Upload
zeni-marlina
View
207
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah protan sawi
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Selanjutnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Teknologi Produksi
Tanaman III yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Serta tak lupa kepada
seluruh pihak yang turut membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
bentuk dukungan moril maupun materil.
Tak ada segala sesuatu di dunia ini yang sempurna. Begitu pula dengan makalah ini.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca demi
kesempurnaan dalam pembuatan makalah ini di kemudian hari dan semoga makalah ini
bermanfaat untuk kami maupun bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sawi (Brassica juncea) merupakan tanaman semusim yang berdaun lonjong, halus,
tidak berbulu, dan tidak berkrop. Tanaman sawi berbeda dengan petsai (Brassica
chinensis). Petsai adalah tanaman dataran tinggi sementara sawi juga bisa ditanam di
dataran rendah batang sawi lebih ramping dan lebih hijau sedangkan batang petsai gemuk
dan berkelompok dengan daun putih kehijauan. Sawi yang banyak ditanam di Indonesia
sebenarnya dikenal dengan nama caisim (Nazaruddin, 2003 dalam Friska, 2008).
Tanaman sawi dalam taksonomi tumbuhan mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Angiospermae (Divisi), Dicotyledoneae (kelas), Cruciferae ( Famili), Brassica (Genus) dan
Brassica juncea (Spesies) (Bailey, 1963 dalam Friska, 2008). Suku Cruciferae merupakan
sayuran paling populer dan diusahakan secara luas (Williams, 1993, dalam Friska, 2008).
Tanaman sawi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: bentuk batang yang pendek, tegap dan
daunnya lebar berwarna hijau tua. Daun-daunnya mempunyai tangkai yang pipih (Suryono
dan Rismunandar, 1981, dalam Friska, 2008); akarnya tunggang serta biji sawi berbentuk
bulat pipih dan berwarna kuning kecoklatan (Rubatzky, 1999, dalam Friska, 2008).
Perbanyakan tanaman sawi dilakukan dengan biji. Kebutuhan benih sawi per hektar hanya
700 g. Sebelum dikebunkan biji sawi harus disemaikan dahulu. Bibit yang sudah berdaun 4
helai dapat dipindahkan ke lahan (Nazaruddin, 2003, dalam Friska, 2008). Sawi dikenal
mempunyai tiga varietas (Anonim, 1992 dalam Friska, 2008) yaitu : A.) Sawi Putih, Sawi
putih rasanya enak, daunnya lebar berwarna hijau tua, halus, bertangkai panjang, dan
bersayap. Sayapnya melengkung ke bawah. B.) Sawi Hijau, Sawi ini rasanya agak pahit,
batangnya pendek dan tegap. Daunnya lebar berwarna hijau keputih-putihan dan bertangkai
pipih. C.) Sawi Huma, Batangnya kecil dan panjang. Daunnya panjang sempit berwarna
hijau keputih-putihan, bertangkai, dan bersayap. Sawi ini rasanya enak dan tumbuh baik di
tempat-tempat yang agak kering atau di tegalan.
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III
2
Tanaman sawi mempunyai kandungan gizi yang tinggi (Ryder, 1979 dalam Friska,
2008). Tindall (1983) dalam Friska, 2008 menyatakan bahwa daun sawi yang digunakan
sebagai sayuran mengandung glukosida dan sinirgin. Berikut klasifikasi sawi sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica juncea L
Syarat Tumbuh
Sawi termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan, sehingga ia dapat ditanam
sepanjang tahun, asalkan pada saat musim kemarau disediakan air yang cukup untuk
penyiraman. Keadaan tanah yang diinginkan adalah tanah gembur, kaya dengan bahan
organik, dan drainase yang baik dengan derajat keasaman (pH) 6-7. Sawi tidak cocok
ditanam di tempat yang suhunya tinggi dan tumbuh baik di atas ketinggian 700m atau lebih
(MacDonald and Low, 1984 dalam Friska, 2008).
Tanah Sebagai Media Tumbuh Tanaman
Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi tanaman optimal,
sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Media tanam terdiri
dari dua tipe yaitu campuran tanah (soil-mixes) yang mengandung tanah alami dan
campuran tanpa tanah (soilles-mixes) yang tidak mengandung tanah (Harjadi, 1989 dalam
Anonimus, 2010). Bahan-bahan campuran media tanam harus memiliki peranan yang
khusus di dalam campuran tersebut. Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih media
untuk dijadikan campuran adalah kualitas dari bahan tersebut, sifat kimia atau fisiknya,
tersedia di pasaran, murah, mudah cara penggunaan-nya, dapat digunakan untuk berbagai
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III
3
macam tanaman, tidak membawa hama dan penyakit, mempunyai drainase dan kelembaban
yang baik, mempunyai pH yang sesuai dengan jenis tanaman dan mengandung unsur hara
untuk mendukung per-tumbuhan tanaman (Acquaah, 2002 dalam Anonimus, 2010).
Tanah merupakan medium alami tempat tanaman hidup, berkembang biak dan mati dan
karenanya menyediakan sumber bahan organik selama bertahun-tahun karena dapat didaur
ulang untuk nutrisi tanaman (Rao, 1994 dalam Friska, 2008). Bahan organik umumnya
ditemukan di pemukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5 persen, tetapi
pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah sangat besar (Allison, 1973 dalam Friska, 2008).
Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus.
Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik tersebut
melalui kegiatan mikroorganisme di dalam tanah. Banyak sumber bahan organik yang
cukup berpotensi di Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas
pertanian. Beberapa sumber bahan organik yang cukup penting dan telah banyak digunakan
adalah sisa tanaman , pupuk hijau, pupuk kandang dan kompos (Hardjowigeno, 2003 dalam
Friska, 2008).
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas mengenai rekayasa media
tumbuh tanaman semusim berorgan target daun yaitu sawi (Brassica juncea L) , pengaruh
berbagai macam media tanam terhadap perkembangan tanaman. Selain itu, makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Teknologi Produksi Tanaman III.
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Media Tanam
Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi tanaman optimal,
sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Media tanam terdiri
dari dua tipe yaitu campuran tanah (soil-mixes) yang mengandung tanah alami dan
campuran tanpa tanah (soilles-mixes) yang tidak mengandung tanah (Harjadi, 1989).
Bahan-bahan campuran media tanam harus memiliki peranan yang khusus di dalam
campuran tersebut. Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih media untuk dijadikan
campuran adalah kualitas dari bahan terse-but, sifat kimia atau fisiknya, tersedia di pasaran,
murah, mudah cara penggunaan-nya, dapat digunakan untuk berbagai macam tanaman,
tidak membawa hama dan penyakit, mempunyai drainase dan kelembaban yang baik,
mempunyai pH yang sesuai dengan jenis tanaman dan mengandung unsur hara untuk
mendukung per-tumbuhan tanaman (Acquaah, 2002).
Tanah
Tanah mengandung unsur hara makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S) dan unsur hara
mikro (Fe, Mn, Zn, B, Cu, Mo dan Cl). Sifat fisik tanah yang ter-penting untuk menentukan
daya penyediaan unsur hara dan penyediaan air serta udara adalah tekstur dan struktur
tanah (Soepardi, 1983; Islam dan Utomo, 1995). Tanah merupakan media tanam yang
paling umum digunakan dan sebagai bahan campuran media tanam utama, tetapi masih
diperlukan bahan organik sebagai campuran medianya agar tanaman dapat tumbuh dengan
baik (Darajat, 2003 da-lam Yushanita, 2007).
Tanah merupakan hasil pelapukan dari batuan. Jenis tanah dibedakan men-jadi dua,
yaitu tanah mineral dan tanah organik. Tanah mineral adalah tanah yang merupakan hasil
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III
5
pelapukan dari bahan-bahan mineral, sedangkan tanah organik adalah tanah yang berasal
dari hasil pelapukan bahan-bahan organik.
Tanah organik memiliki bahan organik dalam jumlah yang tinggi, misalnya tanah
gambut. Setiap jenis tanah memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang berbeda, sebagai con-
toh tanah latosol memiliki sifat kimia yang kurang baik, memiliki KTK yang ren-dah
disebabkan oleh bahan organik sedikit dan memerlukan tambahan unsur hara N, P, K, Ca,
Mg dan beberapa unsur mikro. Tanah latosol mengandung hidro-oksida besi atau
aluminium (Murbandono, 1993).
Pasir
Pasir adalah silika murni dengan ukuran antara 0.5 - 2 mm, pada umumnya pasir
digunakan untuk media campuran karena mudah didapat dan murah, tetapi pasir merupakan
media yang paling berat dari semua media pengakaran. Pasir ditambahkan ke dalam media
untuk meningkatkan porositas dan daya menahan air, tetapi pasir yang terlalu halus dapat
menghalangi lubang-lubang drainase (Harjadi, 1989; Poerwanto, 2003).
Pasir sebagai media membutuhkan irigasi dengan frekuensi tetap atau sesuai dengan
aliran konstan untuk mencegah kekeringan. Penggunaan pasir yang dicampur dengan bahan
lain bertujuan agar media tersebut mempunyai aerasi yang baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Soepardi, 1983). Pasir memiliki kapasitas menahan kelembaban
yang sangat rendah dan kandungan hara rendah. Pasir sangat penting karena dapat
meningkatkan ruang pori dan memper-baiki aerasi tanah (Yushanita, 2007).
Kompos
Kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi yang lengkap bagi tanaman.
Kompos terbuat dari bahan organik yang berasal dari bermacam-macam sumber, seperti:
sekam, pupuk kandang, jerami padi, daun-daunan, dan lain-lain. Semakin beragam sumber
bahan organik yang dikandung suatu media maka semakin tinggi unsur hara yang dapat
diserap oleh tanaman (Sutanto, 2002).
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III
6
Kompos memiliki dua fungsi yaitu sebagai: (1) soil conditioner yang berfungsi
memperbaiki struktur tanah, terutama bagi tanah kering; dan (2) soil ameliorator yang
memperbaiki kapasitas tukar kation (KTK). Manfaat dari kompos adalah: (1)
mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah baik fisik, kimiawi
maupun biologis; (2) mempercepat dan mempermudah penyerapan unsur nitrogen oleh
tanaman; (3) mengurangi tumbuhnya tanaman pengganggu; dan (4) dapat disediakan secara
mudah, murah dan relatif cepat (Santoso, 1998).
Serbuk Sabut Kelapa
Serbuk sabut kelapa (cocopeat) merupakan media hasil penghancuran sa-but kelapa.
Sabut kelapa adalah bagian mesokarp dari buah kelapa, tebalnya 5 cm dan menempati 35 %
dari total buah kelapa yang telah masak petik. Bagian yang berserabut ini merupakan kulit
dari buah kelapa dan dapat dijadikan sebagai bahan baku aneka industri dan juga dapat
dimanfaatkan sebagai media tanam karena me-ngandung unsur kalium dan fosfor
(Palungkun, 1992).
Serbuk sabut kelapa banyak digunakan untuk media tumbuh karena mem-punyai
kapasitas memegang air yang baik, dapat mempertahankan kelembaban (80 %), memiliki
kapasitas tukar kation dan porositas yang baik, mempunyai rasio C/N rendah yang
mempercepat N tersedia dan mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca),
magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P) (Susilawati, 2007).
Arang Sekam
Arang sekam merupakan media yang diperoleh dari pembakaran sekam yang tidak
sempurna (sebelum berubah menjadi abu). Menurut hasil analisis Japa-nese Society dalam
Krisantini et al. (1993), jenis arang sekam paling banyak ditempati oleh SiO2 (52 %), dan
C (31 %), komponen lain adalah Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO dan CuO dalam jumlah
sedikit serta bahan-bahan organik.
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III
7
Arang sekam digunakan dalam campuran media karena sangat ringan (be-rat jenis = 0.2
kg/l), kasar sehingga sirkulasi udara tinggi (banyak pori), berwarna coklat kehitaman
sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif, da-pat mengurangi pengaruh
penyakit khususnya bakteri (Wuryaningsih, 1994). Di dalam media tanam arang sekam
berfungsi sebagai deodorizer, yaitu penyerap bau tidak sedap dan racun dari hasil
dekomposisi pada ruang perakaran, di samping itu arang mempunyai daya serap air yang
tinggi (Arifin dan Andoko,.2004).
Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan campuran dari kotoran padat, air seni, ampar-an, dan sisa
makanan. Susunan kimia dari pupuk kandang tersebut berbeda dari satu tempat ke tempat
lain tergantung dari macam ternak, umur dan keadaan he-wan, sifat dan jumlah amparan,
cara mengurus, dan menyimpan pupuk sebelum dipakai. Walaupun kandungan unsur hara
dalam pupuk kandang tergolong leng-kap, tidak semuanya dapat dimanfaatkan oleh
tanaman, sebagian besar hilang oleh pencucian dan dekomposisi anaerob, terutam unsur-
unsur N, P, dan K (Yushanita, 2007).
Salah satu jenis kotoran hewan yang banyak digunakan untuk menyedia-kan unsur hara
bagi tanaman adalah kotoran unggas. Pupuk kotoran ayam mem-berikan pengaruh yang
lebih baik dibandingkan pupuk kotoran kambing dan sapi terhadap pertumbuhan tanaman,
karena pupuk kotoran ayam kering mengandung kadar air yang lebih rendah dibandingkan
pupuk kotoran kambing dan sapi. Ko-toran ayam mempunyai kandungan hara (terutama
unsur N dan P) serta bahan or-ganik yang tinggi (Tisdale dan Nelson, 1975).
2.2. Aplikasi Rekayasa Media Tumbuh
Limbah Lumpur Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi andalan Indonesia yang perkembangannya
demikian pesat. Pesatnya perkembangan kelapa sawit di Indonesia didukung oleh kondisi
pedoagroklimatnya yang memang sangat sesuai untuk tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit
juga memiliki keunggulan produktifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumber
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III
8
minyak nabati lainnya. Kelapa sawit dapat menghasilkan minyak sekitar 7 ton/ha produksi
kelapa sawit, sedangkan kedelai menghasilkan minyak sebesar 3 ton/ha produksi kedelai
(Elisabeth dan Ginting, 2003). Selain produksi minyak yang tinggi, produk samping atau
limbah pabrik kelapa sawit juga tinggi. Secara umum limbah dari pabrik kelapa sawit
terdiri atas tiga bentuk yaitu limbah cair, padat dan gas. Limbah cair kelapa sawit berasal
dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon
(Utomo danWidjaja, 2004).
Pada umumnya, limbah cair kelapa sawit mengandung bahan organik yang cukup tinggi
sehingga potensial mencemari air tanah dan badan air. Limbah padat pabrik kelapa sawit
dikelompokkan menjadi dua yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan berupa
tandan kosong kelapa sawit, cangkang atau tempurung, serabut atau serat, dan
sludge/lumpur. Lumpur sawit merupakan larutan buangan yang dihasilkan selama proses
pemerasan dan ekstraksi minyak (Hutagalung dan Jalaluddin, 1982). Larutan buangan ini
langsung dialirkan ke selokan, kolam, atau sungai di sekitar pabrik. Komposisi limbah
lumpur sawit (sludge) di pabrik kelapa sawit Kertajaya adalah air ± 84.87%, padatan
±13.31% dan minyak ±1.82%.
Kandungan lemak dan protein yang relatif tinggi tersebut menjadikan limbah lumpur
sawit (sludge) dan serat merupakan substrat yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Limbah lumpur kering kelapa sawit yang terdiri dari sludge dan serat cukup potensial untuk
diolah lebih lanjut. Salah satu pemanfaatannya adalah sebagai pakan ternak. Dalzell (1978)
setelah melakukan penelitian dengan menambahkan limbah kelapa sawit pada makanan
sapi , akhirnya menyimpulkan bahwa limbah kelapa sawit merupakan bahan pakan yang
potensial, selain itu juga dapat mengatasi masalah polusi dan memberi nilai tambah pada
pabrik pengolahan kelapa sawit. Berikut data percobaan tentang pemanfaatan limbah
lumpur kelapa sawit :
A = Tanah
B = Tanah + 50% NPK
C = Tanah + 100% NPK
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III
9
D = Tanah + 20% limbah lumpur kering
E = Tanah + 30% limbah lumpur kering
F = Tanah + 40% limbah lumpur kering
G = Tanah + 50% NPK + 20% limbah lumpur kering
H = Tanah + 50% NPK + 30% limbah lumpur kering
I = Tanah + 50% NPK + 40% limbah lumpur kering
J = Tanah + 100% NPK + 20% limbah lumpur kering
K = Tanah + 100% NPK + 30% limbah lumpur kering
L = Tanah + 100% NPK + 40% limbah lumpur kering
Perlakuan dengan pemberian limbah lumpur kering (LS) 20% + NPK 50%, LS 30%
+NPK 50%, dan LS 40%+NPK 50% mampu menyeimbangkan pertumbuhan vegetatif
tanaman (tinggi tanaman dan jumlah daun) dan produktifitas tanaman sawi (Brassica
juncea) jika dibandingkan dengan NPK 100%.
Perlakuan dengan pemberian LS 20%+NPK 50%, LS 30%+NPK 50%, dan LS 40%
+NPK 50% mampu meningkatkan populasi total mikroorganisme tetapi tidak mampu
meningkatkan populasi total fungi jika dibandingkan dengan NPK 100%.
Penambahan limbah lumpur kering kelapa sawit ke dalam media tanam tanaman sawi
(Brassica juncea) mampu menggantikan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman
sawi untuk mendukung pertumbuhan tanaman tersebut.
Dinamika populasi total mikroorganisme dan total fungi sebagian besar mengalami
kenaikan tetapi ada juga beberapa perlakuan yang mengalami penurunan.
2.3. Bahan Organik
Tanah merupakan medium alami tempat tanaman hidup, berkembang biak dan mati dan
karenanya menyediakan sumber bahan organik selama bertahun-tahun karena dapat didaur
ulang untuk nutrisi tanaman (Rao, 1994). Bahan organik umumnya ditemukan di pemukaan
tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5 persen, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III
10
sifat tanah sangat besar (Allison, 1973). Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan
organik kasar dan bahan organik halus. Humus terdiri dari bahan organik halus yang
berasal dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme di dalam
tanah. Banyak sumber bahan organik yang cukup berpotensi di Indonesia yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Beberapa sumber bahan organik
yang cukup penting dan telah banyak digunakan adalah sisa tanaman , pupuk hijau, pupuk
kandang dan kompos (Hardjowigeno, 2003). Adapun pengaruh bahan organik
terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya terhadap pertumbuhan tanaman
adalah:
a. sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah
b. sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain
c. menambah kemampuan tanah untuk menahan air
d. menambah kemampuan tanah untuk menjerap unsur hara (kapasitas tukar
kation tanah menjadi lebih tinggi)
e. sumber energi bagi mikroorganisme.
Menurut Stevenson (1994), bahan organik dapat meningkatkan kandungan air pada
kapasitas lapang. Bahan organik mengandung sejumlah zat tumbuh dan vitamin serta dapat
merangsang pertumbuhan tanaman dan juga mikroorganisme tanah.
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Media tanam bisa direkayasa, bukan hanya tanah saja yang bisa menjadi media
tumbuh bagi tanaman. Asalkan memenuhi persyaratan untuk pertumbuhan tanaman maka
bahan lain pun bisa dijadikan bahan untuk tempat tumbuh tanaman. Asalkan bahan tersebut
mendukung untuk menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan bisa menopang
tanaman untuk tumbuh maka bisa dijadikan media tumbuh. Berbagai macam media tumbuh
diantaranya adalah : kompos, cocopeat, pupuk kandang, tanah, dll. Selain itu seiring
perkembangan, didapatkan bahwa limbah lumpur kelapa sawit bisa dimanfaatkan untuk
media tumbuh tanaman, khususnya pada tanaman sawi, hasilnya cukup memuaskan bagi
pertumbuhan sawi yang diuji.
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III
12
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan. 2013. Rekayasa media tanam tanaman sawi. http://sustainablemovement.wordpress.com/2013/04/20/rekayasa-media-tanam-tanaman-sawi-terhadap-pertumbuhan-vegetatif-tanaman-sawi/. Diakses pada 27 April 2013.
Friska. 2008. Pemanfaatan Limbah Lumpur Kering Kelapa Sawit Sebagai Sumber Bahan Organik Untuk Campuran Media Tanam Sawi. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8983/2006der.pdf?sequence=2. Diakses pada 27 April 2013
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III
13