Upload
ajisatyanugroho
View
251
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah bagus banget gitu lho
Citation preview
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Menurut Wicaksongko (2014), Dalam pengajaran bahasa dan sastra
diberikan empat jenis keterampilan berbahasa. Keempat jenis keterampilan
tersebut adalah mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis.
Dalam menguasai keterampilan berbahasa, awalnya anak mengenal bahasa
melalui menyimak. Setelah menyimak, anak berusaha untuk berbicara
menirukan bahasa yang disimak. Tahap berikutnya, anak akan berlatih membaca
dan berusaha untuk mengenal bentuk tulisan (wacana). Setelah itu, ia akan
berusaha untuk menulis. Jadi, antar keempat keterampilan berbahasa tersebut
memiliki keterkaitan yang erat. Kegiatan tersebut menjadi fokus pembelajaran.
Berdasarkan aktivitas penggunaannya, keterampilan membaca dan menyimak
tergolong keterampilan berbahasa yang bersifar reseptif sedangkan
keterampilan berbicara dan menulis termasuk keterampilan berbahasa yang
bersifat produktif.
Keempat keterampilan itu berhubungan pula dengan proses berpikir
yang mejadi dasar bahasa. Bahasa yang diucapkan seseorang mencerminkan
pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa semakin jelas dan cerah jalan
pikirannya, keterampilan itu hanya dapat dikuasai dan diperoleh dengan praktek
dan latihan.
Rata-rata anak masuk sekolah dasar (SD), terutama yang berada di kota
sudah dapat berbahasa Indonesia sebagaimana orang dewasa. Sudah dapat atau
sudah mampu diartikan sebagai kemampuan atau kompetensi menggunkan
bahasa Indonesia untuk berkomunikasi sehari-hari, misalnya untuk berbicara
dengan orang tuanya atau dengan teman sepermainnya atau dengan yang
lainnya. Akan tetapi, ini baru salah satu segi dari kemampuan berbahasa
Indonesia.
Seorang yang mahir atau terampil berkomunikasi dengan tetanggga
atau temannya belum tentu mampu mampu menggunakan bahasa Indonesia
untuk berpidato pada suatu upacara. Kemampuan berbicara pada situasi tak
formal seperti pada berbincang-bincang dengan tetangga atau temannya itu
1
tidak sama dengan kemampuan berbahasa Indonesia (berbicara) pada situasi
formal.
Kemampuan berbahasa (berbicara) ragam formal tidak akan diperoleh
dengan sendirinya. Kemampuan ini harus direnggut lewat jalur pendidikan,
lewat program yang direncanakan secara khusus, dan lewat latihan-latihan.
Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan melalui kegiatan mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan yang paling praktis dan taktis untuk
melakukan komunikasi ialah berbicara. Dimana saja, kapan saja, dan siapa saja
berbicara untuk berkomunikasi. Bahkan terhadap bayi yang belum mampu
berbahasa pun orang menyapa dengan bahasa.
Untuk lebih memahani tentang berbahasa (membaca) maka dalam
penyusunan makalah ini penulis bermaksud untuk menjelaskan tentang
subtema dari membaca yakni yang berjudul “Membaca Ekstensif”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Membaca Ektensif Secara Umum?
2. Bagaimana pengertian Membaca Ektensif Secara Menurut Para Ahli?
3. Apa saja jenis-jenis Membaca Ekstensif?
4. Bagaimana Teknik-teknik dalam membaca Ekstensif?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas
terstruktur Mata Kuliah Membaca Ektensif.
2
BAB II Pembahasan
A. Membaca Ekstensif Secara Umum
Membaca ekstensif merupakan program membaca yang dilakukan
secara luas. Para siswa diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam hal
memiliki baik jenis maupun lingkup bahan-bahan bacaan yang dibacanya.
Program membaca ekstensif ini sangat besar manfatnya dalam memberikan
aneka pengalaman yang sangat luas kepada para siswa yang mengikutinya.
Karena membaca ekstensif merupakan program membaca secara
luas, maka implikasinya antara lain, pertama, bahan-bahan bacaan, baik
jenis teks maupun ragamnya haruslah luas dan beraneka. Dengan demikian,
siswa akan banyak memiliki kekuasaan dalam melakukan pilihan terhadap bahan
bacaan tersebut. Meskipun demikian, yang harus diperehatikan oleh guru
adalah faktor kesulitan dari bahan bacaan tersebut. Jangan sampai bahan
bacaan terlalu sulit untuk dicerna. Kedua, waktu yang diperguna untuk
membaca pun harus sesingkat mungkin. Pada membaca ekstensif
pengertianatau pemahaman yang bertaraf relatif rendah sudah memadai.
Mengapa demikian? Karena dalam program membaca ekstensif tuntutan dan
tujuannya pun memang hanya sekedar untuk memahami isi yang penting
saja dari bahan bacaan yang dibaca tersebut dengan menggunakan waktu
secepat mungkin.
Menurut Soedarso (2004), Membaca ekstensif dalam penggunaan
secara umum bisa disebut membaca cepat. Membaca cepat adalah kemampuan
membaca dengan memperhatikan dan tujuan membaca. Kecepatan membaca
harus fleksibel, artinya kecepatan itu tidak harus selalu sama, ada kalanya
diperlambat karena bahan-bahan dan tujuan kita membaca. Kecepatan
membaca dapat disesuaikan dengan kebutuhan membaca apabila kata-kata
dalam bacaan tergolong tidak asing, dapat dilalui dengan cepat. Namun, apabila
ada kata-kata yang tergolong asing dapat diperlambat untuk memahami makna
kata tersebut. Soedarso dengan buku Speed Reading (2002:18) mengatakan
bahwa membaca cepat adalah kemampuan membaca dengan kecepatan yang
sama. Menurutnya kecepatan membaca harus fleksibel. Artinya, kecepatan itu
3
tidak harus sama, ada kalanya diperlambat karena bahan dan tujuan kita
membaca.
Membaca cepat adalah kegitan merespon lambang-lambang cetak atau
lambang tulis dengan pengertian dengan pengertian yang tepat dan cepat.
Nurhadi (2005) mengungkapkan membaca cepat dan efektif yaitu jenis
membaca yang mengutamakan kecepatan, dengan tidak meninggalkan
pemahaman terhadap aspek bacaanya. Dengan demikian seseorang dengan
membaca tidak hanya kecepatannya yang menjadi patokan namun juga disertai
pamahaman dan bacaan.
Membaca cepat merupakan sistem membaca dengan memperhitungkan
waktu baca dan tingkat pemahaman terhadap bahan yang dibacanya. Apabila
seseorang dapat membaca dengan waktu yang sedikit dan pemahaman yang
tinggi maka seseorang tersebut dapat dikatakan pembaca cepat.
Dan beberapa pengertian diatas dapat diambil simpulan membaca cepat
adalah proses membaca bacaan untuk memahami isi-isi bacaan dengan cepat.
Membaca cepat memberi kesempatan unutk membaca secara luas, bagian-
bagian yang sudah sangat dikenal atau dipahami tidak dihiraukan. Perhatian
dapat difokuskan pada bagian-bagian yang baru atau bagian-bagian yang belum
dikenal. Dengan membaca cepat dapat diperoleh pengetahuan yang luas
tentang apa yang dibacanya.
Membaca Ekstensif memiliki beberapa karakteristik. Dalam Adityarini
Kusumaningtyas (2011) disebutkan bahwa karakteristik membaca ekstensif
meliputi :
1. Membaca sebanyak-banyaknya wacana tulis,
2. Topik dan bentuk wacana bervariasi,
3. Pembaca memilih apa yang ingin dibaca,
4. Tujuan pembaca berkaitan dengan kesenangan,
5. Dalam membaca ekstensif akan terjadi penguatan diri sendiri,
6. Pembaca membuat jurnal apa yang telah dibaca dan bagaimana komentar
terhadap yang dibaca,
7. Bersifat individual dan bersifat membaca senyap (dalam hati),
8. Aspek kebahasaan tidak menjadi penghalang pemahaman,
4
9. Kecepatan membaca sedang (tidak cepat dan tidak lambat),
10. Menggunakan teks yang tidak terlalu sulit,
11. Pembaca tidak diberi tes setelah membaca, tetapi hanya memberikan
respon personal (komentar) terhadap apa yang dibaca,
12. Membaca ekstensif membantu pembaca untuk mengenali beberapa fungsi
teks dan cara pengorganisasian teks.
Nampaknya pandangan tersebut tidak jauh berbeda dengan yang
dikemukakan Day dan Bamford (dalam Muakibatul dkk, 2011) yang
menyebutkan bahwa membaca ekstensif memiliki beberapa karakteristik
sebagai berikut.
1. Siswa membaca sebanyak-banyaknya bacaan. Ini bisa dilakukan di luar
kelas.
2. Materi bacaan bervariasi, misalnya tingkat keluasan topiknya, sehingga
akan menuntut adanya alasan dan cara yang berbeda dalam membacanya.
3. Siswa dapat memilih bacaan yang diinginkan dan mereka memiliki
kebebasan untuk berhenti membaca sehingga akan memperoleh
kesenangan dalam membaca.
4. Tujuan membaca selalu dikaitkan dengan kesenangan, informasi, dan
pemahaman umum. Tujuan membaca ditentukan oleh hakikat materi dan
kesenangan siswa.
5. Membaca adalah kepuasan untuk diri sendiri. Boleh diikuti atau tidak diikuti
adanya latihan-latihan sebagai tindak lanjut setelah membaca.
6. Materi bacaan sebaiknya tidak melebihi kompetensi linguistik siswa,
terutama hal yang berkaitan dengan istilah-istilah kosakata dan tatabahasa.
Kosakata yang jarang digunakan dalam bacaan akan mengakibatkan anak-
anak berhenti membaca dan membuat kecepatan membacanya terganggu.
7. Kegiatan membaca dilakukan secara individual dan diam, dilakukan sendiri,
biasanya di luar kelas, dan siswa berhak menentukan kapan dan dimana
harus membaca.
8. Kecepatan membaca diperlukan dalam membaca ekstensif.
9. Guru berorientasi pada siswa untuk menentukan tujuan program
membacanya, menjelaskan metodologi, mengikuti setiap kegiatan
membaca siswa, dan membantu siswa untuk mencapai program yang telah
mereka tentukan sendiri.
10. Guru berperan sebagai model untuk siswa dalam membaca dengan
menghidupkan suasana kelas menjadi komunitas baca, demonstrasi
5
kegiatan membaca sehingga dapat menjadikan model siswa sebagai
pembaca, dan berikan reward bagi mereka yang membaca.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
membaca ekstensif meliputi :
1. Membaca sebanyak-banyaknya bacaan,
2. Materi bacaan bervariasi,
3. Pembaca bebas memilih bacaan,
4. Pembaca memperoleh kesenangan dan kepuasan diri,
5. Bersifat individual dan membaca di dalam hati,
6. Diperlukan kecepatan dalam membaca,
7. Pembaca tidak akan diberi tes setelah membaca, tetapi hanya memberikan
komentar terhadap apa yang telah dibaca.
B. Tujuan Membaca Ekstensif
Tujuan membaca Ekstensif (Cepat) adalah untuk memperoleh banyak
pemahaman dari bacaan. Tidak ada gunanya dapat membaca cepat tetapi tidak
dapat memahami bacaan secara memadai. Tetapi apabila kita dapat memahami
dengan pemahaman sepenuhnya tetapi kacapatan bacanya sangat lambat, tidak
dapat dikatakan membaca secara efisien. Memang kita harus mencapai
keseimbangan yang baik antara kecepatan dan pemahaman membacanya.
Dengan latihan yang tekun dan terus menerus, kita akan mampu membaca
cepat sekaligus mampu memahami isi bacaan. Apabila kita dalam membaca
tidak menanggapi kata demi kata melainkan menanggapi gagasan yang ada
maka dengan sendirinya kecapata membaca kita akan meningkat.
C. Manfaat Membaca Ekstensif
1. Memahami bagian bacaan yang penting.
2. Mengetahui gambaran umum isi buku.
3. Mengetahui isi buku secara cepat.
4. Memperoleh pemahaman secara dangkal.
5. Memperoleh hal-hal yang baru.
6. Memperoleh bahan yang diperlukan secara cepat.
6
7. Untuk mencari informasi yang kita perlukan dari sebuah bacaan secara
cepat dan efektif.
8. Dalam waktu yang singkat dapat menelusuri bahan halaman buku atau
bacaan.
9. Tidak banyak waktu yang terbuang karena tidak perlu memperhatikan atau
membaca bagian yang tidak diperlukan.
10. Mampu menumbuhkan minat membaca.
D. Jenis Membaca Ekstensif
Menurut Broughton (1978) sebagaimana dikutip oleh H.G. Tarigan
(1979) membaca ekstensif meliputi tiga jenis membaca, yakni membaca
survey (survey reading), membaca sekilas (skimming), membaca dangkal
(superficial reading). Secara skematis hal tersebut digambarkan sebagai berikut:
1. Membaca Survey
Membaca survey ialah sejenis kegiatan membaca dengan tujuan untuk
mengetahui gambaran umum ihwal isi (content) serta ruang lingkup (scope)
dari bahan bacaan yang hendak kita baca. Oleh karena itu, dalam prktiknya
pembaca hanya sekedar melihat, meneliti atau menelaah bagian bacaan
yang dianggap penting saja. Misalnya judul, nama pengarang beserta
biodatanya, daftar isi, judul-judul bab beserta sub-bab, daftar indeks,
atau daftar buku-buku rujukan yang dipergunakannya. Dengan demikian
membaca survey pada dasarnya bukanlah kegiatan membaca yang
sesungguhnya. Jadi, dapat dikatakan semacam kegiatan prabaca.
Dalam konteks jenis bacaan ilmiah, seperti skripsi, tesis, disertasi,
laporan penelitian atau artikel yang terdapat dalam jurnal ilmiah, bagian
yang penting juga perlu disurvey untuk mendapatkan gambaran umum
serta serta ruang lingkup tersebut yakni bagian abstraksiini atau
7
sebagian orang menyebutnya ringkasan (summary) terletak dibagian awal
karya tersebut, sedangkan untuk buku, kita dapat membacanya lewat
keterangan atau semacam pengantar singkatyang terletak pada sampul
bagian belakang dari buku tersebut. Biasanya keterangan singkat
tersebutdibuat oleh pihak penerbit atau seorang pakar yang memiliki
otoritas dibidangnya.
Kemampuan membaca survey ini penting dimiliki oleh setiap pelajar,
khususnya para mahasiswa agar dapat membaca secara efektif dan efisien.
Meskipun demikian, untuk memiliki jenis keterampilan membaca jenis
keterampilan jenis ini bukan hal mudah. Faktor pengalaman, latar
belakang, penguasaan bidang ilmu sertakesungguhan merupakan hal-hal
yang turut mempengaruhi keberhasilan seseorang memiliki kemampuan
membaca survey ini.
Tujuan dilakukannya survey adalah untuk mengetahui anatomi buku,
mutu buku, dan gambaran umum isi buku. Anatomi buku merupakan
bagian-bagian dari sebuah buku yang umumnya meliputi bagian
pendahuluan, isi, dan penutup. Tahap mensurvai buku diperlukan untuk
tahap berikutnya. Jika tidak melakukan survey, pembaca tidak akan bisa
membuat pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan isi buku. Survey juga
digunakan untuk mengetahui mutu buku. Buku yang bermutu baik akan
mengandung bagian-bagian buku yang lengkap. Bagian awal dari sebuah
buku yang lengkap terdiri atas halaman judul, kata pengantar, daftar isi,
daftar tabel, daftar gambar, dan sari. Bagian isi dari sebuah buku yang baik
adalah terdapat bab, sub-sub bab, ringkasan yang tersusun secara
sistematis. Bagian akhir dari sebuah buku yang bermutu meliputi simpulan,
daftar pustaka, dan indeks. Tujuan lain dari mensurvai adalah untuk
mengetahui gambaran umum sebuah buku secara cepat. Dalam waktu yang
singkat pembaca sudah dapat mengetahui buku yang disurvai itu cocok atau
tidak, mengandung informasi-informasi yang dibutuhkan atau tidak. Jika
jawabannya tidak, pembaca tidak perlu meneruskan ke tahap berikutnya.
Jika jawabannya ya, pembaca akan meneruskan kegiatan membacanya pada
tahap berikutnya.
8
Yang dilakukan seseorang ketika membaca antara lain:
a) Memeriksa judul bacaan/buku, kata pengantar, daftar isi
b) Memeriksa bagian terakhir dari isi (kesimpulan) jika ada
c) Memeriksa indeks jika ada.
Membaca survei adalah kegiatan mensurvei bahan bacaan sebelum kita
telaah atau yang akan kita pelajari.
Tata cara membaca survey:
a) memerikasa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat
dalam buku;
b) Melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam
buku-buku yang bersangkutan;
c) memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan.
2. Membaca Sekilas
Membaca sekilas atau membaca skimming adalah sejenis membaca
yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat dan
memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan
informasi secara cepat (Tarigan, 1990). Tampubolon menyebut
membaca skimming ini sebagai membaca layap, yakni membaca dengan
cepat untuk mengetahui isi umum dari suatu bacaan atau bagian-
bagiannya (1989), sedangkan dalam Dictionary of Reading (1983)
skimming disebutkan sebagai kegiatan membaca secara cepat dan selektif
serta bertujuan. Soedarso (1889) mendefinisikan skimming sebagai
keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan
hasil yang efisien. Menurutnya skimming antara lain dapat diperlukan
untuk kepentingan:
d) mengenal topik bacaan;
e) mengetahui pendapat orang lain (opini)
f) mendapatkan bagian penting yang kita perlukan, tanpa membaca
keseluruhan;
g) mengetahui organisasi tulisan;
9
h) penyegaran terhadap bahan yang pernah dibaca.
Sebenarnya pengertian dasar skimming adalah terbang halaman demi
halaman atau menjelajahi halaman demi halaman bacaan secara cepat.
Berdasarkan pengertian tersebut skimming adalah teknik membaca dengan
menjelajahi atau menyapu bacaan dengan cepat untuk memahami atau
menemukan hal-hal yang penting. Seorang pembaca yang menggunakan
teknik ini tidak lagi membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan
paragraf demi paragraf, tetapi semua bagian bacaan yang ada pada sebuah
halaman, ditatap secara cepat.
Dalam menskim tidak hanya menjelajahi halaman demi halaman secara
cepat, tetapi juga ada yang dicari. Hal yang dicari adalah hal-hal yang pokok
atau penting, yaitu ide-ide pokok. Ide pokok tidak selalu diawal paragraf,
tetapi dapat juga terdapat ditengah, diakhir, atau diawal dan diakhir. Untuk
mencari ide-ide pokok pembaca tidak diperbolehkan membuang-buang
waktu. Ia diharapkan butuh waktu beberapa detik atau menit untuk
menskim. Dalam membaca dengan teknik skimming ada falsafah kerja yang
dianut, yaitu “Peras santannya, buang ampasnya atau petik intinya,
tinggalkan yang lainnya” (Karlin 1980:40).
Berdasarkan uraian tersebut, skimming merupakan teknik membaca
yang dilaksanakan secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien.
Hal itu relefan dengan pendapat Soedarso (2004:88), yaitu bahwa skimming
merupakan teknik membaca efisien.
Teknik membaca skimming digunakan dengan lima tujuan, yaitu
mengenal topik bacaan, opini, bagian penting organisasi bacaan,
penyegaran, dan memperoleh kesan umum (Harjasujana dan Mulyati 1997:
64-65, Soedarsono 2004: 88-89, Widyamartaya 2004: 44, dan Tarigan 1994:
32). Pertama, yang dimaksud topik bacaan adalah judul buku atau artikel,
judul-judul bab, dan judul subbab. Misalnya pembaca datang ke toko buku
untuk mengetahui buku-buku membaca apa yang terdapat pada toko buku
tersebut. Pembaca melihat secara sekilas judul-judul buku membaca yang
terdapat rak khusus buku-buku membaca. Dengan men-skim buku tersebut,
10
pembaca tahu judul-judul buku apa saja yang tersedia di toko buku tersebut.
Apabila ada buku yang cocok, ia bisa saja mengambil buku tersebut untuk
membaca sekilas daftar isi buku itu guna mengetahui apakah ada judul bab
atau subbab yang diinginkannya.
Skimming dapat diterapkan sewaktu pembaca mencari bahan di
perpustakaan. Ia membaca sekilas kartu katalog atau daftar katalog yang
ada di komputer mengenai judul buku yang tersedia di perpustakaan
tersebut. Jika ada buku-buku yang dibutuhkan, ia mencari atau meminjam
buku tersebut, kemudian melihat daftar isi untuk menentukan apakah buku
tersebut mengandung pembahasan tentang hal-hal yang dibutuhkan.
Apabila ya, bukalah halaman yang mungkin mengandung informasi yang
dibutuhkan secara cepat. Sewaktu men-skim daftar isi dan tidak
menemukan hal-hal yang dicari, pembaca bisa saja men-skim semua
halaman yang ada pada buku untuk meyakinkan bahwa yang dicari memang
betul-betul tidak ada karena ada kemungkinan informasi yang dicari ada di
dalam buku, tetapi tidak secara eksplisit tercantum dalam daftar isi.
Teknik baca layap juga dapat digunakan untuk melihat topik-topik artikel
yang ada pada majalah atau surat kabar. Pembaca dapat membaca layap
surat kabar yang dibaca untuk mencari informasi yang diinginkan. Misalnya,
informasi gempa bumi yang terjadi di Yogya. Ia cukup mencari judul artikel
yang ada dalam surat kabar yang dibaca secara sekilas tentang gempa yang
melanda Yogya.
Kedua, opini berarti pendapat, pikiran atau pendirian. Pada sebuah
bacaan opini belum tentu ada. Bacaan ilmiah biasanya tidak mengandung
opini, tetapi bacaan yang bersifat populer umumnya ada opininya. Kadang
kala pada sebuah surat kabar memuat artikel yang justru kehadiran opini
diwajibkan karena tanpa opini artikel tersebut kurang bermutu sehingga
orang yang ingin mengirim artikel untuk kolom itu diharuskan menampilkan
opini-opini. Opini digunakan untuk menggugah pikiran pembaca untuk
berfikir kritis sehingga pembaca diharapkan dapat memberi umpan baliknya
yang berupa tanggapan. Artikel semacam ini diminati pembaca yang ingin
mencari hal-hal yang bersifat sensasi.
11
Ketiga, untuk mengetahui bagian penting dari sebuah bacaan, pembaca
tidak perlu membaca keseluruhan bacaan. Pembaca cukup membaca
dengan sekilas dari atas sampai bawah untuk menemukan informasi
tertentu yang dicari. Informasi yang dicari misalnya adalah nama peristiwa,
tempat peristiwa, nama tokoh, jumlah korban. Jika ingin mengetahui bagian
penting, pembaca hanya melihat secara skimming seluruh bacaan dengan
menangkap ide-ide pokok.
Dalam rangka menemukan informasi yang penting dari sebuah bacaan,
Tarigan (1990 : 33) memberi petunjuk sebagai berikut.
a. Tentukan dengan jelas informasi atau fakta yang akan dicari atau
buatlah pertanyaan - pertanyaan mengenai informasi yang ada dalam
bacaan.
b. Siapkan kata kunci yang tepat untuk menunjuk informasi yang
dibutuhkan, misalnya dalam pertandingan sepak bola kata kunci
tersebut adalah menang, seri atau kalah.
c. Apabila pembaca mencari informasi dalam sebuah buku, sebaiknya
pembaca melihat apakah kata kunci tersebut tercantum dalam indeks.
Jika tidak ada, carilah di bawah subjek yang lebih luas.
d. Lihatlah setiap halaman dengan cepat hanya untuk tujuan mencari kata
kunci atau informasi yang diinginkan.
Organisasi tulisan merupakan susunan bagian-bagian tulisan yang
membentuk menjadi kesatuan topik. Secara umum, tersusun atas bagian
awal (pendahuluan), isi (pembahasan), dan akhir (penutup). Bagian awal
berisi pengantar, latar belakang, alasan, tujuan, dan atau masalah yang ingin
dibahas. Bagian isi berisi pembahasan atau solusi tentang hal-hal yang ada
pada bagian awal. Bagian akhir berisi simpulan dan atau saran. Untuk
mengetahui organisasi itu, pembaca membaca secara sekilas bacaan yang
dibaca dengan memperlihatkan bagian-bagian apa saja yang terdapat pada
bacaan.
Tulisan yang sederhana tetap mempunyai organisasi tulisan. Organisasi
tulisan yang ada pada bacaan yang sederhana berupa urutan ide-ide pokok
yang terdapat pada bacaan. Untuk menangkap organisasi tulisan, pembaca
12
memahami urutan ide-ide pokok, cara mengurutkan ide pokok, dan
hubungan antar-ide pokok. Apabila dibuat susunan atas ide-ide pokok,
sebuah bacaan berbentuk kerangka karangan.
Keempat, penyegaran adalah membaca lagi bacaan secara sekilas untuk
mengingat lagi informasi-informasi yang telah disimpan, diperoleh atau
diingat. Pembaca melakukan penyegaran pada waktu pembaca sudah
selesai membaca bacaan secara menyeluruh. Tujuan dilakukan penyegaran
adalah untuk memperkuat atau memantapkan informasi-informasi yang
diperoleh pembaca. Caranya adalah dengan menskim halaman demi
halaman dengan memperhatikan informasi-informasi atau hal-hal yang
penting yang telah diperolehnya. Pada metode SQ3R, cara ini sama dengan
tahap review atau meninjau kembali.
Penyegaran dapat juga digunakan untuk mempersiapkan ujian atau
sebelum menyampaikan pidato. Pembaca membaca bahan ujian yang sudah
pernah dibacanya secara cepat dengan menangkap kembali informasi-
informasi yang ada dalam bacaan yang sudah pernah dihafal yang mungkin
keluar atau ditayangkan pada waktu ujian. Sebelum menyampaikan
pidato, orator lebih dahulu membaca teks pidato yang akan disampaikan.
Sebelumnya teks tersebut telah dibaca dan dihafalkannya. Tujuannya adalah
supaya sewaktu menyampaikan pidato tidak akan lupa mengenai hal-hal
yang ingin disampaikan.
Kelima, Kesan umum didapat dari bacaan, baik yang fiksi maupun yang
nonfiksi. Pembaca dapat memperoleh kesan umum dari sebuah novel
dengan jalan melakukan pandangan sekilas dan menaruh perhatian tertentu
pada bagian tertentu. Apabila tertarik hanya pada plot atau sifat umum
novel yang dibaca, pembaca memperoleh suatu ide yang baik mengenai
novel tersebut dalam tempo setengah jam atau kurang.
Kesan umum nonfiksi bisa diperoleh dari buku sejarah, biologi, ilmu
pengetahuan, seni, dan lain-lain. Buku-buku tersebut dapat dibaca secara
cepat dengan meneliti halaman judul, kata pengantar, daftar isi, dan indeks.
Pembaca akan memperoleh suatu pandangan yang lebih baik jika mengikuti
tahap dengan membuka-buka halaman buku itu dengan cepat, melihat bab
13
dan subbab, gambar, diagram, peta, dan skema. Dengan siasat ini, pembaca
dapat mempelajari sifat hakikat dan jangkauan buku tersebut, susunan atau
organisasinya, sifat umum, dan pendekatan terhadap bahan yang ditulis.
Pembaca juga dapat membaca artikel dalam majalah atau rubrik dalam
surat kabar dengan teknik skimming. Yang dapat dilakukan adalah membaca
paragraf awal dan paragraf akhir. Sesudah itu, membaca secara sekilas
pilihan tersebut untuk mencari kalmat-kalimat judul dan petunjuk lainnya
mengenai hal-hal penting yang ada dalam bacaan.
Jenis teknik membaca yang termasuk dalam teknik skimming
adalahskipping, sampling, locating, dan previewing. Skipping diartikan
sebagai teknik baca lompat, yaitu membaca dengan loncatan-loncatan.
Maksudnya adalah membaca melompat-lompat dari bagian yang penting,
pokok, yang dicari atau dibutuhkan ke begian yang penting berikutnya.
Bagian bacaan yang tidak penting dilompati atau tidak dihiraukan. Skipping
digunakan pembaca untuk menangkap atau memahami ide-ide pokok atau
informasi yang penting saja.
Pembaca yang menggunakan teknik ini berarti melakukan ayunan mata
dari bagian bacaan yang penting ke bagian bacaan yang lain. Ayunan mata
tidak memakai irama yang sama. Hal tersebut bergantung pada letak atau
jarak bagian yang penting dengan bagian penting lainnya. Jika pada sebuah
paragraf hal yang penting terletak pada kalimat pertama dan kalimat
terakhir, pembaca mengayunkan matanya dari kalimat pertama ke kalimat
terakhir. Kemungkinan lain dalam membaca dengan skipping adalah
pembaca mengayunkan matanya dari kalimat pertama ke kalimat pertama
pada paragraf berikutnya, dari kalimat akhir ke kalimat akhir pada paragraf
berikutnya, dari kalimat awal ke kalimat tengah pada sebuah halaman, dari
kalimat awal ke kalimat akhir pada sebuah halaman, dari kalimat awal ke
kalimat awal pada halaman berikutnya, dan seterusnya.
Sampling merupakan teknik membaca bagian tertentu bacaan dengan
cepat supaya mendapat gambaran umum dari bacaan yang dibaca. Prinsip
yang dianut teknik ini adalah membaca bagian-bagian tertentu dari sebuah
bacaan yang dianggap dapat mewakili keseluruhan bacaan. Bagian-bagian
14
bacaan yang dianggap dapat mewakili bacaan, yaitu kalimat inti atau kalimat
utama. Kalimat utama umumnya mengandung informasi kunci yang
biasanya terletak pada kalimat pertama dari sebuah paragraf. Untuk itu,
penggunaan teknik ini dipusatkan pada membaca kalimat pertama setiap
paragraf. Dengan teknik ini, pembaca akan mendapatkan gambaran umum
sebuah bacaan dengan cepat.
Dalam pengembangan penggunaan teknik ini, pembaca tidak hanya
terpaku pada kalimat pertama dari setiap paragraf. Informasi kunci belum
tentu terdapat pada kalimat pertama, tetapi bisa-bisa saja terdapat pada
kalimat kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Disamping itu, informasi
pokok belum tentu berada di setiap paragraf. Adakalanya sebuah paragraf
tidak mengandung informasi kunci. Oleh karena itu, dalam menerapkan
teknik sampling pembaca diberikan keleluasaan untuk membaca bagian-
bagian tertentu dari bacaan dengan syarat:
1. Bagian-bagian yang dibaca mengandung informasi kunci atau pokok,
2. pembaca memperoleh gambaran umum dari bacaan yang dibaca,
3. dilaksakan dengan sekilas.
Locating merupakan teknik membaca vertikal. Maksudnya adalah mata
pembaca bergerak secara vertikal, yaitu pandangan mata bergerak dari
bagian atas ke bawah secara cepat. Pembaca memusatkan pandangan
matanya di bagian tengah bacaan dan bagian kanan dan kiri tetap dalam
jangkauan pandangan mata. Hal ini terjadi karena pembaca selain
mempunyai kemampuan pandang fokus dekat yang disebut rentang
pandang mata (eye span), juga mempunyai kemampuan pandang sekeliling
atau daya melihat sekeliling (peripheral vision). Dengan kedua kemampuan
itu, pembaca dapat menggerakkan matanya dari bagian tengah atas ke
bagian tengah bawah secara cepat.
Kemampuan peripheral vision dapat juga digunakan oleh pembaca pada
tiap sampai ujung kalimat yang dengan cepat kembali ke bagian awal baris
berikutnya. Pembaca melihat sisi kanan halaman dan tidak dapat melihat
secara jelas yang ada pada sebelah kiri halaman. Walaupun demikian, otak
pembaca bisa melihatnya dengan jelas sehingga bisa menuntun mata
15
pembaca secara tepat ke awal baris berikutnya. Seandainya hal tersebut
tidak bisa dilakukan, pembaca akan banyak menghabiskan banyak waktu
dalam membaca kerena pembaca harus melewati baris-baris yang telah
dibaca. Dalam tipografi, kata yang di cetak tebal atau miring, kata yang
dimulai dengan huruf kapital, kepala kalimat, awal paragraf dibuat untuk
membantu menarik perhatian otak dan mata supaya dapat mengenali
perbedaan dalam pergatian bagian.
Penggunaan teknik locating tidaklah mudah karena materi bacaan tidak
ditulis secara vertikal, tetapi secara horisontal dari kiri ke kanan. Mata
pembaca diharuskan bergerak secara diagonal kembali ke kiri untuk
membaca garis berikutnya sehingga mata bergerak dengan pola zig-zag.
Kenyataan yang mempersulit penggunaan teknik locating adalah membaca
sepintas hanya akan berkerja optimal apabila pembaca telah menenemukan
kata atau frase kunci. Pandangan mata akan tertuju pada informasi tersebut
karena selain bidang pandangan fokus dekat (eye span), pembaca juga
memiliki daya melihat sekeliling.
Previewing merupakan gabungan dari teknik sampling dan locating.
Teknik ini menggunakan teknik sampling dari sisi pemusatan perhatian pada
kalimat pertama setiap paragraf dan memanfaatkan teknik locating dari sisi
daya melihat sekeliling. Penggabungan kedua teknik tersebut digunakan
untuk menerima atau mengenali pokok-pokok pikiran yang penting dengan
cepat. Teknik juga dapat digunakan untuk menangkap garis besar materi
bacaan sebelum pembaca menolak untuk membacanya. Kalau hal tersebut
dilakukan dapat menghemat waktu yang banyak.
Pengunaan teknik ini adalah pembaca membaca kalimat pertama pada
setiap paragraf dan pembaca menggunakan kemampuan daya
melihat sekeliling pada kalimat-kalimat yang lain dari setiap paragrafnya.
Pembaca mendapatkan ide-ide pokok atau informasi inti dan sekaligus bisa
menemukan hal-hal yang diperlukan untuk mendukung ide pokok. Atau
dengan kata lain, disamping menemukan ide pokok, pembaca dapat
memperoleh hal-hal yang diinginkan lainnya. Jadi, pembaca memperoleh hal
yang primer dan yang sekunder.
16
17
3. Membaca Dangkal
Membaca dangkal atau superfical readingpada dasarnya merupakan
kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal atau tidak
terlalu mendalam dari bahan bacaan yang kita baca.
Membaca jenis ini biasanya dilakukan bila kita bermaksud untuk
mencari kesenangan atau kebahagiaan. Oleh karena itu, jenis bacaannya
pun betul-betul merupakan jenis bacaan ringan. Misalnya, majalah
hiburan, cerpen, novel, dan sejenisnya. Walhasil, membaca dangakal ini
dilakukan dengan santai untuk mendapatkan kesenangan.
E. Teknik-Teknik Membaca Ekstensif
Menurut Kusmayadi, Fitria dan Rahmawati ( 2006), Beberapa teknik membaca
ekstensif ada 4, yakni :
1. Teknik baca-pilih (selecting) adalah membaca bahan bacaan atau bagian-
bagian bacaan yang dianggap mengandung informasi dibutuhkan. Dalam hal
ini, pembaca hanya memilih dan membaca bagian-bagian bacaan yang
diperlukan saja.
2. Teknik baca-lompat (skipping) adalah membaca dengan melakukan
lompatan-lompatan membaca. Maksudnya, bagian-bagian bacaan yang
dianggap tidak sesuai dengan keperluan atau sudah dipahami tidak
dihiraukan.
3. Teknik baca-layap (skimming) adalah membaca dengan cepat (sekilas) untuk
memperoleh gambaran umum isi buku atau bacaan lainnya secara
menyeluruh. Teknik ini digunakan untuk
a) Mengenali topik bacaan;
b) Mengetahui pendapat orang (opini);
c) Mengetahui bagian penting tanpa harus membaca seluruh bacaan.
4. Teknik baca-tatap (scanning) adalah suatu teknik pembacaan sekilas cepat,
tetapi teliti. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh infomasi khusus dari
bacaan. Misalnya, untuk mencari nomor telepon, mencari makna kata dalam
kamus, mencari keterangan tentang istilah dalam ensiklopedi, mencari acara
siaran televisi, dan mengetahui daftar perjalanan.
18
Dengan teknik membaca memindai, kita dapat menemukan informasi
yang terdapat dalam kamus, ensiklopedia, buku petunjuk telepon, atau
petunjuk penggunaan/pemakaian secara cepat dan tepat.
19
BAB III Penutup
A. Kesimpulan
Membaca ekstensif adalah membaca keseluruhan isi teks dari bacaan dalam
waktu yang sesingkat mungkin dengan tujuan untuk memahami isi yang penting
dalam bacaan agar membaca secara efisien dapat terlaksana. Dengan latihan
yang tekun dan terus menerus secara fokus, kita akan mampu membaca cepat
sekaligus mampu memahami isi bacaan. Apabila kita dalam membaca tidak
menanggapi kata demi kata melainkan menanggapi gagasan yang ada maka
dengan sendirinya kecapata membaca kita akan meningkat.
B. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini, ada informasi yang dapat diperoleh
dan dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk menignkatkan kemampuan
dalam membaca, khususnya membaca ekstensif (membaca cepat).
20
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto, A.G., Ruslianto H., dan Mulyono, Datu., 2000, Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah, EGC, Jakarta.
Kusmayadi, Ismail., Fitria, D.A., dan Rahmawati, Eva., 2008, Be Smart Bahasa Indonesia, Grafindo Media Pratama, Bandung
Romdhoni, A., 2014, Hakikat Membaca Ekstensif dan Intensif, http://setitikpolkadot.blogspot.com/2014/12/hakikat-membaca-ekstensif-dan-intensif.html, diakses tanggal 17 Mei 2015.
Wicaksono, Andri., 2014, Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model Pembelajarannya, Garudhawaca, Yogyakarta.
21