24
MAKALAH SISTEM KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG NAGA TASIKMALAYA Disusun Oleh: Agung Nugraha Ramdhani Muhammad Abbasi Ali Bilhadj Muhammad Rofiudin Suprimanto Rizki Arifianto Yadi Yuliadi TELKOM UNIVERSITY TELKOM BUSINESS SCHOOL IKOM KELAS A

Makalah sistem kehidupan kampung naga

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah sistem kehidupan kampung naga

MAKALAH SISTEM KEHIDUPAN

MASYARAKAT KAMPUNG NAGA TASIKMALAYA

Disusun Oleh:

Agung Nugraha Ramdhani

Muhammad Abbasi Ali Bilhadj

Muhammad Rofiudin Suprimanto

Rizki Arifianto

Yadi Yuliadi

TELKOM UNIVERSITY

TELKOM BUSINESS SCHOOL

IKOM KELAS A

2013

Page 2: Makalah sistem kehidupan kampung naga

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut wikipedia sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani

(sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama

untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Istilah ini

sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu

model matematika seringkali bisa dibuat. Menurut beberapa para ahli sistem adalah Ludwig Von

Bartalanfy, sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat dalam suatuantar relasi

diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan. Menurut Anatol Raporot, sistem adalah suatu

kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain. Dan menurut L. Ackof, sistem

adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam

keadaan saling tergantung satu sama lainnya.

Setelah tahu tentang apa itu sistem, pasti kita tahu bahwa suatu masyarakat tidak bisa

lepas dari sebuah sistem. Seperti pengertian masyarakat menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani,

sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran,

perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia

kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan. Sedangkan menurut Paul B.

Horton, masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relative mandiri, yang hidup

bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang

sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu. Pada bagian lain Horton

mengemukakan bahwa masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan

satu dengan yang lainnya. Salah satu masyarakat yang menarik dipelajari adalah masyarakat

Kampung Naga Tasikmalaya. Sebagai masyarakat adat, Masyrakat Kampung Naga Kabupaten

Tasikmalaya ini menarik untuk ditinjau, desa yang berkembang dengan relatif lambat selama

Page 3: Makalah sistem kehidupan kampung naga

puluhan tahun terakhir ini, mengatur dirinya dan membentengi cara hidupnya dengan aturan adat

yang kuat. Kompromi yang mereka lakukan terhadap aturan yang berasal dari agama Islam dan

aturan yang berasal dari adat turun temurun cukup harmonis hasilnya sampai kini.

Kampung Naga sendiri merupakan sebuah kampung adat yang masih lestari.

Masyarakatnya masih memegang adat tradisi nenek moyang mereka. Mereka menolak intervensi

dari pihak luar jika hal itu mencampuri dan merusak kelestarian kampung tersebut. Namun, asal

mula kampung ini sendiri tidak memiliki titik terang. Tak ada kejelasan sejarah, kapan dan siapa

pendiri serta apa yang melatarbelakangi terbentuknya kampung dengan budaya yang masih kuat

ini. Warga kampung Naga sendiri menyebut sejarah kampungnya dengan istilah "Pareum Obor".

Pareum jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, yaitu mati, gelap. Dan obor itu sendiri

berarti penerangan, cahaya, lampu. Jika diterjemahkan secara singkat yaitu, Matinya penerangan.

Hal ini berkaitan dengan sejarah kampung naga itu sendiri. Mereka tidak mengetahui asal-usul

kampungnya. Masyarakat kampung naga menceritakan bahwa hal ini disebabkan oleh

terbakarnya arsip/ sejarah mereka pada saat pembakaran kampung naga oleh Organisasi DI/TII

Kartosoewiryo. Pada saat itu, DI/TII menginginkan terciptanya negara Islam di Indonesia.

Kampung Naga yang saat itu lebih mendukung Soekarno dan kurang simpatik dengan niat

Organisasi tersebut. Oleh karena itu, DI/TII yang tidak mendapatkan simpati warga Kampung

Naga membumihanguskan perkampungan tersebut pada tahun 1956. Adapun beberapa versi

sejarah yang diceritakan oleh beberapa sumber diantaranya, pada masa kewalian Syeh Syarif

Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, seorang abdinya yang bernama Singaparana ditugasi untuk

menyebarkan agama Islam ke sebelah Barat. Kemudian ia sampai ke daerah Neglasari yang

sekarang menjadi Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Di tempat

tersebut, Singaparana oleh masyarakat Kampung Naga disebut Sembah Dalem Singaparana.

Suatu hari ia mendapat ilapat atau petunjuk harus bersemedi. Dalam persemediannya

Singaparana mendapat petunjuk, bahwa ia harus mendiami satu tempat yang sekarang disebut

Kampung Naga. Namun masyarakat kampung Naga sendiri tidak meyakini kebenaran versi

sejarah tersebut, sebab karena adanya "pareumeun obor" tadi.

Disinilah kami mulai terpikir mempelajari lebih dalam tentang kehidupan masarakat

Kampung Naga di Tasikmalaya. Untuk mengetahui sistem kemasyarakatan, kepercayaan,

Page 4: Makalah sistem kehidupan kampung naga

hukum, politik, bahasa, perekonomian dan kemasyarakatan di Kampung Naga, akhirnya kami

memutuskan untuk membuat makalah dengan Judul “SISTEM KEHIDUPAN MASYARAKAT

KAMPUNG NAGA TASIKMALAYA”

1.2. Identifikasi Masalah

Kehidupan masyarakat Kampung Naga yang tradisional sangat menarik untuk dipelajari,

sebab saat ini kehidupan tradisional yang menjunjung tinggi adat leluhur sudah jarang di pulau

Jawa. Oleh karena itu kami ingin mempelajari dengan membuat sebuah makalah untuk

mengetahui lebih dalam mengenai sistem kemasyarakatan, kepercayaan, perekonomian,

pendidikan, dan sistem hukum serta sistem politik yang dianut oleh masyarakat Kampung Naga.

1.3. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas penulis bertolak dari merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem kemasyarakatan di Kampung Naga ?

2. Bagaimana sistem kepercayaan ( religi ) yang di anut oleh masyarakat Kampung

Naga ?

3. Bagaimana sistem hukum dan politik masyarakat Kampung Naga ?

4. Bagaimana sistem perekonomian masyarakat Kampung Naga ?

5. Bagaimana sistem pendidikan masyarakat Kampung Naga ?

Page 5: Makalah sistem kehidupan kampung naga

BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Sistem kemasyarakatan di Kampung Naga

Kemasyarakatan di Kampung Naga masih sangat lekat dengan budaya gotong royong,

hormat menghormati, dan mengutamakan kepentingan golongan diatas kepentingan pribadi.

  Lebih jauh menilik pola hidup dan kepemimpinan Kampung Naga, kita akan

mendapatkan dua pemimpin dengan tugasnya masing –masing yaitu pemerintahan desa dan

pemimpin adat atau yang oleh masyarakat Kampung Naga disebut Kuncen. Peran keduanya

saling bersinergi satu sama lain untuk tujuan keharmonisan warga Sanaga. Sang Kuncen yang

meski begitu berkuasa dalam hal adapt istiadat jika berhubungan dengan system pemerintahan

desa maka harus taat dan patuh pada RT atau RW, begitupun sebaliknya RT atau RW haruslah

taat pada sang Kuncen apabila berurusan dengan adapt istiadat dan kehidupan rohani penduduk

Kampung Naga.

1. Lembaga Pemerintahan

Sistem kemasyarakatan disini lebih terfokus kepada sistem atau lembaga-lembaga pemerintahan

yang ada di Kampung Naga. Ada dua lembaga yaitu :

a. RT

b. RK / RW

c. Kudus ( Kepala Dusun )

 

2. Lembaga Adat

a. Kuncen dijabat oleh Bapak Ade Suherlin yang bertugas sebagai pemangku adat dan memimpin upacara adat dalam berziarah.

Page 6: Makalah sistem kehidupan kampung naga

b. Punduh dijabat oleh Bapak Ma’mun

c. Lebe dijabat oleh Bapak Ateng yang bertugas mengurusi jenazah dari awal sampai akhir sesuai dengan syariat Islam.

2.2. Sistem kepercayaan ( religi ) yang di anut oleh masyarakat Kampung Naga

Penduduk Kampung Naga semuanya mengaku beragama Islam, akan tetapi sebagaimana

masyarakat adat lainnya mereka juga sangat taat memegang adat-istiadat dan kepercayaan nenek

moyangnya. Artinya, walaupun mereka menyatakan memeluk agama Islam, syariat Islam yang

mereka jalankan agak berbeda dengan pemeluk agama Islam lainnya. Bagi masyarakat Kampung

Naga dalam menjalankan agamanya sangat patuh pada warisan nenek moyang. Umpanya

sembahyang lima waktu: Subuh, Duhur, Asyar, Mahrib, dan salat Isa, hanya dilakukan pada hari

Jumat. Pada hari-hari lain mereka tidak melaksanakan sembahyang lima waktu. Pengajaran

mengaji bagi anak-anak di Kampung Naga dilaksanakan pada malam Senin dan malam Kamis,

sedangkan pengajian bagi orang tua dilaksanakan pada malam Jumat. Dalam menunaikan rukun

Islam yang kelima atau ibadah Haji, mereka beranggapan tidak perlu jauh-jauh pergi ke Tanah

Suci Mekkah, namun cukup dengan menjalankan upacara Hajat Sasih yang waktunya bertepatan

dengan Hari Raya Haji yaitu setiap tanggal 10 Rayagung (Dzulhijjah). Upacara Hajat Sasih ini

menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga sama dengan Hari Raya Idul Adha dan Hari

Raya Idul Fitri.

Menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga, dengan menjalankan adat-istiadat

warisan nenek moyang berarti menghormati para leluhur atau karuhun. Segala sesuatu yang

datangnya bukan dari ajaran karuhun Kampung Naga, dan sesuatu yang tidak dilakukan

karuhunnya dianggap sesuatu yang tabu. Apabila hal-hal tersebut dilakukan oleh masyarakat

Kampung Naga berarti melanggar adat, tidak menghormati karuhun, hal ini pasti akan

menimbulkan malapetaka.

Kepercayaan masyarakat Kampung Naga kepada mahluk halus masih dipegang kuat.

Percaya adanya jurig cai, yaitu mahluk halus yang menempati air atau sungai terutama bagian

sungai yang dalam ("leuwi"). Kemudian "ririwa" yaitu mahluk halus yang senang mengganggu

atau menakut-nakuti manusia pada malam hari, ada pula yang disebut "kunti anak" yaitu mahluk

Page 7: Makalah sistem kehidupan kampung naga

halus yang berasal dari perempuan hamil yang meninggal dunia, ia suka mengganggu wanita

yang sedang atau akan melahirkan. Sedangkan tempat-tempat yang dijadikan tempat tinggal

mahluk halus tersebut oleh masyarakat Kampung Naga disebut sebagai tempat yang angker

atau sanget. Demikian juga tempat-tempat seperti makam Sembah Eyang Singaparna, Bumi

ageung dan masjidmerupakan tempat yang dipandang suci bagi masyarakat Kampung Naga.

Tabu, pantangan atau pamali bagi masyarakat Kampung Naga masih dilaksanakan

dengan patuh khususnya dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berkenaan dengan aktivitas

kehidupannya.pantangan atau pamali merupakan ketentuan hukum yang tidak tertulis yang

mereka junjung tinggi dan dipatuhi oleh setiap orang. Misalnya tata cara membangun dan bentuk

rumah, letak, arah rumah,pakaian upacara, kesenian, dan sebagainya.

Bentuk rumah masyarakat Kampung Naga harus panggung, bahan rumah dari bambu dan

kayu. Atap rumah harus dari daun nipah, ijuk, atau alang-alang, lantai rumah harus terbuat dari

bambu atau papan kayu. Rumah harus menghadap kesebelah utara atau ke sebelah selatan

dengan memanjang kearah Barat-Timur. Dinding rumah dari bilik atau anyaman bambu dengan

anyaman sasag. Rumah tidak boleh dicat, kecuali dikapur atau dimeni. Bahan rumah tidak boleh

menggunakan tembok, walaupun mampu membuat rumah tembok atau gedung (gedong).

Rumah tidak boleh dilengkapi dengan perabotan, misalnya kursi, meja, dan tempat tidur.

Rumah tidak boleh mempunyai daun pintu di dua arah berlawanan. Karena menurut anggapan

masyarakat Kampung Naga, rizki yang masuk kedalam rumah melaui pintu depan tidak akan

keluar melalui pintu belakang. Untuk itu dalam memasang daun pintu, mereka selalu

menghindari memasang daun pintu yang sejajar dalam satu garis lurus.

Di bidang kesenian masyarakat Kampung Naga mempunyai pantangan atau tabu

mengadakan pertunjukan jenis kesenian dari luar Kampung Naga seperti wayang golek, dangdut,

pencak silat, dan kesenian yang lain yang mempergunakan waditra goong. Sedangkan kesenian

yang merupakan warisan leluhur masyarakat Kampung Naga adalah terbangan, angklung, beluk,

dan rengkong. Kesenian beluk kini sudah jarang dilakukan, sedangkan kesenian rengkong sudah

tidak dikenal lagi terutama oleh kalangan generasi muda. Namun bagi masyarakat Kampung

Naga yang hendak menonton kesenian wayang, pencak silat, dan sebagainya diperbolehkan

kesenian tersebut dipertunjukan di luar wilayah Kampung Naga.

Page 8: Makalah sistem kehidupan kampung naga

Adapun pantangan atau tabu yang lainnya yaitu pada hari Selasa, Rabu, dan Sabtu.

Masyarakat kampung Naga dilarang membicarakan soal adat-istiadat dan asal-usul kampung

Naga. Masyarakat Kampung Naga sangat menghormati Eyang Sembah Singaparna yang

merupakan cikal bakal masyarakat Kampung Naga. Sementara itu, di Tasikmalaya ada sebuah

tempat yang bernama Singaparna, Masyarakat Kampung Naga menyebutnya nama

tersebut Galunggung, karena kata Singaparna berdekatan dengan Singaparna nama leluhur

masyarakat Kampung Naga.

Sistem kepercayaan masyarakat Kampung Naga terhadap ruang terwujud pada

kepercayaan bahwa ruang atau tempat-tempat yang memiliki batas-batas tertentu dikuasai oleh

kekuatan-kekuatan tertentu pula. Tempat atau daerah yang mempunyai batas dengan kategori

yang berbeda seperti batas sungai, batas antara pekarangan rumah bagian depan dengan jalan,

tempat antara pesawahan dengan selokan, tempat air mulai masuk atau disebut dengan

huluwotan, tempat-tempat lereng bukit, tempat antara perkampungan dengan hutan, dan

sebagainya, merupakan tempat-tempat yang didiami oleh kekuatan-kekuatan tertentu. Daerah

yang memiliki batas-batas tertentu tersebut didiami mahluk-mahluk halus dan dianggap angker

atau sanget. Itulah sebabnya di daerah itu masyarakat Kampung Naga suka menyimpan "sasajen"

(sesaji).

Kepercayaan masyarakat Kampung Naga terhadap waktu terwujud pada kepercayaan

mereka akan apa yang disebut palintangan. Pada saat-saat tertentu ada bulan atau waktu yang

dianggap buruk, pantangan atau tabu untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang amat

penting seperti membangun rumah, perkawinan, hitanan, dan upacara adat. Waktu yang

dianggap tabu tersebut disebut larangan bulan. Larangan bulan jatuhnya pada bulan sapar dan

bulan Rhamadhan. Pada bulan-bulan tersebut dilarang atau tabu mengadakan upacara karena hal

itu bertepatan dengan upacara menyepi. Selain itu perhitungan menentukan hari baik didasarkan

kepada hari-hari naas yang ada dalam setiap bulannya, seperti yang tercantum dibawah ini:

1. Muharam (Muharram) hari Sabtu-Minggu tanggal 11,14

2. Sapar (Safar) hari Sabtu-Minggu tanggal 1,20

3. Maulud hari (Rabiul Tsani)Sabtu-Minggu tanggal 1,15

Page 9: Makalah sistem kehidupan kampung naga

4. Silih Mulud (Rabi'ul Tsani) hari Senin-Selasa tanggal 10,14

5. Jumalid Awal (Jumadil Awwal)hari Senin-Selasa tanggal 10,20

6. Jumalid Akhir (Jumadil Tsani)hari Senin-Selasa tanggal 10,14

7. Rajab hari (Rajab) Rabu-Kamis tanggal 12,13

8. Rewah hari (Sya'ban) Rabu-Kamis tanggal 19,20

9. Puasa/Ramadhan (Ramadhan)hari Rabu-Kamis tanggal 9,11

10.Syawal (Syawal) hari Jumat tanggal 10,11

11.Hapit (Dzulqaidah) hari Jumat tanggal 2,12

12.Rayagung (Dzulhijjah) hari Jumat tanggal 6,20

Pada hari-hari dan tanggal-tanggal tersebut tabu menyelenggarakan pesta atau upacara-

upacara perkawinan, atau khitanan. Upacara perkawinan boleh dilaksanakan bertepatan dengan

hari-hari dilaksanakannya upacara menyepi. Selain perhitungan untuk menentukan hari baik

untuk memulai suatu pekerjaan seperti upacara perkawinan, khitanan, mendirikan rumah, dan

lain-lain, didasarkan kepada hari-hari naas yang terdapat pada setiap bulannya.

2.3. Sistem hukum dan politik masyarakat Kampung Naga

1. Sistem Hukum

Seperti kebanyakan kampung adat lainnya, masyarakat Sanaga juga memiliki

aturan hukum sendiri yang  tak tertulis namun masyarakat sangat patuh akan

keberadaan aturan tersebut. Kampung Naga memang memiliki Larangan namun

tidak memiliki banyak aturan. Prinsip yang mereka anut adalah Larangan, Wasiat

dan Akibat.

Sistem hukum di kampung Naga hanya berlandaskan kepada

kata pamali, yakni sesuatu ketentuan yang telah di tentukan oleh nenek moyang

Page 10: Makalah sistem kehidupan kampung naga

Kampung Naga yang tidak boleh di langgar. Sanksi untuk pelanggaran yang

dilakukan tidaklah jelas, mungkin hanyalah berupa teguran, karena masyarakat

Sanaga memegang prinsip bahwa siapa yang melakukan pelanggaran maka dia

sendiri yang akan menerima akibatnya.

Tabu, pantangan atau pamali bagi masyarakat Kampung Naga masih

dilaksanakan dengan patuh khususnya dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang

berkenaan dengan aktivitas kehidupannya.pantangan atau pamali merupakan

ketentuan hukum yang tidak tertulis yang mereka junjung tinggi dan dipatuhi oleh

setiap orang. Misalnya tata cara membangun dan bentuk rumah, letak, arah

rumah,pakaian upacara, kesenian, dan sebagainya.

2. Sistem politik

Dalam sistem politik di tekankan pada penyelesaian masalah di pimpin oleh 

ketua adat yaitu dengan cara bermusyawarah untuk mufakat dimana hasi yang diperoleh

adalah merupakan hasil mufakat yang demokratis dan terbuka.

2.4. Sistem perekonomian masyarakat Kampung Naga

Mata pencaharian pokok dari pertanian, sampingannya membuat kerajinan

tangan. Hasil pertanian diutamakan untuk konsumsi sendiri, selebihnya dijual. Pertanian

yang umumnya adalah padi, selain itu peternakan ayam dan kambing juga dilakukan.

Kolam ikan mas tersebar di beberapa area sisi luar kelompok perumahan. Dibagian yang

datar di area lembah itu untuk menanam padi dan tambak ikan. Sisi bukit selain hutan

larangan sebagian juga digunakan penduduk untuk bercocok tanam ragam tanaman lain.

Page 11: Makalah sistem kehidupan kampung naga

1. Bidang Pertanian

Inovasi dibidang pertanian yang dapat diterima oleh masyarakat kampung naga antara

lain:

a. masyarakat kampung naga telah mengetahui bahwa penggunaan pupuk (anorganik

dan organic) dapat meningkatkan hasil/produksi tanaman. Tetapi tidak semua

masyarakat menggunakan pupuk anorganik dengan alasan sulit untuk membawa

pupuk anorganik ke lokasi pertanaman serta sebagian besar masyarakat

menganggap penggunaan pupuk anorganik dapat merusak lingkungan.

b. Masyarakat mengetahui bahwa penggunaan mesin perontok dan penggiling padi

(RMU) akan lebih cepat jika dibandingkan dengan cara tradisional. Namun alat

tersebut tidak mereka gunakan karena dengan menggunakan lesung, penyusutan

hasil lebih sedikit dan rasa nasi lebih enak jika dibandingkan dengan mengunakan

RMU. Pada perayaan-perayaan yang dilakukan di kampung naga yang

membutuhkan beras dalam jumlah banyak, mereka menggunakan mesin

penggiling yang dilakukan di luar kampung.

c. Sistem pemeliharaan kambing secara intensif telah dilakukan oleh masyarakat

kampung naga. Dengan pemeliharaan intensif (dikandang), kotoran ternak akan

terkumpul pada akhirnya digunakan sebagai sumber pupuk organic.

Di Kampung Naga semua penduduk terlihat bersahaja ketika mereka bergotong

royong membangun rumah, menebarkan kail ke kolam kecil di pinggir sawah. Untuk

kebutuhan primer seperti makan sehari-hari, hasil sawah dan ladang sudah cukup

menghidupi setiap kepala keluarga. Papan sederhana untuk berteduh dari tempaan sinar

matahari dan derasnya air hujan sudah cukup membuat mereka nyaman tinggal dalam

hidup keseharian. Untuk sandang pun mereka tidak bermewah-mewah kendati uang

cukup untuk membeli kebutuhan primer ini. Yang mereka butuhkan adalah alat pertanian

untuk mengolah sawah dan ladang.

2. Peternakan

Page 12: Makalah sistem kehidupan kampung naga

Peternakan merupakan salah satu kegiatan yang ada di Kampung Naga. Meski

demikian, peternakan bukan merupakan sektor utama perekonomian Kampung Naga.

a. Hewan yang diternakkan adalah kambing dan ayam.

b. Seperti halnya dalam sektor pertanian, sebagian hasil ternak dijual dan sebagian

lagi untuk dimakan.

c. Makanan untuk ternak dapat mereka hasilkan sendiri, yaitu rumput untuk kambing

dan beras serta jagung untuk ayam.

3. Kerajinan

Salah satu kegiatan ekonomi yang ada di Kampung Naga ialah kerajinan. Selain

menjadi kegiatan ekonomi, kerajinan juga merupakan khas dari masyarakat

Kampung Naga.

a. Sebagian kerajinan dibuat di Kampung Naga, sebagian lain di luar.

b. Kerajinan yang dibuat di Kampung Naga terbuat dari lidi dan bambu, biasanya

berupa anyaman.

c. Pendapatan yang dihasilkan dari sektor kerajinan ini berbeda-beda. Sebagian uang

hasil pendapatan tersebut disimpan di bank, dan sisanya disimpan sendiri.

Kerajinan-kerajinan ini telah dikembangkan sejak zaman dulu. Biasanya

kerajinan-kerajinan tersebut dibuat di rumah. Harga kerajinan berkisar dari Rp

2.000,- hingga Rp 200.000,- (data pada tahun 2009). Dan jenis barang kerajinan

tersebut adalah tas, pensil, pajangan, hiasan, dll.

4. Penerjemah

Meski mayoritas penduduk Kampung Naga adalah petani dan peternak, tetapi

mereka juga tetap berpendidikan (sekolah). Ada penduduk Kampung Naga yang

sekolah di luar daerah, bahkan melanjutkan sekolahnya sampai ke luar

negeri. Sepulang dari luar negeri, biasanya mereka kembali ke Kampung Naga untuk

mengabdi di sana sebagai penerjemah bagi turis yang datang. Saat ini ada empat

Page 13: Makalah sistem kehidupan kampung naga

belas orang penerjemah (data pada tahun 2009) yang bertugas memandu wisatawan

asing yang ingin mengenal seluk-beluk dari Kampung Naga.

5. Pariwisata

Bisa dibilang, pariwisata adalah sektor yang secara tidak langsung menjadi andalan

perekonomian Kampung Naga selain sektor pertanian. Dahulu, wisatawan yang

datang ke Kampung Naga tidak dipungut biaya ketika datang menginap, namun

sekarang Kampung Naga telah memasang tarif. Oleh karena itu, sebagai objek wisata

dengan alam dan penduduknya, pariwisata pun menjadi salah satu bidang penghasil

uang bagi penduduk Kampung Naga.

5.2. Sistem pendidikan masyarakat Kampung Naga

Tingkat Pendidikan masyarakat Kampung Naga mayoritas hanya mencapai jenjang

pendidikan sekolah dasar, tapi adapula yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

itupun hanya minoritas. Kebanyakan pola pikirnya masih pendek sehingga mereka pikir bahwa

buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya pulang kampung juga. Dari anggapan tersebut

orang tua menganggap lebih baik belajar dari pengalaman dan dari alam atau kumpulan-

kumpulan yang biasa dilakukan di mesjid atau aula.

Page 14: Makalah sistem kehidupan kampung naga

BAB III

METODE PENELITIAN

1.1. Pendekatan penelitian

Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu

penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan

data-data. Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan

untuk memperoleh informasi mengenai sistem kehidupan masyarakat Kampung Naga di

Tasikmalaya secara mendalam dan komprehensif. Selain itu, dengan pendekatan kualitatif

diharapkan dapat diungkapkan situasi dan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan

partisipasi masyarakat ini.

1.2. Tempat dan waktu penelitian

Page 15: Makalah sistem kehidupan kampung naga

Penelitian tentang sistem kehidupan masyarakat ini terlaksana di Kampung Naga Desa

Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan

penelitian ini dimulai sejak ditugaskannya pembuatan karya ilmiah ini, yaitu bulan Oktober

2013.

1.3. Obyek penelitian

Obyek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi sosial penelitian yang ingin diketahui

apa yang terjadi di dalamnya. Pada obyek penelitian ini, peneliti dapat mengamati secara

mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu. Obyek

dari penelitian ini adalah sistem kehidupan masyarakat di Kampung Naga Desa Neglasari,

Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat.

1.4. Metode pengumpulan data

Menjelaskan metode pengumpulan data adalah “dengan cara apa dan bagaimana data

yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan

informasi yang valid dan reliable”. Suharsimi Arikunto (2002:136), berpendapat bahwa “metode

penelitian adalah berbagai cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data

penelitiannya”. Cara yang dimaksud adalah wawancara, dan studi dokumentasi. Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang dilakukan dengan tanya

jawab secara lisan secara sepihak berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang

telah ditetapkan. Anas Sudijono (1996: 82) ada beberapa kelebihan pengumpulan data

melalui wawancara, diantaranya pewawancara dapat melakukan kontak langsung dengan

peserta yang akan dinilai, data diperoleh secara mendalam, yang diinterview bisa

mengungkapkan isi hatinya secara lebih luas, pertanyaan yang tidak jelas bisa diulang

dan diarahkan yang lebih bermakna. Wawancara dilakukan secara mendalam dan tidak

terstruktur kepada subjek penelitian dengan pedoman yang telah di buat. Teknik

wawancara digunakan untuk mengungkapkan data tentang bentuk partisipasi masyarakat,

Page 16: Makalah sistem kehidupan kampung naga

berlangsungnya bentuk partisipasi, manfaat partisipasi masyarakat dan faktor yang

mempengaruhi sistem kehidupan masyarakat di Kampung Naga .

2. Metode Dokumentasi, Suharsimi Arikunto (2002:206) metode dokumentasi adalah

mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, legger, agenda dan sebagainya. Hadari Nawawi (2005:133) menyatakan bahwa

studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama

berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai pendapat, dalil yang berhubungan

dengan masalah penyelidikan. Dalam penelitian ini, dokumentasi diperoleh dari arsip

musium Kampung Naga, dan arsip perangkat desa mengenai sistem kehidupan

masyarakat di Kampung Naga Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten

Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat.

BAB IV

KESIMPULAN

1.5. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa ternyata keberadaan Kampung

Naga selain menarik karena keunikan kebudayaan masyarakatnya, namun juga ternyata dapat

menjadi icon bagi masyarakat Kampung Naga Khususnya dan bagi masyarakat Jawa Barat

umumnya bahwa primitifitas atau adat istiadat asli peninggalan nenek moyang itu harusnya bisa

menjadi treadceneter dan suatu kebanggan bagi kita yang mewarisinya karena bisa menjadi daya

tarik bagi turis lokal maupun dari luar negri untuk di adikan bahan observasi.

1.6. Saran

Demikianlah penulisan makalah kami, apabila masih terdapat kesalahan atau kekurangan

dalam pembahasan makalah kami ini, terutamanya kami mohon maaf yang sebesar – besarnya

dan kami juga harapkan teguran yang sehat sekiranya dapat membangun dalam perbaikan

pembuatan makalah kami ini.

Page 17: Makalah sistem kehidupan kampung naga