22
MAKALAH PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN Pendahuluan, Sejarah perkembangan, Struktur Tenaga Kerja dan Komponen PTKDosen Pengampu : Ahmad Awaluddin Baiti, M.Pd DISUSUN OLEH : Nur Imam Prayogo (12502241012) Abrid Madilantoro (12502241022) Muhammad Nasir (12502244003) Atika Widadty (12502244010) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIKELEKTRONIKA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

Makalah PTK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah Pendidikan Teknik Kejuruan

Citation preview

  • MAKALAH PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN

    Pendahuluan, Sejarah perkembangan, Struktur

    Tenaga Kerja dan Komponen PTK

    Dosen Pengampu : Ahmad Awaluddin Baiti, M.Pd

    DISUSUN OLEH :

    Nur Imam Prayogo (12502241012)

    Abrid Madilantoro (12502241022)

    Muhammad Nasir (12502244003)

    Atika Widadty (12502244010)

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIKELEKTRONIKA

    JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

    2015

  • ii

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI ....................................................................................... ii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

    A. Latar Belakang .............................................................................. 1

    B. Perumusan Masalah ...................................................................... 1

    C. Tujuan ........................................................................................... 2

    BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 3

    A. Arti, Tujuan, Fungsi dan Arah Pendidikan Teknologi Kejuruan .. 3

    1. Pengertian Pendidikan Teknologi Kejuruan ............................ 3

    2. Tujuan Pendidikan Teknologi Kejuruan .................................. 3

    3. Fungsi Pendidikan Teknologi Kejuruan .................................. 4

    4. Prinsip Pendidikan Teknologi Kejuruan .................................. 4

    B. Sejarah Pendidikan Teknologi Kejuruan ...................................... 4

    1. Pendidikan Sebelum Kemerdekaan ........................................ 5

    2. Pendidikan Setelah Kemerdekaan .......................................... 7

    C. Pendidikan Kejuruan dan Struktur Tenaga Kerja .......................... 9

    1. Struktur pendidikan di Indonesia ........................................... 9

    2. Sekolah dan Piramida Tenaga Kerja ...................................... 11

    3. Life Skill Education dan Broad Based Education .................. 13

    D. Komponen-Komponen Pendidikan ............................................... 14

    1. Pengertian Komponen Pendidikan ........................................ 14

    2. Komponen-komponen Proses Pendidikan ............................. 14

    BAB III PENUTUP ............................................................................ 19

    A. Kesimpulan ................................................................................... 19

  • iii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Stuktur Sistem Pendidikan di Indonesia ............................ 10

    Gambar 2. Sekolah dan Piramida Ternaga Kerja ................................. 12

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan Teknologi Kejuruan (PTK) menyiapkan peserta didik

    dengan pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk menjadi pekerja yang

    memiliki kompetensi dalam bidang tertentu. Untuk itu, melalui Pendidikan

    Teknologi Kejuruan, peserta didik nantinya akan dapat bekerja dengan

    optimal dan menghasilkan nilai tambah yang tinggi bagi pekerjaan yang

    dilaksanakannya. Jika hal ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka dapat

    meningkatkan kualitas dan produktivitas keluaran suatu pekerjaan sehingga

    dapat meningkatkan daya saing. Di sisi lain, dunia kerja atau industry akan

    memperoleh keuntungan, diantaranya berupa pengembalian modal yang

    cepat dan dalam jangka panjang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi

    masyarakat.

    Berdasarkan pandangan tersebut, banyak Negara berkembang melihat

    Pendidikan Teknologi Kejuruan sebagai sistem pendidikan yang penting

    dalam strategi pembangunan sumber daya manusia, terutama untuk

    mengarahkan dan menyiapkan tenaga kerja yang memiliki pengetahuan dan

    keterampilan yang tinggi, bahkan multi-terampil dalam rangka mendukung

    pertumbuhan industry yang berbasis pengetahuan untuk meningkatkan daya

    saing Indonesia di masa yang akan datang.

    Oleh karena itu perlu diketahui dengan jelas mengenai arah tujuan dari

    Pendidikan Teknologi Kejuruan dan untuk Indonesia sendiri mengenai

    sejarah hingga struktur Pendidikan dan Tenaga Kerja.

    B. Perumusan Masalah

    1. Apa itu arti, tujuan, fungsi dan arah pendidikan teknologi kejuruan ?

    2. Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan kejuruan Indonesia ?

    3. Bagaimana pendidikan kejuruan dan struktur tenaga kerja ?

    4. Apa saja komponen pendidikan ?

  • 2

    C. Tujuan

    1. Untuk mengetahui arti, tujuan, fungsi dan arah pendidikan

    Teknologi Kejuruan.

    2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Pendidikan Kejuruan

    Indonesia.

    3. Untuk mengetahui pendidikan kejuruan dan struktur tenaga.

    4. Untuk mengetahui komponen pendidikan.

  • 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Arti, Tujuan, Fungsi dan Arah Pendidikan Teknologi Kejuruan

    1. Pengertian Pendidikan Teknologi Kejuruan

    Pengertian Pendidikan Teknologi Kejuruan menurut :

    PP 29 tahun 1990 pasal 1 ayat 3.

    Pendidikan jenjang menengah yang mengutamakan

    pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis

    pekerjaan tertentu.

    UUNo.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    Pasal 21

    Pendidikan Kejuruan merupakan jenjang pendidikan menengah

    yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja

    dalam bidang tertentu.

    Pada dasarnya pendidikan kejuruan mencakup semua jenis dan bentuk

    pengalaman belajar yang membantu peserta didik meniti tahap-

    tahap perkembangan vokasionalnya, mulai identifikasi, eksplorasi,

    orientasi, persiapan, pemilihan dan pemantapan karier di dunia kerja.

    2. Tujuan Pendidikan Teknologi Kejuruan

    Ada empat tujuan PTK secara garis besar yaitu :

    Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif,

    mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada

    didunia usaha dana dunia industri, sebagai tenaga kerja

    tingkat menengah sesuai dengan kompetensi bidang

    keahliannya.

    Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet

    dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi dilingkungan

    kerja dan mengembangkan sikap professional dalam bidangnya.

  • 4

    Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi,

    dan seni agar mampu mengembangkan diri melalui jenjang

    pendidikan yang lebih tinggi.

    Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi sesuai

    dengan program keahiannya yang dipilih.

    3. Fungsi Pendidikan Teknologi Kejuruan

    Adapun 4 buah fungsi PTK adalah sebagai berikut :

    Menyiapkan individu menjadi manusia seutuhnya yang

    mampu meningkatkan kualitas hidup, mengembangkan

    dirinya, dan memiliki keahlian dan keberanian membuka

    peluang meningkatkan penghasilan.

    Menyiapkan individu menjadi tenaga kerja produktif.

    Menyiapkan individu untuk hidup bermasyarkat.

    Menyiapkan individu menguasai IPTEK

    4. Prinsip Pendidikan Teknologi Kejuruan

    Dalam Pendidikan Teknologi Kejuruan memegang 6buah prinsip yaitu:

    Kesadaran akan karir

    Pendidikan yang menyeluruh dan merupakan bagian dari

    masyarakat (public system)

    Kurikulum dalam pendidikan kejuruan berdasarkan atas

    kebutuhan-kebutuhan dunia kerja/dunia industri

    Inovasi ditekankan pada kurikulum pendidikan kejuruan

    Seseorang disiapkan untuk dapat memasuki duni kerja melalui

    pendidikan kejuruan

    Pengawasan dan meningkatkan pengalaman pekerjaan /okupasi

    dapat diberikan melalui pendidikan kejuruan

    B. Sejarah Pendidikan Teknologi Kejuruan

    Usaha perencanaan dan pengembangan pendidikan kejuruan dimulai

    pada masa Mesir kuno sekitar 2000 tahun SM. Program-program magang

  • 5

    yang terorganisir dengan cara mempelajari suatu keterampilan tertentu dari

    seseorang yang sudah dipandang ahli yang berpengalaman menjadi ciri khas

    pendidikan pada saat itu. Di lain pihak, pendidikan pada saat itu, mencakup

    belajar kemampuan dasar menulis dan membaca karya sastra. Ini tercatat

    dalam sejarah sebagai usaha awal penggabungan antara belajar di kelas

    untuk kemampuan-kemampuan dasar dan belajar langsung di tempat kerja

    untuk hal-hal yang bersifat keterampilan terapan dengan penekanan pada

    metode menirukan cara bekerja para ahli yang sudah mapan dalam

    pekerjaannya. Cara ini sempat menyebar ke berbagai bagian dunia lain

    sampai sekitar abad ke-19.

    Ketika revolusi industri pecah di awal abad ke-19 , terjadi permintaan

    tenaga terlatih yang murah dalam jumlah yang sangat besar sehingga tidak

    mungkin lagi terpenuhi dari sistem pendidikan magang yang biasanya

    memerlukan waktu yang lama dan biaya relatif mahal. Sejak saat itulah,

    kemudian muncul banyak pemikiran-pemikiran untuk mengusahakan

    perencanaan dan pengembangan pendidikan kejuruan melalui sekolah

    secara sistematis.

    Della yang merupakan direktur dari the imperial Technical School of

    Moscow, pada tahun 1876 di Philadelphia Centennia Exposition

    mengemukakan pendekatan baru dalam pembelajaran teknik. Pada saat itu

    Della terkenal dengan 4 asumsi yang berkaitan dengan pengajaran dalam

    bidang mekanik, yaitu :

    Pendidikan ditempuh dalam waktu yang sesingkat mungkin

    Selalu diupayakan suatu cara untuk memberikan pengajaran yang

    cukup untuk jumlah siswa yang banyak dalam satu waktu

    Metode yang memberikan pelajaran praktek di bengkel dengan

    pemenuhan pengetahuan yang mencukupi

    Guru dapat menetapkan perkembangan siswa setiap waktu

    1. Pendidikan Sebelum Kemerdekaan

    Gubernur Jenderal Raffles memberikan pengantar pendidikan pada

    Gymnasium B. Para lulusannya diberi kesempatan untuk meneruskan

  • 6

    ke pendidikan perdagangan dan kerajinan. Di Delft Zaman Van den

    Bosch 1856 didirikan sekolah kejuruan pertama di Batutulis Betawi,

    sekolah tersebut bernada agama Kristen, bercorak sekolah dasar dengan

    ciri-ciri pertukangan dengan siswanya Indo-Belanda. Kemudian pada

    tahun 1873 terpaksa dibubarkan.

    a. Tahun 1860 untuk golongan Eropa didirikan Ambachtschool,

    yakni sekolah pertukangan pertama

    b. Tahun 1881, untuk anak-anak pribumi didirikan sekolah

    pertukangan bedanya dikaitkan dengan sekolah pendidikan guru

    c. Sekolah-sekolah pendidikan guru didirikan di Ambon, Minahasa,

    Magelang, Surakarta

    d. Pada abad ke-20 Van Deventer mencetuskan gagasan Politik

    Etis yang mendasari kebijaksanaan pendidikan di Indonesia.

    Pemberian pendidikan rendah bagi golongan Bumiputera

    disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

    Sebagai akibat dari perhatian yang banyak dicurahkan oleh pemerintah

    Hindia Belanda kepada pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan

    Kejuruan, jenis pendidikan kejuruan yang didirikannya menjadi sangat

    bervariasi :

    a. Ambachts Leergang

    Yaitu sekolah berbahasa daerah bagi lulusan sekolah Bumiputera

    kelas dua (5 tahun) atau sekolah lanjutan.

    b. Ambachtschool (Sekolah pertukangan)

    Adalah sekolah pertukangan yang berbahasa Belanda. Sekolah ini

    diperuntukkan bagi lulusan HIS, HCS, dan Schakelschool.

    c. Sekolah Teknik (Technisch Onderwijs)

    Sekolah yang bernama Wilhelmina School berdiri tahun 1906 di

    Jakarta.

    d. Pendidikan dagang (Handels Onderwijs)

    Didirikan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan-perusahaan

    Eropa.

  • 7

    e. Pendidikan Pertanian (Landbouw Onderwijs)

    Diperuntukkan bagi penduduk asli yang bermasyarakat agraris dan

    untuk keperluan perusahaan-perusahaan perkebunan Eropa yang

    menggunakan pekerja dan pengawas Bumiputera.

    f. Pendidikan Keguruan (Kweekschool)

    Lembaga ini menurut sejarahnya melalui perkembangan kursus-

    kursus yang ditangani oleh Zending.

    g. Pendidikan Pertanian (Landbouw Onderwijs)

    Sekolah ini diperuntukkan bagi penduduk asli yang bermasyarakat

    agraris dan untuk keperluan perusahaan-perusahaan perkebunan

    Eropah yang menggunakan pekerja dan pengawas Bumiputera.

    h. Pendidikan Keguruan (Kweekschool)

    Lembaga ini menurut sejarahnya melalui perkembangan kursus-

    kursus yang ditangani oleh Zending.

    i. Sekolah kepandaian Putri (SKP)

    Dengan mengikuti pendidikan ini diharapkan dapat menjadi

    warganegara yang berguna, mampu mencari nafkah untuk

    kehidupannya sendiri.

    j. Sekolah Perdagangan

    Kursus Dagang Tingkat Pertama (KDP), dengan masa 3 tahun

    untuk menyiapkan orang dewasa dalam bidang ekonomi. Sekolah

    Menengah Ekonomi Tingkat Pertama (SMEP), merupakan

    pendidikan ekonomi untuk tingkat menengah, memberikan latihan

    kepada siswa untuk menekuni bidang usaha. Sekolah Menengah

    Ekonomi Tingkat Atas (SMEA), merupakan pendidikan ekonomi

    untuk tingkat atas di dalam menekuni bidang usaha dan

    perdagangan.

    2. Pendidikan Setelah Kemerdekaan

    Selanjutnya untuk memahami orientasi perkembangan pendidikan

    teknologi dan kejuruan di Indonesia setelah kemerdekaan apabila

  • 8

    dihubungkan dengan karakteristik pendidikan/kurikulum tiap periode

    sebagai berikut :

    a. 1964-1968 (STM-SMEA)

    Pada masa ini keadaan sekolah kejuruan masih sangat

    memprihatinkan karena fasilitas masih minim, sehingga muncul

    pandangan bahwa yang penting anak dapat besekolah tanpa

    memikirkan pengetahuan apa yang akan diperoleh.

    b. 1972-1973(STM Pembangunan-SMEA Pembina)

    Sekolah didirikan untuk menghasilkan tenaga kerja industri. Pada

    saat itu, pertumbuhan ekonomi di Indonesia sedang baik dengan

    tingkat pertumbuhan 7% per tahun, sehingga diperlukan banyak

    tenaga kerja untuk mengisi kekosongan di dunia kerja. Tapi pada

    saat itu, pendidikan kejuruan hanya mampu mengisi 50% saja

    kebutuhan.

    c. 1976

    Berusaha menghasilkan teknisi industri (STMP,SMEA

    Pembina,SMTK 4 tahun), dan juru teknik (STM-BLPT,

    SMEA,SMKK).

    d. 1979

    Sejak tahun 1979 sesuai dengan kebijakan pendidikan kejuruan,

    jenis-jenis sekolah kejuruan ditertibkan, seperti berikut ini :

    Sekolah Teknik (ST) dengan jurusan Mesin, bangunan, dan

    elektronika

    Sekolah Kesejahteraan Keluarga (SKK) yang memberikan

    pendidikan selama 4 tahun yaitu Sekolah Kesejahteraan

    Tingkat Pertama (SKP), Sekolah Menengah Kesejahteraan

    keluarga (SMKK), Sekolah Menengah Kerumahtanggaan

    (SMTK) dan Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas

    (SMEA)

    Sekolah Teknologi Menengah (STM)

    Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMTP)

    Sekolah Menengah Industri dan Kerajinan (SMIK)

  • 9

    Untuk sekolah tingkat menengah pertama (ST dan SKP)

    hanya ada sebuah saja di tiap-tiap provinsi.

    e. 1994

    Kurikulum yang diberlakukan adalah kurikulum berbasis

    kompetensi meskipun pada saat itu belum secara eksplisit disebut

    KBK sebagaimana dikenal pada tahun 2004.

    f. 2000-an

    Pada periode ini momentum pertumbuhan kuantitatif pendidikan

    kejuruan semakin meningkat. Hubungan dengan pihak industri

    semakin baik. Pemerintah sudah sangat menyadari pentingnya

    mengembangkan pendidikan teknologi dan kejuruan di Indonesia

    Jadi pendidikan kejuruan di Indonesia pada saat ini adalah hasil

    dari perkembangan-perkembangan yang terjadi sebelumnya. Yang

    mana dari awal terbentuknya hingga sekarang dimana pendidikan

    kejuruan adalah salah satu yang memegang peranan penting dalam

    perkembangan kejuruan dan teknologi di Indonesia.

    C. Pendidikan Kejuruan dan Struktur Tenaga Kerja

    Untuk memahami Pendidikan Kejuruan dan Struktur Tenaga Kerja di

    Indonesia perlu dikaji satu persatu terutama mengenai struktur pendidikan

    Indonesia terlebih dahulu. Dimana stuktur ini akan menggambarkan secara

    umum sistem pendidikan sehingga akan terlihat dimanakah pendidikan

    kejuruan berserta stuktur yang membentuknya.

    1. Stuktur Pendidikan di Indonesia

    Stuktur pendidikan di Indonesia terdiri dari Taman Kanak-Kanak

    hingga S3 dimana struktur ini merupakan jalur akademik. Sedangkan

    apabila secara Jalur Profesional maka yang terakhir adalah Sp.-2.

    Umur yang direncakan untuk menyelesaikan pendidikan di

    Indonesia hingga yang paling akhir adalah 26-27 tahun. Lama jenjang

    pendidikan terlama adalah Sekolah Dasar. Untuk lebih jelasnya dapat

  • 10

    dilihat pada Gambar 1 dibawah ini mengenai stuktur Pendidikan di

    Indonesia.

    Gambar 1. Struktur Sistem Pendidikan di Indonesia

    Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

    berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan, dan

    kemampuan yang dikembangkan. (UU No.20 Tahun 2003 Bab I, Pasal

    1 Ayat 8).

    Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

    menengah, dan pendidikan tinggi.

    Jenjang Pendidikan Dasar

    Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang

    melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar

    berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)

    atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama

    (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang

    sederajat.

  • 11

    Jenjang Pendidikan Menengah

    Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan

    dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah

    umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan

    menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah

    Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan

    Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang

    sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah

    berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dan

    dalam hubungan ke atas mempersiapkan peserta didik untuk

    mengikuti pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja.

    Jenjang Pendidikan Tinggi

    Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah

    pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan

    diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang

    diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi

    diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi

    anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik

    dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan

    dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau

    kesenian.

    2. Sekolah dan Piramida Tenaga Kerja

    Setelah mengetahui stuktur Pendidikan tersebut, pada akhirnya

    nanti akan menyiapkan peserta didik untuk menjadi tenaga kerja yang

    handal dan profesional. Dimana ada hubungan dunia kerja beserta

    jenjang pendidikan peserta didik, sebagai contoh lulusan SMK di

    industri akan menjadi Teknisi Mekanik dan tidak akan/susah untuk bisa

    menempati posisi Teknisi Ahli. Ataupun untuk menjadi seorang

    profesor tentu harus melewati jenjang S3, atau mungkin juga bisa

    dibawah S3 namun tentu sangat sulit. Untuk lebih jelasnya hubungan

  • 12

    antara jenjang dan tenaga kerja digambarkan pada Gambar 2 sebagai

    piramida berikut ini :

    Gambar 2. Sekolah dan Piramida Tenaga Kerja

    Berdasarkan piramida tersebut dapat digambarkan bahwa tingkat

    pendidikan menentukan jenis pekerjaan seseorang.

    a. Lulusan SD pekerjaan yang dapat diperoleh pada industri adalah

    pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian

    b. Lulusan SLTP pekerjaan yang dapat diperoleh pada ABRI adalah

    tamtama atau PNS pada golongan I

    c. Lulusan SLTPK pekerjaan yang dapat diperoleh pada industri

    adalah pembantu teknisi

    d. Lulusan SMU pekerjaan yang dapat diperoleh pada ABRI adalah

    bintara atau PNS pada golongan II

    e. Lulusan SMK pekerjaan yang dapat diperoleh pada industri adalah

    teknisi/mekanik

    f. Lulusan S-1 pekerjaan yang dapat diperoleh pada industri adalah

    profesor, ABRI pada perwira atau PNS pada golongan III

  • 13

    g. Sedangkan untuk menjadi wirausaha tidak memandang tingkat

    pendidikan atau bahkan tidak menempuh pendidikan formal dapat

    menjadi wirausaha.

    3. Life Skill Education & Broad Based Edecatioan (Bbe)

    Akibat tingkat pendidikan yang berorientasi mata pelajaran/

    pendidikan formal yang mengerucut/berbentuk piramida, maka

    diperlukan sebuah ilmu hidup lain sehingga dapat membuat peserta

    didik menjadi seorang wirausaha ataupun hal lain yang berguna bagi

    dirinya sendiri untuk hidupannya yang lebih baik. Namun tentu bukan

    menjadi hal utama untuk dipelajari namun diselaraskan dalam

    pendidikan.

    Program Life Skill adalah perubahan mendasar paradigma

    pendidikan dari pendidikan yang berorientasi mata pelajaran, kepada

    pendidikan yang berorientasi pada penguasaan kecakapan hidup.

    Pendidikan kecakapan hidup (Life Skill Education) adalah suatu

    proses pendidikan yang mengarah kepada pembekalan kecakapan

    seseorang untuk mampu dan berani menghadapi problema hidup dan

    kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara

    proaktif dan kreatif mencari solusinya, sehingga akhirnya mampu

    mengatasi problema tersebut.

    Pendidikan berbasis luas (Broad-Based Education) adalah

    sauatu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam

    melaksanakan Life Skill Education. Pendekatan BBE menekankan pada

    pembekalan dasar-dasar kecakapan yang lebih luas untuk memberikan

    kesempatan kepada peserta didik dalam memasuki lingkungan hidup

    dan pekerjaan yang beragam.

    Tujuan dari Life Skill ini adalah untuk mengaktualisasikan potensi

    peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema

    yang dihadapi. Yang Kedua memberikan kesempatan kepada sekolah

    untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan

    prinsip pendidikan berbasis luas (broad-based education).

  • 14

    Penentuan Materi Life Skill

    1) Kemampuan/potensi sekolah

    2) Ketersediaan sumber daya dan fasilitas yang dipunyai sekolah

    3) Hasil angket/questioner tentang minat siswa

    4) Kesediaan industri untuk memberikan quality assurance/placement

    assurance berkenaan dengan tema diklat

    5) Keberadaan instansi, perusahaan dan atau lembaga pasangan

    kerjasama

    6) Kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat/lingkungan sekolah

    akan tenaga terampil (muatan lokal)

    Potret Kabupaten/Kota dimana sekolah berada

    D. Komponen-Komponen Pendidikan

    1. Pengertian Komponen Pendidikan

    Pengertian komponen pendidikan ditinjau dari penggalan katanya

    dimana Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki

    peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai

    tujuan sistem. Pendidikan pada hakikatnya merupakan interaksi

    komponen-komponen yang esensial dalam upaya mencapai tujuan

    pendidikan. Perpaduan antara keharmonisan dan keseimbangan serta

    interaksi unsur esensial pendidikan, pada tahap operasional sangat

    menentukan keberhasilan pendidikan.

    Jadi, komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem

    proses pendidikan yang menentukan berhasil atau tidaknya atau ada atau

    tidaknya proses pendidikan.

    2. Komponen-Komponen Proses Pendidikan

    a. Tujuan Pendidikan

    Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,

    luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan

    memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap

    kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh

    segenap kegiatan pendidikan.

  • 15

    Urutan hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum

    pendidikan yang terjabar mulai dari :

    1) Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945)

    2) Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan

    Nasional)

    3) Tujuan Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah)

    4) Tujuan kurikuler

    5) Tujuan instruksional yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan

    instruksional umum dan tujuan instruksional khusus

    b. Peserta Didik

    Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada

    usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta

    didik. Kalau dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari

    anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik

    dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa.

    Mendasarkan pada pemikiran tersebut di atas maka pembahasan

    peserta didik seharusnya bermuara pada dua hal tersebut di atas.

    c. Pendidik

    Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap

    pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta

    didik. Maka muncullah beberapa individu yang tergolong pada

    pendidik. Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua

    sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan

    masyarakat baik formal maupun informal sebagai pendidik

    dilingkungan masyarakat.

    a. Orang dewasa

    Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum

    kepribadian orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh

    Syaifullah adalah sebagai berikut :

    1) manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup

    yang pasti dan tetap

  • 16

    2) manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita

    hidup tertentu, termasuk cita-cita untuk mendidik

    3) manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri

    atau perbuatannya sendiri dan yang akan

    dipertanggungjawabkan sendiri.

    4) manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat

    secara konstruktif dan aktif penuh inisiatif

    b. Orang tua

    Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan pendidik

    yang kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua

    sebagai pedidik utama dan yang pertama dan berlandaskan pada

    hubungan cinta-kasih bagi keluarga atau anak yang lahir di

    lingkungan keluarga mereka.Secara umum dapat dikatakan

    bahwa semua orang tua adalah pendidik, namun tidak semua

    orang tua mampu melaksanakan pendidikan dengan baik.

    sehingga kemampuan untuk menjadi orang tua sama sekali tidak

    sejajar dengan kemampuan untuk mendidik.

    c. Guru/pendidik

    Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara lagsung maupun

    tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat

    untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru

    sebagai pendidik dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan

    baik persyaratan pribadi maupun persyaratan jabatan.

    Persyaratan pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait

    dengan nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan

    intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan (profesi)

    terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang

    berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan maupun

    cara penyampainannya, dan memiliki filsafat pendidikan yang

    dapat dipertanggungjawabkan.

  • 17

    d. Pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan

    Selain orang dewasa, orang tua dan guru, pemimpin masyarakat

    dan pemimpin keagamaan merupakan pendidik juga. Peran

    pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada

    aktifitas pemimpin dalam mengadakan pembinaan atau

    bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin

    keagamaan sebagai pendidik, tampak pada aktifitas pembinaan

    atau pengembangan sifat kerohanian manusia, yang didasarkan

    pada nilai-nilai keagamaan.

    e. Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik

    Proses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat interaksi antara

    komponen-komponen pendidikan. Terutama interaksi antara

    pendidik dan anak didik. Interaksi pendidik dengan anak

    didik bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang

    diinginkan. Tindakan yang dilakukan pendidik dalam interaksi

    tersebut mungkin berupa tindakan berdasarkan kewibawaan,

    tindakan berupa alat pendidikan, dan metode pendidikan.

    f. Isi Pendidikan

    Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan

    pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu

    disampaikan kepada peserta didik isi/bahan pelajaran yang

    digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan

    pembelajaran yang biasanya disebut kurikulum dalam

    pendidikan formal. Macam-macam isi pendidikan tersebut

    terdiri dari pendidikan agama., pendidikan moril, pendidikan

    estetis, pendidikan sosial, pendidikan intelektual, pendidikan

    keterampilan dan pendidikan jasmani.

    g. Lingkungan Pendidikan

    Lingkungan pendidikan merupakan suatu tempat di mana suatu

    pendidikan dilaksanakan. Lingkungan pendidikan meliputi

    segala segi kehidupan atau kebudayaan. Lingkungan pendidikan

    dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan kebudayaan yang

  • 18

    terdiri dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan sosial

    politis, lingkungan sosial anthropologis, lingkungan sosial

    ekonomi, dan lingkungan iklim geografis.

  • 19

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Dari makalah yang telah kami buat diatas dapat disimpulkan bahwa:

    1. Pendidikan Teknologi Kejuruan merupakan semua jenis dan bentuk

    pengalaman belajar yang membantu peserta didik meniti tahap-tahap

    perkembangan vokasionalnya, mulai identifikasi, eksplorasi, orientasi,

    persiapan, pemilihan dan pemantapan karier di dunia kerja.

    2. Pendidikan kejuruan di Indonesia pada saat ini adalah hasil dari

    perkembangan-perkembangan yang terjadi sebelumnya. Yang mana dari

    awal terbentuknya hingga sekarang dimana pendidikan kejuruan adalah

    salah satu yang memegang peranan penting dalam perkembangan kejuruan

    dan teknologi di Indonesia.

    3. Struktur Pendidikan terdapat jenjang/tingkatan yang ditempuh dalam

    pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi yang kemudian

    dibekali dengan adanya Life Skill.

    4. Komponen pendidikan terdapat beberapa unsur. Dari unsur unsur tersebut

    yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena

    masing masing unsur mempunyai peranan penting bagi pembentukan

    suatu pendidikan.