51
LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI PHT PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH OLEH BAPAK KASIMIN DI KOTAKAN, RT 03 RW 06, KELURAHAN BAKALAN, KECAMATAN POLOKARTO, KABUPATEN SUKOHARJO Oleh: Kelompok 22 1. Akbar Fauzi W. H 0812009 Ketua 2. Ade Septiana N. H 0812002 Anggota 3. Dana Marshelia H 0812031 Anggota 4. Dimas Pratama H 0812042 Anggota 5. Dyah Ayu Sawitri H 0812051 Anggota 6. Eni Apriyanti H 0812054 Anggota 7. Evans Noor H 0812058 Anggota 8. Fahrisa Surya H 0812060 Anggota 9. Yuni Herawati H 0812196 Anggota 10. Yunike Ega W. H 0812197 Anggota 11. Yuyun Marita H 0812198 Anggota 12. Zakiah Rifqi H. H 0812199

Makalah PHT Kel. 22 (FIX)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bhv hvjhjkjnh

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUMEVALUASI PHT PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH OLEH BAPAK KASIMIN DI KOTAKAN, RT 03 RW 06, KELURAHAN BAKALAN, KECAMATAN POLOKARTO, KABUPATEN SUKOHARJO

Oleh:Kelompok 22

1. Akbar Fauzi W.H 0812009Ketua2. Ade Septiana N.H 0812002Anggota3. Dana MarsheliaH 0812031Anggota4. Dimas PratamaH 0812042Anggota5. Dyah Ayu SawitriH 0812051Anggota6. Eni Apriyanti H 0812054Anggota7. Evans NoorH 0812058Anggota8. Fahrisa SuryaH 0812060Anggota9. Yuni HerawatiH 0812196Anggota10. Yunike Ega W.H 0812197Anggota11. Yuyun MaritaH 0812198Anggota12. Zakiah Rifqi H.H 0812199Anggota

AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2014I. PENDAHULUANA. Latar BelakangPengendalian hamaterpadu (PHT)merupakan sebuah upaya dalam memanajemen budidaya untuk mempertahankan serangan hama dan penyakit dibawah ambang batas kerugian ekonomis yang terbentuk pada sebuah pendekatan dalam pengendalianhama dan penyakit tanaman. PHT dan Pertanian Berkelanjutan merupakan suatu kebijakan pemerintah yang disahkan dalam Undang-Undang. ProgramPHTmenggunakaninformasi yang ekstensif, yang dikumpulkan dalam sistempenanaman dan memerlukanpengelolaan yang cermat.Untuk meningkatkan hasil pertanian yang lebih banyak, banyak cara yang dapat dilakukan diantaranyadengan cara ekstensifikasi pertanian dan intensifikasi pertanian. Tapi dalam hal hal berbudidaya tanaman pertanianbanyak kendala yang dihadapi oleh petani..Diantara kendala itu adalah hama dan penyakit.Hama dan penyakit tanaman menyerang dan merusak usaha budidaya tanaman sehingga mengakibatkan berkurangnya kualitas dan kuantitas hasil yang diperoleh. Pengendalian yang sering dilakukan petani untuk mengendalikan hama dan penyakit adalah pengendalian secara kimia/w yaitu dengan pestisida kimia. Petani lebih memilih ini dalam pengendalian OPT (OrganismePenganggu Tanaman)tanpa mempertimbangkan efesiensi dan bahaya akibat penggunaan pestisida. Padahal ada yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit.PHT memiliki tujuan mengendalikan populasi hama agar tetap berada dibawah ambang yang tidak merugikan secara ekonomi. Strategi PHT bukanlah eradikasi melainkan pembatasan. Pengendalian hama dengan PHT disebut pengendalian secara multilateral, yaitu menggunakan semua metode atau teknik yang dikenal dan penerapannya tidak menimbulkan kerusakan lingkungan yang merugikan bagi hewan, manusia, dan makhluk hidup lainnya baik sekarang maupun pada masa yang akan datang.Hama merupakan suatu organisme atau binatang yang dapat merugikan seorang petani secara ekonomis dengan merusak dan mengganggu tanaman yang dibudidayakan. Hama menjadi musuh bagi petani dalam melaksanakan budidayanya sehingga diperlukan adanya pengendalian secara terpadu. Misalnya, Serangga (insecta), cacing (nematode), binatang menyusui, dan lain-lain. Penyakit merupakan suatu organisme mikroskopis yang juga mengganggu tingkat kesehatan dari tanaman, penyakit ini menyerang tanaman bukan disebabkan oleh binatang akan tetapi makhluk yang sangat kecil yang dapat menimbulkan gejala-gejala kerusakan yang sulit untuk diidentifikasi misalnya bakteri, virus, cendawan (jamur), dan lain-lain.Pengendalian hama dengan penyemprotan pestisida bukanlah satu-satunya cara yang tepat tetapi harus dilihat secara komprehensif dengan memperhatikan nilai-nilai ekologis, ekonomi dan kesehatan lingkungan secara umum melalui program yang kini dikenal dengan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) atau Integrated Pest Management (IPM). Misalnya dengan menggunakan musuh alami ,sanitasi, pengendalian secara mekanis dan lainnya. Penyemprotan pestisida harus dilakukan secara sangat berhati-hati dan sangat selektif bilamana tidak ada lagi cara lain untuk menekan populasi hama di lapang. PHT pada dasarnya adalah penerapan sisten bercocok tanam untuk menghasilkan tanaman yang sehat, kuat, berproduksi tinggi dan berkualitas tinggiB. TujuanAdapun tujuan dari pelaksanaan praktikum Pengelolaan Hama Terpadu ini diantaranya adalah sebagai berikut:1. Untuk mengevaluasi Pengelolaan Hama Terpadu terhadap petani2. Untuk menganalisis risiko OPT untuk musim tanam selanjutnyaC. Lokasi PraktikumLokasi praktikum pengelolaan hama terpadu yaitu di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.

II. TINJAUAN PUSTAKABawang merah (Allium cepa, grupAggregatum) merupakan komoditas holtikultura yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini umumnya ditanam dua kali dalam satu tahun, meskipun ada yang bisa ditanam sepanjang tahun. Seorang ahli taksonomi, Hanelt (1990) dalam Rabinowitch dan Currah (2002) mengoreksi klasifikasi bawang merah sebagai berikut:For many years, the nameAllium ascalonicumwas mistakenly used in literature for shallots, as the name was first given to a distinct wildAlliumspecies from the Near East. However, as nearly as 1956, J. Helm related shallot to theA. cepataxon.Sementara itu, klasifikasi bawang merah berdasarkan taksonominya adalah sebagai berikut:Kingdom:PlantaeSubkingdom:TracheobiontaSuper Divisio:SpermatophytaDivisio:MagnoliophytaSubdivisio:AngiospermaeKelas:LiliopsidaSubkelas:LiliidaeOrdo:AmaryllidalesFamili:AlliaceaeGenus:AlliumSpesies:Allium cepagrupAggregatumBawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput, berbatang pendek dan berakar serabut. Daunnya panjang serta berongga seperti pipa. Pangkal daunnya dapat berubah fungsi seperti menjadi umbi lapis. Oleh karena itu, bawang merah disebut umbi lapis. Tanaman bawang merah mempunyai aroma yang spesifik yang marangsang keluarnya air mata karena kandungan minyak eteris alliin. Batangnya berbentuk cakram dan di cakram inilah tumbuh tunas dan akar serabut. Bunga bawang merah berbentuk bongkol pada ujung tangkai panjang yang berlubang di dalamnya. Bawang merah berbunga sempurna dengan ukuran buah yang kecil berbentuk kubah dengan tiga ruangan dan tidak berdaging. Tiap ruangan terdapat dua biji yang agak lunak dan tidak tahan terhadap sinar matahari.Kegunaan utama bawang merah adalah sebagai bumbu masak. Meskipun bukan merupakan kebutuhan pokok, bawang merah cenderung selalu dibutuhkan sebagai pelengkap bumbu masak sehari-hari. Kegunaan lainnya adalah sebagai obat tradisional (sebagai kompres penurun panas, diabetes, penurun kadar gula dan kolesterol darah, mencegah penebalan dan pengerasan pembuluh darah dan maag) karena kandungan senyawa allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rahayu,Estu. 2008).Adapun teknik budidaya bawang merah menurut Singgih Wobowo (2008) yaitu harus memperhatikan hal-hal berikut ini:1) Syarat Tumbuh Bawang MerahBawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, berstruktur remah, dan bertekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 - 6.5. Tanaman bawang merah memerlukan udara hangat untuk pertumbuhannya (25 s/d 32C), curah hujan 300 sampai 2500 mm pertahun, ketinggian 0-400 mdpl, dan kelembaban 50-70 %. Tanaman bawang merah dapat tumbuh di daerah beriklim kering. Tanaman bawang merah sangat peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca berkabut (Sutarya dan Grubben 1995, Nazarudin 1999).Pada budidaya bawang merah, faktor iklim merupakan faktor yang paling berpengaruh. Apabila iklimnya sesuai, maka hampir semua tipe tanah dapat digunakan dalam budidaya bawang merah. Unsur-unsur yang termasuk dalam faktor iklim, yaitu seperti ketinggian tempat, suhu, kelembaban, cahaya, curah hujan, dan angin. Tanaman bawang merah dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi 800 dpl. Pertumbuhan optimal dijumpai di daerah dengan ketinggian antara 10-250 m dpl (Anon, 1985dalamSumarni dan Sumiati, 1995). Tanaman bawang merah dapat menghasilkan umbi yang baik pada suhu udara antara 20o-30oC, dengan suhu rata-rata 24oC (Grubben, 1990dalamSumarni dan Sumiati, 1995).2) Pengolahan TanahPengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan lapisan tanah yang gembur, memperbaiki drainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan tanah, dan mengendalikan gulma. Tanah dibajak atau dicangkul dengan kedalaman 20 cm, kemudian dibuat bedengan selebar 120 - 175 cm, tinggi 25 - 30 cm, serta panjang sesuai disesuaikan dengan kondisi lahan. Saluran drainase dibuat dengan lebar 40 - 50 cm dan kedalaman 50 - 60 cm. Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu. Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan.3) Penyediaan BibitPada umumnya perbanyakan bawang merah dilakukan dengan menggunakan umbi sebagai bibit. Kualitas umbi bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil produksi bawang merah. Umbi yang baik untuk bibit harus berasal dari tanaman yang cukup tua yaitu berumur 70 - 80 hari setelah tanam, dengan ukuran sedang (beratnya 5 - 10 gram, diameter 1,5 - 1,8 cm). Umbi bibit tersebut harus terlihat segar dan sehat, tidak keriput, dan warnanya cerah. Umbi bibit telah siap tanam apabila telah disimpan 2 - 4 bulan sejak dipanen dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi. Bibit yang bermutu adalah bibit yang seragam, murni dan sehat, berikut cirri-ciri bibit yang baik :a. Masa dormanse yang tepatb. Bila ditekan terasa keras/tidak gembosc. Bakal tunas tidak rusakd. Batang sejati tidak rusake. Tidak terserang penyakitf. Tidak membawa penyakitg. Berasal dari tanaman sehath. Pertumbuhan serempak.Lama penyimpanan bibit bawang merah adalah waktu yang diperlukan untuk menyimpan benih sampai bibit siap tanam atau masa dormanse,menurut Wibowo (1987), bibit bawang merah yang baik adalah pada penyimpanan 4 8 bulan dan jika sudah dicirikan : bila bibit dibelah sudah tumbuh tunah yang berwarna hijau yang panjangnya setengah panjang umbi.4) Penanaman dan Pemberian Pupuk DasarSetelah tanah selesai diolah selanjutnya dilakukan kegiatan pemupukan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik yang sudah matang seperti pupuk kandang sapi dengan dosis 10-20 ton/ha atau pupuk kandang ayam dengan dosis 5-6 ton/ha, atau kompos dengan dosis 4-5 ton/ha. Selain itu pupuk P (SP-36) dengan dosis 200-250 kg/ha diberikan 2-3 hari sebelum penanaman.Umbi bibit ditanam dengan jarak 10 cm x 20 cm atau 15 cm x 15 cm. Lobang tanaman dibuat setinggi umbi dengan menggunakan alat penugal. Umbi bawang merah dimasukkan ke dalam lobang tanaman dengan gerakan seperti memutar sekrup, hingga ujung umbi tampak rata dengan permukaan tanah. Setelah tanam dilakukan penyiraman dengan menggunakan embrat yang halus. 5) Pemupukan SusulanPemupukan susulan dilakukan pada umur 10-15 hari dan umur 30-35 hari setelah tanam. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan adalah : Urea 75-100 kg/ha, ZA 150-250 kg/ha, Kcl 75-100 kg/ha. Pupuk diaduk rata dan diberikan di sepanjang garitan tanaman. Dosis pemupukan bervariasi tergantung dengan situasi setempat, jika kelebihan Urea atau ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil,akan tetapi jika kurang, pertumbuhan terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan K juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.Pemupukan dapat diberikan sebanyak tiga kali, yaitu satu kali pupuk dasar dan dua kali pupuk susulan : Pemberian pupuk dasardilakuan sehari sebelum tanam atau bersamaan dengan waktu tanam dengan dosis 100 kgSp36 dan100kgNPK serta penyemprotan Mikro organismeLokal. Pemupukan susulan Pertama segera dilakukan setelah penyiangan pada umur 20 HST dengan Urea 100kg/Ha dan 100 Kg NPK Phonska sedangkan Pemupukan susulan kedua dilakukan pada umur 35 Hari setelah tanam dengan dosis 100 kg urea dan 100kg NPK. Pemupukan dilakukan dengan cara ditebar merata lalu diberi pengairan secukupnya agar pupuk dapat larut. Penyemprotan PPC Bio Chems /ZPT Gibgro 20 T dan MOL dapat dilakukan sehari setelah pemupukan pertama dan kedua, sedangkan pada umur 40, 47, 54, dan 61 HST dilakukan penyemprotan ZPT N Balancer untuk menekan pertumbuhan Vegetatif dan mempercepat proses perkembangan Umbi (Surojo,G.2006)6) PengairanTanaman bawang membutuhkan air yang cukup dalam pertumbuhannya. Penyiraman pada musim kemarau dilakukan 1 kali dalam sehari pada pagi hari atau sore, sejak tanam sampai menjelang panen.7) Menyiangan dan PembumbunanMenyiang dilakukan sesuai dengan kondisi gulma, minimal dilakukan dua kali/musim, yaitu menjelang dilakukannya pemupukan susulan. Kegiatan membumbun dilakukan saat tanaman umur 30 dan 45 hari setelah tanam atau disesuaikan dengan kondisi umbi sampai muncul ke permukaan tanah.8) Pengendalian Hama dan PenyakitHama dan penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah adalah ulat tanah, ulat daun, ulat grayak, kutu daun, nematoda akar, bercak ungu alternaria, embun tepung, busuk leher batang, otomatis/ antraknose, busuk Umbi, layu fusarium dan busuk basah.9) Panen dan Pasca PanenBawang merah dipanen apabila umurnya sudah cukup tua, biasanya pada umur 60-70 hari setelah tanam. Tanaman bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda 60-70% daun telah rebah atau leher batang lunak, sedangkan untuk bibit kerebahan daun lebih dari 90%. Panen dilakukan waktu udara cerah. Pada waktu panen, bawang merah diikat dalam ikatan-ikatan kecil (1-1.5 kg/ikat), kemudian dijemur selama 5-7 hari). Setelah kering (penjemuran 5-7 hari), 3-4 ikatan bawang merah diikat menjadi satu, kemudian bawang dijemur dengan posisi penjemuran bagian umbi di atas selama 3-4 hari. Pada penjemuran tahap kedua dilakukan pembersihan umbi bawang dari tanah dan kotoran. Bila sudah cukup kering (kadar air kurang lebih 85 %), umbi bawang merah siap dipasarkan atau disimpan di gudang.10) Kriteria Kualitas Bawang MerahKriteria kualitas bawang merah yang dikehendaki oleh konsumen rumah tangga adalah : umbi berukuran besar, bentuk umbi bulat, warna kulit merah keunguan, dan umbi kering askip. Sedangkan konsumen luar (untuk ekspor) yang dikehendaki adalah : umbi berukuran besar, bentuk umbi bulat, wana kulit merah muda, dan umbi kering lokal.

III. METODE PENGAMATANA. Metode DasarMetode dasar yang digunakan dalam Praktikum Pengelolaan Hama Terpadu adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dalam praktikum atau penelitian berarti memusatkan diri pada pemecahan masalah yang terjadi saat ini, kemudian data dijelaskan dan dianalisis. Metode ini bekerja pada masalah yang terjadi di lahan, dimana data yang diperoleh dari lahan akan dianalisis. Penentuan atau penetapan sampel lahan pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu penentuan lahan yang sengaja dipilih untuk diamati. Pada praktikum kali ini, berlaku sebagai sampel adalah lahan bawang merah milik Bapak Kasimin di Desa Kotakan, RT 03 RW 06 Bakalan, Polokarto, Sukoharjo. B. Metode Pengumpulan DataMetode yang digunakan dalam pengumpulan data pada praktikum Pengelolaan Hama Terpadu ini adalah dengan teknik observasi, wawancara dan pencatatan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan.1. ObservasiObservasi adalah dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. Penyaksian dengan melihat, mendengar, merasakan yang kemudian dicatat seobyektif mungkin. Dengan jenis pengamatan, baik pengamatan dengan partisipasi penuh, partisipan dan pengamat sempurna (Creswell, 2002). Observasi dalam kegiatan praktikum Pengelolaan Hama Terpadu dilakukan dengan melakukan kegiatan pengamatan langsung terhadap lahan bawang merah. 2. WawancaraWawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Wawancara juga menangkap perasaan, pengalaman, emosi dan motif yang dimikili responden. Dengan beberapa jenis wawancara, yaitu wawancara berstruktur dan tidak atau wawancara campuran. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dilakukan oleh praktikan dengan bertanya langsung kepada pemilik lahan sekaligus pengelola lahan bawang merah Bapak Kasimin mengenai kondisi pertanaman, OPT, lingkungan, teknik budidaya, analisis ekonomi dan informasi lainnya yang diperlukan.3. PencatatanPencatatan adalah kegiatan menulis atau mendokumentasikan suatu informasi yang di anggap penting. Teknik Pengumpulan data dengan pencatatan yaitu mahasiswa mencatat langsung dari brosur ataupun buku-buku yang tersedia ataupun dari penjelasan pemilik lahan bawang merah sebagai responden.C. Metode Analisis DataData yang telah dikumpulkan dalam Praktikum Pengelolaan Hama Terpadu dianalisis dengan tabulasi persentatif baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam tahapan sebagai berikut :1. Mengidentifikasi Masalah di LapangMahasiswa melakukan identifikasi awal di lapangan lahan pertanaman budidaya bawang merah. Kegiatan ini meliputi identifikasi gejala serangan hama yang kemungkinan dialami oleh pertanaman budidaya bawang merah. Setelah diketahui dengan benar, mahasiswa mampu mengidentifikasi hama yang menyerang pertanaman sesuai dengan gejala yang ditunjukkan.2. Bertanya Pada AhliKesahihan identifikasi dalam proses sebelumnya kemudian diperkuat dengan kegiatan bertanya kepada ahli. Ahli setidaknya akan memberikan rekomendasi yang jauh lebih baik mengenai identifikasi hama tersebut. Sehingga akan didapatkan hasil analisis data yang baik.

3. Pencocokan LiteraturKasus-kasus hama tertentu yang ditemukan mahasiswa di lapangan dilanjutkan dengan pencarian penjelasan-penjelasan yang lebih mendalam dan komprehensif berdasarkan teori atau hasil penelitian yang relevan.4. Uji LaboratoriumProses analisis paling mendalam melalui uji laboratorium yang dapat dilakukan dengan pengawasan para ahli guna pengujian data yang telah ditemukan.D. Metode Pengambilan SampelPengambilan sampel dalam Praktikum Pengelolaan Hama Terpadu dilakukan dengan metode simple random sampling atau sampel acak sederhana. Dimana setiap unsur populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Jumlah populasi sampel yang diambil adalah sebanyak 30 tanaman dengan pola diagonal.

VVVVVV

VVVVVV

VVVVVV

VVVVVV

VVVVVV

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel

E. Cara BudidayaMetodologi yang digunakan untuk mengetahui cara budidaya tanaman adalah dengan metode wawancara langsung terhadap pemilik lahan yaitu Bapak Kasimin. Selain metode wawancara, penelitian cara budidaya juga dilakukan dengan metode observasi langsung pada lahan. Dengan melakukan observasi langsung pada lahan, kita dapat mengetahui kondisi sebenarnya dan cara budidaya yang telah diterapkan pada lahan oleh petani.F. Cara Mendapatkan Informasi Kondisi OPTMetodologi yang digunakan dalam mendapatkan informasi kondisi OPT adalah dengan cara wawancara langsung kepada pemilik lahan. Metode ini digunakan karena degan mewawancarai langsung pemilik lahan, kita bisa tahu kondisi OPT yang sebenarnya pada lahan. Informasi kondisi OPT juga dilakukan dengan observasi langsung agar kita bisa melihat dengan jelas OPT apa yang sebenarnya ada dan menyerang lahan. Selanjutnya untuk memperoleh informasi tentang OPT lebih lanjut, metode yang digunakan adalah dengan mencari data baik dari internet ataupun dari dosen pembimbing.G. Cara Mendapatkan Informasi Kondisi PertanamanInformasi tentang kondisi pertanaman di lahan pengamatan dan sekitarnya didapat dengan mewawancarai langsung pemilik lahan dan observasi langsung.Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi selengkap-lengkapnya mengenai kondisi pertanaman yang ada di lahan pengamatan. Observasi secara langsung dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kondisi pertanaman pada lahan secara faktual.H. Cara Mendapatkan Informasi Kondisi LingkunganMetode yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi lingkungan adalah dengan observasi secara langsung.Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung kondisi lingkungan pada lahan dan lingkungan disekitarnya agar data yang didapat sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan.Selain metode tersebut, wawancara langsung kepada pemilik lahan dan warga sekitar juga dilakukan agar informasi yang didapatkan semakin lengkap.I. Analisis EkonomiUntuk dapat menghitung analisis ekonomi dari suatu usaha tani, kita harus mengetahui variabel-variabel apa saja yang harus dimasukkan dalam perhitungan ekonomi. Wawancara langsung kepada petani berguna untuk memperoleh informasi tentang biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan dalam usaha taninya. Metode yang dilakukan dalam analisis ekonomi usaha tani tersebut adalah dengan mengihitung keseluruhan biaya yang dikeluarkan, baik langsung maupun tidak langsung, dan menghitung pendapatan dari usaha tani tersebut.Selanjutnya, setelah semua itu dihitung, kita dapat mengetahui usaha tani tersebut menguntungkan atau tidak dengan perhitungan B/C atau R/C ratio.J. Penggunaan Tenaga KerjaTenaga kerja dalam dunia pertanian sangat diperlukan dan merupakan salah satu input dalam usaha tani. Tenaga kerja akan menentukan hasil atau produktivitas dari suatu usaha tani. Akan tetapi penggunaan tenaga kerja di pertanian kebanyakan berasal dari lingkungan internal atau merupakan anggota keluarga mereka sendiri, sehingga akan menghemat biaa pengeluaran, yang mana banyak dari mereka yang tidak diberikan upah. Metode yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang penggunaan tenaga kerja adalah metode wawancara. Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi yang lengkap dari pemilik lahan.Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik lahan Bawang Merah, yaitu Bapak Kasimin, penggunaan tenaga kerja sangat dibutuhkan. Akan tetapi tenaga kerja tersebut berasal dari eksternal atau dengan kata lain bukan berasal dari anggota keluarga.

IV. HASIL PENGAMATANA. Kondisi Umum LahanLahan budidaya bawang merah yang diamati terletak di Kotakan RT 3 RW 6 Desa Bakalan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo dengan luas sebesar 800 m2. Saat awal pengamatan umur dari tanaman bawang merah sudah 10 hari. Musim tanam sebelum menanam bawang merah, lahan tersebut merupakan lahan padi sawah. Lahan tersebut memiliki agregat yang mantap dan gembur, serta kondisi biologi yang baik. Kondisi lahan terletak di tepi jalan desa. Lahan yang dimiliki oleh Bapak Kasimin dan Ibu Sumini memiliki jarak tanam 10 x 10 cm, jarak ini cukup lebar sehingga bawang merah dalam pertumbuhannya akan memperoleh sinar matahari yang baik.Kondisi lahan bawang merah terlihat sangat subur dengan tanah yang basah bahkan di tempat praktikum ini genangan air mencapai setengah dari ketinggian bedengan lahan. Selain itu, kondisi lahan pengamatan praktikum bersifat terbuka tanpa adanya naungan atau penutupan di area lahan. Kondisi terbuka merupakan salah satu syarat tumbuh dari tanaman bawang merah karena tanaman harus mendapatkan intensitas penyinaran matahari secara optimal.Luas lahan bawang merah yang sebesar 800 m2 di budidayakan cara tanam dengan menggunakan pembuatan bedengan supaya mempermudah petani dalam mengatur jarak tanam dari bawang merah. Jarak tanam yang teratur akan mempengaruhi proses tumbuh kembang dari tanaman tersebut. Selain itu, tanaman dari bawang merah sendiri akan lebih terjaga dari genangan air yang akan mengakibatkan pembusukan melalui akar.Tanaman bawang merah memiliki 60 hari masa tanam. Perawatan selalu dilakukan petani untuk menjaga kondisi lahan serta hama penyakit yang menyerang. Terdapat hama ulat yang berada di dalam daun sebagai salah satu potensi hama bawang merah yang dapat mengancam dari pertumbuhan tanaman tersebut. Pada lahan praktikum bawang merah telah menerapkan penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama yang menyerang.B. Cara Budidaya TanamanJenis komoditas yang ditanami pada lahan ini adalah bawang merah. Bawang merah ini memiliki umbi yang cukup besar serta lahannya memiliki produktivitas yang tinggi. Alasan menanam bawang merah ini adalah karena dengan menanam bawang merah ini keuntungan yang didapatkan lebih besar dibanding dengan menanam padi sebelumnya, serta karena ingin melakukan pergantian tanaman di setiap musimnya.1. Persiapan Lahana. Pembersihan lahan dari gulma.b. Pembentukan bedengan-bedengan dengan menempatkan parit di antara bedengan tersebut. Fungsi parit adalah sebagai tempat air masuk dan tempat untuk membuang air yang berlebihan. Lebar bedengan sekitar 100-120 cm, sedang ukuran parit sekitar 30-35 cm dengan kedalaman 30-40 cm.c. Pemberian pupuk baik pupuk organik (Kujang) maupun buatan (Urea, MES, Kcl) di sekitar bedengan.2. Waktu Tanama. Waktu ideal untuk menanam bawang merah adalah pada musim kemarau. Tetapi karena untuk pertumbuhannya membutuhkan banyak air, maka harus dilengkapi dengan system pengairan yang baik, agar tanaman tidak kekurangan air dan juga tidak becek. b. Lakukan penanaman pada saat cuaca sedang cerah. Jangan melakukan penanaman pada saat pancaroba atau pergantian musim, karena ketika itu sering terjadi angin kering. Akibat yang ditimbulkan dari angin kering, akan membuat daun tanaman patah dan ujung-ujung daun seperti terbakar. c. Pada saat berkabut juga tidak baik untuk menanam bawang merah, karena udara berkabut dapat menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh jamur.

3. Pemilihan Bibita. Ukuran umbi bibit yang digunakan adalah 3-4 gram/umbi.b. Umbi bibit disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)c. Umbi bakal bibit tersebut juga harus berasal dari tanaman yang sehat dengan ciri-ciri: terlihat cerah, segar, tidak kisut, dan tidak terdapat warna hitam yang menjadi tanda adanya serangan penyakit yang di sebabkan jamur.4. Penanamana. Pola tanam yang diterapkan adalah pola tanam monokultur.b. Penanaman dengan kedalaman 8-10 cm dengan jarak 10 x 10 cm dari tepi bedengan.c. Penanaman dilakukan dengan cara mencelupkan bibit (masih ada medianya) yang telah disemaikan ke dalam air terlebih dahulu sehingga plastik dapat ditarik dan bibit beserta media tanamnya dapat terlepas.d. Setelah bibit beserta media tanamnya terlepas, kemudian bibit langsung ditanam beserta medianya.5. Pemeliharaana. Penyiraman pada budidaya bawang merah dilakukan sehari dua kali setiap pagi dan sore. b. Pemberian pupuk organik dan pupuk buatan baik pada masa vegetatif maupun generatif tanaman. c. Pemupukan susulan diberikan setelah tanaman bawang merah berumur 2 minggu. Jenis pupuk terdiri dari campuran urea, ZA, dan KCl yang diaduk rata. d. Penyiangan gulma biasanya dilakukan sebanyak dua kali dalam satu musim tanam. Namun apabila serangan gulma menghebat, penyiangan dilakukan tanpa menunggu pemberian pupuk susulan.e. Penyiangan dilakukan pada cabang dan daun yang mengganggu pertumbuhan bawang merah.

6. Pengendalian Hamaa. Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan perangkap alami dari botol air mineral yang sudah dilumuri lem.b. Dalam mengendalikan hama yang menyerang tanaman bawang merah dilakukan dengan memotong bagian daun yang sudah terserang oleh ulat.c. Dalam memberantas hama digunakan pestisida CNG, Biotogro, dan Digro.7. Panena. Panen dapat dimulai pada umur 60 HST dengan ciri-ciri:1) Batang lemas atau roboh, normalnya ini terjadi pada usai tanam 60 sampai dengan 90 hari.2) Bentuk umbi yang sempurna, sebagian sudah nampak di permukaan tanah, umbi sudah berwarna merah tua atau keunguan dan berbau khas bawang merah.b. Pemanenan dilakukan pada pagi hari atau ketika cuaca cerah. Setelah di panen bawang merah harus di jemur selama seminggu atau dua minggu, agar umbi menjadi tahan lama. Setelah siap lalu bawang merah disimpan dalam karung jala-jala dengan suhu sekitar 30-33 C.C. Keadaan OPT1. Jenis HamaHama yang menyerang tanaman bawang merah yang telah diamati terdapat satu hama yaitu ulat daun. Ulat daun (Spodoptera exigua Hubner). Ordo : Lepidoptera; Famili : Noctuidae) Serangan hama ini dapat menyebabkan kerugian yang tidak sedikit.Imago betina meletakkan telur pada malam hari, telur diteletakkan secara berkelompok pada permukaan daun tanaman bawang merah dan telurnya berbentuk oval. Seekor serangga betina dapat menghasilkan kurang lebih 2000 sampai 3000 butir telur . Dalam suatu kelompok telur terdapat 30 100 butir bahkan dapat mencapai 350 butir. Telur-telur dapat menetas dalam waktu 2 5 hari dan telur umumnya menetas pada pagi hari.Larva (ulat) muda terdiri dari enam instar kadang ada juga yang lima instar. Larva berwarna hijau dengan garis-garis hitam pada punggungnya, berukuran 1,2 1,5 mm. Sedangkan larva instar lanjut (2-5), berwarna hijau (umumnya didataran rendah) dan berwarna cokelat (umumnya didataran tinggi), dengan garis kuning pada punggungnya. Larva berukuran antara 1,5 19 mm, aktif pada malam hari, dan stadium larva berlangsung selama 8-10 hari. Setelah melalui instar akhir, larva mejatuhkan diri ke tanah untuk berkepompong (pupa). Larva S.exigua mempunyai sifat polifag (pemakan segala).Pupa berwarna cokelat muda dengan panjang 9-11 mm. Pupa berada di dalam tanah 1 cm, dan sering dijumpai juga pada pangkal batang, terlindung di bawah daun kering. Lama hidup pupa berkisar antara 6 7 hari. Siklus hidup dari telur sampai imago adalah 3 4 minggu. Ngengat mempunyai sayap depan berwarna cokelat tua dengan garis-garis kurang tegas dan terdapat bintik-bintik hitam, rentangan sayap antara 25-30 mm. Sayap belakang berwarna keputih-putihan dan tepinya bergaris-garis hitam. Ngengat betina mulai bertelur pada umur 2-10 hari.a. Populasi HamaProduksi bawang merah musim tanam ini terbilang mengalami kerugian akibat serangan dari ulat Spodoptera exigua. Spodoptera exigua merupakan satu-satunya hama yang ada di lahan ini. Populasi hama ulat yang menyerang diperkirakan mencapai 60-70 % dari total lahan. Populasi yang besar ini mengakibatkan kesulitan bagi petani untuk melakukan penanganan, karena penyebaran hama yang terlalu cepat. Maka dengan adanya populasi hama yang sangat menguasai lahan mengakibatkan produktivitas menurun dan mengurangi nilai keuntungan.

Tabel 1. Populasi Hama Ulat Daun (Spodoptera exigua Hubner)SampelJumlah Hama Ulat Daun(Spodoptera exigua Hubner)

Minggu IMinggu IIMinggu IIIMinggu IV

11130

24220

31210

42240

51210

63131

73230

82131

93230

101333

112122

121232

132232

142131

151241

160321

171312

181132

190122

201101

211121

222122

232111

241121

251111

263332

271132

282122

291121

302232

Rata-rata1,61,62,31,2

Sumber : Logbookb. Populasi Musuh Alami Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga. Musuh alam biasanya mengurangi jumlah populasi serangga, inang atau pemangsa, dengan memakan individu serangga. Untuk beberapa spesies, musuh alami merupakan kekuatan utama yang mengatur dinamika populasi serangga, sehingga penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana musuh alami dapat mempengaruhi populasi serangga untuk mengestimasi pengaruhnya. Tabel 2. Populasi Musuh AlamiJenis Musuh AlamiJumlah /Tanaman

Minggu IMinggu IIMinggu IIIMinggu IV

Capung (Orthetrum testaceum)2 / 182 / 204/213/20

Kumbang Coccinelidae (Coleoptera)3/183/225/214/22

Rata-rata 0,270,230,420,33

Sumber : Logbookc. Intensitas Kerusakan Hama Ulat Daun (Spodoptera exigua Hubner)Serangan hama dapat dihitung dengan rumus intesitas hama. Perhitungan ini berhubungan dengan perbandingan jumlah daun yang terserang pada sempel tanaman bawang merah kemudian dikategorikan berdasarkn persentase serangan. Intensitas tersebut dituliskan dalam bentuk persentase.Tabel 3. Intensitas Kerusakan Hama Ulat Daun (Spodoptera exigua Hubner)WaktuIntensitas Kerusakan (%)

Minggu I20,50 %

Minggu II13,72 %

Minggu III36,81 %

Minggu IV15,09 %

Sumber : Logbook2. Penyakit TanamanPenyakit yang ditemukan di lahan bawang merah I yaitu mati ujung yang disebabkan oleh Phytophora porii. Awalnya pathogen hanya menyerang sedikit tanaman akan tetapi semakin lama penyakit semakin menyebar hingga hampir menyerang seluruh tanaman yang ada pada lahan tersebut. Penyakit yang terjadi di lahan bawang merah I ini mengalami peningkatan keparahan secara terus-menerus setiap minggunya yang menyebabkan hampir seluruh tanaman terserang penyakit ini. Penyakit ini disebabkan oleh adanya jamur yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Jamur ini semakin lama akan semakin menyebar apabila tidak dilakukan tindakan penanggulangan. Jika udara lembab maka akan terbentuk massa jamur seperti beludru. Massa jamur semakin lama akan menyebar sehingga daun berubah warna menjadi putih dan akhirnya mati. Gejala-gejala yang ditimbulkan apabila tanaman terserang penyakit ini adalah sebagai berikut:1) Pada awal infeksi pucuk daun berwarna kuning 2) Pucuk daun kemudian berlanjut menjadi kering 3) Pada akhirnya warna daun berubah menjadi putih dan akhirnya mati. Keberadaan penyakit ini perlu mendapat perhatian khusus dari petani bawang merah karena penyakit ini dapat menurunkan kualitas dan kuantitas dari produk yang dihasilkan. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat pada lahan apabila tidak segera dilakukan upaya pengendalian terhadap penyakit tersebut. Upaya pengendalian yang dilakukan oleh petani untuk menanggulangi persebaran penyakit tersebut yaitu dengan melakukan pemetikan pada ujung daun bawang merah yang terkena penyakit agar penyakit tidak menular ke bagian bawah daun. Pemetikan daun yang sakit dilakukan manakala petani menemukan daun yang sakit pada saat kegiatan penyiraman. Pemetikan daun yang sakit ini dilakukan untuk meminimalisasi penyebaran penyakit pada lahan bawang merah 1 tersebut.3. Jenis dan Populasi Gulma DominanGulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena keberadaannya menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Gulma yang menyerang budidaya tanaman bawang merah yang dilakukan oleh Bapak Kasimin adalah jenis gulma rumput teki. Gulma teki-tekian memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Kelompok gulma ini mencakup semua anggota Cyperaceae seperti teki ladang (Cyperus rotundus), udelan (Cyperus kyilingia), dan Scirpus maritimus.Rumput teki (Cyperus rotundus) adalah gulma pertanian yang biasa dijumpai di lahan terbuka. Klasifikasi ilmiahnya sebagai berikut:Kingdom: PlantaeSubkingdom: TracheobiontaSuper Divisi: SpermatophytaDivisi: MagnoliophytaKelas: LiliopsidaSub Kelas: CommelinidaeOrdo: CyperalesFamily: CyperaceaeGenus: CyperusSpesies: Cyperus rotundus L. (Wikipedia)4. Kondisi Lingkungan yang Mempengaruhi Serangan HamaTanaman bawang merah tumbuh optimal dengan ketinggian 0-400 m dpl, tempat terbuka tanpa naungan dengan pencahayaan kurang lebih 70%, bawang merah memerlukan sinar matahari cukup panjang, tiupan angin sepor-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan pembentunkan umbi, bawang merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, jenis tanah lempung berpasir, pH 5,5-6,5, drainasi dan serasi dengan baik.Kondisi lingkungan dilahan sangat mendukung untuk perkembangan hama maupun peyakit. Antar bedengan selalu digenangi air. Hal ini mengakibatkan kondisi lahan menjadi lembab dan menyebabkan hama mudah sekali menyerang tanaman. Kondisi lahan antar petak juga berbeda karena salah satu lahan tercemar limbah rumah tangga sehingga hal ini berpengaruh terhadap ketahanan tanaman. Keberadaan hama dan penyakit tersebut menyebabkan petani menggunakan pestisida secara berlebihan karena petani beranggapan bahwa keberhasilan usahatani ditentukan oleh keberhasilan pengendalian hama dan penyakit, yaitu dengan meningkatkan takaran, frekuensi dan komposisi jenis campuran pestisida yang digunakan. Akibatnya biaya usahatani bawang merah semakin tinggi dan keuntungan yang diperoleh tidak seimbang serta tidak memperhatikan konsep pertanian ramah lingkungan. Dampak lain penggunaan pestisida yang berlebihan yaitu ledakan dari hama sekunder.Pola tanam yang umum dikerjakan oleh petani bawang terutama di lahan irigasi, adalah padi bawang merah bawang merah bawang merah atau padi bawang merah cabai merah bawang merah. Padi ditanam pada musim penghujan. Waktu yang dipilih untuk merotasi tanah dengan tanaman padi tidak serentak. Sejak akhir musim penghujan sampai dengan pertengahan musim penghujan berikutnya petani menanam bawang merah pada lahannya atau kadang-kadang di sela dengan tanaman jagung. Pola tanam demikian merupakan pola tanam yang tidak memutus siklus hidup hama S. exigua. Keadaan ini menyebabkan tersedianya semua stadia pertumbuhan bawang merah serta tersedianya inokulum hama ulat S. exigua. dalam areal yang luas di lapangan. Penggunaan insektisida untuk mengendalikan hama ulat S. exigua masih menjadi andalan utama para petani, sehingga insektisida menjadi jaminan utama untuk keberhasilan usahatani.Sampai saat ini telah banyak hasil penelitian yang menyajikan komponen-komponen pengendalian yang dapat dirakit dalam satu pengendalian secara PHT diantaranya adalah penerapan budidaya tanaman sehat, pergiliran tanaman, penanaman serentak, pengendalian secara mekanis, penggunaan seks feromon, penggunaan alat semprot yang tepat, pengendalian secara hayati. Namun jika lingkungan sudah kurang sesuai bagi pertanaman bawang merah, terutama pada saat tanam bulan Agustus, yang pada saat tersebut temperatur udara sangat panas (di atas 29C), tidak ada curah hujan, sumber infeksi hama sudah tersedia di sekitar pertanaman karena sudah ada pertanaman sejak awal musim kemarau, populasi hama dapat meningkat dengan sangat cepat dalam waktu 1-2 hari diperlukan alternatif komponen pengendalian yang lain.D. Analisis EkonomiAnalisis ekonomi atau analisis usaha tani merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan dan kerugian yang diterima oleh petani. Analisis Ekonomi dari usahatani bawang merah ini diketahui dengan melakukan perhitungan untuk mengidentifikasi hasil dari usaha tani tersebut. Cara pengidentifikasian ini dengan mengetahui luas lahan, hasil produksi dan harga jual per kg. Perhitungan dilakukan seperti di bawah ini:Luas lahan = 800 m2Teknik budidaya pemeliharaan secara intensifHasil produksi = 5 kwintal = 500 kgHarga jual = Rp 8.000,00/ kgTabel 4. Biaya Produksi Tanaman Bawang Merah UraianVolume Harga Satuan (Rp)Nilai (Rp)

1. Biaya Variabel

a. Benih (kg)3,515.00052.500

b. Pupuk

Pupuk organik (kg)10255020.000

TSP (kg)702.00025.500

Za (kg)201.40028.000

c. Insektisida (ml)20035070.000

d. Pengairan (ml)e. Lem Tikus11 20.00015.00020.00015.000

Total231.000

2. Biaya Tetap

a. Tenaga Kerja (Dalam)300

Total0

Sumber : LogbookProduktivitas bawang merah dengan luas lahan 800 m2 adalah 500 kg. Harga bawang merah ditingkat petani Rp 8.000,00/kg. 1. Pendapatan (TR) = Jumlah hasil produksi x harga produk per kg = 500 kg x Rp 8.000,00= Rp 4.000.000,-2. Total Biaya (TC) = Biaya variabel + biaya tetap = Rp 231.000 + Rp 0 = Rp 231.000,-3. Penerimaan = TR TC= Rp 4.000.000,00 - Rp 231.000,00= Rp 3.769.000,-4. Break Even Point (BEP)a. BEP Produksi= = = 462 kgJumlah di atas menunjukkan bahwa pada saat diperoleh produksi 462 kg bawang merah dari usaha tani tersebut tidak menghasilkan keuntungan maupun mengalami kerugian. b. BEP Harga Produksi= = = Rp 8.875 / kgJumlah tersebut menunjukkan bahwa pada saat harga bawang merah di tingkat petani sebesar Rp 8.875/kg, maka usaha tani bawang merah tidak mendapat keuntungan dan akan mengalami kerugian.5. B/C Ratio= = = 17,3Nilai B/C Ratio sebesar 17,3 menunjukkan bahwa dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp 231.000,00 akan memperoleh keuntungan sebesar 17,3 kali lipat.

6. ROI (Return of Investment)ROI bertujuan untuk mengetahui keuntungan usaha berkaitan dengan modal yang dikeluarkan.ROI= = = 73,16 %Nilai ROI sebesar 73,16 % menggambarkan bahwa setiap Rp 100 yang digunakan akan diperoleh kerugian sebesar Rp 73,16. Nilai ROI yang rendah menunjukkan bahwa usaha tani bawang merah sangat tidak efisien.

V. PEMBAHASANBawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun pada saat-saat tertentu sering mengalami banjir produksi sehingga harganya anjlok. Diperparah lagi dengan kebijakan impor yang diterapkan pemerintah yang seringkali memperparah kejatuhan harga bawang merah di pasaran. Untuk menghindari fluktuasi harga yang sangat merugikan petani, perlu upaya untuk melakukan budidaya bawang merah diluar musim. Seiring dengan pembatasan kegiatan budidaya di musim-musim puncak. Budidaya bawang merah memerlukan penyinaran matahari lebih dari 12 jam sehari. Tanaman ini cocok dibudidayakan di dataran rendah dengan ketinggian 0 hingga 900 meter dari permukaan laut. Suhu optimum untuk perkembangan tanaman bawang merah berkisar 25-320Celcius. Sedangkan keasaman tanah yang dikehendaki sekitar pH 5,6-7.Keadaan organisme penggangu tanaman (OPT) pada praktikum ini berupa hama tanaman bawang merah. Bawang merah sendiri memiliki 60 hari masa tanam. Saat dilakukannnya praktikum banyak terdapat gejala-gejala dari hama tanaman bawang merah ini berupa daun yang terdapat bekas gigitan tidak rata pada pinggiran daun, dan daun berubah warna. Selama melakukan pengamatan pada lahan bawang merah ini hanya ditemukan mengenai serangan hama pada pertanaman bawang merah yang dijadikan sebagai sampel untuk pengamatan sedangkan untuk gejala penyakit pada pertanaman bawang merah tidak ditemukan sehingga hanya penjelasan dari petani bawang merah sebagai informasi. Tanaman Bawang Merah tidak seluruhnya diamati, namun hanya beberapa saja yang akan diamati yang selanjutnya akan disebut sampel. Dari jumlah populasi tanaman yang ada diambil 10% dari jumlah populasi atau kurang lebih sekitar 30 tanaman untuk menjadi sampel. Luas lahan dari bawang merah sebesar 800 m2 , jarak tanam yang digunakan untuk tanaman bawang merah sekitar 10 cm x 10 cm untuk setiap tanaman.Serangan dapat diartikan sebagai bentuk aktivitas OPT untuk menimbulkan kerusakan pada tanaman sedangkan kerusakan adalah efek dan aktivitas OPT pada tanaman dan biasanya ditinjau dari segi fisiologis dan ekonomis. Kerusakan tanaman karena serangan OPT sangat beragam tergantung pada gejala serangannya, sehingga dikenal kerusakan mutlak atau dianggap mutlak dan tidak mutlak. Kerusakan mutlak adalah kerusakan yang terkadi secara permanen/keseluruhan pada tanaman bagian tanaman yang akan dipanen, misalnya kematian seluruh jaringan tanaman dan layu. Sedangkan yang dianggap mutlak seperti terjadinya busuk, rusaknya sebagian jaringan tanaman sehingga tanaman atau bagian tanaman tidak produktif lagi. Kerusakan tidak mutlak, merupakan kerusakan sebagian tanaman seperti daun, bunga, buah, ranting, cabang, dan batang.Budidaya bawang merah mempunyai banyak jenis hama dan penyakit. Namun yang paling sering menyerang di sentra-sentra produksi adalah hama ulat dan penyakit layu. Hama ulat (Spodoptera sp.)menyerang daun, gejalanya terlihat bercak putih pada daun. Bila daun diteropong terlihat seperti gigitan ulat. Hama ini ditanggulangi dengan pemungutan manual, ulat dan telur diambil untuk dimusnahkan. Bisa juga dengan menggunakan feromon sex perangkap, gunakan sebanyak 40 buah per hektar. Bila serangan menghebat, kerusakan lebih dari 5% per rumpun daun, semprot dengan insektisida yang berbahan aktif klorfirifos. Penyakit layu fusarium, disebabkan oleh cendawan. Gejalanya daun menguning dan seperti terpilin. Bagian pangkal batang membusuk. Penanganannya dengan mencabut tanaman yang mati kemudian membakarnya. Penyemprotan bisa menggunakan fungsidia.Produksi bawang merah musim tanam ini terbilang mengalami kerugian akibat serangan dari ulat Spodoptera exigua. Organisme pengganggu tanaman yang terdapat pada lahan bawang merah tersebut dapat berkembang dengan cepat karena kondisi lingkungan yang cocok untuk perkembangan hidupnya. Hama yang menyerang tanaman bawang merah dalam sample yaitu berupa ulat daun (Spodoptera exigua Hubner. Ordo : Lepidoptera; Famili : Noctuidae). Serangan hama ini dapat menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Sementara siklus hidup dari ulat ini yaitu telur sampai imago adalah 3 4 minggu. Kondisi lingkungan dengan kondisi yang lembab serta cuaca atau iklim yang tidak menentu ini juga berakibat dengan pertumbuhan hama yang menyerang lahan bawang merah menjadi meningkat serangannya hingga 60-70%, namun hal tersebut tenyata dapat diatasi oleh petani bawang merah.Pada praktikum pengamatan minggu pertama ini diperoleh intensitas Kerusakan (IS) sebesar 20,50%. Angka ini menunjukkan bahwa serangan hama yang menyerang tanaman bawang merah memiliki intensitas ringan. Hal ini dikarenakan karena belum banyaknya hama yang terdapat pada tanaman bawang merah, sehingga daun yang diserang belum banyak. Sedangkan keparahan serangan pada minggu pertama ini mencapai 30,83%. Angka ini menunjukkan bahwa tanaman dalam 4 minggu mengalami kerusakan mutlak. Kerusakan mutlak berarti intensitas kerusakan pada tanaman bersifat permanen.Pada praktikum pengamatan minggu ke 2 ini diperoleh intensitas serangan (IS) sebesar 13,72%. Angka ini menunjukkan bahwa serangan hama yang menyerang tanaman bawang merah memiliki penurunan intensitas dari minggu sebelumnya. Hal ini dikarenakan pengendalian hama yang dilakukan secara mekanis maupun kimiawi berupa penyemprotan insektisida. Sedangkan keparahan serangan pada minggu ke-2 ini mencapai 27,5%. Pada pengamatan minggu ke-3 ini diperoleh intensitas serangan (IS) sebesar 36,81%. Angka ini menunjukkan bahwa serangan hama yang menyerang tanaman bawang merah memiliki peningkatan dari minggu ke-2. Faktor penyebab hal ini dapat dikarenakan kondisi lingkungan yang memungkinkan timbulnya hama. Keparahan serangan pada minggu ke-3 ini mencapai 50,83%. Pengamatan minggu ke-4 ini diperoleh intensitas serangan (IS) sebesar 15,09%. Sedangkan keparahan serangan pada minggu ke-4 ini mencapai 20,83%. Suatu budidaya yang dilakukan petani dilahan tidak lepas dari adanya usahatani, usahatani disini untuk mengetahui seberapa besar biaya produksi, penerimaan dan pendapatan yang diperoleh petani. Sehingga dengan adanya analisis usahatani ini diharapkan petani dapat mengetahui tingkat efisiensi yang baik. Lahan pada praktikum ini tidak terdapat biaya sewa lahan karena merupakan lahan milik pribadi. Biaya pengeluaran pada usahatani ini berupa biaya produksi yang meliputi pembelian benih bawang merah, sarana irigasi atau berupa air untuk melangsungkan proses penyiraman tanaman, pembelian pupuk organik dan non organik, insektisida. Pada usahatani ini tidak terdapat biaya tenaga kerja karena tenaga kerja dihasilkan dari tenaga kerja sendiri bukan tenaga kerja luar. Sehinggga total biaya produksi pada usahatani tanaman bawang merah ini sejumlah Rp 231.000,-Tanaman bawang merah Bapak Kasimin ini di panen pada hari Sabtu 6 Desember 2014. Bawang merah yang dihasilkan pada panen kali ini sejumlah 500 kg, dengan harga jual Rp. 8.000,-/kg sehingga penerimaan yang didapatkan dari tanaman bawang merah ini sejumlah Rp. 4.000.000,- dengan pendapatan bersih Rp 3.769.000,- yang dihasilkan dari penerimaan dikurangi dengan biaya produksi. Pada suatu usaha tani, perlu adanya Break Even Point (BEP) yang digunakan untuk mengetahui tingkat titik impas pada suatu produksi, jika seorang petani menerapkan sistem BEP ini maka petani akan mengetahui titik dimana petani tidak mengalami kerugian maupun keuntungan. Dari data perhitungan yang dilakukan, BEP pada usahatani bawang merah ini terdapat BEP produksi dan BEP harga yang masing-masing memiliki nilai Rp 462,-/kg dan Rp 29,- sedangkan ROI (Return Of Investation) pada usaha tani ini adalah sebesar 73,16 %. Hal ini maksudnya adalah pengembalian keuntungan yang diperoleh petani dari hasil budidayanya sehingga petani dapat melakukan investasi pada setiap usahatani yang dilakukannya. Jumlah ROI tersebut memiliki jumlah yang cukup besar, dalam arti petani memiliki keuntungan yang besar karena adanya usahatani tanaman bawang merah ini.

VI. KESIMPULANBerdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan keadaan organisme pengganggu tanaman (OPT) pada praktikum ini maka dapat ditarik kesimpulan antara lain :1. Kondisi umum di lahan pertanian bawang merah milik Bapak Kasimin dan Ibu Sumini sangat subur dengan tanah basah dan terbuka (sinar matahari langsung). Luas lahan ini sebesar 800 m2 dibudidayakan cara tanam dengan menggunakan bendengan. Jarak tanam yang digunakan untuk tanaman bawang merah sekitar 10 cm x 10 cm.2. Cara budidaya tanaman bawang merah dimulai dengan persiapan lahan, pengolahan lahan, pengistirahatan lahan, pembuatan guludan, pemilihan bibit, penanaman, penyemprotan pestisida, penyiangan, pendangiran, pemupukan, dan panen.3. Terdapat OPT pada lahan bawang merah yaitu hama ulat daun dengan siklus hidup dari telur sampai imago adalah 3 4 minggu. Cara pengendaliannya yaitu dengan pengendalian hayati, teknis, dan kimiawi.4. Insektisida yang digunakan untuk mengendalikan hama ulat daun adalah CNG, Biotogro, dan Digro.5. Musuh alami yang ditemukan di lahan antara lain, capung dan kumbang. Sedangkan gulma yang terdapat di lahan adalah rumput teki.6. Total hasil produksi bawang merah dengan luas lahan 800 m2 adalah 500 kg. Harga jualnya Rp 8.000,00/kg. Penerimaan yang didapatkan sejumlah Rp 4.000.000,00 dan total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 231.000,00, sehingga diperoleh pendapatan/keuntungan sebesar Rp 3.769.000,00.7. BEP produksi 462 kg dengan BEP harga produksi Rp 8.875,00/kg. Nilai BEP tersebut berarti pada saat diperoleh produksi 462 kg bawang merah dari usaha tani tersebut tidak menghasilkan keuntungan maupun mengalami kerugian dan pada saat harga bawang merah di tingkat petani sebesar Rp 8.875,00/kg, maka usaha tani bawang merah tidak mendapat keuntungan dan akan mengalami kerugian.8. B/C Ratio 17,3 yang berarti dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp 231.000,00 akan memperoleh keuntungan sebesar 17,3 kali lipat. ROI sebesar 73,16 % atau setiap Rp 100 yang digunakan akan diperoleh kerugian sebesar Rp 73,16.

VII. SARANBerdasarkan hasil pengamatan, pembahasan, dan kesimpulan di atas, kami dapat memberikan saran terkait evaluasi PHT pada budidaya bawang merah. Pembudidayaan bawang merah dilakukan sesuai dengan kondisi yang cocok dan perawatan yang baik sehingga menghasilkan produksi yang memiliki kuantitas dan kualitas yang baik. Hama yang menyerang tanaman harus segera ditangani sehingga kerugian yang ditimbulkan tidak terlalu besar. Selain itu pengendalian terhadap hama ini memerlukan perhatian terutama mengenai dampaknya terhadap lingkungan. Oleh karena itu, petani perlu mengetahui dan melaksanakan pengendalian hama terpadu agar tetap diperoleh produksi yang tinggi, penghasilan petani meningkat, populasi OPT dan kerusakan tanaman tetap pada aras secara ekonomi tidak merugikan, serta resiko pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida yang berlebihan dapat diminimalisir.

DAFTAR PUSTAKARabinowitch, H.D. dan Currah, L. 2002. AlliumCrop Science: Recent Advances. Cabi Publishing. Shanhua Taiwan.Rahayu, Estu. 2008.Bawang Merah. Jakarta: Penebar Swadaya.Singgih, W. 1994.Budidaya Bawang: Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay. Penebar Swadaya. Jakarta.Sumarni, N. dan Rosliani, R. 1995.Ekologi Bawang Merah.Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.Surojo G, 2006,Pemupukan dan Pemeliharaan Bawang Merah, Dipertabun, NganjukSurojo G, 2006,Penggunaan Benih dan Pemeliharaan Bawang Merah, Dipertabun, NganjukWibowo, Singgih. 2006.Budi Daya Bawang Putih, Merah, dan Bombay. Jakarta: Penebar Swadaya.