56
Makalah sejarah Bab 3: islamisasi & silang budaya di nusantara Disusun oleh : Daffa Amadeuz Kelas : X IIS 2 SMA Negeri 11 Jakarta

Makalah Sejarah Rooney

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah sejarah bab 3.....

Citation preview

Makalah sejarahBab 3: islamisasi & silang budaya di nusantara

Disusun oleh : Daffa AmadeuzKelas: X IIS 2

SMA Negeri 11 JakartaJalan P.Komarudin PuloGebang Cakung,JakTim

Daftar Isi

CoveriDaftar Isi..iiIsi Makalah..1

Bab IIIIslamisasi dan SilangBudaya di NusantaraIslamisasi adalah proses sejarah yang panjang yang bahkansampai kini masih terus berlanjut Kalau para ahli sejarahmempersoalkan tentang asal usul nasionalisme Indonesia, atauintegrasi bangsa, mereka menyebutkan Islam sebagai salah satufaktor utama maka hal itu bisa diartikan pada sifat Islam yanguniversal dan pada jaringan ingatan kolektif yaitu keterkaitanpara ulama di Nusantara dalam berbagai corak jaringan sosialguru-murid, murid sesama murid; penulis-dan-pembaca, dantak kurang pentingnya ulama-umara serta ulama dan umat.(Taufik Abdullah, 1996)

menjalankan ibadah haji dan umrah. Di samping itu tidak sedikitpara ulama dari Timur Tengah yang berkunjung ke Indonesia dalamrangka berdakwah. Bagi umat Islam di Indonesia, berbagai bentukinteraksi tersebut akan semakin memantapkan keimanan danketakwaan terhadap ajaran agamanya. Kemudian yang menjadipertanyaan adalah kapan dan dari mana kira-kira pertama kaliIslam masuk ke Kepulauan Indonesia serta bagaimana prosesnya?Untuk mendapatkan informasi dan bahan diskusi tentang prosesmasuknya Islam ke Indonesia, mari kita kaji uraian berikut.. Memahami TeksTerdapat berbagai pendapat mengenai proses masuknyaIslam ke Kepulauan Indonesia, terutama perihal waktu dan tempatasalnya. Pertama, sarjana-sarjana Baratkebanyakan dari NegeriBelandamengatakan bahwa Islam yang masuk ke KepulauanIndonesia berasal dari Gujarat sekitar abad ke-13 M atau abadke-7 H. Pendapat ini mengasumsikan bahwa Gujarat terletak diIndia bagian barat, berdekatan dengan Laut Arab. Letaknya sangatstrategis berada di jalur perdagangan antara timur dan barat.Pedagang Arab yang bermahzab Syafii telah bermukim di Gujaratdan Malabar sejak awal tahun Hijriyah (abad ke-7 M). Orang yangmenyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dariorang Arab langsung, melainkan para pedagang Gujaratyang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia Timur.Pendapat J. Pijnapel kemudian didukung oleh C. SnouckHurgronye, dan J.P. Moquetta (1912). Argumentasinyadidasarkan pada batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yangwafat pada 17 Dzulhijjah 831 H atau 1297 M di Pasai,Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makamMaulana Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 diGresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama denganbatu nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat, Moquettakemudian berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut

diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujaratatau orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat.Kedua, Hoesein Djajadiningrat mengatakan bahwa Islam yangmasuk ke Indonesia berasal Persia (Iran sekarang). Pendapatnyadidasarkan pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembangantara masyarakat Parsi dan Indonesia. Tradisi tersebut antara lain:tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaumSyiah atas kematian Husein bin Ali, seperti yang berkembang dalamtradisi tabot di Pariaman di Sumatra Barat dan Bengkulu.Ketiga, Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah)mengatakan bahwa Islam berasal dari tanah kelahirannya,yaitu Arab atau Mesir. Proses ini berlangsung padaabad-abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M.Senada dengan pendapat Hamka, teori yangmengatakan bahwa Islam berasal dari Mekkahdikemukakan Anthony H. Johns. Menurutnya,proses Islamisasi dilakukan oleh para musafir(kaum pengembara) yang datang ke KepulauanIndonesia. Kaum ini biasanya mengembara darisatu tempat ke tempat lainnya dengan motivasihanya pengembangan agama Islam.Semua teori di atas bukan mengadaada,tetapi mungkin bisa saling melengkapi.Islamisasi di Kepulauan Indonesia merupakanhal yang kompleks dan hingga kini prosesnyamasih terus berjalan. Pasai dan Malaka, adalahtempat dimana tongkat estafet Islamisasidimulai. Pengaruh Pasai kemudian diwarisi AcehDarussalam. Sedangkan Johor tidak pernah bisamelupakan jasa dinasti Palembang yang pernahberjaya dan mengislamkan Malaka. Demikianpula Sulu dan Mangindanao akan selalu mengingatJohor sebagai pengirim Islam ke wilayahnya.

Sementara itu Minangkabau akan selalu mengingat Malaka sebagaipengirim Islam dan tak pernah melupakan Aceh sebagai peletakdasar tradisi surau di Ulakan. Sebaliknya Pahang akan selalumengingat pendatang dari Minangkabau yangtelah membawa Islam. Peranan para perantaudan penyiar agama Islam dari Minangkabaujuga selalu diingat dalam tradisi Luwu & Gowa Tallo.Pada pertengahan abad ke-15, ibukota Campa,Wijaya jatuh ke tangan Vietnam yang datang dari Utara. Dalamkenangan historis Jawa, Campa selalu diingat dalam kaitannyadengan Islamisasi. Dari sinilah Raden Rahmat anak seorang putriCampa dengan seorang Arab, datang ke Majapahit untuk menemuibibinya yang telah kawin dengan raja Majapahit. Ia kemudiandikenal sebagai Sunan Ampel salah seorang wali tertua.

Sunan Giri yang biasa disebut sebagai paus dalam sumberBelanda bukan saja berpengaruh di kalangan para wali tetapi jugadikenang sebagai penyebar agama Islam di Kepulauan Indonesiabagian Timur. Raja Ternate Sultan Zainal Abidin pergi ke Giri (1495)untuk memperdalam pengetahuan agama. Tak lama setelahkembali ke Ternate, Sultan Zainal Abidin mangkat, tetapi beliautelah menjadikan Ternate sebagai kekuatan Islam. Di bagian lain,Demak telah berhasil mengislamkan Banjarmasin. Mata rantaiproses Islamisasi di Kepulauan Indonesia masih terus berlangsung.Jaringan kolektif keislaman di Kepulauan Indonesia inilah nantinyayang mempercepat proses terbentuknya nasionalisme Indonesia.

Islam dan Jaringan Perdagangan Antarpulau

Kepulauan Indonesia memiliki laut dan daratan yang luas.Para nelayan pergi melaut dan pulang dengan membawa hasiltangkapannya. Begitu juga di pelabuhan terlihat lalu lalang kapalyang membongkar dan memuat barang. Sungguh menakjubkanhamparan laut yang sangat luas ciptaan Tuhan. Coba kamurenungkan alam semesta, lautan dan daratan semua diciptakan-Nya untuk kepentingan hidup kita. Marilah kita syukuri semua itudengan menjaga lingkungan laut dan daratan sebaik-baiknya.Sejak lama laut telah berfungsi sebagai jalur pelayarandan perdagangan antar sukubangsa di Kepulauan Indonesia danbangsa-bangsa di dunia. Pelaut tradisional Indonesia telah memilikiketerampilan berlayar yang dipelajari dari nenek moyang secaraturun-temurun. Bagi para pelaut, samudera bukan sekadar suatubentangan air yang sangat luas. Setiap perubahan warna, pola gerakair, bentuk gelombang, jenis burung, dan ikan yang mengitarinyadapat membantu pelaut dalam mengambil keputusan atau tindakanuntuk menentukan arah perjalanan. Sejak dulu mereka sudahmengenal teknologi arah angin dan musim untuk menentukanperjalanan pelayaran dan perdagangan. Kapal pedagang yangberlayar ke selatan menggunakan musim utara dalam Januariatau Februari dan kembali lagi pulang jika angin bertiup dariselatan dalam Juni, Juli, atau Agustus. Angin musim barat daya diSamudera Hindia adalah antara April sampai Agustus, cara yangpaling diandalkan untuk berlayar ke timur. Mereka dapat kembalipada musim yang sama setelah tinggal sebentartapi kebanyakantinggal untuk berdaganguntuk menghindari musim perubahanyang rawan badai dalam Oktober dan kembali dengan musim timurlaut.

Bacaan berikut akan memaparkan tentang aktivitasperdagangan antarpulau pada masa awal perkembangan Islamdi Indonesia. Memahami aktivitas pelayaran dan perdaganganantarpulau yang membawa serta pesan-pesan agama ini dapatmenjadi pelajaran dan menambah rasa syukur terhadap Tuhan YangMaha Esa.

Berdasarkan data arkeologis seperti prasasti-prasasti maupundata historis berupa berita-berita asing, kegiatan perdagangan diKepulauan Indonesia sudah dimulai sejak abad pertama Masehi. Jalurjalurpelayaran dan jaringan perdagangan Kerajaan Sriwijaya dengannegeri-negeri di Asia Tenggara, India, dan Cina terutama berdasarkan

Demikian pula dari catatan-catatan sejarah Indonesia dan Malayayang dihimpun dari sumber-sumber Cina oleh W.P Groeneveldt,telah menunjukkan adanya jaringanjaringan perdagangan antarakerajaan-kerajaan di Kepulauan Indonesia dengan berbagai negeriterutama dengan Cina. Kontak dagang ini sudah berlangsung sejakabad-abad pertama Masehi sampai dengan abad ke-16. Kemudiankapal-kapal dagang Arab juga sudah mulai berlayar ke wilayahAsia Tenggara sejak permulaan abad ke-7. Dari literatur Arabbanyak sumber berita tentang perjalanan mereka ke Asia Tenggara.Adanya jalur pelayaran tersebut menyebabkan munculnya jaringanperdagangan dan pertumbuhan serta perkembangan kota-kotapusat kesultanan dengan kota-kota bandarnya pada abad ke-13 sampai abad ke-18 misalnya, Samudera Pasai, Malaka, BandaAceh, Jambi, Palembang, Siak Indrapura, Minangakabau, Demak,Cirebon, Banten, Ternate, Tidore, Goa-Tallo, Kutai, Banjar, dan kotakota lainya.

Dari sumber literatur Cina,Cheng Ho mencatat terdapatkerajaan yang bercorak Islamatau kesultanan, antara lain,Samudera Pasai dan Malakayang tumbuh dan berkembangsejak abad ke-13 sampai abadke-15, sedangkan Ma Huanjuga memberitakan adanya komunitas-komunitas Muslim dipesisir utara Jawa Timur. BeritaTome Pires dalam Suma Oriental(1512-1515) memberikan gambaranmengenai keberadaan jalurpelayaran jaringan perdagangan,baik regional maupuninternasional. Ia menceritakantentang lalu lintas dan kehadiranpara pedagang di Samudra Pasai yang berasal dari Bengal,Turki, Arab, Persia, Gujarat, Kling, Malayu, Jawa, dan Siam. Selainitu Tome Pires juga mencatat kehadiran para pedagang di Malakadari Kairo, Mekkah, Aden, Abysinia, Kilwa, Malindi, Ormuz, Persia,Rum, Turki, Kristen Armenia, Gujarat, Chaul, Dabbol, Goa, Keling,Dekkan, Malabar, Orissa, Ceylon, Bengal, Arakan, Pegu, Siam,Kedah, Malayu, Pahang, Patani, Kamboja, Campa, Cossin Cina,Cina, Lequeos, Bruei, Lucus, Tanjung Pura, Lawe, Bangka, Lingga,Maluku, Banda, Bima, Timor, Madura, Jawa, Sunda, Palembang,Jambi, Tongkal, Indragiri, Kapatra, Minangkabau, Siak, Arqua, Aru,Tamjano, Pase, Pedir, dan Maladiva.Berdasarkan kehadiran sejumlah pedagang dari berbagainegeri dan bangsa di Samudera Pasai, Malaka, dan bandar-bandardi pesisir utara Jawa sebagaimana diceritakan Tome Pires, kita dapatmengambil kesimpulan adanya jalur-jalur pelayaran dan jaringanperdagangan antara beberapa kesultanan di Kepulauan Indonesiabaik yang bersifat regional maupun internasional.

Hubungan pelayaran dan perdagangan antara Nusantaradengan Arab meningkat menjadi hubungan langsung dan dalamintensitas tinggi. Dengan demikian aktivitas perdagangan danpelayaran di Samudera Hindia semakin ramai. Peningkatan pelayarantersebut berkaitan erat dengan makin majunya perdagangan dimasa jaya pemerintahan Dinasti Abbasiyah (750-1258). Denganditetapkannya Baghdad menjadi pusat pemerintahan menggantikanDamaskus (Syam), aktivitas pelayaran dan perdagangan di TelukPersia menjadi lebih ramai. Pedagang Arab yang selama ini hanyaberlayar sampai India, sejak abad ke-8 mulai masuk ke KepulauanIndonesia dalam rangka perjalanan ke Cina. Meskipun hanya transit,tetapi hubungan Arab dengan kerajaan-kerajaan di KepulauanIndonesia menjadi langsung. Hubungan ini menjadi semakin ramaimanakala pedagang Arab dilarang masuk ke Cina dan koloni merekadihancurkan oleh Huang Chou, menyusul suatu pemberontakanyang terjadi pada 879 H. Orangorang Islam melarikan diri daripelabuhan Kanton dan meminta perlindungan Raja Kedah danPalembang.Ditaklukkannya Malaka oleh Portugis pada 1511, dan usahaPortugis selanjutnya untuk menguasai lalu lintas di selat tersebut,mendorong para pedagang untuk mengambil jalur alternatif, denganmelintasi Semenanjung atau pantai barat Sumatra ke Selat Sunda.Pergeseran ini melahirkan pelabuhan perantara yang baru, sepertiAceh, Patani, Pahang, Johor, Banten, Makassar dan lain sebagainya.Saat itu, pelayaran di Selat Malaka sering diganggu oleh bajaklaut. Perompakan laut sering terjadi pada jalur-jalur perdaganganyang ramai, tetapi kurang mendapat pengawasan oleh penguasasetempat. Perompakan itu sesungguhnya merupakan bentuk kunokegiatan dagang. Kegiatan tersebut dilakukan karena merosotnyakeadaan politik dan mengganggu kewenangan pemerintahan yangberdaulat penuh atau kedaulatannya di bawah penguasa kolonial.Akibat dari aktivitas bajak laut, rute pelayaran perdagangan yangsemula melalui Asia Barat ke Jawa lalu berubah melalui pesisirSumatra dan Sunda. Dari pelabuhan ini pula para pedagang singgahdi Pelabuhan Barus, Pariaman, dan Tiku.Perdagangan pada wilayah timur Kepulauan Indonesia lebihterkonsentrasi pada perdagangan cengkih dan pala. Dari Ternatedan Tidore (Maluku) dibawa barang komoditi ke Somba Opu,ibukota Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan. Somba Opu pada abadke-16 telah menjalin hubungan perdagangan dengan Patani, Johor,Banjar, Blambangan, dan Maluku. Adapun Hitu (Ambon) menjadipelabuhan yang menampung komoditi cengkih yang datang dariHuamual (Seram Barat), sedangkan komoditi pala berpusat diBanda. Semua pelabuhan tersebut umumnya didatangi oleh parapedagang Jawa, Cina, Arab, dan Makassar. Kehadiran pedagangitu mempengaruhi corak kehidupan dan budaya setempat, antaralain ditemui bekas koloninya seperti Maspait (Majapahit), Kota Jawa(Jawa) dan Kota Mangkasare (Makassar).Pada abad ke-15, Sulawesi Selatan telah didatangi pedagangMuslim dari Malaka, Jawa, dan Sumatra. Dalam perjalanansejarahnya, masyarakat Muslim di Gowa terutama Raja GowaMuhammad Said (1639-1653) dan putra penggantinya, Hasanuddin(1653-1669) telah menjalin hubungan dagang dengan Portugis.Bahkan Sultan Muhammad Said dan Karaeng Pattingaloang turutmemberikan saham dalam perdagangan yang dilakukan Fr. Vieira,meskipun mereka beragama Katolik. Kerjasama ini didorongoleh adanya usaha monopoli perdagangan rempah-rempah yangdilancarkan oleh kompeni Belanda di Maluku.

Hubungan Ternate, Hitu dengan Jawa sangat erat sekali. Iniditandai dengan adanya seorang raja yang dianggap benar-benartelah memeluk Islam ialah Zainal Abidin (1486-1500) yang pernahbelajar di Madrasah Giri. Ia dijuluki sebagai Raja Bulawa, artinyaraja cengkeh, karena membawa cengkeh dari Maluku sebagaipersembahan. Cengkih, pala, dan bunga pala (fuli) hanya terdapatdi Kepulauan Indonesia bagian timur, sehingga banyak barang yangsampai ke Eropa harus melewati jalur perdagangan yang panjangdari Maluku sampai ke Laut Tengah. Cengkih yang diperdagangkanadalah putik bunga tumbuhan hijau (szygium aromaticum ataucaryophullus aromaticus) yang dikeringkan. Satu pohon ini ada yangmenghasilkan cengkih sampai 34 kg. Hamparan cengkih ditanam diperbukitan di pulau-pulau kecil Ternate, Tidore, Makian, dan Motirdi lepas pantai barat Halmahera dan baru berhasil ditanam di pulauyang relatif besar, yaitu Bacan, Ambon dan Seram.Meningkatnya ekspor lada dalam kancahperdagangan internasional, membuat pedagangnusantara mengambil alih peranan Indiasebagai pemasok utama bagi pasaran Eropa yangberkembang dengan cepat. Selama periode (1500-1530) banyak terjadi gangguan di laut sehinggabandar-bandar Laut Tengah harus mencari pasokanhasil bumi Asia ke Lisabon. Oleh karena itu secaraberangsur jalur perdagangan yang ditempuh pedagangmuslim bertambah aktif, ditambah dengan adanyaperang di laut Eropa, penaklukan Ottoman atas Mesir(1517) dan pantai Laut Merah Arabia (1538) memberikandukungan yang besar bagi berkembangnya pelayaranIslam di Samudera Hindia.Meskipun banyak kota bandar, namun yang berfungsi untukmelakukan ekspor dan impor komoditi pada umumnya adalahkota-kota bandar besar yang beribu kota pemerintahan di pesisir,seperti Banten, Jayakarta, Cirebon, Jepara - Demak, Ternate, Tidore

Goa-Tallo, Banjarmasin, Malaka, Samudera Pasai, Kesultanan Jambi,Palembang dan Jambi. Kesultanan Mataram berdiri dari abad ke-16 sampai ke-18. Meskipun kedudukannya sebagai kerajaanpedalaman namun wilayah kekuasaannya meliputi sebahagianbesar pulau Jawa yang merupakan hasil ekspansi Sultan Agung.Kesultanan Mataram juga memiliki kota-kota bandar, seperti Jepara,Tegal, Kendal, Semarang, Tuban, Sedayu, Gresik, dan Surabaya.Dalam proses perdagangan telah terjalin hubungan antar etnisyang sangat erat. Berbagai etnis dari kerajaan-kerajaan tersebutkemudian berkumpul dan membentuk komunitas. Oleh karena itu,muncul nama-nama kampung berdasarkan asal daerah. Misalnya,diJakarta terdapat perkampungan Keling, Pakojan, dan kampungkampunglainnya yang berasal dari daerah-daerah asal yang jauhdari kota-kota yang dikunjungi, seperti Kampung Melayu, KampungBandan, Kampung Ambon, dan Kampung Bali.Pada zaman pertumbuhan dan perkembangan Islam, sistemjual beli barang masih dilakukan dengan cara barter. Sistem barterdilakukan antara pedagang-pedagang dari daerah pesisir dengandaerah pedalaman, bahkan kadang-kadang langsung kepadapetani. Transaksi itu dilakukan di pasar, baik di kota maupundesa. Tradisi jual-beli dengan sistem barter hingga kini masihdilakukan oleh beberapa masyarakat sederhana yang berada jauhdi daerah terpencil. Di beberapa kota pada masa pertumbuhan danperkembangan Islam telah menggunakan mata uang sebagai nilaitukar barang. Mata uang yang dipergunakan tidak mengikat padamata uang tertentu, kecuali ada ketentuan yang diatur pemerintahdaerah setempat.Kemunduran perdagangan dankerajaan yang berada di daerah tepi pantaidisebabkan karena kemenangan militerdan ekonomi dari Belanda, dan munculnyakerajaan-kerajaan agraris di pedalaman yangtidak menaruh perhatian pada perdagangan.

Islam Masuk Istana Raja1. Kerajaan Islam di SumatraSejak awal kedatangannya, pulau Sumatra termasuk daerahpertama dan terpenting dalam pengembangan agama Islam diIndonesia. Dikatakan demikian mengingat letak Sumatra yangstrategis dan berhadapan langsung dengan jalur perdangan dunia,yakni Selat Malaka. Berdasarkan catatan Tom Pires dalam SumaOriental (1512-1515) dikatakan bahwa di Sumatra, terutama disepanjang pesisir Selat Malaka dan pesisir barat Sumatra terdapatbanyak kerajaan Islam, baik yang besar maupun yang kecil. Diantarakerajaan-kerajaan tersebut antara lainAceh, Biar dan Lambri, Pedir, Pirada,Pase, Aru, Arcat, Rupat, Siak, Kampar,Tongkal, Indragiri, Jambi, Palembang,Andalas, Pariaman, Minangkabau, Tiku,Panchur, dan Barus. Menurut TomPires, kerajaan-kerajaan tersebut adayang sedang mengalami pertumbuhan,ada pula yang sedang mengalamiperkembangan, dan ada pula yangsedang mengalami keruntuhannya.

a. Samudera PasaiSamudera Pasai diperkirakan tumbuh berkembangantara tahun 1270 dan 1275, atau pertengahan abad ke-13. Kerajaan ini terletak lebih kurang 15 km di sebelahtimur Lhokseumawe, Nangro Aceh Darussalam, dengansultan pertamanya bernama Sultan Malik as-Shaleh (wafattahun 696 H atau 1297 M). Dalam kitab Sejarah Melayudan Hikayat Raja-Raja Pasai diceritakan bahwa Sultan Malikas-Shaleh sebelumnya hanya seorang kepala GampongSamudera bernama Marah Silu. Setelah menganut agamaIslam kemudian berganti nama dengan Malik as-Shaleh.Berikut ini merupakan urutan para raja-raja yang memerintahdi Kesultanan Samudera Pasai:1. Sultan Malik as-Shaleh (696 H/1297 M);2. Sultan Muhammad Malik Zahir (1297-1326);3. Sultan Mahmud Malik Zahir ( 1346-1383);4. Sultan Zainal Abidin Malik Zahir (1383-1405);5. Sultanah Nahrisyah (1405-1412);6. Abu Zain Malik Zahir (1412);7. Mahmud Malik Zahir (1513-1524).b. Kesultanan Aceh DarussalamPada 1520 Aceh berhasil memasukkan Kerajaan Dayake dalam kekuasaan Aceh Darussalam. Tahun 1524, Pedir danSamudera Pasai ditaklukkan. Kesultanan Aceh Darussalam dibawah Sultan Ali Mughayat Syahmenyerang kapal Portugis di bawahkomandan Simao de Souza Galvaodi Bandar Aceh.Pada 1529 Kesultanan Acehmengadakan persiapan untukmenyerang orang Portugis diMalaka, tetapi tidak jadi karenaSultan Ali Mughayat Syah wafat pada1530, yang kemudian di Kandang XII Banda Aceh. Di antara penggantinya yangterkenal adalah Sultan Alauddin Riayat Syah al-Qahhar (1538-1571). Usaha-usahanya adalah mengembangkan kekuatanangkatan perang, perdagangan, dan mengadakan hubunganinternasional dengan kerajaan Islam di Timur Tengah,seperti Turki, Abessinia (Ethiopia), dan Mesir. Pada 1563 iamengirimkan utusannya ke Constantinopel untuk memintabantuan dalam usaha melawan kekuasaan Portugis.Dua tahun kemudian datang bantuan dari Turki berupateknisi-teknisi, dan dengan kekuatan tentaranya SultanAlauddin Riayat Syah at-Qahhar menyerang dan menaklukkanbanyak kerajaan, seperti Batak, Aru, dan Barus. Untukmenjaga keutuhan Kesultanan Aceh, Sultan Alauddin RiayatSyah al-Qahhar menempatkan suami saudara perempuannyadi Barus dengan gelar Sultan Barus, dua orang putra sultandiangkat menjadi Sultan Aru dan Sultan Pariaman dengangelar resminya Sultan Ghari dan Sultan Mughal, dan di daerahdaerahpengaruh Kesultanan Aceh ditempatkan wakil-wakildari Aceh.Kemajuan Kesultanan Aceh Darussalam pada masapemerintahan Sultan Iskandar Muda mengundang perhatianpara ahli sejarah. Di bidang politik Sultan Iskandar Muda telahmenundukkan daerah-daerah di sepanjang pesisir timur danbarat. Demikian pula Johor di Semenanjung Malaya telahdiserang, dan kemudian rnengakui kekuasaan KesultananAceh Darussalam. Kedudukan Portugis di Malaka terusmenerusmengalami ancaman dan serangan, meskipunkeruntuhan Malaka sebagai pusat perdagangan di AsiaTenggara baru terjadi sekitar tahun 1641 oleh VOC (VerenigdeOost Indische Compagnie) Belanda. Perluasan kekuasaanpolitik VOC sampai Belanda pada dekade abad ke-20 tetapmenjadi ancaman Kesultanan Aceh.

Kerajaan islam di jawaTahukah kamu kapan dan bagaimana proses Islamisasi di tanahJawa? Islam masuk ke Jawa melalui pesisir utara Pulau Jawa. Buktisejarah tentang awal mula kedatangan Islam di Jawa antara lain ialahmakam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat tahun 475H atau 1082 M di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihatdari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah,salah satu dinasti di Persia.

Di samping itu, di Gresik juga ditemukan makam MaulanaMalik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggalpada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokertojuga ditemukan ratusan makam Islam kuno. Makam tertua berangkatahun 1374 . Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluargaistana Majapahit. Berdasarkan informasi ini, tentu kamu dapatmengambil kesimpulan bahwa Islam itu sudah lama masuk kePulau Jawa, jauh sebelum bangsa Barat menjejakkan kaki di pulauini. Untuk lebih jelasnya marilah kita paparkan sekelumit kerajaankerajaanIslam di pulau Jawa.a. Kerajaan DemakPara ahli memperkirakan Demak berdiri tahun 1500.Sementara Majapahit hancur beberapa waktu sebelumnya.Menurut sumber sejarah lokal di Jawa, keruntuhanMajapahit terjadi sekitar tahun 1478. Hal ini ditandai dengancandrasengkala, Sirna Hilang Kertaning Bhumi yang berartimemiliki angka tahun 1400 Saka. Raja pertama kerajaanDemak adalah Raden Fatah, yang bergelar Sultan Alam AkbarAl-Fatah. Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatahmerupakan keturunan raja terakhir dari Kerajaan Majapahit,yaitu Raja Brawijaya V. Di bawah pemerintahan Raden Fatah,kerajaan Demak berkembang dengan pesat karena memilikidaerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan,terutama beras. Selain itu, Demak juga tumbuh menjadisebuah kerajaan maritim karena letaknya di jalur perdaganganantara Malaka dan Maluku. Oleh karena itu Kerajaan Demakdisebut juga sebagai sebuah kerajaan yang agraris-maritim.Barang dagangan yang diekspor Kerajaan Demak antara lainberas, lilin dan madu. Barang-barang itu diekspor ke Malaka,Maluku dan Samudra Pasai.

Pada masa pemerintahan Raden Fatah, wilayahkekuasaan Kerajaan Demak cukup luas, meliputi Jepara,Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah diKalimantan. Daerah-daerah pesisir di Jawa bagian Tengahdan Timur kemudian ikut mengakui kedaulatan Demak danmengibarkan panji-panjinya. Kemajuan yang dialami Demakini dipengaruhi oleh jatuhnya Malaka ke tangan Portugis.Karena Malaka sudah dikuasai oleh Portugis, maka parapedagang yang tidak simpatik dengan kehadiran Portugis diMalaka beralih haluan menuju pelabuhan-pelabuhan Demakseperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan Gresik. Pelabuhanpelabuhantersebut kemudian berkembang menjadipelabuhan transit.Selain tumbuh sebagai pusat perdagangan, Demakjuga tumbuh menjadi pusat penyebaran agama Islam. Parawali yang merupakan tokoh penting pada perkembanganKerajaan Demak ini, memanfaatkan posisinya untuk lebihmenyebarkan Islam kepada penduduk Jawa. Para wali jugaberusaha menyebarkan Islam di luar Pulau Jawa. Penyebaranagama Islam di Maluku dilakukan oleh Sunan Giri sedangkandi daerah Kalimantan Timur dilakukan oleh seorang penghuludari Kerajaan Demak yang bernama Tunggang Parangan.Setelah Kerajaan Demak lemah maka muncul KerajaanPajang.b. Kerajaan MataramSetelah Kerajaan Demak berakhir, berkembanglahKerajaan Pajang di bawah pemerintahan Sultan Hadiwijaya.Di bawah kekuasaannya, Pajang berkembang baik. Bahkanberhasil mengalahkan Arya Penangsang yang berusahamerebut kekuasaannya. Tokoh yang membantunyamengalahkan Arya Penangsang diantaranya Ki AgengPemanahan (Ki Gede Pemanahan). la diangkat sebagai bupati(adipati) di Mataram. Kemudian puteranya, Raden Bagus(Danang) Sutawijaya diangkat anak oleh Sultan Hadiwijayadan dibesarkan di istana. Sutawijaya dipersaudarakan denganputra mahkota, bernama Pangeran Benowo.Pada tahun 1582, Sultan Hadiwijaya meninggal dunia.Penggantinya, Pangeran Benowo merupakan raja yanglemah. Sementara Sutawijaya yang menggantikan Ki GedePemanahan justru semakin menguatkan kekuasaannyasehingga akhirnya Istana Pajang pun jatuh ke tangannya.Sutawijaya segera memindahkan pusaka Kerajaan Pajangke Mataram. Sutawijaya sebagai raja pertama dengan gelar:Panembahan Senapati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Pusatkerajaan ada di Kota Gede, sebelah tenggara Kota Yogyakartasekarang. Panembahan Senapati digantikan oleh puteranyayang bernama Mas Jolang (1601-1613). Mas Jolang kemudiandigantikan oleh puteranya bernama Mas Rangsang atau lebihdikenal dengan nama Sultan Agung (1613-1645). Pada masapemerintahan Sultan Agung inilah Mataram mencapai zamankeemasan.Dalam bidang politik pemerintahan, Sultan Agungberhasil memperluas wilayah Mataram ke berbagai daerahyaitu, Surabaya (1615), Lasem, Pasuruhan (1617), dan Tuban(1620). Di samping berusaha menguasai dan mempersatukanberbagai daerah di Jawa, Sultan Agung juga ingin mengusirVOC dari Kepulauan Indonesia. Kemudian diadakan dua kaliserangan tentara Mataram ke Batavia pada tahun 1628 dan1629.Mataram mengembangkan birokrasi dan strukturpemerintahan yang teratur. Seluruh wilayah kekuasaanMataram diatur dan dibagi menjadi beberapa bagian sebagaiberikut.1. KutagaraKutagara atau kutanegara, yaitu daerah keraton dansekitarnya.2. Negara agungNegara agung atau negari agung, yaitu daerah-daerahyang ada di sekitar kutagara. Misalnya, daerah Kedu,Magelang, Pajang, dan Sukawati.3. MancanegaraMancanegara yaitu daerah di luar negara agung. Daerahini meliputi mancanegara wetan (timur), misalnya daerahPonorogo dan sekitarnya, serta mancanegara won (barat),misalnya daerah Banyumas dan sekitarnya.4. PesisiranPesisiran yaitu daerah yang ada di pesisir. Daerah ini jugaterdapat daerah pesisir kulon (barat), yakni Demak teruske barat, dan pesisir wetan (timur), yakni Jepara terus ketimur.Mataram berkembang menjadi kerajaan agraris. Dalambidang pertanian, Mataram mengembangkan daerah-daerahpersawahan yang luas. Seperti yang dilaporkan oleh Dr. deHan, Jan Vos dan Pieter Franssen bahwa Jawa bagian tengahadalah daerah pertanian yang subur dengan hasil utamanyaadalah beras. Pada abad ke-17, Jawa benar-benar menjadilumbung padi. Hasil-hasil yang lain adalah kayu, gula, kelapa,kapas, dan hasil palawija.Di Mataram dikenal beberapa kelompok dalammasyarakat. Ada golongan raja dan keturunannya, parabangsawan dan rakyat sebagai kawula kerajaan. Kehidupanmasyarakat bersifat feodal karena raja adalah pemilik tanahbeserta seluruh isinya. Sultan dikenal sebagai panatagama,yaitu pengatur kehidupan keagamaan. Oleh karena itu,Sultan memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Rakyat sangathormat dan patuh, serta hidup mengabdi pada sultan.Bidang kebudayaan juga maju pesat. Seni bangunan,ukir, lukis, dan patung mengalami perkembangan. Kreasikreasipara seniman, misalnya terlihat pada pembuatangapura-gapura, serta ukir-ukiran di istana dan tempat ibadah.Seni tari yang terkenal adalah Tari Bedoyo Ketawang. Dalamprakteknya, Sultan Agung memadukan unsur-unsur budayaIslam dengan budaya Hindu-Jawa. Sebagai contoh, di Mataramdiselenggarakan perayaan sekaten untuk memperingatihari kelahiran Nabi Muhammad saw, dengan membunyikangamelan Kyai Nagawilaga dan Kyai Guntur Madu. Kemudianjuga diadakan upacara grebeg. Grebeg diadakan tiga kalidalam satu tahun, yaitu setiap tanggal 10 Dzulliijah (IdulAdha), 1 Syawal (Idul Fitri), dan tanggal 12 Rabiulawal (MaulidNabi). Bentuk dan kegiatan upacara grebeg adalah mengarakgunungan dari keraton ke depan masjid agung. Gununganbiasanya dibuat dari berbagai makanan, kue, dan hasilbumi yang dibentuk menyerupai gunung. Upacara grebegmerupakan sedekah sebagai rasa syukur dari raja kepadaTuhan Yang Maha Esa dan juga sebagai pembuktian kesetiaanpara bupati dan punggawa kerajaan kepada rajanya.Sultan Agung wafat pada 1645. Ia dimakamkan diBukit Imogiri. Ia digantikan oleh puteranya yang bergelarAmangkurat I. Akan tetapi, pribadi raja ini sangat berbedadengan pribadi Sultan Agung. Amangkurat I adalah seorangraja yang lemah, berpandangan sempit, dan sering bertindakkejam. Mataram mengalami kemunduran apalagiadanya pengaruh VOC yang semakin kuat. Dalamperkembangannya Kerajaan Mataram akhirnyadibagi dua berdasarkan Perjanjian Giyanti (1755).Sebelah barat menjadi Kesultanan Yogyakartadan sebelah timur menjadi kasultanan Surakarta.

Kesultanan Banten

Kerajaan Banten berawal sekitar tahun 1526, ketikaKerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisirbarat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasanpelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalanmiliter serta kawasan perdagangan. Maulana Hasanuddin,putera Sunan Gunung Jati berperan dalam penaklukantersebut. Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddinatau lebih sohor dengan sebutan Fatahillah, mendirikanbenteng pertahanan yang dinamakan Surosowan, yangkemudian hari menjadi pusat pemerintahan, yakni KesultananBanten.Pada awalnya kawasan Banten dikenal dengan namaBanten Girang yang merupakan bagian dari Kerajaan Sunda.Kedatangan pasukan Kerajaan di bawah pimpinan MaulanaHasanuddin ke kawasan tersebut selain untuk perluasanwilayah juga sekaligus penyebaran dakwah Islam. Kemudiandipicu oleh adanya kerjasama Sunda-Portugis dalam bidangekonomi dan politik, hal ini dianggap dapat membahayakankedudukan Kerajaan Demak selepas kekalahan merekamengusir Portugis dari Malaka tahun 1513. Atas perintahSultan Trenggono, Fatahillah melakukan penyerangan danpenaklukkan Pelabuhan Sunda Kelapa sekitar tahun 1527,yang waktu itu masih merupakan pelabuhan utama dariKerajaan Sunda.Selain mulai membangun benteng pertahanan diBanten, Fatahillah juga melanjutkan perluasan kekuasaanke daerah penghasil lada di Lampung. Ia berperan dalampenyebaran Islam di kawasan tersebut, selain itu ia jugatelah melakukan kontak dagang dengan raja Malangkabu(Minangkabau, Kerajaan Inderapura), Sultan Munawar Syahdan dianugerahi keris oleh raja tersebut.

Seiring dengan kemunduran Demak terutama setelahmeninggalnya Sultan Trenggono, maka Banten melepaskandiri dan menjadi kerajaan yang mandiri. Pada 1570 Fatahillahwafat. Ia meninggalkan dua orang putra laki-laki, yakniPangeran Yusuf dan Pangeran Arya (Pangeran Jepara).Dinamakan Pangeran Jepara, karena sejak kecil ia sudahdiikutkan kepada bibinya (Ratu Kalinyamat) di Jepara. Iakemudian berkuasa di Jepara menggantikan Ratu Kalinyamat,sedangkan Pangeran Yusuf menggantikan Fatahillah diBanten.Pangeran Yusuf melanjutkan usaha-usaha perluasandaerah yang sudah dilakukan ayahandanya. Tahun 1579,daerah-daerah yang masih setia pada Pajajaran ditaklukkan.Untuk kepentingan ini Pangeran Yusuf memerintahkanmembangun kubu-kubu pertahanan. Tahun 1580, PangeranYusuf meninggal dan digantikan oleh puteranya, yang bernamaMaulana Muhammad. Pada 1596, Maulana Muhammadmelancarkan serangan ke Palembang. Pada waktu ituPalembang diperintah oleh Ki Gede ing Suro (1572 - 1627).Ki Gede ing Suro adalah seorang penyiar agama Islam dariSurabaya dan perintis perkembangan pemerintahan kerajaanIslam di Palembang. Kala itu Kerajaan Palembang lebih setiakepada Mataram dan sekaligus merupakan saingan KerajaanBanten. Itulah sebabnya, Maulana Muhammad melancarkanserangan ke Palembang. Kerajaan Palembang dapat dikepungdan hampir saja dapat ditaklukkan. Akan tetapi, SultanMaulana Muhammad tiba-tiba terkena tembakan musuhdan meninggal. Oleh karena itu, ia dikenal dengan sebutanPrabu Seda ing Palembang. Serangan tentara Banten terpaksadihentikan, bahkan akhirnya ditarik mundur kembali keBanten.Gugurnya Maulana Muhammad menimbulkan berbagaiperselisihan di istana. Putra Maulana Muhammad yangbernama Abumufakir Mahmud Abdul Kadir, masih kanak-kanak. Pemerintahan dipegang oleh sang Mangkubumi. Akantetapi, Mangkubumi berhasil disingkirkan oleh PangeranManggala. Pangeran Manggala berhasil mengendalikankekuasaan di Banten. Baru setelah Abumufakir dewasa danPangeran Manggala meninggal tahun 1624, maka Bantensecara penuh diperintah oleh Sultan Abumufakir MahmudAbdul Kadir.Pada tahun 1596 orang-orang Belanda datang dipelabuhan Banten untuk yang pertama kali. Terjadilahperkenalan dan pembicaraan dagang yang pertama antaraorang-orang Belanda dengan para pedagang Banten. Tetapidalam perkembangannya, orang-orang Belanda bersikapangkuh dan sombong, bahkan mulai menimbulkan kekacauandi Banten. Oleh karena itu, orang-orang Banten menolakdan mengusir orang-orang Belanda. Akhirnya, orang-orangBelanda kembali ke negerinya. Dua tahun kemudian, orangorangBelanda datang lagi. Mereka menunjukkan sikap yangbaik, sehingga dapat berdagang di Banten dan di Jayakarta.Menginjak abad ke-17 Banten mencapai zamankeemasan. Daerahnya cukup luas. Setelah Sultan Abumufakirmeninggal, ia digantikan oleh puteranya bernama AbumaaliAchmad. Setelah Abumaali Achmad,tampillah sultan yang terkenal, yakniSultan Abdulfattah atau yang lebihdikenal dengan nama Sultan AgengTirtayasa. Ia memerintah pada tahun1651 - 1682.Pada masa pemerintahan SultanAgeng Tirtayasa, Banten terus mengalamikemajuan. Letak Banten yang strategismempercepat perkembangan dankemajuan ekonomi Banten. Kehidupansosial budaya juga mengalami kemajuan. Masyarakat umumhidup dengan rambu-rambu budaya Islam.Secara politik pemerintahan Banten juga semakin kuat.Perluasan wilayah kekuasaan terus dilakukan bahkan sampaike daerah yang pernah dikuasai Kerajaan Pajajaran. Namunada sebagian masyarakat yang menyingkir di pedalamanBanten Selatan karena tidak mau memeluk agama Islam.Mereka tetap mempertahankan agama dan adat istiadatnenek moyang. Mereka dikenal dengan masyarakat Badui.Mereka hidup mengisolir diri di tanah yang disebut tanahKenekes. Mereka menyebut dirinya orang-orang Kejeroan.Dalam bidang kebudayaan, seni bangunan mengalamiperkembangan. Beberapa jenis bangunan yang masih tersisa,antara lain, Masjid Agung Banten, bangunan keraton dangapura-gapura.Pada masa akhir pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasatimbul konflik di dalam istana. Sultan Ageng Tirtayasa yangberusaha menentang VOC, kurang disetujui oleh Sultan Hajisebagai raja muda. Keretakan di dalam istana ini dimanfaatkanVOC dengan politik devide et impera. VOC membantu SultanHaji untuk mengakhiri kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa.Berakhirnya kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa membuatsemakin kuatnya kekuasaan VOC di Banten. Raja-raja yangberkuasa berikutnya, bukanlah raja-raja yang kuat. Hal inimembawa kemunduran Kerajaan Banten.

Kerajaan-kerajaan islam di Kalimantan

Disamping Sumatra dan Jawa, ternyata di Kalimantanjuga terdapat beberapa kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam.Apakah kamu sudah mengetahui nama kerajaan-kerajaan Islamyang tumbuh di Kalimantan? Di antara kerajaan Islam itu adalahKesultanan Pasir (1516), Kesultanan Banjar (1526-1905), KesultananKotawaringin, Kerajaan Pagatan (1750), Kesultanan Sambas (1671),Kesultanan Kutai Kartanegara, Kesultanan Berau (1400), KesultananSambaliung (1810), Kesultanan Gunung Tabur (1820), KesultananPontianak (1771), Kesultanan Tidung, dan Kesultanan BulunganKerajaan-kerajaan yang terletak di daerah KalimantanBarat antara lain Tanjungpura dan Lawe. Kedua kerajaantersebut pernah diberitakan Tome Pires (1512-1551).Tanjungpura dan Lawe menurut berita musafir Portugissudah mempunyai kegiatan dalam perdagangan baik denganMalaka dan Jawa, bahkan kedua daerah yang diperintaholeh Pate atau mungkin adipati kesemuanya tunduk kepadakerajaan di Jawa yang diperintah Pati Unus. Tanjungpuradan Lawe (daerah Sukadana) menghasilkan komoditi sepertiemas, berlian, padi, dan banyak bahan makanan. Banyakbarang dagangan dari Malaka yang dimasukkan ke daerahitu, demikian pula jenis pakaian dari Bengal dan Keling yangberwarna merah dan hitam dengan harga yang mahal danyang murah. Pada abad ke-17 kedua kerajaan itu telah beradadi bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Mataram terutamadalam upaya perluasan politik dalam menghadapi ekspansipolitik VOC.Demikian pula Kotawaringin yang kini sudah termasukwilayah Kalimantan Barat pada masa Kerajaan Banjar jugasudah masuk dalam pengaruh Mataram, sekurang-kurangnyasejak abad ke-16. Meskipun kita tidak mengetahui denganpasti kehadiran Islam di Pontianak, konon ada pemberitaanbahwa sekitar abad ke-18 atau 1720 ada rombonganpendakwah dari Tarim (Hadramaut) yang di antaranya datangke daerah Kalimantan Barat untuk mengajarkan membaca al-Quran, ilmu fikih, dan ilmu hadis. Mereka di antaranya SyarifIdrus bersama anak buahnya pergi ke Mampawah, tetapikemudian menelusuri sungai ke arah laut memasuki KapuasKecil sampailah ke suatu tempat yang menjadi cikal bakal kotaPontianak. Syarif Idrus kemudian diangkat menjadi pimpinanutama masyarakat di tempat itu dengan gelar Syarif Idrus ibnAbdurrahman al-Aydrus yang kemudian memindahkan kotadengan pembuatan benteng atau kubu dari kayu-kayuan

Kerajaan Pontianakuntuk pertahanan. Sejak itu Syarif Idrus ibn Abdurrahmanal-Aydrus dikenal sebagai Raja Kubu. Daerah itu mengalamikemajuan di bidang perdagangan dan keagamaan, sehinggabanyak para pedagang yang berdatangan dari berbagai negeri.Pemerintahan Syarif Idrus (lengkapnya: Syarif Idrus al-Aydrusibn Abdurrahman ibn Ali ibn Hassan ibn Alwi ibn Abdullah ibnAhmad ibn Husin ibn Abdullah al-Aydrus) memerintah pada1199-1209 H atau 1779-1789 M.Cerita lainnya mengatakan bahwa pendakwah dariTarim (Hadramaut) yang mengajarkan Islam dan datang keKalimantan bagian barat terutama ke Sukadana ialah HabibHusin al-Gadri. Ia semula singgah di Aceh dan kemudian keJawa sampai di Semarang dan di tempat itulah ia bertemudengan pedagang Arab namanya Syaikh, karena itulah makaHabib al-Gadri berlayar ke Sukadana. Dengan kesaktian HabibHusin al-Gadri menyebabkan ia mendapat banyak simpati dariraja, Sultan Matan dan rakyatnya. Kemudian Habib Husin al-Gadri pindah dari Matan ke Mempawah untuk meneruskansyiar Islam. Setelah wafat ia diganti oleh salah seorangputranya yang bernama Pangeran Sayid Abdurrahman NurulAlam. Ia pergi dengan sejumlah rakyatnya ke tempat yangkemudian dinamakan Pontianak dan di tempat inilah iamendirikan keraton dan masjid agung. Pemerintahan SyarifAbdurrahman Nur Alam ibn Habib Husin al-Gadri pada 1773-1808, digantikan oleh Syarif Kasim ibn Abdurrahman al-Gadripada 1808-1828 dan selanjutnya Kesultanan Pontianak dibawah pemerintahan sultan-sultan keluarga Habib Husin al-Gadri.Kerajaan-kerajaan islam di Sulawesi

Di daerah Sulawesi juga tumbuh kerajaan-kerajaan bercorakIslam. Munculnya kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi tidak terlepasdari perdagangan yang berlangsung ketika itu. Berikut ini adalahbeberapa kerajaan Islam di Sulawesi diantaranya Gowa Tallo, Bone,Wajo dan Sopeng, dan Kesultanan Buton. Dari sekian banyakkerajaan-kerajaan itu yang terkenal antara lain Kerajaan GowaTalloKerajaan Gowa TalloKerajaan Gowa Tallo sebelum menjadi kerajaan Islamsering berperang dengan kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan,seperti dengan Luwu, Bone, Soppeng, dan Wajo. KerajaanLuwu yang bersekutu dengan Wajo ditaklukan oleh KerajaanGowa Tallo. Kemudian Kerajaan Wajo menjadi daerah taklukanGowa menurut Hikayat Wajo. Dalam serangan terhadapKerajaan Gowa Tallo Karaeng Gowa meninggal dan seoranglagi terbunuh sekitar pada 1565. Ketiga kerajaan Bone, Wajo,dan Soppeng mengadakan persatuan untuk mempertahankankemerdekaannya yang disebut perjanjian Tellumpocco, sekitar1582. Sejak Kerajaan Gowa resmi sebagai kerajaan bercorakIslam pada 1605, maka Gowa meluaskan pengaruh politiknya,agar kerajaan-kerajaan lainnya juga memeluk Islam dantunduk kepada Kerajaan Gowa Tallo. Kerajaan-kerajaan yangunduk kepada kerajaan Gowa Tallo antara lain Wajo pada 10Mei 1610, dan Bone pada 23 Nopember 1611.Di daerah Sulawesi Selatan proses Islamisasi makinmantap dengan adanya para mubalig yang disebut DattoTallu (Tiga Dato), yaitu Dato Ri Bandang (Abdul Makmur atauKhatib Tunggal) Dato Ri Pattimang (Dato Sulaemana atauKhatib Sulung), dan Dato Ri Tiro (Abdul Jawad alias KhatibBungsu), ketiganya bersaudara dan berasal dari Kolo Tengah,Minangkabau. Para mubalig itulah yang mengislamkan RajaLuwu yaitu Datu La Patiware Daeng Parabung dengangelar Sultan Muhammad pada 15-16 Ramadhan 1013 H(4-5 Februari 1605 M). Kemudian disusul oleh Raja Gowadan Tallo yaitu Karaeng Matowaya dari Tallo yang bernama IMallingkang Daeng Manyonri (Karaeng Tallo) mengucapkansyahadat pada Jumat sore, 9 Jumadil Awal 1014 H atau22 September 1605 Mdengan gelar SultanAbdullah. SelanjutnyaKaraeng Gowa I Mangarangi Daeng Manrabbiamengucapkan syahadatpada Jumat, 19 Rajab 1016H atau 9 November 1607M. Perkembangan agamaIslam di daerah SulawesiSelatan mendapat tempatsebaik-baiknya bahkanajaran sufisme Khalwatiyah dari Syaikh Yusuf al-Makassarijuga tersebar di Kerajaan Gowa dan kerajaan lainnya padapertengahan abad ke-17. Karena banyaknya tantangan darikaum bangsawan Gowa maka ia meninggalkan SulawesiSelatan dan pergi ke Banten. Di Banten ia terima oleh SultanAgeng Tirtayasa bahkan dijadikan menantu dan diangkatsebagai mufti di Kesultanan Banten.

Dalam sejarah Kerajaan Gowa perlu dicatattentang sejarah perjuangan Sultan Hasanuddin dalammempertahankan kedaulatannya terhadap upaya penjajahanpolitik dan ekonomi kompeni (VOC) Belanda. Semula VOCtidak menaruh perhatian terhadap Kerajaan Gowa Tallo yangtelah mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan.Setelah kapal Portugis yang dirampas oleh VOC pada masaGubernur Jendral J. P. Coen di dekat perairan Malaka ternyatadi kapal tersebut ada orang Makassar. Dari orang Makassaritulah ia mendapat berita tentang pentingnya pelabuhanSombaopu sebagai pelabuhan transit terutama untukmendatangkan rempah-rempah dari Maluku. Pada 1634 VOCmemblokir Kerajaan Gowa tetapi tidak berhasil. Peristiwapeperangan dari waktu ke waktu berjalan terus dan baruberhenti antara 1637-1638. Tetapi perjanjian damai itu tidakkekal karena pada 1638 terjadi perampokan kapal orang Bugisyang bermuatan kayu cendana, dan muatannya tersebut telahdijual kepada orang Portugis. Perang di Sulawesi Selatan iniberhenti setelah terjadi perjanjian Bongaya pada 1667 yangsangat merugikan pihak Gowa Tallo.

Kerajaan-Kerajaan Islam di Maluku

Kepulauan Maluku menduduki posisi penting dalamperdagangan dunia di kawasan timur Nusantara. Mengingatkeberadaan daerah Maluku ini maka tidak mengherankan jikasejak abad ke-15 hingga abad ke-19 kawasan ini menjadi wilayahperebutan antara bangsa Spanyol, Portugis dan Belanda.Sejak awal diketahui bahwa di daerah ini terdapat duakerajaan besar bercorak Islam, yakni Ternate dan Tidore. Keduakerajaan ini terletak di sebelah barat pulau Halmahera di MalukuUtara. Kedua kerajaan itu pusatnya masing-masing di Pulau Ternatedan Tidore, tetapi wilayah kekuasaannya mencakup sejumlah pulaudi Kepulauan Maluku dan Papua.Kerajaan Ternate dikenal sebagai pemimpin Uli Lima, yaitupersekutuan lima bersaudara dengan wilayahnya meliputi Ternate,Obi, Bacan, Seram dan Ambon. Sementara Kerajaan Tidoredikenal sebagai pemimpin Uli Siwa, yakni Persekutuan Sembilan(persekutuan Sembilan Saudara) dengan wilayahnya meliputi pulau1pulau Makyan, Jailolo, atau Halmahera, dan pulau-pulau di daerahtersebut sampai dengan wilayah Papua.Dalam bidang kebudayaan, di Malukuberkembang seni pahat, seni bangunan, danseni patung. Seni bangunan berupa istanaraja, bangunan masjid, dan lain-lain, tetapdikembangkan. Agama Islam dan bahasa Melayujuga semakin berkembang di Maluku.

Kerajaan-Kerajaan Islam di PapuaSumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa penyebaranIslam di Papua sudah berlangsung sejak lama. Bahkan, berdasarkanbukti sejarah terdapat sejumlah kerajaan-kerajaan Islam di Papua,yakni: (1) Kerajaan Waigeo (2) Kerajaan Misool (3) Kerajaan Salawati(4) Kerajaan Sailolof (5) Kerajaan Fatagar (6) Kerajaan Rumbati (terdiridari Kerajaan Atiati, Sekar, Patipi, Arguni, dan Wertuar) (7) KerajaanKowiai (Namatota) (8). Kerajaan Aiduma (9) Kerajaan Kaimana.

Berdasarkan sumber tradisi lisan dari keturunan raja-raja diRaja Ampat-Sorong, Fakfak, Kaimana dan Teluk Bintuni-Manokwari,Islam sudah lebih awal datang ke daerah ini. Ada beberapa pendapatmengenai kedatangan Islam di Papua. Pertama, Islam datangdi Papua tahun 1360 yang disebarkan oleh mubaligh asal Aceh,Abdul Ghafar. Pendapat ini juga berasal dari sumber lisan yangdisampaikan oleh putra bungsu Raja Rumbati ke-16 (MuhamadSidik Bauw) dan Raja Rumbati ke-17 (H. Ismail Samali Bauw). AbdulGhafar berdakwah selama 14 tahun (1360-1374) di Rumbati dansekitarnya. Ia kemudian wafat dan dimakamkan di belakang masjidkampung Rumbati tahun 1374.Kedua, pendapat yang menjelaskan bahwa agama Islampertama kali mulai diperkenalkan di tanah Papua di jazirah Onin(Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi bernama Syarif Muaz al-Qathandengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab. Pengislaman inidiperkirakan terjadi pada abad pertengahan abad ke-16, denganbukti adanya Masjid Tunasgain yang berumur sekitar 400 tahunatau di bangun sekitar tahun 1587.Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa Islamisasi di Papua,khususnya di Fakfak dikembangkan oleh pedagang-pedagang Bugismelalui Banda dan Seram Timur oleh seorang pedagang dari Arabbernama Haweten Attamimi yang telah lama menetap di Ambon.Proses pengislamannya dilakukan dengan cara khitanan. Di bawahancaman penduduk setempat jika orang yang disunat mati, keduamubaligh akan dibunuh, namun akhirnya mereka berhasil dalamkhitanan tersebut kemudian penduduk setempat berduyun-duyunmasuk agama Islam.Keempat, pendapat yang mengatakan Islam di Papua berasaldari Bacan. Pada masa pemerintahan Sultan Mohammad al-Bakir,Kesultanan Bacan mencanangkan syiar Islam ke seluruh penjurunegeri, seperti Sulawesi, Fiilipina, Kalimantan, Nusa Tenggara, Jawadan Papua. Menurut Thomas Arnold, Raja Bacan yang pertama kalimasuk Islam adalah Zainal Abidin yang memerintah tahun 1521.Pada masa ini Bacan telah menguasai suku-suku di Papua serta pulaupulaudi sebelah barat lautnya, seperti Waigeo, Misool, Waigama, danSalawati. Sultan Bacan kemudian meluaskan kekuasaannya hingga kesemenanjung Onin Fakfak, di barat laut Papua tahun 1606. Melaluipengaruhnya dan para pedagang muslim, para pemuka masyarakatdi pulau-pulau kecil itu lalu memeluk agama Islam. Meskipun pesisirmenganut agama Islam, sebagian besar penduduk asli di pedalamanmasih tetap menganut animisme.Kelima, pendapat yang mengatakan bahwa Islam di Papuaberasal dari Maluku Utara (Ternate-Tidore). Sumber sejarah KesultananTidore menyebutkan bahwa pada tahun 1443 Sultan Ibnu Mansur (Sultan Tidore X atau Sultan Papua I ) memimpin ekspedisi ke daratantanah besar (Papua). Setelah tiba di wilayah Pulau Misool dan RajaAmpat, kemudian Sultan Ibnu Mansur mengangkat Kaicil Patrawarputera Sultan Bacan dengan gelar Komalo Gurabesi (Kapita Gurabesi ).Kapita Gurabesi kemudian dikawinkan dengan putri Sultan Ibnu Mansurbernama Boki Tayyibah. Kemudian berdiri empat kerajaan di KepulauanRaja Ampat tersebut, yakni Kerajaan Salawati, Kerajaan Misool atauKerajaan Sailolof, Kerajaan Batanta, dan Kerajaan Waigeo.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwaproses Islamisasi tanah Papua, terutama di daerah pesisir barat padapertengahan abad ke-15, dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan Islamdi Maluku (Bacan, Ternate dan Tidore). Hal ini didukung karenafaktor letaknya yang strategis, yang merupakan jalur perdaganganrempah-rempah (silk road) di dunia.

Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusa TenggaraKehadiran Islam ke daerah Nusa Tenggara antara lain ke Lombokdiperkirakan sejak abad ke-16 yang diperkenalkan Sunan Perapen,putra Sunan Giri. Islam masuk ke Sumbawa kemungkinan datanglewat Sulawesi, melalui dakwah para mubalig dari Makassar antara1540-1550. Kemudian berkembang pula kerajaan Islam salahsatunya adalah Kerajaan Selaparang di Lombok.Kerajaan Lombok dan SumbawaSelaparang merupakan pusat kerajaan Islam di Lombokdi bawah pemerintahan Prabu Rangkesari. Pada masa itulahSelaparang mengalami zaman keemasan dan memeganghegemoni di seluruh Lombok. Dari Lombok, Islam disebarkanke Pejanggik, Parwa, Sokong, Bayan, dan tempat-tempatlainnya. Konon Sunan Perapen meneruskan dakwahnya dariLombok menuju Sumbawa. Hubungan dengan beberapanegeri dikembangkan terutama dengan Demak.Kerajaan-kerajaan di Sumbawa Barat dapat dimasukkankepada kekuasaan Kerajaan Gowa pada 1618. Bimaditaklukkan pada 1633 dan kemudian Selaparang pada 1640.Pada abad ke-17 seluruh Kerajaan Islam Lombok berada dibawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Gowa. Hubungan antaraKerajaan Gowa dan Lombok dipererat dengan cara perkawinanseperti Pemban Selaparang, Pemban Pejanggik, dan PembanParwa. Kerajaan-kerajaan di Nusa Tenggara mengalamitekanan dari VOC setelah terjadinya perjanjian Bongaya pada18 November 1667. Oleh karena itu pusat Kerajaan Lombokdipindahkan ke Sumbawa pada 1673 dengan tujuan untukdapat mempertahankan kedaulatan kerajaan-kerajaan Islamdi pulau tersebut dengan dukungan pengaruh kekuasaanGowa. Sumbawa dipandang lebih strategis daripada pusatpemerintahan di Selaparang mengingat ancaman danserangan terhadap VOC terus-menerus terjadi.

D.

Terbentuknya Jaringan Keilmuan di Nusantara

Sultan bukan sajamendanai kegiatan-kegiatan masjid, tetapi juga mendatangkanpara ulama, baik dari mancanegara, terutama Timur Tengah,maupun dari kalangan ulama pribumi sendiri. Para ulama yangkemudian juga difungsikan sebagai pejabat-pejabat negara, bukansaja memberikan pengajaran agama Islam di masjid-masjid negara,tetapi juga di istana sultan. Para sultan dan pejabat tinggi rupanyajuga menimba ilmu dari para ulama. Seperti halnya yang terjadi diKerajaan Islam Samudera Pasai dan Kerajaan Malaka.Ketika Kerajaan Samudera Pasai mengalami kemundurandalam bidang politik, tradisi keilmuannya tetap berlanjut. SamuderaPasai terus berfungsi sebagai pusat studi Islam di Nusantara. Namun,ketika Kerajaan Malaka telah masuk Islam, pusat studi keislamantidak lagi hanya dipegang oleh Samudera Pasai. Malaka kemudianjuga berkembang sebagai pusat studi Islam di Asia Tenggara,bahkan mungkin dapat dikatakan berhasil menyainginya. Kemajuanekonomi Kerajaan Malaka telah mengundang banyak ulama darimancanegara untuk berpartisipasi dengan lebih intensif dalamproses pendidikan dan pembelajaran agama Islam.Kerajaan Malaka dengan giat melaksanakan pengajian danpendidikan Islam. Hal itu terbukti dengan berhasilnya kerajaan inidalam waktu singkat melakukan perubahan sikap dan konsepsimasyarakat terhadap agama, kebudayaan dan ilmu pengetahuan.Proses pendidikan dan pengakaran itu sebagian berlangsung dikerajaan. Perpustakaan sudah tersedia di istana dan difungsikan

sebagai pusat penyalinan kitab-kitab dan penerjemahannya daribahasa Arab ke bahasa Melayu. Karena perhatian kerajaan yangtinggi terhadap pendidikan Islam, banyak ulama dari mancanegarayang datang ke Malaka, seperti dari Afghanistan, Malabar,Hindustan, dan terutama dari Arab. Banyaknya para ulama besardari berbagai negara yang mengajar di Malaka telah menarik parapenuntut ilmu dari berbagai kerajaan Islam di Asia Tenggara untukdatang. Dari Jawa misalnya, Sunan Bonang dan Sunan Giri pernahmenuntut ilmu ke Malaka dan setelah menyelesaikan pendidikannyamereka kembali ke Jawa dan mendirikan lembaga pendidikan Islamdi tempat masing-masing.Hubungan antar kerajaan Islam, misalnya Samudera Pasai,Malaka, dan Aceh Darussalam, sangat bermakna dalam bidangbudaya dan keagamaan. Ketiganya tersohor dengan sebutanSerambi Mekkah dan menjadi pusat pendidikan dan pengajaranagama Islam di Indonesia. Untuk mengintensifkan proses Islamisasi,para ulama telah mengarang, menyadur, dan menerjemahkan karyakaryakeilmuan Islam. Sultan Iskandar Muda adalah raja yang sangatmemperhatikan pengembangan pendidikan dan pengajaran agamaIslam. Ia mendirikan Masjid Raya Baiturrahman, dan memanggilHamzah al Fanzuri dan Syamsuddin as Sumatrani sebagai penasihat.Syekh Yusuf al Makassari ulama dari Kesultanan Goa di SulawesiSelatan pernah menuntut ilmu di Aceh Darussalam sebelummelanjutkan ke Mekkah. Melalui pengajaran Abdur Rauf as Singkilitelah muncul ulama Minangkabau Syekh Burhanuddin Ulakan yangterkenal sebagai pelopor pendidikan Islam di Minangkabau danSyekh Abdul Muhyi al Garuti yang berjasa menyebarkan pendidikanIslam di Jawa Barat. Karya-karya susastra dan keagamaan dengansegera berkembang di kerajaan-kerajaan Islam. Kerajaan-kerajaanIslam itu telah merintis terwujudnya idiom kultural yang sama, yaituIslam. Hal itu menjadi pendorong terjadinya interaksi budaya yangmakin erat.Di Banten, fungsi istana sebagai lembaga pendidikan jugasangat mencolok. Bahkan pada abad ke-17, Banten sudah menjadi

pusat ilmu pengetahuan Islam di pulau Jawa. Para ulama dariberbagai negara menjadikan Banten sebagai tempat untuk belajar.Martin van Bruinessen menyatakan, Pendidikan agama cukupmenonjol ketika Belanda datang untuk pertama kalinya pada 1596dan menyaksikan bahwa orang-orang Banten memiliki guru-guruyang berasal dari Mekkah.Di Palembang, istana (keraton) juga difungsikan sebagai pusatsastra dan ilmu agama. Banyak Sultan Palembang yang mendorongperkembangan intelektual keagamaan, seperti Sultan AhmadNajamuddin I (1757-1774) dan Sultan Muhammad Bahauddin(1774-1804). Pada masa pemerintahan mereka, telah munculbanyak ilmuwan asal Palembang yang produktif melahirkan karyakaryailmiah keagamaan: ilmu tauhid, ilmu kalam, tasawuf, tarekat,tarikh, dan al-Quran. Perhatian sultan terhadap perkembanganilmu pengetahuan Islam tercermin pada keberadaan perpustakaankeraton yang memiliki koleksi yang cukup lengkap dan rapi.Berkembangnya pendidikan dan pengajaran Islam, telahberhasil menyatukan wilayah Nusantara yang sangat luas. Dua halyang mempercepat proses itu yaitu penggunaan aksara Arab danbahasa Melayu sebagai bahasa pemersatu (lingua franca). Semuailmu yang diberikan di lembaga pendidikan Islam di Nusantaraditulis dalam aksara Arab, baik dalam bahasa Arab maupun dalambahasa Melayu atau Jawa. Aksara Arab itu disebut dengan banyaksebutan, seperti huruf Jawi (di Melayu) dan huruf pegon (di Jawa).Luasnya penguasaan aksara Arab ke Nusantara telah membuat parapengunjung asal Eropa ke Asia Tenggara terpukau oleh tingginyatingkat kemampuan baca tulis yang mereka jumpai.Pada 1579, orang Spanyol merampas sebuah kapal kecil dariBrunei. Orang Spanyol itu menguji apakah orang-orang Melayuyang menyatakan diri sebagai budak-budak sultan itu dapatmenulis. Dua dari tujuh orang itu dapat (menulis), dan semuanyamampu membaca surat kabar berbahasa Melayu sendiri-sendiri.

Berkembangnya pendidikan Islam di istana-istana raja seolahmenjadi pendorong munculnya pendidikan dan pengajaran dimasyarakat. Setelah terbentuknya berbagai ulama hasil didikandari istana-istana, maka murid-muridnya melakukan pendidikan ketingkatan yang lebih luas, dengan dilangsungkannya pendidikandi rumah-rumah ulama untuk masyarakat umum, khususnyasebagai tempat pendidikan dasar, layaknya kuttb di wilayah Arab.Sebagaimana kuttb (lembaga pendidikan dasar di Arab sejak masaRasulullah) yang biasa mengambil tempat di rumah-rumah ulama,di Nusantara pendidikan dasar berlangsung di rumah-rumah guru.Pelajaran yang diberikan terutama membaca al-Quran, menghafalayat-ayat pendek, dan belajar bacaan salat lima waktu. Dan inidiperkirakan sama tuanya dengan kehadiran Islam di wilayah ini.Di Nusantara, masjid-masjid yang berada di permukimanpenduduk yang dikelola secara swadaya oleh masyarakatmenjalankan fungsi pendidikan dan pengajaran untuk masyarakatumum. Di sinilah terjadi demokratisasi pendidikan dalam sejarahIslam. Demikianlah yang terjadi di wilayah-wilayah Islam diNusantara, seperti Malaka dan kemudian Johor, Aceh Darussalam,Minangkabau, Palembang, Demak, Cirebon, Banten, Pajang,Mataram, Gowa-Tallo, Bone, Ternate, Tidore, Banjar, Papua dan lainsebagainya. Bahkan mungkin karena memiliki tingkat otonomi dankebebasan tertentu, di masjid proses pendidikan dan pengajaranmengalami perkembangan. Tidak jarang di antaranya berkembangmenjadi sebuah lembaga pendidikan yang cukup kompleks, sepertimeunasah di Aceh, surau di Minangkabau, langgar di Kalimantandan pesantren di Jawa.

Selesai sudah makalah yang saya buat,saya mohon maaf bila ada kesalahan karena kesalahan milik manusia dan kesempurnaan hanya miik Allah Swt.