Click here to load reader
Upload
randy-talanila
View
15
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
a
Citation preview
Chrissa Maichel Kainama
102012363
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk – Jakarta Barat 11510
Telp. (021) 56942061. Fax (021) 5631731
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kolesterol adalah zat yang fungsinya sangat penting bagi tubuh. Sebenarnya zat ini
merupakan zat lemak yang dikenal sebagai lipid. Produsen utama zat ini adalah hati, namun
lipid juga bisa berasal dari makanan. Kadar lipid yang terlalu tinggi, disebut dengan
hiperlipidemia, dapat memengaruhi kondisi kesehatan. Meski kolesterol tinggi tidak
menyebabkan gejala apa pun, tapi tetap bisa membahayakan kesehatan. Kolesterol yang
berlebihan dapat mengendap pada dinding arteri yang akan menyebabkan aliran darah di
jantung, otak, dan bagian tubuh lainnya bisa terhambat. Kolesterol yang tinggi ini meningkatkan
risiko seseorang terkena penyempitan arteri atau aterosklerosis, penggumpalan darah di
bagian-bagian tubuh tertentu, stroke, baik kecil dan besar, dan serangan jantung. Pada usia
lanjut, resiko terkena kolesterol yang tinggi atau yang disebut hyperlipidemia sangat besar.
Selain pengaruh faktor usia, ada jugan banyak factor lain yang dicurigai memiliki hubungan
dengan penyakit kolesterol tinggi atau hiperlipidemi, seperti jenis kelamin, kadar hemoglobin,
tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Dalam makalah ini akan dibahas tentang faktor
– faktor yang mempengarui total kadar kolesterol berdasarkan hasil penelitian yang telah di
lakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Hubungan antara umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kadar hemoglobin, pekerjaan
dan penghasilan/gaji dengan kadar kolesterol.
1.3 Hipotesis
2. Isi
2.1 Kolesterol
2.1.1 Pengertian Kolesterol
Kolesterol berasal dari bahasa Yunani chole-(empedu) dan stereo (padat), dan
akhiran-ol kimia untuk alkohol. Poulletier François de la Salle kolesterol diidentifikasi terlebih
dahulu dalam bentuk padat di batu empedu, pada tahun 1769. Namun, itu hanya tahun
1815 yang ahli kimia bernama Eugène Chevreul pondok "cholesterine".
Kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks. Mayoritas kolesterol dalam
tubuh, yaitu kira-kira 80% dihasilkan dari dalam tubuh (di hati). Sisanya (20%) diperoleh dari
makanan. Banyak orang menganggap semua kolesterol jahat, padahal kegunaannya juga
banyak, di antaranya membuat hormon seks, membentuk dinding sel dan lain-lain.
Kolesterol adalah molekul prekursor penting bagi sintesis Vitamin D dan hormon-
hormon steroid, termasuk kortisol hormon kelenjar adrenal dan aldosteron serta hormon
seks progesteron, estrogen, dan testosteron, dan turunannya. Kolesterol dalam tubuh dapat
menyebabkan berbagai penyakit. Kolesterol yang tinggi tidak hanya dialami oleh orang yang
bertubuh gemuk, tapi orang yang kurus tidak berarti kolesterolnya rendah. Ini juga dapat
menimpa orang-orang yang masih muda. Berbagai kalangan umur, harus berusaha
menjalani pola hidup yang sehat agar dapat menjaga kolesterol dalam darahnya tetap
normal.
Kolesterol adalah lemak yang terutama diproduksi dalam hati yang didapat dari
makanan, penting untuk menjaga fungsi tubuh supaya tetap baik seperti fungsi hormon dan
berperanan penting pada produksi asam empedu. Produksi akan meningkat jika terdapat
kandungan lemak yang banyak dalam.
2.1.2 Jenis – Jenis Kolesterol
a. Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)
Jenis kolesterol ini berbahaya sehingga disebut juga sebagai kolesterol jahat.
Kolesterol LDL mengangkut kolesterol paling banyak di dalam darah. Tingginya kadar LDL
menyebabkan pengendapan kolesterol di dalam arteri. Kolesterol LDL merupakan factor
resiko utama dalam penyakit jantung coroner, sekaligus target utama dalam pengobatan.
Kadar yang baik dari kolesterol ini adalah < 100 mg/dL, untuk ukuran normal antara 100 –
129 mg/dL, ukuran yang cukup antara 130 – 150 mg/dL, untuk ukuran yang tinggi antara
160 – 180 mg/dL, dan ukuran yang palig tinggi mencapai angka 190 mg/dL.
b. Kolesterol HDL (High Density Lipoprotein)
Kolesterol ini tidak berbahaya. Kolesterol HDL mengangkut kolesterol lebih sedikit dari
LDL. Dan sering disebut kolesterol baik karena dapat membuang kelebihan kolesterol jahat
di pebuluh darah arteri kembali ke hati, untuk di proses dan dibuang. HDL mencegah
kolesterol mengendap di arteri dan melindungi pembuluh darah dari proses aterosklerosis
(terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah). Kadar normal dari kolesterol ini adalah,
40 – 50 mg/Dl, serta antara 20 – 60 mg/dL.
c. Trigliserida
Selain LDL dan HDL, yang penting untuk diketahui juga adalah jenis – jenis kolesterol
trigliserida, yaitu satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ dalam
tubuh. Meningkatnya kadar trigliserida dalam darah juga dapat meningkatkan kadar
kolesterol. Sejumlah factor dapat mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah seperti,
kegemukan, konsumsi alkahol, gula dan makanan berlemak. Kadar normal dari kolesterol
ini adalah < 150 – 199 mg/dL, kadar tinggi antara 200 – 499 mg/dL, dan kadar paling tinggi
adalah mrncapai angka 500 mg/dL
2.1.3 Efek Kolesterol Bagi Tubuh
Riset selama dekade menjunjukkan bahwa kolesterol hanya bersembunyi dalam sel-
sel yang melapisi arteri, tidak selalu berubah menjadi plak yang menyumbat arteri. Kini
diduga proses oksidasi yang membuat komponen LDL dari kolesterol menjadi begitu
berbahaya. Oksidasi terjadi bila sistem antioksidan dalam tubuh tidak dapat menetralkan
molekul-molekul tak stabil yang berubah secara negatif dan bernama radikal bebas. Radikal
bebas terjadi secara alamiah dalam tubuh atau bisa diawali oleh paparan terhadap polutan
lingkunganseperti asap rokok, bahan kimia, obat bebas dn obat resep dokter, logam berat,
dan stres.
Tanpa perlindungan antioksidan yang cukup, kolesterol HDL bergabung dengan
oksigen dan membentuk oksi-kolesterol. Substansi ini bekerja di dalam dinding arteri radikal
bebas yang sangat reaktif, di mana substansi ini mengiritasi dinding arteri, yang memulai
proses peradangan, dan akhirnya turut menyebabkan pembentukan plak. Jika tidak diatasi,
plak ini akhirnya akan sama sekali menutup arteri yang terkena atau pecah dan hancur,
menyebabkan angina, dan mungkin, serangan jantung stroke.
Karena kolesterol merupakan campuran antara kolesterolbaik (HDL) dan jahat (LDL),
pemeriksaan kadar kolesterol dikelompokkan menjadi kolesterol total (jumlah LDL dan HDL
yang beredar dalam darah), dan trigliserida. Semakin tinggi jumlah kolesterol total,
kolesterol LDL, dan trigliserida, semakin tinggi risiko penyakit jantung. Sebaliknya, semakin
tinggi kadar kolesterol HDL, semakin rendah risiko masalah jantung.
2.1.4 Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah suatu kondisi kadar lipid darah yang melebihi kadar normalnya.
Hiperlipidemia disebut juga peningkatan lemak dalam darah dan karena sering disertai
peningkatan beberapa fraksi lipoprotein, disebut juga hiperlipoproteinemia. Hiperlipidemik
dapat berupa hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia.
2.2 Penyakit yang disebabkan oleh hyperlipidemia
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh hiperlipidema adalah penyakit jantung coroner.
Penyakit jantung koroner berkorelasi langsung dengan level TC dan LDL. Lebih dari 50%
penduduk dewasa Amerika Serikat memiliki total kolesterol darah lebih dari 200 mg/dL,
sehingga hampir 50% pasien penyakit jantung koroner juga menerima terapi penurunan
kolesterol darah. Terapi obat penurun lemak darah telah terbukti mampu menurunkan resiko
penyakit kardiovaskuler/cerebrovaskuler.
2.3 Penyakit Jantung Koroner
Menurut WHO, penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease) adalah
ketidaksanggupan jantung akut maupun kronik, yang timbul karena kekurangan suplai darah
pada miokardium sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi koroner. Dalam
Internasional Classification Disease (1993) disebutkan bentuk-bentuk umum PJK adalah Angina
Pectoris, Ischemic Heart Disease, Acute Miocard Infarction, dan Sudden Death.
2.3.1 Faktor Resiko Jantung Koroner
Penyebab jantung koroner adalah karena penumpukan zat lemak secara berlebihan di
lapisan dinding nadi pembuluh koroner, yang dipengaruhi oleh pola makan yang kurang
sehat. Kecanduan rokok, hipertensi, kolesterol tinggi juga dapat menjadi penyebab penyakit
jantung koroner.
2.3.1.1 Faktor Resiko Yang Dapat Diubah (modifiable) .
a. Hipertensi
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang
merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat, yaitu kenaikan tekanan darah
sistolik melebihi 140 mmHg dan diastolik melebihi 90 mmHg. Meningkatnya tekanan
darah dapat mengakibatkan penyakit jantung koroner. Menurut Joint Nasional Comite
on Detectin Evaluation and Ttreatment of High Blood Pressure JNC VII tahun 2003,
hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah penderita, batasan
hipertensi sebagai berkut :
No TDS/TDD (mmHg) Derajat Tekanan Darah
1 <120/80 Normal
2 120-129/ 80-84 Pre hipertensi
3 130-139/ 85-89 Pre hipertensi
4 >140-159/ 90-99 Hipertensi derajat 1
5 160-179/ 100-109 Hipertensi derajat 2
6 <180/110 Hipertensi derajat 2
b. Hiperkolesterolemia
Terdapat hubungan langsung antara resiko PJK dan kadar kolestrol darah.
Kolestrol yang berada dalam zat makanan yang dimakan meningkatkan kadar
kolestrol dalam darah. Kolestrol dalam darah dapat digolongkan dalam beberapa jenis
yaitu LDL (Low Densiy Lipoprotein), VLDL (Very Low Density Lipoprotein), dan HDL
(High Density Lipoprotein). Beberapa parameter yang dipakai untuk mengatahui
adanya resiko PJK dan hubungannya dengan kolesterol darah :
1) Kadar kolesterol total
Kadar kolesterol total dalam darah dikategorikan atas : Normal : < 200 mg/dl Sedang
: 200-240 mg/dl Tinggi : ≥ 240 mg/dl g Makin meningkatnya kadar kolesterol total
dalam darah maka resiko terjadinya PJK semangkin meningkat.
2) Low density lipoprotein (LDL)
kolesterol LDL kolesterol merupakan kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan
(bad cholesterol) karena kadar LDL yang meninggi akan menyebabkan penebalan
dinding pembuluh darah. Kadar LDL kolesterol lebih tepat sebagai penunjuk untuk
mengatahui resiko PJK dari pada kolesterol total. Kadar kolesterol LDL dalam darah
dikategorikan atas : Normal : < 130 mg/dl Sedang : 130-159 mg/dl Tinggi : ≥ 160
mg/dl Makin tinggi kadar kolesterol LDL dalam darah maka resiko untuk terjadinya
PJK akan semangkin meningkat.
3) High density lipoprotein (HDL)
kolesterol HDL kolesterol merupakan jenis kolesterol yang bersifat baik atau
menguntungkan (good cholesterol) karena mengangkut kolesterol dari pembuluh
darah kembali ke hati untuk dibuang sehingga mencegah penebalan dinding
pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses arterosklerosis. Kadar kolesterol
HDL dalam darah dapat dikategorikan atas : Normal : > 45 mg/dl Sedang : 35-45
mg/dl Tinggi : < 35 mg/dl Makin rendah kolesterol HDL dalam darah maka resiko
terjadinya PJK akan semangkin meningkat. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan
dengan mengurangi berat badan, menambah exercise dan berhenti merokok.
4) Rasio Kolestrol Rasio
Kolestrol adalah rasio antara kadar kolesterol total denga kadar kolesterol HDL.
Rasio kolestrol dalam darah sebaiknya < 4,5 pada laki-laki dan < 4,0 pada
perempuan. Makin tinggi Rasio kolestrol total dalam darah maka resiko terjadinya
PJK akan semangkin meningkat. 5) Kadar Trigliserida Trigliserida dalam tubuh terdiri
dari 3 jenis lemak yaitu lemak jenuh, lemak tak jenih, dan lemak tidak jenuh ganda.
Kadar trigliserida dalam darah dikategorikan atas : Normal : < 150 mg/dl Sedang :
150-249 mg/dl Tinggi : 250-500 mg/dl Sangat tinggi : > 500. Makin tinggi kadar
trigliserida dalam darah maka resiko terjadi PJK aka semakin meningkat.
c. Merokok
Di USA, merokok berhubungan erat bagi sekitar 325.000 kematian
premature/dini setiap tahunnya. Dari jumlah kematian tersebut terdapat kematian
akibat PJK dan lebih dari satu dalam kematian PJK itu karena merokok. Merokok
sigaret tinggi nikotin menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung istirahat
serta meningkat tekanan darah sistolik dan diastolik sehingga meningkatan kebutuhan
oksigen myocardium. Penelitian Framingham mendapat kematian mendadak akibat
PJK pada laki-laki perokok, perokok 10 kali lebih besar dari pada bukan perokok, pada
perempuan perokok 4,5 kali lebih besar dari pada bukan perokok.m Apabila behenti
merokok penurun resiko PJK akan berkurang 50% pada akhir tahun pertama setelah
berhenti merokok dan kembali seperti seperti yang tidak merokok setelah berhenti
merokok 10 tahun.
d. Obesitas
Orang dengan berat badan berlebihan mempunyai kemungkinan terkena
penyakit jantung dan stroke lebih tinggi. Gemuk tidak sehat karena kelebihan berat
badan meningkatkan beban jantung. Ini berhubungan dengan penyakit jantumg
koroner terutama karena pengaruhnya pada tekanan darah, kadar kolesterol darah
juga diabetes melitus. Seseorang yang mengalami kegemukan kemungkinan menjadi
penderita PJK 2 kali lipat dari pada seseorang yang memiliki berat badan normal.
e. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan factor risiko terhadap PJK yaitu bila kadar
glukosa darah naik terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, Gula
darah (glukosa) tersebut dapat menjadi pekat, hal ini mendorong terjadinya
pengendapan aterosklerosis pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes mellitus
cenderung mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Diabetes
melitus yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi dalam darah
cenderung menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida. Kadar gula darah waktu puasa
normal tidak melebihi 120 mg/dl dan kadar gula darah 2 jam setelah makan kurang
dari 200 mg/dl.
Resiko terjadinya PJK pada pasien diabetes melitus dua hingga empat kali
lebih tinggi. Diabetes mellitus juga berkaitan dengan abnormalitas metabolisme lipid,
obesitas, hipertensi sistemik, dan peningkatan trombogenesis (peningkatan tingkat
adhesi platelet dan peningkatan kadar fibrinogen). Pasien diabetic memilliki
peningkatan mortalitas dini serta resiko stenosis berulang pasca angioplasty coroner.
f. Ketidakaktifan fisik
Sejumlah penelitian epidemiologi mendukung hipotesis bahwa aktifitas fisik
yang giat menurunkan resiko PJK. Aktifitas fisik (exercise) dapat meningkatan kadar
HDL kolestrol, memperbaikai kolesterol koroner sehingga resiko PJK dapat dikurangi,
memperbaiki fungsi paru dan pemberian oksigen ke miocard, menurunkan berat
badan, menurunkan kolesterol, trigliserida, dan KGD pada pendrita DM, menurunkan
tekanan darah. Hasil penelitian di harvard selama 10 tahun (1962 - 1972 ) terhadap
16.936 alumni universitas Harvard USA, menyimpulkan orang dengan exercise fisik
yang adekuat kemungkingan menderita PJK lebih kecil dibandingkan dengan yang
kurang melakukan aktifitas.
g. Stres
Stres, baik fisik maupun mental merupakan faktor resiko untuk terjadinya PJK.
Pada masa sekarang, lingkkungan kerja telah menjadi penyebab utama stres, dan
terdapat hubungan yang saling berkaitan antara stres dan abnormalis metabolisme
lipid. Perilaku yang rentan terhadap penyakit koroner ( kepribadian tipe A ) antara lain
sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, keinginan untuk dipandang, keinginan untuk
mencapai sesuatu.. Kepribadian tipe B antara lain orang yang lebih mudah merasa
beruntung, tidak terlalu ambius, dan mudah puas memiliki resiko yang lebih kecil untuk
menderita PJK dibandingkan mereka yang berkepribadian tipe A. Stres dapat memicu
pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang tinggi yang dapat berakibat
mempercepat kekejangan (spasm) arteri koroner, sehingga suplai darah ke otot
jantung terganggu.
2.3.1.2 Faktor resiko yang tidak dapat dirubah (non modifiable)
a. Umur
Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dengan kematian akibat PJK.
Penderita PJK sering ditemui pada usia 60 ke atas, tetapi pada usia di bawah 40
tahun sudah ditemukan. Pada laki-laki, kasus kematian PJK mulai dijumpai pada usia
35 tahun, dan terus meningkat dengan bertambahnya usia. Di AS gelar kadar
kolesterol pada laki-laki maupun perempuan mulai meningkat pada usia 20 tahun.
Pada laki-laki kadar kolesterol akan meningkat sampai usia 50 tahun dan akhirnya
akan turun sedikit setelah 50 tahun. Kadar kolesterol perempuan biasanya
meningkatkan menjadi lebih tinggi dari pada laki-laki. Dari penelitian Cooper pada
2000 laki-laki yang sehat didapatkan peningkatan kalesterol total dengan
bertambahnya usia. Akan tetapi kadar HDL kolesterol akan tetap konstan, sedangkan
kadar kolesterol LDL cenderung meningkat.
b. Jenis Kelamin
Di AS gejala PJK sebelum berumur 60 tahun di dapatkan pada 1 dari 5 laki-
laki dan 1 dari 17 perempuan, ini berarti bahwa laki-laki mempunyai resiko PJK 2-3
kali lebih besar daripada perempuan. Pada beberapa perempuan pemakaian oral
kontrasepsi (esterogen) dan selama kehamilan akan meningkatkan kadar kolesterol.
Pada wanita hamil, besar kolesterol akan kembali normal 20 minggu setelah
melahirkan. Esterogen dapat meningkatkan mekanisme PJK antara lain: peningkatan
kolesterol serum total, peningkatan LDL, peningkatan trigliserida serum, intoleransi
glukosa yang dapat menyebabkan DM yang merupakan faktor resiko PJK,
kecenderungan trombositosis, peningkatan TD, peningkatan tonus otot polos arteri
koronaria. Angka kematian usia muda pada laki-laki didapatkan lebih tinggi dari pada
perempuan, akan tetapi setelah monopause hampir tidak didaptkan perbedaan
dengan laki-laki.
c. Genetik
Gillium (1978) menyatakan bahwa PJK cenderung lebih banyak pada subjek
orangtuanya telah menderita PJK dini. Bila kedua orang tua penderita PJK menderita
PJK pada usia muda, maka anaknya mempunyai resiko yang lebih tinggi bagi
perkembangan PJK dari pada hanya seseorang atau tidak ada orang tuanya
menderita PJK.
2.3.2 Gejala Penyakit Jantung Koroner
Gejala klinis akan timbul apabila sudah terjadi obstruksi pada arteri koronaria, dapat
diakibatkan oleh plak yang sudah mentupi pembuluh darah atau plak yang terlepas dan
membentuk thrombosis sehingga perfusi darah ke miokard menjadi sangat minim dan dapat
menimbulkan tanda-tanda infark miokard. Tanda – tanda tersebut adalah :
Nyeri dada
Sesak napas
Kelelahan
Jantung berdebar-debar atau palpitasi
Pusing dan pingsan.
2.3.3 Patofisiologi
Berkurangnya kadar oksigen miokardium mengubah metabolism pada sel – sel
miokardium dari aerob menjadi anaerob. Hasil akhir metabolism anaerob yaitu asam laktat
yang akan tertimbun dan dapat menurunkan pH sel. Berkirangnya energy yang tersedia dan
keadaan asidosis dapat mengganggu fungsi ventrikel dalam memompa darah, sehingga
miokardium yang mengalami ischemia kekuatannya berkurang, selain itu dinding segmen
yang mengalami ischemia menjadi abnormal, bagian tersebut akan menonjol keluar setiap
kali ventrikel berkontraksi.
Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung menyebabkan
perubahan hemodinamika yang bervariasi sesuai tingkat keparahan ischemia dari miokard.
Menurunnya fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung dan berkurangnya volume
sekuncup. Akibatnya tekanan jantung kiri akan menungkat sehingga terjadi peningkatan
ringan tekanan dara dan denyut jantung sebelum timbul nyeri.
Factor factor yang berpengaruh
Umur.
Ada banyak perdebatan tentang apakah peningkatan kolesterol terkait usia adalah hasil
dari proses alami penuaan intrinsik (misalnya kerentanan lebih besar dari orang tua untuk
efek diet kolesterol) atau apakah itu karena terkait usia antropometri dan / atau
perubahan gaya hidup. Grundy et al melaporkan bahwa kedua meningkatkan tingkat
produksi LDL dan penurunan tingkat izin pecahan dari LDL bertanggung jawab untuk
kenaikan kadar kolesterol darah dengan usia. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
tingkat izin pecahan yang lebih berpengaruh pada konsentrasi LDL rendah dan tingkat
produksi yang lebih berpengaruh pada konsentrasi LDL lebih tinggi. Observasi ini mungkin
menjelaskan mekanisme langsung dari meningkatnya kadar kolesterol dengan usia, tetapi
masih belum jelas apakah mekanisme ini dimodifikasi, dan bagaimana hal itu mungkin
dipengaruhi oleh gaya hidup. Misalnya, beberapa komunitas non-Barat telah dijelaskan di
mana konsentrasi LDL plasma tampaknya tidak meningkat dengan umur. Jumlah kolesterol
rata-rata juga sangat rendah di populasi ini. Hasil tersebut meningkatkan kemungkinan
bahwa penurunan aktivitas reseptor LDL mungkin tidak menjadi konsekuensi tak
terelakkan dari penuaan, tetapi mungkin agak hasil dari interaksi antara usia dan faktor
lingkungan atau unsur gaya hidup, dan karenanya berpotensi dimodifikasi. Bahkan, ada
beberapa bukti bahwa bahkan di masyarakat Barat dengan tingkat yang agak tinggi
kolesterol total, diet dan intervensi berbasis populasi diet mungkin berhasil memodifikasi
hubungan kolesterol usia. Jousilahti et al melaporkan, kadar kolesterol tidak meningkat
dengan usia dalam kelompok satu kelahiran pada populasi-baya dari Eastern Finland.
Jenis Kelamin.
high-density lipoprotein (HDL) kolesterol berbanding terbalik dikaitkan dengan risiko serangan jantung. Hormon seks telah diusulkan mungkin faktor yang berkontribusi terhadap perbedaan gender risiko penyakit jantung koroner. Sedikit yang diketahui tentang bagaimana konsentrasi hormon seks endogen mungkin berhubungan dengan kolesterol HDL. Relasi diperiksa di 225 laki-laki yang berpartisipasi dalam Beberapa Faktor Risiko Intervensi Trial. Konsentrasi
testosteron plasma berkorelasi positif dengan kolesterol HDL dan perubahan konsentrasi testosteron juga berkorelasi positif dengan perubahan kolesterol HDL. Hubungan antara testosteron dan kolesterol HDL tidak dapat sepenuhnya dijelaskan oleh usia, berat badan relatif, konsumsi alkohol dan merokok dalam studi cross-sectional. Namun, ketika hubungan ini diperiksa secara longitudinal, korelasi parsial antara perubahan testosteron dan kolesterol HDL tidak cukup mencapai signifikansi statistik (0,05 <p <0,10). Proses biologis yang berhubungan kolesterol HDL untuk testosteron tidak diketahui. Hasil menyarankan hubungan terbalik antara konsentrasi estradiol plasma dan lipoprotein kolesterol lowdensity, tetapi tidak ada korelasi yang signifikan statistik dengan kolesterol HDL. Selain itu, tidak ada hubungan dicatat dalam penelitian saat ini antara konsentrasi estradiol dan penentu dikenal kolesterol HDL.