24
KATA PENGANTAR OM SUASTIASTU Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi / Tuhan Yang Maha Esa, maka dapatlah disusun makalah pkn tentang hubungan internasional indonesia dengan malaysia. Makalah ini saya susun berdasarkan materi yang diajarkan pada kelas XI tentang “Hubungan Internasional”. Saya sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna baik susunan kata-katanya maupun uraian materi yang dibahas dalam makalah ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. OM SANTHI SANTHI SANTHI OM Penyusun 1

makalah pkn

Embed Size (px)

Citation preview

KATA PENGANTAR

OM SUASTIASTUAtas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi / Tuhan Yang Maha Esa, maka dapatlah disusun makalah pkn tentang hubungan internasional indonesia dengan malaysia. Makalah ini saya susun berdasarkan materi yang diajarkan pada kelas XI tentang Hubungan Internasional. Saya sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna baik susunan kata-katanya maupun uraian materi yang dibahas dalam makalah ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. OM SANTHI SANTHI SANTHI OM

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANATAR................................................................................................1DAFTAR ISI..................................................................................................................2BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang........................................................................................................31.2 Rumusan Masalah...................................................................................................41.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................41.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................4BAB II PEMBAHASAN2.1 Tujuan Kerjasama.................................................................................................62.2 Bentuk kerjasama.................................................................................................82.3 Manfaat Kerjasama..............................................................................................92.4 Hambatan yang dihadapi.....................................................................................11BAB III PENUTUP..................................................................................................15DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................16

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangManusia sebagai mahluk individu adalah mahluk Monodualisme yang terdiri atas jiwa dan raga. Manusia menyadari bahwa dirinya memiliki dua aspek tersebut sehingga mampu mengadakan refleksi. Hal ini mengandung maksud bahwa berkat badannya, manusia adalah bagian dari alam semesta, tetapi berkat jiwanya maka ia melampaui alam semesta.Manusia sebagai pribadi adalah substansi, individu yang bersifat rasional dan mampu menyadari bahwa dunia luar merupakan obyek yang dapat dijadikan alat untuk mengembangkan dirinya menuju kearah kesempurnaan. Ciri khas adanya manusia adalah Eksistensi artinya, keluar dari dirinya sendiri, terbuka terhadap dunia luar. Keterbukaan terhadap dunia luar ini tidak hanya mampu mengenalnya , tetapi lebih dari itu. Artinya mampu mengolahnya secara kreatif dalam memenuhi kebutuhannya.Demi kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan manusia lainnya sehingga terjalin kerja sama, saling membantu, saling mendukung, memajukan dan mengembangkan untuk kepentingan bersama. Hasrat untuk selalu ingin hidup berkelompok ini oleh Aristoteles digambarkan sebagai Zoon Politicon, artinya mahluk yang selalu berkeinginan untuk hidup berkelompok dengan sesamanya. Manusia akan berarti jika bekerja sama dengan manusia lainnya. Dalam melakukan partisipasi atau bekerjasama dengan manusia lain, manusia memfungsikan daya nalarnya untuk memenuhi kebutuhan bersama. Sudah menjadi sifat alamiah bahwa hidup berkelompoknya manusia hanya akan berlangsung dalam suasana saling menghormati, bergantung dan saling bekerjasama.Hal ini tercantum dalam alinia I Mukadimah Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Piagam ini merupakan kristalisasi semangat atau tekad bangsa-bangsa di dunia untuk menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai sifat kodrat pemberian tuhan. Oleh karena itu, hubungan antara bangsa yang satu dengan yang lainnya wajib saling menghormati, bekerjasama secara adil dan damai untuk mewujudkan kerukunan hidup antara bangsa. Hubungan antar bangsa disebut juga Hubungan Internasional.

1.2 Rumusan Masalah Tujuan Kerjasama antara Indonesia dengan Malaysia. Bidang atau bentuk kerjasama. Manfaat kerjasama bagi kedua Negara. Hambatan yang dihadapi bagi kedua negara serta solusi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut.1.3 Tujuan Penulisan Untuk mengetahui tujuan kerjasama antara Indonesia dengan Malaysia. Untuk mengetahui manfaat kejasama antara Indonesia dengan Malaysia. Agar bisa menentukan dan menganalisis bentuk-bentuk kerjasama internasional. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam melakukan hubungan internasional.

1.4 Manfaat Penulisan Mengetahui tujuan kerjasama antara Indonesia dengan Malaysia. Dapat menganalisis bentuk-bentuk kerjasama internasional. Mengetahui manfaat kerjasama antara Indonesia dengan Malaysia. Mengetahui hambatan-hambatan dalam melakukan hubungan internasional.

BAB IIPEMBAHASANHubungan internasional sering disederhanakan sebagai hubungan antar bangsa atau antar negara. Misalkan dua negara mengadakan kerja sama disuatu bidang maka dikatakan keduanya tersebut menjalin hubungan internasional. Hubungan internasional juga dapat terjadi dalam hubungan antar negara-negara. Jadi tidak hanya terbatas pada dua negara.Dewasa ini hubunan internasional tidak hanya terbatas antara dua negara atau antar negara-negara saja, tetapi dapat terjadi antara negara dengan pihak lain yang berada di luar daerah teritorialnya. Kedudukan pihak lain tersebut sederajat dengan negara pada umumnya dan biasa disebut aktor non negara. Dengan demikian, hubungan internasional dapat dilakukan oloeh aktor negara dan juga aktor non negara. Hubungan internasional pada dasarnya keinginan antar bangsa untuk bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan hidup. Manusia sebagai mahluk pribadi tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidup sendiri.Demikian juga bangsa sebagai persekutuan hidup manusia akan saling berhubungan dan bekerja sama untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan antar bangsa berkembang menjadi hubungan antar negara.Hubungan internasional penting dalam rangka saling memenuhi kebutuhan hidup bangsa-bangsa atau masyarakat di negara-negara yang bersangkutan. Secara terperinci hubungan internasional penting dalam rangka:a. Menumbuhkan saling pengertian antar bangsa atau negara.b. Mempererat hubungan rasa persahabatan dan persaudaraan antar bangsa.c. Saling memenuhi kebutuhan setiap negara atau pihak yang berhubungan.d. Memenuhi keadilan dan kesejahtraan bagi rakyatnya.e. Membina dan menegakan perdamaian dan ketertiban dunia.Negara yang tidak mau melakukan hubungan internasional biasanya menjadikan negara tersebut terkucil dari pergaulan internasional. Negara tersebut makin lama akan semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dewasa ini, hampir tidak ada negara yang tidak melakukan hubungan internasional. Begitu juga Indonesia sebagai negara yang masih berkembang membutuhkan kerjasama internasional dengan beberapa negara di dunia contohnya dengan malaysia, yang telah saya kaji menjadi sebuah makalah dengan harapan orang yang membaca dapat dengan mudah memahami. Seperti yang akan saya bahas dalam bab pembahasan ini, sebagai jawaban saya terhadap rumusan masalah di atas.2.1 Tujuan kerjasama internasional Indonesia dengan MalaysiaMeskipun hubungan bilateral telah berjalan secara positif antara kedua negara, Datuk Seri Najib Tun Razak dan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono yang bertemu Selasa (18/5/2010) untuk konsultasi tahunan kedua negara, telah menyepakati upaya intensif untuk mewujudkan tujuan strategis dan ukuran kepentingan bersama. Hal ini termasuk meningkatkan kerjasama bilateral dengan merevitalisasi Rapat Komisi Bersama (Joint committee Meeting) dan memperkuat mekanisme perwakilan diplomatik melalui keputusan cepat dari masalah yang berhubungan dengan sifat dari keduapemerintah.

Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan setelah Ketujuh Konsultasi Tahunan antara Perdana Menteri dan Susilo, kedua pemimpin juga sepakat untuk mengintensifkan upaya untuk mewujudkan tujuan melanjutkan diskusi tentang memecahkan masalah ekonomi melalui persidangan Kedua Perdagangan dan Investasi Bersama Pertemuan di ketiga seperempat 2010. Tujuan strategis lainnya adalah memastikan bahwa hak-hak kedua pengusaha Malaysia dan pekerja rumah tangga Indonesia yang dilindungi melalui kesimpulan dari negosiasi pada Nota Kesepahaman (MoU) pada Rekrutmen dan Penempatan Pekerja Rumah Tangga Indonesia.

Dalam tujuan juga termasuk meningkatkan konektivitas udara melalui revisi MoU tentang Kerjasama dalam Penerbangan, mengakhiri negosiasi MoU tentang Kerjasama dalam Pemberantasan Illegal Logging dan Perdagangan Kayu dan Produk Kayu. Ttujuan lain untuk direalisasikan adalah menyimpulkan MoU kerjasama pada perikanan, memfasilitasi pendidikan lintas-perbatasan dengan menyimpulkan MoU dengan visa pelajar untuk program pendidikan dan meningkatkan wisatawan melalui perpanjangan MoU tentang kerja sama pariwisata. Najib dan SBY menegaskan kembali janji mereka untuk meningkatkan efektifitas hubungan bilateral dan kerjasama penegakan hukum untuk memerangi ancaman keamanan. Ini termasuk membentuk mekanisme bersama untuk mempromosikan pertukaran intelijen keuangan serta untuk memberantas pencucian uang.

Terkait dengan kasus perdagangan orang (Human Trafiking), kedua pemimpin menegaskan kembali komitmen kuat kedua negara dalam bekerja sama untuk memerangi kejahatan tersebut dan menyerukan negara-negara asal untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menghindari orang dari melarikan diri ke negara ketiga, termasuk mengatasi penyebab yang mendasari perdagangan manusia terhadap kemungkinana kerentanan pada korban perdagangan manusia yang sering diperlakukan secaraeksploitatif.

Pernyataan itu mengatakan kedua negara juga setuju untuk memastikan keselamatan dan keamanan navigasi maritim di dalam wilayah maritim mereka, termasuk Selat Melaka dan Laut CinaSelatan.

Para pemimpin juga mengakui bahwa hubungan bilateral jangka panjang bidang ekonomi sangat substansial untuk membentuk fondasi hubungan antara kedua negara, dan mengakui kebutuhan bagi kedua negara untuk bekerja sama dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi lebih lanjut untuk menimbulkan hubungan perdagangan baru yang dinamis.

Dalam hal ini, kedua Negara juga sepakat untuk merealisasikan usulan Indonesia untuk menyelenggarakan Pertemuan Komite Bersama Perdagangan dan Investasi Kedua Negara pada kuartalketigatahun2010.

Najib juga mendorong perusahaan-perusahaan Indonesia untuk meningkatkan investasi mereka di berbagai industri di Malaysia dan pada saat yang sama, kedua pemimpin menekankan kebutuhan untuk memfasilitasi investasi lintas-perbatasan seperti juga untuk secara bertahap menghapus tindakan-tindakan non-tarif dan hambatan lain untuk perdagangan.

Pada masalah pekerja domestik Indonesia, kedua pemimpin berusaha untuk mempercepat prosedur internal dengan tujuan untuk mengadopsi revisi Nota Kesepakatan tentang Rekrutmen dan Penempatan Pekerja Rumah Tangga Indonesia di Malaysia secepatnya.

Mengingat Laporan Malaysia-Indonesia Eminent Persons Group (EPG) disampaikan pada tanggal 17 Maret 2009 di Jakarta, kedua pemimpin menyampaikan penghargaaan atas kemajuan pelaksanaan rekomendasi Laporan untuk meningkatkan hubungan bilateral pada tingkat-orang ke-orang.

Kedua pemimpin berbagi pandangan bahwa Malaysia dan Indonesia harus melanjutkan kerjasama dalam forum internasional seperti PBB, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), Organisasi Konferensi Islam (OKI), serta Gerakan Non-Blok Kedua pemimpin itu puas dengan hasil dari konsultasi dan percaya bahwa tahun 2010 akan merupakan tahun yang sukses bagi hubungan Malaysia-Indonesia. Kedua pemimpin lebih lanjut dianggap bahwa tahun ini harus menjadi tonggak utama untuk menandai pertumbuhan dan perubahan bagi kedua negara.2.2 Bidang atau bentuk kerjasama antara Indonesia dengan MalaysiaBidang PendidikanHubungan antara indonesia dengan malaysia sudah terjalin sejak dulu, mereka melakukan hubungan di berbagai bidang khususnya di bidang pendidikan. Kedua negara ini dalam mengisi kerjasama di bidang pendidikan, dilakukan pertukaran pelajar antar negara. Selain pada bidang pendidikan indonesia juga melakukan kerjasama di bidang polotik, ekonomi, sosial dan budaya. Ini terbukti dari perdamaian mereka tetap utuh walaupun masalah kerap menghalangi kerjasama kedua negara ini. Kerjasama ini menghsilkan kesepakatan yang sah dan disetujui oleh kedua negara yang bersangkutan. Kerjasama dalam forum internasional seperti PBB, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), Organisasi Konferensi Islam (OKI), serta Gerakan Non-Blok (NAM). Kedua pemimpin itu puas dengan hasil dari konsultasi dan percaya bahwa tahun 2010 akan merupakan tahun yang sukses bagi hubungan Malaysia-Indonesia.Bidang EkonomiBanyaknya investor-investor dari Malaysia yang ber investasi di Indonesia telah sedikit banyak membantu pemerintah Indonesia di dalam mengentaskan pengangguran. Investor dari Malaysia banyak menanamkan investasinya dalam industri perkebunan kelapa sawit. Hal ini tentu menguntungkan bagi kedua belah pihak. Selain itu, di Malaysia juga banyak di tempatkannya Tenaga Kerja dari Indonesia yang bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT), petugas medis, pekerja bangunan serta tenaga profesional lainnya.

2.3 Manfaat kerjasama Internasional bagi indonesiaManfaat Kerjasama InternasionalDewan Keamanan PBB berperanan sangat penting selama masa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia (1945-1949) dan juga pada masa perang serta diplomasi pembebasan Irian Barat (Papua Barat) sekitar tahun 1960-1962 dari tangan Belanda.Pada tanggal 21 Juli 1947 terjadi agresi militer Belanda I terhadap wilayah Jawa dan Sumatra, atas usul India dan Australia, DK PBB memerintahkan penghentian tembak menembak pada tanggal 4 Agustus 1947. DK PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) yang terdiri dari Australia, Belgia dan Amerika Serikat, yang kemudian memfasilitasi Perjanjian Renville dan Konferensi Meja Bundar antara RI dan Belanda setelah terjadinya Agresi Militer kedua oleh Belanda pada tanggal 19 Desember 1948.Berbagai produk yang dihasilkan PBB juga sangat bermanfaat bagi negara kita, misalnya Universal Declaration of Human Rights, 10 Desember 1948, Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik 1966 dan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya 1966. Manfaat Perjanjian InternasionalManfaat paling besar yang didapat Indonesia melalui Perjanjian Internasional adalah diakuinya konsep negara kepulauan (archipelagic state concept) oleh bangsa-bangsa lain di dunia.Konsep ini mula-mula diajukan dalam Sidang Hukum Laut di Jenewa, Swiss, 1958, namun karena pendukung konsepsi ini sangat sedikit, Indonesia menarik kembali usulan Konsepsi Negara Kepulauan ini untuk diajukan pada sidang berikutnya.Dalam Konvensi Hukum Laut 1982 di Montego Bay, Jamaika, perjuangan Indonesia dengan dukungan Filipina, Fiji dan Mauritius berhasil membuat Konsepsi tersebut diterima dan diakui oleh bangsa-bangsa lain di dunia.Ketentuan-ketentuan Konvensi Hukum Laut 1982 yang sangat penting bagi Indonesiadiantaranya: Pengakuan atas batas 12 mil laut sebagai batas laut territorial negara pantai dan negara kepulauan. Pengakuan batas 200 mil laut sebagai zone ekonomi eksklusif (ZEE). Pengakuan hak negara tak berpantai untuk ikut memanfaatkan sumber daya alam dan kekayaan lautan.Walaupun prinsip negara kepulauan ini baru diakui dunia di dalam Konvensi Hukum Laut 1982, sebenarnya konsepsi ini sudah diakui negara-negara tetangga Indonesia dengan ditandatanganinya perjanjian-perjanjian bilateral antara Indonesia dengan: Malaysia mengenai landas kontinen Selat Malaka dan Laut Natuna di Kuala Lumpur 27 Oktober 1969 dan mulai berlaku 7 Nopember 1969. Thailand mengenai landas kontinen Selat Malaka bagian Utara dan Laut Andaman di Bangkok 17 Desember 1971 dan mulai berlaku 7 April 1972 Malaysia dan Thailand mengenai landas kontinen Selat Malaka bagian Utara di Kuala Lumpur 2i Desember 1971 dan mulai berlaku 16 Juli 1973. Australia mengenai penetapan garis dasar laut tertentu (Laut Arafuru dan daerah utara Irian Jaya-Papua Nugini) di Canberra 18 Mei 1971 dan mulai berlaku 18 Nopember 1973. Singapura mengenai penetapan garis batas laut teritorial, di Jakarta, 25 mei 1973 dan mulai berlaku 30 Agustus 1974. India, mengenai penetapan garis batas dan landas kontinen Laut Andaman di Jakarta 8 Agustus 1974.Berdasarkan pengakuan prinsip Negara Kepulauan ini dan perjanjian bilateral dan multilateral dengan negara-negara tetangga, luas negara kita bertambah dari 2.000.000 km2 menjadi 8.000.000 km2, yang terdiri dari: Daratan / Kepulauan: 2.027.087 km2. Laut teritorial: 3.166.163 km2. Landas Kontinen: 800.000 km2. ZEE : 2.500.000 km2.Keseluruhan wilayah tersebut kita pandang sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial dan budaya, serta pertahanan keamanan yang satu dan utuh, yang dikenal sebagai Konsep Wawasan Nusantara yang lahir pada tahun 1957 oleh Deklarasi Juanda.2.4 Hambatan yang dihadapi oleh kedua negara dalam menjalin hubungan internasional serta solusi yang harus dipakai untuk menyelesaikan masalah tersebutHubungan antara Indonesia dan Malaysia beberapa kali mengalami pasang surut. Pada tahun 1963, terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia. Perang ini berawal dari keinginan Malaysia untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak dengan Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1961 . Hubungan antara Indonesia dan Malaysia juga sempat memburuk pada tahun 2002 ketika kepulauan Sipadan dan Ligitan di klaim oleh Malaysia sebagai wilayah mereka, dan berdasarkan keputusan Mahkamah Internasional (MI) di Den Haag, Belanda bahwa Sipadan dan Ligitan merupakan wilayah Malaysia. Sipadan dan Ligitan merupakan pulau kecil di perairan dekat kawasan pantai negara bagian Sabah dan Provinsi Kalimantan Timur, yang diklaim dua negara sehingga menimbulkan persengkataan yang berlangsung selama lebih dari tiga dekade. Sipadan dan Ligitan menjadi ganjalan kecil dalam hubungan sejak tahun 1969 ketika kedua negara mengajukan klaim atas kedua pulau itu. Kedua negara tahun 1997 sepakat untuk menyelesaikan sengketa wilayah itu di MI setelah gagal melakukan negosiasi bilateral. Kedua belah pihak menandatangani kesepakatan pada Mei 1997 untuk menyerahkan persengkataan itu kepada MI. MI diserahkan tanggung jawab untuk menyelesaikan sengketa dengan jiwa kemitraan. Kedua belah pihak juga sepakat untuk menerima keputusan pengadilan sebagai penyelesaian akhir sengketa tersebut. Selain itu, pada 2005 terjadi sengketa mengenai batas wilayah dan kepemilikan Ambalat.Selain itu pula. Pada Oktober 2007 terjadi konflik akan lagu Rasa Sayang-Sayange dikarenakan lagu ini digunakan oleh departemen Pariwisata Malaysia untuk mempromosikan kepariwisataan Malaysia, yang dirilis sekitar Oktober 2007. Sementara Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor mengatakan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu Kepulauan Nusantara (Malay archipelago), Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu bersikeras lagu "Rasa Sayange" adalah milik Indonesia, karena merupakan lagu rakyat yang telah membudaya di provinsi ini sejak leluhur, sehingga klaim Malaysia itu hanya mengada-ada. Gubernur berusaha untuk mengumpulkan bukti otentik bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu rakyat Maluku, dan setelah bukti tersebut terkumpul, akan diberikan kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor menyatakan bahwa rakyat Indonesia tidak bisa membuktikan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu rakyat Indonesia.Sumber Konflik Indonesia-MalaysiaSerangkaian kasus yang terjadi (dari Perseteruan Ambalat hingga saling tangkap di perbatasan Johor Kepri) tak dimungkiri hanyalah menambah deretan panjang ketidakharmonisan hubungan bilateral Kuala Lumpur Jakarta. Kita bersyukur bahwa sampai saat ini relasi kedua negara masih tetap bisa dipertahankan, meski banyak upaya mesti dilakukan agar hubungan Jakarta Kuala Lumpur tidak semakin memburuk. Dalam hemat penulis, ada sedikitnya 3 (tiga) masalah besar yang menjadi sumber konflik dan hambatan serius bagi relasi Indonesia-Malaysia. Pertama, soal TKI. Siapapun tahu bahwa upah kerja di Malaysia lebih tinggi. Tidak heran jika banyak warga negara Indonesia yang mengadu nasib sebagai TKI. Jumlah TKI di Malaysia diperkirakan mencapai 1,5 hingga 2 juta. Yang tercatat resmi sekitar 1,5 juta. Yang heboh, jumlah ini ternyata setara dengan hampir 8 persen jumlah penduduk Malaysia. Keluhan yang sering terdengar di kalangan rakyat Malaysia adalah TKI yang pria sering terlibat dalam aksi-aksi kriminalitas di negeri mereka. Dalam soal TKI, pemerintah Indonesia wajib melobi pemerintah dan departemen terkait di Malaysia untuk memberikan proteksi tambahan kepada para TKI. Toh, pemerintah RI sendiri memang belum mampu menciptakan lapangan kerja yang memadai. Malaysia adalah satu satunya negara di Asia Tenggara yang berkenan menerima TKI dalam jumlah banyak dibandingkan Singapura atau Filipina.Tentu, Jakarta perlu merenungi betapa repotnya Malaysia mengurus ratusan ribu TKI ilegal. Kendati pemerintah Malaysia tentunya perlu berterima kasih karena berbagai gedung tinggi dan megah tak lain merupakan hasil karya warga Indonesia. Artinya, seperti dinyatakan Dubes Malaysia untuk Indonesia kepada Penulis dalam jamuan Idul Fitri tahun 2007 lalu, Dato Zainal Abidin Bin Zain, baik Malaysia maupun Indonesia saling membutuhkan satu sama lain. Menurutnya, jika ekonomi Indonesia terus membaik, maka Malaysia juga diuntungkan dalam hal kerjasama ekonomi, teknologi, dan pendidikan.

Kedua, territorial overlapping claims (tumpang-tindih klaim perbatasan). Soal perbatasan hampir membuat Indonesia dan Malaysia adu tembak. Gara-gara sengketa pulau Sipadan-Ligitan yang diklaim Indonesia adalah miliknya pada tahun 2002, relasi Jakarta-Kuala Lumpur sempat hambar. Mahkamah Internasional di Den Haag memenangkan Malaysia karena di pulau Sipadan-Ligitan secara de facto digunakan bahasa, kultur, dan mata uang Malaysia. Akhirnya, secara de jure pun Malaysia dinobatkan sebagai pemilik kedua pulau tersebut. Setelah itu, hubungan Indonesia-Malaysia sangat memanas akibat soal Ambalat (Pebruari 2005). Semua kekuatan militer Indonesia dipusatkan di Kalimantan dan Sulawesi, dua wilayah yang berdekatan dengan Ambalat. Baik militer Indonesia maupun Malaysia tampak siap mengokang senjata masing-masing. Untungnya, pemimpin kedua negara tetap berkepala dingin dan berlaku bijaksana. Melalui jalur diplomatik, masalah Ambalat selesai secara damai meski aksi demo menentang Malaysia di seluruh wilayah NKRI seakan tak pernah berhenti waktu itu. Ketiga, illegal logging atau pembalakan liar. Drama penggundulan hutan di Indonesia sudah lama dipentaskan. Namun, kapan para sutradara dan pemainnya akan dihukum seberat-beratnya tetap menunggu keberanian para penegak hukum: Polri, Jaksa, Hakim. Ahli ekonomi kehutanan dari DFID (Department for International Development), Inggris, David W Brown, Indonesia dirugikan sebesar US$ 5,7 miliar (Rp 54,75 triliun) per tahun akibat illegal logging. Yang gawat, sudah 70 % hutan perawan di tanah air dikabarkan telah amblas: dijarah, ditebang, dibakar, digunduli atau dialihfungsikan. Ratusan ribu hektar hutan di negeri ini ditebang secara ilegal tanpa ada aksi hukum yang layak diacungi jempol. Berbagai jenis kayu berkualitas dan berharga sangat mahal begitu leluasa dikirim ke Malaysia baik melalui jalur laut seperti di Papua, Jambi dan Riau atau jalur darat seperti di Kalimantan. Salahkah pengusaha Malaysia? Jangan mencaci pembeli, tetapi penjual. Jika aparat keamanan NKRI, baik yang di laut maupun di darat, berjiwa nasionalis dan steril dari godaan suap, maka tidak akan pernah ada kayu dari hutan Indonesia dikirim ke negara lain secara ilegal.

Prospek Relasi HarmonisSelama ini, ketiga masalah besar itulah yang menjadi hambatan paling serius dan sumber konflik dalam meningkatkan hubungan bilateral Malaysia-Indonesia. Masing-masing pihak tampak kerap terjebak dalam pelbagai misunderstandings atau kesalahpahaman. Celakanya, beberapa kasus yang mencuat di Malaysia sepertinya dijadikan sebagai komoditas politik yang diperjual-belikan oleh sebagian elite di tanah air, juga di Malaysia tentunya. Secara serius, sejumlah pejabat Malaysia menyatakan kepada penulis keinginan mereka agar Indonesia menjadi negara sejahtera dan stabil. Apalagi, Malaysia sangat berkepentingan dengan kerjasama ekonomi terhadap Indonesia. Selain itu, seperti diungkapkan Atase Pendidikan Kedubes Malaysia di Jakarta, Datuk Dr. Junaidy Abu Bakar, kepada penulis via sambungan seluler internasional, ribuan mahasiswa Indonesia diberi beasiswa untuk belajar di Malaysia dengan harapan mereka nantinya dapat menjadi fasilitator terbinanya hubungan baik Jakarta Kuala Lumpur demi kemaslahatan kedua negara bertetangga tersebut (20/8/10).Menyikapi masalah-masalah tadi dan dalam rangka menciptakan relasi harmonis negara bertetangga (good neighbourly relationship), baik Malaysia maupun Indonesia harus melakukan 3 hal penting. Pertama; semua masalah diatas harus mulai dibahas secara serius dan tuntas. Membiarkan semua persoalan tersebut sama artinya dengan membuka celah bagi kedua negara untuk kembali bermusuhan. Kedua; kedua pihak harus mendepankan dialog dan menghindari cara-cara kekerasan seperti saling ancam menggunakan kekuatan militer, dan. Ketiga; penyelesaian perlu dengan cara pendekatan budaya (cultural approach) mengingat kedua negara masih serumpun dengan leluhur yang tidak jauh berbeda. Arah menjalin hubungan baik Indonesia-Malaysiasebenarnyamulaidibangunsecaragradual. Kita sebagai masyarakat pastilah mendambakan hubungan antar negara yang berbasis pada saling menghargai dan menghormati. Ini, jika konflik dan saling provokasi memang hendak dikafani dalam arti yang sesungguhnya oleh kedua belah pihak.

BAB IIIPENUTUPBerbagai upaya yang dilakukan membutuhkan waktu dan keseriusan semua pihak untuk dapat merealisasikan hubungan bilateral yang ideal antara Indonesia dengan Malaysia. Dengan dukungan dan keyakinan yang diberikan oleh semua pihak di Indonesia atas pentingnya hubungan kerjasama dengan Malaysia, kiranya Perwakilan RI di Kuala Lumpur, akan dibekali oleh suatu tekad yang kuat untuk mengupayakan tercapainya titik hubungan bilateral yang tinggi antara Indonesia dengan Malaysia melebihi apa yang sebelumnya. Satu hal telah dapat dipastikan, yaitu bahwa hubungan Indonesia-Malaysia yang ada sekarang jelas memerlukan peningkatan yang tajam, dan semua pihak perlu menyadari bahwa beberapa tahun terakhir telah lewat tanpa arti mendalam bagi hubungan kedua negara, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya baru untuk make-up for lost time dalam hubungan bilateral Indonesia-malaysia selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penulis. 2010. Modul PKN Kelas XI Semester 3. Singaraja : Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Singaraja.www.google.co.id1

1