Upload
gian-alodia-risamasu
View
35
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah pbl Emergency Medicine II
Citation preview
Makalah PBL Blok 30 Emergency Medicine II
Pembunuhan Anak Sendiri
Kelompok A-2
Billy Jeremia Tando 10.2010.011
Apriliana Widiastuti 10.2010.048
Yoseph Kandars 10.2010.064
Gresia Kristi 10.2010.075
Marcella Deviana 10.2010.100
Cathelin Stella 10.2010.219
Julian Leonard Sumampouw 10.2010.255
Norlida Binti Mohd Jamil 10.2010.369
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
2013
1
PENDAHULUAN
Skenario :
Sesosok mayat bayi baru lahir ditemukan di suatu tempat sampah. Masyarakat
melaporkannya kepada polisi. Mereka juga melaporkan bahawa semalam melihat seorang
perempuan yang menghentikan mobilnya didekat sampah tersebut dan berada disana
cukup lama. Seorang dari anggota masyarakat sempat mencatat nomor mobil perempuan
tersebut .
Polisi mengambil mayat bayi tersebut dan menyerahkannya kepada anda sebagai
dokter direktur rumah sakit. Polisi juga mengatakan bahawa sebentar lagi si perempuan
yang dicurigai sebagai pelakunya akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Anda
harus mengatur segalanya agar semua pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan akan
membriefing para dokter yang akan menjadi pemeriksa.
Latar Belakang
Di masyarakat, kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh
dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah hokum ini
di tingkat lebih lanjut sampai akhirnya pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan bantuan
berbagai ahli di bidang terkait untuk membuat jelas jalannya peristiwa serta ketertaitan antara
tindakan yang satu dengan yang lain dalam rangkaian peristiwa tersebut.1 Dalam hal terdapat
korban, baik yang masih hidup maupun yang meninggal akibat peristiwa tersebut, diperlukan
seorang ahli dalam bidang kedokteran untuk memberikan penjelasan bagi para pihak yang
menangani kasus tersebut. Dokter yang diharapkan membantu dalam proses peradilan ini
akan berbekal pengetahuan kedokteran yang dimilikinya yang terhimpun dalam Ilmu
Kedokteran Forensik.2
Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bentuk kejahatan terhadap
nyawa yang unik sifatnya. Pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya sendiri, dan alasan
atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah karena si ibu takut ketahuan bahwa
ia telah melahirkan anak; oleh karena anak tersebut umumnya adalah hasil hubungan gelap.
Cara yang paling sering digunakan dalam kasus PAS adalah membuat keadaan asfiksia
mekanik yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan dan penyumbatan.
Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-95% dari sekitar 30-40 kasus PAS per tahun
dilakukan dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasan tumpul
2
di kepala (5-10%) dan kekerasan tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7 tahun).
Berikut dilaporkan kasus PAS dengan kekerasan multipel. 1
Tujuan
Untuk mengetahui pembahasan mengenai kasus Pembunuhan Anak Sendiri, mengetahui
aspke hukum yang berlaku, prosedur medikolegal, pemeriksaan dan identifikasi terhadap bayi
dan ibu sebagai pelaku dan pemeriksaan untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan
antara mayat bayi dengan wanita pelaku pembunuhan.
PEMBAHASAN
Prosedur Medikolegal
I. Kewajiban Dokter Membantu Peradilan
Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut
dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang dilekatkan
pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.3
Penjelasan Pasal 133 KUHAP
(2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman
disebut keterangan.3
Pasal 135 KUHAP
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian
mayat, dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (2)
dan pasal 134 ayat (1) undang-undang ini.
Pasal 179 KUHAP
3
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter
atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah
atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya
menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.3
II. Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan Dan Manfaatnya
Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannnya.3
Pasal 184 KUHAP
(1) Alat bukti yang sah adalah:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Pertunjuk
e. Keterangan terdakwa
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.3
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.3
Pasal 180 KUHAP
(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar
diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
(2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum
terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim
memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
(3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2).
(4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh instansi
semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai
wewenang untuk itu.3
4
III. Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter
Pasal 216 KUHP
(1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling
banyak sembilan ribu rupiah.
(2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan
undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan
jabatan umum.
(3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan
yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya dapat ditambah
sepertiga.3
Pasal 222 KUHP
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.3
Pasal 224 KUHP
Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau
jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-
undang ia harus melakukannnya:
1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9
bulan.
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6
bulan.3
Pasal 522 KUHP
Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa,
tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak
sembilan ratus rupiah.3
Aspek Hukum
5
Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan terhadap nyawa
orang.
Pasal 341
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian , dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama 7
tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian merampas nyawa anak, diancan karena melakukan pembunuhan
anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain
yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan
rencana.2
Dari undang- undang ini, kita dapat melihat 3 faktor penting :
1. Ibu : Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak
sendiri tanpa mengira telah menikag atau tidak. Sedangkan pada orang lain yang
melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena pembunuhan atau
pembunuhan berencana dengan hukuman yang lebih berat yaitu penjara 15 tahun
(ps.338:tanpa rencana) atau 20 tahun, seumur hidup/hukuman mati (ps.339 dan 340:
dengan rencana)
2. Waktu : Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat hanya
dinyatakan “ pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian”. Sehingga boleh
dianggap saat belum timbul kasih saying seorang ibu dan anaknya.
3. Psikis : Ibu membunuh anaknya karena dorongan rasa takot akan diketahui orang
telah melahirkan anak itu, biasanya, anak yang dibunuh dari hubungan yang tidak sah
atau karena kejahatan lelaki.4
Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misalnya tempat sampah, got,
sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin korban pembunuhan anak sendiri
6
(ps.341,342), pembunuhan (ps.338, 339, 340, 343), lahir mati kemudian dibuang (ps.181),
atau bayi yang diterlantarkan sampai mati (ps.308).2,4
Pasal 181
Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan
mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam
dengan pidana penjara selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah.
Pasal 308
Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran anaknya,
tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau
meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka
maksimum pidana tersebut pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.
Pasal 305
Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk
ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri
darinya, diancam dengan pidana dipenjara paling lama 5 tahun 6 bulan.
Pasal 306
(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu
mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama 7 tahun 6 bulan.
(2) Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.
Pasal 338 KUHP5
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 339 KUHP5
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana,
yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari
pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan
barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana
penjara seumur hidupatau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
Pasal 340 KUHP5
7
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana
mati atau penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
lima tahun.
Identifikasi
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik
untuk menetukan identitas seseorang. Identitas personal sering menjadi masalah dalam
berbagai kasus, oleh karena itu menentukan identitas dengan tepat merupakan tindakan yang
amat penting karena adanya kekeliruan dapat menyebabkan hal yang fatal dalam proses
peradilan.1
Pemeriksaan Pembuktian Hubungan Wanita Tersangka Dan Bayi
1. Pemeriksaan Sidik Jari
Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi
ketepatan nya untuk menentukan identitas seseorang. Dengan demikian harus dilakukan
penanganan yang sebaik-baiknya terhadap bahan bukti.6
2. Pemeriksaan Hubungan Tercurigai dan Mayat :
a) Pemeriksaan DNA (tes maternitas)
Bagian DNA ini memiliki oleh semua orang tetapi masing-masing individu
mempunyai jumlah pengulangan yang berbeda-beda satu samalain, sedemikian sehingga
kemungkinan dua individu mempunyai fragmen DNA yang sama adalah sangat kecil
sekali. Pemeriksaan inidapat dipakai pada kasus identifikasi mayat tak dikenal, dilakukan
pembandingan pita orangtua, atau anak-anak tersangka korban. Jika korban benar adalah
tersangka. Jika korban benar tersangka, maka akan didapatkan bahwa separuh pita anak
akan cocok dengan ibunya dan separuhnya lagi cocok dengan pita ayahnya.1
Hampir semua sampel biologis dapat dipakai untuk tes DNA, seperti buccal swab
(usapan mulut pada pipi sebelah dalam), darah, rambut beserta akarnya, walaupun lebih
dipilih penggunaan darah dalam tabung (sebanyak 2ml) sebagai sumber DNA.
Cara pengambilan sampel: Sampel darah diambil sebanyak 2 ml dengan menggunakan
tabung EDTA kemudian diberi label yang jelas, dan tanggal pengambilan sampel. Sampel
disimpan pada suhu 4°C.7
8
Jenis pemeriksaan DNA meliputi:
1) Pemeriksaan DNA tanpa amplifikasi
Menggunakan metode Southern blot
Memerlukan DNA yag relatif utuh
Pemeriksaan lebih lama
2) Pemeriksaan DNA dengan amplifikasi
Menggunakan metode PCR
Memerlukan DNA sedikit dan xperlu utuh
Pemeriksaan cepat 6
b) Pemeriksaan Golongan Darah
Penentuan golongan darah dapat dilakukan dengan meneteskan 1 tetes antiserum ke atas 1
tetes darah dan dilihat terjadinya aglutinasi. Aglutinasi yang terjadi pada suatu antiserum
merupakan golongan darah bercak yang diperiksa, contoh bila terjadi aglutinasi pada
antiserum A maka golongan darah bercak darah tersebut adalah A.7
Tabel 1. Penentuan Golongan Darah7
Tanatologi
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos
(ilmu). Tanatalogi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari kematian
dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta factor yang mempengaruhi perubahan
tersebut.1
Pada kasus ini ditemukan tanda-tanda kematian yang tidak pasti, yaitu:
a. Pernafasan berhenti selama lebih dari 10 menit (inspeksi, palpasi, auskultasi)
b. Terhentinya sirkulasi, nadi karotis tidak teraba
9
Tabung I (antiA) Tabung II (antiB) Kesimpulan
Aglutinasi + + AB
+ - A
- + B
- - O
c. Kulit pucat
d. Tonus otot menghilang dan relaksasi.
Pada kasus ini juga dapat ditemukan tanda-tanda kematian pasti, yaitu:
a. Lebam mayat (livor mortis). . Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati
tempat terbawah karena gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula,
membentuk bercak berwarna merah ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh,
kecuali pada bagian tubuh yang terkena alas keras. Lebam mayat biasanya mulai
tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi
lengkap dan menetap setelah 8-12 jam.
b. Kaku Mayat (rigor mortis). Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan
karena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan
glikogen otot yang menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk mengubah ADP
menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP serabut aktin dan miosin akan tetap lentur.
Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan
miosin menggumpal dan otot menjadi kaku. Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2
jam setelah mati klinis. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap,
dipertahankan 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama. Faktor-
faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah akitvitas fisik sebelum mati,
suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot-otot kecil dan suhu
lingkungan tinggi.
c. Penurunan Suhu (algor mortis). Kecepatan penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu
keliling, aliran dan kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi tubuh, pakaian. Selain itu
suhu saat mati perlu diketahui untuk perhitungan perkiraan saat kematian. Penurunan
suhu akan lebih cepat pada suhu keliling yang rendah, lingkungan berangin dengan
kelembaban rendah, tubuh yang kurus, posisi terlentang, tidak berpakaian atau
berpakaian tipis, dan pada umumnya orang tua serta anak kecil.
d. Pembusukan (decomposition, putrefaction). Pembusukan adalah proses degradasi
jaringan yang terjadi akibat autolysis dan kerja bakteri. Pembusukan baru tampak
kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah, yaitu
daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta terletak dekat
dinding perut. Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata,
yaitu kira-kira36-48 jam pasca mati. Bayi baru lahir umumnya lebih lambat
10
membusuk, karena hanya memiliki sedikit bakteri dalam tubuhnya dan hilangnya
panas tubuh yang cepat pada bayi akan menghambat pertumbuhan bakteri.
Pemeriksaan
A. Pemeriksaan Pada Bayi
Dokter memeriksa mayat bayi, bila diminta bantuannya oleh penyidik, diharap dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
Apakah bayi tersebut dilahirkan mati atau hidup?
Berapakah umur bayi tersebut (intra dan ekstrauterin)?
Apakah bayi tersebut sudah dirawat?
Apakah sebab kematiannya?
Apakah pada anak tersebut di dapatkan kelainan bawaan yang dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup bagi si anak?
Untuk membuktikan PAS harus dapat ditentukan apakah bayi lahir hidup atau lahir mati. Dari
hasil pemeriksaan dalam secara makroskopik terlihat gambaran mozaik pada kedua paru dan
uji apung paru positif sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pada kasus ini bayi lahir
hidup. Seyogyanya juga harus dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada paru, akan tetapi
buku teks menyebutkan bahwa paru dengan gambaran mozaik selalu memberikan hasil uji
apung paru yang positif yang bisa diasumsikan bahwa bayi sudah pernah bernafas.4,5
1. Lahir Mati atau Lahir Hidup
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang penting karena di bila bayi lahir mati
ditemukan pada tempat yang tidak semestinya, merupakan kasus yang berbeda dengan
kasus pembunuhan atau penelantaran anak hingga menimbulakan kematian. Dari aspek
hukum pidana, hukuman bagi kasus2 ini juga berbeda. Pada kasus bayi lahir mati, ibu hanya
dapat dikenakan tuntutan menyembunyi kelahiran dan kematian orang.
Lahir mati adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau dikeluarkan dari
ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan. Kematian ditandai oleh janin yang
tidak bernapas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain seperti denyut jantung,
denyut nadi tali pusat dan geraka oto rangka.
Lahir hidup adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang lengkap, yang
setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda kehidupan lain, tanpa
mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong atau ari
dilahirkan.4
11
a) Pemeriksaan Dada Bayi
Apabila bayi lahir mati dada masih belum mengembang. Iga masih datar dan
diafragma masih setinggi iga ke 3-4. Sedangkan pada bayi yang lahir hidup, dada
sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5, terutama pada
bayi yang telah lama hidup. Namun, pemeriksaan dada sering sukar dinilai bila mayat
sudah membusuk.4,5
b) Pemeriksaan Makroskopik Paru
Pada bayi yang lahir mati, paru-paru mungkin masih ditemukan tersembunyi di
belakang kandung jantung atau telah mengisi rongga dada. Paru-paru akan kelihatan
berwarna kelabu ungu merata sepeeti hati, konsistensi padat, tidak teraba derik udara
dan pleura yang longgar (slack pleura). Berat pasru-paru kira-kira 1/70 kali berat
badan bayi.
Paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung pada bayi
yang lahir hidup. Paru berwarna merah muda tidak merata dengan pleura yang tegang
(taut pleura) dan menunjukkan gambaran mozaik karena alveoli sudah terisi udara.
Pada pengisian paru dalam air, terlihat jelas keluarnya gelembung udara dan darah.
Berat paru bertambah hingga dua kali atau kira-kira 1/35 kali berat badan karena
berfungsinya sirkulasi darah jantung-paru.4
c) Tes Apung Paru-paru
Tes apung paru-paru dikerjakan untuk mengtahui apakah bayi yang diperiksa itu
pernah hidup. Untuk melaksanakan test ini, persyaratannya sama dengan test emboli
udara, yakni mayatnya harus segar. Cara melakukan tes apung paru-paru:
- Keluarkan alat-alat dalam rongga mulut, leher dan rongga dada dalam satu
kesatuan, pangkal dari esophagus dan trakea boleh diikat.
- Apungkan seluruh alat-alat tersebut pada bak yang berisi air.
- Bila terapung lepaskan organ paru-paru, baik yang kiri maupun yang kanan.
- Apungkan kedua organ paru-paru tadi, bila terapung lanjutkan dengan
pemisahan masing-masing lobus, kanan terdapat lima lobus dan kiri dua lobus.
- Apungkan semua lobus tersebut, catat yang mana yang tenggelam dan mana
yang terapung.
- Lobus yang terapung diambil sebagian, yaitu tiap-tiap lobus 5 potong dengan
ukuran 5 mm x 5 mm, dari tempat yang terpisah dan perifer.
12
- Apungkan ke 25 potongan kecil-kecil tersebut, bila terapung, letakkan
potongan tersebu pada dua karton, dan lakukan penginjakan dengan
menggunakan berat badan, kemudian dimasukkan kembali ke dalam air.
- Bila terapung berarti tes apung paru positif, paru-paru mengandung udara,
bayi tersebut pernah dilahirkan hidup.
- Bila hanya sebagian yang terapung, kemungkinan terjadi pernafasan partial,
bayi tetap pernah dilahirkan hidup.5
d) Pemeriksaan mikroskopik paru-paru.
Tanda khas untuk paru bayi yang belu bernapas adalah adanya tonjolan (projection)
yang berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang kemudian akan bertambah tinggi
dengan dasar yang menipis sehingga tampak seperti gada (club-like). Pada paru bayi
yang lahir mati juga mungkin ditemukan cairan amnion karena asfiksia intrauterine
misalnya akibat tertekannya tali pusat atau solusio plasenta sehingga pernapasan
janin premature (intrauterine submersion).
Pada bayi yang lahir hidup, mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang
mengembang sempurna dengan atau tanpa emfisema obstruktif, serta tidak terlihat
adanya projection. Pada pernafasan parsial yang singkat, mungkin hasil uji apung
paru negative dan mikroskopik memperlihatkan gambaran alveoli yang kolaps
dengan dinding yang berhimpitan atau hamper berhimpitan.
e) Foto rontgen saluran cerna
Adanya udara dalam saluran cerna dapat dilihat dengan foto rontgen. Udara dalam
duodenum atau saluran yang lebih distal menunjukkan lahir hidup, dan telah hidup
sekitar 6-12 jam. Bila dalam usus besar berarti telah hidup 12-24 jam, tetapi harus
diingatkan pernapasan buatan dan gas pembusukan.8
2. Perkiraan Usia Bayi (Premature, Mature atau Postmature)
Bayi yang cukup bulan adalah apabila:
Usia : 37-42 minggu
Berat badan : 3000 gram
PB kepala-tumit : 46 – 50 cm
Panjang kepala tungging : > 30 cm
Lingkar kepala Oksipito-frontal : 33 – 34 cm
Diameter dada ( antero-posterior) : 8 – 9 cm
13
Diameter perut ( antero-posterior) : 7 - 8 cm
Lingkar dada : 30 – 33 cm
Lingkar perut : 28 – 30 cm
Selain itu, cirri-ciri eksternal bayi yang cukup bulan adalah :
Batas rambut depan dengan belankang sudah terbentuk
Rawan telinga sudah terbentuk
Rambut kepala relative kasar
Puting susu sudah berbatas tegas
Alis mata sudah lengkap
Garis tapak tangan dan kali > 2/3 bagian
Kuku jari tangan, melewati ujung jari
Skin opacity cukup tebal
Processus xyphoideus membengkok ke dorsal
Testis/ labium sudah terbentuk sempurna
Pusat penulangan pada epifise distal femur, proksimal tibia sudah terbentuk.5
3. Penentuan umur bayi ekstra uterine didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi setelah bayi dilahirkan
a) Udara dalam saluran cerna. Bila hanya terdapat dalam lambung atau duodenum
berarti hidup beberapa saat, dalam usus halus berarti telah hidup 1-2 jam, bila dalam
usus besar, telah hidup 5-6 jam dan bila telah terdapat dalam rektum berarti telah
hidup 12 jam.
b) Mekonium dalam kolon. Mekonium akan keluar semua kira-kira dalam waktu 24 jam
setelah lahir.
c) Perubahan tali pusat. Setelah bayi keluar akan terjadi proses pengeringan tali pusat
baik dilahirkan hidup maupun mati. Pada tempat lekat akan terbentuk lingkaran merah
setelah bayi hidup kira-kira 36 jam. Kemudian tali pusat akan mengering menjadi
seperti benang dalam waktu 6-8 hari dan akan terjadi penyembuhan luka yang
sempurna bila tidak terjadi infeksi dalam waktu 15 hari. Pada pemeriksaan
mikroskopik daerah yang akan melepasakan tampak reaksi inflamasi yang mulai
timbul setelah 24 jam berupa sebuah sel-sel leukosit berinti banyak, kemudian akan
terlihat sel-sel limfosit dan jaringan granulasi.
14
d) Eritrosit berinti akan hilang dalam 24 jam pertama setelah lahir, namun kadangkala
masih dapat ditemukan dalam sinusoid hati.
e) Ginjal. Pada hari ke 2-4 akan terdapat deposit asam urat yang berwarna jingga
berbentuk kipas (fan-saped), lebih banyak dalam piramid daripada medula ginjal. Hal
ini akan menghilang setelah hari ke 4 saat metabolisme telah terjadi.
f) Perubahan sirkulasi darah. Setelah bayi lahir, akan terjadi obliterasi arteri dan vena
umbilikalis dalam waktu 3-4 hari. Duktus venosus akan tertutup setelah 3-4 minggu
dan foramen ovale akan tertutup setelah 3 minggu-1 bulan tetapi kadang-kadang tidak
menutup walaupun sudah tidak berfungsi lagi. Duktus arteriosus akan tertutup setelah
3 minggu-1 bulan.3,4,5
4. Sudah Menerima Perawatan atau Belum
a) Tali pusat
Tanda bayi sudah menerima perawatan adalah apabila tali pusat telah diikat,
diputuskan dengan gunting atau pisau lebih kurang 5 cm dari pusat dan diberikan
obat antiseptik. Apabila tali pusat dimasukkan dalam air, akan terlihat ujungnya
yang terpotong rata. Kadang-kadang ibu menyangkal melakukan pembunuhan
dengan mengatakan telah terjadinya partus presipitatus (keberojolan). Pada keadaan
ini tali pusat akan terputus dekat perlekatan uri atau pusat bayi dengan ujung yang
tidak rata. Hal ini yang tidak sesuai dengan partus presipitatus adalah terdapatnya
kaput suksedaneum, malose hebat dan fraktur tulang tengkorak serta ibu yang
primipara.
b) Verniks kaseosa
Bayi yang sudah menerima rawatan akan didapatkan bahwa verniks kaseosa atau
lemak bayi telah dibersihkan, demikian pula bekas-bekas darah. Pada bayi yang
dibuang ke dalam air, verniks tidak hilang seluruhnya dan masih dapat ditemukan di
daerah lipatan kulit; ketiak, belakang telinga, lipat paha dan lipat leher.
c) Pakaian
Perawatan pada bayi antara lain adalah member pakaian atau penutupan tubuh pada
bayi.3,4
B. Pemeriksaan Pada Wanita Tersangka
Pemeriksaan pada ibu meliputi aspek:
1. Tanda-tanda pernah melahirkan
Cardiak Output
15
Penurunan cardiac output menyebabkan bradikardi (50-70x/menit) pada hari
pertama setelah persalinan
Volume dan Konsentrasi Darah
Pada 72 jam pertama setelah persalinan banyak kehilangan plasma dari pada sel
darah.
Payudara
Keadaan payudara pada dua hari pertama post partum sama dengan keadaan
dalam masa kehamilan. Pada hari ketiga dan keempat buah dada membesar, keras
dan nyeri ditandai dengan sekresi air susu sehingga akan terjadi proses laktasi.6
Involusi Uterus
Proses involusi uterus terjadi secara progressive dan teratur yaitu 1-2 cm setiap
hari dari 24 jam pertama post partum sampai akhir minggu pertama saat tinggi
fundus sejajar dengan tulang pubis. Pada minggu keenam uterus kembali normal
seperti keadaan sebelum hamil kurang lebih 50-60 gram. Pada seksio sesarea
fundus uterus dapat diraba pada pinggir perut.Ukuran uterus pada masa nifas akan
mengecil seperti sebelum hamil.
Tabel 2. Perubahan Uterus selama Postpartum7
Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat dan
simpisis
500 gram 7,5 cm
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
Cerviks, Vagina, Vulva, Perineum
Pada persalinan dengan seksio sesarea tidak terdapat peregangan pada serviks dan
vagina kecuali bila sebelumnya dilakukan partus percobaan serviks akan
mengalami peregangan dan kembali normal sama seperti post partum normal.
Lochea Rubra
Keluar pada hari pertama sampai hari ketiga post partum. Warna merah terdiri
dari darah, sel-sel desidua, vernik caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan
sisa-sisa selaput ketuban.
16
Lochea Serosa
Mengandung sel darah tua, serum, leukosit dan sisa-sisa jaringan dengan warna
kuning kecoklatan, berlangsung hari keempat dan kesembilan post partum.
Lochea Alba
Berwarna putih kekuningan, tidak mengandung darah, berisi sel leukosit, sel-sel
epitel dan mukosa serviks. Dimulai pada hari ke-10 sampai minggu ke 2-6 post
partum
Sistem Muskuloskletal
Pada dinding abdomen sering tampak lembek dan kendur7
2. Pemeriksaan laboratorium
Kadar HCG dalam darah. Jika positif tinggi, dapat menegakkan diagnosis bahwa
wanita tersebut baru selesai melahirkan.
3. Psikosis
Pemeriksaan untuk mengesahkan ibu mengalami gangguan psikosis dilakukan dengan
anamnesis:
Umur
Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang
Riwayat kesehatan psikis keluarga
Trauma lampau
Pertumbuhan fisik dan psikis
Riwayat penggunaan zat narkotika atau alkohol
Sering merasa bersalah,konsentrasi kurang,penurunan nafsu makan (depresi)
Mendengar suara yang menyuruh membunuh anaknya
Riwayat kehamilan,persalinan dan keadaan setelah melahirkan sebelum ini (jika
pernah melahirkan sebelum ini)6
Autopsi Jenazah (Pemeriksaan Luar dan Pemeriksaan Dalam)
Pemeriksaan Luar
Dapat dinilai mulai dari kain pembungkus bayi, pakainnya yang mungkin dikenakan,
adanya barang-barang disekitar bayi, dll. Kemudian bisa juga dinilai dari sudut thanatologi,
baik itu lebam mayat, kaku mayat, suhu, tanda pembusukan, dll.
Pemeriksaan Dalam
17
Yang diperhatikan pada autopsi pemeriksaan dalam adalah :
a. Kulit kepala dibedah seperti biasa dari bahagian belakang telinga kanan ke bahagian
belakang telinga kiri dan bahagian tempurung kepala didedahkan. Tempurung kepala
dibuka kepada empat flap dengan memotong bahagian ubun-ubun depan (fontanel
anterior) secara memanjang dan melintang dengan menggunakan gunting. Pemer-
iksaan kecederaan fontanel, meninges, tentorium dan otak perlu dilakukan dengan
cermat. Koyak bahagian tentorium boleh disebabkan oleh komplikasi kelahiran akibat
penggunaan forseps.
b. Tengkorak diperiksa untuk tanda-tanda retak tulang. Otak diambil untuk pemeriksaan
histologi. Pemeriksaan organ dalaman leher dilakukan untuk mencari tanda-tanda
kecederaan seperti lebam bahagian otot leher, bendasing, buih, mukus, mekonium
atau cecair amnion dalam trakea dan patah tulang leher.
c. Leher, adakah tanda-tanda penekanan, resapan darah pada kulit sebelah dalam. Pada
bayi, karena jaringan lebih elastis di bandingkan dengan orang dewasa maka tanda-
tanda kekerasan tersebut lebih jarang terdapat. Perhatikan apakah terdapat benda
asing dalam jalan napas.
d. Mulut, apakah terdapat benda asing dan perhatikan palatum mole apakah terdapat
robekan.
e. Rongga Dada. Apabila bayi lahir mati dada masih belum mengembang. Iga masih
datar dan diafragma masih setinggi iga ke 3-4. Sedangkan pada bayi yang lahir hidup,
dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5, terutama
pada bayi yang telah lama hidup. Namun, pemeriksaan dada sering sukar dinilai bila
mayat sudah membusuk.
f. Paru-paru. Pemeriksaan paru bisa digunakan untuk penentuan bayi lahir hidup atau
lahir mati
Pemeriksaan Makroskopik Paru
Tes Apung Paru-paru
18
Pemeriksaan mikroskopik
g. Tanda asfiksia berupa Tardieu’s spots pada permukaan paru, jantung, timus dan
epiglotis.
h. Tulang belakang, apakah terdapat kelainan kongenital dan tanda kekerasan.Periksa
pusat penulangan pada femur, tibia, kalkaneus dan kuboid. Buat irisan melintang pada
kulit daerah lutut sampai tempurung lutut. Denagn gunting ligamentum patellae
dipotong dan patella dipotong dan disingkirkan. Dengan pisau, lakukan pengirisan
distal femur atau proksimal tibia mulai dari ujung, lapis demi lapis ke arah metaphyse.
Pusat penulangan akan tampak sebagai bercak berwarna merah homogen dengan
diameter lebih dari 5 mm di daerah epiphyse tulang. Untuk mencapai tallus dan
calcaneu, telapak kaki bayi dipotong mulai tumit ke arah depan sampai sela jari ke 3
dan 4. Dengan melebarkan potongan pada kulit, tallus dan calcaneus dapat dipotong
longitudinal untuk memeriksa adanya pusat penulangan. 3,5
Perhatikan pula adanya tanda-tanda kekerasan tetapi yang disebabkan oleh trauma proses
persalianan seperti,
a) Kaput suksadaneum
makin lama persalinan berlangsung, timbul kaput suksadaneum yang main hebat.
b) Sefalhematom
perdarahan setempat di antara periosteum dan permukaan luar tulang atap tengkorak
dan tidak melampaui sutura tulang tengkorak akibat molase yang hebat.
c) Fraktur tulang tengkorak
jarang terjadi pada trauma lahir, biasanya hanya berupa cekungan tulang saja pada
tulang ubun-ubun (celluloid ball fracture). Penggunaan forseps dapat menyebabkan
fraktur tengkorak dengan robekan otak.
d) Perdarahan intrakranial
perdarahan ini timbul pada molase lepala yang hebat atau kompresi kepala yang cepat
dan mendadak oleh jalan lahit yang belum melemas (pada partus presipitatus).
e) Perdarahan subarakhnoid atau interventrikuler
umumnya terjadi pada bayi-bayi prematur akibat belum sempurna berkembangnya
jaringan-jaringan otak.
f) Perdarahan epidural
sangat jarang karena duramater melekat dengan erat pad tulang tengkorak bayi.3
19
Interpretasi Temuan
Korban
Korban yang meninggal adalah seorang bayi laki-laki yang tidak diketahui
identitasnya.. Mayat tersebut ditemukan di tempat sampah. Dimana mayat tersebut diletakkan
di dalam kardus indomie dimana sekitar mayat terdapat plasenta dan tali pusat yang belum
terpotong. Mayat tersebut dibungkus oleh handuk polos berwarna merah muda, berukuran
enam puluh sentimeter kali lima puluh sentimeter dan penuh oleh darah. Pada mayat bayi
tersebut ditemukan adanya luka lecet jenis tekan pada daerah hidung, bibir dan pipi yang
berukuran 4cmx4cm. Pada saat dilakukan pemeriksaan luar terlihat dada bayi tersebut
mengembang, dan tidak ditemukan adanya kekakuan pada tubuh mayat tersebut. Berdasarkan
data antropometri didapatkan berat mayat tersebut 3300 gram, panjang badan 50 cm, lingkar
kepala 34 cm, diameter dada 8 cm, diameter perut 7 cm, lingkar dada 31 cm, dan lingkar
perut 29 cm. Lebam mayat ditemukan pada bagian punggung yang meluas hingga ke dada
dan ditemukan adanya warna kehijauan pada perut kanan bawah yang merupakan tanda-tanda
pembusukan, tetapi belum ditemukan adanya larva lalat. Selain itu ditemukan adanya sianosis
pada bibir dan jari-jari mayat bayi. Melalui pemeriksaan dalam ditemukan adanya pusat
penulangan pada daerah kuboid yang menandakan mayat bayi tersebut merupakan bayi
cukup bulan. Ditemukan adanya tardieu’s spot pada mukosa usus halus dan uji apung paru
positif. Mayat yang ditemukan belum membusuk dimana waktu kematian diperkirakan
sekitar dua belas jam.
Tempat Kejadian Perkara
Tempat dimana mayat korban ditemukan adalah di suatu tempat sampah.
Sebab, cara, dan mekanisme kematian bayi
Setelah dinilai dari usia, autopsi, dan pemeriksaan lain, bisa diperkirakan sebab, cara,
dan mekanisme kematian bayi tersebut. Beberapa penyebab tersering adalah Penjeratan.
Penjeratan adalah cara yang umum. Tindakan tersebut menghasilkan bekas jeratan, yang
dapat terlihat di leher, yang harus dibuktikan apakah hal tersebut dilakukan sebelum
20
kematian. Dapat dinyatakan, meskipun tanpa bukti, bahwa jeratan dapat dilakukan oleh ibu
untuk membantu persalinan sendiri. Penjelasan lain yang mungkin adalah bahwa bayi terjerat
secara tidak sengaja oleh tali pusat. Pemeriksaan tali pusat dapat menunjukkan bahwa tali
pusat telah dipegang secara kasar yaitu hilangnya jelly Wharton, yang dapat menyingkirkan
kemungkinan jeratan tak sengaja dan menunjukkan penggunaan tali pusat oleh ibunya (atau
orang lain) sebagai alat jerat. Pada kejadian tersebut juga dapat ditemukan tanda kekerasan
pada leher bayi. Pembekapan adalah cara yang mudah dan nyaman dan dapat tanpa
meninggalkan bekas, akan tetapi bila tenaga yang diberikan terlalu besar (dimana hal tersebut
sering terjadi) maka akan meninggalkan bekas kekerasan. Yang lainnya adalah trauma
kepala, penenggelaman, penelantaran, dll.
Pada penjeratan, pencekikan, pembekapan, mekanisme kematiannya menjadi asfiksia
atau mati lemas. Adanya asfiksia mekanik berupa pembengkapan dan pencekikan dapat
disimpulkan dari hasil pemeriksaan luar maupun pemeriksaan dalam. Memar pada lidah kiri
memberikan petunjuk akibat pembengkapan. Sedangkan luka lecet pada leher memberikan
ciri-ciri yang khas sesuai dengan kasus pencekikan. Lebam mayat yang luas (wajah, leher,
belakang tubuh dan tungkai), bintik perdarahan pada mata, pangkal batang tenggorok serta
pada piala ginjal juga merupakan temuan yang mendukung tanda-tanda asfiksia.7
Waktu Kematian
Mayat bayi tersebut diperkirakan waktu kematiannya adalah dua belas jam hingga dua
puluh empat jam yang lalu sejak ditemukan.
Pemeriksaan Luar4
Bayi ditemukan di dalam kardus Indomie yang ada di tempat sampah, terbungkus
kain berwarna merah muda penuh darah, berjenis kelamin laki-laki dengan tali pusat dan
plasenta belum terpotong, dan mayat belum membusuk.
a. Bayi cukup bulan, 9 bulan dalam kandungan, panjang 50 cm, berat 3300 gram.
b. Kulit belum dibersihkan.
c. Kuku-kuku jari telah melewati ujung-ujung jari.
d. Mulut tidak ada benda asing yang menyumbat.
e. Tali pusat masih melekat, belum terputus, mengering.
f. Kepala tidak terdapat kaput suksedaneum.
g. Ada tanda pembekapan di sekitar mulut dan hidung, serta memar pada mukosa
bibir dan pipi.5
h. Bayi belum dirawat.
21
Pemeriksaan Dalam
a. Rongga dada yang telah mengembang, diafragma yang letaknya setinggi iga ke 5
atau 6.
b. Paru telah mengembang, mengisi sebagian besar rongga dada. Pada permukaan
paru dapat ditemukan gambaran mozaik dan gambaran marmer.
c. Uji apung paru memberikan hasil positif, terdapatnya udara dalam alveoli paru.
d. Pemeriksaan mikroskopik tampak jaringn paru dengan alveoli yang telah terbuka
dengan dinding alveoli yang tipis.
e. Tidak adanya udara dalam saluran cerna dengan foto rontgen.
Pemeriksaan Psikologis Ibu
Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak sendiri.
Tidak dipersoalkan apakah ia kawin atau tidak. Ibu membunuh anaknya karena terdorong
oleh rasa ketakutan akan diketahui orang telah melahirkan anak itu, biasanya, anak yang
dibunuh tersebut dari hubungan yang tidak sah.
KESIMPULAN
Mayat bayi yang ditemukan di tempat sampah tersebut diduga dibunuh oleh ibunya,
oleh karena itu butuh pembuktian dari hasil autopsi, serta pemastian hubungan ibu anak
antara mayat bayi tersebut dengan wanita tersangka. Bila terbukti benar, bisa diarahkan ke
kasus pembunuhan anak sendiri. Tetapi tetap juga dibutuhkan pengolahan TKP lebih lanjut
untuk mendapatkan bukti-bukti lainnya.
Pembunuhan anak sendiri (PAS) bukanlah suatu kasus yang semata-mata terfokus
pada tindakan pembunuhannya, tetapi terfokus juga pada faktor psikis dalam tindakan
pembunuhan tersebut. Pasal yang mengatur tentang PAS pun berbeda dengan pasal yang
mengatur tentang pembunuhan. Pada kasus PAS pemeriksaan mayat bayi dilakukan secara
sistematis mulai dari pemeriksaan luar, khususnya perlu diperhatikan adanya tanda kekerasan
dan tanda perawatan. Kedua tanda tersebut dapat menentukan kondisi kejiwaan ibu mengenai
kelahiran anaknya. Pemeriksaan dalam pada mayat dapat dipakai untuk mengetahui bayi lahir
mati atau lahir hidup. Pada ibu, dilakukan pemeriksaan terhadap fisik ibu untuk mencari
adanya perubahan yang menjadi tanda-tanda pasca persalinan. Pemeriksaan psikis juga tidak
kalah pentingnya pada pemeriksaan terhadap ibu karena pada beberapa kasus, sang pelaku
22
(ibu) sebenarnya memerlukan pertolongan untuk masalah gangguan keseimbangan
kejiwaannya. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada ibu dan juga mayat bayi
adalah pemeriksaan golongan darah dan pemeriksaan DNA (khususnya mt-DNA).
Pembuatan visum et repertum dilakukan sesudah hasil pemeriksaan didapat. Hasil
pemeriksaan yang berkaitan dengan kasus dan bukan merupakan rahasia kedokteran akan
dituliskan sejujur-jujurnya dalam visum et repertum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Hertian S, Sampurna B, et
al. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta, 1997.
2. Idries, A.M., Tjiptomartono, A.L. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses
Penyidikan. Jakarta : Sagung Seto; 2008: h. 1-52.
3. Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kedokteran. Jilid I. Jakarta : Bagian
Kedokteran Forensik Universitas Indonesia; 1994: h.11-6, 37-9.
4. Pembunuhan anak sendiri. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.Bagian
Kedokteran Forensik FK Uni. Indonesia. Jakarta:2001.pg 165-76.
5. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Edisi I. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;1994.h.11-38.
6. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Autopsi. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius. Jakarta. 2000: 187-9
7. Idries, AM. Prosedur Khusus. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi
Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997 : 354-61
8. Hoediyanto H. Pembunuhan anak (infantisid). Edisi November 2008. Surabaya:FK
UNAIR
23