18
MAKALAH PENGANTAR HUKUM PAJAK Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan Disusun oleh: 1. Eko Prasetyo (1C/08) 2. Faisal Pribadi (1C/12) 3. Fatiya Kartika Maya Dewi (1C/13) 4. Hanifah Atsariyana (1C/16) 5. Nurul Rahma Shofwati (1C/26) 6. Roni Fadilah Makruf (1C/33)

Makalah PHP Tindak Pidana dalam Bidang Perpajakan.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tindak Pidana dalam Bidang Perpajakan. Makalah Pengantar Hukum Pajak. Perpajakan Indonesia. Tax. Taxer.

Citation preview

MAKALAHPENGANTAR HUKUM PAJAK

Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan

Disusun oleh:

1. Eko Prasetyo(1C/08)2. Faisal Pribadi(1C/12)3. Fatiya Kartika Maya Dewi(1C/13)4. Hanifah Atsariyana(1C/16)5. Nurul Rahma Shofwati(1C/26)6. Roni Fadilah Makruf(1C/33)Halaman Judul

Program Diploma I Spesialisasi PajakSekolah Tinggi Akuntansi Negara2014

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan, kesempatan, dan semangat kepada kami untuk menyusun makalah ini.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Pengantar Hukum Pajak, yang dipandang perlu untuk dikuasai oleh mahasiswa dalam rangka membekali diri agar dapat bekerja sesuai dengan tugas masing-masing.Terima kasih kepada dosen mata kuliah Pengantar Hukum Pajak yang telah mengajar kami, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Kepada teman-teman dan sumber-sumber lainnya yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih.Dengan adanya keterbatasan, baik kemampuan maupun kesempatan, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran, serta sumbangan pemikiran dari pembaca sebagai bahan masukan yang membantu untuk penyempurnaan makalah ini.Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Bintaro, Januari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I1PENDAHULUAN1BAB II2PEMBAHASAN2A.Pengertian Tindak Pidana2B.Jenis-Jenis Tindak Pidana2C.Pengertian Tindak Pidana Pajak3D.Penyidikan Tindak Pidana Pajak4E.Penuntutan6BAB III7PENUTUP7A.Kesimpulan7B.Saran7DAFTAR PUSTAKA8

ii

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasalah tindak pidana di bidang perpajakan merupakan hal yang sangat penting khususnya dalam rangka penegakkan hukum (law enforcement) yang harus dilaksanakan, agar ketentuan undang-undang dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, terlebih dalam memenuhi rasa keadilan di masyarakat dan kepastian hukum itu sendiri.Tindak pidana di bidang perpajakan adalah suatu perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan pajak yang menimbulkan kerugian keuangan negara dimana pelakunya diancam dengan hukuman pidana. Ketentuan yang mengatur tindak pidana pajak terdapat dalam hukum pidana pajak yang berisi peraturan-peraturan tentang:1.Perbuatan-perbuatan apa yang dapat diancam dengan hukuman,2.Siapa-siapa yang dapat dihukum, dan3.Hukuman apa yang dapat dijatuhkan.

B. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan Tindak Pidana?2. Apa saja jenis-jenis tindak pidana?3. Apa yang dimaksud dengan tindak pidana pajak?4. Bagaimana penyidikan tindak pidana pajak?5. Bagaimana penuntutan tindak pidana pajak?

C. Tujuan1. Mengetahui yang dimaksud dengan Tindak Pidana.2. Mengetahui jenis-jenis tindak pidana.3. Mengetahui yang dimakasud dengan tindak pidana pajak.4. Mengetahui bagaimana penyidikan tindak pidana pajak.5. Mengetahui bagaimana penuntutan tindak pidana pajak.

7

BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian Tindak PidanaPerbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan yang mana disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.Tindak pidana adalah suatu peristiwa atau tindakan melanggar hukum yang dilakukan oleh seseorang yang tindakannya tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan telah dinyatakan sebagai suatu perbuatan pidana yang dapat dihukum.0. Jenis-Jenis Tindak Pidana1.Kejahatan dan pelanggaranPembagian delik atas kejahatan dan pelanggaran disebutkan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana pada Buku II tentang Kejahatan dan buku III tentang Pelanggaran. Ada dua pendapat:a.Perbedaan secara Kualitatif1)Rechtsdelict(en), artinya perbuatan yang bertentangan dengan keadilan.Pertentangan ini terlepas perbuatan itu diancam pidana dalam suatu per-UU-an atau tidak. Jadi, perbuatan itu benar-benar dirasakan masyarakat sebagai bertentangan dengan keadilan.Misal: pembunuhan, pencurian. Delik-delik semacam ini disebut kejahatan (mala per se).2)Wetsdelict(en), artinya perbuatan yang disadari oleh masyarakat sebagai suatu tindak pidana karena UU menyebutnya sebagai delik. Delik semacam ini disebut pelanggaran (mala quia prohibita)b.Perbedaan secara KuantitatifPerbedaan ini didasarkan pada aspek kriminologis, yaitu pelanggaran lebih ringan dibandingkan dengan kejahatan. Pembagian delik dalam kejahatan dan pelanggaran terdapat pendapat yang menentang. Dalam RUU KUHP pembagian ini tidak dikenal lagi. Istilah yang dipakai adalah Tindak Pidana.2. Delik Formil dan Delik Materiil a.Delik formilDelik yang perumusannnya dititikberatkan kepada perbuatan yang dilarang oleh UU. Perwujudan delik ini dipandang selesai dengan dilakukannya perbuatan seperti yang tercantum dalam rumusan delik. Misalnya, Pasal 156, 209, 263 KUHP.b.Delik MateriilDelik yang perumusannnya dititikbertkan kepada akibat yang tidak dikehendaki (dilarang). Delik ini dikatakan selesai bila akibat yang tidak dikendaki itu telah terjadi. Bila belum, maka paling banyak hanya ada percobaan, misalnya : Pasal- pasal 187, 388, atau 378 KUHP.3.Delik Aduan dan Bukan Delik AduanDelik aduan adalah delik yang penuntutannya hanya dilakukan bila ada pengaduan dari pihak yang terkena, misalnya Penghinaan (Pasal 310 jo. Pasal 319 KUHP), perzinahan (Pasal 284 KUHP), pemerasan (Pasal 335 ayat (1) sub 2 jo. Ayat (2) KUHP).Delik aduan dibedakan :a.Delik aduan absolut, delik yang dapat dituntut atas dasar pengaduan.Misal, Pasal 284, 310, 332 KUHP.b.Delik aduan relatif, dalam delik aduan ini ada hubungan istimewa antara pembuat dan korban.Misal, Pasal 367 KUHP.Aduan dan laporan digunakan dalam hukum pidana. Sedangkan gugatan digunakan dalam hukum perdata.

C. Pengertian Tindak Pidana PajakTindak pidana di bidang perpajakan adalah suatu perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan pajak yang menimbulkan kerugian keuangan negara dimana pelakunya diancam dengan hukuman pidana. Ketentuan yang mengatur tindak pidana pajak terdapat dalam hukum pidana pajak yang berisi peraturan-peraturan tentang:1.Perbuatan-perbuatan apa yang dapat diancam dengan hukuman,2.Siapa-siapa yang dapat dihukum, dan3.Hukuman apa yang dapat dijatuhkan.

D. Penyidikan Tindak Pidana PajakDalam Pasal 1 angka 31 UU KUP No. 28 Tahun 2007 menyatakan bahwa penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya.Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Tujuan Penyidikan Tindak Pidana Pajak adalah:1.Agar masalah tindak pidana perpajakan menjadi terang dan jelas2.Menemukan tersangka3.Mengetahui besarnya jumlah pajak yang digelapkan

Sebelum dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan pemeriksaan berdasarkan informasi, data, laporan, dan pengaduan, kemudian dikembangkan dan dianalisis melalui kegiatan intelijen atau pengamatan yang hasilnya dapat ditindaklanjuti dengan Pemeriksaan, Pemeriksaan Bukti Permulaan, atau tidak ditindaklanjuti. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajkan hanya dapat dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jendral Pajak yang di beri wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana di bidang perpajakan. Penyidikan tindak pidana perpajakan dilaksanakan menurut ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

Wewenang Penyidik Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) UU KUP meliputi:a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;d.memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;e.melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;f.meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan;g.menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;i.memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;j.menghentikan penyidikan; dan/atauk.melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

Namun, dalam pelaksanaan penyidikan, penyidik pajak dapat menghentikan penyidikannya apabila salah satu dari empat hal berikut dipenuhi, yaitu:a.Tidak terdapat cukup bukti ; ataub.Peristiwanya bukan merupakan tindak pidana di bidang perpajakan; atauc.Peristiwanya telah daluwarsa; ataud.Tersangka meninggal dunia.

Menurut Pasal 40 UU KUP, tindak pidana di bidang perpajakn itu sendiiri daluwarsa (tidak dapat dituntut) setelah lampau waktu 10 (sepuluh) tahun sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya Bagian Tahun Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.Dalam melaksanakan penyidikan, Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang- Undang Hukum Acara Pidana. Penghentian Penyidikan dapat dilakukan karena:1.Penyidik menghentiikan penyidikan dalam hal tidak terdapat cukup bukti, atau peristiwa tersebut bukan merupaan tindak pidana di bidang perpajakan, atau penyidikan di hentikan karena peristiwanya telah daluwarsa, atau tersangka meninggal dunia. Hal ini diatur dalam Pasal 44A Undang- Undang KUP. 2.Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan paling lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permintaan. Hal ini diatur dalam Pasal 44B Undang Undang KUP. Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan dalam hal ini hanya dilakukan setelah Wajib Pajak:a.melunasi utang pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan; dan b.membayar sanksi administrasi berupa denda sebesar 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan.

0. PenuntutanPenuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahakan perkara ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang Pengadilan.Penuntut umum adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.Sebelum berkas perkara dilimpahkan ke Pengadilan, penuntut umum mempelajari berkas perkara dan dalam waktu 7 (tujuh) hari memberitahukan kepada penyidik apakah hasil penyidikan telah siap dilimpahkan ke pengadilan atau masih harus dilengkapi lagi. Apabila belum lengkap, maka berkas perkara dikembalikan ke penyidik untuk diengkapi dengan dijelaskan hal-hal yang dianggap kurang. Jika kemudian telah lengkap dan memenuhi syarat untuk dilimpahkan ke pengadilan, maka penuntut umum segera melimpahkan berkas perkara ke pengadilan dan memohon kepada pengadilan agar segera diadili dengan disertai Surat Dakwaan. Turunan surat pelimpahan perkara beserta Surat Dakwaan disampaikan kepada tersangka atau kuasa hukumnya atau penasehat hukumnya dan kepada penyidik.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanTindak pidana adalah suatu peristiwa atau tindakan melanggar hukum atau undang-undangpajak yang dilakukan oleh seseorang yang tindakannya tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan oleh undang-undang pajak telah dinyatakan sebagai suatu perbuatan pidana yang dapat dihukum. Ada beberapa jenis tindak pidana, antara lain : 1.Kejahatan dan Pelanggaran 2.Delik formil dan delik materiil 3. Delik aduan dan bukan delik aduanTindak pidana di bidang pajak adalah suatu perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan pajak yang menimbulkan kerugian keuangan negara dimana pelakunya diancam dengan hukuman pidana. penyidikan tindak pidana pajak dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil tertentu di linggkungan Direktorat Jendral Pajak yang diberi wewengan khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penuntutan adalah tindakan penuntutan umu untuk melimpahkan perkara ke pengadilan negeri yang berwewenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang agar diperiksa dan diputuskan oleh hakim di pengadilan.

B. SaranDari penjelasan di atas, diharapkan seluruh aparat negara dan petugaas pajak dapat melaksanakan tugsnya dengan baik dan tepat. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Kami selaku penulis makalah meminta maaf serta mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun demi terciptanya sebuah makalah yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8538339/Tindak_Pidana_PerpajakanZulvina, Susi. 2011. Pengantar Hukum Pajak. Jakarta.