32
14 Terjadinya Gangguan Asidosis Metabolik pada Tubuh Grevonds Austen 102013223 Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510 No. Telp (021) 5694-2061, e-mail: [email protected] Asbtrak Keseimbangan asam basa adalah suatu keadaan dimana konsentrasi ion hydrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hydrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah. Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain (disebut sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima ion H+ dari zat lain (disebut sebagai akseptor proton). Manusia menghirup udara untuk mendapatkan oksigen, namun tidak semua udara yang dihirup dapat digunakan oleh tubuh, karena udara tercampur dengan berbagai jenis gas. Pada waktu kita bernapas, paru-paru menarik udara dari ruang tenggorokan. Saat dihembuskan, rangka tulang rusuk tertarik ke arah dalam,

MAKALAH PLENO E9.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah pbl pleno

Citation preview

Terjadinya Gangguan Asidosis Metabolik pada Tubuh

Grevonds Austen102013223

Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

No. Telp (021) 5694-2061, e-mail: [email protected]

Keseimbangan asam basa adalah suatu keadaan dimana konsentrasi ion hydrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hydrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah. Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain (disebut sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima ion H+ dari zat lain (disebut sebagai akseptor proton).

Manusia menghirup udara untuk mendapatkan oksigen, namun tidak semua udara yang dihirup dapat digunakan oleh tubuh, karena udara tercampur dengan berbagai jenis gas. Pada waktu kita bernapas, paru-paru menarik udara dari ruang tenggorokan. Saat dihembuskan, rangka tulang rusuk tertarik ke arah dalam, dan diafragma di bawah tulang rusuk bergerak ke atas. Ketika paru-paru mengecil, udara yang ada di dalam kantung udara sedikit demi sedikit terdorong ke luar melalui batang tenggorokan.

Kata Kunci : keseimbangan asam basa, Oksigen (O2), Karbondioksida (CO2)

AbstractAcid-base balance is a condition in which the concentration of hydrogen ions produced is equivalent to the concentration of hydrogen ions released by the cells . In the process of life on the level of molecular acid balance is generally associated with a weak acid and weak base . Acids are defined as substances that can provide H + ions to other substances ( referred to as a proton donor ) , while the base is a substance that can accept H + ions from other substances ( referred to as a proton acceptor ) . Humans breathe air to get oxygen , but not all of the inhaled air can be used by the body , because the air is mixed with various types of gas . At the time we breathe , the lungs draw air from the chamber throat . When exhaled , the framework ribs attracted inward , and the diaphragm under the ribs move upward . When the lungs shrink , the air in the air sacs gradually pushed out through the windpipe .Keywords : acid-base balance , oxygen ( O2 ) , carbon dioxide ( CO2 )Pendahuluan

Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan Basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Untuk menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara. Yang pertama menggunakan indikator warna, yang akan menunjukkan sifat suatu larutan dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya. pHmerupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan larutan netral memiliki pH=7. pH suatu larutan dapat ditentukan dengan indikator pH atau dengan pH meterManusia menghirup udara untuk mendapatkan oksigen, namun tidak semua udara yang dihirup dapat digunakan oleh tubuh, karena udara tercampur dengan berbagai jenis gas. Pada waktu kita bernapas, paru-paru menarik udara dari ruang tenggorokan. Saat dihembuskan, rangka tulang rusuk tertarik ke arah dalam, dan diafragma di bawah tulang rusuk bergerak ke atas. Ketika paru-paru mengecil, udara yang ada di dalam kantung udara sedikit demi sedikit terdorong ke luar melalui batang tenggorokan.

Sistem pernapasan manusia terdiri dari bagian hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan paru-paru. Hal ini bertanggung jawab untuk proses respirasi yang sangat penting untuk kelangsungan hidup makhluk hidup. Respirasi adalah proses mendapatkan dan menggunakan oksigen, sementara menghilangkan karbon dioksida. Ini adalah proses dimana manusia mengambil oksigen dari lingkungan mereka dan memberikan karbon dioksida yang dihasilkan sebagai hasil dari reaksi kimia dalam sel. Sistem khusus yang membawa tentang proses kritis respirasi pada manusia dikenal sebagai sistem pernapasan manusiaPembahasan

Struktur Saluran Pernapasan1. MakroHidung; berbentuk piramid. Ke arah inferior hidung memiliki dua pintu masuk berbentuk bulat panjang, yakni nostril atau nares yang terpisah oleh septum nasi. Permukaan infero-lateral hidung berakhir sebagai alae nasi yang bulat. Rangka tulang terdiri dari os nasale, processus frontalis maxillaries, bagian nasal ossis frontalis. Rangka tulang rawan terdiri dari cartilago septi nasi, cartilago nasi lateralis, dan cartilago ala nasi major dan minor. Otot hidung terdiri dari M. nasalis dan M. depressor septi nasi yang merupakan bagian dari otot wajah. Persarafan utama otot-otot hidung oleh N. facialis (N. VII).1,2Rongga Hidung; terdiri atas 3 regio, yaitu vestibulum, penghidu, dan pernapasan. Vestibulum dilapisi oleh kulit yang mengandung bulu hidung, berguna untuk menahan partikel yang terkandung daam udara yang dihisap. Ke arah atas dan dorsal vestibulum dilapisi oleh limen nasi yang sesuai dengan tepi atas cartilago ala nasi major. Di mulai sepanjang limen nasi ini kulit yang melapisi vestibulum dilanjutkan dengan mukosa hidung. Regio penghidu berada di sebelah cranial;1 dimulai dari atap rongga hidung daerah ini meluas sampai setinggi concha nasalis superior dan bagian septum nasi yang ada di hadapan concha tersebut. Regio pernapasan adalah bagian rongga hidung selebihnya. Pembuluh darah yang memperdarahi rongga hidung adalah:21. Aa. ethmoidales anterior dan posterior, cabang A. Opthalmica, yang mendarahi pangkal hidung, sinus-sinus/cellulae ethmoidales dan frontalis;

2. A. sphenopalatina, cabang A. maxillaris interna, mendarahi mukosa dinding-dinding lateral dan medial hidung;

3. A. palatina major, csbang palatina descendens A. maxillaris interna yang melewati foramen palatinum majus dan canalis incisivus serta beranastomosis dengan A. sphenopalatina;

4. A. labialis superior, cabang A. facialis, yang memperdarahi septum nasi daerah vestibulum, beranastomosis dengan A. sphenopalatina.

Vena-vena rongga hidung membentuk plexus cavernosus yang terutama berada pada submukosa bagian caudal septum nasi, concha nasalis medius, dan concha nasalis inferior. Persarafan utamanya oleh cabang-cabang N. trigeminus (N. V), otonom secretomotorik dan vasomotorik serta N. olfactorius (N. I).3

Gambar 2. Hidung dan Rongga Hidung. Sumber: Ensiklopedia Britannica

Pharynx (Tekak); seperti pipa yang panjangnya 12-14 cm membentang dari basis cranii sampai setinggi vertebra cervical 6 atau tepi bawah cartilago cricoidea. Di sebelah caudal dilanjutkan dengan oesophagus (kerongkongan). Di sebelah cranial dibatasi oleh bagian posterior corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris ossis occipitalis. Di sebelah dorsal dan lateral pharynx terdapat jaringan longgar yang menempati spatium peripharyngeale.4 Di sebelah dorsal, jaringan penyambung longgar tersebut memisahkan pharynx dari fascia alaris (lembar depan fascia prevertebralis). Di sebelah ventral, pharynx terbuka ke dalam rongga hidung, mulut dan larynx; dengan demikian dinding anteriornya tidak sempurna. Spatium parapharyngeale, atau yang biasa disebut pharyngeale laterale, mempunyai batas-batas sebagai berikut:2i. Ventrolateral: ramus mandibulae dan M. pterygoideus medialis/internus;

ii. Posterolateral; glandula parotis dan pembungkusnya;

iii. Medial: dinding lateral pharynx;

iv. Caudal: sampai setinggi os. Hyoideum, dibatasi oleh glandula submandibularis dan pembungkusnya serta M. Stylohyoideus.

v. Dorsal; fascia bersama yang membungkus A. carotis interna, V. jugularis interna, dan N. vagus yang dikenal sebagai saluran pembungkus buluh dan saraf (carotid steath).

Gambar 3. Pharynx (Faring). Sumber: http://arispurnomo.com/wp-content/uploads/2010/11/faring.gifKe sebelah dorsal spatium parapharyngeale ini berhubungan dengan spatium retropharyngeale. Batas sebelah dorsal spatium pharyngeale ini adalah fascia alaris. Pharynx dibagi menjadi 3 bagian, yakni:21) Nasopharynx (Epipharynx); berada di sebelah dorsal hidung dan sebelah cranial palatum molle. Rongga nasopharynx tidak pernah tertutup, berbeda dari oropharynx dan laringopharynx.Ke arah ventral berhubungan dengan rongga hidung melalui choanae (apertura nasalis posterior), yang masing-masing terpisah oleh septum nasi. Nasopharynx dan ororpharynx berhubungan melalui isthmus pharyngeum yang dibatasi oleh tepi palatum molle dan dinding posterior pharynx.1 Sewaktu proses menelan dan berbicara, isthmus pharyngeum ini tertutup oleh elevasi palatum molle dan pembentukan lipatan Passavant (fold of Passavant) yang terbentuk oleh kontraksi M. sphincter palatopharyngeal yang berfungsi sebagai sphincter, M. salpingopharyngeus, dan M. constrictor pharyngis superior di dinding dorsal pharynx.32) Oropharynx (Mesopharynx); terbentang mulai dari palatum molle sampai tepi atas epiglotis atau setinggi corpus vertebrata cervical 2 dan 3 bagian atas. Di sebelah ventral berhubungan dengan cavum oris melalui isthmus oropharyngeum (isthmus faucium) berhadapan dengan aspek pharyngeal lidah.3 Pada kedua dinding lateral ororpharynx terdapat masa jaringan limfoid yang disebut tonsilla palatina, tepatnya di sebelah dorsal gigi bawah molar ketiga dan diproyeksikan pada sebuah daerah bulat telur di atas bagian bawah M. masseter, sedikit di sebelah anterosuperior terhadap angulus mandibulae. Tonsilla palatina bervariasi ukurannya dan seringkali meradang, menimbulkan inflamasi dan hipertrofi; karena itu sukar menentukan bentuk normalnya.53) Laryngopharynx (Hypopharynx); membentang dari tepi cranial epiglotis sampai tepi inferior cartilago cricoidea atau mulai setinggi bagian bawah corpus vertebra cervical 3 sampai bagian atas vertebra cervical 6. Ke arah caudal laryngopharynx dilanjutkan sebagai oesophagus. Di dinding anteriornya yang tidak sempurna, terdapat pintu masuk ke larynx (aditus laryngis) dan di bawahnya terdapat permukaan posterior cartilago arytanoidea dan cartilago cricoidea. Pada masing-masing sisi ventro-caudo-lateral aditus laryngis ini terdapat fossa/recessus piriformis yang dibatasi di sebelah medial oleh plica aryepiglotica dan di sebelah lateral oleh cartilago thyrohyoidea dan membrana thyrohyoidea.1,4Perdarahan berasal dari A. pharyngea ascendens, A. palatina ascendens, dan ramus tonsilaris cabang A. facialis, A. palatina major dan A. canalis pterigoidei cabang A. maxilaris interna dan rami dorsales linguae cabang A. lingualis. Pembuluh-pembuluh balik membentuk sebuah plexus yang ke atas berhubungan dengan plexus pterygoideus dan ke arah bawah bermuara ke dalam V. jugularis interna dan V. facialis.5 Sementara persarafannya berasal dari plexus pharyngeus. Plexus ini dibentuk oleh rami pharyngei N. glossopharyngeus (N. IX), N. vagus (N. X), dan serabut-serabut simpatik post-ganglioner dari ganglion cervicale superius; plexus tersebut berada pada jaringan penyambung di sebelah luar M. constrictor pharyngis medius.1Larynx (Pangkal Tenggorok); merupakan saluran udara yang bersifat sphincter dan juga organ pembentuk suara, membentang antara lidah sampai trachea atau pada laki-laki dewasa setinggi vertebra cervical 3 sampai 6, tetapi sedikit tinggi pada anak dan perempuan dewasa. Larynx berada di antara pembuluh-pembuluh besar leher dan di sebelah ventral tertutup oleh kulit, fascia, dan otot-otot depressor lidah. Ke arah atas, larynx terbuka ke dalam laryngopharynx; dinding posterior larynx menjadi dinding anterior laryngopharynx. Ke arah bawah larynx dilanjutkan sebagai trachea. Tulang-tulang rawannya terdiri atas cartilago tyrohyoidea, cartilago cricoidea, dan cartilago epiglotis yang masing-masing sebuah, serta cartilago arytaenoidea, cartilago cuneiforme, dan cartilago corniculatum yang masing-masing sepotong.1,5 Pada laring, terdapat dua pasang lipatan lateral membagi rongga laring tersebut yaitu pasangan bagian atas yang disebut lipatan ventrikular (pita suara palsu), tidak berfungsi pada produksi suara, dan lipatan vocalis yang merupakan pita suara sejati. Pita suara sejati melekat pada tulang rawan thyroid dan kartilago cricoid, serta aritenoid. Pembuka diantara pita ini adalah glotis. Saat bernapas, pita suara terabduksi (tertarik membuka) oleh otot laring, dan glotis membentuk triangular. Saat menelan, pita suara teraduksi (tertarik menutup) dan glotis membentuk celah sempit. Dengan demikian, kontraksi otot rangka mengatur ukuran pembukaan glotis dan derajat ketegangan pita suara yang diperlukan untuk produksi suara.3Perdarahan utama larynx berasal dari cabang-cabang A. thyreoidea superior dan A. thyreoidea inferior. Nadi-nadi ini disertai oleh venanya. V. thyreoidea superior bermuara ke dalam V. jugularis interna dan V. thyreoidea inferior bermuara ke dalam. V. brachiocephalica sinistra. Sementara persarafan utama berasal dari cabang-cabang internus dan eksternus N. laryngeus superior, N. recurrens, dan saraf simpatis. Mungkin seluruh ramus internus N. laryngeus superior merupakan saraf sensorik otonom.2,4

Gambar 4. Larynx. Sumber: http://arispurnomo.com/wp-content/uploads/2010/11/laring.jpg

Trachea (Tenggorok); merupakan sebuah pipa udara yang terbentuk dari tulang rawan dan selaput fibro-muskular, panjangnya sekitar 10-11 cm, sebagai lanjutan dari larynx, membentang mulai setinggi cervical 6 sampai tepi atas vertebra thoracal 5. Ujung caudal trachea terbagi menjadi bronchus principalis (primer, utama) dan dexter dan sinister.2 Trachea terletak hampir di bidang sagital, tetapi biasanya bifurkasi trakea sedikit terdesak ke arah kanan oleh arcus aortae. Selama inspirasi dalam, mungkin inspirasi ini turun sampai setinggi vertebra thoracal 6. Bentuk trakeas sedikit kurang silindrik, karena datar di sebelah posterior. Trakea dapat tetap terbuka karena adanya 16 sampai 20 cincin kartilago berbentuk C. Ujung posterior mulut cincin dihubungkan oleh jaringan ikat dan otot sehingga memungkinkan ekspansi esofagus.3Seperti yang telah disebutkan, pada vetebra toraks kelima, trakea akan bercabang menjadi dua bronkus utama, bronkus primer kanan dan bronkus primer kiri. Bronkus primer kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal, dan lebih lurus dibandingkan bronkus primer kiri karena arkus aorta membelokan trakea bawah kekanan. Objek asing yang masuk kemungkinan akan masuk ke bronkus kanan.5 Setiap bronkus primer nantinya akan bercabang menjadi bronkus sekunder dan tertier dengan diameter semakin kecil. Saat tuba semakin menyempit, batang atau lempeng kartilago mengganti cincin kartilago. Suatu bronkus disebut ekstrapulmonar, sampai memasuki paru-paru. Setelah itu baru disebut intra pulmonar. Nantinya, percabangan bronki akan menjadi struktur dasar paru-paru yaitu bronki, bronkiolus, bronkiolus terminal, bronkiolus respiratorius, duktus alveolar, dan alveoli.6

Gambar 5. Trakea dan Sekitarnya. Sumber: makalahkesehatan.co.cc

Terutama trachea didarahi oleh A. tyreohyoidea inferior, sementara ujung thoracalnya didarahi oleh cabang Aa. Bronchiales yang naik untuk beranastomosis dengan A. thyreohyoidea inferior tersebut. Semua pembuluh darah ini juga memperdarahi oesophagus. Vena-vena yang membawa darah dari trachea berakhir di plexus venosus thyrohyoidea inferior. Persarafan utamanya berasal dari cabang-cabang tracheal N. vagi, Nn. Recurrens, dan truncus symphaticus serta disebarkan menuju otot-otot dan mukosa trachea. Ujung-ujung saraf simpatis membangkitkan bronchodilatasi, sementara parasimpatis menyebabkan bronchokonstriksi.2Thorax (Dada); merupakan superior batang badan, antara perut dan dada. Mempunyai bentuk kerucut yang terpancung horizontal. Di dalam thoraks ini terkandung rongga thorax. Rongga thorax memiliki akses masuk ke dalam pintu atas dan pintu bawah thorax. Pintu atas thorax (apertura thoracis superior) yang sempit terbuka dan berkesinambungan dengan leher; pintu bawah thorax (apertura thoracis inferior) yang relatif luas, tertutup oleh diafragma. Terdapat otot-otot dinding thorax murni yang mengubah volume thorax sewaktu bernafas, yaitu Mm. intercostales, M. subcostalis, M. tranversus thoracis, M. serratus posterior superior, dan M. serratus posterior inferior, Mm. levatores costarum, dan diapraghma.3 Selain itu, terdapat otot tipis yang mengisi sela iga, yakni Mm. intercostales. Otot-otot intercostalis ini dipersarafi oleh Nn. intercostales yang sesuai. Secara berkelompok, masing-masing lapis otot intercostalis ini menggerakkan iga-iga untuk membantu pernapasan. Aa. intercostales yang mendarahi dinding thorax berasal dari tiga sumber, yakni:6i. aorta thoracales yang berada pada mediastinum posterius;

ii. sepasang A. intercostalis suprema, cabang truncus costo-cervicales A. subclavia;

iii. sepasang A. thoracica interna, cabang A. subclavia.

Pulmo (Paru); merupakan bagian terakhir dari sistim pernapasan, yang merupakan organ repiratorik. Paru-paru adalah sebuah organ berbentuk piramid seperti spons dan berisi udara, terletak dalam rongga toraks. Paru-paru kanan memiliki tiga lobus sedangkan paru-paru kiri memiliki dua lobus. Setiap paru memiliki sebuah apex yang mencapai bagian atas iga pertama, sebuah permukaan diafragmatik yang terletak diatas diafragma, sebuah permukaan mediastinal yang terpisah dari paru lain oleh mediastinum, dan permukaan costal yang terletak diatas kerangka iga.4 Permukaan mediastinalnya sendiri memiliki hillus yang merupakan tempat keluar masuknya pembuluh darah bronki, pulmonar, dan bronkial dari paru. Paru-paru diselimuti oleh selaput yang disebut pleura. Pleura terbagi menjadi pleura parietal dan pleura viseral. Pleura parietal adalah bagian pleura yang melapisi rongga toraks (kerangka iga, diafragma, dan mediastinum) sedangkan pleura viseral adalah bagian yang melapisi paru dan bersambungan dengan pleura parietal di bagian bawah paru.6

Gambar 6. Bronkus dan Paru. Sumber: www.arisclinic.com/wp-content/uploads/2011/04/Anatomi-paru2.jpg

Bagian sistem pernapasan yang beruhubungan dengan pleura memiliki dua bangun khusus yaitu rongga pleura dan resesus pleura. Rongga pleura adalah ruang potensial antara pleura parietal dengan pleura viseral yang mengandung lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini disekresi oleh sel-sel pleural sehingga paru-paru dapat mengembang tanpa melakukan friksi. Tekanan cairan agak negatif dibandingkan tekanan atmosfer. Rongga pleura kiri lebih kecil dari rongga pleura kanan, karena sebagian besar jantung menempati sisi sebelah kiri garis tengah. Bangun kedua adalah resesus pleura. Resesus ini adalah area rongga pleura yang tidak berisi jaringan paru.3 Area ini muncul saat pleura parietal bersilangan dari satu permukaan ke permukaan lain. Saat bernapas, paru-paru bergerak keluar masuk area ini. Resesus pleura sendiri dibagi dua yaitu resesus pleura costomedial yang terletak di tepi anterior kedua sisi pleura, tempat pleura parietal berbelok dari kerangka iga ke permukaan lateral mediastinum, dan resesus pleura costodiaphragmatic, yang terletak di tepi posterior kedua sisi pleura diantara diafragma dan permukaan kostal internal thorax. Persarafan utamanya lewat plexus pulmonalis anterior dan posterior yang dibentuk oleh cabang-cabang truncus symphaticus segmen T 1-3 atau 4 dengan parasimpatik N. vagus.4Mikro Bagian-bagian sistem pernapasan telah dibahas pada struktur makro, dan selanjutnya bagian-bagian tersebut akan dibahas secara mikroskopis. Sistem pernapasan atau respiratorius dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian konduksi yang berfungsi untuk menyalurkan udara dan meneruskan ke bagian kedua, yakni bagian respirasi yang berfungsi untuk melakukan pertukaran gas.31. Bagian Konduksi

Hidung; merupakan organ berongga yang terdiri dari tulang, tulang rawan hialin, otot bercorak dan jaringan ikat. Pada kulit luarnya terdapat epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk, rambut-rambut halus, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea. Rongga hidungnya (cavum nasi) dipisahkan oleh septum nasi. Lubang hidungnya terbagi menjadi dua, lubang hidung depan (nares nasi anterior) dan lubang hidung belakang (nares nasi posterior).1Cavum nasi dibagi menjadi dua, yaitu vestibulum nasi, yang merupakan daerah lebar di belakang nares anterior, dan fossa nasalis, yang merupakan daerah di belakang vestibulum nasi. Vestibulum nasi tersusun atas epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan berubah menjadi epitel bertingkat toraks bersilia bersel globet sebelum masuk fossa nasalis. Terdapat kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan vibrisae, yaitu rambut-rambut kasar, yang berfungsi menyaring udara pernafasan.5Pada dinding lateral, ada tiga tonjolan tulang yang disebut concha, yaitu concha nasalis superior yang dilapisi epitel khusus, concha nasalis media, dan concha nasalis inferior yang keduanya dilapisi epitel bertingkat toraks bersilia bersel goblet. Di bawah epitel yang melapisi concha nasalis inferior banyak terdapat plexus venosus yang disebut swell bodies, berfungsi untuk menghangatkan udara yang melalui hidung.4Selain itu, juga terdapat epitel olfaktorius yang merupakan epitel bertingkat toraks. Terdiri atas tiga jenis sel, yakni sel olfaktorius, yaitu berfungsi sebagai sel saraf yang terletak di antara sel basal dan sel penyokong serta bergabung dgn akson di lamina propia membentuk nervus olfaktorius (N. II); sel penyokong bervili, yaitu yang sitoplasmanya mempunya granula kuning kecoklatan; dan sel basal yang merupakan sel cadangan pembentuk sel penyokong dan mungkin akan menjadi sel olfaktorius.3Tunika mukosa fossa nasalis akan berlanjut ke sinus paranasalis. Sinus paranasalis adalah rongga dalam tengkorak yang berhubungan dengan cavum nasi, di antaranya adalah sinus maxillaris, sinus frontalis, sinus sphenoidales, dan sinus ethmoidales. Sinus-sinus ini dilapisi oleh epitel bertingkat toraks bersilia bersel goblet. Kelenjar-kelenjarnya memproduksi mukosa yang akan dialirkan ke cavum nasi oleh gerakan silia-silia. Bila terjadi peradangan, dapat menyebabkan sinusitis.1Pharynx (faring); merupakan ruangan di belakang cavum nasi yang menghubungakan traktus digestivus dan traktus respiratorius. Dinding lateral pharynx terdiri dari otot skelet. Yang termasuk bagian dari pharynx adalah nasopharynx, oropharynx dan laringopharynx.5Nasopharynx; mengandung epitel bertorak bersilia bersel goblet. Terletak di bawah membrana basalis dan terdapat kelenjar campur pada lamina propia. Pada bagian posterior terdapat jaringan limfoid yang membentuk tonsila pharyngeal yang pada anak-anak sering membersar dan meradang (adenoitis). Terdapat muara yang menghubungkan rongga hidung dan telinga bagian tengah (osteum pharyngeum tuba auditiva) dan di sekelilingnya banyak kelompok jaringan limfoid yang disebut tonsila tuba.5Oropharynx; mengandung epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah. Oropharynx akan dilajutkan ke bagian atas menjadi epitel mulut dan ke bawah, ke arah epitel oesophagus.Di sini terdapat tonsila palatina yang sering meradang (tonsilitis).1Laryngopharynx; mengandung epitel bervariasi, yang sebagain besarnya merupakan epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Terletak di belakang larynx.4Larynx (laring); menghubungkan prharynx dan trakea. Bentuknya tidak beraturan/irreguler. Mengandung epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet kecuali ujung plica vocalis berlapis gepeng. Larynx berfungsi untuk fonasi (menyuarakan), dan mencegah benda asing memasuki jalan nafas dengan adanya refleks batuk. Dinding larings terdiri atas tulang rawan hialin, tulang rawan elastis, jaringan ikat, otot skelet, kelenjar campur.2Rangka larynx mempunya 9 tulang rawan, yakni 4 tulang rawan hialin (1 tulang rawan tiroid, 2 tulang rawan krikoid, 2 tulang rawan aritenoid); tulang rawan elastis (1 tulang rawan epiglotis, 2 tulang rawan kuneiformis, dan 2 tulang rawan kornikulata); serta ujung tulang rawan aritenoid yang merupakan tulang rawan elastis. Tulang-tulang rawan akan diikat oleh ligamentum dan berarticulatio dengan otot intrinsik (M. intrinsik laring) yang berfungsi untuk mengubah bentuk pita suara sehingga timbul fonasi, sementara M. ekstrinsik laring berfungsi untuk proses menelan. Ada juga M. vokalis yang berfungsi mengatur ketengangan pita suara sehingga udara yang melalui pita suara dapat menimbulkan suara dengan nada yang berbeda-beda.2,6

Salah satu tulang rawan dalam larynx yang berfungsi khusus adalah epiglotis. Epiglotis merupakan bagian anterior yang paling sering berkontak dengan akar lidah pada proses menelan.3Trachea (trakea); terdiri dari rangka berbentuk C yang merupakan tulang rawan hialin. Jumlahnya berkisar dari 16-20 buah. Cincin-cincin tulang rawan dihubungkan oleh jaringan penyambung padat fibroelastis dan retikulin yang disebut ligamentum anulare untuk mencegah agar lumen trakea jangan meregang berlebihan. Sedangkan otot polos berperan untuk mendekatkan kedua tulang rawan. Bagian trakea yang mengandung tulang rawan disebut pars kartilagenia, sementara yang mengandung otot disebut pars membranasea.6Lapisan-lapisan yang terdapat pada trakea adalah mukosa trakea yang mengandung epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet dan terdapat kelenjar campur; tunika submukosa, terdiri dari jaringan ikat jarang, lemak, dan kelenjar campur (glandula trakealis) yang banyak terletak di bagian posterior; serta tunika adventisia, di mana terdapat jaringan fibroelastis yang berhubungan dengan perikondrium sebelah luar pars kartilagenia.2Bronkus Ekstrapulmonal dan Intrapulmonal; bronkus ekstrapulmonal sama dengan trakea hanya saja diameternya lebih kecil. Sementara bronkus intrapulmonar memiliki mukosa yang membentuk lipatan longitudinal. Epitelnya bertingkat toraks bersilia bersel goblet dan membrana basalisnya jelas. Lamina propianya mengandung jaringan ikat jarang, serat elastis, muskulus polos piral, noduli limfatici, dan kelenjar campur. Bentuk tulang rawannya tidak beraturan dan susunan muskulusnya seperti spiral.2,3Bronkiolus Terminalis; berdiameter 0.3 mm, mengandung epitel selapis torak bersilia bersel goblet dan epitel selapis torak rendah. Di antara deretan sel ini ada sel clara yang bergranula kasar dan bermikrovili, fungsinya diduga ikut berperan terhadap pembentukan cairan bronkiolar yang mengandung protein, glikoprotein, kolesterol, mengeluarkan sejumlah kecil surfaktan yang terdapat di dalam sekret bronkiolar.6 Lamina propianya mengandung otot polos dan serat elastin yang tipis, namun tidak mempunyai kelenjar dan saraf. Lapisan luarnyamengandung serat kolagen, serat elastin, pembuluh darah dan nodulus limfatisi, serta saraf.42. Bagian Respirasi

Bronkiolus Respiratorius; merupakan bagian antara konduksi dan respirasi. Panjangnya 1-4 mm, dan diameter 0.5 mm. Mengandung epitel torak rendah atau selapis kubis bersilia tanpa sel goblet. Di antara sel kubis terdapat sel clara. Lamina propianya mengandung serat kolagen, serat elastin, dan otot polos yang terputus-putus.2Duktus Alveolaris; berdinding tipis, sebagian besar terdiri dari alveoli dan dikelilingi sakus alveolaris. Di mulut alveolus terdapat epitel selapis gepeng (sel alveolar tipe 1). Mengandung jaringan ikat serat elastin, serat kolagen, otot polos yang makin mengecil hingga hanya terlihat sebagai titik-titik kecil. Duktus ini terbuka ke atrium, yakni ruang yang menghubungkan beberapa sakus alveolaris.3Sakus Alveolaris; merupakan kantong yang dibentuk oleh beberapa alveoli. Terdapat serat elastin dan serat retikulin yang melingkari muara sakus alveoli, serta sudah tidak mempunyai otot polos.1Alveolus/Alveoli; merupakan kantong kecil yang terdiri dari selapis sel seperti sarang tawon. Alveoli berfungsi untuk pertukaran gas (O2 dan CO2) antara udara dan darah. Di sekitar alveoli terdapat serat elastin yang melebar pada saat inspirasi dan menciut pada saat ekspirasi; serta serat kolagen yang mencegah regangan berlebihan sehingga kapiler dan septum interalveolaris tidak rusak.1 Alveoli berjumlah sekitar 300-500 juta dan mengandung epitel selapis gepeng. Pada dinding-dindingnya terdapat lubang kecil berbentuk bulat/lonjong disebut poros/stigma alveolaris yang berfungsi untuk menghubungkan alveoli yang berdekatan dan mencegah atelektasis. Diameternya sekitar 10-15 m.6Keseimbangan Asam Basa

Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain (disebut sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima ion H+ dari zat lain (disebut sebagai akseptor proton). Suatu asam baru dapat melepaskan proton bila ada basa yang dapat menerima proton yang dilepaskan. Oleh karena itu, reaksi asam basa adalah suatu reaksi pelepasan dan penerimaan proton.7

Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hydrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hydrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH- yang sangat rendah.Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hydrogen. Walaupun produksi akan terus menghasilkan ion hydrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi ion hydrogen dipertahankan pada kadar rendah 40 + 5 nM atau pH 7,4.7Asisdosis Metabolik

Ditimbulkan oleh perubahan keseimbangan antara produksi dan ekskresi Asam. Asidosis sistimik dapat disebabkan oleh peningkatan konsentrasi ion hodrogen darah akibat akumulasi yang ditimbulkan oleh peningkatan masukan dari sumber-sumber eksogen atau peningkatan produksi endogen maupun ketidakadekuatan ekskresi ion hydrogen atau kekurakan bikarbonat berlebihan dari urin atau tinja. Pengembangan cepat ruang cairan ektraseluler oleh cairan bebas bikarbonat juga dapat mengakibatkan asidosis metabolic dengan mengenencerkan bikarbonat dalam cairan ekstraseluler. Beban ion hydrogen mula-mula dibuffer oleh bikarbonat dalam cairan ekstraseluler dan oleh buffer intraseluler seperti hemoglobin dan fosfat. Tulang dapat juga menjadi sumber buffer lainnya. Kadar bikarbonat dan Ph turun(lebih ringan dari pada bila tidak ada mekanisme buffer) dan PCO2 meningkat. 8

Kompensasi hiperventilasi : [BHCO3]