23
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH Oleh : Andori 2) ABSTRAK Sejak diberlakukannya Kurikulum 2013 dan dikeluarkannya Permendikbud Nomor 81 A berikut lampirannya, konsekuensinya adalalah seluruh lembaga pendidikan di bawah Kemendikbud harus melaksanakannya. Meskipun sasaran pertama yang harus melaksanakan adalah sekolah-sekolah tertentu yang ditunjuk, tetapi pada kenyataannya banyak daerah kabupaten dan kota yang memberlakukan pada seluruh sekolah yang ada didaerahnya. Hal ini menunjukkan adanya semangat yang tinggi menuju perubahan yang lebih baik dalam menghadapi tantangan masa depan bangsa. Implementasi dari Kurikulum 2013 untuk layanan bimbingan dan konseling di sekolah telah disebutkan pada bagian VIII dari permendikbud tersebut yang meliputi konsep dan strategi layanan bimbingan dan konseling, diantaranya adanya pelayanan peminatan sebagai bagian dari layanan penembapatan dan penyaluran pada bidang belajar dan karir. Pelayanan arah peminatan/lintas minat/pendalaman minat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan secara maksimal kemampuan dan minatnya. Pelaksanaan Kurikulum 2013 bagi Guru BK/Konselor masih banyak mengalami berbagai kendala, terutama pada pelaksanaan pelayanan arah peminatan siswa, yang disebabkan karena belum adanya kesamaan pemahaman antara seluruh komponen sekolah. Untuk itu sosialisasi kepada seluruh tenaga pendidik dan kependidikan serta pengampu kebijakan akan sangat membantu mengatasi semua kendala tersebut. Kata kunci : Implementasi Kurikulum 2013, Layanan bimbingan dan konseling, layanan peminatan A. Latar Belakang Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif dan

Makalah Semnas UNNES 2013

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Semnas UNNES 2013

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

Oleh : Andori 2)

ABSTRAK

Sejak diberlakukannya Kurikulum 2013 dan dikeluarkannya Permendikbud Nomor 81 A berikut lampirannya, konsekuensinya adalalah seluruh lembaga pendidikan di bawah Kemendikbud harus melaksanakannya. Meskipun sasaran pertama yang harus melaksanakan adalah sekolah-sekolah tertentu yang ditunjuk, tetapi pada kenyataannya banyak daerah kabupaten dan kota yang memberlakukan pada seluruh sekolah yang ada didaerahnya. Hal ini menunjukkan adanya semangat yang tinggi menuju perubahan yang lebih baik dalam menghadapi tantangan masa depan bangsa.

Implementasi dari Kurikulum 2013 untuk layanan bimbingan dan konseling di sekolah telah disebutkan pada bagian VIII dari permendikbud tersebut yang meliputi konsep dan strategi layanan bimbingan dan konseling, diantaranya adanya pelayanan peminatan sebagai bagian dari layanan penembapatan dan penyaluran pada bidang belajar dan karir. Pelayanan arah peminatan/lintas minat/pendalaman minat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan secara maksimal kemampuan dan minatnya.

Pelaksanaan Kurikulum 2013 bagi Guru BK/Konselor masih banyak mengalami berbagai kendala, terutama pada pelaksanaan pelayanan arah peminatan siswa, yang disebabkan karena belum adanya kesamaan pemahaman antara seluruh komponen sekolah. Untuk itu sosialisasi kepada seluruh tenaga pendidik dan kependidikan serta pengampu kebijakan akan sangat membantu mengatasi semua kendala tersebut.

Kata kunci : Implementasi Kurikulum 2013, Layanan bimbingan dan konseling, layanan peminatan

A. Latar Belakang

Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan peradaban dunia. Untuk mencapai semua itu dibutuhkan usaha yang sungguh-sungguh oleh semua komponen pendidik dan tenaga kepandidikan dalam mengembangkan kemampuan peserta didik mencapai perkembangan yang optimal. Perkembangan optimal bukan sebatas tercapainya prestasi sesuai dengan kapasitas intelektual dan minat yang dimilikinya, melainkan sebagai sebuah kondisi perkembangan yang memungkinkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat dan bertanggung jawab serta memiliki daya adaptasi tinggi terhadap dinamika kehidupan yang dihadapinya.

Selama ini fenomena dalam mengambil keputusan dalam memilih program studi menunjukkan bahwa peserta didik tamatan SMP/MTs yang memasuki SMA/MA dan SMK,

1) Disajikan dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan UNNES Semarang pada 30 Nopember 20132) Guru BK/Konselor SMAN 1 Pemalang

Page 2: Makalah Semnas UNNES 2013

dan tamatan SMA/MA dan SMK yang memasuki perguruan tinggi belum semuanya didasarkan atas peminatan peserta didik yang didukung oleh potensi dan kondisi diri secara memadai sebagai modal pengembangan potensi secara optimal, seperti kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, minat dan kondisi fisik serta sosial budaya dan minat karir mereka. Akibatnya perkembangan mereka kurang optimal, tidak seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu, pengarahan lebih awal dalam peminatan, khususnya dalam pemilihan dan penetapan pilihan peminatan dan juga kelanjutan studi yang sesuai dengan potensi dan kondisi diri peserta didik serta lingkungannya perlu segera dilakukan.

Tugas Guru BK/Konselor memberikan layanan yang profesional untuk mengatasi semua itu dengan membuat program peminatan sebagai bagian dari layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Layanan peminatan peserta didik merupakan suatu proses pengambilan pilihan dan keputusan oleh peserta didik dalam bidang keahlian yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada. Dalam konteks ini, Bimbingan dan Konseling membantu peserta didik untuk memahami diri, menerima diri, mengarahkan diri, mengambil keputusan diri dan merealisasikan keputusannya secara bertanggung jawab. Bimbingan dan konseling membantu peserta didik mencapai perkembangan optimal dan kemandirian dalam kehidupannya serta menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Di samping itu juga membantu individu dalam memilih, meraih dan mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui pendidikan.

Kurikulum 2013 ini baru saja diberlakukan dan diimplementasikan pada sekolah-sekolah sasaran yang telah ditunjuk. Untuk itu dalam pelaksanaannya mengalami berbagai kendala, terutama dalam pelaksanaan pelayanan peminatan. Hal ini sangatlah wajar, karena sosialisasinya baru menjangkau pada beberapa guru saja pada tiap daerah kabupaten dan kota. Padahal untuk mencapai pelaksanaan yang optimal dibutuhkan perubahan mainset dan pemahaman yang menyeluruh bagi semua komponen pendidik dan tenaga kependidikan, termasuk juga adanya dukungan dari pemegang kebijakan di setiap daerah kabupaten dan kota. Yang sangat menggembirakan, ternyata banyak daerah Kabupaten dan Kota yang mewajibkan seluruh sekolah untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada lembaga pendidikaanya. Ini munjukkan adanya respon positif dan awal dari keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 dimasa mendatang.

B. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Layanan Bimbingan dan Konseling di SekolahImplementasi Kurikulum 2013 dalam layanan Bimbingan dan Konseling pada dasarnya tidak banyak perubahan yang mendasar. Secara keseluruhan, pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah adalah sebagai berikut :1. Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Pelaksanaan layanan Bimbingan dan konseling meliputi :a. Penyusunan Program

Penyusunan program BK melalui beberapa tahap diantaranya :1) Mengidentifikasi Kebutuhan dan Masalah Siswa

Page 3: Makalah Semnas UNNES 2013

Identifikasi kebutuhan dan permasalahan siswa adalah mengumpulkan dan memahami secara cermat kebutuhan dan permasalahan mungkin atau benar-benar dirasakan dan dihadapi oleh siswa. Kegiatan ini merupakan langkah awal dan sebagai dasar dalam penyusunan program. Tanpa melakukan identifikasi yang jelas dan mantap, maka layanan-layanan yang akan diberikan kepada siswa belum tentu sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan siswa.

Identifikasi kebutuhan dan permasalahan siswa dapat dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama pendekatan yang bersifat asumtif prediktif, yaitu dengan memprediksi kemungkinan-kemungkinan kebutuhan dan permasalahan yang bakal dirasakan atau dihadapi oleh siswa. Kedua pendekatan yang bersifat aktual obyektif, yaitu mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan yang secara aktual dan obyektif benar-benar dirasakan dan dihadapi oleh siswa.

Untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan kebutuhan dan permasalahan yang bakal dirasakan atau hadapi oleh siswa dapat dilakukan dengan mendasarkan pada asumsi-asumsi teoritik dan pengalaman-pengalaman nyata sebelumnya. Asumsi teoritik terutama berkenaan dengan tugas-tugas perkembangan, sedangkan pengalaman nyata adalah kebutuhan dan permasalahan yang pernah atau biasanya dirasakan oleh siswa.

Identifikasi kebutuhan dan permasalahan siswa secara aktual dapat dilakukan dengan teknik tes maupun non tes. Teknik tes misalnya tes kecerdasan, bakat, minat, dan sebagainya. Penggunaan teknik tes harus dilakukan oleh tenaga yang berkewenangan. Teknik non tes misalnya dengan observasi, wawancara, angket, inventori, dan sebagainya.

Kedua pendekatan tersebut seyogyanya dilakukan secara terpadu, sehingga dapat diperoleh pemahaman tentang kebutuhan dan permasalahan siswa secara komprehensif. Berdasarkan pemahaman yang komprehensif maka akan dapat dipilih secara cermat dan selektif layanan-layanan yang memang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan siswa.

2) Identifikasi jenis layanan dan kegiatan pendukung

Hasil identifikasi tersebut selanjutnya dianalisis untuk mengidentifikasi layanan-layanan yang relevan dan diperlukan oleh siswa. Disamping itu, juga dapat diidentifikasi kegiatan-kegiatan pendukung yang diperlukan sebagai konsekuensi dari layanan-layanan tersebut. Dalam proses ini diperlukan wawasan yang mendalam tentang pola pelayanan BK di sekolah (wawasan ke-BK-an, bidang-bidang BK, jenis-jenis layanan, kegiatan-kegiatan pendukung, dan format layanan). Agar lebih mudah dibaca dan dipahami, maka hasil identifikasi tersebut seyogyanya ditampilkan dalam sebuah tabel.

Page 4: Makalah Semnas UNNES 2013

Perlu diperhatikan bahwa langkah ini merupakan langkah yang sangat strategis yang sangat menentukan langkah-langkah berikutnya. Mengacu pada beban tugas konselor adalah 24 jam pelajaran per minggu. Setiap satu layanan atau kegiatan pendukung BK ekivalen dengan 2 jam pelajaran, maka setiap minggu seorang konselor minimal harus menyelenggarakan 12 layanan dan atau kegiatan pendukung. Oleh karena itu, Identifikasi kebutuhan dan permasalahan siswa paling tidak harus bisa menurunkan 12 layanan dan atau kegiatan pendukung per minggu. Apabila dalam satu tahun ada 36 minggu efektif maka diperlukan 12 layanan/ pendukung X 36 minggu yaitu 432 layanan dan/ pendukung. Oleh karena itu apabila seorang konselor mendapat tugas minimal yaitu 24 jam pelajaran/ minggu harus mengidentifikasi 432 layanan dan atau pendukung untuk program satu tahun.

Dalam mengidentifikasi jenis-jenis layanan maupun kegiatan-kegiatan pendukung harus memperhatikan situasi dan kondisi sekolah. Misalnya jumlah dan kualifikasi konselor, sarana dan prasarana yang tersedia, skala prioritas kebutuhan/ permasalahan, kebijakan sekolah, dan program sekolah itu sendiri.

Apabila langkah ini dapat dilakukan dengan baik, maka penyusunan program tahunan sampai dengan harian menjadai lebih mudah. Penyusunan program tahunan sampai dengan harian pada dasarnya merupakan pendistribusian seluruh kegiatan yang akan diberikan kepada siswa sehingga menjadi jelas apa, untuk siapa, oleh siapa, kapan, berapa lama, dan di mana sebuah layanan atau kegiatan pendukung diberikan.

3) Menyusun Program tahunan, semesteran, bulanan, mingguan dan program harian

b. Pelaksanaan Layanan

Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling meliputi : 1. Layanan Orientasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu

peserta didik memahami lingkungan baru, seperti lingkungan satuan pendidikan bagi siswa baru, dan obyek-obyek yang perlu dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran di lingkungan baru yang efektif dan berkarakter.

2. Layanan Informasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/ jabatan, dan pendidikan lanjutan secara terarah, objektif dan bijak.

3. Layanan Penempatan dan Penyaluran yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, peminatan/lintas minat/pendalaman

Page 5: Makalah Semnas UNNES 2013

minat, program latihan, magang, dan kegiatan ekstrakurikuler secara terarah, objektif dan bijak.

4. Layanan Penguasaan Konten yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan dalam melakukan, berbuat atau mengerjakan sesuatu yang berguna dalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, dan masyarakat sesuai dengan tuntutan kemajuan dan berkarakter-cerdas yang terpuji, sesuai dengan potensi dan peminatan dirinya.

5. Layanan Konseling Perseorangan yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya melalui prosedur perseorangan.

6. Layanan Bimbingan Kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu sesuai dengan tuntutan karakter yang terpuji melalui dinamika kelompok.

7. Layanan Konseling Kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji melalui dinamika kelompok.

8. Layanan Konsultasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara dan atau perlakuan yang perlu dilaksanakan kepada pihak ketiga sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.

9. Layanan Mediasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan dengan pihak lain sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.

10. Layanan Advokasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik untuk memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak diperhatikan dan/atau mendapat perlakuan yang salah sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.

Adapun Kegiatan Pendukung Layanan meliputi: 1. Aplikasi Instrumentasi yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri siswa

dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.

2. Himpunan Data yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia.

Page 6: Makalah Semnas UNNES 2013

3. Konferensi Kasus yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan, yang bersifat terbatas dan tertutup.

4. Kunjungan Rumah yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua dan atau anggota keluarganya.

5. Tampilan Kepustakaan yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/ jabatan.

6. Alih Tangan Kasus yaitu kegiatan untuk memin-dahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangan ahli yang dimaksud.

Sedangkan Format Layanan Bimbingan dan Konseling meliputi: 1. Individual yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani

peserta didik secara perorangan. 2. Kelompok yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani

sejumlah peserta didik melalui suasana dinamika kelompok.

3. Klasikal yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani sejumlah peserta didik dalam satu kelas rombongan belajar.

4. Lapangan yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau lapangan.

5. Pendekatan Khusus/Kolaboratif yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani kepentingan peserta didik melalui pendekatan kepada pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan.

6. Jarak Jauh yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani kepentingan siswa melalui media dan/ atau saluran jarak jauh, seperti surat dan sarana elektronik.

c. Penilaian Layanan Bimbingan dan Konseling dan Tindak Lanjut1. Penilaian hasil kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dilakukan

melalui:

1) Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling untuk mengetahui perolehan peserta didik yang dilayani.

2) Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu minggu sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan

Page 7: Makalah Semnas UNNES 2013

dan atau kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui dampak layanan/kegiatan terhadap peserta didik.

3) Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu bulan sampai dengan satu semester) setelah satu atau beberapa layanan dan kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan dan atau kegiatan pendukung konseling terhadap peserta didik.

b. Penilaian proses kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui analisis terhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum di dalam RPL dan SATKUNG, untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pelaksanaan kegiatan.

2. Hasil penilaian kegiatan pelayanan konseling dicantumkan dalam LAPELPROG.

3. Hasil kegiatan pelayanan konseling secara keseluruhan dalam satu semester untuk setiap peserta didik dilaporkan secara kualitatif.

2. Layanan PeminatanLayanan peminatan sebagai bagian dari keseluruhan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah meliputi berberapa hal diantaranya :

1) Langkah- Langkah PeminatanLangkah pokok peminatan terdiri atas 5 langkah, yaitu :

a. Pengumpulan Data

Langkah ini dilakukan untuk mengumpulkan data tentang :

1. Data pribadi siswa : kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat dan minat serta kecenderungan potensi.

2. Keluarga

3. Kondisi lingkungan

4. Mata pelajaran wajib dan pilihan

5. Sistem pembelajaran, termasuk Sistem Kredit Semester (SKS)

6. Informasi pekerjaan/karir

7. Bahan informasi karir

8. Bahan informasi pendidikan lanjutan

9. Data kegiatan belajar

10. Data hasil belajar

11. Data khusus tentang siswa.

b. Informasi Peminatan

Langkah ini dilakukan pada awal masuk sekolah yaitu pada masa orientasi studi, memasuki kelas baru, dan menjelang akhir studi, siswa diberikan informasi

Page 8: Makalah Semnas UNNES 2013

selengkapnya, sesuai dengan jenis dan jenjang satuan pendidikan siswa, yaitu informasi tentang :

1. Sekolah ataupun program yang sedang mereka ikuti dan setamat dari sekolah atau selepas dari kelas yang mereka duduki sekarang.

2. Kurikulum dan berbagai mata pelajaran baik yang wajib maupun pilihan yang diikuti siswa, terutama berkenaan dengan pilihan arah minat kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran, pendalaman mata pelajaran serta lintas mata pelajaran.

3. Informasi tentang karir atau jenis pekerjaan yang perlu dipahami dan/atau yang dapat dijangkau oleh tamatan pendidikan yang sedang ditempuh sekarang, terutam berkenaan dengan peminatan kejuruan.

4. Informasi tentang studi lanjutan setamat pendidikan yang sedang ditempuh sekarang.

Layanan informasi tentang berbagai hal di atas dapat dilakukan melalui layanan informasi klasikal. Layanan informasi ini dapat dilengkapi dengan layanan orientasi melalui kunjungan ke sekolah/ madrasah dan/atau lembaga kerja yang dapat memperkaya arah peminatan pilihan peserta didik, dan layanan (misalnya layanan bimbingan kelompok) yang memungkinkan peserta didik ber-BMB3 ( berpikir,merasa,bersikap,bertindak,dan bertanggungjawab) berkenaan dengan arah peminatan akademik dan vokasional serta studi lanjutan.

c. Identifikasi dan Penetapan Peminatan

Langkah ini terfokus pada kecocokan antara kondisi pribadi siswa dengan syarat-syarat atau tuntutan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran pilihan dan/atau sekolah/madrasah, arah pengembangan karir, kondisi orang tua dan lingkungan pada umumnya, terutama dalam rangka peminatan akademik, kejuruan, pendalaman mata pelajaran, lintas minat mata pelajaran dan studi lanjutan. Keadaan yang diinginkan ialah kondisi pribadi siswa benar-benar cocok atau sejajar, atau setidak-tidaknya mendekati, dengan persyaratan dan kesempatan yang ada itu. Kecocokan itu disertai dengan tersedianya fasilitas yang ada di sekolah yang cukup memadai, serta dukungan moral dan finansial yang memadai pula (terutama dari orang tuanya).

Langkah ketiga itu dilaksanakan melalui kontak langsung Guru BK atau Konselor, Guru Mata Pelajaran, dan Guru Wali Kelas dengan siswa melalui penyajian angket ataupun modul. Kontak langsung ini disertai pembahasan individual, diskusi kelompok dan kegiatan lain melalui strategi transformasional-BMB3 yang mengajak siswa berpikir, merasa, bersikap, bertindak, dan bertanggung jawab atas berbagai aspek pilihan yang tersedia dan keputusan yang diambil1).

1) Strategi transformasional-BMB3 juga perlu ditempuh pada layanan informasi dan orientasi pada langkah pertama.

Page 9: Makalah Semnas UNNES 2013

Langkah ketiga diharapkan berlangsung secara intensif selama peserta didik duduk dibangku SLTP (SMP/MTs), sehingga setamat dari SLTP itu, untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi(yaitu SLTA: SMA/MA/SMK/MAK), peserta didik telah memiliki semacam keputusan atau setidak-tidaknya ketetapan tentang SLTA mana yang hendak mereka masuki beserta jalur peminatannya di SLTA itu. Ketegasan tentang arah peminatan itu sedapat-dapatnya disertai rekomendasi dari Guru BK atau Konselor di SLTP yang dimaksud.

Lebih kongkrit lagi, langkah ketiga terfokus pada mengidentifikasi potensi diri, minat, dan kelompok peminatan mata pelajaran, lintas mata pelajaran, dan pendalaman mata pelajaran yang ada di satuan pendidikan yang dimasuki peserta didik. Dalam hal ini ada dua hal yang menjadi pertimbangan penetapan peminatan peserta didik, yaitu pilihan peminatan dan kemampuan yang dicapai peserta didik. Pilihan peminatan terarah pada kelompok mata pelajaran, lintas mata pelajaran, dan pendalaman mata pelajaranyang dijaring melalui angket. Dalam pemilihan peminatan tersebut, peserta didik diminta mempertimbangkan potensi diri, prestasi belajar dan prestasi non akademik yang telah diperoleh, cita-cita,minat belajar dan harapan orang tua. Dalam hal pemilihan dan penetapan peminatan ini, peserta didik harus memibacarakannya dengan orang tua. Apabila terjadi kesulitan atau ketidakcocokan antara pilihan peserta didik dengan orang tua, maka peserta didik dan/atau orang tua dapat berkonsultasi dengan Guru BK atau Konselor. Sedangkan untuk mengetahui kemampuan yang dicapai peserta didik Guru BK/Konselor menganalisis nilai raport kelas VII,VIII dan IX, nilai UN di SMP/MTs, dan prestasi non akademik. Dari analisis tersebut ditetapkan kecenderungan peminatan peserta didik dalam pilihan peminatan kelompok mata pelajaran, pilihan peminatan lintas mata pelajaran,dan pilihan peminatan pendalaman mata pelajaran. Bila tersedia data lain seperti deteksi potensi peserta didik dan rekomendasi Guru BK/Konselor SMP/MTs dapat juga dijadikan pertimbangan.

Memperhatikan langkah dan proses identifikasi/analisis peminatan peserta didik,dapat dikemukakan empat alternatif pola penetapan peminatan peserta didik sesuai dengan kondisi dan daya dukung masing-masing satuan pendidikan,sebagai berikut:

1. Alternatif pertama, adalah bahwa pemilihan dan penetapan peminatan peserta didik didasarkan pada 3 (tiga) jenis data sebagai bahan pertimbangan,yaitu:

a. Prestasi belajar peserta didik di kelas VII,VIII,IX yang diperoleh di SMP/MTs.

b. Prestasi UN yang diperoleh di SMP/MTs.

c. Prestasi non akademik yang diperoleh dari SD/MI s/d SMP/MTs.

Page 10: Makalah Semnas UNNES 2013

2. Alternatif kedua, adalah bahwa pemilihan dan penetapan peminatan peserta didik didasarkan pada 4 (empat) jenis data sebagai bahan pertimbangan,yaitu:

a. Prestasi belajar peserta didik di kelas VII,VIII,IX yang diperoleh di SMP/MTs.

b. Prestasi UN yang diperoleh di SMP/MTs.

c. Prestasi non akademik yang diperoleh dari SD/MI s/d SMP/MTs.

d. Minat belajar peserta didik yang diperoleh dari angket saat pendaftaran/pendataan.

3. Alternatif ketiga,adalah bahwa pemilihan dan penetapan peminatan peserta didik didasarkan pada 5 (lima) jenis data sebagai bahan pertimbangan,yaitu:

a. Prestasi belajar peserta didik di kelas VII,VIII,IX yang diperoleh di SMP/MTs.

b. Prestasi UN yang diperoleh di SMP/MTs.

c. Prestasi non akademik yang diperoleh dari SD/MI s/d SMP/MTs.

d. Minat belajar peserta didik yang diperoleh dari angket saat pendaftaran/pendataan.

e. Data diteksi potensi peserta didik menggunakan tes peminatan yang dilaksanakan di SMP/MTs atau di SMA/MA/SMK atau rekomendasi Guru BK/Konselor SMP/MTs.

4. Alternatif keempat,adalah bahwa pemilihan dan penetapan peminatan peserta didik didasarkan pada 6 (enam) jenis data sebagai bahan pertimbangan,yaitu:

a. Prestasi belajar peserta didik di kelas VII,VIII,IX yang diperoleh di SMP/MTs.

b. Prestasi UN yang diperoleh di SMP/MTs.

c. Prestasi non akademik yang diperoleh dari SD/MI s/d SMP/MTs.

d. Minat belajar peserta didik yang diperoleh dari angket saat pendaftaran/pendataan.

e. Data diteksi potensi peserta didik menggunakan tes peminatan yang dilaksanakan di SMP/MTs atau di SMA/MA/SMK atau rekomendasi Guru BK/Konselor SMP/MTs.

f. Rekomendasi Guru BK/Konselor SMP/MTs.

Proses pemilihan dan penetapan peminatan peserta didik yang difasilitasi oleh Guru BK atau Konselor tersebut (yang meliputi pilihan dan penetapan peminatan kelompok mata pelajaran, peminatan lintas mata pelajaran, dan peminatan pendalaman mata pelajaran) benar-benar sesuai dengan potensi diri

Page 11: Makalah Semnas UNNES 2013

peserta didik, sehingga terjadi “ the right man on the right place”. Hasil proses pemilihan dan penetapan peminatan tersebut,akan menunjang kelancaran dan keberhasilan dalam belajar, dan pengembangan karir lebih lanjut. Di samping itu juga akan menunjang perkembangan peserta didik agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara sehingga dapat mencapai perkembangan yang optimal. Perkembangan optimal bukan sebatas prestasi sesuai dengan kapasitas intelektual dan minat yang dimilikinya, melainkan sebagai sebuah kondisi perkembangan yang memungkinkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat dan bertanggungjawab serta memiliki daya adaptasi tinggi dan daya saing tinggi terhadap dinamika kehidupan yang dihadapi.

d. Penyesuaian

Langkah ketiga di atas dapat menghasilkan pilihan arah peminatan kelompok mata pelajaran atau mata pelajaran yang tepat bagi siswa dan orang lain yang berkepentingan (terutama orang tua), atau pilihan yang tepat bagi siswa tetapi tidak disetujui oleh orang tuanya. Apabila ketidakcocokan itu terjadi maka perlu dilakukan peninjauan kembali melalui layanan konseling perorangan baik dan layanan lain serta kegiatan pendukung yang relevan baik terhadap siswa dan/ataupun orang tuanya.

Arah penyesuaian yang dimaksud pada garis besarnya adalah sebagai berikut:

1. Apabila pilihan dan keputusan arah peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran tepat tetapi sekolah/madrasah yang sedang atau akan diikuti tidak tersedia pilihan yang diinginkan, maka siswa yang bersangkutan dapat dianjurkan untuk mengambil pilihan itu di sekolah lain.

2. Apabila pilihan tepat, tetapi orang tua tidak menyetujuinya, maka perlu dilakukan konseling perorangan dengan peserta didik yang bersangkutan dan juga dengan orang tuanya untuk mensinkronisasikan keinginan anak dan orang tuanya itu.

3. Apabila pilihan dan keputusan tepat dan fasilitas di sekolah/madrasah tersedia, tetapi dukungan finansial tidak ada, maka perlu dilakukan konseling perorangan ( dan layanan lain serta kegiatan pendukung yang relevan terhadap peserta didik dan orang tuanya untuk membahas kemungkinan mencari bantuan atau beasiswa.

4. Apabila pilihan dan keputusan tidak tepat, maka siswa yang bersangkutan perlu mengganti pilihan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran lain dan perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian pada diri siswa dan pihak-pihak yang berkepentingan. Untuk ini diperlukan layananan konseling

Page 12: Makalah Semnas UNNES 2013

perorangan dan layanan lain serta kegiatan pendukung yang relevan bagi peserta didik yang bersangkutan.

5. Apabila pilihan semula dianggap tepat dan mendapatkan tempat untuk mewujudkannya di sekolah/madrasah, tetapi kemudian pilihan itu berubah ke pilihan lain, maka perlu dilakukan konseling perorangan untuk menentukan pilihan yang lebih memungkinkan keberhasilannya dengan berbagai risiko yang perlu dihadapinya.

Demikian, langkah keempat yaitu upaya penyesuaian dilaksanakan seoptimal mungkin demi kesuksesan pilihan atau penempatan peminatan peserta didik. Langkah keempat ini dilakukan baik ketika peserta didik masih berada di SLTP, menjelang masuk ke SLTA, maupun keytika mereka sudah berada di SLTA.

e. Monitoring dan Tindak Lanjut

Guru BK atau Konselor, Guru Mata Pelajaran, dan Guru Wali Kelas memonitor penampilan dan kegiatan peserta didik asuhnya secara keseluruhan dalam menjalani program pendidikan yang diikutinya, khususnya berkenaan dengan peminatanyang dipilihnya. Dalam hal ini, posisi peserta didik sedang mengikuti jalur pendidikan tertentu di SLTA. Perkembangan dan berbagai permasalahan siswa perlu diantisipasi dan memperoleh pelayanan Bimbingan dan Konseling secara komprehensif dan tepat.

Kegiatan monitoring dapat menggunakan format-format yang diadministrasikan, secara berkala, minimal setiap tengah dan akhir/awal semester, yang isian format itu kemudian mendapatkan pembahasan dan tindak lanjut secara tepat dan berkesinambungan.

2) Alternatif Pelaksanaan Peminatan

Layanan peminatan peserta didik baru di SMA/MA dan SMK/MAK dapat dilaksanakan dengan menggunakan salah satu dari dua alternatif, yaitu (a) bersamaan dengan proses penerimaan peserta didik baru,atau (b) pada awal tahun pelajaran baru setelah calon peserta didik baru dinyatakan diterima sebagai peserta didik baru..

1. Alternatif pertama, yaitu proses pemilihan dan penetapan peminatan peserta didik bersamaan dengan penerimaan peserta didik baru (PPDB). Alternatif ini memiliki efisiensi kerja sebab sekali bekerja sekalgus dapat 2 (dua) hasil, yaitu proses penerimaan peserta didik baru dan sekaligus pemilihan/penetapan peminatan dapat terselesaikan. Peminatan peserta didik sudah sesuai sejak mereka masuk sekolah. Peserta didik yang tidak diterima karena macam peminatannya tidak sesuai atau tidak terlayani oleh sekolah, maka peserta didik yang bersangkutan masih ada kesempatan mendaftar ke sekolah lain. Untuk kelancaran proses dan ketepatan hasil kerja,maka ada beberapa kegiatan yang perlu dilaksanakan oleh sekolah/madrasah, secara keseluruhan,yaitu:

Page 13: Makalah Semnas UNNES 2013

a. Menetapkan kuota peserta didik dan bidang peminatan yang akan diselenggarakan.

b. Menetapkan syarat pendaftaran sebagai calon peserta didik baru.

c. Menetapkan komponen dan kriteria peminatan belajar bagi peserta didik baru.

d. Mengumumkan kuota, bidang peminatan belajar, syarat pendaftaran calon peserta didik baru, syarat pendaftaran ulang peserta didik baru, tata tertib sekolah dan waktu mulainya pembelajaran tahun pelajaran baru kepada calon peserta didik baru atau masyarakat luas melalui papan pengumuman di sekolah, media cetak setempat, dan website sekolah.

e. Menfasilitasi dan menugaskan guru BK atau Konselor untuk melaksanakan tugas program peminatan peserta didik yang meliputi pemilihan dan penetapan, pendampingan, pengembangan, penyaluran, evaluasi, dan tindak lanjut.

2. Alternatif kedua, yaitu proses pemilihan dan penetapan peminatan peserta didik dilaksanakan pada minggu pertama awal tahun pelasjaran baru. Pelaksanakan pemilihan dan penetapan peminatan ini dilaksanakan oleh Guru BK atau Konselor bekerjasama dengan pendidik lainnya dan tenaga kependidikan yang ada. Langkah yang dilakukan oleh Guru BK atau Konselor meliputi:

a. Memberikan informasi dan orientasi tentang macam dan kuota peminatan,mekanisme,komponen dan kriteria yang digunakan dalam pemilihan dan penetapan, kriteria penetapan.

b. Menyiapan dan menggunakan instrumen dan atau format peminatan untuk mengumpulkan data peminatan peserta didik dan orang tuanya.

c. Mengumpulkan data peminatan peserta didik baik data dokumentasi, observasi maupunwawancara, serta analisis data peminatan yang terkumpul.

d. Menetapkan peminatan peserta didik berdasarkan hasil analisis.

e. Melayani konsultasi peminatan bagi peserta didik dan atau orang tua.

f. Mengelompokkan rombongan belajar berdasarkan peminatan peserta didik dan satuan kelas.

C. Kendala Pelaksanaan Pelayanan Peminatan di SMA

Page 14: Makalah Semnas UNNES 2013

Layanan peminatan di SMA sebagai implementasi Kurikulum 2013 merupakan hal yang baru, sehingga tentu saja banyak kendala yang dirasakan oleh Guru BK/Konselor maupun oleh Guru yang lain. Permasalahan tersebut antara lain :1. Pemahaman Guru BK/Konselor terhadap kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan hal yang baru bagi semua Guru BK/Konselor. Banyak diantara mereka sulit untuk merubah mainset terhadap perubahan yang muncul dalam Kurikulum yang baru tersebut. Akhirnya banyak diantaranya yang menjadi apatis dan tidak mau tahu yang harus dikerjakan.

2. Kondisi sekolahPelaksanaan implementasi Kurikulum 2013 tentu sangat tergantung dengan kondisi sekolah, seperti jumlah guru, jumlah ruang kelas dan sarana prasarana yang lain. Dalam pelaksanaan layanan peminatan masih banyak sekolah yang belum mampu menjalankannya sebagaimana tata aturan yang ada dalam Kurikulum 2013 dikarenakan lebih banyak mempertimbangkan keadaan jumlah Guru dan tuntutan sertifikasi. Karena pertimbangan tersebut, maka layanan peminatan diabaikan sehingga hak peserta didik tidak terlayani dengan baik.

3. Waktu Pelaksanaan PeminatanSesuai dengan petunjuk pelaksanaan peminatan, dimana disana ada 2 alternatif, yaitu peminatan bersamaan dengan PPDB ( Penerimaan Peserta Didik Baru) atau peminatan dilakukan pasca PPDB, keduanya memiliki rentangan waktu yang sangat pendek. Padahal tahapan yang harus ditempuh dalam peminatan memerlukan waktu yang cukup lama. Kalau hal ini tidak diantisipasi maka yang terjadi akan muncul melakukan peminatan tanpa melalui prosedur yang benar. Hal ini tentu saja akan sangat merugikan peserta didik.

4. Pandangan masyarakatMasyarakat banyak yang belum memahami tentang kurikulum 2013, sehingga tidak mendukung terlaksanaanya kurikulum 2013. Mereka beranggapan bahwa Kurikulum 2013 hanya sebagai sensasi pejabat kaitannya dengan politis.

Sebagai langkah jalan keluar mengatasi kendala diatas, maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :1. Sosialisasi Kurikulum 2013 terus jalankan sampai menjangkau semua tenaga

pendidik dan kependidikan diantaranya Kepala Sekolah, Guru dan tenaga kependidikan lainnya yang ada di sekolah.

2. Dilengkapinya sarana dan prasarana yang menunjang ketercapaian pelaksanaan Kurikulum 2013, diantaranya buku pegangan guru dan murid untuk semua mata pelajaran.

3. Dibuat mekanisme yang lebih luwes, sehingga kekhawatiran guru berkaitan dengan tuntutan jam sertifikasi tidak mengganggu proses layanan peminatan.

4. Diberi waktu khusus untuk peminatan ini yang lebih longgar, seperti pelaksanaan PPDB yang lebih awal.

Daftar Pustaka :

Page 15: Makalah Semnas UNNES 2013

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. 2013. Panduan Umum Pelayanan Bimbingan dan Konseling Pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah- SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta: Kemendikbud

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013 Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 untuk Guru BK SMA/SMK

Mungin Eddy Wibowo. 2013. Lembaran Makalah Strategi Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum 2013.

Suharso. 2009 . Lembaran Makalah Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling RSBI