35
Makalah PBL Blok 30 Emergency Medicine II Pembunuhan Anak Sendiri Kelompok A-2 Billy Jeremia Tando 10.2010.011 Apriliana Widiastuti 10.2010.048 Yoseph Kandars 10.2010.064 Gresia Kristi 10.2010.075 Marcella Deviana 10.2010.100 Cathelin Stella 10.2010.219 Julian Leonard Sumampouw 10.2010.255 Norlida Binti Mohd Jamil 10.2010.369 1

Makalah Pleno Kasus 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah pbl Emergency Medicine II

Citation preview

Page 1: Makalah Pleno Kasus 2

Makalah PBL Blok 30 Emergency Medicine II

Pembunuhan Anak Sendiri

Kelompok A-2

Billy Jeremia Tando 10.2010.011

Apriliana Widiastuti 10.2010.048

Yoseph Kandars 10.2010.064

Gresia Kristi 10.2010.075

Marcella Deviana 10.2010.100

Cathelin Stella 10.2010.219

Julian Leonard Sumampouw 10.2010.255

Norlida Binti Mohd Jamil 10.2010.369

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

2013

1

Page 2: Makalah Pleno Kasus 2

PENDAHULUAN

Skenario :

Sesosok mayat bayi baru lahir ditemukan di suatu tempat sampah. Masyarakat

melaporkannya kepada polisi. Mereka juga melaporkan bahawa semalam melihat seorang

perempuan yang menghentikan mobilnya didekat sampah tersebut dan berada disana

cukup lama. Seorang dari anggota masyarakat sempat mencatat nomor mobil perempuan

tersebut .

Polisi mengambil mayat bayi tersebut dan menyerahkannya kepada anda sebagai

dokter direktur rumah sakit. Polisi juga mengatakan bahawa sebentar lagi si perempuan

yang dicurigai sebagai pelakunya akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Anda

harus mengatur segalanya agar semua pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan akan

membriefing para dokter yang akan menjadi pemeriksa.

Latar Belakang

Di masyarakat, kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh

dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah hokum ini

di tingkat lebih lanjut sampai akhirnya pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan bantuan

berbagai ahli di bidang terkait untuk membuat jelas jalannya peristiwa serta ketertaitan antara

tindakan yang satu dengan yang lain dalam rangkaian peristiwa tersebut.1 Dalam hal terdapat

korban, baik yang masih hidup maupun yang meninggal akibat peristiwa tersebut, diperlukan

seorang ahli dalam bidang kedokteran untuk memberikan penjelasan bagi para pihak yang

menangani kasus tersebut. Dokter yang diharapkan membantu dalam proses peradilan ini

akan berbekal pengetahuan kedokteran yang dimilikinya yang terhimpun dalam Ilmu

Kedokteran Forensik.2

Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bentuk kejahatan terhadap

nyawa yang unik sifatnya. Pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya sendiri, dan alasan

atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah karena si ibu takut ketahuan bahwa

ia telah melahirkan anak; oleh karena anak tersebut umumnya adalah hasil hubungan gelap.

Cara yang paling sering digunakan dalam kasus PAS adalah membuat keadaan asfiksia

mekanik yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan dan penyumbatan.

Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-95% dari sekitar 30-40 kasus PAS per tahun

dilakukan dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasan tumpul

2

Page 3: Makalah Pleno Kasus 2

di kepala (5-10%) dan kekerasan tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7 tahun).

Berikut dilaporkan kasus PAS dengan kekerasan multipel. 1

Tujuan

Untuk mengetahui pembahasan mengenai kasus Pembunuhan Anak Sendiri, mengetahui

aspke hukum yang berlaku, prosedur medikolegal, pemeriksaan dan identifikasi terhadap bayi

dan ibu sebagai pelaku dan pemeriksaan untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan

antara mayat bayi dengan wanita pelaku pembunuhan.

PEMBAHASAN

Prosedur Medikolegal

I. Kewajiban Dokter Membantu Peradilan

Pasal 133 KUHAP

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,

keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia

berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman

atau dokter dan atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara

tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau

pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit

harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut

dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang dilekatkan

pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.3

Penjelasan Pasal 133 KUHAP

(2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,

sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman

disebut keterangan.3

Pasal 135 KUHAP

Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian

mayat, dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (2)

dan pasal 134 ayat (1) undang-undang ini.

Pasal 179 KUHAP

3

Page 4: Makalah Pleno Kasus 2

(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter

atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang

memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah

atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya

menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.3

II. Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan Dan Manfaatnya

Pasal 183 KUHAP

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu

tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah

melakukannnya.3

Pasal 184 KUHAP

(1) Alat bukti yang sah adalah:

a. Keterangan saksi

b. Keterangan ahli

c. Surat

d. Pertunjuk

e. Keterangan terdakwa

(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.3

Pasal 186 KUHAP

Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.3

Pasal 180 KUHAP

(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang

pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar

diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.

(2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum

terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim

memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.

(3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang

sebagaimana tersebut pada ayat (2).

(4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh instansi

semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai

wewenang untuk itu.3

4

Page 5: Makalah Pleno Kasus 2

III. Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter

Pasal 216 KUHP

(1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan

menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh

pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau

memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,

menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan,

diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling

banyak sembilan ribu rupiah.

(2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan

undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan

jabatan umum.

(3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan

yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya dapat ditambah

sepertiga.3

Pasal 222 KUHP

Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan

pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama

sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.3

Pasal 224 KUHP

Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau

jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-

undang ia harus melakukannnya:

1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9

bulan.

2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6

bulan.3

Pasal 522 KUHP

Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa,

tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak

sembilan ratus rupiah.3

Aspek Hukum

5

Page 6: Makalah Pleno Kasus 2

Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan terhadap nyawa

orang.

Pasal 341

Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak

dilahirkan atau tidak lama kemudian , dengan sengaja merampas nyawa anaknya,

diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama 7

tahun.

Pasal 342

Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan

ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak

lama kemudian merampas nyawa anak, diancan karena melakukan pembunuhan

anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.

Pasal 343

Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain

yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan

rencana.2

Dari undang- undang ini, kita dapat melihat 3 faktor penting :

1. Ibu : Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak

sendiri tanpa mengira telah menikag atau tidak. Sedangkan pada orang lain yang

melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena pembunuhan atau

pembunuhan berencana dengan hukuman yang lebih berat yaitu penjara 15 tahun

(ps.338:tanpa rencana) atau 20 tahun, seumur hidup/hukuman mati (ps.339 dan 340:

dengan rencana)

2. Waktu : Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat hanya

dinyatakan “ pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian”. Sehingga boleh

dianggap saat belum timbul kasih saying seorang ibu dan anaknya.

3. Psikis : Ibu membunuh anaknya karena dorongan rasa takot akan diketahui orang

telah melahirkan anak itu, biasanya, anak yang dibunuh dari hubungan yang tidak sah

atau karena kejahatan lelaki.4

Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misalnya tempat sampah, got,

sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin korban pembunuhan anak sendiri

6

Page 7: Makalah Pleno Kasus 2

(ps.341,342), pembunuhan (ps.338, 339, 340, 343), lahir mati kemudian dibuang (ps.181),

atau bayi yang diterlantarkan sampai mati (ps.308).2,4

Pasal 181

Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan

mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam

dengan pidana penjara selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak empat

ribu lima ratus rupiah.

Pasal 308

Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran anaknya,

tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau

meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka

maksimum pidana tersebut pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.

Pasal 305

Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk

ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri

darinya, diancam dengan pidana dipenjara paling lama 5 tahun 6 bulan.

Pasal 306

(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu

mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana

penjara paling lama 7 tahun 6 bulan.

(2) Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.

Pasal 338 KUHP5

Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena

pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 339 KUHP5

Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana,

yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah

pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari

pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan

barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana

penjara seumur hidupatau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.

Pasal 340 KUHP5

7

Page 8: Makalah Pleno Kasus 2

Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa

orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana

mati atau penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh

lima tahun.

Identifikasi

Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik

untuk menetukan identitas seseorang. Identitas personal sering menjadi masalah dalam

berbagai kasus, oleh karena itu menentukan identitas dengan tepat merupakan tindakan yang

amat penting karena adanya kekeliruan dapat menyebabkan hal yang fatal dalam proses

peradilan.1

Pemeriksaan Pembuktian Hubungan Wanita Tersangka Dan Bayi

1. Pemeriksaan Sidik Jari

Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi

ketepatan nya untuk menentukan identitas seseorang. Dengan demikian harus dilakukan

penanganan yang sebaik-baiknya terhadap bahan bukti.6

2. Pemeriksaan Hubungan Tercurigai dan Mayat :

a) Pemeriksaan DNA (tes maternitas)

Bagian DNA ini memiliki oleh semua orang tetapi masing-masing individu

mempunyai jumlah pengulangan yang berbeda-beda satu samalain, sedemikian sehingga

kemungkinan dua individu mempunyai fragmen DNA yang sama adalah sangat kecil

sekali. Pemeriksaan inidapat dipakai pada kasus identifikasi mayat tak dikenal, dilakukan

pembandingan pita orangtua, atau anak-anak tersangka korban. Jika korban benar adalah

tersangka. Jika korban benar tersangka, maka akan didapatkan bahwa separuh pita anak

akan cocok dengan ibunya dan separuhnya lagi cocok dengan pita ayahnya.1

Hampir semua sampel biologis dapat dipakai untuk tes DNA, seperti buccal swab

(usapan mulut pada pipi sebelah dalam), darah, rambut beserta akarnya, walaupun lebih

dipilih penggunaan darah dalam tabung (sebanyak 2ml) sebagai sumber DNA.

Cara pengambilan sampel: Sampel darah diambil sebanyak 2 ml dengan menggunakan

tabung EDTA kemudian diberi label yang jelas, dan tanggal pengambilan sampel. Sampel

disimpan pada suhu 4°C.7

8

Page 9: Makalah Pleno Kasus 2

Jenis pemeriksaan DNA meliputi:

1) Pemeriksaan DNA tanpa amplifikasi

Menggunakan metode Southern blot

Memerlukan DNA yag relatif utuh

Pemeriksaan lebih lama

2) Pemeriksaan DNA dengan amplifikasi

Menggunakan metode PCR

Memerlukan DNA sedikit dan xperlu utuh

Pemeriksaan cepat 6

b) Pemeriksaan Golongan Darah

Penentuan golongan darah dapat dilakukan dengan meneteskan 1 tetes antiserum ke atas 1

tetes darah dan dilihat terjadinya aglutinasi. Aglutinasi yang terjadi pada suatu antiserum

merupakan golongan darah bercak yang diperiksa, contoh bila terjadi aglutinasi pada

antiserum A maka golongan darah bercak darah tersebut adalah A.7

Tabel 1. Penentuan Golongan Darah7

Tanatologi

Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos

(ilmu). Tanatalogi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari kematian

dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta factor yang mempengaruhi perubahan

tersebut.1

Pada kasus ini ditemukan tanda-tanda kematian yang tidak pasti, yaitu:

a. Pernafasan berhenti selama lebih dari 10 menit (inspeksi, palpasi, auskultasi)

b. Terhentinya sirkulasi, nadi karotis tidak teraba

9

Tabung I (antiA) Tabung II (antiB) Kesimpulan

Aglutinasi + + AB

+ - A

- + B

- - O

Page 10: Makalah Pleno Kasus 2

c. Kulit pucat

d. Tonus otot menghilang dan relaksasi.

Pada kasus ini juga dapat ditemukan tanda-tanda kematian pasti, yaitu:

a. Lebam mayat (livor mortis). . Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati

tempat terbawah karena gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula,

membentuk bercak berwarna merah ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh,

kecuali pada bagian tubuh yang terkena alas keras. Lebam mayat biasanya mulai

tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi

lengkap dan menetap setelah 8-12 jam.

b. Kaku Mayat (rigor mortis). Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan

karena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan

glikogen otot yang menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk mengubah ADP

menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP serabut aktin dan miosin akan tetap lentur.

Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan

miosin menggumpal dan otot menjadi kaku. Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2

jam setelah mati klinis. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap,

dipertahankan 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama. Faktor-

faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah akitvitas fisik sebelum mati,

suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot-otot kecil dan suhu

lingkungan tinggi.

c. Penurunan Suhu (algor mortis). Kecepatan penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu

keliling, aliran dan kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi tubuh, pakaian. Selain itu

suhu saat mati perlu diketahui untuk perhitungan perkiraan saat kematian. Penurunan

suhu akan lebih cepat pada suhu keliling yang rendah, lingkungan berangin dengan

kelembaban rendah, tubuh yang kurus, posisi terlentang, tidak berpakaian atau

berpakaian tipis, dan pada umumnya orang tua serta anak kecil.

d. Pembusukan (decomposition, putrefaction). Pembusukan adalah proses degradasi

jaringan yang terjadi akibat autolysis dan kerja bakteri. Pembusukan baru tampak

kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah, yaitu

daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta terletak dekat

dinding perut. Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata,

yaitu kira-kira36-48 jam pasca mati. Bayi baru lahir umumnya lebih lambat

10

Page 11: Makalah Pleno Kasus 2

membusuk, karena hanya memiliki sedikit bakteri dalam tubuhnya dan hilangnya

panas tubuh yang cepat pada bayi akan menghambat pertumbuhan bakteri.

Pemeriksaan

A. Pemeriksaan Pada Bayi

Dokter memeriksa mayat bayi, bila diminta bantuannya oleh penyidik, diharap dapat

menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:

Apakah bayi tersebut dilahirkan mati atau hidup?

Berapakah umur bayi tersebut (intra dan ekstrauterin)?

Apakah bayi tersebut sudah dirawat?

Apakah sebab kematiannya?

Apakah pada anak tersebut di dapatkan kelainan bawaan yang dapat

mempengaruhi kelangsungan hidup bagi si anak?

Untuk membuktikan PAS harus dapat ditentukan apakah bayi lahir hidup atau lahir mati. Dari

hasil pemeriksaan dalam secara makroskopik terlihat gambaran mozaik pada kedua paru dan

uji apung paru positif sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pada kasus ini bayi lahir

hidup. Seyogyanya juga harus dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada paru, akan tetapi

buku teks menyebutkan bahwa paru dengan gambaran mozaik selalu memberikan hasil uji

apung paru yang positif yang bisa diasumsikan bahwa bayi sudah pernah bernafas.4,5

1. Lahir Mati atau Lahir Hidup

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang penting karena di bila bayi lahir mati

ditemukan pada tempat yang tidak semestinya, merupakan kasus yang berbeda dengan

kasus pembunuhan atau penelantaran anak hingga menimbulakan kematian. Dari aspek

hukum pidana, hukuman bagi kasus2 ini juga berbeda. Pada kasus bayi lahir mati, ibu hanya

dapat dikenakan tuntutan menyembunyi kelahiran dan kematian orang.

Lahir mati adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau dikeluarkan dari

ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan. Kematian ditandai oleh janin yang

tidak bernapas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain seperti denyut jantung,

denyut nadi tali pusat dan geraka oto rangka.

Lahir hidup adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang lengkap, yang

setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda kehidupan lain, tanpa

mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong atau ari

dilahirkan.4

11

Page 12: Makalah Pleno Kasus 2

a) Pemeriksaan Dada Bayi

Apabila bayi lahir mati dada masih belum mengembang. Iga masih datar dan

diafragma masih setinggi iga ke 3-4. Sedangkan pada bayi yang lahir hidup, dada

sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5, terutama pada

bayi yang telah lama hidup. Namun, pemeriksaan dada sering sukar dinilai bila mayat

sudah membusuk.4,5

b) Pemeriksaan Makroskopik Paru

Pada bayi yang lahir mati, paru-paru mungkin masih ditemukan tersembunyi di

belakang kandung jantung atau telah mengisi rongga dada. Paru-paru akan kelihatan

berwarna kelabu ungu merata sepeeti hati, konsistensi padat, tidak teraba derik udara

dan pleura yang longgar (slack pleura). Berat pasru-paru kira-kira 1/70 kali berat

badan bayi.

Paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung pada bayi

yang lahir hidup. Paru berwarna merah muda tidak merata dengan pleura yang tegang

(taut pleura) dan menunjukkan gambaran mozaik karena alveoli sudah terisi udara.

Pada pengisian paru dalam air, terlihat jelas keluarnya gelembung udara dan darah.

Berat paru bertambah hingga dua kali atau kira-kira 1/35 kali berat badan karena

berfungsinya sirkulasi darah jantung-paru.4

c) Tes Apung Paru-paru

Tes apung paru-paru dikerjakan untuk mengtahui apakah bayi yang diperiksa itu

pernah hidup. Untuk melaksanakan test ini, persyaratannya sama dengan test emboli

udara, yakni mayatnya harus segar. Cara melakukan tes apung paru-paru:

- Keluarkan alat-alat dalam rongga mulut, leher dan rongga dada dalam satu

kesatuan, pangkal dari esophagus dan trakea boleh diikat.

- Apungkan seluruh alat-alat tersebut pada bak yang berisi air.

- Bila terapung lepaskan organ paru-paru, baik yang kiri maupun yang kanan.

- Apungkan kedua organ paru-paru tadi, bila terapung lanjutkan dengan

pemisahan masing-masing lobus, kanan terdapat lima lobus dan kiri dua lobus.

- Apungkan semua lobus tersebut, catat yang mana yang tenggelam dan mana

yang terapung.

- Lobus yang terapung diambil sebagian, yaitu tiap-tiap lobus 5 potong dengan

ukuran 5 mm x 5 mm, dari tempat yang terpisah dan perifer.

12

Page 13: Makalah Pleno Kasus 2

- Apungkan ke 25 potongan kecil-kecil tersebut, bila terapung, letakkan

potongan tersebu pada dua karton, dan lakukan penginjakan dengan

menggunakan berat badan, kemudian dimasukkan kembali ke dalam air.

- Bila terapung berarti tes apung paru positif, paru-paru mengandung udara,

bayi tersebut pernah dilahirkan hidup.

- Bila hanya sebagian yang terapung, kemungkinan terjadi pernafasan partial,

bayi tetap pernah dilahirkan hidup.5

d) Pemeriksaan mikroskopik paru-paru.

Tanda khas untuk paru bayi yang belu bernapas adalah adanya tonjolan (projection)

yang berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang kemudian akan bertambah tinggi

dengan dasar yang menipis sehingga tampak seperti gada (club-like). Pada paru bayi

yang lahir mati juga mungkin ditemukan cairan amnion karena asfiksia intrauterine

misalnya akibat tertekannya tali pusat atau solusio plasenta sehingga pernapasan

janin premature (intrauterine submersion).

Pada bayi yang lahir hidup, mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang

mengembang sempurna dengan atau tanpa emfisema obstruktif, serta tidak terlihat

adanya projection. Pada pernafasan parsial yang singkat, mungkin hasil uji apung

paru negative dan mikroskopik memperlihatkan gambaran alveoli yang kolaps

dengan dinding yang berhimpitan atau hamper berhimpitan.

e) Foto rontgen saluran cerna

Adanya udara dalam saluran cerna dapat dilihat dengan foto rontgen. Udara dalam

duodenum atau saluran yang lebih distal menunjukkan lahir hidup, dan telah hidup

sekitar 6-12 jam. Bila dalam usus besar berarti telah hidup 12-24 jam, tetapi harus

diingatkan pernapasan buatan dan gas pembusukan.8

2. Perkiraan Usia Bayi (Premature, Mature atau Postmature)

Bayi yang cukup bulan adalah apabila:

Usia : 37-42 minggu

Berat badan : 3000 gram

PB kepala-tumit : 46 – 50 cm

Panjang kepala tungging : > 30 cm

Lingkar kepala Oksipito-frontal : 33 – 34 cm

Diameter dada ( antero-posterior) : 8 – 9 cm

13

Page 14: Makalah Pleno Kasus 2

Diameter perut ( antero-posterior) : 7 - 8 cm

Lingkar dada : 30 – 33 cm

Lingkar perut : 28 – 30 cm

Selain itu, cirri-ciri eksternal bayi yang cukup bulan adalah :

Batas rambut depan dengan belankang sudah terbentuk

Rawan telinga sudah terbentuk

Rambut kepala relative kasar

Puting susu sudah berbatas tegas

Alis mata sudah lengkap

Garis tapak tangan dan kali > 2/3 bagian

Kuku jari tangan, melewati ujung jari

Skin opacity cukup tebal

Processus xyphoideus membengkok ke dorsal

Testis/ labium sudah terbentuk sempurna

Pusat penulangan pada epifise distal femur, proksimal tibia sudah terbentuk.5

3. Penentuan umur bayi ekstra uterine didasarkan atas perubahan-perubahan yang

terjadi setelah bayi dilahirkan

a) Udara dalam saluran cerna. Bila hanya terdapat dalam lambung atau duodenum

berarti hidup beberapa saat, dalam usus halus berarti telah hidup 1-2 jam, bila dalam

usus besar, telah hidup 5-6 jam dan bila telah terdapat dalam rektum berarti telah

hidup 12 jam.

b) Mekonium dalam kolon. Mekonium akan keluar semua kira-kira dalam waktu 24 jam

setelah lahir.

c) Perubahan tali pusat. Setelah bayi keluar akan terjadi proses pengeringan tali pusat

baik dilahirkan hidup maupun mati. Pada tempat lekat akan terbentuk lingkaran merah

setelah bayi hidup kira-kira 36 jam. Kemudian tali pusat akan mengering menjadi

seperti benang dalam waktu 6-8 hari dan akan terjadi penyembuhan luka yang

sempurna bila tidak terjadi infeksi dalam waktu 15 hari. Pada pemeriksaan

mikroskopik daerah yang akan melepasakan tampak reaksi inflamasi yang mulai

timbul setelah 24 jam berupa sebuah sel-sel leukosit berinti banyak, kemudian akan

terlihat sel-sel limfosit dan jaringan granulasi.

14

Page 15: Makalah Pleno Kasus 2

d) Eritrosit berinti akan hilang dalam 24 jam pertama setelah lahir, namun kadangkala

masih dapat ditemukan dalam sinusoid hati.

e) Ginjal. Pada hari ke 2-4 akan terdapat deposit asam urat yang berwarna jingga

berbentuk kipas (fan-saped), lebih banyak dalam piramid daripada medula ginjal. Hal

ini akan menghilang setelah hari ke 4 saat metabolisme telah terjadi.

f) Perubahan sirkulasi darah. Setelah bayi lahir, akan terjadi obliterasi arteri dan vena

umbilikalis dalam waktu 3-4 hari. Duktus venosus akan tertutup setelah 3-4 minggu

dan foramen ovale akan tertutup setelah 3 minggu-1 bulan tetapi kadang-kadang tidak

menutup walaupun sudah tidak berfungsi lagi. Duktus arteriosus akan tertutup setelah

3 minggu-1 bulan.3,4,5

4. Sudah Menerima Perawatan atau Belum

a) Tali pusat

Tanda bayi sudah menerima perawatan adalah apabila tali pusat telah diikat,

diputuskan dengan gunting atau pisau lebih kurang 5 cm dari pusat dan diberikan

obat antiseptik. Apabila tali pusat dimasukkan dalam air, akan terlihat ujungnya

yang terpotong rata. Kadang-kadang ibu menyangkal melakukan pembunuhan

dengan mengatakan telah terjadinya partus presipitatus (keberojolan). Pada keadaan

ini tali pusat akan terputus dekat perlekatan uri atau pusat bayi dengan ujung yang

tidak rata. Hal ini yang tidak sesuai dengan partus presipitatus adalah terdapatnya

kaput suksedaneum, malose hebat dan fraktur tulang tengkorak serta ibu yang

primipara.

b) Verniks kaseosa

Bayi yang sudah menerima rawatan akan didapatkan bahwa verniks kaseosa atau

lemak bayi telah dibersihkan, demikian pula bekas-bekas darah. Pada bayi yang

dibuang ke dalam air, verniks tidak hilang seluruhnya dan masih dapat ditemukan di

daerah lipatan kulit; ketiak, belakang telinga, lipat paha dan lipat leher.

c) Pakaian

Perawatan pada bayi antara lain adalah member pakaian atau penutupan tubuh pada

bayi.3,4

B. Pemeriksaan Pada Wanita Tersangka

Pemeriksaan pada ibu meliputi aspek:

1. Tanda-tanda pernah melahirkan

Cardiak Output

15

Page 16: Makalah Pleno Kasus 2

Penurunan cardiac output menyebabkan bradikardi (50-70x/menit) pada hari

pertama setelah persalinan

Volume dan Konsentrasi Darah

Pada 72 jam pertama setelah persalinan banyak kehilangan plasma dari pada sel

darah.

Payudara

Keadaan payudara pada dua hari pertama post partum sama dengan keadaan

dalam masa kehamilan. Pada hari ketiga dan keempat buah dada membesar, keras

dan nyeri ditandai dengan sekresi air susu sehingga akan terjadi proses laktasi.6

Involusi Uterus

Proses involusi uterus terjadi secara progressive dan teratur yaitu 1-2 cm setiap

hari dari 24 jam pertama post partum sampai akhir minggu pertama saat tinggi

fundus sejajar dengan tulang pubis. Pada minggu keenam uterus kembali normal

seperti keadaan sebelum hamil kurang lebih 50-60 gram. Pada seksio sesarea

fundus uterus dapat diraba pada pinggir perut.Ukuran uterus pada masa nifas akan

mengecil seperti sebelum hamil.

Tabel 2. Perubahan Uterus selama Postpartum7

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter Uterus

Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm

7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat dan

simpisis

500 gram 7,5 cm

14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm

6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

Cerviks, Vagina, Vulva, Perineum

Pada persalinan dengan seksio sesarea tidak terdapat peregangan pada serviks dan

vagina kecuali bila sebelumnya dilakukan partus percobaan serviks akan

mengalami peregangan dan kembali normal sama seperti post partum normal.

Lochea Rubra

Keluar pada hari pertama sampai hari ketiga post partum. Warna merah terdiri

dari darah, sel-sel desidua, vernik caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan

sisa-sisa selaput ketuban.

16

Page 17: Makalah Pleno Kasus 2

Lochea Serosa

Mengandung sel darah tua, serum, leukosit dan sisa-sisa jaringan dengan warna

kuning kecoklatan, berlangsung hari keempat dan kesembilan post partum.

Lochea Alba

Berwarna putih kekuningan, tidak mengandung darah, berisi sel leukosit, sel-sel

epitel dan mukosa serviks. Dimulai pada hari ke-10 sampai minggu ke 2-6 post

partum

Sistem Muskuloskletal

Pada dinding abdomen sering tampak lembek dan kendur7

2. Pemeriksaan laboratorium

Kadar HCG dalam darah. Jika positif tinggi, dapat menegakkan diagnosis bahwa

wanita tersebut baru selesai melahirkan.

3. Psikosis

Pemeriksaan untuk mengesahkan ibu mengalami gangguan psikosis dilakukan dengan

anamnesis:

Umur

Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang

Riwayat kesehatan psikis keluarga

Trauma lampau

Pertumbuhan fisik dan psikis

Riwayat penggunaan zat narkotika atau alkohol

Sering merasa bersalah,konsentrasi kurang,penurunan nafsu makan (depresi)

Mendengar suara yang menyuruh membunuh anaknya

Riwayat kehamilan,persalinan dan keadaan setelah melahirkan sebelum ini (jika

pernah melahirkan sebelum ini)6

Autopsi Jenazah (Pemeriksaan Luar dan Pemeriksaan Dalam)

Pemeriksaan Luar

Dapat dinilai mulai dari kain pembungkus bayi, pakainnya yang mungkin dikenakan,

adanya barang-barang disekitar bayi, dll. Kemudian bisa juga dinilai dari sudut thanatologi,

baik itu lebam mayat, kaku mayat, suhu, tanda pembusukan, dll.

Pemeriksaan Dalam

17

Page 18: Makalah Pleno Kasus 2

Yang diperhatikan pada autopsi pemeriksaan dalam adalah :

a. Kulit kepala dibedah seperti biasa dari bahagian belakang telinga kanan ke bahagian

belakang telinga kiri dan bahagian tempurung kepala didedahkan. Tempurung kepala

dibuka kepada empat flap dengan memotong bahagian ubun-ubun depan (fontanel

anterior) secara memanjang dan melintang dengan menggunakan gunting. Pemer-

iksaan kecederaan fontanel, meninges, tentorium dan otak perlu dilakukan dengan

cermat. Koyak bahagian tentorium boleh disebabkan oleh komplikasi kelahiran akibat

penggunaan forseps.

b. Tengkorak diperiksa untuk tanda-tanda retak tulang. Otak diambil untuk pemeriksaan

histologi. Pemeriksaan organ dalaman leher dilakukan untuk mencari tanda-tanda

kecederaan seperti lebam bahagian otot leher, bendasing, buih, mukus, mekonium

atau cecair amnion dalam trakea dan patah tulang leher.

c. Leher, adakah tanda-tanda penekanan, resapan darah pada kulit sebelah dalam. Pada

bayi, karena jaringan lebih elastis di bandingkan dengan orang dewasa maka tanda-

tanda kekerasan tersebut lebih jarang terdapat. Perhatikan apakah terdapat benda

asing dalam jalan napas.

d. Mulut, apakah terdapat benda asing dan perhatikan palatum mole apakah terdapat

robekan.

e. Rongga Dada. Apabila bayi lahir mati dada masih belum mengembang. Iga masih

datar dan diafragma masih setinggi iga ke 3-4. Sedangkan pada bayi yang lahir hidup,

dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5, terutama

pada bayi yang telah lama hidup. Namun, pemeriksaan dada sering sukar dinilai bila

mayat sudah membusuk.

f. Paru-paru. Pemeriksaan paru bisa digunakan untuk penentuan bayi lahir hidup atau

lahir mati

Pemeriksaan Makroskopik Paru

Tes Apung Paru-paru

18

Page 19: Makalah Pleno Kasus 2

Pemeriksaan mikroskopik

g. Tanda asfiksia berupa Tardieu’s spots pada permukaan paru, jantung, timus dan

epiglotis.

h. Tulang belakang, apakah terdapat kelainan kongenital dan tanda kekerasan.Periksa

pusat penulangan pada femur, tibia, kalkaneus dan kuboid. Buat irisan melintang pada

kulit daerah lutut sampai tempurung lutut. Denagn gunting ligamentum patellae

dipotong dan patella dipotong dan disingkirkan. Dengan pisau, lakukan pengirisan

distal femur atau proksimal tibia mulai dari ujung, lapis demi lapis ke arah metaphyse.

Pusat penulangan akan tampak sebagai bercak berwarna merah homogen dengan

diameter lebih dari 5 mm di daerah epiphyse tulang. Untuk mencapai tallus dan

calcaneu, telapak kaki bayi dipotong mulai tumit ke arah depan sampai sela jari ke 3

dan 4. Dengan melebarkan potongan pada kulit, tallus dan calcaneus dapat dipotong

longitudinal untuk memeriksa adanya pusat penulangan. 3,5

Perhatikan pula adanya tanda-tanda kekerasan tetapi yang disebabkan oleh trauma proses

persalianan seperti,

a) Kaput suksadaneum

makin lama persalinan berlangsung, timbul kaput suksadaneum yang main hebat.

b) Sefalhematom

perdarahan setempat di antara periosteum dan permukaan luar tulang atap tengkorak

dan tidak melampaui sutura tulang tengkorak akibat molase yang hebat.

c) Fraktur tulang tengkorak

jarang terjadi pada trauma lahir, biasanya hanya berupa cekungan tulang saja pada

tulang ubun-ubun (celluloid ball fracture). Penggunaan forseps dapat menyebabkan

fraktur tengkorak dengan robekan otak.

d) Perdarahan intrakranial

perdarahan ini timbul pada molase lepala yang hebat atau kompresi kepala yang cepat

dan mendadak oleh jalan lahit yang belum melemas (pada partus presipitatus).

e) Perdarahan subarakhnoid atau interventrikuler

umumnya terjadi pada bayi-bayi prematur akibat belum sempurna berkembangnya

jaringan-jaringan otak.

f) Perdarahan epidural

sangat jarang karena duramater melekat dengan erat pad tulang tengkorak bayi.3

19

Page 20: Makalah Pleno Kasus 2

Interpretasi Temuan

Korban

Korban yang meninggal adalah seorang bayi laki-laki yang tidak diketahui

identitasnya.. Mayat tersebut ditemukan di tempat sampah. Dimana mayat tersebut diletakkan

di dalam kardus indomie dimana sekitar mayat terdapat plasenta dan tali pusat yang belum

terpotong. Mayat tersebut dibungkus oleh handuk polos berwarna merah muda, berukuran

enam puluh sentimeter kali lima puluh sentimeter dan penuh oleh darah. Pada mayat bayi

tersebut ditemukan adanya luka lecet jenis tekan pada daerah hidung, bibir dan pipi yang

berukuran 4cmx4cm. Pada saat dilakukan pemeriksaan luar terlihat dada bayi tersebut

mengembang, dan tidak ditemukan adanya kekakuan pada tubuh mayat tersebut. Berdasarkan

data antropometri didapatkan berat mayat tersebut 3300 gram, panjang badan 50 cm, lingkar

kepala 34 cm, diameter dada 8 cm, diameter perut 7 cm, lingkar dada 31 cm, dan lingkar

perut 29 cm. Lebam mayat ditemukan pada bagian punggung yang meluas hingga ke dada

dan ditemukan adanya warna kehijauan pada perut kanan bawah yang merupakan tanda-tanda

pembusukan, tetapi belum ditemukan adanya larva lalat. Selain itu ditemukan adanya sianosis

pada bibir dan jari-jari mayat bayi. Melalui pemeriksaan dalam ditemukan adanya pusat

penulangan pada daerah kuboid yang menandakan mayat bayi tersebut merupakan bayi

cukup bulan. Ditemukan adanya tardieu’s spot pada mukosa usus halus dan uji apung paru

positif. Mayat yang ditemukan belum membusuk dimana waktu kematian diperkirakan

sekitar dua belas jam.

Tempat Kejadian Perkara

Tempat dimana mayat korban ditemukan adalah di suatu tempat sampah.

Sebab, cara, dan mekanisme kematian bayi

Setelah dinilai dari usia, autopsi, dan pemeriksaan lain, bisa diperkirakan sebab, cara,

dan mekanisme kematian bayi tersebut. Beberapa penyebab tersering adalah Penjeratan.

Penjeratan adalah cara yang umum. Tindakan tersebut menghasilkan bekas jeratan, yang

dapat terlihat di leher, yang harus dibuktikan apakah hal tersebut dilakukan sebelum

20

Page 21: Makalah Pleno Kasus 2

kematian. Dapat dinyatakan, meskipun tanpa bukti, bahwa jeratan dapat dilakukan oleh ibu

untuk membantu persalinan sendiri. Penjelasan lain yang mungkin adalah bahwa bayi terjerat

secara tidak sengaja oleh tali pusat. Pemeriksaan tali pusat dapat menunjukkan bahwa tali

pusat telah dipegang secara kasar yaitu hilangnya jelly Wharton, yang dapat menyingkirkan

kemungkinan jeratan tak sengaja dan menunjukkan penggunaan tali pusat oleh ibunya (atau

orang lain) sebagai alat jerat. Pada kejadian tersebut juga dapat ditemukan tanda kekerasan

pada leher bayi. Pembekapan adalah cara yang mudah dan nyaman dan dapat tanpa

meninggalkan bekas, akan tetapi bila tenaga yang diberikan terlalu besar (dimana hal tersebut

sering terjadi) maka akan meninggalkan bekas kekerasan. Yang lainnya adalah trauma

kepala, penenggelaman, penelantaran, dll.

Pada penjeratan, pencekikan, pembekapan, mekanisme kematiannya menjadi asfiksia

atau mati lemas. Adanya asfiksia mekanik berupa pembengkapan dan pencekikan dapat

disimpulkan dari hasil pemeriksaan luar maupun pemeriksaan dalam. Memar pada lidah kiri

memberikan petunjuk akibat pembengkapan. Sedangkan luka lecet pada leher memberikan

ciri-ciri yang khas sesuai dengan kasus pencekikan. Lebam mayat yang luas (wajah, leher,

belakang tubuh dan tungkai), bintik perdarahan pada mata, pangkal batang tenggorok serta

pada piala ginjal juga merupakan temuan yang mendukung tanda-tanda asfiksia.7

Waktu Kematian

Mayat bayi tersebut diperkirakan waktu kematiannya adalah dua belas jam hingga dua

puluh empat jam yang lalu sejak ditemukan.

Pemeriksaan Luar4

Bayi ditemukan di dalam kardus Indomie yang ada di tempat sampah, terbungkus

kain berwarna merah muda penuh darah, berjenis kelamin laki-laki dengan tali pusat dan

plasenta belum terpotong, dan mayat belum membusuk.

a. Bayi cukup bulan, 9 bulan dalam kandungan, panjang 50 cm, berat 3300 gram.

b. Kulit belum dibersihkan.

c. Kuku-kuku jari telah melewati ujung-ujung jari.

d. Mulut tidak ada benda asing yang menyumbat.

e. Tali pusat masih melekat, belum terputus, mengering.

f. Kepala tidak terdapat kaput suksedaneum.

g. Ada tanda pembekapan di sekitar mulut dan hidung, serta memar pada mukosa

bibir dan pipi.5

h. Bayi belum dirawat.

21

Page 22: Makalah Pleno Kasus 2

Pemeriksaan Dalam

a. Rongga dada yang telah mengembang, diafragma yang letaknya setinggi iga ke 5

atau 6.

b. Paru telah mengembang, mengisi sebagian besar rongga dada. Pada permukaan

paru dapat ditemukan gambaran mozaik dan gambaran marmer.

c. Uji apung paru memberikan hasil positif, terdapatnya udara dalam alveoli paru.

d. Pemeriksaan mikroskopik tampak jaringn paru dengan alveoli yang telah terbuka

dengan dinding alveoli yang tipis.

e. Tidak adanya udara dalam saluran cerna dengan foto rontgen.

Pemeriksaan Psikologis Ibu

Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak sendiri.

Tidak dipersoalkan apakah ia kawin atau tidak. Ibu membunuh anaknya karena terdorong

oleh rasa ketakutan akan diketahui orang telah melahirkan anak itu, biasanya, anak yang

dibunuh tersebut dari hubungan yang tidak sah.

KESIMPULAN

Mayat bayi yang ditemukan di tempat sampah tersebut diduga dibunuh oleh ibunya,

oleh karena itu butuh pembuktian dari hasil autopsi, serta pemastian hubungan ibu anak

antara mayat bayi tersebut dengan wanita tersangka. Bila terbukti benar, bisa diarahkan ke

kasus pembunuhan anak sendiri. Tetapi tetap juga dibutuhkan pengolahan TKP lebih lanjut

untuk mendapatkan bukti-bukti lainnya.

Pembunuhan anak sendiri (PAS) bukanlah suatu kasus yang semata-mata terfokus

pada tindakan pembunuhannya, tetapi terfokus juga pada faktor psikis dalam tindakan

pembunuhan tersebut. Pasal yang mengatur tentang PAS pun berbeda dengan pasal yang

mengatur tentang pembunuhan. Pada kasus PAS pemeriksaan mayat bayi dilakukan secara

sistematis mulai dari pemeriksaan luar, khususnya perlu diperhatikan adanya tanda kekerasan

dan tanda perawatan. Kedua tanda tersebut dapat menentukan kondisi kejiwaan ibu mengenai

kelahiran anaknya. Pemeriksaan dalam pada mayat dapat dipakai untuk mengetahui bayi lahir

mati atau lahir hidup. Pada ibu, dilakukan pemeriksaan terhadap fisik ibu untuk mencari

adanya perubahan yang menjadi tanda-tanda pasca persalinan. Pemeriksaan psikis juga tidak

kalah pentingnya pada pemeriksaan terhadap ibu karena pada beberapa kasus, sang pelaku

22

Page 23: Makalah Pleno Kasus 2

(ibu) sebenarnya memerlukan pertolongan untuk masalah gangguan keseimbangan

kejiwaannya. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada ibu dan juga mayat bayi

adalah pemeriksaan golongan darah dan pemeriksaan DNA (khususnya mt-DNA).

Pembuatan visum et repertum dilakukan sesudah hasil pemeriksaan didapat. Hasil

pemeriksaan yang berkaitan dengan kasus dan bukan merupakan rahasia kedokteran akan

dituliskan sejujur-jujurnya dalam visum et repertum.

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Hertian S, Sampurna B, et

al. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta, 1997.

2. Idries, A.M., Tjiptomartono, A.L. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses

Penyidikan. Jakarta : Sagung Seto; 2008: h. 1-52.

3. Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kedokteran. Jilid I. Jakarta : Bagian

Kedokteran Forensik Universitas Indonesia; 1994: h.11-6, 37-9.

4. Pembunuhan anak sendiri. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.Bagian

Kedokteran Forensik FK Uni. Indonesia. Jakarta:2001.pg 165-76.

5. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Edisi I. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;1994.h.11-38.

6. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Autopsi. Kapita Selekta

Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius. Jakarta. 2000: 187-9

7. Idries, AM. Prosedur Khusus. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi

Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997 : 354-61

8. Hoediyanto H. Pembunuhan anak (infantisid). Edisi November 2008. Surabaya:FK

UNAIR

23