makalah pidato

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cara berpdato ang baik dan benar menurut pengalaman yang didapat terbaru

Citation preview

BERPIDATO

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahBerbicara sangat berperan di dahadapan suatu massa. Seseorang yang memiliki keterampilan berbicara akan dengan mudah menyampaikan ide atau gagasannya kepada orang lain dan diduga ia akan berhasil mengemukakan gagasan itu sehingga dapat diterima orang lain. Seballiknya, jika seseorang tidak atau kurang memiliki keterampilan berbicara tentu akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan gagasannya kepada orang lain dan diduga akan mengalami kegagalan karena biasanya pembicaraannya tidak atau kurang menarik, sehingga sulit memahaminya.Salah satu ragam berbicara yang sering digunakan dari dulu sampai sekarang adalah berpidato. Dalam penataran-penataran, dalam peringatan-peringatan, dalam seminar-seminar, dalam perayaan-perayaan pidato sering digunakan. Seseorang yang memiliki kemampuan berpidato dalam forum-forum tersebut, biasanya mendapatkan tempat di hati para pendengarnya. Itulah sebabnya banyak orang yang ingin berusaha untuk memiliki keterampilan berbicara dengan baik agar sanggup menyampaikan pidato di hadapan massa dengan baik.

Mahasiswa hendaknya berusaha pula memiliki keterampilan berbicara umumnya dan memiliki kemampuan berpidato di hadapan massa khususnya karena bagaimanaa pun pada suatu saat kita akan dituntut untuk berpidato. Pidato merupakan suatu hal yang sangat penting baik pada waktu sekarang maupun pada waktu yang akan datang, karena pidato merupakan penyampaian dan penanaman pikiran, informasi atau gagasan dari pembicara kepada khalayak ramai. Seseorang yang berpidato dengan baik akan mampu meyakinkan pendengarnya untuk menerima dan mematuhi pikiran, informasi, gagasan atau pesan yang disampasikannya.B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian dan latar belkang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan makalah ini adalah :a. Apakah yang dimaksud dengan berpidato?b. Apa sajakah kiat-kaiat berpidato dalam situasi formal agar berhasil?

c. Bagaimanakah tatacara berpidato yang baik?

d. Apa sajakah etika berpidato yang harus diperhatikan?

e. Bagaimanakah cara menulis pidato?

f. Bagaimanakah cara menyempurnakan naskah pidato berdasarkan hasil sutingan?

g. Bagaimanakah cara menyampaikan pidato yang benar?

C. Tujuan

Tujuan merupakan hasil yang akhir yang hendak dicapai dari suatu kegiatan yang dilakukan. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:a. Untuk mengetahui segala sesuatu tentang pidato khususnya tentang cara menulis pidato, persiapan sebelem pidato sampai dengan cara menyampaikannya agar pidato tersebut bisa dikategorikan sebagai pidato yang baikb. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung apa saja yang harus diperhatikan dalam keberhasilan berpidato

D. Manfaat

Manfaat yang ingin diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:a. Untuk menambah wawasan bagi para pembaca khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Samarinda mengenai segala sesuatu tentang pidato.

b. Untuk memberi masukan kepada para pembaca yang ingin berpidato, terutama mengenai persiapan sebelum pidato, cara menulis pidato hingga penyampaiannya beserta kiat-kiatnya agar pesan dalam pidato yang disampaikannya dapat diterima oleh para pendengarnya.

E. Ruang Lingkup

Dalam penulisan makalah mengenai pidato ini, adapun masalah yang akan kami bahas diantaranya tentang :

a.Pengertian dan Kiat Berpidato

b.Tatacara dan Etika Berpidato

c.Menulis Naskah Pidato

d.Menyempurnakan Naskah Pidato Berdasarkan Suntingan

e.Menyampaikan PidatoBAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Kiat Berpidato

1. Pengertian Pidato

Pidato merupakan suatu bentuk perbuatan berbicara dalam situasi tertentu dan dengan pendengar tertentu pula. Pidato merupakan salah satu bentuk komunikasi lisan. Oleh sebab itu, unsur-unsur yang berupa intonasi (tempo, tekanan, dan panjang pendek ucapan), gerak-gerik, dan mimik merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pidato. Pidato berbeda dengan ceramah. Perbedaan tersebut antara lain :

Pidato

a.Penggupan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditunjukkan kepada banyak orang

b.Pembawa pidato tidak diwajibkan mengarahkan audiens untuk memahami sungguh-sungguh masalah yang disampaikan.

c.Tidak ditinjak lanjuti dengan tanya jawab.

d.Lebih besifat umum.

Ceramah

a.Pidato oleh seseorang dihadapan banyak pendengar yang membicarakan suatu hal, pengetahuan, dan sebagainya.

b.Pembawa pidato berkewajiban mengarahkan asudiens untuk memahami sungguh sungguh naskah yang disampaikan.

c.Diakhiri dengan tanya jawab.

d.Lebih bersifat khusus.

2. Cara menarik perhatian

Ada beberapa cara menarik perhatian pendengar, antara lain :

a.Kuasai bahan pidato.

b.Bahan pidato harus menarik sesuai :

1)Tingkat pendidikan dan kebudayaan pendengar.

2)Situasi dan kondisi saat pidato.

c.Perhatikan penampilan lahiriyah dan penampilan kedalam ilmu pengetahuan.

d.Usahakan agar pendengar kagum dan yakin akan kemampuan berbicara.

e.Perhatikan intonasi yang tidak monoton.

f.Jangan menggunakan kalimat yang panjang dan berbelit-belit, tetapi gunakan kalimat yang efektif dan menarik.

g. Pandangan harus menyebar ke seluruh pendengar.

3.Beberapa tips agar tidak mengalami demam panggung dan pidato penting yang Anda disampaikan pun bisa berjalan dengan lancar.

a.Buatlah pendek

Jangan berpidato terlalu lama dan berpanjang-panjang, karena akan membuat pendengar merasa bosan. Sesuaikan durasi pidato dengan konteks peermasalahan.

b.Buatlah sederhana

Pendengar akan menangkap satu atau dua dari semua ide yang Anda sampaikan. Bukan sepuluh atau duia puluh. Jika tidak bisa mengekspresikannya dalam satu atau dua kalimat yang sederhana dan mudah untuk dimengerti, pidato akan menjadi tidak fokus.

c.Bersikaplah realistis

Anda diminta berpidato karena memiliki pengalaman yang tidak dimiliki oleh pendengar. Berbagilah pengalaman tersebut, dan buatlah mereka juga merasakan apa yang Anda rasakan.

d.Menarik perhatian khalayak

Pada menit-menit pertama berpidato, jalinlah hubungan dengan pendengar. Lakukan interaksi. Tersenyumlah atau mengangguk pada moderator. Tunggulah, jangan memulai pidato, sampai Anda mendapat perhatian semua orang. Kemudian, lakukanlah kontak mata, tebar pandangan dengan penuh keyakinan ke arah kiri, kanan, dan tengah ruangan.

eBicaralah, bukan membaca

Jika Anda berbicara, akan jauh lebih komunikatif dan hidup ketimbang membaca skrip / naskah. Ada baiknya menggunakan catatan kecil untuk membantu mengingat apa yang skan Anda sampaikan.f.Rileks

Jangan terlalu sering mengambil nafas dalam-dalam atau bernafas terlalu cepat. Ingat, audience bisa melihat ketegangan Anda. Dan ini dapat menngurangi fokus dari pidato yang anda sampaikan. Bersikaplah santai, dan bernaspa sewajarnya, agar diri Anda tetap dalam ketenangan. Posisikan diri Anda sedang berbicsra dengan teman sejawat Anda, bukan pada audiuence.

g.Istirahat cukup, makan cukup

Itirahatlah yang cukup, tidak perlu bergadang. Makanlah yang cukup untuk menghindari kadar asam lambung yang dapat dipicu oleh tingkat sress.

h.Berpenampilan yang menarik

Ini merupakan nilai tambah bagi Anda. Setidaknya jika penampilan baju dan asksesoris Anda menarik, mata audience : dipaksa untuk melihat Anda bukan?

4.Faktor Penunjang Keefektifan Berpidato

Agar pidato sukses, disamping dapat mmengguasai massa, masih dipelukan hal-hal berikut :

a.Pembicara dituntut seseorang yang bermoral. Jika pembicara bermoral tidak baik dan diketahui oleh pendengar, maka pendengar akan mencemooh. Pembicara yang bermoral baik dan jujur akan sangat berkesan bagi pendengar.

b.Pembicara hendaknya sehat jasmani dan rohani, sehingga penampilaanya dapat bersemaanngat, gagah,dan simpatik. Jangan sekali-kali menunjukan fisik yang lemah di hadapan massa.

c.Sarana yang diperlukan hendaknya cukup menunjang, misalnys publikasi. Jika pidato disampaikan di hadapan massa, pengeras suara yang memadaii, waktu dan tempat yang sesuai.

d.Jika berpidato di hadapan massa, harus diperhatikann: volume suara, tingkat pengetahuan massa, keadaan sosial, kebiasaan, adat-istiadat, dan agama, waktu berbicara tidak begitu lama, pembicara harus sabar dan menyesuaikann gayanya dengan massa.

B. Tatacara dan Etika Berpidato

1.Tata Krama Berpidato

Berpidato di muka umum merupakan suatu kehormatan . Berhasil atau

tidak ini juga ditentukan oleh tata karma dalam berpidato. Tata krama ini tentu di sesuaikan dengan forum yang di hadapi, misalnya di hadapan massa,dihadapan wanita, di hadapan orang-orang terkemuka dll.Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam berpidato adalah:

a.jika berpidato di hadapan umum hendaknya memperhatikan :

1)berpakaian dengan rapi dan bersih, tetapi tidak bergaya pamer dengan memakai perhiasan atau pakaian yang berlebihan.

2)gunakan kata-kata yang sopan an jngan memperlihatkan keangkuhan, katau kesombongan.tetapi dengan rendah hati

3)jika pidato panjang ,agar jangan membosankan pendengar hendaknya di selingi humor , namun humor itu harus sopan

b.jika berpidato di hadapan wanita atau sebagian besar wanita dan yang berpidato pria,perhatikan kata kata yang digunakan,hendaknya jangan menyinggung perasaan

c.jika berpidato di hadapan orang orang terkemuka,hendaknya mempersiapkan diri dengan demikian keyakinan akan tumbuh

d.jika berpidato sesama golongan , kita harus terbuka dan terus terang dan agak santai, namun jangan melupakan tata krama

e.jika yang mendengar pidato itu pelajar atau mahasiswa, kitaharus mampu meyakinkan mereka dengan argumentasi-argumentasi yang logis.

f.jika berpidato di depan pemeluk agama , kita harus menjaga jangan sampai ada ucapan yang menyinggung suatu agama

g. jika pendengar pidato kita itu masyarakat desa, gunakan kata-kata atau kalimat sederhana sehingga pidato kita mudah di mengerti.

2.Persiapan sebelum pidato

Dalam melaksanakan pidato untuk mmenjelaskan suatu ide atau gagasan seseorannga dapat menggunakan alat bantu gambar dan lembar peragaan lainnya. Tetapi alat utama yang menimbulkan hubungan antara orang yang berpidato dengan pendengar adalah berbicara. Dalam hal ini pembicara bukan saja menghendaki penguasaan unsur kebahasaan yang baik tetapi juga menghendaki penguassan , misalnya: keberanian, ketenangan, kesanggupan mengadakan reakksi yang tepat dan cepat, kesanggupan menyampaikan gagasan atau iide secara lancar dan teratur dan kesanggupan memeperlihatkan sikap dan gerak-gerik yang tidak canggung.

Untuk memiliki kemamapuan berpidato yang baik diperlukan persiapan yang sebaik-baiknya dan latihan secara teratur. Bagi orang yang sudah biasa berpidato di hadapan massa, mempersiapkan pidato dan melakukan latihan mungkin tidak diperlukan lagi, namun bagi seseorang yang baru atau belum pernah berpidato di depan umum, hal itu sangat diperlukan. Seseorang berpidato berarti memberi informasi atau menyampaikan suatu pengetahuan kepada oranga banyak. Penyampaian informasi atau pengetahuan tersebut selayaknya dipersiapkan lebih dahulu dengan sebaik-baiknya agar uraianya dapat lebih teratur., bahasanya lebih jelas dan dapat dipirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul dalam pelaksaan pidato serta bgaimana usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasinya.

Menurut Dr. Gorys Keraf ada tujuh langkah yang perlu ddiperjhatikan dalam mempersiapkan pidato yang baik yaitu:

a.Menentukan topik dan tujuan

b.Menganalisis pendengar dan situasi

c.Memilih dan meyempitkan topik

d.Mengumpulkan bahan

e.Membuat kerangka uraian

f.Menguraikan secar mendetail

g.Melatih dengan suara nyaring

Ketujuh langkah tersebut dapat diringkas menjadi 3 langkah yaitu : meneliti masalah (1,2,dan 3), menyusun uraian (4,5, dan 6), dan mengadakan latihan (7).

a.Menentukan topik dan tujuan

1)Menentukan topik

Yang pertama-tama harus diperhatikan dalam mempersiapkan suatu pidato adalah menentukan topik dan tujuan. Hal ini sangat bergantung kepada pendengar yang dihadapi dan keinginan si pembicar sendirii. Setiap pidato dalam suatu kesempatan sekurang-kurangnya. Harus mengandung suatu topik yang ingin disampaikan kepada pendengar dan tentunya mengharapkan suatu reaksi pendengar. Pembicara tentu ingin agar pokok-pokok dalam pembicaraannya itu dapat diyakini dan dipahami oleh pendengar-pendengarnya. Oleh karena itu, diperluukan data dan fakta untuk memebuktikan pokok-pokok pembicaraann itu.

Pokok dan topik dan tujuan pembicaraan dalam suatu pidato merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Poko dan topik pembicaraan merupakan persoalan yang dikemukakan, sedangkan tujaun pembicaraan berhubungan dengan tangggapan yang diharapkan dari pendengar berkenaan dengan persoalan yang dikemukakan itu.

Dalam menentukan pokok atau topik pembicaraan yang akan disampaiakn dalam pidato perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a)Topik yang dipilih hendaknya serba sedikit sudah diketahui dan ada kemungkinan untuk memperoleh lebih banyak keterangan atau informasi untuk melengkapinya.

b)Persoalan yang disampaikan hendaknay menarik perhatian bagi pembicara sendiri.

c)Persoalan yang dibicarakan hendaknya juga menarik perhatian pendengar. Suatau topik dapat menarik apabila:

topik itu menggenai persolan para pendengar sendiri

merupakan suatu jalan keluar suatu persoalan yang tengah dihadapi

merupakan persoalan yang tengah ramai dibicarakan dalam masyarakat atau persoalan yang jarang terjadi

Persoalan yang dibawakan merupakan konflik pendapat.

a)Tingkat kesulitan persoalan yang akan dibahas hendaknay disesuaikan dengan tingkat kemampuan pendengar. Persoalan yang akan disampaikan hendaknya jangan sampai melampaui daya tanngkkap pendengar, sebaliknya jangan pula terlalu mudah, sebab dapat menguranngii perhatian pendengartterhadap isi pembahasan dalam pidato.

b)Persoalan yang disampaikan hendaknay dapat diselesaikan dalam waktu yang disediakan. Bila pidato itu melampaui waktu yang ditentukan dapat menimbulkan perhatian pendengar akan berkurang dan akan lenyap sama sekali.

Selain topik, perlu diperhatikan juga judul pidato. Topik yang mengandung materi pembicaraan atau persoalan ang diuraiikan serta objek atau aktivitas yang perlu diketahui pendengar. Sebaiknya judul adalah etiket yang diberikan untuk menimbulkan rasa ingin tahu terhadap persoalan yang diuraikan. Judul adalah semacam slogan yang menampilkan topik dalam bentuk yang menarik. Judul yang baik hendaknya bersifat relevan, provoaktif, dan singkat.

2)Tujuan pembicaraaan.

Tujuan pembicaraan tergantung dari keadaan dan keinginan pembicara. Tujuan pembicaraan tersebut dapat dibedakan atas tujuan umum dan tujuan khusus.

a)Tujuan umum

Tujuan umum serta reaksi-reaksi umum yang terdapat dalam suatu uraian dapat dibedakan atas :

ujuan Umum

1. Mendorong

2. Menyakinkan

3. Bertindak/berbuat

4. Memberitahukan

5. MenyenangkanReaksi yang diinginkan

Membangkitkan emosi, inspirasi

Persesuaian pendapat, intelektual, kenyakinan

Tindakan atau perbuatan tertentu dari pendengar

Pengertian yang tepat mengenai suatu hal

Minat dan kegembiraan.Sifat dan jenis Uraian

persuasif

persuasif

persuasif

Intruktif

reaktif

Tujuan suatu uraian dikatakan mendorong bila pembicara berusaha memberi semangat kegairahan atau menekan perasaan yang kurang baik, serta menunjukan rasa hormat dan pengabdian. Reaksi yang diharapkan adalah menimbulkan inspirasi atau membangkitkan emosi pendengar. Misalnya, pidato Ketua Umum PSSI, di hadapan para pemain yang akan bertanding di luar negeri bertujuan agar mereka memiliki semangat bertanding yang cukup tinggi dalam rangka membela nama bangsa dan negara.

Tujuan suatu uraian dikatakan menyakinkan apabila pembicara berusaha mempegaruhi kenyakinan, sikap mental, dan intelektual para pendengar. Alat yang sangat penting dalam uraian seperti ini adalah argumentasi. Untuk itu diperlukan bukti-bukti, fakta-fakta, dan contoh-contoh konkret yang dapat menyakinkan pendengar. Reaksi yang diharapkan dari pendengar adalah adanya persesuaian pendapat, intelektual, kenyakina, dan lain-lain atas persoalan yang dibawakan.

Tujuan suatu uraian dikatakan berbuat atau bertindak bila pembicara menghendaki adanya tindakan atau reaksi fisik dari pendengar. Misalnya berupa seruan persetujuan atau ketidaksetujuan, pengumpulan dana, penandatangan suatu resolusi, pengadaan suatu demonstrasi. Dasar dari rindakan atau perbuatan tersebut adalah kenyakina yang mendalam atau terbakarnya emosi atau kedua-duanya. Tujuan suatu uraian untuk mendorong dan menyakinkan serta agar para pendengar bertindak atau berbuat sesuatu termasuk uraian yang bersifat persuasif yang artinya membujuk atau mendorong .

Tujuan suatu uraian dikatakan memberitahukan apabila pembicara ingin memberitahukan atau memberi informasi tentang sesuatu kepada pendengar agar mereka dapat mengerti dan memahami hal itu atau memeperluas bidang pengetahuan mereka. Misalnya seorang guru menyampaikan pelajaran di kelas, seorang dokter mennyampaikan masalah Keluarga Berencana kepada ibu rumah tanggga. Reaksi yang diharapkan agar pendengar mengerti dan memahami tentang suatu hal serta menambah dan memeperluas pengetahuan mereka tentang hal yang atau belum diketahuinya. Uraian seperti ini bersifat instruktif atau uraian yang mengandung pelajaran.

Tujuan suatu uraian disebut menyenagkan, apabila pembicara bermaksud menggembirakan atau menimbulkan suasana gembira atau menyenangkan pendengar. Pembicara seperti ini biasanya dilakukan dalam suatu resepsi, jamuan, pesta, perayaan. Humor merupakan alat penting dalam uraian seperti ini. Reaksi yang dihharapkan dari uraian ini adalah menimbulkan minat dan kegembiraan pada hati pendengar. Uraian seperti ini bersifat rekreaktif atau uraian yang menimbulkan kegembiraan dan kesenangan pendengar.

b) Tujuan khusus

Tujuan khusus dapat diartikan sebagi suatu tanggapan khusus yang diharapkan dari pendengar setelah pembicara selesai menyampaikna suatu uraian. Tujuan khusus itu merupakan sutu hal yang diharapkan untuk dikerjakan, dirasakan, diyakini, dimengerti, atau disenangi oleh pendengar.

Misalnya seorang pembicara akan menyampaikan suatu uraian dengan topik Cara Belajar yang Efektif , maka dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut :

Topik : Cara Belajar Efektif

Tujuan Umum : Mendorong

Tujuan Khusus

Untuk menarik sebanyak mungkin agar para pendengar tertarik untuk melaksanakan cara belajar yang efektif.

Dengan topik yang sama dapat ditentukan tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut :

Topik: Cara Belajar Efektif

Tujuan Umum : Menyakinkan

Tujuan Khusus : Agar pendengar mmeperoleh kenyakinan dalam dirinya tentang cara belajar yang efektif.

Topik: Cara Belajar Efektif

Tujuan Umum: Berbuat dan Bertindak

Tujuan Khusus:Agar pendengar setelah mendengarkan uraian melakukan cara belajar yang efektif

Topik : Cara Belajar Efektif

Tujuan Umum : Memberitahukan

Tujuan Khusus: Agar pendengar dapat membedakan cara belajar efektif dengan cara belajar yang tidak efektif.

b. Menganalisis Situasi dan Pendengar

Menganalisis situasi dan pendengar dilakukan terlebih dahulu sebelum memberikan suatu pidato agar pembicaraan dapat mencapai tujuannya. Hal ini sering tidak atau krang mendapat perhatian dari seorang sehingga hal yang dimaksud tidak tercapai atau tidak menngenai sasaran.

1)Menganalisis Situasi

Dalam menganalisis situasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Maksud pengunjung mendengarkan uraian

b) Adat kebiasaan atau tata cara kehidupan pendengar

c) Susunan acara :

Pembicara pada waktu awal, di tengah-tengah atau pada akhir acara. Pada waktu pagi, siang, sore atau malam, sesudah perjamuan atau sebelum perjamuan.

d) Tempat pembicaraan berlangsung : di alam terbuka atau di dalam sebuah runagan /gedung, ada tempat duduk atau tidak, ada pengeras suara attau tidak, ada penerangan atau tidak , dan sebagainya.

Dengan menganalisis hal-hal tersebut, akan di dapatkan jalan keluar untuk menyiapkan cara-cara bagaimana harus menyesuaikan diri dalam menyampaikan urainnya dan memberi jalan untuk menentukan sikap yang harus diambil dalam menghadapi pendengar.

2)Menganalisis Pendengar

Ada beberapa hal yang dapat dipakai untuk menganalisis pendengar yang akan dihadapi :

a)Data-data Umum

Yang perlu diperhatikan dalam data-data umum ini adalah jumlah pendengar, usia, pekerjaan, pendidikan, keanggotaan sosial atau politik.

b)Data Khusus

Data khusus yang perlu mendapat perhatian adalah :

Pengetahuan pendengar mengenai topik yang dibawakan

Dalam hal ini pembicara harus berusaha dapat menetukan beberapa dalam pengetahuan penddengar tentang topik pembicaraan yang akan disampaikan. Jika pendengar terdiri dari bermacam-macam oreng dengan tingkat pengetahuan yang berbeda-beda maka pembicara dapat mengambil sebagai dasar yaitu pengetahuan rata-rata pendengar.

Minat dan keinginan pendengar

Dalam hal ini pembicara harus berusaha mengetahui apa yang diperlukan oleh pendengarnya, tterutama keperluan yang dapat menghubungkan penddengar dengan topik pembicaraanya.

Sikap Pendengar

Dalam garis besar sikap pendengar terhadap topik pembicaraan akan lahir dalam salah satu bentuk : menaruh perhatian atau sama sekali apatis, sedangkan terhadap ppembicara sendiri pendengar dapat mengambil sikap bersahabat, dan sikap angkuh.

Sikap apatis yang timbul bila pendengar tidak melihat adanya hubungan antara pokok pembicaraan hal kepentingan atau persoalan hidup mereka. Oleh, karena itu, pembicara hendaknya selalu berusaha untuk mengaiitkan pokok pembicaraanya dengan persolan hidup pendengar.

Sikap pendengar terhadap pembicara sangat ditentuakan oleh sikap mereka, sejauh mana keintiman atau keakraban mereka dengan pembicara, seberapa tinggi pengharagaan meraka terhadap pembicara sehubungan dengan pengetahuan pembicara tentang topik yang dibawakan itu.

Bila kita telah memperoleh data dan informasi tentang situasi dan sikap pendengar secara umum serta sifat pertemuan, kewajiban pembicara selanjutnya adalah berusaha agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi tersebut. Penyesuaian diri ini sangat penting agar tujuan pembicaraan tercapai.

suasana pendengar.

Pembicara harus mengetahui suasana / medan pidato, di dalam ruangan / di lapangan, menggunakan pengeras suara / tidak, dilaksanakan pada waktu siang, sore, atau malam hari, serta usia, pendidikan, dan pekerjaan pendengar. Dalam garis besar sikap pendengar terhadap topik pembicaraan akan lahir dalam salah satu bentuk : menaruh perhatian atau sama sekali apatis, sedangkan terhadap ppembicara sendiri pendengar dapat mengambil sikap bersahabat, dan sikap angkuh.

c).Memilih dan menyempitkan Topik

Pembicara perlu menyempitkan tema pembicaraan yang terlalu luas dan disesuaikan dengan kemampuan pembicara. Persoalan yang akan disajikan biasanya terlebih dulu ditentukan oleh suatu panitia atau seseorang yang meminta seseorrang berbicara. Namun, kadang-kadang persoalan yang akan disajikan itu diserahkan sepenuhnya kepada pembicara.

Pemilihan topik hendaknya disesuaikan dengan sifat pertemuan serta data dan informasi tentang situasi dan pendengar yang akan hadir dalam pertemuan. Persoalan atau topik yang akan disajikan jangan terlalu luas, melaunkan harus disempitkan atau dibatasi, disesuaikan dengan waktu yang disediakan.

Contoh :

Topik Luas : Pengajaran Bahasa Indonesia di SMA

Topik sempit (terbatas) : Masalah Pelaksanaan Pengajaran Mengarang di

SMA Balikpapan

d)

Mengumpulkan Bahan

Sebelum menyusun suatu naskah terlebih dahulu pembicara harus mengumpulkan bahan yang diperlukan. Bahan itu berhubungan dengan persolan atau topik yang akan dibahas. Lebih banyak dan lebih lengkap bahan yang diperoleh akan memperlancar pembicara dalam menyusun suatu naskah. Bahan itu dapat diperoleh dari buku, majalh, dan surat kabar. Selain itu bahan dapat pula diperoleh dari wawancara dengan orang yang dapat memberi informasi sehubungan dengan persoalan atau topik yang akan dibahas, hasil observasi, penelitian, dan angket. Bahan yang diperoleh itu akan melengkapi pengetahuan dan pengalaman pembicara dalam pengolahan suatu naskah yang akan disampaikan. Pengumpulan bahan ini sama prinsipnya dengan diskusi kelompok.

e)

Membuat kerangka uraian

Agar mudah pembicara dalam menyusun naskah sebelumnya pembicara harus membuat kerangka uraian terlebih dahulu. Kerangka uraian yang dibuat itu sebaiknya terperinci dan tersusun baik. Dalam kerangka tersebut persoalan atau topik yang akan dibahas dibagi menjadi beberapa bagianatau subtopik. Tiap bagian itu dibagi pula menjadi bagian-bagain yang lebih kecil yang menjelaskn bagaian sebelumnya.

Bagi orang yang sudah biasa berbicara di hadapan umum,kerangka seperti ini sudah cukup untuk digunakan sebagai pegangan dalam pembicaraannya. Namun, bagi pertemuan tertentu atau bagi orang menghendaki suatu naskah uraian, kerangka uraian itu masih harus dikembangkan lagi menjadi suatu uraian atau kerangka yang menarik dan menjadi suatu naskah pembicaraan yang diinginkan.

f)Menguraikan Secara Mendetail

Uraian atau naskah disusun berdasarkan kerangka ynag telah dibuat sebelumnya. Dengan kerangka yang terinci dan tersusun baik, penyusunan naskah diharapkan tidak akan mengalami kesulitan yang berarti..

Dalam penyusunan naskah hendaknya dipergunakan kata-kata yangg tepat,,pengunaan kalimat yang efektif pemakaian istilah-istilah dan gaya bahasa yang dikehendaki sehingga dapat memperjelas uraian.

g)Melatih dengan Suara Nyaring

Sebelum menyampaikan suatu uraian di hadapan umum hendaknya pembicar terlebih dahulu lekukan membaca naskah, agar pada waktunya nanti dapat melakukan pidato dengan lancar. Dengan melakukan latihan, seorang pembicara akan dapat membiasakan diri dan menemukan cara dan gaya yang tepat.

Bahan pidato yang telah disiapkan perlu dipraktekkan dalam latihan dengan suara nyaring. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan melatih intonasi, ekspresi, dan volume suara dengan baik. Sebelum menyampaikan suatu uraian di hadapan umum hendaknya pembicar a terlebih dahulu lakukan membaca naskah, agar pada waktunya nanti dapat melakukan pidato dengan lancar. Dengan melakukan latihan, seorang pembicara akan dapat membiasakan diri dan menemukan cara dan gaya yang tepat.

C.Menulis Naskah Pidato

1. Langkah-langkah menyusun pidato :

a.Meneliti masalah

Menentukan tujuan pidato bersifat informatoris, rekreatif, persuasif, dan sebagainya. Tujuan ini akan tercapai dengan baik apabila dipersiapkan sebaik-baik akan bahasa, isi, dan urutannya. Disamping itu penyampaiannya pun menarik. Bahasanya baik dan benar, menarik, memprovokasi, dan bergaya bahasa tepat. Isinya sesuai tujuan, disertai dengan alas an yang logis. Urutan teks pidato yang baik secara kronologis, sistematis, dan logis. Urutannya berdasarkan peristiwa, waktu, klasifikasi, penyelesaian, tempat, sebab-akibat.

b.Menganalisis pendengar

Tindakan untuk menyesuaikan maksud pidato dengan pendengar dan unsure lain yang terkait misalnya kemampuan, latar belakang, lingkungan, social budaya, kepercayaan, dan sebagainya.

c.Menganalisis tempat

d.Menetapkan tujuan pidato

Apakah menyampaikan informasi, menghibur, atau mempengaruhi pendengar.

e.Tujuan Pidato

Ada beberapa macam tujuan pidato, yaitu :

1)Informatif / instruktif

Pidato informatif bertujuan untuk menyampaikan informasi / keterangan kepada pendengar. Topik yang tepat antara lain : cara bertanam secara hidroponik.

2) Persuasif

Pidato persuasif bertujuan untuk mengajak / membujuk kepada pendengar. Contohnya adalah pidato kampanye dan pidato keagamaan. Topik yang tepat antara lain :

a)Toleransi beragama kunci persatuan nasional.

b) Menabung untuk masa depan.

3)Argumentatif

Pidato argumentatif bertujuan ingin meyakinkan pendengar. Topik yang tepat antara lain :

a)Pentingnya perkembangan pariwisata.

b)Pupuk buatan meningkatkan pendapatan petani.

4)Deskriptif

Pidato deskriptif bertujuan untuk melukiskan / menggambarkan suatu keadaan, sebagai contoh Suasanan peringatan sumpah pemuda.

5)

Rekreatif

Pidato rekreatif bertujuan ingin menggembirakan / menghibur pendengar. Biasanya terdapat dalam jamuan-jamuan, pesta-pesta, perayaan-perayaan.

f.Menyusun kerangka pidato

Kerangka yang baik: utuh, jelas, bernomor, dirinci menjadi bagian-bagian kecil, hubungan antarbagian logis, setiap paragraph berisi satu masalah. Agar pidato dapat disajikan secara sistematis, materi pidato harus disusun menjadi kerangka yang mudah dikembangkan menjadi materi pidato. Kerangka disusun mulai dari bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Agar mudah pembicara dalam menyusun naskah sebelumnya pembicara harus membuat kerangka uraian terlebih dahulu. Kerangka uraian yang dibuat itu sebaiknya terperinci dan tersusun baik. Dalam kerangka tersebut persoalan atau topik yang akan dibahas dibagi menjadi beberapa bagianatau subtopik. Tiap bagian itu dibagi pula menjadi bagian-bagain yang lebih kecil yang menjelaskn bagaian sebelumnya.

Bagi orang yang sudah biasa berbicara di hadapan umum,kerangka seperti ini sudah cukup untuk digunakan sebagai pegangan dalam pembicaraannya. Namun, bagi pertemuan tertentu atau bagi orang menghendaki suatu naskah uraian, kerangka uraian itu masih harus dikembangkan lagi menjadi suatu uraian atau kerangka yang menarik dan menjadi suatu naskah pembicaraan yang diinginkan.

g.Mengembangkan kerangka pidato.

Kerangka yang sudah disusun kemudian dikembangkan menjadi materi pidato yang siap disajikan. Uraian atau naskah disusun berdasarkan kerangka ynag telah dibuat sebelumnya. Dengan kerangka yang terinci dan tersusun baik, penyusunan naskah diharapkan tidak akan mengalami kesulitan yang berarti..

Dalam penyusunan naskah hendaknya dipergunakan kata-kata yangg tepat,,pengunaan kalimat yang efektif pemakaian istilah-istilah dan gaya bahasa yang dikehendaki sehingga dapat memperjelas uraian.

h.Menyusun teks pidato

Di Palembang, 10 April 1962Saudara-saudara, lebih dahulu sebagai biasa, salam Islam: Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Merdeka!Saudara-saudara sekalian, syukur alhamdulillah dapat berkumpul disini. Sekarang bulan April 1962. Bapak berjanji kepada Rakyat, bahwa pembangunan jembatan Musi segera akan dimulai, dan pada waktu itu Bapak berkata: jembatan Musi ini harus selesai dalam waktu tiga tahun. Jadi sebenarnya jembatan ini sudah harus dibuka. Tapi, yah Saudara-saudara, berhubung dengan beberapa kesulitan yang harus diatasi lebih dahulu, pemancangan tiang pertama daripada jembatan Musi itu Insya Allah S.W.T baru dapat dijalankan hari ini,10 April 1962. Jadi kalau saya hitung 3 tahun lagi, lama menjadi 10 April 1965. Karena itu, ya, meskipun Bapak minta maaf kepada Saudara-saudara sekalian, bahwa permulaan pekerjaan membuka atau membuat jembatan Musi itu baru bisa berjalan hari ini. Bapak sekarang perintahkan supaya jembatan Musi bisa dibuka tanggal 10 April 1964. Dan terutama sekali kepada pihak Jepang yang akan menjadi aannemer. Duta besar .....saya minta berdiri. Ini Saudara-saudara Duta besar Jepang. Saya minta agar pihak Jepang yang menjadi aannemer daripada jembatan ini bekerja keras, supaya pada 10 April 1964 jembatan Musi sudah bisa dibuka. Kepada rakyat saya minta bantuan juga sekeras-kerasnya. Permulaan bulan April 1964 itu, ya sedialah masing-masing kambing untuk dipotong, ayam untuk dipotong. Malahan lebih daripada lima ini! Revolusi kita kataku, adalah juga satu revolusi untuk membuat satu macam manusia Indonesia baru. Manusia Indonesia itu Saudara-saudara, bukan yang baru, manusia Indonesia seperti yang sudah-sudah, hmm, badannya kecil-kecil, kerempeng-kerempeng. Ngerti tidak, perkataan kerempeng? Bukan manusia yang gagah, yang jiwanya tegap, tetapi manusia yang, kata orang Jawa: "Nun inggih", "sumuhun dawuh", kata orang Sunda. Tidak, tetapi manusia yang jiwanya tegap, badannyapun, potongannya bagus-bagus. Ya, membikin satu jenis manusia Indonesia baru, dengan jiwa Indonesia yang baru pula.Ya, kecuali daripada pihak Jepang saya minta kerja keras, saya minta juga supaya Rakyat Palembang bekerja keras pula membantu agar supaya jembatan itu selesai. Ya, sebagai kemarin saya katakan, Saudara-saudara sekalian, kan kita ini di dalam satu revolusi yang saya namakan revolusi simultan. Artinya simultan yaitu serentak-sekaligus-bersama-sama. Simultan serentak-sekaligus- bersama-sama. Memang revolusi kita ini adalah satu revolusi yang serentak sekaligus-bersama-sama. Macam-macam revolusi kita kerjakan bersama.. Revolusi kita adalah revolusi politik untuk merombak cara pemerintahan yang kolot, yang kuno, yang feodal, yang aristokratis, yang otokratis, yang diktator dan lain-lain dengan satu cara pemerintahan demokratis yang sejati. Revolusi kita adalah pula revolusi ekonomi, untuk merobah lama sekali ekonomi kolonil menjadi satu ekonomi nasional. Revolusi kita adalah revolusi sosial, untuk merobah satu masyarakat, susunan masyarakat yang kapitalis, menjadi satu susunan masyarakat yang adil dan samarasa-samarata. Saya pernah mengatakan disini jangan cuma makmur tok, makmurnya beberapa orang, tidak adil dikalangan Rakyat. Makmur dan adil itulah sebenarnya revolusi sosial.

Revolusi kita adalah juga satu revolusi kebudayaan, untuk merobah satu susunan kebudayaan kolot, feodal, kolonial menjadi satu kebudayaan Indonesia yang baru.

Dalam menjalankan perjuangan itu, kita menambah produksi padi, kita ya mengadakan revolusi dilapangan kebudayaan, kita ya mengadakan revolusi dilapangan politik, kita ya mengadakan revolusi dilapangan sosial dan lain-lain sebagainya

Khusus pidato yang disusun secara tertulis dan lengkap hendaknya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

a.menentukan tema atau pokok pikiran dengan cermat sebab pikiran pokok disini merupkan sesuatu yang esensial dalam pidato

b.merumuskan pikiran pokok ke dalam kalimat yang sederhana, lengkap, baik, dan benar. Sifat kalimat ini hendaknya logis, sistematis, dan sesuai dengan kemampuan pendengar.

c.menentukan tujuan pidato apakah informatoris (menjelaskan), argumentative (meyakinkan), persuasive (mendorong), deskriptif ( menguraikan), naratif (menceritakan), atau humoris/rekreatif (menghibur)

d.menganalisis pendengar atas kemampuan, keadaan, golongan, jenis kelamin, status social, budaya, ekonomi, ideology, dan sebagainya untuk disesuaikan dengan materi pidato.

e.merumuskan pikiran pokok dan penjelas atau komplemen yang dihubungkan dengan fakta dan opini.

f).mengumpulkan bahan atau materi dari berbagai sumber, baik media ceta elektronika, atau narasumber lainnya.

g.menyusun kerangka pidoto secara logis, sistematika, dan berdasarkan pola yang benar.

h.menyususn teks pidato sesuai metode yang digunakan dalam bentuk lengkap. Ada bagian pendahulua, isi, dan penutup pidato.

2. Syarat menyusun naskah pidato

Penyusunan teks pidato hendaknya meningat hal-hal berikut :

a.memilih tema dan bahan yang actual dan berguna

b.menggunakan penalaran logis, sistematika, dan konvergensif (terkait secara utuh), singkat, padat, jelas, bernilai, dan mengandung sesuatu yang merangsang perhatian pendengar.

c.menyusunya secara urut, logis, mudah, dan terencana.

d.mengandung data, fakta, dan bukti objektif.

e.jelas perbedaan antara gagasan inti, komplemen, dan detailnya yang semuanya saling terkait.

f.pikiran penunjang atau komplemen ada relevansinya dengan gagasan utama

g.menggunakn bahasa yang baik dan benar.

3. Kerangka Pidato

a. Pendahuluan / Pembuka

Pendahuluan / pembuka bertujuan mempersiapkan pendengar pada pokok permasalahan yang hendak dikemukakan. Dalam bagian pengantar uraian perlu disampaikan suatu orientasi mengenai apa yang akan diuraikan, serta bagaimana usaha untuk menjelaskan tiap bagian itu. Dengan cara ini diharapkan pendengar akan lebih siap untuk mengikuti uraian itu dengan cermat dan penuh perhatiian: 1)mengucapkan salam pembuka dan menyapa hadirin.

2)menyampaikan pendahuluan yang biasa dilahirkan dalam bentuk ucapan terima kasih,atau ungkapan kegembiraan atau rasa syukur.

3)menyampaikan latar belakang masalah.

b. Isi

Bagian isi berisi gagasan pokok atau materi yang hendak disampaikan. Menyampaikan isi pidato yang diucapkan dengan jelas dengan menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar dengan gaya bahasa yang menarik. Dalam memasuki materi uraian, pembicara tiap kali hharus menekankan bagian-bagain yang penting sebagai sudah dikemukakan pada orientasinya. Tiap bagian yang mendapat penekanan itu kemudian diikuti dengan penjelasan, ilustrasi, atau keterangan-keterangan yang merupakan perincian yang perlu diketahui pendengarnya.

c.Penutup

Pada akhir uraian, pembicara sekali lagi menyampaikan ikhtisar seluruh urainnya itu, agar para pendengar dapat memperoleh gambaran secara bulat sekali lagi mengenai seluruh persoalan yang baru saja selesai dibicarakan.

1).menyampaikn kesimpulan dari isi pidato, supaya mudah diingat oleh pendengar

2)menyampaikan harapan yang berisi anjuran atau ajakan kepada pendengar untuk melaksanakan isi pidato

3)menyampaikan ucapan terima kasih

4)menyampaikan salam penutup

D.Menyempurnakan Naskah Pidato Berdasarkan Suntingan

1. Menyunting PidatoDari pidato di atas diperoleh hasil suntingan sebagai berikut :

Salah Benar

sebagai biasaseperti biasa atau tidak perlu diucapkan

salam islamtidak perlu diucapkan

yahtidak perlu diucapkan

lama menjadimenjadi lebih lama

sedialah masing-masing kambingdiharapkan kesediaannya untuk menyumbangkan masing-masing kambing.

untuk dipotonguntuk disembelih

kan tidak perlu diucapkan

macam-macamberaneka ragam

merobahmerubah

cuma makmur tokhanya makmur saja

makmurnya beberapa orangmakmur untuk beberapa orang

tohtidak perlu diucapkan

ndan

daripadadari

kalaujika

minta berdirimohon berdiri

permulaanawal

manusiaMasyarakat

Hmmtidak perlu diucapkan

membikinmembuat

agar supayaSupaya/agar

Salahbenar

kolotkuno

gerombolan-gerombolankelompok-kelompok

Jikalaujika

2.Penyempurnaan Pidato

Tetapi masyarakat yang jiwanya dan badan yang tegap membuat satu jenis masyarakat Indonesia baru, dengan jiwa Indonesia yang baru pula Dari pihak Jepang saya mohon kerja keras, saya juga mohon supaya Rakyat Palembang bekerja keras membantu supaya jembatan itu selesai. Saudara-saudara sekalian, kan kita ini di dalam satu revolusi yang saya namakan revolusi simultan. Artinya simultan yaitu serentak-sekaligus-bersama-sama. Simultan serentak sekaligus-bersama-sama..

Memang revolusi kita ini adalah satu revolusi yang serentak sekaligus bersama-sama. Berbagai revolusi kita kerjakan bersama.. Revolusi kita adalah revolusi politik untuk merombak cara pemerintahan yang kuno, yang feodal, yang aristokratis, yang otokratis, yang diktator dan lain-lain dengan satu cara pemerintahan demokratis yang sejati. Revolusi kita adalah revolusi ekonomi, untuk merubah ekonomi kolonil menjadi satu ekonomi nasional. Revolusi kita adalah revolusi sosial, untuk merubah satu masyarakat, susunan masyarakat yang kapitalis, menjadi satu susunan masyarakat yang adil. Saya pernah mengatakan disini jangan hanya makmur saja, makmur untuk beberpa orang saja, tidak adil dikalangan Rakyat. Makmur dan adil itulah sebenarnya revolusi sosial.

Revolusi kita adalah juga satu revolusi kebudayaan, untuk merubah satu susunan kebudayaan kuno, feodal, kolonial menjadi satu kebudayaan Indonesia yang baru.

Dalam menjalankan perjuangan itu, kita menambah produksi padi, kita mengadakan revolusi dilapangan kebudayaan, kita mengadakan revolusi dilapangan politik, kita mengadakan revolusi dilapangan sosial dan lain-lain sebagainya

E.Menyampaikan Pidato

1. Metode Pidato

Pidato dapat dilakukan dengan metode :

c. Impromtu (serta merta)

Dalam metode ini pembicara menggunakan cara spontanitas (improvisasi), biasanya digunakan untuk pidato yang sifatnya mendadak dan disajikan menurut kebutuhan saat itu.

Kekurangan:1)materi kadang tidak disampaikan secara urut / sistematis.

2)mendadak.

3)kurang persiapan, sehingga kemungkinan ada yang terlupa.

Kelebihan :1)bahasanya singkat sehingga tidak membosankan.

2)bebas memilih topik.

d. Ekstemporan

Metode ini merupakan jalan tengah, yakni uraian yang akan disajikan dipersiapkan dalam bentuk kerangka pidato, kemudian kerangka itu dikembangkan / disajikan dalam pidato.

Kekurangan:Seakan-akan kurang siap karena berkali-kali menunduk melihat catatan

Kelebihan:Nateri diungkapkan secara sistematis dan lengkap.

e. Naskah

Dalam metode ini pembicara selalu membaca naskah yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Kekurangan:1)membosankan

2)interaksi dengan pendengar kurang.

3)suara monoton.

4)bersifat kaku.

5)mata pembicara sselalu ditujukan ke bawah sehingga tidak bisa bebas memandang pendengarnya.

Kelebihan:1)terencana dengan baik, lengkap, dan sistematis.

2)kalimatnya dapat dikoreksi ulang.

3)tidak ada hal yang terlupakan.

f. Menghafal (Tanpa Teks)

Dalam metode ini pembicara membuat teks kemudian menghafalkannya.

Kekurangan :1) bila lupa akan mempengaruhi isi pidato.

2) membosankan.

3) suara monoton.

Kelebihan:1) melatih daya ingat.

2)tersusun secara sistematis.

2. Posisi pidato.

Komunikasi akan lebih efektif jika si pembicara dapat dilihat oleh pendengar. Daya tarik akan kurang jika yang berpidato tidak dapat dilihat oleh seluruh pendengar. Usahakan berdiri, jangan duduk. Berpidato dengan duduk hanya dibenarkan dengan alasan tertentu. Ada juga pidato yang diucapkan dihadapan pendengar sama-sama duduk di lantai, misalnya pertemuan-pertemuan di desa. Yang berpidato harus dapat menyesuaikan diri dengan situasi.

3.Petunjuk untuk memulai pidato

a.mulailah dengan setenang mungkin.

b.berpikirlah sesuatu yang positif untuk melenyapkan rasa takut.

c. jangan memulai pidato dengan membaca dan terikat pada teks, tetapi berbicaralah dengan bebas.

d. jangan memulai dengan meminta maaf.

e. berusaha untuk menarik perhatian pendengar dan menciptakan kontak dengan mereka.

f. bernafaslah dengan sedalam-dalamnya sebelum memulai berbicara.

g. mulailah berbicara jika seluruh ruangan sudah tenang.

4.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berpidato

a.Bahan / topik pidato

1) topik pidato harus dikuasai dan diuraikan secara sistematis.

2)sesuai dengan tingkat pendidikan para pendengar.

3)sesuai dengan situasi dan status sosial.

b.Sikap

Harus wajar, tidak dibuat-buat dalam penyampaiannya dan harus percaya diri.

c.Situasi

Pendengar harus membuat keadaan yang tenang dan sakral.

5.Teknik penyampaian pidato

a.pidato disampaikan dengan bahasa yang baik dan tidak terlalu sukar serta komunikatif.

b.suara pembicara harus jelas.

c. nada suara teratur dan baik (tidak monoton).

d.aksentuasi (penekanan kata-kata penting).

Ada 3 bagian penekanan :

1)ketepatan pengucapan / lafal.

2)ketapatan intonasi.

3)ketepatan isi.

e.selingi humor yang tepat suasana.

f.kewajaran dan kelancaran / kecepatan saat berbicara.

h. pidato disampaikan dengan semangat dan berwibawa.

i.bahasa harus baik dan benar.

j. Penyampaian dibatasi dengan waktu.

k. Penampilan

Misalnya cara berpakaian yang sopan, harus tenang dan simpatik.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan referensi maka dilakukan penganaliaan, sehingga penyusun memiliki kesimpulan sebagai berikut :

Pidato dengan menggunakan persiapan berupa kerangka pun pembicara harus mengusai benar akan isinya. Berbeda dengan pidato dengan cara membaca. Disini pembicara tidak perlu mengusai isi sebelumya, tetapi teknik membaca yang baik harus dikuasai pembicara.

Pidato dengan metode menghafal amat tepat bagi orang yang daya ingatnya baik. Amat berbahaya apabila ada bagian-bagian pidato yang terlupa dan tidak bisa menggantinya secara spontan. Masing-masing metode pidato ada kelebihan dan kekuranganya. Ada beberapa persiapan khusus untuk masing-masing metode pidato.

Pidato yang lengkap perlu dikarang teksnya dahulu. Tema, topic, bahan-bahan harus dikumpulkan terlebih dahulu dari berbagai sumber baik tertulis, lisan, elektronika, dan sebagainya. Setelah bahan cukup, selanjutnya menyusuusn kerangka pidato dilanjutkan membuat naskah secara lengkap.B. Saran

Berikut ini akan dikemukakan beberapa saran yang diharapkan menjadi masukan bagi para pembaca yang ingin berpidato :

Keberhasilan pidato dilihat dari diterimanya pesan pidato yang disampaikan oleh pembicara kepada para pendengar. Agar itu semua bisa terwujud, kita harus menguasai semua teknik-teknik yang berkaitan dengan berpidato. Mulai dari menulis naskah pidato, hendaknya kita menulis naskah pidato yang sesuai dan diminati pendengar. Selain itu kita juga harus mengetahui kiat-kiat apa saja yang harus kita lakukan agar pendengar tertarik untuk mendengarkan pidato yang kita sampaikan serta tidak menyinggung perasaan pendengar. Selain itu kita harus banyak berlatih agar pidato yang kita sampaikan dapat berjalan dengan lancar dan kita tidak mengalami demam panggung yang dapat mengganggu konsentrasi dan penampilan kita dalam menyampaikan pidato.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2004. PidatoRresmi.http//yahoo.com. di akses 1 maret 2008

Anonim.2004. Pidatoi.http//yahoo.com. di akses 1 maret 2008 Setyadi.2003.Bahasa dan Sastra Indonesia.CV.Seti Aji

Ardi ani.2004. Bahasa dan Sastra Indonesia. CV.Seti Aji

Pidato Presiden Sukarno

Republik kita ini makin lama makin besar, makin kuat, meskipun ada pemberontakan, ada gerombolan-gerombolan, toh kita makin lama makin kuat, makin lama makin kuat. Tanyakan Duta besar-duta besar yang hadir disini Saudara-saudara, tidakkah benar, bahwa Republik Indonesia ini adalah satu negara yang sekarang ini bertumbuh kearah kekuatan dan kesentausaan

En toh, Saudara-saudara, dulu kita ini mempunyai apa, Saudara- saudara? Tetapi sebagai kekuatan, berulang-ulang, sejak dari mulanya kita mempunyai semangat yang menyala-nyala cinta kepada kemerdekaan: Sekali merdeka tetap merdeka! Dan semenjak proklamasi berkobar-kobar, bernyala-nyala, berapi-api didalam diri kita sampai kepada saat sekarang ini. Dan Insya Allah SWT sampai seterusnya, Saudara-saudara, saya minta seluruh dunia melihat semangat Indonesia ini, semangat manusia Indonesia baru sebagai yang saya maksudkan didalam permulaan pidato saya ini tadi, bahwa kita membangun satu jenis manusia baru yang fisik dadanya tegap, dan jiwapun tegap, semangatnya tegap, tekadnya tegap, rakyatnya tegap, tiap tetes darah didalam badan kita itu tegap. Tegak berdiri diatas kebenaran, tegak untuk mendirikan satu masyarakat yang adil dan makmur, tegak untuk mempertahankan dan menyempurnakan kemerdekaan kita ini. Hendaknya Sang Merah-Putih ini benar-benar, Saudara-saudara, menjadi lambang daripada kejayaan manusia didunia ini. Lambang daripada tekad sesuatu bangsa yang sekali telah bersumpah: Sekali merdeka, tetap merdeka! Dan menjalankan sumpahnya itu dengan segala konsekwensinya!

Sekali lagi saya minta, agar supaya jembatan Musi ini dengan kerja keras daripada aannemer, dengan bantuan kerja keras daripada seluruh masyarakat Indonesia, pada tanggal 10 April 1964 bisa dibuka, dan Insya Allah S.W.T, jikalau diberi oleh Tuhan hendaknya, saya ingin menjadi manusia yang pertama yang melewati jembatan Musi pada tanggal 10 April 1964.

Sekian Saudara-saudara, Assalamu'alaikum ww.

Merdeka!

Pidato Presiden Sukarno

Di Palembang, 10 April 1962

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Merdeka!

Saudara-saudara sekalian, syukur alhamdulillah dapat berkumpul disini. Sekarang bulan April 1962. Bapak berjanji kepada Rakyat, bahwa pembangunan jembatan Musi akan segera dimulai, dan pada waktu itu Bapak berkata: jembatan Musi ini harus selesai dalam waktu tiga tahun. Jadi sebenarnya jembatan ini sudah harus dibuka. Tapi, Saudara-saudara, berhubung dengan beberapa kesulitan yang harus diatasi lebih dahulu, pemancangan tiang pertama daripada jembatan Musi itu Insya Allah S.W.T baru dapat dijalankan hari ini,10 April 1962. Jadi jika saya hitung 3 tahun lagi, menjadi lebih lama dari tanggal 10 April 1965. Karena itu, meskipun Bapak minta maaf kepada Saudara-saudara sekalian, bahwa permulaan pekerjaan membuka atau membuat jembatan Musi itu baru bisa berjalan hari ini. Bapak sekarang perintahkan supaya jembatan Musi bisa dibuka tanggal 10 April 1964. Dan terutama sekali kepada pihak Jepang yang akan menjadi aannemer. Duta besar .....saya mohon berdiri. Ini Saudara-saudara Duta besar Jepang. Saya mohon agar pihak Jepang yang menjadi aannemer jembatan ini bekerja keras, supaya pada 10 April 1964 jembatan Musi sudah bisa dibuka. Kepada rakyat saya mohon bantuannya. Awal bulan April 1964 itu, diharapkan kesediannya untuk masing-masing memberikan kambing untuk disembelih

Revolusi membuat satu macam masyarakat Indonesia baru. Masyarakat Indonesia bersaudara, bukan yang baru, masyarakat Indonesia seperti yang sudah-sudah, hmm, Bukan manusia yang gagah, yang jiwanya tegap, tetapi manusia yang, kata orang Jawa: "Nun inggih", "sumuhun dawuh", kata orang Sunda.

Republik kita ini makin lama makin besar, makin kuat, meskipun ada pemberontakan, ada kelompok-kelompok kita makin lama makin kuat. Tanyakan Duta besar-duta besar yang hadir disini Saudara-saudara. Apakah sekarang ini tumbuh kekuatan dan kesentausaan

Saudara-saudara, dulu kita ini mempunyai apa-apa, tetapi sebagai kekuatan, berulang-ulang, sejak dari mulanya kita mempunyai semangat yang menyala-nyala cinta kepada kemerdekaan: Sekali merdeka tetap merdeka! Dan semenjak proklamasi berkobar-kobar, bernyala-nyala, berapi-api didalam diri kita sampai saat sekarang ini. Dan Insya Allah SWT sampai seterusnya, Saudara-saudara, saya mohon seluruh dunia melihat semangat Indonesia ini, semangat manusia Indonesia baru sebagai yang saya maksudkan didalam permulaan pidato saya ini tadi, bahwa kita membangun satu jenis manusia baru yang fisik dan jiwa yang tegap, semangatnya tegap, tekadnya tegap, rakyatnya tegap, tiap tetes darah didalam badan kita itu tegap. Tegak berdiri diatas kebenaran, tegak untuk mendirikan satu masyarakat yang adil dan makmur, tegak untuk mempertahankan dan menyempurnakan kemerdekaan kita ini. Hendaknya Sang Merah-Putih ini benar-benar, Saudara-saudara, menjadi lambang dari kejayaan manusia didunia ini. Lambang dari tekad suatu bangsa telah bersumpah: Sekali merdeka, tetap merdeka! Dan menjalankan sumpah itu dengan segala konsekwensinya.

Sekali lagi saya minta, agar jembatan Musi ini dengan kerja keras dari aannemer. Dengan bantuan kerja keras dari seluruh masyarakat Indonesia, pada tanggal 10 April 1964 bisa dibuka, dan Insya Allah S.W.T, jika atas hendak-Nya, saya ingin menjadi manusia yang pertama yang melewati jembatan Musi pada tanggal 10 April 1964.

Sekian Saudara-saudara, Assalamu'alaikum ww.

Merdeka!

PAGE 20