Upload
anggiadian
View
690
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang ibu melahirkan secara operasi kaesar atas indikasi preeklamsi berat. Bayi laki dengan nilai apgar 5/8. Pada pemeriksaan fisik tampak sakit berat, merintih, pucat, frekuensi jantung 90 x/menit dan berat lahir 2000g.
BAB III
ANALISA KASUS
I. IDENTITAS
Nama : bayi X
Umur :
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : tidak diketahui
Pekerjaan : -
Keluhan utama :
Keluhan tambahan :
II. MASALAH
- Operasi kaesar atas indikasi preeklamsi beratPreeklamsi merupakan peningkatan tekanan darah baik sistolik dan diastolik setelah
20 minggu kehamilan atau pada awal trimester 3 yang disebabkan karena tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relatif mengalamin vasokonstriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasma.
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteria spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi yang memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini dinamakan “remodeling arteri spiralis”.
Preeklamsi adalah peningkatan Heart Rate disertai dengan proteinuria tetapi blm terjadi kejang. Dan debagi menjadi preeklamsi ringan dan preeklamsi berat. Sedangkan eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang – kejang dan / atau koma.
- Nilai Apgar 5/8 nenunjukan asfiksia ringan – sedang.Nilai Apgar
Klinis 0 1 2
Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit
Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat
Refleks saat jalan nafas dibersihkan
Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
Tonus otot Lunglai Fleksi ekstrimitas (lemah)
Fleksi kuat gerak aktif
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah ekstrimitas biru
Merah seluruh tubuh
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar).
III. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : tampak sakit berat, merintih, dan pucat
Tanda vital :
TD
Nadi 90 X/menit (frekuensi jantung bayi normal : 120-160 x/menit)menunjukkan bahwa harus dilakukan resusitasi.
Pernapasan
Berat badan 2000 g (BB bayi normal : 2.500g-3.800g) menunjukan Berat Badan Lahir Rendah / BBLR.
Tinggi badan
Kepala : -
Leher : -
Thoraks : -
Abdomen : -
Extremitas : -
Kesimpulan : merupakan menifestasi klinis asfiksia
(gejala klinis asfiksia : pernafasan terganggu, detak jantung berkurang, refleks / respon bayi melemah, tonus otot menurun, warna kulit biru atau pucat)
STATUS LOKALIS
IV. DIAGNOSIS KERJA
ASFIKSIA NEONATORUM
V. PATOFISIOLOGI
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung. selanjutnya bayi akan menunjukkan usaha napas yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan asam – basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskular menyebabkan gangguan fungsi hati. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.
http://www.authorstream.com/Presentation/zhukma-195191-asfiksia-tugas-keperawatan-anak-ii-asfiksi-education-ppt-powerpoint/
VI. PENATALAKSANAAN
Resusitasi neonatus
Resusitasi dinilai tidak berhasil jika :
apnea dan denyut jantung 0 setelah dilakukan resusitasi secara efektif selama 15 menit.
Prawirohardjo S. Resusitasi neonatus. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta :
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008. P 348
Prinsip dasar resusitasi - Air way cleaning
Saluran nafas dibersihkan baik secara manual ( finger swab) maupun menggunakan alat.- Breath stimulation- Circulation control- Adequate environment- Acidosis control
Obat – obat tambahan lainnya
Epinefrin Volume ekspander
Bikarbonat Nalokson
Indikasi Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah 30 detik dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan dada
Mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi
Asidosis metabolik
Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik
Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik 4 jam sebelum persalinan.
Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai pemakai obat narkotika
Dosis 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) . Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu
Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan respon klinis
1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%)
0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
Jenis cairan
- Larutan kristaloid yang isotonis
- -
(NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah banyak.
Cara i.v atau endotrakeal
- Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit
Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m atau s.c
Efek samping
- - Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak
http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-skow264.htm