40
MAKALAH KDK 2 SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DAN PROFESIONALISME KEPERAWATAN FOKUS GROUP 3 (Aprillia Puspitasari, 1206253016) (Nurul Febrian, 1206218581) (Rosdiana Diah Paramita, 1206243803) (Wulan Rachmawati, 1206218814) (Yosephin Melati Damanik, 1206218972) FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA

Makalah Sistem Pelayanan Kesehatan Dan Profesionalisme Keperawatan-fg3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas kuliah tentang sistem pelayan kesahatan dan profesionalisme keperawatan

Citation preview

MAKALAH KDK 2

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DAN

PROFESIONALISME KEPERAWATAN

FOKUS GROUP 3

(Aprillia Puspitasari, 1206253016)

(Nurul Febrian, 1206218581)

(Rosdiana Diah Paramita, 1206243803)

(Wulan Rachmawati, 1206218814)

(Yosephin Melati Damanik, 1206218972)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

TAHUN 2012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini yang berjudul “Makalah KDK2 Sistem Pelayanan Kesehatan Dan

Profesionalisme Keperawatan”. Maksud dan tujuan penulisan makalah ini yaitu

untuk memenuhi tugas mata kuliah KDK 2 sebagai laporan hasil diskusi

kelompok.

Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak hambatan dan kesulitan yang kami

temui, namun berkat bimbingan, tuntunan yang diberikan, serta dukungan dari

berbagai pihak yang terlibat maka makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu pada

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Ibu Enie Novieastari, selaku fasilitator mata kuliah KDK 2

2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk

penulis

3. Rekan-rekan yang telah memberikan semangat sehingga terselesaikannya

makalah ini

4. dan semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis

Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kurang lebihnya kami

mohon maaf, semoga makalah mengenai “Sistem Pelayanan Kesehatan Dan

Profesionalisme Keperawatan” ini bermanfaat untuk pembaca pada khususnya

dan kita semua pada umumnya, amin.

Depok, Mei 2013

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN.....................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1

1.3 Tujuan...................................................................................................... 2

1.4 Sistematika Penulisan.............................................................................. 2

1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data...................................................3

BAB II LANDASAN TEORI........................................................................4

2.1 Konsep Sistem......................................................................................... 4

2.1.1 Pengertian Sistem.............................................................................4

2.1.2 Jenis-jenis Sistem............................................................................. 4

2.1.3 Karakteristik Sistem......................................................................... 5

2.1.4 Pendekatan Sistem........................................................................... 6

2.1.5 Pendekatan Sistem Dalam Pelayanan Kesehatan.............................6

2.2 Sistem Klien.............................................................................................7

2.2.1 Pengertian Klien dan Jenis-jenis Klien............................................ 7

2.2.2 Individu Sebagai Klien.....................................................................7

2.2.3 Kelompok dan Masyarakat Sebagai Klien....................................... 7

2.2.4 Hak Dan Kewajiban Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan............... 8

iii

2.3 Tingkatan Pelayanan Kesehatan dan Peran Keperawatan dalam Sistem

Pelayanan Kesehatan..................................................................................... 13

2.3.1 Asuhan Promotif.............................................................................. 13

2.3.2 Asuhan Preventif..............................................................................13

2.3.3 Asuhan Primer..................................................................................14

2.3.4 Asuhan Sekunder dan Tersier.......................................................... 15

2.3.5 Asuhan Restoratif.............................................................................15

2.3.6 Asuhan Berkelanjutan...................................................................... 16

2.3.7 Peran Perawat di Berbagai Tingkat Pelayanan Kesehatan...............16

BAB III PENUTUP....................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... v

iv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam sebuah pelayanan kesehatan, adanya sebuah Sistem Pelayanan

Kesehatan merupakan hal penting dalam suatu tatanan yang menghimpun

berbagai upaya secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya. Sistem pelayanan kesehatan ini mengandung

beberapa komponen di dalamnya yang memiliki satu keterkaitan antara satu

dengan yang lain, dan perawat merupakan satu bagian independen di dalamnya

yang memiliki sistem yang mengatur segala sesuatu dalam praktik keperawatan

yang dijalani oleh perawat.

Sistem yang menjadi tumpuan para perawat disebut juga sistem keperawatan.

Sistem keperawatan ini dibentuk ketika perawat menggunakan kemampuan

mereka untuk menetapkan, merancang, dan memberi perawatan kepada klien,

baik individu maupun kelompok, melalui berbagai aksi atau bentuk praktek

keperawatan.

Klien, merupakan objek utama dalam pelayanan kesehatan khususnya di

dalam praktek keperawatan. Perawat di dalam prakteknya, sangat menjunjung

tinggi sebuah pelayanan keperawatan untuk kliennya. Karena klien memiliki

sistem tersendiri di dalam sebuah pelayanan kesehatan dan keperawatan.

Ketiga hal yang saling terkait diatas yaitu, sistem pelayanan kesehatan yang

secara umum menampung sistem keperawatan dan sistem klien merupakan bagian

yang memiliki peran penting masing-masing di dalam pelayanan kesehatan. Oleh

karena itu, dalam proses pembelajarnnya, ketiga hal tersebut merupakan suatu

kesatuan fungsiaonal yang memiliki kekhususan masing-masing untuk dipelajari.

1.2 Rumusan Masalah

1. Mengetahui Konsep sistem yang di dalamnya mengandung:

a. Pengertian sistem

b. Jenis-jenis sistem

c. Karakteristik sistem

1

d. Pendekatan sistem

e. Pendekatan sistem dalam pelayanan kesehatan

2. Mengetahui sistem klien, yang di dalamnya mengandung:

a. Pengertian klien dan jenis-jenis klien

b. Individu sebagai klien

c. Kelompok dan masyarakat sebagi klien

d. Hak dan kewajiban klien dalam sistem pelayanan kesehatan

3. Mengetahui tingkatan pelayanan kesehatan dan peran keperawatan dalam

sistem pelayanan kesehatan, yang didalamnya mengandung:

a. Asuhan promotif dan preventif

b. Asuhan primer, sekunder, dan tersier

c. Asuhan restorative

d. Asuhan berkelanjutan

e. Peran perawat di berbagai tingkatan pelayanan kesehatan

1.3 Tujuan

Diketahuinya secara jelas tentang sistem pelayanan kesehatan khususnya

sistem keperawatan yang mengunggulkan pada proses praktek keperawatan yang

dijalani terhadap klien sebagai sistem tersendiri yang memiliki andil masing

masing-masing di dalam sebuah pelayanan kesehatan.

1.4 Sistematika Penulisan

Pada Bab I Pendahuluan terpaparkan latar belakang, perumusan masalah,

tujuan penulisan, sistematika penulisan, serta metode penulisan dan teknik

pengumpulan data.

Pada Bab II Landasan Teori, penulis membaginya menjadi 3 bagian yaitu

Konsep Sistem, Sistem Klien, dan Tingkatan Pelayanan Kesehatan dan Peran

Keperawatan dalam Sistem Pelayanan Kesehatan

Pada Bab IIII Penutup, penulis membaginya menjadi 1 bagian yaitu

Kesimpulan.

2

1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan dan teknik pengambilan data makalah ini, penulis

menggunakan teknik CL (Colaborative Learning), dimana penulis melakukan

diskusi kelompok kecil yang disebut FG (Focus Group) kemudian ketua

kelompok penulis membagi tugas anggota kelompok untuk mencari materi yang

digunakan untuk penyusunan makalah ini.

3

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Sistem

2.1.1 Pengertian Sistem

Sebuah sistem merupakan kumpulan dari berbagai komponen. Komponen

tersebut saling berhubungan dan merupakan bagian dari suatu tujuan umum

untuk membentuk suatu kesatuan (Potter & Perry, 2009).

Sistem menurut Gordon B. Davis adalah terdiri dari bagian-bagian yang

saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran

atau maksud (Davis, 1995,hal:68 dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24129/3/Chapter%20II.pdf).

Dari dua pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem adalah

kumpulan dari komponen atau elemen-elemen yang saling berhubungan yang

memiliki tujuan tertentu.

2.1.2 Jenis-jenis sistem

Menurut Kusrini dan Andri Koniyo dalam buku “Tuntunan Praktis

Membangun Sistem Informasi Akuntansi dengan Visual Basic dan Microsoft

SQL Server”, sistem diklasifikasikan menjadi empat:

1. Sistem abstrak dan sistem fisik

Sistem abstrak adalah suatu sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide

yang tidak tampak secara fisik, sedangkan sistem fisik adalah sistem yang

ada secara fisik.

2. Sistem alamiah dan sistem buatan

Sistem alamiah adalah sistem yang tejadi melalui proses alam (contoh:

pembuahan karena meleburnya ovum dan sperma menjadi satu) sedangkan

4

sistem buatan manusia adalah sistem yang dirancang oleh manusia

(contoh: inseminasi buatan).

3. Sistem tertentu dan tak tentu

Sistem tertentu adalah suatu sistem yang operasinya dapat diprediksi

secara tepat (khasiat suatu obat oleh apoteker) sedangkan sistem tak tentu

adalah sistem dengan perilaku ke depan yang tidak dapat diprediksi .

4. Sistem tertutup dan terbuka

Sistem tertutup adalah sistem yang tidak terpengaruh oleh lingkungan luar

atau otomatis (contoh : reaksi kimia dalam tabung), sedangkan sistem

terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh oleh lingkungan

luar.

2.1.3 Karakteristik sistem

Menurut Kusrini “Tuntunan Praktis Membangun Sistem Informasi

Akuntansi dengan Visual Basic dan Microsoft SQL Server”, sistem memiliki

karakteristik, antara lain komponen sistem (Sistem terdiri dari sejumlah

komponen yang saling berinteraksi, yang saling bekerja sama membentuk suatu

komponen sistem atau bagian-bagian dari sistem), batasan sistem (Daerah yang

membatasi suatu sistem dengan sistem lain atau dengan lingkungannya),

subsistem (Bagian-bagian dari sistem yang beraktivitas dan berinteraksi satu

sama lain untuk mencapai tujuan dengan sasarannya masing-masing),

lingkungan luar sistem (Suatu sistem yang ada di luar dari batas sistem yang

dipengaruhi oleh operasi sistem), penghubung sistem (Media penghubung antara

suatu subsistem dengan subsistem lain), masukan sistem (Energi yang masuk ke

dalam sistem), keluaran sistem (Hasil energi yang diolah dan diklasifikasikan

menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan), pengolahan sistem

(Mengubah masukan menjadi keluaran), sasaran sistem (Tujuan yang ingin

dicapai oleh sistem, akan dikatakan berhasil apabila mengenai sasaran atau

tujuan).

5

2.1.4 Pendekatan Sistem

Dalam

“http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/pendekatan_sistem.pdf

“, pendekatan sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan masalah yang

dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan melakukan

analisis secara sistem. Analisa sistem memiliki banyak batasan, beberapa di

antaranya analisa sistem adalah proses untuk menentukan hubungan yang ada

dan relevansi antara beberapa komponen (subsistem) dari suatu sistem yang ada.

Analisa sistem adalah suatu cara kerja yang dengan mempergunakan fasilitas

yang ada, dilakukan pengumpulan pelbagai masalah yang dihadapi untuk

kemudian dicarikan pelbagai jalan keluarnya, lengkap dengan uraian, sehingga

membantu administrator dalam mengambil keputusan yang tepat untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Simatupang (1995); Eriyatno (1999) dan Hadiguna (2009) ada

beberapa alasan mengapa perlu melakukan pendekatan sistem dalam mengkaji

suatu permasalahan, antara lain untuk memastikan bahwa pandangan yang

menyeluruh telah dilakukan, mencegah analisis menyajikan data secara dini

definisi masalah yang spesifik, mencegah analisis menerapkan secara dini model

tertentu, agar lingkungan masalah didefinisikan secara luas sehingga berbagai

kebutuhan yang relevan dapat dikenali (Simatupang 1995; Grady 1998; Eriyatno

1999; Buede 2009; Stair & Reynolds 2010 dari

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/55075/BAB%20IV

%20Pendekatan%20Sistem.pdf?sequence=7).

2.1.5 Pendekatan Sistem dalam Pelayanan Kesehatan

Resky Permatasari (2012) dalam website

http://www.akademik.unsri.ac.id/paper3/download/paper/TA_07081002029.pdf

mengatakan bahwa pelayanan kesehatan adalah segala upaya dan kegiatan

pencegahan dan pengobatan penyakit, semua upaya dan kegiatan peningkatan

dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan oleh sebuah lembaga yang

ditujukan kepada masyarakat.

6

Pendekatan sistem dalam pelayanan kesehatan adalah upaya-upaya yang

dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah kesehatan yang ada dengan

memperhatikan komponen-komponen yang ada dalam pelayanan kesehatan dan

kaitan antar komponen-komponen tersebut. Pendekatan sistem dalam pelayanan

kesehatan sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah kompleks yang

terdapat pada klien supaya mutu kesehatan klien dapat meningkat.

2.2 Sistem Klien

2.2.1 Pengertian Klien dan Jenis-jenis Klien

Klien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam

keadaan sakit maupun sehat (Wijono, 1999). Jika dikaitkan dengan teori Roy,

bahwa manusia (klien) adalah suatu sistem dalam pelayanan kesehatan. Klien

merupakan salah satu komponen tunggal yang memiliki hak dan kewajiban dalam

sistem pelayanan kesehatan. Sebagai sasaran dalam asuhan keperawatan, lingkup

klien dapat dibedakan menjadi 3 yaitu individu sebagai klien, keluarga sebagai

klien, dan masyarakat sebagai klien.

2.2.2 Individu Sebagai Klien

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari

aspek-aspek bio-psiko-sosio-spiritual. Dalam hal ini, keperawatan berperan

memenuhi kebutuhan dasar individu karena:

- Kelemahan fisik dan mental yang dialami klien

- Keterbatasan pengetahuan klien

- Dan kurangnya kemauan menuju mandiri yang dialami klien

2.2.3 Kelompok dan Masyarakat Sebagai Klien

Keluarga, merupakan kelompok individu yang memiliki hubungan yang

erat yang secara kontinu hingga terjadi interaksi baik dalam lingkungan sendiri

maupun masyarakat. Di bawah ini merupakan alasan mengapa keluarga dijadikan

fokus pelayanan kesehatan:

- Merupakan unit utama dalam masyarakat

7

- Suatu kelompok pemberi perubahan dalam masalah kesehatan dalam

kelompok/masyarakat seperti menimbulkan, mencegah dan memperbaiki

lingkungannya

- Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan

- Keluarga berperan dalam pengambilan keputusan asuhan keperawtan

- Merupakan perantara yang efektif pada lingkungannya.

Masyarakat adalah suatu perantara yang terbentuk karena interaksi antara

manusia dan budaya di dalam suatu lingkungan. Masyarakat bersifat dinamis dan

terdiri atas individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang mempunyai tujuan

dan norma sebagai sistem nilai.

2.2.4 Hak Dan Kewajiban Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan

Hak-hak pasien ada dalam pasal 25 The United Nations Universal

Declaration Of Human Rights 1948; Pasal 1 The United Nations Internasional

Convention Civil and Political Right 1966 yaitu hak memperoleh pemeliharaan

kesehatan ( the right to health care) dan hak menetukan nasib sendiri. Kemudian

dari Deklarasi Heksinki, oleh The 18th World Medical Assembly Finland 1964

ditetapkan hak untuk memperoleh informasi ( Poernomo, 1992 dalam Priharjo,

2005 ).

Berikut Beberapa hak pesien yang penerapannya harus disesuaikan dengan

situasi nyata dan melihat situasi tersebut secara individu, serta tetap mengikuti

kebijakan atau petunjuk yang berlaku, diantaranya:

1. Hak memberi persetujuan ( Informed Consent)

Consent mengandung arti suatu tindakan atau aksi beralasan yang

diberikan tanpa paksaan oleh seseorang yang memiliki pengetahuan cukup

tentang keputusan yang ia berikan dan orang tersebut secara hukum

mampu memberikan consent, dewasa mempunyai hak untuk menentukan

apa yang harus dilakukan terhadapnya. Penataan informed consent di

Indonesia diatur dalam Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik No.

HK.00.06.3.5.1986 tentnag pedoman persetujuan tindakan medic.

Penerapan prosedur pengambilan consent yang tepat juga tidak

8

bertentangan dengan hak pasien sebagai konsumen kesehatan. (Priharjo,

2005)

2. Hak perlindungan Bagi Anak, Individu Gangguan Mental, Usia Lanjut,

dan Wanita

Individu dengan gangguan mental, anak-anak dibawah umur, remaja dan

usia lanjut yang sudah mengalami gangguan pola berpikir atau kelemahan

fisik yang mereka tidak dapat membuat keputusan tentang nasibnya

sendiri, perlu dilindungi hak-haknya. Demikian pula wanita dengan situasi

tertentu yang beresiko terhadap pelecehan dan kekerasan. Prinsip dalam

konteks di sini, hak-hak mereka tidak dilanggar dan segala keputusan yang

dibuat terhadap mereka merupakan keputusan yang terbaik. Apabila

diperlukan orang lain ( misalnya orang tua atau wali), pengaturan ini harus

dijamin seadil-adilnya (Priharjo, 2005).

3. Hak pasien atas perawatan dan pengurusan.

Pasien secara umum tidaklah mempunyai hak atas terapi tertentu yang

khusus sifatnya, akan tetapi yang mungkin dilakukan sesuai dengan

perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan. Artinya, terapi yang umum

diberikan oleh tenaga-tenaga kesehatan dalam keadaan yang sama. Dengan

semikian tenaga kesehatan mempunyai tanggungjawab, sesuai dengan

ilmu dan teknologi yang dikuasainya. Akan tetapi, kadang-kadang pasien

mempunyai hak atas cara perawatan tertentu, misalnya, pada pengguguran

atau inseminasi artificial ( H.J.J. Leenen 1978 dalam Soerjono Soekanto,

…: 161 ).

4. Hak untuk menolak cara perawatan tertentu.

Tenaga kesehatan harus menghormati hak tersebut; artinya, tenaga

kesehatan dilarang untuk menelantarkan pasien karena menolak cara

perawaran tertentu, sehingga tenaga kesehatan harus tetap merawat pasien

secara normal ( H.J.J. Leenen 1978 dalam Prof. DR. Soerjono

Soekanto,S.H., MA : 161 ).

5. Hak untuk memilih tenaga kesehatan dan rumah sakit yang akan merawat

pasien.

9

6. Hak atas informasi

Pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang keadaan

dirinya, tenaga kesehatan yang akan merawatnya, aturan rumah sakit dan

seterusnya. Kecuali itu, pasien mempunyai hak untuk mendapat jawaban

atas segala pertanyaan yang diajukannya. Hak tersebut merupakan dasar

bagi terjadinya perjanjian dan pengecualian pemindahan. ( H.J.J. Leenen

1978 dalam Prof. DR. Soerjono Soekanto,S.H., MA : 161 )

7. Hak untuk menolak perawatan tanpa izin.

Artinya, pasien mempunyai hak untuk memberikan izin agar tenaga

kesehatan boleh merawatnya. Secara pinsipiel pasien sendiri yang

memberikan izin tersebut. pengencualiannya adalah: ( H.J.J. Leenen 1978

dalam Prof. DR. Soerjono Soekanto,S.H., MA : 161 )

a. Hak dianggap belum cakap untuk menentukan kehendaknya menurut

hukum, misalnya, pasien dibawah umur yang harus didampingi oleh

orang tua atau walinya.

b. Pasien mengalami gangguan jiwa, sehingga harus didampingi

pengampu.

c. Pasien dalam keadaan tidak sadar ( dalam keadaan darurat dianggap

sudah ada izin)

d. Tindakan-tindakan rutin dalam bidang kesehatan sebagaimana

dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan pada umumnya.

8. Hak atas rasa aman dan tidak diganggu (privacy).

Hak tersebut mencakup wewenang pasien untuk mengendalikan

kemungkinan bahwa pihak lain menghubungi dirinya untuk memperoleh

informasi mengenai dirinya.

9. Hak atas pembatasan terhadap pengaturan kebebasan perawatan.

10. Hak untuk mengakhiri perjanjian perawatan.

Dalam memberikan informasi kepada pasien, terkadang agak sulit

menentukan informasi yang mana yang harus diberikan, karena sangat

bergantung pada usia, pendidikan, keadaan umum pasien dan mentalnya, namun

pada umumnya dapat dipedomani hal-hal berikut: (Hanafiah dan Amir, 1999)

10

1. Informasi yang diberikan haruslah dengan bahasa yang dimengerti

oleh pasien.

2. Pasien harus dapatmemperoleh informasi tentang penyekitnya,

tindakan-tindakan yang akan diambil, kemungkinan komplikasi dan

resiko-resikonya.

3. Untuk anak-anak dan pasien penyakit jiwa, maka infromasi diberikan

kepada orang tua atau walinya.

Di Indonesia sendiri hak-hak pasien diatur dalam Undang-undang nomor

23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan UU Nomor 2009 Tahun 2004 tantang

praktik kedokteran.

Sumber: Anggoro (2004)

Suatu kewajiban moral dari pasien adalah untuk memelihara kesehatannya.

Kewajiban-kewajiban pasien menurut hukum adalah, sebagi berikut: (Soerjono

Soekanto, 1989)

1. Kewajiban memberikan informasi kepada tenaga kesehatan, sehingga

tenaga kesehatan mempunyai bahan yang cukup untuk mengambil

11

keputusan. Hal ini juga sangat penting, agar tenaga kesehatan tidak

melakukan kesalahan. Landasannya adalah bahwa hubungan antara

tenaga kesehatan dengan pasien merupakan hubungan hukum yang

didasarkan pada kepercayaan, sehingga sampai batas-batas tertentu

dituntut adanya suatu keterbukaan.

2. Kewajiban untuk memberikan nasihat-nasihat yang diberikan tenaga

kesehtan dalam rangka perawatan. Kalau pasien meragukan manfaat

nasihat itu, yang bersangkutan mempunyai hak untuk meminta

penjelasan.

3. Kewajiban menghormati kerahasiaan diri dan kewajiban tenaga

kesehatan untuk menyimpan rahasia kedokteran.

4. Kewajiban untuk memeberikan imbalan terhadap jasa-jasa professional

yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan.

5. Kewajiban untuk memberikan ganti rugi, apabila tindakan-tindakan

pasien merugikan tenaga kesehatan.

6. Kewajiban untuk berterus terang apabila timbul masalah (dalam

hubungan dengan tenaga kesehatan).

Kewajiban pasien dalam pelayanan medis ada dalam Pasal 53 UUPK no

29 thn 2004

1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah

kesehatannya

2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dr/drg

3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan dan

4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima

12

2.3 Tingkatan Pelayanan Kesehatan dan Peran Keperawatan dalam Sistem

Pelayanan Kesehatan

2.3.1 Asuhan Promotif (peningkatan kesehatan)

Asuhan keperawatan promotif yaitu mempromosikan kesehatan dengan

memberikan penyuluhan kesehatan, seperti keluarga berencana dan nutrisi ibu

post partum. Tujuan asuhan keperawatan promotif adalah agar penderita dapat

meningkatkan kualitas hidupnya. Upaya promotif dilakukan untuk

meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan

jalan memberikan:

Penyuluhan kesehatan masyarakat

Peningkatan gizi

Pemeliharaan kesehatan perseorangan

Pemeliharaan kesehatan lingkungan

Olahraga secara teratur

Rekreasi

Pendidikan seks

2.3.2 Asuhan Preventif (pencegahan)

Asuhan keperawatan preventif adalah suatu pencegahan penyakit yang

dilakukan oleh perawat, sebagai contoh melakukan vulva hygiene. Tujuan

asuhan keperawatan preventif adalah untuk melindungi penderita yang masih

menjalani proses asuhan keperawatan agar tidak memperoleh resiko terjadinya

invasi mikroba patogen karena adanya prosedur dan tindakan medis. Upaya

preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan

terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan-

kegiatan:

Imunisasi masal terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil

Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas,

maupun kunjungan rumah

13

Pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu, puskesmas, ataupun di

rumah

Pemeriksaan dan pemeliharaan, nifas, dan menyusui

Tingkatan pencegahan terbagi atas tiga bagian, yaitu:

a. Pencegahan primer : pencegahan pada tingkat ini dilakukan untuk

meningkatkan kesehatan dan melindungi klien dari penyakit. Hal ini dapat

mencakup pemberian nutrisi dan perhatian terhadap perkembangan pribadi

klien.

b. Pencegahan sekunder : pencegahan yang bertujuan untuk mempertahankan

kondisi klien yang mengalami masalah terhadap kesehatan. Hal ini

dilakukan ketika suatu penyakit telah menunjukkan tanda dan gejalanya.

c. Pencegahan tersier : tingkat pencegahan ini terjadi setelah suau penyakit

menyebabkan kerusakan yang luas. Hal ini berhubungan dengan cara

mengembalikan klien kepada fungsi yang maksimal disebabkan

keterbatasan yang disebabkan oleh penyakit tersebut.

2.3.3 Asuhan Primer

Asuhan keperawatan primer terdapat pada lingkungan dimana klien

menerima pencegahan dan pelayanan primer, seperti sekolah, kamar periksa,

klinik kesehatan kerja, dan pusat keperawatan. Asuhan Primer merupakan salah

satu program promosi kesehatan.

Asuhan keperawatan primer berfokus pada pelayanan kesehatan

individual, sedangkan pelayanan kesehatan primer berfokus pada perbaikan

kesehatan dari seluruh populasi. Pelayanan kesehatan primer termasuk

pelayanan kesehatan ibu atau anak, keluarga berencana, imunisasi, dan

pengendalian penyakit. Model pelayanan kesehatan primer membutuhkan

kerjasama antara para profesional kesehatan dan anggota masyarakat yang

menerangkan pada promosi kesehatan, pembentukan kebijakan kesehatan, dan

pencegahan penyakit dan masyarakat. Program kesehatan masyarakat yang

berhasil harus mempertimbangkan faktor masyarakat dan lingkungan jika ingin

14

melayani kebutuhan kesehatan dari masyarakat tersebut (Merzel dan D’Affliti,

2003).

2.3.4 Asuhan Sekunder dan Tersier

Proses awal yang dilakukan untuk pencegahan adalah dengan promosi

kesehatan. Anggota masyarakat paling tidak memiliki asuransi adalah kelompok

dewasa muda dengan usia antara 19-20 tahun (Collins, et. Al, 2006). Padahal

kelompok usia ini memiliki angka insiden yang tinggi untuk obesitas,

kehamilan, dan HIV. Mereka yang tidak memilki asuransi kesehatan cenderung

menunggu lebih lama sebelum berkonsultasi ke dokter, sehingga mereka berada

dalam kondisi penyakit yang lebih berat dan membutuhkan pelayanan kesehatan

yang lebih banyak. Akibatnya, pelayanan sekunder dan tersier (disebut juga

pelayanan akut) memakan biaya lebih banyak. Tempat pelayanan kesehatan

sekunder dan tersier meliputi departemen darurat rumah sakit, sentra pelayanan

darurat, unit pelayanan kritis, dan unit rawat jalan medis-operatif. Perawat pada

lingkungan ini dituntut untuk menjalankan komunikasi yang dekat dengan

seluruh anggota tim pelayanan kesehatan. Perawat juga harus memiliki

kemampuan berpikir kritis dan mengenali masalah klien secara tepat. Perawat

secara kontinu melibatkan klien dalam evaluasi pelayanan dan menyesuaikan

intervensi sampai dicapai hasil yang terbaik.

Kemampuan melakukan pemeriksaan fisik, membuat keputusan, dan

pelayanan darurat menjadi sangat penting bagi perawat dalam memberikan

asuhan sekunder dan tersier di semua lokasi pelayanan kesehatan.

2.3.5 Asuhan restoratif (pemulihan)

Tujuan pelayanan restoratif adalah membantu individu mencapai kembali

status fungsional yang maksimal dan meningkatkan kualitas hidup melalui

pengenalan perawatan diri dan kemandirian.

Aspek penting dari asuhan keperawatan restoratif adalah pengkajian dan

evaluasi status fisik yang berkesinambungan. Fokus utama asuhan restoratif

15

pada pengkajian fisik, patofisiologi, dan rasional ilmiah atas terapi yang

dilakukan perawat dalam membuat keputusan mengenai status kesehatan.

Sosialisasi dan aktifitas merupakan komponen penting dalam perawatan

restoratif. Tanggung jawab utama sistem adalah bekerja dengan keluarga klien

dan anggota tim lain serta membantu klien meningkatkan kemampuannya untuk

melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Perawat memberi instruksi pada klien

untuk melakukan latihan tambahan untuk memperkuat otot-otot tertentu dan

meningkatkan daya tahan.

2.3.6 Asuhan berkelanjutan

Pelayanan berkelanjutan ditujukan kepada klien dengan kecacatan, klien

yang tidak akan hidup mandiri, atau mereka yang menderita penyakit stadium

akhir. Perawatan berkelanjutan tersedia dalam lingkungan institusional (contoh:

pusat atau panti keperawatan, rumah kelompok, atau komunitas pensiunan),

komunitas (contoh: perawatan harian dewasa dan pusat lansia), atau dirumah

(contoh: perawatan rumah, makanan yang diantar ke rumah, dan rumah istirahat)

(Meiner dan Lueckenotte, 2006).

Asuhan berkelanjutan di lingkungan institusional atau komunitas lebih

dipegang oleh perawat dan profesional kesehatan lainnya, sedangkan asuhan

berkelanjutan di rumah dilakukan oleh anggota keluarga dengan instruksi dari

perawat atau profesional kesehatan lainnya.

2.3.7 Peran Perawat di Berbagai Tingkat Pelayanan Kesehatan

Pelayanan keperawatan merupakan salah satu dari bagian pelayanan

kesehatan. Perawat merupakan aspek penting di setiap tingkat pelayanan

kesehatan. Jika ditinjau dari tingkatannya, peran perawat dalam pelayanan

kesehatan terbagi menjadi:

16

a. Asuhan promotif dan preventif:

1) Asuhan promotif

Asuhan promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,

keluarga, dan masyarakat dengan penyuluhan kesehatan masyarakat,

peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perseorangan dan lingkungan,

olahraga teratur, rekreasi, serta pendidikan seks.

2) Asuhan preventif

Asuhan preventif merupakan upaya pencegahan penyakit yang bertujuan

untuk melindungi klien dan ancaman kesehatan yang beersifat actual

maupun potensial (Potter dan Perry, 2005:14).

Pada asuhan promotif dan preventif, Perawat memberikan pengetahuan

tentang kesehatan kepada masyarakat umum agar mereka dapat

menciptakan lingkungan yang sadar dan sesuai serta peduli akan

pentingnya hidup dalam taraf kesehatan yang baik.

Asuhan primer, sekunder, dan tertier

1) Asuhan primer

Upaya kesehatan dasar yang terdiri atas upaya kesehatan perorangan

primer dan pelayanan kesehatan masyarakat primer. Asuhan primer

merupakan yang pertama kali perawat lakukan terhadap klien dengan

resiko penyakit. Perawat membantu klien mendapatkan atau meningkatakn

status kesehatannya melalui proses penyembuhan yang lebih dari sekedar

sembuh namun berfokus pada kebutuhan kesehatan klien secara holistik.

2) Asuhan sekunder

Upaya rujukan lanjutan setalah adanya asuhan primer. Asuhan

sekunder terdiri atas pelayanan kesehatan perorangan sekunder dan

masyarakat sekunder. Asuhan sekunder dibutuhkan oleh klien dengan

1717

tingkat penyakit yang lebih lanjut. Dalam perawatan ini, perawat

mempertahan klien yang mengalami masalah kesehatan, komplikasi atau

kekacauan. Perawat mengatur jadwal tindakan yang akan dilakukan

terhadap klien oleh tenaga kesehatan yang ada di suatu rumah sakit untuk

meminimalkan tindakan penyembuhan yang saling bertabrakan dan

memaksimalkan fungsi teurapeutik dari segala tindakan yang akan

dilaksanakan terhadap klien. Perawat juga membantu mempertahankan

lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk

mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari efek yang tidak

diinginkan yang mungkin disebabkan oleh pengobatan atau tindakan

diagnosis tertentu.

3) Asuhan tersier

Upaya kesehatan rujukan unggulan yang terdiri atas kesehatan masyarakat

dan pelayanan kesehatan perorangan tersier. Perawatan tersier

berhubungan dengan rehabilitasi dan cara mengembalikan klein pada

status yang maksimal dalam keterbatasan yang dilakukan oleh penyakit

dan ketidakmampuan (Potter and Perry, 2006).

b. Asuhan restoratif

Asuhan restoratif merupakan asuhan yang diberikan dalam usaha

membantu klien kembali kepada status yang maksimal. Perawat

membantu klien memperoleh suatu fungsi yang maksimal, meningkatkan

kualitas hidupnya, meningkatkan kemandirian dan perawatan dari klien,

dan memfasilitasi klien untuk memulai hidupnya kembali ke masyarakat.

c. Asuhan berkelanjutan

Asuhan berkelanjutan merupakan pelayanan yang diberikan kepada

klien dengan masalah kronik dan jangka waktu yang lama. Asuhan

berkelanjutan ditujukan bagi kliem dengan kecacatan, tidak dapat hidup

mandiri, menderita penyakit stadium akhir (Meiner & Leuckenutte, 2006

18

dalam Potter & perry, 2009). Perawat berperan mengembalikan keadaan

klien seoptimal mungkin untuk mendekati keadaan sehat.

19

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem pelayanan kesehatan terdiri dari berbagai komponen, termasuk

keperawatan. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Sistem ini memperoleh input dari suprasistem (masyarakat atau

lingkungan) dan memberikan output bagi suprasistem tersebut. Subsistem yang

membentuk sistem keperawatan adalah tujuan klien, manajemen, struktur dan

jadwal waktu, asuhan keperawatan, tenaga perawat dan tim kesehatan lain,

teknologi, fasilitas, kendali mutu, penelitian, serta biaya perawatan (Simamora, H.

Raymond, 2008).

Pendekatan sistem diterapkan ketika menghadapi suatu kendala atau

masalah dimana permasalahan yang ada dipecahkan dengan memperhatikan tiap-

tiap komponen yang ada. Hal ini dilakukan untuk memastikan pandangan yang

menyeluruh telah dilakukan.

20

DAFTAR PUSTAKA

Allimul, Aziz. 2004. Dasar-dasar Keperawatan Profesional. Jakarta:

Widya medika

Anggoro, Yoga. (2004). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Jakarta: Visimedia.

Asmafi. 2005 konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Collins S.R., et al. 2006. “Rite of Passege? Why Young Adult Become

Uninsured and How New Policies Can Help”. The Commonwealth Fund:

20

Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial, Problematika, dan Pengendaliannya.

Jakarta: Salemba Medika

Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: EGC

Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta: EGC

Hanafiah, Yusuf., Amri Amir. (1999). Etika Kedokteran dan Hukum

Kesehatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hegner, Barbara dan Esther Caldwell. 1994. Asisten Keperawatan Suatu

Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC

Heryanto. 2007. Konsep Dasar Keperawatan dengan Pemetaan Konsep.

Jakarta: Salemba Medika.

http://journal.amikom.ac.id/index.php/KIDA/article/view/4489/2183, yang

di unduh pada tanggal 20 April 2013, pukul 21.37 WIB.

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2013keperawatan/20731012/bab1.pdf

(diakses pada 21 April 2013, pukul 10.00 WIB)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24129/3/Chapter

%20II.pdf diakses pada hari Sabtu, 27 April, 2013 pukul 15.31.

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/

pendekatan_sistem.pdf diakses pada hari Sabtu, 27 April, 2013 pukul

15.35.

v

http://www.akademik.unsri.ac.id/paper3/download/paper/

TA_07081002029.pdf diakses pada hari Sabtu, 27 April, 2013 pukul

15.45.

http://www.fk.unja.ac.id/index.php?

option=com_phocadownload&view=category&id=10:blok-

i&download=7:hak-dan-kewajiban-pasien&Itemid=83 di unduh pada

tanggal 17 April 2013

Indrajit. 2001. Analisis dan Perancangan SIstem Berorientasi Objek.

Bandung: Informatika

Kusrini dan Koniyo, Andri. 2007. Tuntunan Praktis Membangun Sistem

Informasi Akuntansi dengan Visual Basic dan Microsoft SQL Server.

Yogyakarta: Andi.

Meiner S.E., Leuckenotte A. 2006. Gerontologic Nursing. Ed 3. St Louis:

Mosby

Menkes RI. 2003. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Merzel C., D’Afflitti J. 2003. “Reconsidering Community-Based Health

Promotion: Promise, Performance and Potential”. Am J Public Health 93

(4):557

Potter, P. A. dan Perry, A. G. 2009. Fundamentals of Nursing: Concepts,

Process, and Practice. 7th Ed. St. Louis, MI: Elsevier Mosby.

Priharjo, Robert. (2005). Konsep & Persepektif Praktik Keperawatan

Profesional Edisi 2. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC.

Samsirun halimm UPK PSPD UNJA . PPT (Hak dan kewajiban pasien).

Simamora, H. Raymond. 2008. Buku Ajar Pendidikan dalam

Keperawatan. Jakarta: EGC.

Simatupang 1995; Grady 1998; Eriyatno 1999; Buede 2009; Stair &

Reynolds 2010 dari

vi

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/55075/BAB%20IV

%20Pendekatan%20Sistem.pdf?sequence=7 diakses pada hari Sabtu, 27

April, 2013 pukul 15.40.

Soekanto, Soejono. (1989). Aspek Hukum Kesehatan (Suatu Kumpulan

Catatan). Jakarta: Penerbit IND-HILL-CO.

Wong, Donna dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

vii