27
MAKALAH BAB IX TEORI BELAJAR HUMANISTIKDisusun oleh: 5201411069 Saian Nur Fajri 5202411006 Desi Dwi Lestari 5302411254 Rony Hendratno 6101411240 Fikri Faila Sufah 7101411253 Koeri Ulinuha 0

MAKALAH PSIKOPEN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH PSIKOPEN

MAKALAH

BAB IX

”TEORI BELAJAR HUMANISTIK”

Disusun oleh:

5201411069 Saian Nur Fajri

5202411006 Desi Dwi Lestari

5302411254 Rony Hendratno

6101411240 Fikri Faila Sufah

7101411253 Koeri Ulinuha

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SEMARANG

2012

0

Page 2: MAKALAH PSIKOPEN

BAB IX

TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Tujuan Pembelajaran

Setelah mengkaji bab ini mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan dalam:

1. Menjelaskan akar perkembangan pendekatan humanistik

2. Menjelaskan pandangan humanistik dalam belajar

3. Menjelaskan prinsip-prinsip pendekatan humanistik

A. Akar Gerakan Humanistik

Teori belejar dan pendidikan humanistik diawali oleh munculnya

gerakan mahapeserta didik pada tahun 1960an karena mereka tidak

menyukai terhadap proses dan hasil pendidikan di Amerika Serikat yang

telah mereka peroleh. Gerakan yang disampaikan itu merupakan respon

ketidak puasanka amat atas kompetisi, tekanan, kehidupan yang selalu

diawasi, dan ketidak sesuaian apa yang mereka pelajari dengan apa yang

mereka amati ketika belakar disekolah. Gerakan itu dipopulerkan oleh Neill,

Jhon Holt, Jonathan Kozol, dan Paul Goodman. Gerakan itu juga

memunculkan nama-nama gerakan pendidikan baru dengan berbagai

sebutan seperti romantisme, sistem pendidikan alternatif, dan pendidikan

humanistik.

Praktik pendidikan yang dilawan oleh para tokoh gerakan itu adalah

pendidikan di sekolah yang selalu diarahkan oleh pendidik (direct

intruction). Pendidikan yang diarahkan oleh pendidik itu mengutamakan

pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Dalam

pendidikan humanistik, fokus utamanya adalah hasil pendidikan yang

bersifat afektif, belajar tentang cara-cara belajar (learning how to learn), dan

meningkatakan kreativitas dan semua potensi pesetra didik. Praktik

pendidikan humistik berkembang di Amerika Serikat pada tahun 1960an

dan mencapai puncaknya pada tahun 1990an dengan munculnya tokoh-

tokoh psikologi seperti Abraham Maslow dan Calrs Rogers.

1

Page 3: MAKALAH PSIKOPEN

Praktik pendidikan humanistik tidak jauh berbeda dengan pendidikan

progresif selama paroh pertama tahun 1900an. Jhon Dewey adalah seorang

pelopor pendidikan progresif yang melawan pendidikan yang tidak relevan

dengan masyarakat industri. Dia melawan orang-orang yang berpegang

teguh pada waktu, menolak gagasan psikologi medern, penggunaan latihan

(drill) sebagai metode pembelajaran, dan beberapa aspek pendidikan yang

tidak memiliki nilaimanfaat dan bersifat dekoratif. Para pendidik humanistik

merupakan penerus dari gagasan Jhon Dewey tersebut. Mereka percaya

bahwa masyarakat perkotaan kontemporer akan menjadi masyarakat yang

tidak peka terhadap lingkungan. Oleh karena itu pendidikan yang

menyajikan bahan belajar spesifik dan diorganisir secara ketat, penggunaan

metode belajar yang sistematis, memotivasi peserta didik, pengolahan kelas,

dan asasmen kemajuan belajar peserta didik yang dilakukan oleh pendidik

(direct-intruction) sebagaimana yang telah berlangsung pada waktu itu akan

mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pesera didik, namun

tidak akan mampu menumbuhkembangkan kepekaan anak (affetive

education), belajar tentang cara-cara belajar, dan meningkatkan kreativitas

dan potensi anak. Para pakar pendekatan humanistik percaya bahwa setiap

individu anak memiliki sifat-sifat kebijakan yang berasal dari dalam dan

bersifat realistik. Demikian pula anak-anak akan berkembang sepanjang

mereka mampu mengembangkannya.

Hasil belajar dalam pandangan humanistik adalah kemampuan peserta

didik mengambil tanggung jawab dalam menentukan apa yang dipelajari

dan menjadi individu yang mampu mengarahkan diri sendiri (self-directing)

dan mandiri (independent). Di samping itu pendekatan humanistik

memandang pentingnya pendekatan pendidikan di bidang kreativitas, minat

terhadap seni, dan hasrat ingin tahu. Oleh karena itu pendekatan humanistik

kurang menekankan pada kurikulum standar, perencanaan pembelajaran,

ujian, sertifikas9i pendidik, dan kewajiban hadir disekolah.

Dalam praktik pembelajaran, pendekatan humanistik

mengkombinasikan metode pembelajaran individual dan kelompokkecil.

Namun pendekatan humanistik mempersyaratkan perubahan status pendidik

2

Page 4: MAKALAH PSIKOPEN

dari individu yang lebih mengetahui dan terampil segala sesuatu menjadi

individu yang memiliki status kesetaraan dengan peserta didik. Pilihan

materi pembelajaran yang hendak digunakan dalam proses pembelajaran

merupakan hak peserta didik, dan bukan menjadi hak pendidik yang akan

disampaikan kepada pesera didik, atau perancang kurikulum.

Pembelajaranmerupakan wahana bagi peserta didik untuk melakukan

aktulisasi diri, sehingga pendidik harus membangun kecenderungan tersebut

dan mengorganisir kelas agar peserta didik melakukan kontak dengan

peristiwa-peristiwa yang berakna. Apabila kelas tersebut terbangun seperti

harapan tersebut, maka peserta didik akan memiliki keinginan untuk belajar,

ingin tumbuh, berupaya menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya

sendiri, memiliki harapan untuk menguasainya, dan ingin untuk

menciptakan sesuatu.

Pendekatan humanistik selalu memelihara kebebasan peserta didik

untuk tumbuh dan melindungi pesera didik dari tekanan kelurga dan

masyarakat. Demikian pula hasil belajar yang berkaitan dengan pendidikan

yang bersifat akademik. Oleh karena itu apabila kondisi pendidikan itu

dapat terjadi, maka peserta didik akan menjadi pembelajaran swa arah (self-

directed learners) dan proses belajar akan akan menjadi sangat bermakna

bagi peserta didik.

Penggunaan metode humanistik dalam pendidikan akan memungkinkan

peserta didik menjadi individu beraktualisasi diri (self-actualized person).

Kreativitas individu yang beraktualisasi diri, telah melekat pada setiap anak,

tidamk memerlukan bakat dan kemampuan perkembangan. Kreativitas itu

memerlukan lingkungan yang mendukung perklembangan. Lingkungan itu

harus mendukung individu dalam mengungkapkan sifat-sifat perseptif,

spontan,ekspresif, tidak bersifat pura-pura (genuine), menyenangkan, dan

tidak menakutkan..Lingkungan pendidikan yang bebas itu akan

menghasilkan orang-orang yang mampu mengembangkan sifat-sifat

tersebut. Dengan kata lain lingkungan seperti itu akan menghasilkan peserta

didik seperti individu yang telah memperoleh psikoterapi yang berhasil.

Ragers dan Daymond (Gage dan Berliner, 1994) menyatakan bahwa

3

Page 5: MAKALAH PSIKOPEN

prosedur terapeutik yang menghasilkan seseorang mampu memandang diri

sendiri secara berbeda, yakni menerima diri sendiri, perasaanya sendiri, dan

orang lain secara penuh. Dia menjadi individu yang mampu mengarahkan

diri sendiri, percaya diri, matang, realistik dalam mencapai tujuan, dan

bersifat fleksibel. Dia menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan

lingkungannnya. Pendidik yang berhasil menciptakan suasana pendidikan

seperti itu akan mampu mendorong peserta didik untuk menampilkan

perilaku yang memili karakteristik tersebut. Namun demikian hasil belajar

dalam pendekatan humanistik itu sukar dispesifikasi dalam bentuk perilaku

dan sukar diukur, sebab pendekatan humanistik kurang menekankan

pengetahuan dan keterampilan, sebaliknya lebih menekankan pada hasil

belajar yang yang lebih bersifat personal.

B. Pandangan Abraham Maslow

Abraham maslow adalah tokoh gerakan psikologi humanistic di

Amerika. Walaupun dia memperoleh pendidikan di kalangan behavioristik,

Maslow mampu mengembangkan pandangan yang komprehensif tentang

perilaku manusia. Kontribusi yang diberikan Maslow adalah motivasi,

aktualisasi diri dan pengalaman puncak yang memiliki dampak terhadap

kegiatan belajar.

Maslow menyampaikan teori motivasi manusia berdasarkan pada

hierarki kebutuhan. Kebutuhan pada tingkat yang paling rendah adalah

kebutuhan fisik (physiological needs), seperti rasa lapar dan haus, dan harus

dipenuhi sebelum individu dapat memenuhi kebutuhan akan rasa aman

(safety needs). Kebutuhan yang ketiga adalah kebutuhan menjadi milik dan

dicintai (sense of belongingness and love), kemudian kebutuhan

penghargaan (esteem needs), yakni merasa bermanfaat dan hidupnya

berharga dan akhirnya kebutuhan aktualisasi diri (self-actialization needs).

Kebutuhan aktualisasi diri itu termanifestasi di dalam keinginan untuk

memenuhi sendiri (self-fulfillment), untuk menjadi diri sendiri sesuai

dengan potensi yang dimiliki.

4

Page 6: MAKALAH PSIKOPEN

Penelitian Maslow tentang orang-orang terkenal, seperti Lincoln dan

Bethoven, telah mengarahkan perhatiannya dalam mengidentifikasi 15

karakteristik kepribadian dasar bagi orang-orang yang beraktualisasi diri.

Pandangan yang menarik dari Maslow setelah melakukan penelitian itu

adalah bahwa aktualisasi diri hanya mungkin dicapai oleh orang-orang yang

sudah dewasa.

Individu yang beraktualisasi diri menampilkan karakteristik sebagai

berikut:

a. Berorientasi secara realistic

b. Menerima diri sendiri, orang lain, dan dunia alamiah ebagaimana adanya.

c. Bersifat spontan dalam berfikir, beremosi, dan berperilaku.

d. Terpusat pada masalah (problem centered) dan bukan terpusat pada diri

sendiri.

e. Memiliki kebutuhan privasi dan berupaya memperolehnya, jika memiliki

kesempatan, serta memerlukan waktu berkonsentrasi untuk memperoleh

sesuatu yang menarik bagi dirinya.

f. Bersifat otoomi, independen dan mampu mempertahankan kebenaran

ketika menghadapi perlawanan.

g. Kadang-kadang memiliki pengalaman mistik yan tidak berkaitan dengan

pengalaman keagamaan.

h. Merasa sama dengan manusia secara keseluruhan berkenaan bukan saja

dengan keluarga, melainkan juga kesejahteraan dunia secara keseluruhan.

i. Memiliki hubungan dekat dan secara emosional dengan orang-orang

yang dicintai.

j. Memiliki struktur karakter demokratis berkenaan dengan penilaian

individu dan mampu bersahabat bukan didasarkan pada ras, status,

agama.

k. Memiliki etika yang berkembang terus.

l. Memiliki selera humor yang tinggi.

m. Memiliki selera kreativitas yang tinggi.

n. Menolak keseragaman kebudayaan.

5

Page 7: MAKALAH PSIKOPEN

Dalam pandangan Maslow, tujuan pendidikan adalah aktualisasi diri

atau membantu individu menjadi yang terbaik sehingga mereka mampu

menjadi yang terbaik. Pendidik hendaknya menjadikan kegiatan belajar itu

berasal dari dalam individu, yakni belajar berada pada diri manusia pada

umumnya, dan kedua belajar menjadi manusia tertentu. Proses pendidikan

hendaknya memberikan pengalaman puncak agar terjadi belajar dan

pemahaman. Tujuan pendidikan di semua jenjang hendaknya bersifat

menemukan identitas dan kecakapan. Menemukan identitas diri berarti

menemukan karier diri sendiri.

Maslow disebut sebagai bapak spiritual psikologi humanistik di

amerika juga bertanggungjawab menyampaikan pandangan manusia sebagai

peserta didik aktualisasi diri (self actualizing learner). Pandangan yang sama

(self actualizing learner) juga disampaikan oleh Carl Rogers yang

menyatakan orang yang berfungsi secara penuh (fully functioning person).

C. Pandangan Charl Rogers

Dalam teori sendiri (self).Rogers menyampaikan tiga unsur pokok pada

diri individu, yaitu: (a) Organisme, yakni orang secara penuh (b) Medan

fenomena, yakni totalitas pengalaman, dan (c) Diri sendiri yakni bagian dari

medan yang terdefrensi. Diri sendiri memilki karakteristik tertentu,

mencakup upaya memperoleh konsistensi, dan perubahan sebagai hasil dari

kematangan dan belajar .Rogers menyatakan adanya diri sendiri yang ideal

dan diri sendiri yang nyata dimana orang itu akan berada kesenjangan antara

keduanya dapat menjadi stimulus belajar dan potensi perrilaku yang

memunculkan tekanan tidak sehat.

Dengan memandang terapi dan pendidikan sebagai proses yang

sama ,rogers berupaya menjawab pertanyaan “jika pendidikan itu sempurna

seperti yang di harapkan dalam meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan individu , maka jenis manusia apakah yang muncul ..?

kemudian dia menjawab ,yaitu : orang yang mampu mengalami semua

perasaaanya dan tidak cemas dan perasaaanya; dia berada dalam penyaring

informasi namun terbuka terhadap informasi dari berbagai sumber ; dia

6

Page 8: MAKALAH PSIKOPEN

terlibat dalam proses menjadi dan menjadi diri sendiri serta menemukan diri

sebagai mahluk sosial ; dia hidup dalam suatu peristiwa yang benar-benar

sempurna namun belajar kehidupan sepanjang hayat. Manusia merupakan

organisme yang berfungsi secara penuh, dan karena kesadaran diri sendiri

yang berlangsung bebas karena melalui pengalamanya , maka dia menjadi

orang yang berfungsi secara penuh.

Rogers mendeskripsikan proses belajar yang terdiri atas dorongan

kearah aktualisasi diri secara penuh . ada kontinum makna yang terdapat di

dalam belajar yang bertentang dari hafalan yang tidak ada artinya dan tidak

bermakna sampai pada belajar eksperiental, bermakna , dan signifikan.

Rogers menggambarkan kualitas belajar eksperintal dalam mengembangkan

individu yang berfungsi secara penuh sebagai berikut:

a. Keterlibatan personal , yakni aspek aspek kognitif dan efektif individu

harus terlibat di dalam peristiwa belajar .

b. Prakarsa diri yakni menemukan kebutuhan yang berasal dari dalam diri

c. Pervasif ,yakni belajar memiliki dampak terhadap perilaku , sikap atau

kepribadian diri

d. evaluasi diri yakni individu dapat mengevaluasi doro jika pengalamanya

memenuhi kebutuhan

e. esensi adalah makna , yakni apabila terjadi belajar eksperiental,

maknanya menjadi terpadu dengan pengalamanya secar total.

Tekanan rogers terhadap belajar yang diprakasai oleh diri sendiri adalah

relevan dengan kebutuhan peserta didik di dalam perencanaan dan evaluasi

belajar merupakan model baru dalam pendidikan. Apabila peserta didik

memiliki kemandirian dan tanggung jawab sendiri, mereka akan mampu

berpartisipasi di dalam menstrusturkan kegiatan belajarnya sendiri.

Kelompok merupakan mekanisme yang dikembangkan oleh rogers

dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan individu. Sebagaimana

dalam terapi yang terpusat pada klien, dimana individu dapat tumbuh

melalui penggantian penahanan diri bersifat artifisial (kepura puraan),

dengan mengenali diri secara nyata , dan kemudian mengalami dan

berinteraksi dengan orang lain , maka kelompok itu dapat memberikan

7

Page 9: MAKALAH PSIKOPEN

suasana yang membuka tabir kehidupan diri sendiri. Kelompok itu

mendrong anggotanya untuk mengungkapkan pengalaman dan mendorong

anggotanya untuk memilih ,kreativ, menilai, dan aktualisasi diri.

Kelompok adalah bukan hal baru dalam pendidikan. Sejak jaman

kolonial,kelompok itu telah menjadi format belajar pertukaran informasi,

pemecahkan masalah, dan perkembangan personal. Rogers memperkenlakan

pandangannya tantang penggunaan proses kelompok untuk mempelancar

kematangan emosi dan psikologis. Kelompok, yakni kelompok pelatihan

(training Group), dan kelompok kepekaan telah mencapai popularitas pada

akhir tahun 1960 an . rogers menyatajkan bahwa perubahan perilaku yang

terjadi dalam kelompok tidak harus berlangsung lama. Individu mungkin

terlibat secara mendalam di dalam mengungkapkan dirinya sendiri dan

kemudian meninggalkan berbagai masalah yang tidak terselesaikan.

Tekanan marital mungkin muncul,dan komplikasi mungkin berkembang

berkenaan dengan hubungan antar anggota kelompok. Di samping adanya

kelemahan itu, proses kelompok merupakan kekuatan untuk memanusiakan

kembali hubugan manusia dan membantu menghidupkan kehidupan secar

penuh di sini dan sekarang (here and now)

D. Prinsip-Prinsip Belajar HumanistikMenurut Rogers dalam Yuly (2008:1), yang terpenting dalam proses

pembelajaran adalah pentingnya dosen memperhatikan prinsip pendidikan

dan pembelajaran, yaitu:

1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.

Mahasiswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

2. Mahasiswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.

3. Pengorganisasian bahan pembelajaran berarti mengorganisasikan bahan

dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi mahasiswa.

4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang

proses.

8

Page 10: MAKALAH PSIKOPEN

Menurut pendapat Djiwandono, (2004:183-186) Carl Rogers dalam

bukunya yang sangat populer Freedom to Learn and Freedom to Learn for

the 80’s, menganjurkan pendekatan pendidikan sebaiknya mencoba

membuat belajar dan mengajar lebih manusiawi, lebih personal dan berarti.

Rogers menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistik yang

penting, diantaranya ialah:

Keinginan untuk belajar

Seorang anak secara wajar mempunyai keinginan untuk belajar.

Keingintauan anak yang sudah melekat atau sudah menjadi sifatnya

untuk belajar adalah asumsi dasar yang penting untuk pendidikan

humanistik. Dalam kelas anak diberi kebebasan untuk memuaskan

keingintauan mereka, untuk mengikuti minat, menemukan jati diri serta

apa yang penting dan berarti tentang dunia yang mengelilingi mereka.

Contoh : saat siswa belajar tentang candi Borobudur, dengan buku dan

cerita dosen,  mahasiswa akan kesulitan untuk mengetahui gambaran

tentang candi tersebut, dengan adanya media pembelajaran mahasiswa

dapat terpuaskan keingintauannya tentang candi borobudur lebih

menyeluruh.

Belajar secara signifikan

Belajar secara signifikan terjadi ketika belajar dirasakan relevan

terhadap kebutuhan dan tujuan siswa. Menurut pandangan Combs

dalam Soemanto (2003:137), belajar di bagi dua proses yaitu

pemerolehan informasi baru dan menurut selera mahasiswa. Jika

mahasiswa belajar dengan baik dan cepat, humanis menganggap ini

adalah belajar secara signifikan. Contoh : pikiran siswa yang belajar

menggunakan komputer agar mereka bisa menikmati permainan

(game). Siswa akan lebih baik dan cepat dalam belajar mengenai

kehidupan ikan di dalam laut atau kehidupan singa di Afrika dengan

kehadiran media pembelajaran di dalam kelas.

Belajar tanpa ancaman

Belajar yang paling baik adalah memperoleh dan menguasai suatu

lingkungan yang bebas dari ancaman. Proses belajar dipertinggi ketika

9

Page 11: MAKALAH PSIKOPEN

mahasiswa dapat menguji kemampuan mereka, mencoba pengalaman

baru, bahkan membuat kesalahan tanpa mengalami sakit hati karena

kritik dan celaan. Contoh : bosan dan jenuh merupakan salah satu

ancaman terhadap mahasiswa dalam proses belajar terhadap mata

kuliah yang tidak ‘menarik’ buat mereka, dengan menggunakan media

pembelajaran proses belajar akan bervariasi dan ‘Hidup’ sehingga

bosan dan jenuh bisa diatasi.

Belajar atas inisiatif sendiri

Belajar akan paling signifikan dan meresap ketika belajar itu atas

inisiatifnya sendiri, dan ketika belajar melibatkan perasaan dan pikiran

si pelajar sendiri. Penguasaan mata pelajaran penting, tapi tidak lebih

penting dari pada kemampuan untuk menemukan sumber, merumuskan

masalah, menguji hipotesis dan menilai hasil. Belajar atas inisiatif

sendiri juga mengajarkan mahasiswa untuk mandiri dan percaya diri,

mereka akan tergantung pada diri mereka sendiri dan kurang tergantung

pada penilaian orang lain. Contoh : dengan media pembelajaran

mahasiswa diberi kesempatan untuk belajar mandiri, pada tempat dan

waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri (Miarso, 2005: 460).

Belajar dan berubah

Rogers mencatat bahwa mahasiswa pada masa lalu belajar satu set fakta

ilmu statistik dan ide-ide. Dunia menjadi lambat untuk berubah dan apa

yang dipelajari di sekolah cukup untuk memenuhi tuntutan waktu.

Sekarang, perubahan adalah fakta hidup. Pengetahuan berada dalam

keadaan yang terus berubah secara konstan. Belajar seperti waktu yang

lalu tidak cukup lama untuk memungkinkan seseorang akan sukses

dalam dunia modern. Apa yang dibutuhkan sekarang menurut Rogers,

adalah individu yang mampu belajar dalam lingkungan yang berubah.

Contoh : dengan penggunaan media pembelajaran pengetahuan yang

terus menerus berubah dapat dipelajari siswa dengan baik dan cepat.

Penerapan pendidikan humanistik dimaksudkan untuk membentuk

insan manusia yang memiliki komitmen humaniter sejati, yaitu insan

manusia yang memiliki kesadaran, kebebasan dan tanggung jawab

10

Page 12: MAKALAH PSIKOPEN

sebagai insan manusia individu, namun tidak terangkat dari kebenaran

faktualnya bahwa dirinya hidup ditengah masyarakat. Dengan

demikian, ia memiliki tanggung jawab moral kepada lingkungannya,

berupa keterpanggilannya untuk mengabdikan dirinya demi

kesejahteraan masyarakat (Baharuddin,2007:23).

1. Swa Arah (Self-Direction)

Prinsip ini lebih menekankan pada motivasi intrinsik, dorongan

dari dalam untuk bereksplorasi, dan hasrat ingin tahu yang timbul

dari dalam diri sendiri.

Dalam prinsip ini akan menjadi peserta didik yang mampu

mengarahkan belajarnya sendiri, memotivasi diri, dan tidak

menjadi penerima informasi yang bersifat pasif.

Tugas fasilitator di dalam mengarahkan peserta didik menjadi

pembelajar swa-arah adalah sebagai berikut :

Mendorong peserta didik untuk memenuhi kompetensi baru

Membantu memperjelas aspirasinya guna meningkatkan

kompetensinya

Membantu mendiagnosis kesenjangan antara aspirasi dengan

kinerjanya sekarang .

Membantu mengidentifikasi masalah-masalah kehidupan yang

mereka alami, dan

Melibatkan peserta didik dalam proses merumuskan tujuan belajar

dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik yang telah

didiagnosis.

2. Belajar tentang Cara-Cara belajar (Learning how to learn)

Prinsip kedua dalam pendekatan humanistik adalah bahwa sekolah

hendaknya menghasilkan anak-anak yang secara terus-menerus

menumbuhkan keinginannya untuk belajar dan mengetahui cara-cara

belajar.

11

Page 13: MAKALAH PSIKOPEN

Keinginan belajar merupakan kondisi motivasional yang

diharapkan oleh peserta didik, kemudian tugas pendidik dan sekolah

adalah membantu peserta didik belajar tentang cara-cara belajar

Tugas fasilitator dalam membantu peserta didik mengetahui cara-

cara belajar adalah :

a. Memotivasi peserta didik mempelajari tugas-tugas belajar yang

telah dirancang bersama

b. Membantu merancang pengalaman belajar, memilih bahan belajar,

dan metode belajar dan melibatkan peserta didik dalam pembuatan

keputusan bersama.

3. Evaluasi Diri (Self-Evaluation)

Evaluasi diri merupakan prasyarat bagi perkembangan kemandirian

peserta didik.

Namun ujian yang mempersyaratkan peserta didik tidak boleh

membuka buku catatan dalam bentuk apapun juga tidak disukai oleh

pendekatan humanistik karena jika tujuan ujian itu digunakan untuk

memberikan balikan atau bimbingan belajar kepada peserta didik maka

buku pelajaran boleh dibuka. Banyak peserta didik melupakan bahan

ajar disekolah bukan karena mereka memiliki memori yang buruk,

melainkan karena mereka merasa tidak percaya diri akan memori yang

mereka miliki .

Peserta didik harus mengambil tanggung jawab untuk memutuskan

kriteria yang penting bagi dirinya sendiri, tujuan belajar yang dicapai,

seberapa jauh mereka telah mencapai tujuan belajar yang ditetapkan

sendiri, semua itu diputuskan oleh peserta didik sendiri. Untuk

mereaalisassikan prinsip evaluasi diri, pendidik dan peserta didik

bertemu secara regular untuk melaksanakan perencanaan belajar dan

kontrak kegiatan belajar

Tugas fasilitator dalam kegiatan evaluasi diri peserta didik:

a. Melibatkan peserta didik dalam mengembangkan kriteria kinerja,

dan metode dalam mengukur kemajuan tujuan belajarnya.

12

Page 14: MAKALAH PSIKOPEN

b. Membantu mengembangkan dan menerapkan prosedur evaluasi

kemajuan belajar.

4. Pentingnya Perasaan (Important of Feeling)

Dari sudut pandangan pendekatan humanistic, belajar merupakan

kegiatan memperoleh informasi atau pengalaman baru, dan

secarapersonal peserta didik menemukan makna akan informasi atau

pengalaman baru tersebut. Kegagalan peserta didik di sekolah adalah

bukan di sebabkan oleh kurangnya mereka memperoleh informasi atau

pengalaman, melainkan karena sekolah tidak memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk mengembangkan makna personal dan

perasaan mengenai objek, peristiwa, atau pengetahuan. Untuk

merealisasikan pembelajaran yang di arahkan pada pengembangan

domain kognitif dan afektif sekaligus , pakar hmanistik

mengembangkan metode pembelajaran pertemuan kelas untuk

membahas masalah, nilai-nilai, dan perasaan interpersonal. secara

spesifik , pakar humanistic merekomendasikan bahwa pendidikan

dalam melaksanakan pembelajaran hendakanya menekankan nilai-nilai

kerjasama, saling menghormati, dan kejujuran, baik pada waktu

membuat contoh dan pada waktu mendiskusikan serta memperkuat

nilai-nilai yang di pahami peserta didik.

Tugas fasilitator dalam mengembangkan perasaan positif peserta

didik terhadap pembelajaran adalah sebaga berikut :

1. Membantu peserta didik mengunakan pengalamanya sendiri

sebagai sumber belajar dengan mengunakan teknik seperti diskusi,

permainan peran, studi kasus , dan sejenisnya

2. Menyampaikan isi pembelajaran berdasarkan sumber-sumber

belajar yang sesuai dengan tingkat pengalaman peserta didik,

3. Membantu menerapkan hasil belajar ke dalam dunia nyata

(transfer of learning). Hal ini akan membuat belajar lebih

bermakna dan terpadu.

13

Page 15: MAKALAH PSIKOPEN

5. Bebas dari Ancaman ( Freedom of threat )

Belajar akan lebih mudah, lebih berrmakna, dan lebih di perkuat

apabila belajar itu terjadi dalam suasana yang bebas dari ancaman.

Pendidikan yang berlangsung selama ini di pandang oleh pakar

humanistic sebagai tempat yang tidak menghargai peserta didik,

menjijikan, membuat malu peserta didik , dan memgancam identitas

social peserta didik. Persoalan utamanya adalah peserta didik selalu di

kendalikan dan dievaluasi oleh sekolah dan pendidik, mereka tidak

memiliki pilihan untuk melilih bahan belajar, dan tidak ada kesempatan

untuk memilih kegiatan belajar dengan gaya belajar sendiri. Berbagai

persoalan itu menjadi ancaman pembelajar yang pada giliranya akan

menggangu belajarnya.

Peserta didik yang belum mampu membaca bacaan dengan baik

kemudian di minta membaca dengan suara keras, peserta didik yang

belum mampu mengerjakan soal matematika kemudian di suruh

mengerjakan soal di depan papan tulis, peserta didik yang mengalami

gangguan fisik kemudian di suruh melaksanakan gerakan-gerakan

olahraga secara sempurna, bentuk-bentuk tindakan itu di pandang

sebagai ancaman, pada diri peserta didik. Apabila pendidik

melaksanakan tindakan seperti itu, maka belajar disekolah di pandang

peserta didik sebagai ancaman. Karena peserta didik mengalami

kendala dalam melaksanakan kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang di

pandang membebaskan peserta didik dari ancaman adalah

pembelajaran yang di warnai oleh suasana demokratis secara

bertanggung jawab. Dalam kegiatan belajar ini peserta didik dapat

mengungkapkan perasaanya dan kerendahan hatinya. Sebalikanya,

kegiatan belajar yang diwarnai dengan berbagai ancaman, peserta didik

merasa gagal sebelum melaksanakan kegiatan belajar, dan merasa gagal

itu pada akhirnya tidak mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Dengan kata lain anak yang merasa gagal sebelum

melaksanakan kegiatan belajar tidak menumbuhkan kesehatan mental

karena selalu di hinggapi perasaan gagal sebelum melakukan kegiatan.

14

Page 16: MAKALAH PSIKOPEN

Tugas fasilitator dalam memciptakan iklim belajar yang bebas dari

ancaman adalah sebagai berikut :

1. Menciptakan kondisi fisik yang menyenangkan, seperti tempat

duduk, ventilasi, lampu dan kondusif untuk terciptanya interaksi

antar peserta didik,

2. Memandang bahwa peserta didik merupakan pribadi yang

bermanfaat, dan menghormati perasaan dan gagasan-gagasanya

3. Membangun hubungan saling membantu antar peserta didik dengan

mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat kooperatif dan

mencegah adanya persaigan dan salaing memberikan penialaian.

15