dukungan ILO erkait dengan program kesetaraan

jender, pengembangan program-program HIV/AIDS di dunia nan sosial melalui

keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Page 7: Makalah Perundang-undangan K3

2.1.3 Kovensi Konvensi yang Telah Diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia

Konvensi ILO merupakan perjanjian-perjanjian internasional, tunduk pada

ratifiksi negara-negara anggota. Indonesia merupakan negara pertama di Asia n ke-

lima di dunia yang telah meratifikasi seluruh nvensi pokok ILO. Sejak menjadi

anggota tahun 1950, Indonesia telah meratifikasi 17 konvensi.

Konvensi-konvensi Inti

NO KONVENSI TAHUN

29 Konvensi Kerja Paksa (1930) 1950

98 Konvensi Hak Berorganisasi dan Berunding

Bersama/Secara Kolektif (1949)

1957

100 Konvensi Kesamaan Pengupahan (1951) 1958

87 Konvensi Kebebasan Berserikat dan Perlindungan atas Hak

Berorganisasi (1948)

1998

105 Konvensi Penghapusan Kerja Paksa (1957) 1999

111 Konvensi Diskriminasi (Pekerjaan dan Jabatan) (1958) 1999

138 Konvensi Usia Minimum (1973) 1999

182 Penghapusan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-

bentuk Terburuk Pekerjaan untuk Anak (1999)

2000

Konvensi-Konvensi Lain

K. 19: Persamaan dan Perlakuan bagi Pekerja Nasional dan Asing dalam hal Ganti Rugi atas

Kecelakaan Kerja (1925);

K. 27: Pemberian Tanda atas Berat BArang yang Diangkut Kapal Laut (1929);

K. 45: Mempekerjakan Perempuan di Bawah Tanah dalam Berbagai Macam Pekerjaan

Tambang;

K. 69: Sertifikasi Juru Masak Kapal (1946);

K. 81: Inspeksi Ketenagakerjaan (1947);

K. 88: Lembaga Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja (1948);

K. 120: Kebersihan di Tempat Dagang dan Kantor;

K. 106: Istirahat Mingguan di Perdagangan dan Kantor (1957);

K. 144: Konsultasi Tripartit untuk Mempromosikan

Page 8: Makalah Perundang-undangan K3

2.2 Undang-Undang No. 1 Tahun 1970

Undang-Undang nomor 1 tahun 1997 ini berisi tentang keselamatan kerja. Meskipun

judulnya disebut sebagai Undang-undang Keselamatan Kerja, tetapi materi yang diatur

termasuk masalah kesehatan kerja.

Undang-undang ini dimaksudkan untuk menentukan standar yang jelas untuk

keselamatan kerja bagi semua karyawan sehingga mendapat perlindungan atas

keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan

produksi serta produktifitas Nasional; memberikan dasar hukum agar setiap orang selain

karyawan yang berada di tempat kerja perlu dijamin keselamatannya dan setiap sumber daya

perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien; dan membina norma-norma

perlindungan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan

teknologi.

Ruang lingkup Undang-undang ini adalah keselamatan kerja di semua jenis dan tempat

kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang

berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

Undang-Undang ini berisi 11 bab dan 18 pasal yang mengatur keseluruhan aspek dari

keselamatan kesehatan kerja. Berikut ini adalah rangkuman per bab dari Undang-Undang No.

1/1997

1. ISTILAH

Tempat Kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau

tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk

keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya;

Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya

yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut;

Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat

kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri

Pengusaha: orang atau badan hukum yang memiliki atau mewakili pemilik suatu

tempat kerja.

Page 9: Makalah Perundang-undangan K3

Direktur: adalah Direktur Jendral Bina Hubungan Ketenagakerjaan dan Pengawas

Norma Kerja (sekarang Direktur Jendral Bina Hubungan Industrial dan Pengawas

Ketenagakerjaan).

Pegawai Pengawas. Seorang pegawai pengawas harus mempunya keahlian khusus

yang dalam hal ini adalah menguasai pengetahuan dasar dan praktek dalam bidang

keselamatan dan kesehatan kerja melalui suatu proses pendidikan tertentu.

Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja: personel yang berada di luar Departemen

Tenaga Kerja, dan mempunyai keahlian khusus di bidang keselamatan dan kesehatan

kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

2.RUANG LINGKUP

Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat

kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang

berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

3.SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA

Dalam bab 3 pasal 1 ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :

a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;

b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau

kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

e. memberi pertolongan pada kecelakaan;

f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu,

kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;

h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun

psychis, peracunan, infeksi dan penularan;

i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses

kerjanya;

Page 10: Makalah Perundang-undangan K3

n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;

o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan

barang;

q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya

kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

4.PENGAWASAN

Yang menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang-Undang adalah

pengawas dan ahli keselamatan kerja. Direktur melaksanakan pelaksanaan umum dan

pengusaha membayar retribusi menurut undang-undang

5.PEMBINAAN

Pengurus yang menunjukkan dan menjelaskan semua tentang tempat kerja dan K3

kepada tenaga kerja baru dan dipastikan tenaga yang dipekerjakan sudah sesuai syarat-syarat.

6. PANITIA PEMBINA K3

Yang membentuk panitia pembina k3 adalah menteri tenaga kerja

7. KECELAKAAN

Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja

yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

8. KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA

Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja

untuk :

A. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau

ahli keselamatan kerja;

B. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;

C. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja

yang diwajibkan;

D. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan

kesehatan kerja yang diwajibkan;

Page 11: Makalah Perundang-undangan K3

E. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan

kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan

olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai

9.KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA

Bila memasuki tempat kerja, diwajibkan menaati semua petunjuk keselamatan kerja

dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan

10. KEWAJIBAN PENGURUS

Pengurus wajib :

1. Menempatkan semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan dalam undang-

undang di tempat kerja

2. Memasang gambar keselamatan kerja dan bahan pembinaan

3. Menyediakan dengan cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada

tenaga kerja, dan orang lain yang memasuki tempat kerja.

11. KETENTUAN PENUTUP

Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman pidana atas

pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau

denda setinggitingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).

2.3 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997

Dalam UU NO 23 TAHUN 1997 yang berhubungan dengan K3 pada pasal:

- PASAL 3, asas dan tujuan

Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab

negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia

seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

- Pasal 15 ayat (1), mengenai ketentuan dari persyaratan membuat rencana usaha yang

menimbulkan dampak lingkungan. Isinya:

Page 12: Makalah Perundang-undangan K3

(1) Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan

dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis

mengenai dampak lingkungan hidup.

- Pasal yang mengatur bahwa setiap penanggung jawab usaha/ kegian wajib melakukan

pengolahan pada limbah yang dihasilkan dalam kegiatan tersebut.

Pasal 16

(1) Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan

limbah hasil usaha dan/ataukegiatan.

(2) Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat menyerahkan pengelolaan limbah tersebut kepada pihak lain.

(3) Ketentuan pelaksanaan pasal ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah

Pasal 17

(1) Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan

bahan berbahaya dan beracun.

(2) Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun meliputi: menghasilkan, mengangkut,

mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan/atau membuang.

(3) Ketentuan mengenai pengelolaan bahan berbahaya dan beracun diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Pemerintah.

- Pasal yang menyatakan perizinan dalam melakukan usaha dan mengenai perizinan

pembuangan limbah adalah.

Pasal 18

(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting

terhadap lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan

hidup untuk memperoleh izin melakukan usaha dan/atau kegiatan.

(2) Izin melakukan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberikan pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

(3) Dalam izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan persyaratan dan

kewajiban untuk melakukan upaya pengendalian dampak lingkungan hidup.

Pasal 20

(1) Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang dilarang melakukan pembuangan limbah

ke media lingkungan hidup.

Page 13: Makalah Perundang-undangan K3

(2) Setiap orang dilarang membuang limbah yang berasal dari luar wilayah Indonesia

ke media lingkungan hidup Indonesia.

Pasal 21

Setiap orang dilarang melakukan impor limbah bahan berbahaya dan beracun.

- Pasal 24, menyatakan tentang pengawasan terhadap penataan tanggung jawab usaha/

kegiatan. Pasal tersebut berisi:

(1) Untuk melaksanakan tugasnya, pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22

berwenang melakukan pemantauan, meminta keterangan, membuat salinan dari

dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan, memasuki tempat tertentu,

mengambil contoh, memeriksa peralatan, memeriksa instalasi dan/atau alat

transportasi, serta meminta keterangan dari pihak yang bertanggungjawab atas usaha

dan/atau kegiatan.

(2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang dimintai keterangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memenuhi permintaan petugas pengawas

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Setiap pengawas wajib memperlihatkan surat tugas dan/atau tanda pengenal serta

wajib memperhatikan situasi dan kondisi tempat pengawasan tersebut.

- Pasal 25, dalam pasal ini mengatur sanksi administrasi apabila perusahaan melanggar

peraturan yang telah ditetapkan. Berikut isi dari pasal 25:

(1) Untuk melaksanakan tugasnya, pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22

berwenang melakukan pemantauan, meminta keterangan, membuat salinan dari

dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan, memasuki tempat tertentu,

mengambil contoh, memeriksa peralatan, memeriksa instalasi dan/atau alat

transportasi, serta meminta keterangan dari pihak yang bertanggungjawab atas usaha

dan/atau kegiatan.

(2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang dimintai keterangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memenuhi permintaan petugas pengawas

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Setiap pengawas wajib memperlihatkan surat tugas dan/atau tanda pengenal serta

wajib memperhatikan situasi dan kondisi tempat pengawasan tersebut.

- Pasal 27, mengatur tentang sanksi yang dijatuhkan apabila melanggar peraturan.

Berikut isi pasal 27:

Page 14: Makalah Perundang-undangan K3

(1) Pelanggaran tertentu dapat dijatuhi sanksi berupa pencabutan izin usaha dan/atau

kegiatan.

(2) Kepala Daerah dapat mengajukan usul untuk mencabut izin usaha dan/atau

kegiatan kepada pejabat yang berwenang.

(3) Pihak yang berkepentingan dapat mengajukan permohonan kepada pejabat yang

berwenang untuk mencabut izin usaha dan/atau kegiatan karena merugikan

kepentingannya.

- Pasal 34, menatur ganti rugi yang harus dibayar oleh perusahaan karena melanggar

hukum berupa pencemaran dan perusakan lingkungan akiba kegiatan/usaha yang

dilakukannya. Isinya adalah:

(1) Setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan

lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan

hidup, mewajibkan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk membayar ganti

rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.

(2) Selain pembebanan untuk melakukan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), hakim dapat menetapkan pembayaran uang paksa atas setiap hari

keterlambatan penyelesaian tindakan tertentu tersebut.

- Pasal 35, menyatakan tanggung jawab yang mutlak yang harusditunggung oleh

perusahaan yang berdampak besar trhadap lingkungan hidup.berikut isi dari pasal 35:

(1) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan kegiatannya

menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, yang

menggunakan bahan berbahaya dan beracun, dan/atau menghasilkan limbah bahan

berbahaya dan beracun, bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang

ditimbulkan, dengan kewajiban membayar ganti rugi secara langsung dan seketika

pada saat terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

(2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dapat dibebaskan dari kewajiban

membayar ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika yang bersangkutan

dapat membuktikan bahwa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup

disebabkan salah satu alasan di bawah ini:

a. adanya bencana alam atau peperangan; atau

b. adanya keadaan terpaksa di luar kemampuan manusia; atau

c. adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau

perusakan lingkungan hidup.

Page 15: Makalah Perundang-undangan K3

(3) Dalam hal terjadi kerugian yang disebabkan oleh pihak ketiga sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf c, pihak ketiga bertanggung jawab membayar ganti rugi.

Pasal 41

(1) Barang siapa yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan

yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam

dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang

mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama

lima belas tahun dan denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh

juta rupiah).

Pasal yang mengatur , mengatur tentang sanksi administrasi dan ketentuan pidana dari

pelanggaran hukum yang menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Berikut adaah isinya:

Pasal 42

(1) Barang siapa yang karena kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan

pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara

paling lama tiga tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta

rupiah).

(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang

mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama

lima tahun dan denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta

rupiah).

Pasal 47

Selain ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum

Pidana dan Undang-undang ini, terhadap pelaku tindak pidana lingkungan hidup

dapat pula dikenakan tindakan tata tertib berupa:

(1) perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; dan/atau

(2) penutupan seluruhnya atau sebagian perusahaan; dan/atau

(3) perbaikan akibat tindak pidana; dan/atau

(4) mewajibkan mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau

(5) meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau

(6) menempatkan perusahaan di bawah pengampuan paling lama tiga tahun.

Page 16: Makalah Perundang-undangan K3

2.4 Peraturan Lain Berkaitan dengan Pencemaran

1. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

2. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian

Pencemaran Air

3. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara

Page 17: Makalah Perundang-undangan K3

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

ILO mendukung Indonesia untuk mencapai tujuan menciptakan lapangan kerja yang

layak, melalui rogram dan kegiatan di tiga area utama.

a. Menghapuskan Eksploitasi di Tempat Kerja

b. Penciptaan Lapangan Kerja untuk Mengurangi Kemiskinan dan Pemulihan

Mata Pencaharian khususnya bagi Kaum Muda:

c. Dialog Sosial untuk Pertumbuhan Ekonomi serta Prinsip dan Hak Mendasar

di Tempat Kerja:

Kesehatan dan keselamatan kerja sangat diperlukan dalam lingkungan

kerja sehingga perlu adanya undang-undang dan peraturan yang mengatur

yaitu

1. Undang Undang no. 1 Tahun 1970

2. Undang Undang no. 23 Tahun 1997

Page 18: Makalah Perundang-undangan K3

DAFTAR PUSTAKA

http://staff.ui.ac.id/internal/131611668/material/Bahan_Kuliah_K3_01.pdf

http://prokum.esdm.go.id/uu/1970/uu-01-1970.pdf

http://bk.menlh.go.id/files/UU-2397.pdf

http://www.ilo.orgf/