19
Makalah Perancangan Sistem Tenaga Listrik Perancangan Sistem SCADA pada Gardu Induk Muhammad Pandu R.P. dan Stieven Nathael

makalah SCADA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SCADA, power system

Citation preview

  • Makalah Perancangan Sistem Tenaga Listrik

    Perancangan Sistem SCADA pada Gardu Induk Muhammad Pandu R.P. dan Stieven Nathael

  • 1. Pengertian SCADA

    SCADA adalah singkatan dari Supervisory Control and Data Acquisition. Tujuannya

    adalah agar seorang operator, disebut dengan dispatcher, dapat melakukan dan memanfaatkan

    hal-hal berikut:

    a. Telemetering (TM) Dispatcher memanfaatkan TM untuk kebutuhan pemantauan

    meter, baik daya nyata dalam MW, daya reaktif dalam Mvar, tegangan dalam kV, dan

    arus dalam Ampere. Dengan demikian dispatcher dapat memantau meter dari

    keseluruhan jaringan hanya dengan duduk di tempatnya, tentu saja dengan bantuan

    peralatan pendukung lainnya seperti telepon.

    b. Telesinyal (TS) Dispatcher dapat memanfaatkan TS untuk mendapatkan indikasi dari

    semua alarm dan kondisi peralatan tertentu yang bisa dibuka (open) dan ditutup

    (close)

    c. Telekontrol (TC) Dispatcher dapat melakukan kontrol secara remote, hanya dengan

    menekan satu tombol, untuk membuka atau menutup peralatan sistem tenaga listrik

    Untuk kepentingan dimaksud di atas, seorang dispatcher akan dibantu dengan suatu

    sistem SCADA yang terintegrasi yang berada di dalam ruangan khusus, dan disebut

    dengan Control Center. Ruangan tersebut bergabung dengan ruangan khusus untuk

    menempatkan komputer-komputer disebut dengan Master Station.

    SCADA yang dioperasikan di control center mencakup berbagai aplikasi yaitu sebagai

    berikut:

    -Akuisisi data

    -Supervisory control

    -Pemantauan data, pemrosesan event (kejadian) dan alarm

    -Kalkulasi data

    -Tagging (penandaan)

    -Perekaman data - Pelaporan

  • Infrastruktur pendukung serta peralatan penunjang lainnya, yaitu telekomunikasi,

    Remote Terminal Unit (RTU), transducer, dan lain sebagainya harus tersedia. Telekomunikasi

    digunakan sebagai jalan komunikasi data maupun suara antara control center dengan site

    (lokasi). RTU digunakan sebagai unit terminal untuk mengendalikan, mengakuisisi data, dan

    mensupervisi sebuah Gardu Induk, dan selanjutnya mengirimkan data tersebut ke control

    center dimaksud.

    2. SCADA Pada Gardu Induk

    Pada standard perancangan SCADA Gardu Induk Perusahan Listrik Negara(PLN)

    menggunakan standard dibawah ini.

  • Fasilitas SCADA diperlukan untuk melaksanakan pengusahaan tenaga listrik terutama

    pengendalian operasi secara realtime. Suatu sistem SCADA terdiri dari sejumlah RTU

    (Remote Terminal Unit), sebuah Master Station / RCC (Region Control Center), dan jaringan

    telekomunikasi data antara RTU dan Master Station. RTU dipasang di setiap Gardu Induk atau

    Pusat Pembangkit yang hendak dipantau. RTU ini bertugas untuk mengetahui setiap kondisi

    peralatan tegangan tinggi melalui pengumpulan besaran-besaran listrik, status peralatan, dan

    sinyal alarm yang kemudian diteruskan ke RCC melalui jaringan telekomunikasi data. RTU

    juga dapat menerima dan melaksanakan perintah untuk merubah status peralatan tegangan

    tinggi melalui sinyal-sinyal perintah yang dikirim dari RCC.

    Dengan sistem SCADA maka Dispatcher dapat mendapatkan data dengan cepat setiap

    saat (real time) bila diperlukan, disamping itu SCADA dapat dengan cepat memberikan

    peringatan pada Dispatcher bila terjadi gangguan pada sistem, sehingga gangguan dapat

    dengan mudah dan cepat diatasi / dinormalkan. Data yang dapat diamati berupa kondisi ON /

    OFF peralatan transmisi daya, kondisi sistem SCADA sendiri, dan juga kondisi tegangan dan

    arus pada setiap bagian di komponen transmisi. Setiap kondisi memiliki indikator berbeda,

    bahkan apabila terdapat indikasi yang tidak valid maka operator akan dapat megetahui dengan

    mudah.

    Fungsi kendali pengawasan mengacu pada operasi peralatan dari jarak jauh, seperti

    switching circuit breaker, pengiriman sinyal balik untuk menunjukkan atau mengindikasikan

    kalau operasi yang diinginkan telah berjalan efektif. Sebagai contoh pengawasan dilakukan

    dengan menggunakan indikasi lampu, jika lampu hijau menyala menunjukkan peralatan yang

    terbuka (open), sedang lampu merah menunjukkan bahwa peralatan tertutup (close), atau

    dapat menampilkan kondisi tidak valid yaitu kondisi yang tidak diketahui apakah open atau

    close. Saat RTU melakukan operasi kendali seperti membuka circuit breaker, perubahan dari

    lampu merah menjadi hijau pada pusat kendali menunjukkan bahwa operasi berjalan dengan

    sukses.

    Operasi pengawasan disini memakai metode pemindaian (scanning) secara berurutan

    dari RTU-RTU yang terdapat pada Gardu Induk-Gardu Induk. Sistem ini mampu mengontrol

    beberapa RTU dengan banyak peralatan pada tiap RTU hanya dengan satu Master Station.

    Lebih lanjut, sistem ini juga mampu mengirim dari jarak jauh data-data hasil pengukuran oleh

  • RTU ke Master Station, seperti data analog frekuensi, tegangan, daya dan besaran-besaran

    lain yang dibutuhkan untuk keseluruhan / kekomplitan operasi pengawasan .

    Keuntungan sistem SCADA lainnya ialah kemampuan dalam membatasi jumlah data

    yang ditransfer antar Master Station dan RTU. Hal ini dilakukan melalui prosedur yang

    dikenal sebagai exception reporting dimana hanya data tertentu yang dikirim pada saat data

    tersebut mengalami perubahan yang melebihi batas setting, misalnya nilai frekuensi hanya

    dapat dianggap berubah apabila terjadi perubahan sebesar 0,05 Herzt. Jadi apabila terjadi

    perubahan yang nilainya sangat kecil maka akan dianggap tidak terjadi perubahan frekuensi.

    Hal ini adalah untuk mengantisipasi sifat histerisis sistem sehingga nilai frekuensi yang

    sebenarnya dapat dibaca dengan jelas.

    Master Station secara berurutan memindai (scanning) RTU-RTU dengan mengirimkan

    pesan pendek pada tiap RTU untuk mengetahui jika RTU mempunyai informasi yang perlu

    dilaporkan. Jika RTU mempunyai sesuatu yang perlu dilaporkan, RTU akan mengirim pesan

    balik pada Master Station, dan data akan diterima dan dimasukkan ke dalam memori

    komputer. Jika diperlukan, pesan akan dicetak pada mesin printer di Master Station.

    Siklus pindai membutuhkan waktu relatif pendek, sekitar 7 detik (maksimal 10 detik). Siklus

    pindai yaitu pemindaian seluruh remote terminal dalam sistem. Ketika Master Station

    memberikan perintah kepada sebuah RTU, maka semua RTU akan menerima perintah itu,

    akan tetapi hanya RTU yang alamatnya sesuai dengan perintah itulah yang akan

    menjalankannya. Sistem ini dinamakan dengan sistem polling. Pada pelaksanaannya terdapat

    waktu tunda untuk mencegah kesalahan yang berkaitan dengan umur data analog. Selain

    dengan sistem pemindaian, pertukaran data juga dapat terjadi secara incidental ( segera

    setelah aksi manuver terjadi ) misalnya terjadi penutupan switch circuit breaker oleh operator

    gardu induk, maka RTU secara otomatis akan segera mengirimkan status CB di gardu induk

    tersebut ke Master Station. Dispatcher akan segera mengetahui bahwa CB telah tertutup.

    Ketika operasi dilakukan dari Master Station, pertama yang dilakukan adalah

    memastikan peralatan yang dipilih adalah tepat, kemudian diikuti dengan pemilihan operasi

    yang akan dilakukan. Operator pada Master Station melakukan tindakan tersebut berdasar

    pada prosedur yang disebut metode select before execute (SBXC), seperti di bawah ini:

    1) Dispatcher di Master Station memilih RTU.

    2) Dispatcher memilih peralatan yang akan dioperasikan.

  • 3) Dispatcher mengirim perintah.

    4) Remote Terminal Unit mengetahui peralatan yang hendak dioperasikan.

    5) Remote Terminal Unit melakukan operasi dan mengirim sinyal balik pada Master

    Station ditunjukkan dengan perubahan warna pada layar VDU dan cetakan pesan pada

    printer logging.

    3. Konfigurasi Akuisisi Data dengan RTU dan Control Center

    Agar dapat berkomunikasi dengan RTU, di control center dibutuhkan suatu perangkat

    interface. Perangkat interface ini dahulu disebut dengan nama Front End, namun pada

    perkembangannya disebut dengan nama Sub Sistem Komunikasi. Sub sistem komunikasi data

    harus dapat melakukan polling ke RTU dan control center lain. Polling dapat dianalogikan

    seperti pengabsenan, sehingga sub sistem komunikasi akan melakukan pengabsenan secara

    teratur sesuai waktu yang ditentukan terhadap RTU. Sub sistem komunikasi data dapat

    mendukung beberapa konfigurasi point to point, loop, multipoint, partyline menggunakan rute

    utama dan rute alternatif.

    Apabila terjadi gangguan pada komunikasi utama, maka perangkat lunak dari subsistem

    komunikasi secara otomatis memindahkan ke link komunikasi alternatif (back up). Sub sistem

    komunikasi secara periodik melakukan polling ke RTU pada link back up yang diberi tugas

    sebagai link komunikasi pengganti.

    Sub sistem komunikasi dapat mendukung konfigurasi komunikasi sebagai berikut :

    a. Konfigurasi titik ke titik (point to point)

    Konfigurasi ini menghubungkan dua terminal telekontrol dan merupakan tipe yang

    paling sederhana.

  • b. Konfigurasi banyak titik ke satu titik (multipoint to point)

    Control center dihubungkan ke terminal luar dengan satu terminal hubung setiap terminal

    luar. Pada setiap saat, semua terminal luar diijinkan mengirimkan data ke pusat pengatur,

    dan control center dapat mengirimkan pesan ke satu atau lebih terminal-terminal luar

    secara bersamaan.

    c. Konfigurasi banyak titik-bintang (multipoint star)

    Control center dihubungkan ke lebih dari satu terminal luar dengan satu terminal hubung

    yang sama. Pada setiap saat, hanya satu terminal luar yang diijinkan mengirimkan data ke

    control center. Peralatan telekontrol pusat dapat mengirimkan data ke satu atau lebih

    terminal - terminal luar yang dipilih atau secara bersamaan.

    d.Configurasi banyak titik-saluran bersamaan (partyline)

  • Control center dihubungkan ke lebih dari satu terminal luar oleh suatu jalur yang sama.

    Batasan- batasan yang terjadi pada saat pertukaran antara pusat dan terminal-terminalluar

    sama dengan pada konfi-gurasi banyak titik-bintang.

    e. Konfigurasi banyak titik-cincin (loop)

    Jalur komunikasi antara semua terminal membentuk suatu cincin. Ini merupakan suatu

    metode yang lebih disukai untuk memperbaiki kehandalan dari jalur komunikasi. Jika

    jalur terpotong pada beberapa lokasi, komunikasi yang utuh masih dapat dipertahankan,

    karena setiap terminal dapat dijangkau dari dua sisi cincin.

    f. Konfigurasi Gabungan

    Konfigurasi-konfigurasi yang disebutkan di atas dapat dikombinasikan

    menjadi bermacam variasi dari konfigurasi- konfigurasi gabungan. Variasi yang paling

    penting adalah konfigurasi jaringan jala (mesh) dimana diperlukan komunikasi antara

    beberapa pasangan terminal-terminal.

    4. Supervisory Control

    a. Permintaan Kontrol oleh Dispatcher

    Dispatcher dapat melakukan permintaan (request) untuk melakukan kontrol terhadap suatu

    Gardu Induk. Sistem SCADA akan memberikan definisi urutan permintaan kontrol tersebut.

  • Ada dua jenis urutan yang diberikan oleh SCADA:

    1.Urutan yang didefinisikan sebelum permintaan kontrol (seperti pada konfigurasi database),

    urutan yang biasa digunakan untuk manuver operasi, pelepasan tegangan di penyulang,

    pemindahan transformator atau busbar.

    2. Daftar untuk permintaan kontrol secara manual diajukan secara langsung oleh dispatcher.

    b. Pengolahan Data

    Setiap besaran analog di database ditampilkan dalam besaran desimal. Nilai yang masih kasar

    dikonversikan ke besaran teknik dengan satu atau dua cara :

    Translasi linier, konversi nilai yang dipakai menggunakan formula : Y = ax + b, yang

    artinya

    Y = hasil besaran teknik

    a = koefisien skala

    x = nilai yang diukur oleh RTU

    b = konstanta M

    odel database diperlukan untuk memasukkan besaran maksimum dan minimum RTU (yakni :

    x) dan besaran teknik (yakni : y) yang merupakan fungsi x. Kemiringan (yakni : a) dan

    konstanta (yakni: b) merupakan hasil perhitungan perangkat lunak.

    Translasi non linier, konversi ditampilkan dalam bentuk kurva. Konversi non- linier

    dilakukan dengan teknik konversi linier. Pemodelan database disederhanakan dengan

    memasukan nilai titik-titik ke dalam kurva. Kemiringan dan konstanta akan dihitung oleh

    perangkat lunak.

    Tanda dari besaran desimal dapat di-inverse untuk melengkapi proses konversi. Translasi

    satuan teknik dan tanda inversi untuk besaran yang akan didefinisikan dalam database satu per

    satu.

    c.Pemantauan Telesinyal

    Setiap kejadian yang dicatat oleh SCADA disebut sebagai event. Sedangkan semua

    indikasi yang menunjukkan adanya perubahan status di SCADA disebut sebagai alarm.

    Semua status dan alarm pada telesinyal harus diproses untuk mendeteksi setiap perubahan

    status lebih lanjut untuk event yang terjadi secara spontan atau setelah permintaan remote

  • kontrol dikirim dari control center.

    d.Sequence of Event (SOE)

    Untuk mencatat secara lengkap semua kejadian di control center, diperlukan fasilitas

    urutan kejadian. Fasilitas ini akan membantu mengumpulkan dan merekam sinyal SOE dari

    RTU eksisting dan RTU yang baru. Sistem SCADA akan mengolah data masukan SOE yang

    diterima dari RTU dan ditampilkan pada VDU di dispatcher. Hal ini sudah mencakup

    konversi waktu dan tanggal dari RTU ke waktu/tanggal SCADA dan menyimpan data SOE di

    dalam alat perekam, database, sesuai dengan urutan kronologis.

    e.Pengolahan Alarm dan Event

    Proses pada sistem tenaga dan telekontrol yang menyebabkan terjadinya event atau

    alarm adalah sebagai berikut:

    -Perubahan status telesinyal single (TSS) dan telesinyal double (TSD).

    -Telemeter yang melebihi batas pengukuran

    -Kegagalan remote kontrol.

    -Gangguan sistem pengolahan data di control center (subsistem komunikasi data, server,

    dan workstation)

    -Gangguan RTU dan link telekomunikasi.

    -Gangguan Peripheral / Human Machine Interface.

    -Gangguan dari Master Komputer.

    -Gangguan sistem proteksi.

    -Gangguan meter transaksi energi.

    5. Kalkulasi Data

    Perangkat lunak SCADA digunakan untuk menghitung besaran analog dari hasil

    pengukuran maupun status dan alarm dari telesinyal. Kalkulasi ini dapat dilakukan dengan

    beberapa operasi berikut:

    Operasi boolean : AND,OR, NOT.

    Operasi matematis : +,-,/,>,

  • 6. Tagging (penandaan)

    Tagging sangat bermanfaat untuk dispatcher di control center. Tagging digunakan untuk

    menghindari dioperasikannya peralatan, juga untuk memberi peringatan pada kondisi yang

    diberi tanda khusus tersebut.

    7. Post Mortem Review

    Fungsi post mortem review adalah melakukan rekonstruksi bagian dari sistem yang

    dipantau setiap saat yang akan digunakan untuk menganalisa setelah kejadian. Untuk

    melakukan hal ini, sistem control center mencatat secara terus menerus dan otomatis bagian

    yang telah didefinisikan (semua kejadian) dari data yang diperoleh. Post mortem review

    mencakup dua fungsi yaitu pencatatan dan pemeriksaan.

    Dalam banyak kasus, database SCADA yang telah direkonstruksi dapat digunakan

    sebagai sumber data untuk:

    -Mengeksport data ke aplikasi yang berorientasi jaringan.

    -Inisialisasi simulator untuk pelatihan dispatcher. Dalam kasus ini, data yang

    direkonstruksi digunakan sebagai start (titik awal) untuk membangun skenario sebuah

    pelatihan yang baru.

    8. Pelaporan

    Tool untuk pembuat laporan menggunakan Relational Data Base Management System

    (RDBMS). Tool ini digunakan untuk mencetak laporan secara otomatis dan periodik setiap

    setengah jam, satu jam, harian, mingguan, dan bulanan. Pencetakan juga dapat dilakukan

    sesuai dengan permintaan dispatcher pengguna.

    Fungsi kalkulasi diberikan oleh tool pembuat laporan yang berkaitan dengan

    kemampuan RDBMS yang dapat dikembangkan sampai maksimum. Hal ini termasuk untuk

    mendefinisikan yang berhubungan dengan kalkulasi ( minimum, maksimum, rata-rata,

    standard deviasi, integrasi, kurva durasi, dan lain-lain). Data pelaporan yang dihasilkan

    mempunyai kemampuan dapat dibaca. Pengguna diberikan kemampuan untuk melihat dan

    mengubah data laporan.

  • 9.Komponen Dasar SCADA

    1. Komponen-komponen pusat pengendalian, Control Centre, berupa computer-

    komputer;

    2. Komponen-komponen perangkat interface dengan rangkaian proses di gardu induk

    maupun di gardu distribusi seperti RTU, perangkat komunikasi, perangkat

    pekerjaan adaptasi dan perangkat-perangkat pencatu daya;

    3. Perangkat meter-meter dan terminal pelanggan untuk otomatsasi.

    4. Sarana telekomunikasi yang diperlukan untuk memungkinkan dua atau lebih

    terminal dapat saling berkomunikasi.

    a. Control Centre

    Control centre merupakan bagian dari system pengendalian yang akan dibangun

    setelah gardu-gardu yang akan disupervisi disiapkan dan semua kebutuhan infrastruktur

    seperti sarana telekomunikasi dan bangunan-bangunan gardu induk dan lain-lain telah

    tersedia.

    Pengembangan perangkat-perangkat RTU untuk keperluan gardu induk, gardu hubung

    dan gardu distribusi secara bertahap mengikuti perkembangan jaringan dengan tetap

    memperhatika keperluan dan urgensi dari setiap titik remote control. Hal ini dimaksudkan

    agar pelaksanaan instalasi dari perencanaan system SCADA dapat dilaksanakan secara

    setahap demi setahap tanpa perlu melaksanakannya secara keseluruhan pada waktu yang sama

    terutama bila dipertimbangkan pelaksanaan otomatisasi pada bagian-bagian jaringan tertentu

    belum mendesak.

    b.Perangkat-perangkat RTU

    Pada setiap pengimplementasian RTU untuk gardu induk maka semua jaringan out

    going dan incoming 20 kV serta semua jaringan transmisi 150 kV dan pembangkit-

    pembangkitnya harus dapat dipantau dan di-remote control baik status perlatan-peralatannya

    maupun besaran-besaran listriknya. Sedangkan pada gardu hubung semua pemutus-pemutus

    daya LBS harus dapat dimonitor dan di-remote control.

    c. Perangkat-perangkat Meter Pelanggan Beserta Perangkat Interface

    Perlu dilakukan pengembangan dan penggantian meter yang dilengkapi dengan

  • perangkat elektronik untuk memungkinkan dilaksanakannya komunikasi elektronis pelanggan

    dengan remote centre, pembacaan meter, remote control, dan lain sebagainya.

    Penerapan otomatisasi pelanggan tersebut akan dilaksanakan dengan terlebih dahulu

    pada jaringan spindle 20 kV yang banyak pelanggan-pelanggan besarnya dengan

    menggunakan sarana telekomunikasi distribution line carrier. Hal ini mengingat konfigurasi

    distribution line carrier yang tersambung pada suatu spindle akan dapat melayani semua

    pelanggan yang tersambung ke spindle tersebut dengan komunikasi broadcasting

    d.Sarana Penunjang

    Sarana penunjang seperti media komunikasi, catu-catu daya dan bangunan-bangunan

    merupakan bagian yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari suatu system pengendalian

    tenaga listrik. Dengan studi yang konprehensif dan terpadu dapat dilakukan

    pengembangannya secara efektif dan setahap demi setahap mengikuti tahapan-tahapan

    pengintegrasian setiap gardu-gardu baru ke dalam system pusat pengendalian.

    e.Penjadwalan Pengembangan

    Pada umumnya penjadwalan pengembangan SCADA mencakup beberapa langkah-

    langkah, yaitu :

    a. Feasibility study;

    b. Proses alokasi dana;

    c. Penunjukan konsultan;

    d. Survey lapangan;

    e. Pembuatan tender dokumen;

    f. Tender proses;

    g. Penandatanganan kontrak;

    h. Implementasi;

    i. Test uji coba.

    f.Keuntungan-keuntungan Penerapan Sistem SCADA/EMS

    Secara umum keuntungan-keuntungan yang dapat kita peroleh dengan menerapkan

    system SCADA/EMS pada kelistrikan, yaitu:

  • a. Dengan menggunakan system SCADA/EMS pada system kelsitrikan dapat diperoleh

    dengan system pengoperasian dengan organisasi yang lebih ramping dan sederhana.

    Pada prinsipnya, dengan adanya system SCADA/EMS system gardu induk tanpa

    orang seharusnya dapat dilakukan, dimana hal ini dapat mengurangi biaya-biaya yang

    cukup signifikan sebagai bahan pertimbangan dalam penerapan system SCADA.

    b. Keuntungan lain yang dapat diperoleh dari pengoperasian system kelistrikan dengan

    menggunakan system SCAD/EMS adalah system pengoperasian yang lebih ekonomis.

    Dengan menggunakan system SCADA/EMS system pengoperasian kelistrikan dapat

    menghemat keseluruhan biaya operasi, misalya dengan load forecast dan unit-unit

    komitmen yang lebih baik, optimasi rugi-rugi transmisi maupun pembangkit dan lain

    sebagainya yang secara keseluruhan akan mengoptimumkan sumber daya secara

    ekonomis.

    Peningkatan keandalan system. Factor-faktor pertimbangan pengimplementasian

    SCADA/EMS bukan hanya terdiri atas pertimbangan ekonomis semata-mata melainkan juga

    factor sekuriti dan keandalan. Sejauh ini diakui masih sulit menjelaskan keuntungan-

    keuntungan diatas secara kuantitatif dalam arti nilai ekonomis yang akan diperoleh bila

    system dilengkapi dengan SCADA/EMS. Biasanya bila terjadi gangguan serius yang

    menyebabkan pemadaman total (black out), baru akan terfikirkan betapa pentingnya sarana

    dan fasilitas yang dapat digunakan untuk membantu mengoperasikan dan menganalisa

    keandalan system. Dari berbagai pendapat disepakati keandalan system akan bisa dinaikkan

    mulai 20% hingga 50% bila system kelistrikan dioperasikan dengan system SCADA/EMS.

    Angka tersebut diharapkan akan semakin meningkat seiring dengan kemajuan fungsi-fungsi

    perangkat lunak aplikasi yang terus berkembang.

  • 10. Contoh Kerja Sistem Scada Gardu Induk

    Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa terdapat sebuah daerah perkotaan dimana sistem

    tenaga listriknya dikontrol menggunakan SCADA yang pusat kontrolnya terdapat pada

    bangunan berwarna biru muda.

  • Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa system tenaga listrik di daerah tersebut disuplai oleh

    5 buah gardu.

    Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa terdapat gangguan hubung singkat pada jalur yang

    menghubungkan Substation 1 dengan Substasion 2.

  • Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa istem scada membaca titik gangguan yang terjadi

    dengan mendapatkan sinyal dari setiap percabangan gardu. Kemudian secara otomatis

    memerintahkan CB yang menghubungakan Substation 1 dengan Substation 2 untuk trip/open.

    Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa operator atau dispatcher mendapatkan informasi titik

    gangguan

  • Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa operator dan mencari alternatif lain untuk penyaluran

    beban yang terganggu akibat adanya gangguan di jalur antara Substation 1 dengan Substation

    2.

    Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa operator menghubungi pihak maintenance untuk

    perbaikan pada titik gangguan.

  • Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa setelah perbaikan selesai operator mengembalikan

    sistem dengan kondisi semula.

    10. Kesimpulan

    Jika menggunakan system konvensional, dimana dalam mencari lokasi gangguan tidak

    menggunakan SCADA, pihak penyedia jasa listrik harus turun ke lapangan tentu memerlukan

    waktu yang lebih lama untuk mencari lokasi dan penyebab gangguan. Oleh karena itu

    penerapan SCADA dalam suatu system tenaga listrik dapat meningkatkan efesiensi serta

    efektivitas dalam monitoring system tanga listrik terutama untuk mengatasi gangguan-

    gangguan pada system tersebut seperti yang telah dipaparkan sebelumnya.

    11. Referensi

    SPLN S7.001:2008 Standar Operasi dan Pemeliharaan Sistem SCADA

    SPLN S3.001:2008 Standar Peralatan SCADA Sistem Tenaga Listrik

    SPLN S5.001:2008 Standar Teleinformasi Data Untuk Operasi Jaringan Tenaga Listrik