48
TUGAS KEPERAWATAN JIWA “ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO BUNUH DIRI” OLEH KELOMPOK 7 NUR HIDAYATI PUJI RESTI NOVIANTI RIDWAN SARIATI SERI MENTARI SUMBAWATI PUTRI MELATI VIVI MEIDYCA DAYA P. YULI FAJAR SARI

Makalah Resiko Bunuh Diri

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Resiko Bunuh Diri

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

“ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO BUNUH DIRI”

OLEH KELOMPOK 7

NUR HIDAYATI

PUJI RESTI NOVIANTI

RIDWAN

SARIATI

SERI MENTARI

SUMBAWATI PUTRI MELATI

VIVI MEIDYCA DAYA P.

YULI FAJAR SARI

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADYAH PONTIANAK

TAHUN AKADEMIK 2011 / 2012

Page 2: Makalah Resiko Bunuh Diri

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri

dan dapat mengakhiri kehidupan. Istilah yang terakhir ini menjadi

topik besar dalam psikatri kontemporer, karena jumlah yang terlibat

dan riset yang mereka buat. Di dunia lebih dari 1000 tindakat bunuh

diri terjadi tiap hari, di Inggris ada lebih dari 3000 kematian bunuh

diri tiap tahun (Ingram, Timbury dan Mowbray, 1993). Di Amerika

Serikat, dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun (Wilson

dan Kneisl,1988), dan merupakan penyebab kematian kesebelas.

Rasio kejadian bunuh diri antara pria dan wanita adalah tiga

berbanding satu (Stuart dan Sundden, 1987, hlm. 487). Pada usia

remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua (Leahey

dan Wright, 1987, hlm.79).

Menurut Prayitno (1983) tindakan bunuh diri di Jakarta 2,3 per

100.000 penduduk. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003

mengungkapkan bahwa 1 juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 40

detik, bunuh diri juga satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun,

selain karena faktor kecelakaan. Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh

diri daripada wanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif

untuk bunuh diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari

gedung yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif

overdosis atau racun, namun sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol.

Selain itu wanita lebih sering memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau

diselamatkan orang lain.

Percobaan bunuh diri 10 kali lebih sering, peracunan diri sendiri bertanggung

jawab bagi 15% dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada pasien dibawah

40 tahun menjadi penyebab terbanyak. Masalah ini bersifat emosional, peracunan diri

sendiri secara khusus cenderung membangkitkan respon tak rasional dan agresif dari

perawat dan dokter (Ingram, Timbury dan Mowbray, 1993). Bunuh diri

merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam

Page 3: Makalah Resiko Bunuh Diri

keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang

maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri

timbul secara berulang tanpa rencana yang spesipik untuk bunuh

diri.

B. Masalah

1. Apakah pengertian bunuh diri ?

2. Apakah etiologi bunuh diri ?

3. Apakah faktor predisposisi dan faktor presipitasi bunuh diri ?

4. Apa saja manifestasi klinis klien resiko bunuh diri ?

5. Bagaimana asuhan keperawatan klien resiko bunuh diri ?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian bunuh diri

2. Mengetahui etiologi bunuh diri

3. Mengetahui predisposisi dan faktor presipitasi bunuh diri

4. Mengetahui manifestasi klinis klien resiko bunuh diri

5. Mengetahui asuhan keperawatan klien resiko bunuh diri

Page 4: Makalah Resiko Bunuh Diri

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri

dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan

keputusan terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang

dihadapi (Keliat 1991 : 4).

Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan

rentang harapan – putus harapan merupakan rentang adaptif –

maladaptif.

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh

norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku,

sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan

individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima

oleh norma-norma sosial dan budaya setempat.

Prilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak di

cegah dapat mengarah kepada kematian. Rentang respon protektif

diri mempunyai peningkatan diri sebagai respon paling adaptif,

sementara perilaku destruktif diri, pencederaan diri, dan bunuh diri

merupakan respon maladaptif (Wiscarz dan Sundeen, 1998).

Page 5: Makalah Resiko Bunuh Diri

RENTANG RESPONS PROTEKTIF-DIRI

Respon Adaptif

Respon Maladaptif

Peningkatan Pertumbuhan Perilaku Pencederaan

Bunuh diri

Diri peningkatan beresiko destruktif-diri diri

Gambar 1. Rentang respon protektif-diri (Wiscarz dan Sundeen,

1998 : 282)

Rentang sehat sakit juga dapat dipakai untuk menggambarkan

respons adaptif sampai respon maladaptif pada bunuh diri.

Respon Adaptif

Respon Maladaptif

Menghargai diri Berani ambil resiko Merusak diri sendiri

Bunuh diri

dalam mengembangkan diri secara tidak langsung

Gambar 2. Rentang menghargai-merusak diri (Stuart dan Sundeen,

1987)

Dalam kehidupan, individu selalu mengadapi masalah atau stressor. Respon

individu terhadap stressor tergantung pada kemampuan masalah yang dimiliki serta

tingkat stress yang dialami. Individu yang sehat senantiasa berespons secara adaptif

dan jika gagal ia berespons secara maladaptif dengan menggunakan koping bunuh

diri.

Beck, Rawlins, dan Williams (1984) mengemukakan bahwa individu

berharapan. Rentang harapan-putus harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif.

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Harapan Putus Harapan

Page 6: Makalah Resiko Bunuh Diri

- Yakin - Tidak berdaya

- Percaya - Putus asa

- Inspirasi - Apatis

- Tetap hati - Gagal & kehilangan

- - Ragu-ragu

- - Sedih

- - Depresi

- - Bunuh diri

Gambar 3. Rentang harapan-putus harapan (Beck, dkk.,1984)

1. Rentang adaptif          : Harapan, Yakin, Percaya, Inspirasi, Tetap

hati, Respon

2. maladaptif antara lain :

a. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis.

Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan

meninggalkan masalah, karena merasa tidak mampu

mengembangkan koping yang  bermanfaat sudah tidak

berguna lagi, tidak mampu mengembangkan koping yang

baru serta yakin tidak ada yang membantu.

b. Kehilangan, ragu-ragu

Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak

realistis akan merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak

tercapai. Misalnya : kehilangan pekerjaan dan kesehatan,

perceraian, perpisahan individu akan merasa gagal dan

kecewa, rendah diri yang semua dapat berakhir dengan

bunuh diri.

c. Depresi

Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang

ditandai dengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh

diri terjadi pada saat individu ke luar dari keadaan depresi

berat.

d. Bunuh diri

Page 7: Makalah Resiko Bunuh Diri

Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri 

untuk mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping

terakhir individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

B. ETIOLOGI

Berdasarkan teori terdapat 3 penyebab terjadinya bunuh diri adalah

sebagai berikut :

1. Genetic dan teori biologi

Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada

keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat

menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh

diri.

2. Teori sosiologi

Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu :

Egoistik (orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social) ,

atruistik (Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan

anomic ( suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan

orang lain dan beradaptasi dengan stressor).

3. Teori psikologi

Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri

merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.

Tabel 1. Faktor Resiko tingkah laku bunuh diri. (Stuart dan

Sundeen, 1987)

Faktor Risiko tinggi

Resiko Rendah

Umur 45 tahun dan remaja 25-45

th dan < 12 th

Jenis kelamin laki-laki

perempuan

Status kawin cerai,pisah,janda/duda

kawin

Jabatan profesional

Page 8: Makalah Resiko Bunuh Diri

pekerjaan kasar

Pengangguran pekerja

pekerjaan

Penyakit fisik kronik, terminal tidak

ada yg serius

Gangguan mental depresi, halusinasi

gangguan kepribadian

Pemakai obat & alkohol ketergantungan tidak

Sebagai tambahan dari penyebab terjadinya bunuh diri, Cook dan Fontaine (1987)

menerangkan penyebab bunuh diri dari masing-masing golongan usia.

1. Pada anak

a. Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan

b. Situasi keluarga yang kacau

c. Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik

d. Gagal sekolah

e. Takut atau dihina di sekolah

f. Kehilangan orang yang dicintai

g. Di hukum orang lain

2. Pada remaja

a. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna

b. Sulit mempertahankan hubungan interpersonal

c. Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan

d. Perasaan tidak dimengerti orang lain

e. Kehilangan orang yang dicintai

f. Keadaan fisik

g. Masalah dengan orang tua

h. Masalah seksual

i. depresi

3. Pada dewasa

a. Self-ideal terlalu tinggi

b. Cemas akan tugas akademik yang banyak

c. Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang

tua

d. Kompetisi untuk sukses

Page 9: Makalah Resiko Bunuh Diri

4. Pada usia lanjut

a. Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan

b. Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi

c. Perasaan tidak berarti di masyarakat

d. Kesepian dan isolasi sosial

e. Kehilangan ganda (seperti pekerjaan , kesehatan, pasangan)

f. Sumber hidup berkurang

C. JENIS-JENIS PERILAKU BUNUH DIRI

Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)

Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh

kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-

olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat

menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan

percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah.

2. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)

Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk

bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa

kelompok tersebut sangat mengharapkannya.

3. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)

Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu

dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan

yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau

kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan

atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Keputusasaan

2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna

3. Alam perasaan depresi

4. Agitasi dan gelisah

5. Insomnia yang menetap

6. Penurunan BB

Page 10: Makalah Resiko Bunuh Diri

7. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.

8. Petunjuk psikiatrik :

a. Upaya bunuh diri sebelumnya

b. Kelainan afektif

c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat

d. Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja

e. Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia

f. Riwayat psikososial :

1) Baru berpisah, bercerai/ kehilangan

2) Hidup sendiri

3) Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru

dialami

9. Faktor-faktor kepribadian

a. Implisit, agresif, rasa bermusuhan

b. Kegiatan kognitif dan negative

c. Keputusasaan

d. Harga diri rendah

e. Batasan/gangguan kepribadian antisosial

E. PROSES TERJADINYA MASALAH

Menurut Stuart dan Sundeen (1998), penyebab bunuh diri antara

lain :

1. Faktor Prediposisi

a. Diagnostik

Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya

dengan bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit

jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu

beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif,

penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.

b. Sifat kepribadian

Page 11: Makalah Resiko Bunuh Diri

Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya

resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan

depresi.

c. Lingkungan psikososial

Seseorang yang baru mengalami kehilangan,

perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan

berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting

yang berhubungan dengan bunuh diri.

d. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri

merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.

e. Faktor biokimia

Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan

depominersik menjadi media  proses yang dapat

menimbulkan prilaku destrukif diri.

2. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi seseorang melakukan percobaan bunuh diri

adalah :

a. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan

interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.

b. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi

stres.

c. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan

hukuman pada diri sendiri.

d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

F. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Page 12: Makalah Resiko Bunuh Diri

Resiko bunuh diri

G. PENCEGAHAN

Mereka yang akan melakukan bunuh diri biasanya memberikan peringatan pada

keluarganya dan sebelumnya sering mencari nasehat medis. Sehingga ada

kemungkinan untuk dicegah dengan diagnosis dan terapi yang lebih baik. Pencegahan

berskala besar harus diarahkan untuk mengatasi isolasi sosial, rendahnya harga diri,

dan pengurangan kosumsi dan penyalahgunaan alkohol dan obat.

H. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Medis

pada semua kasus, keinginan bunuh diri harus diperiksa. Apakah orang

mengisolasi dirinya sendiri waktu kejadian sehingga ia tidak ditemukan atau

melakukan tindakan agar tidak ditemukan. Pada kasus bunuh diri membutuhkan

obat penenang saat mereka bertindak kekerasan pada diri mereka atau orang lain,

dan pasien juga lebih membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi

terapeutik.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Tindakan keperawatan

a. Tindakan keperawatan untuk pasien

1) Tujuan :

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya

b) Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri

Harga diri rendah

Page 13: Makalah Resiko Bunuh Diri

c) Klien dapat mengekspresikan perasaannya

d) Klien dapat meningkatkan harga diri

e) Klien dapat menggunakan koping yang adaptif

2) Tindakan keperawatan

a) Membina Hubungan Saling percaya kepada pasien

1. Perkenalkan diri dengan klien

2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.

3. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.

4. Bersifat hangat dan bersahabat.

5. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.

b) Melindungi pasien dari perilaku bunuh diri

1. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,

silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).

2. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh

perawat.

3. Awasi klien secara ketat setiap saat.

c) Membantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya

1. Dengarkan keluhan yang dirasakan.

2. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,

ketakutan dan keputusasaan.

3. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana

harapannya.

4. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,

kematian, dan lain lain.

d) Membantu pasien untuk meningkatkan harga dirinya

1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi

keputusasaannya.

2. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.

3. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan

antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).

e) Membantu pasien untuk menggunakan koping individu yang adaptif

1. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang

menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku

favorit, menulis surat dll.)

Page 14: Makalah Resiko Bunuh Diri

2. Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang,

dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan

tentang kegagalan dalam kesehatan.

3. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang

mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah

mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut

dengan koping yang efektif

b. Tindakan keperawatan untuk keluarga

1) Tujuan :

a) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah

rasa ingin bunuh diri

2) Tindakan keperawatan

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang ingin bunuh diri

adalah :

a) Membina hubungan saling percaya

1. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

2. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

b) Membantu pasien untuk mengidentifikasi kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki

1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2. Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien

3. Utamakan pemberian pujian yang realitas

c) Membantu pasien dalam menilai kemampuan yang dapat digunakan

untuk diri sendiri dan keluarga

1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang

ke rumah

d) Melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap

hari sesuai kemampuan.

2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.

3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

Page 15: Makalah Resiko Bunuh Diri

e) Memanfaatkan sistem pendukung yang ada

1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat

klien

2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

I. SUMBER DAN MEKANISME KOPING

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) terdapat sumber dan mekanisme koping pada

perilaku bunuh diri yaitu:

1. Sumber Koping

Pasien dengan penyakit kronik, nyeri, atau penyakit yang mengancam

kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali orang ini secara

sadar memilih untuk bunuh diri. Kulaitas hidup menjadi isu yang

mengesampingkan kuantitas hidup. Dilema etik mungkin timbul bagi perawat

yang menyadari pilihan pasien untuk berperilaku merusak diri. Tidak ada jawaban

yang mudah mengenai bagaimana mengatasi konflik ini. Perawat harus

melakukannya sesuai dengan sistem keyakinannya sendiri.

2. Mekanisme Koping

Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tak

langsung adalah :

a. Denial, mekanisme koping yang paling menonjol

b. Rasionalisme

c. Intelektualisasi

d. Regresi

Mekanisme pertahanan diri tidak seharusnya ditantang tanpa memberikan cara

koping alternatif. Mekanisme pertahanan ini mungkin berada diantara individu

dan bunuh diri.

Perilaku bunuh diri menunjukkan mendesaknya kegagalan mekanisme koping.

Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan

Page 16: Makalah Resiko Bunuh Diri

pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan

kegagalan koping dan mekanisme adaptif.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

1. PENGKAJIAN

a. Kaji Keluhan utama klien

b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

c. Konsep diri : Harga diri rendah

(Umumnya pasien mengatakan hal yang negatif tentang dirinya,

yang menunjukkan harga diri yang rendah)

d. Alam perasaan

( ) sedih ( ) putus asa

( ) ketakutan ( ) gembira berlebihan

(pasien pada umumnya merasakan kesedihan dan keputusasaan

yang sangat mendalam)

e. Interaksi selama wawancara

Page 17: Makalah Resiko Bunuh Diri

( ) bermusuhan ( ) Tidak kooperatif

( ) Defensi ( ) Kontak mata kurang

( ) mudah tersinggung ( ) curiga

(pasien biasanya menunjukkan kontak mata yang kurang)

f. Afek

( ) Datar ( ) Labil

( ) Tumpul ( ) Tidak sesuai

(pasien biasanya menunjukkan afek yang datar atau tumpul)

g. Mekanisme koping maladaptif

( ) minum alkohol ( ) bekerja berlebihan

( ) reaksi lambat ( ) mencederai diri

( ) menghindar ( ) lainnya

(pasien biasanya menyelesaikan masalahnya dengan cara

menghindar dan mencederai diri)

h. Masalah psikososial dan lingkungan

( ) masalah dengan dukungan keluarga

( ) masalah dengan perumahan

Tabel 2. Pengkajian tingkat resiko bunuh diri

Perilaku atau

Gejala

Intensitas resiko

Rendah Sedang tinggi

1. Cemas

2. Depresi

3. Isolasi-

menarik diri

4. Fungsi

sehari-hari

5. Sumber-

sumber

Rendah

Rendah

Perasaan depresi

yang samar, tidak

menarik diri

Umumnya baik

pada semua

aktivitas

Beberapa

Sedang

Sedang

Perasaan tidak

berdaya, putus asa,

menarik diri

Baik pada beberapa

aktivitas

Sedikit

Tinggi atau panik

Berat

Tidak berdaya,

putus asa,

menarik diri,

protes pd diri

sndiri

Tidak baik pd

semua

Page 18: Makalah Resiko Bunuh Diri

6. Strategi

koping

7. Orang

penting/dek

at

8. Pelayanan

psikatri

yang lalu

9. Pola hidup

10.Pemakai

alkohol dan

obat

11.Percobaan

bunuh diri

sebelumnya

12.Disorientasi

dan

disorganisas

i

13.Bermusuhan

14.Rencana

bunuh diri.

Umumnya

konstruktif

Beberapa

Tidak, sikap

positif

Stabil

Tidak sering

Tidak, atau yang

tidak fatal

Tidak ada

Tidak atau sedikit

Samar, kadang-

kadang ada

pikiran, tidak ada

rencana

Sebagian konstruktif

Sedikit atau hanya

satu

Ya, umumnya

memuaskan

Sedang (stabil tak

stabil)

Sering

Dari tidak sampai

dengan cara yang

agak fatal

Sedikit

Beberapa

Sering dipikirkan

kadang-kadang ada

ide untuk

merencanakan

Aktivitas

Kurang

Sebagian bsr

destruktif

Tidak ada

Bersikap negatif

terhadap

pertolongan

Tidak stabil

Terus menerus

Dari tidak, sampai

berbagai cara

yang fatal

Jelas atau ada

Jelas atau ada

Sering dan

konstan dipikirkan

dengan rencana

spesipik

Tabel 3. SIRS (suicidal intention rating scale)

Skor 0 : tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang

Skor 1 : ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri.

Skor 2 : memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.

Skor 3 : mengancam bunuh diri, misalnya “tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh diri”.

Skor 4 : aktif mencoba bunuh diri.

Page 19: Makalah Resiko Bunuh Diri

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Resiko Bunuh Diri

3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Rencana tindakan keperawatan pada pasien bunuh diri dan

keluarga terdiri dari 3 macam yaitu :

a. Ancaman bunuh diri.

Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk mati

disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk

melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana

bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.

Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan

ketat harus dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan klien untuk

melaksanakan rencana bunuh dirinya.

b. Isyarat bunuh diri

Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin

bunuh diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong jaga anak-anak karena saya

akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”

Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya,

namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya

mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak

berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang

menggambarkan harga diri rendah.

c. Percobaan bunuh diri.

Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau melukai diri

untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri

dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan

diri dari tempat tinggi.

Page 20: Makalah Resiko Bunuh Diri

Rencana tindakan keperawatan :

a. Ancaman bunuh diri

1. Tindakan keperawatan pada pasien ancaman percobaan

bunuh diri

a) Tujuan keperawatan

Pasien tetap aman dan selamat

b) Tindakan keperawatan

Melindungi pasien dengan cara :

1) Temani pasien terus menerus sampai pasien dapat

dipindahkan ketempat yang aman.

2) Jauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya;

pisau, silet, gelas, tali pinggang)

3) Periksa apakah pasien benar-benar telah meminum

obatnya, jika pasien mendapatkan obat.

4) Dengan lembut, jelaskan pada pasien bahwa anda

akan melindungi pasien sampai tidak ada keinginan

bunuh diri.

SP 1 pasien : melindungi pasien dari ancaman percobaan bunuh diri.

Peragakan komunikasi dibawah ini !

Orientasi

“Selamat pagi A, kenalkan saya adalah perawat B yang bertugas di ruang Mawar ini,

saya dinas pagi dari jam 7 pagi sampai 2 siang.”

“Bagaimana perasaan A hari ini?”

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang A rasakan selama ini. Dimana

dan berapa lama kita bicara?”

Kerja

“Bagaimana perasaan A setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini A merasa

paling menderita di dunia ini? Apakah A kehilangan kepercayaan diri? Apakah A merasa

bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? apakah A sering mengalami kesulitan

berkonsentrasi? Apakah A berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau

Page 21: Makalah Resiko Bunuh Diri

berharap bahwa A mati? Apakah A pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya,

bagaimana caranya? Apa yang A rasakan?”

(Jika klien telah menyampaikan ide bunuh dirinya, segera dilanjutkan dengan tindakan

keperawatan untuk melindungi klien, misalnya dengan mengatakan, “Baiklah, tampaknya A

membutuhkan pertolongan karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu

memeriksa seluruh isi kamar A ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yang

membahayakan A.”)

“Karena A tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup A,

saya tidak akan membiarkan A sendiri.”

“Apa yang A lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu muncul,

maka untuk mengatasinya A harus langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini

dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi A jangan sendirian ya, katakana

kepada perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.”

Saya pecaya A dapat mengatasi masalah.”

Terminasi

“Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin

bunuh diri?”

“Coba A sebutkan lagi cara tersebut!”

“Saya akan menemani A terus sampai keinginan bunuh diri hilang.” (Jangan

meninggalkan pasien)

2. Tindakan keperawatan pada keluarga pasien percobaan bunuh diri

a. Tujuan Keperawatan

Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam atau mencoba

bunuh diri.

b. Tindakan Keperawatan

1. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah

meninggalkan pasien sendirian.

2. Menganjurkan keluarga membantu perawat menjauhi barang-barang berbahaya di

sekitar pasien.

3. Menganjurkan keluarga untuk tidak membiarkan pasien sering melamun sendiri.

4. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur.

SP 1 Keluarga : Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien yang mencoba bunuh

diri.

Page 22: Makalah Resiko Bunuh Diri

Peragakan komunikasi di bawah ini!

Orientasi

“Selamat pagi Bapak/Ibu, kenalkan saya Suster B, yang merawat putra Bapak dan Ibu

di rumah sakit ini.”

“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara menjaga agar A tetap selamat

dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana kalau disini saja kita berbincang-bincangnya

Pak/Bu?” (Sambil kita awasi terus A)

Kerja

“Bapak/Ibu, A sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan sahabat

karibnya akibat bencana yang lalu sehingga sekarang A selalu ingin mengakhiri hidupnya.”

Karena kondisi A yang dapat mengakhiri hidupnya sewaktu-waktu, kita semua perlu

mengawasi A terus menerus. Bapak / Ibu harus ikut mengawasinya.

A. Dalam kondisi serius seperti ini, A tidak boleh ditinggal sendirian sedikit pun.”

“Bapak/Ibu bisa bantu saya untuk mengamankan barang-barang yang dapat di

gunakan A untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet, dan ikat pinggang.

Semua barang-barang tersebut tidak boleh ada disekitar A. Selain itu, jika berbicara

dengan A fokus pada hal-hal positif, hindarkan pernyataan negatif. A sebaiknya

punya kegiatan positif, seperti melakukan hobinya bermain sepak bola, supaya tidak

sempat melamun sendiri.”

Terminasi

“Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah mengetahui cara mengatasi perasaan

ingin bunuh diri?”

“Coba Bapak dan Ibu sebutkan kembali cara menjaga A tetap selamat dan tidak

melukai dirnya. Baiklah, mari kita temani A, sampai keinginan bunuh dirinya hilang.”

B. Isyarat bunuh diri dengan diagnosis harga diri rendah

1. Tindakan keperawatan pada pasien isyarat bunuh diri

a. Tujuan keperawatan

1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya.

2) Pasien mampu mengungkapkan perasaannya.

3) Pasien mampu meningkatkan harga dirinya.

4) Pasien mampu menggunakan cara penyelesaian masaalah yang baik.

Page 23: Makalah Resiko Bunuh Diri

b. Tindakan keperawatan

1) Mendiskusikan cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan

meminta bantuan dari keluarga atau teman.

2) Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :

a) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan

perasaannya.

b) Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan positif.

c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting.

d) Mendiskusikan keadaan yang seharusnya disyukuri oleh pasien.

e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan.

3) Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masaalah dengan cara :

a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masaalahnya.

b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara

penyelesaian masaalah.

SP 1 pasien : melindungi pasien dari isyarat bunuh diri.

Peragakan komunikasi dibawah ini !

Orientasi

“Selamat pagi B! Masih ingat dengan saya? Bagaimana perasaan B hari ini? Jadi, B

merasa tidak perlu lagi hidup didunia ini. Apakah B merasa ingin bunuh diri?”

“Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang bagaimana cara mengatasi

keinginain ingin bunuh diri. Mau berapa lama? Di mana? Di sini saja yah?”

Kerja

“Baiklah, tampaknya B membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan ingin

mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar B ini untuk memastikan tidak ada

benda-benda yang membahayakan B.”

“Nah B, karena B tampaknya memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup

B, maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.”

“Apa yang B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu

muncul, untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada perawat atau keluarga

dan teman yang sedang besuk. Jadi, usahakan B jangan pernah sendirian.”

Terminasi

“bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa yang

telah kita bicarakan tadi? Bagus B. Bagaimana

Page 24: Makalah Resiko Bunuh Diri

Masih ada dorongan untuk bunuh diri? Kalau masih ada perasaan atau dorongan untuk bunuh

diri, tolong panggil segera saya atau perawat yang lain. Kalau sudah tidak ada keinginan

bunuh diri saya akan bertamu B lagi, untuk membicarakan cara meningkatkan harga diri

setengah jam lagi dan di sini saja.”

SP 2 Pasien : meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri.

Orientasi

“selamat pagi B! bagaimana perasaan B saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri

kehidupan? Baik, sesuai janji kita dua jam yang lalu, sekarang kita akan membahas tentang

rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih B miliki. Mau berapa lama? Di mana?”

Kerja

“Apa saja dalam kehidupan B yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih

dan rugi kalau B meninggal. Coba B ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan b. keadaan

yang bagaimana yang membuat b merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan B masih ada

yang baik dan patut B syukuri. Coba B sebutkan kagiatan apa yang masih dapat B lakukan

selama ini. Bagaimana kalau B mencoba melakukan kegiatan tersebut, mari kita latih.”

Terminasi

“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-apa

saja yang patut syukuri dalam kehidupan B? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam

kehidupan B jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan (afirmasi). Bagus B! Coba B ingat

lagi hal-hal lain yang masih B miliki dan perlu disyukuri! Nanti, jan 12 kita bahas tentang

cara mengatasi masalah dengan baik, Dimana tempatnya? Baiklah.”

“kalau ada perasaan-perasaan yang tidak terkendali segera hubungi suster ya!”

SP 3 pasien: Meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pada pasien isyarat

bunuh diri.

Orientasi

Page 25: Makalah Resiko Bunuh Diri

“selamat siang B. bagaimana perasaannya? Masih ada keinginan bunuh diri? Apalagi

hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus! Sekarang kita akan berdiskusi tentang

bagaimana cara mengatasi masalah yang selama ini timbul. Mau berapa lama? Di sini saja,

ya?”

Kerja

“coba ceritakan situasi yang membuat B ingin bunuh diri. Selain bunuh diri, apalagi

kira-kira jalan keluarnya? Ternyata banyak juga jalan keluarnya. Nah, coba kita diskusikan

keuntungan dan kerugian masing-masing cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi

masalah yang paling menguntungkan! Menurut B cara yang mana? Ya, saya setuju. B bias

coba! Mari kita buat rencana kegiatan untuk masa depan.”

Terminasi

“Bagaimana perasaan B, setelah kita bercakap-cakap? Apa cara mengatasi masalah

yang B akan gunakan? Coba dalam satu hari ini, B menyelesaikan masalah dengan cara yang

dipilih B tadi. Besok dijam yang sama kita akan bertemu lagi di sini untuk membahas

pengalaman B menggunakan cara yang dipilih.”

2. Tindakan keperawatan pada keluarga pasien isyarat bunuh diri.

a) Tujuan keperawatan

Keluarga mampu merawat pasien yang beresiko bunuh diri.

b) Tindakan keperawatan

1) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri.

(a) Menanyakan keluarga tentang anda dan gejala bunuh diri yang pernah muncul

pada

pasien.

(b) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada pasien

yang

beresiko bunuh diri.

2. mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri.

a. mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga jika pasien memperlihatkan

tanda dan gejala bunuh diri.

b. menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, yaitu dengan :

Page 26: Makalah Resiko Bunuh Diri

1. memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien ditempat yang mudah diawasi,

jangan biarkan pasien mengunci diri dikamrnya atau jangan meninggalkan pasien

sendirian dirumah

2. menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri. jauhkan pasien

dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri, seperti : ta;i, bahan bakar

minyak/bensin, api, pisau, atau benda tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti oba

nyamuk atau racun serangga.

3. selalu melakukan pengawasan dan meningkatkan pengawasan jika tanda dan gejala

bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan pengawasan, walaupun pasiean

tidak menunjukan tanda dan gejala untuk bunuh diri.

3. mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan jika pasien melakukan

percobaan bunuh diri dengan cara :

a. mencari bantuan tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk menghentikan upaya

bunuh diri tersebut.

b. segera membawa pasien kerumah sakit atau puskesmas terdekat untuk mendapatkan

bantuan medis.

4. membantu keluarga mencati rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien.

a. memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan.

b. menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol secara teratur untuk

mengatasi masalah bunuh dri

c. menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat seuai prinsip lima benar

cara penggunaannya dan benar waktu penggunaannya.

SP1keluarga : mengajarkan keluarga tentang cara melindungi anggota keluarga beresiko

bunuh diri (isyarat bunuh diri).

Peragakan komunikasi dibawah ini !

Orientasi

“selamat siang pak, bu ! bagaiman keadaan anak bapak/ibu ?”

“hari ini kitta akan mendiskusikan tentang tanda dan gejala bunuh diri dan cara melindungi

dari bunuh diri.

“dimana kita akan diskusi ?”

“bagaimana kalau diruangan wawancara ? berapa lama bapak/ibu punya waktu untuk

diskusi ?”

Kerja

Page 27: Makalah Resiko Bunuh Diri

“ apa yang bapak/ibu lihat dari perilaku atau ucapan B ?”

“bapak/ibu sebaiknya memperhatikan benar-benar munculnya tanda dan gejala bunuh diri.

pada umumnya orang yang akan melakukan bunuh diri menunjukan tanda melalui

percakapan misalnya :” saya tidak ingin hidup lagi, orang lain lebih baik tanpa saya. Apakh B

pernah mengatakannya ?”

“kalau bapak/ibu menemukan tanda dan gejala tersebut, sebaiknya bapak/ibu mendengarkan

ungkapan perasaan dari B secara serius.”

“pengawasan terhadpa B ditingkatkan, jhangan biarkan B sendirian dirumah atau jangan

dibiarkan mengunci diri dikamar. Kalau menemukan tanda dan gejala tersebut, dan

ditemukan alat-alat yang akan digunakan untuk bunuh diri, sebaiknyadicegah dnegan

meningkatkan pemngawasan dan beri dukungan untuk tidak melakukan tindakan tersebut.

Katakan bahwa bapak/ibu sayang pada B. Katakan juga kebaikan-kebaikan B !”

“ usahakan sedikitnya 5 kali sehari bapak ibu memuji B dengan tulus. Tetapi kalau sudah

terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya bapak/ibu mencari bantuan orang lain. Jika tidak

dapat diatasi segeralah rujuk kepuskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan

perawatan yang lebih serius.”

“setelah kembali kerumah, bapak/ibu perlu membantui agar Bterus berobat untuk mengatasi

keinginan bunuh diri “

Terminasi

“Bagaimana Pak/bu? Ada yang mau ditanyakan? Bapak/Ibu dapat ulangi kembali cara-cara

merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri ?”

“Ya, bagus. Jangan lupa pengawasanya ya!jika ada tanda-tanda keinginan bunuh diri segera

hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan yang akan datang tentang cara-cara

meningkatkan harga dir B dan penyelesaian masalah.”

“Bagaimana Bapak/Ibu setuju? Kalau demikian , sampai bertemu lagi minggu depan disini

dan diwaktu yang sama.”

SP 2 keluarga : melatih keluarga cara merawat pasien resiko bunuh diri/isyarat bunuh diri.

Orientasi

“Selamat siang Pak, Bu, sesuai janji kita minggu lalu kita sekarang ketemu lagi.”

“Bagaimana Pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan minggu

lalu ?”

“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak,bu?”

“kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya ?”

Page 28: Makalah Resiko Bunuh Diri

“Berapa Lama Bapak dan ibu mau kita latihan ?”

Kerja

“Sekarang anggap saya B, coba bapak dan ibu praktikan cara bicara yang benar jika B sedang

mengalami perasaan ingin mati.”

“Bagus, betul begitu caranya.”

“sekarang coba praktikan cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya

sesuai jadwal?”

“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B.”

“Bagaimana kalau sekarang kita mencoba nya langsung kepada B ?”

(ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)

Terminasi

“Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah kita berlatih cara merawat B dirumah?”

“Setelah ini coba Bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu

membesuk B.”

“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi Bapak dan Ibu datang kembali kesini dan kita akan

mencoba lagi cara merawat B sampai Bapak dan Ibu lancar melakukannya.”

“jam berapa Bapak dan Ibu bisa kemari?”

“Baik saya tunggu , kita ketemu lagi ditempat ini ya, Bu.”

SP 3 Keluarga: membuat perencanaan pulang bersama keluarga pasien resiko numuh diri.

Orientasi

“Selamat siang Pak, Bu, hari ini B sudah boleh pulang , sebaiknya kita membicarakan jadwal

B selama dirumah . Berapa lama kita bisa diskusi? Kita bicara disini saja ya ?”

Kerja

“Pak, Bu, ini jadwal B selama dirumah sakit, coba perhatikan, dapatkah dilakukan dirumah?”

“tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal aktifitas maupun jadwal minum obatnya.”

“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh B selama

dirumah. Misalnya , B terus-menerus mengatakan ingin bunuh diri, tampak gelisah dan tidak

terkendali serta tidak memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, tolong bapak dan

ibu segera hubungi suster H dipuskesmas inderapuri, puskesmas

Terdekat dari rumah Ibu dan Bapak, ini nomor telepon puskesmasnya (0561) 853xxx”.

“selanjutnya suster H yang akan membantu perkembangan B”.

Terminasi

Page 29: Makalah Resiko Bunuh Diri

“Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum kelas? Ini jadwal kegiatan harian B untuk dibawa

pulang. Jangan lupa kontrol ke puskesmas sebelum obat habis atau ada gejalan yang tampak.

Silahkan selesaikan administrasinya!”

Tabel 5.2 ringkasan tindakan keperawatan pada Pasien Risiko Bunuh Diri Berdasarkan

Perilaku Bunuh Diri

Perilaku Bunuh Diri Tindakan Keperawatan

pada Pasien

Tindakan Keperawatan

pada Keluarga

1. Isyarat bunuh diri Mendiskusikan cara

mengatasi keinginan bunuh

diri

Meningkatkan harga diri

pasien

Meningkatkan kemampuan

pasien dalam menyelesaikan

masalah

Melakukan pendidikan

kesehatan tentang cara

merawat anggota keluarga

yang ingin bunuh diri

2. Ancaman bunuh diri Melindungi pasien Melibatkan keluarga untuk

mengawasi pasien secara

ketat

3. Percobaan bunuh diri

Evaluasi Keperawatan

Page 30: Makalah Resiko Bunuh Diri

Selanjutnya, setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap

kemampuan pasien risiko bunuh diri dan keluarganya serta kemampuan perawat dalam

merawat pasien risiko bunuh diri.

Terapi aktivitas kelompok (TAK)

Terapi kelompok yang dapat di lakukan untuk pasien dengan bunuh diri adalah sebagai

berikut.

Evaluasi Kemampuan Pasien Risiko Bunuh Diri dan Keluarganya

Nama pasien : ..........................

Ruangan : ..........................

Nama perawat : ..........................

Petunjuk:

Berilah tanda checklis ( ) jika pasien mampu melakukan kemampuan dibawah ini.

Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi.

No. Kemampuan Tanggal

A Pasien

1. Menyebutkan cara mengamankan benda-benda

berbahaya

2. Menyebutkan cara mengendalikan dorongan

bunuh diri

3. Menyebutkan aspek posotif diri

4. Menyebutkan koping konstruktif untuk

mengatasi masalah

5. Menyebutkan rencana masa depan

6. Membuat rencana masa depan

B Keluarga

1. Menyebutkan pengertian bunuh diri dan proses

terjadinya bunuh diri

2. Menyebutkan tanda dan gejala risiko bunuh

diri

3. Menebutkan cara merawat pasien risiko bunuh

diri

4. Membuat jadwal aktivitas dan minum obat

pasien dirumah (perencanan pulang)

Page 31: Makalah Resiko Bunuh Diri

5. Memberikan pujian atas kemampuan pasien

Evaluasi Kemampuan Perawat dalam Merawat Pasien Resiko Bunuh Diri

Nama pasien :

Ruangan :

Nama Perawat :

Petunjuk :

a. Berilah tanda checklist (√) pada tiap kemampuan yang ditampilkan.

b. Evaluasi tindakan keperawatan untuk setian SP dilakukan menggunakan instrumen

Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP

c. Melakukan nilai tiap Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP ke dalam baris nilai SP.

No. Kemampuan Tanggal

A Pasien

Sp 1 Pasien

1 Mengidentifikasi benda-benda yang dapat

membahayakan pasien

2 Mengamankan benda-benda yang dapat

membahayakan pasien

3 Melakukan kontrak terapi

4 Mengajarkancara mengendalikan dorongan

bunuh diri

5 Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh

diri

Nilai SP 1 Pasien

No. Kemampuan Tanggal

SP 2

1 Mengidentifikasi aspek positif pasien

2 Mendorong pasien untuk berfikir positif

terhadap diri

3 Mendorong pasien untuk menghargai diri

Page 32: Makalah Resiko Bunuh Diri

sebagai individu yang berharga

Nilai SP 2 Pasien

SP 3 Pasien

1. Menidentifikasi pola koping yang biasa

diterapkan pasien

2 Menilai pola koping yang biasa dilakukan

3 Mengidentifikasi pola koping yang

konstruktif

4 Mendorong pasien memilih pola koping yang

konstruktif

5 Menganjurkan pasien menerapkan pola

koping konstruktif dalam kegiatan harian

Nilai SP 3 Pasien

SP 4 Pasien

1 Membuat rencana masa depan yang realistis

bersama pasien

2 Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa

depan yang realistis

No. Keterangan Tanggal

3 Memberi dorongan pasien melakukan

kegiatan dalam rangka meraih masa depan

yang realistis

Nilai SP 4 pasien

B Keluarga

SP 1 Keluarga

1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan

keluarga dalam merawat pasien

2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala

resiko bunuh diri, dan jenis perilaku bunuh

diri yang dialami pasien beserta proses

terjadinya

Page 33: Makalah Resiko Bunuh Diri

3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko

bunuh diri

Nilai SP 1 Keluarga

SP 2 Keluarga

1 Melatih keluarga mempraktikan cara merawat

pasien dengan resiko bunuh diri

2 Melatih keluarga melakukan cara merawat

langsung kepada pasien resiko bunuh diri

Nilai SP 2 Keluarga

SP 3 Keluarga

No. Keterangan Tanggal

1 Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas

di rumah termasuk minum obat (perencanaan

pulang)

2 Menjelaskan kepada keluarga pasien setelah

pulang

Nilai SP 3 Keluarga

Total Nilai : SP pasien + SP keluarga

Rata-rata

BAB III

PENUTUP

Page 34: Makalah Resiko Bunuh Diri

A. Kesimpulan

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri

dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan

keputusan terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang

dihadapi (Keliat 1991 : 4). Bunuh diri merupakan kedaruratan

psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan

menggunakan koping yang maladaptif.

B. Saran

Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan rekan-rekan

dapat mengerti dan dapat memahami mengenai resiko bunuh diri

beserta dengan asuhan keperawatannya. Dengan tujuan agar dapat

bermanfaat untuk menjalankan tugas sebagai perawat kejiwaan

kedepannya.

Page 35: Makalah Resiko Bunuh Diri

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :

EGC.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 1991. Tingkah laku Bunuh Diri. Jakarta : Arcan

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Ingram, I.M., dkk. 1993. Catatan Kuliah PSIKIATRI edisi 6. Jakarta : EGC

Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.