56
SUPERVISI KLINIS Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Supervisi dan Evaluasi Pendidikan Oleh Kelompok 2 EVA FARISIA 7616130503 FENTI UTAMI 7616130505 JOTTAN SAKERENGAN 7616130511 TUJUAN SIMANJUNTAK 7616130539 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN S2 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2014

Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

SUPERVISI KLINIS

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah

Supervisi dan Evaluasi Pendidikan

Oleh Kelompok 2

EVA FARISIA 7616130503

FENTI UTAMI 7616130505

JOTTAN SAKERENGAN 7616130511

TUJUAN SIMANJUNTAK 7616130539

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN S2

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2014

Page 2: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan daya dan kekuatan sehingga dapat menyelesaikan pembuatan

makalah ini dengan judul “Supervisi Klinis”. Makalah ini dibuat sebagai salah satu

syarat dalam menyelesaikan tugas kelompok pada mata kuliah Supervisi dan

Evaluasi Pendidikan pada program studi Manajemen Pendidikan, Program

Pascasarjana UNJ.

Penulisan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan berbagai

pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

sebesar-besarnya kepada Dr. Neti Karnati, M.Pd., sebagai dosen pengampu mata

kuliah yang telah memberikan segala ilmunya dalam mata kuliah ini.

Penulis menyadari banyak sekali kekurangan yang terdapat dalam makalah

ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan dan

semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca sehingga pada karya-karya

selanjutnya akan semakin membaik.

Jakarta, 24 April 2014

Penulis

i

Page 3: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR........................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah………………………………………………….. 2

C. Tujuan………………………………………………………………… 2

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Konseptual……………………………………………… 3

B. Karakteristik Supervisi Klinis……………………………………… 5

C. Tujuan Supervisi Klinis................................................................ 5

D. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis.................................................... 7

E. Sasaran Supervisi Klinis.............................................................. 8

F. Pelaksanaan Supervisi Klinis...................................................... 9

G. Penerapan Supervisi Klinis dalam Proses Pembelajaran.......... 14

H. Kendala Pelaksanaan Supervisi Klinis........................................ 14

BAB III ANALISIS ARTIKEL

Analisis Artikel................................................................................... 16

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan....................................................................................... 34

Saran ............................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 35

ii

Page 4: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

iii

Page 5: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, terutama Bab

II pasal 6, yang mengatakan “ kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga

profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan

mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi

warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”. Pernyataan tersebut

diperkuat oleh PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, yang mengisyaratkan

bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama, mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik pada setiap jenjang pendidikan formal, informal serta non formal.

Tugas seorang guru yang dilakukan secara continu bertahun-tahun kurang

mendapat koreksi dan pembinaan yang tepat dan wajar dari siapapun. Kegiatan

memberikan bantuan kepada guru dalam pertumbuhan jabatannya sebagai guru

disebut supervisi dan orang yang berfungsi memberi bantuan tersebut biasanya

disebut supervisor.

Supervisi klinis merupakan bantuan bagi guru dalam memperbaiki dan

meningkatkan keterampilan mengajarnya dan dapat dilaksanakan untuk

kepentingan calon guru dalam pendidikan pra-jabatan maupun latihan dalam

jabatan.

Supervisi klinis pada prinsipnya dilaksanakan bersama dengan pengajaran

mikro dan terdiri dari tiga kegiatan pokok yaitu : pertemuan pendahuluan,

observasi mengajar dan pertemuan balikan. Hal ini juga berguna bagi guru untuk

memperoleh pengetahuan, kesadaran dan menilai tingkah laku profesinya

sendiri. Pendekatan yang dilakukan dalam proses supervisi klinis adalah

pendekatan profesional dan humanistis. Program supervisi klinis hendaknya

terus dapat dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan tenaga

kependidikan guna meningkatkan profesionalisme guru.

1

Page 6: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

Dalam perkembangan pendidikan saat ini supervisi klinis sangat dibutuhkan

untuk membantu memecahkan masalah pendidikan, terutama masalah yang

berhubungan dengan keterampilan megajar guru. Supervisi klinis mula-mula

diperkenalkan dan dikembangkan oleh Morris dkk di Universitas Harvard tahun

1982. Pada dasarnya ada beberapa asumsi dasar pentingnya penggunaan atau

pelaksanaan praktek supervisi klinis di sekolah, yaitu : pertama pengajaran

sebagai aktivitas yang sangat kompleks yang memerlukan pengamatan dan

analisis secara hati-hati, kedua guru yang profesional menginginkan

pengembangan karirnya melalui cara-cara yang kolegial yang bersifat

autoritorian.

Dari berbagai gambaran yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa

supervisi klinis pada dasarnya merupakan pembinaan kinerja guru dalam

mengelola proses belajar mengajar.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini membahas masalah seputar supervisi klinis dan hal-hal

yang terkait dalam proses pembelajaran, antara lain :

1. Bagaimanakah karakteristik supervisi klinis?

2. Apakah sasaran supervisi klinis ?

3. Bagaimanakah pelaksanaan supervisi klinis?

4. Bagaimanakah penerapan supervisi klinis dalam pembelajaran?

5. Bagaimanakah kendala pelaksanaan supervisi klinis?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini untuk membahas mengenai apa yang ada

dalam rumusan masalah, sehingga pembaca akan mengetahui mengenai :

1. Karakteristik supervisi klinis

2. Sasaran supervisi klinis

3. Bagaimana pelaksanaan supervise klinis

4. Penerapan supervisi klinis dalam pembelajaran

5. Kendala pelaksanaan supervise klinis

2

Page 7: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Konseptual

Sejak tahun 1980-an di Indonesia diperkenalkan istilah supervisi klinis atau

sering disebut supervisi pengajaran. Supervisi klinis, mula-mula diperkenalkan

dan dikembangkan oleh Cogan, Goldhammer, dan Weller di Universitas Harvard

pada akhir dasawarsa lima puluh tahun dan awal dasawarsa enam puluhan. 1

Dari segi etimologi kata “supervise” diambil dari kata “ super” yang artinya

memiliki kelebihan tertentu, seperti kelebihan dalam pangkat, dan kualitas,

sedangkan “visi” artinya melihat atau menguasai, dan secara terminologi

pengertian supervise adalah “suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya

mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama. ”Sedangkan kata “klinis”

yaitu perbaikan atau pembinaan dan menurut kamus bahasa Indonesia “klinis”

berarti pengamatan, pelayanan.

Cogan mendefinisikan supervisi klinis sebagai berikut:

The rational and practice designed to improve the teacher’supervision classroom performance. It takes its principal data from the events of the classroom. The analysis of these data and the relationships between teacher and supervisor from the basis of the program, procedures, and strategies designed to improve the student’supervisi learning by improving the teacher’supervisi classroom behavior.2

Sesuai dengan pendapat Cogan ini, supervisi klinis pada dasarnya

merupakan pembinaan performansi guru mengelola proses belajar mengajar.

Pelaksanaannya didesain dengan praktis secara rasional. Baik desainnya

maupun pelaksanaannya dilakukan atas dasar analisis data mengenai kegiatan-

kegiatan di kelas. Data dan hubungan antara guru dan supervisor merupakan

dasar program prosedur, dan strategi pembinaan perilaku mengajar guru dalam

mengembangkan belajar murid-murid.

Cogan sendiri menekankan aspek supervisi klinis pada lima hal, yaitu (1)

proses supervisi klinis, (2) interaksi antara calon guru dan murid, (3) performansi

1 Moch Rivai, Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: Jammers, 1987), h. 78.2 Thomas J. Sergiovanni, Supervision: Human Perspectives (New York: McGraw Hill, 1983), h.299.

3

Page 8: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

calon guru dalam mengajar, (4) hubungan calon guru dengan supervisor, dan (5)

analisis data berdasarkan peristiwa aktual di kelas.

Sedangkan menurut Richard Waller defenisi supervisi klinis yaitu :

Clinical supervision may be defined as supervision focused upon the improvement of instruction by means of systematic cycles of planning, observation and intensive intellectual analysis of actual teaching performances in the interest of rational modification.3

Pernyataan tersebut dapat diartikan sebagai supervisi klinis adalah supervise

yang difokuskan pada peningkatan arahan melalui siklus sistematis dari tahap

perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap

penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi

rasional. Menurut Snyder dan Anderson supervisi klinis dapat diartikan  sebagai

suatu teknologi perbaikan pengajaran, tujuan yang dicapai dan memadukan

kebutuhan sekolah dan pertumbuhan personal.4 Supervisi klinis merupakan

suatu model supervisi untuk menyelesaikan masalah tertentu yang sudah

diketahui. Supervisi klinis merupakan sistem bantuan dari dalam kelas yang

dirancang untuk memberikan bantuan langsung kepada guru.

Supervisi klinis diharapkan dapat memperkecil jurang yang tajam antara

“perilaku nyata” dan“perilaku ideal” para guru terutama dalam rangka

peningkatan kualitas dan kemampuan para guru memecahkan berbagai

persoalan, karena seringkali para guru menghadapi inovasi-inovasi pendidikan.

Supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan bertujuan membantu

pengembangan profesional guru/calon guru, dalam penampilan mengajar

berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai

pegangan untuk perubahan tingkah laku tersebut.

Keith Achession dan Meredith D.Call, menyatakan bahwa supervisi klinis

adalah proses membantu guru memperkecil jurang antara tingkah laku mengajar

yang ideal.5 Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membentu

pengembangan profesional guru khususnya dalam penampilan mengajar

3 Susan Sullivan, Supervision that Improves Teaching and Learning (California:Corwin, 2009), h. 121.4 Syaiful sagala, Supervisi Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 193.5 Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 58.

4

Page 9: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai

pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.

B. Karakteristik Supervisi Klinis

Untuk memandu pelaksanaan supervisi klinis bagi supervisor dan guru

diperlukan karakteristik agar arah yang ditempuh sejalan dengan rencana

program yang dtentukan sebelumnya. Goldhammer, Anderjaw, dan Krajewski

mengungkapkan karakteristiknya sebagai berikut:

1. Merupakan teknologi untuk meningkatkan arahan/instruksi.

2. Merupakan kegiatan yang disengaja untuk masuk ke dalam proses

arahan.

3. Berorientasi pada tujuan, memadukan antara kebutuhan sekolah dengan

kebutuhan personal yang bekerja dalam lingkup sekolah.

4. Supervisi ini beranggapan bahwa hubungan pekerjaan yang profesional

terjadi antara guru dengan supervisor.

5. Hal ini memerlukan derajat kepercayaan antar sesama yang tinggi dan

direfleksikan dalam pengertian dengan sesama, dukungan, dan komitmen

untuk terus berkembang.

6. Sistematis, namun supervisi ini juga memerlukan metode yang fleksibel

dan dapat berubah-ubah.

7. Menciptakan suatu ketegangan sehat yang menjembatani antara

kenyataan dengan harapan.

8. Memiliki anggapan bahwa supervisor memiliki kemampuan yang bagus

dalam hal analisis petunjuk dan pembelajaran serta tahu mengenai

interaksi manusia yang produktif.

9. Memerlukan preservice training untuk supervisor, khususnya dalam teknik

observasi, dan pemikiran pelayanan yang terus menerus untuk

dilaksanakan dalam pendekatan efektif.6

C. Tujuan Supervisi Klinis

Supervisi klinis mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan secara

khusus.

1. Tujuan umum

6 Carl D. Glickman, Supervision and Instructional Leadership (Boston: Pearson Inc, 2010), h. 288.

5

Page 10: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

a. Memberikan penekanan pada proses pembentukan dan pengembangan

profesional guru dengan maksud memberikan respon terhadap perhatian

utama serta kebutuhan guru yang berhubungan dengan tugasnya.

b. Membantu untuk menunjang perbaikan kualitas pendidikan harus dimulai

dengan adanya perbaikan dalam cara mengajar guru di kelas.

2. Tujuan khusus

a. Menyediakan bagi guru suatu feedback (balikan) yang obyektif dari

kegiatan mengajar guru.

b. Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah mengajar.

c. Membantu guru mengembangkan ketrampilannya dalam menggunakan

strategi-strategi mengajar.

d. Mengevaluasi guru untuk promosi jabata dan keputusan lainnya.

Pada waktu seorang guru mempersiapkan dirinya mengajar, sedang

mengajar, maupun sudah mengajar, ada dua hal yang utama menjadi perhatian

utama maupun kebutuhan yaitu: kesadaran dan kepercayaan akan dirinya serta

keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar. Kesadaran

dan kepercayaan diri dalam mengajar itu muncul dalam pertanyaan sebagai

berikut:

1. Dimanakah saya berada?

2. Bagaimanakah tanggapan serta perasaan siswa mengenai diri saya?

3. Seberapa besarkah kemampuan saya?

4. Apakah siswa menemukan yang sebenarnya dia perlukan dalam belajar?

5. Bagaimanakah saya dapat memperbaiki diri saya sebagai guru?

Disadari atau tidak, di dalam mengajar guru memerlukan keterampilan

dasar (generic skill) tertentu agar ia dapat mengajar lebih baik dan agar tujuan

pelajaran dapat tercapai. Keterampilan-keterampilan dasar tersebut dapata

dikelompokkan sebagai berikut:

1. Keterampilan menggunakan variasi dalam mengajar menggunakan stimulus,

yang terdiri dari emberi penguatan (reinforcement)

2. Variasi gaya interaksi dan penggunaan alat pandang

dengar (variability), menjelaskan (explaining), serta

3. Membuka dan menutup pelajaran (introductory procedures and clusure).

Keterampilan melibatkan siswa dalam proses belajar yaitu bertanya dasar dan

lanjutan (basic and advanced questioning), memimpin diskusi kelompok

6

Page 11: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

kecil (guiding small group discussion),mengajar kelompok kecil (small group

teaching), mengajar berdasarkan perbedaan individu (individualizet

instruction),mengajar melalui pertemuan siswa (discovery learning),dan

membantu mengembangkan kreatifitas siswa (fostering qualitivity).

Seorang supervisor yang baik harus memiliki beberapa syarat yaitu:

1.  Mempunyai keyakinan bahwa guru memiliki kemampuan atau potensi untuk

memecahkan masalah sendiri dan mengembangkan dirinya.

2.  Berkeyakinan bahwa guru mempunyai kebebasan untuk memilih dan

bertindak mencapai tujuan yang diinginkan

3.  Memiliki kemampuan untuk menanyakan kepada orang laindan dirinya sendiri

tentang asumsi dasar serta keyakinan atas dirinya.

4.  Mempunyai komitmen dan kemampuan untuk membuat rekan gurunya

merasa penting, dihargai dan maju.

5.   Memiliki kemauan dan kemampuan untuk dapat membinahubungan yang

akrab dan hangat dengan semua orang tanpa pandang bulu.

6.  Memiliki kemampuan untuk mendengarkan serta keinginan untuk

memanfaatkan pengalaman-penglaman guru sebagai sumber membuatnya

berusaha mencapai tujuan.

7.  Memiliki antusiaisme dan keyakinan atas supervisi klinis sebgai proses

kegiatan yang terus menerus untuk melayani pertumbuhan dan

perkembangan pribadi serta profesi guru

8.  Mempunyai keterampilan dalam berkomunikasi, mengobservasi dan

menganlisis tingkah laku guru mengajar

9.  Mempunyai suatu komitmen untuk mengembangkan dirinya sendiri, serta

berkeinginan keras untuk terus memperdalam supervise

D. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis

Adapun prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam supervisi klinis,

sebagai berikut :

a. Supervisi klinis yang dilakukan harus berdasarkan inisiatif dari para guru.

b. Ciptakan hubungan yang bersifat manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa

kesejawatan.

7

Page 12: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

c. Ciptakan suasana bebas dimana setiap orang bebas dan berani

mengemukakan apa yang dialaminya. Supervisor berusaha dapat menjawab

dan menemukan solusinya atas apa yang diharapkan guru.

d. Objek kajian adalah kebutuhan profesionalime guru yang riil, tentunya yang

mereka alami.

e. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat

untuk diperbaiki.

E. Sasaran Supervisi Klinis

Sasaran dari pelaksanaan supervisi klinis adalah guru-guru yang kurang

mampu dalam mengelola pengajaran secara profesional ataupun guru yang ingin

meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajarnya menuju guru yang

profesional. Adapun guru yang perlu diberikan supervisi klinis adalah yang

mempunyai karakteristik non profesional seperti pada tabel berikut :

Karakteristik Guru

Guru Sasaran Supervisi Klinis Guru Profesional

Komitmen

rendahAbstraksi rendah Komitmen tinggi Abstraksi tinggi

1 Kurang peduli

pada siswa

1 Bingung

ketika

menghadapi

masalah

1 Antusias,

energik,

penuh cita-

cita

1 Dapat melihat

masalah dari

berbagai sudut

pandang

2 Waktu dan

energi

terbatas

2 Tidak tahu

apa yang

harus

dikerjakan

2 Niat baik 2 Dapat

mengembangkan

beberapa

alternatif

pemecahan

3 Hanya peduli

pada tugas

sendiri

3 Memiliki

hanya satu

atau dua

kebiasaan

menghadapi

masalah

3 Tidak segan

melakukan

pekerjaan

sekolah di

rumah

3 Dapat memilih

alternatif terbaik

dan cara berpikir

secara bertahap

8

Page 13: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

Tabel 1.1. Karakteristik Guru7

F. Pelaksanaan Supervisi Klinis

Konsep supervisi klinis sebagai suatu teknik pendekatan dalam pembelajaran

guru merupakan suatu pola yang didasarkan pada asumsi dasar bahwa proses

belajar guru untuk berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari

proses belajar yang dilakukan guru tersebut. Supervisi klinis sebagai suatu teknik

memiliki langkah-langkah tertentu yang perlu mendapat perhatian untuk

mengembangkan profesionalitas guru. Menurut Cogan, ada delapan kegiatan

dalam supervisi klinis yang dinamainya dengan siklus atau proses supervisi

klinis8.

Delapan tahap tersebut yaitu :

1. Tahap membangun dan memantapkan hubungan guru dengan supervisor,

2. Tahap perencanaan bersama guru,

3. Tahap perencanaan strategi observasi,

4. Tahap observasi pengajaran,

5. Tahap analisis proses belajar mengajar,

6. Tahap perencanaan strategi pertemuan,

7. Tahap pertemuan, dan,

8. Tahap penjajakan rencana pertemuan berikutnya.

Menurut Mosher dan Purpel dalam Anantyas, dkk (2013) , ada tiga aktivitas

dalam supervisi klinis, yaitu :

1. Tahap perencanaan,

2. Tahap observasi,

3. Tahap evaluasi dan analisis.

Dengan demikian, walaupun deskripsi pandangan para ahli di atas tentang

langkah-langkah proses supervisi klinis berbeda, namun sebenarnya langkah-

langkah itu bisa disimpulkan pada tiga tahap esensial yang berbentuk (1) proses

pertemuan awal atau perencanaan, (2) proses pelaksanaan

pengamatan/observasi pembelajaran secara cermat, serta (3) proses

7 https://www.academia.edu/6047330/Makalah_supervise_klinis_fix (diakses pada 23 April 2014)8 Thomas J. Sergiovanni, Supervision: Human Perspectives (New York: McGraw Hill, 1983), h.301.

9

Page 14: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik. Dua dari ketiga

tahap tersebut memerlukan pertemuan antara guru dan supervisor, yaitu tahap

pertemuan awal dan tahap umpan balik.

a. Tahap Pertemuan Awal

Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana

tentang materi observasi yang akan dilaksanakan. Tahap ini memberikan

kesempatan kepada guru dan supervisor untuk mengidentifikasi perhatian

utama guru, kemudian menterjemahakn ke dalam bentuk tingkah laku yang

dapat diamati. Pada tahap ini dibicarakan dan ditentukan pula jenis data

mengajar yang akan diobservasi dan dicatat selama pelajaran berlangsung.

Tujuan utama pertemuan awal adalah untuk mengembangkan secara

bersama-sama antara supervisor dan guru, kerangka observasi kelas yang

akan dilakukan. Hasil pertemuan awal ini adalah kesepakatan kerja antara

antara supervisor dan guru. Tujuan ini bisa tercapai apabila tercipta

kerjasama yang baik antara guru dan supervisor, oleh karena itu disarankan

pertemuan awal dilaksanakan secara rileks dan terbuka agar timbul

kepercayaan guru terhadap supervisor.

Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (1981) mendeskripsikan satu agenda

yang harus dihasilkan pada akhir pertemuan awal, meliputi:

a. Menetapkan kontrak atau persetujuan antara supervisor dengan guru.

Tujuan instruksional dan khusus pengajaran.

Implementasi keseluruhan program pengajaran.

Aktivitas yang akan diobservasi.

Kemungkinan perubahan format aktivitas, sistem, dan unsur lain

berdasarkan kesepakatan bersama.

Deskripsi spesifik masalah-masalah yang balikannya diinginkan guru.

b. Menetapkan mekanisme/aturan-aturan observasi

Waktu (jadwal) observasi.

Lamanya observasi

Tempat observasi

c. Menetapkan rencana spesisfik untuk melaksanakan observasi

Dimana supervisor akan duduk selama observasi?

10

Page 15: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

Apakah supervisor menjelaskan kepada murid mengenai tujuan

observasi, kapan?

Akankah supervisor mencari satu tindakan khusus?

Perlukan adanya material/persiapan khusus?

Bagaimanakah supervisor akan mengakhiri observasi?

Secara teknis menurut Anastyas, dkk (2013) diperlukan lima langkah utama

bagi terlaksananya pertemuan awal yang baik, yaitu :

1. Menciptakan suasana intim antara supervisor dengan guru sebelum

langkah-langkah selanjutnya dibicarakan,

2. Mengkaji ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran,

3. Mengkaji ulang komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan diamati,

4. Memilih atau mengembangankan suatu instrumen observasi yang akan

dipakai untuk merekam tingkah laku guru yang akan menjadi perhatian

utamanya,

5. Instrumen observasi yang dipilih atau yang dikembangkan dibicarakan

bersama antara guru dan supervisor.

b. Tahap Observasi Mengajar

Menurut Daresh dalam materi PPL 1 Unesa, ada dua aspek yang harus

diputuskan dan dilaksanakan oleh supervisor sebelum dan selama

melaksanakan observasi pengajaran yaitu menentukan aspek-aspek yang

akan diobservasi dan bagaimana cara mengobservasinya. Aspek-aspek yang

akan diobservasi harus sesuai dengan hasil diskusi antara guru dengan

supervisor pada pertemuan awal, sedangkan mengenai bagaimana

mengobservasi juga perlu diperhatikan agar diperoleh data yang diinginkan.

Tujuan utama pengumpulan data untuk memperoleh informasi yang nantinya

digunakan sebagai bahan tukar pikiran dengan guru setelah observasi

berakhir, sehingga guru menganalisis dengan cermat aktivitas-aktivitas yang

dilakukannya di kelas.

Berkaitan dengan teknik dan instrumen pengamatan ini, sebenarnya para

penelitii telah banyak mengembangkan bermacam-macam teknik yang bisa

digunakan dalam mengamati kegiatan pembelajaran. Acheson dan Gall

menganjurkan agar menggunakan beberapa teknik dalam proses supervisi

klinis sebagai berikut :

11

Page 16: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

a. Selective verbatim.

Pada teknik ini, supervisor membuat semacam rekaman tertulis. Tentunya

hanya kejadian-kejadian tertentu yang direkam secara selektif yang sesuai

dengan kesepakatan bersama antara supervisor dan guru.

b. Rekaman observasional berupa seating chart

Seluruh kompleksitas perilaku dan interaksi selama pengajaran di

dokumentasikan /dideskripsikan secara bergambar dengan seating chart.

c. Wide lens techniques

Supervisor membuat catatan lengkap mengenai kejadian-kejadian di kelas

dalam cerita yang panjang lebar dikenal dengan anecdotal record.

d. Checklists and timeline coding

Supervisor mengumpulkan dan mengobservasi perilaku belajar mengajar

dengan terlebih dahulu diklasifikasi/dikategorikan. Flanders aktivitas kelas

dikategorikan dalam pembicaraan guru, pembicaraan murid, dan tidak ada

pembicaraan (silence).

Kunjungan dan observasi yang dilakukan supervisor bermanfaat untuk

mengetahui pelaksanaan pembelajaran sebenarnya. Manfaat observasi

tersebut antara lain dapat :

- Menemukan kelebihan atau kekurangan guru dalam melaksanakan

pembelajaran guna pengembangan dan pembinaan lebih lanjut,

- Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam melaksanakan suatu

gagasan pembaharuan pengajaran,

- Secara langsung mengetahui keperluan dan kebutuhan masing-masing

guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar,

- Memperoleh data atau informasi yang dapat digunakan dalam

penyusunan program pembinaan profesional secara terperinci,

- Menumbuhkan kepercayaan diri pada guru untuk berbuat lebih baik,

- Mengetahui secara lengkap dan komprehensif tentang hal-hal pendukung

kelancaran proses belajar-mengajar.

c. Tahap Umpan Balik

Sebelum pertemuan ini dilaksanakan, supervisor mengadakan analisis

pendahuluan tentang rekaman observasi yang dibuat sebagai bahan dalam

12

Page 17: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

pembicaraan pada tahap umpan balik. Tujuan utama menganalisis hasil

pengamatan dan memberikan umpan balik adalah menindaklanjuti apa yang

dilihat oleh supervisor sebagai pengamat terhadap proses pembelajaran.

Supervisor harus mengusahakan data yang objektif, menganalisis, dan

menginterpretasikan secara kooperatif dengan guru tentang apa yang telah

berlangsung dalam mengajar.

Proses ini merupakan proses yang penting untuk mengembangkan perilaku

guru dengan memberikan balikan tertentu. Balikan ini harus bersifat deskriptif,

spesifik, konkret, bersifat memotivasi, aktual, dan akurat, sehingga betul-betul

bermanfaat bagi guru. Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (1981)

mengemukakan lima manfaat pertemuan balikan yaitu :

a. Guru diberi penguatan dan kepuasan.

b. Isu-isu dalam pengajaran dapat didefinisikan bersama supervisor dan

guru yang tepat.

c. Supervisor bila perlu mengintervensi guru secara langsung untuk

memberikan bantuan didaktis dan bimbingan.

d. Guru bisa dilatih untuk melakukan supervisi terhadap dirinya sendiri.

e. Guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk meningkatkan profesional

diri di masa mendatang.

Keseluruhan tahap di dalam proses supervisi klinis dapat digambarkan dalam

bagan siklus supervisi sebagai berikut :

13

Page 18: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

TAHAP PERTEMUAN AWALMenganalisis rencana pelajaranmenetapkan bersama aspek-aspek yang akan diobservasi dalam mengajar

TAHAP OBSERVASI MENGAJARMencatat peristiwa selama pengajaranCatatan harus objektif dan selektif

TAHAP PERTEMUAN BALIKANMenganalisis hasil observasi bersama guru

menganalisis perilaku mengajar.bersama menetapkan aspek-aspek yang harus dilakukan untuk membantu perkembangan

keterampilan mengajar berikutnya

Sumber : Diadaptasikan dari Alexander mackie College of Advance Education (1981). Supervision of Practice Teaching. Primary Program, Sydney Australia, halaman 2

Gambar 1.2. Siklus Supervisi Klinis

G. Penerapan Supervisi Klinis Dalam Proses Pembelajaran

Untuk menunjang pengalaman lapangan maka proses kegiatan yang harus

dilaksanakan guru adalah : Mengadakan diskusi dengan supervisor mempelajari

literatur tentang keterampilan mengajar yang lain sehingga pada akhirnya guru

dapat melaksanakan keterampilan-keterampilan mikro secara terpadu dalam

kegiatan belajar-mengajar.

Dalam rangka pengorganisasian maka perlu diadakan koordinasi kerja

diantara komponen dalam lembaga pendidikan. Tenaga kependidikan secara

efisien dan efektif dapat memperhitungkan kendala-kendala yang ada serta

fasilitas yang tersedia.

Penerapan supervisi klinis adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari teori-teori dan hasil-hasil penelitian tentang berbagai

keterampilan mengajar.

2. Melihat dan membicarakan hasil rekaman baik video maupun audio dari

model-model mengajar yang ada.

3. Pengenalan lebih lanjud, penghayatan dan latihan penerapan dengan teman

dalam bidang study tertentu.

4. Mengadakan perencanaan pengajaran mikro yang dibantu oleh supervisor.

14

Page 19: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

5. Implementasi mengajar mikro dengan proses supervisi klinis.

6. Mengadakan latihan mengajar ulang dalam bentuk pengajaran mikro..

7. Menggunakan keterampilan tersebut dalam praktek mengajar di sekolah.

H. Kendala Saat Pelaksanaan Supervisi Klinis

Beberapa kendala yang pada saat ini dirasakan merupakan penghambat

pelaksanaan supervisi klinis dalam proses pengajaran mikro dan pengalaman

lapangan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Kurangnya lembaga pembimbing dan tenaga teknis untuk melayani dan

memelihara di lembaga pendidikan tentang supervisi klinis.

2. Keterbatasan dana dan sarana yang tersedia.

3. Sistem manajemen pendidikan di sekolah yang kurang memperhatikan

supervisi klinis.

4. Angka perbandingan (rasio) yang tinggi antara calon guru dengan supervisor.

5. Labilnya sistem organisasi kelembagaan serta tata aturannya.

BAB III

ANALISIS ARTIKEL

A. JURNAL NASIONAL

1. Implementasi Supervisi Klinis dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan

Guru Mengelola Proses Pembelajaran pada Guru SD Se-Gugus VII

Kecamatan Sawan

Penulis : Luh Amani,Nyoman Dantes,Wayan Lasmawan

Objek Penelitian : Guru IPS SD Se-Gugus VII Kecamatan Sawan mulai

kelas 4, 5, 6

Tempat Penelitian : Kecamatan Sawan

Latar Belakang

Permasalahan yang dialami SD se gugus VII Kecamatan Sawan, yaitu

selain keterbatasan tenaga guru yang dimiliki tidak sesuai dengan jumlah

guru yang diperlukan juga tingkat kemampuan guru dalam mengajar masih

sangat rendah. Maka untuk mengatasi dan mengantisipasi rendahnya mutu

15

Page 20: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

pendidikan salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan

meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan. Untuk meningkatkan pelayanan

pendidikan pada tingkat instruksional harus dimulai dari peningkatan kualitas

layanan yang secara operasional dilaksanakan oleh guru. Hal ini

berlandaskan pada pemikiran bahwa guru memegang peranan yang sangat

vital dan strategis dalam upaya pengembangan dan pembaharuan

pendidikan.

Data di lapangan menunjukkan bahwa saat ini prestasi peserta didik

atau nilai ulangan semester I dan II tahun pelajaran 2011/2012 di SD Se-

Gugus VII masih jauh dari harapan. Sebagai indikator adalah hasil analisis tes

peserta didik dengan ketuntasan belajar kurang 75%. Demikian juga

pencapaian nilai ujian akhir sekolah bidang studi IPS masih jauh dari KKM

yang ditentukan. Dari hasil pengamatan langsung observasi awal, salah satu

penyebabnya guru yang mengajar di sekolah tersebut belum mengetahui

strategi dan teknik mengajar atau cara penerapan proses belajar-mengajar

secara benar dan efektif, karena mayoritas guru-guru yang mengajar dalam

penerapan metode/model kurang bervariasi dan menganggap kemampuan

siswa sama dengan guru. Ternyata dalam melaksanakan pembelajaran

banyak guru yang mengalami kesulitan, sehingga hasil belajar siswa kurang

optimal.

Fenomena tersebut menunjukkan adanya masalah yang dihadapi guru

dalam melaksanakan proses yang segera dapat diatasinya. Oleh karena itu

diperlukan tindakan kegiatan Supervisi Klinis yang dilaksanakan oleh

seorang pengawas sekolah yang menangani dan mempertimbangkan

masalah pembelajaran yang dihadapi guru serta faktor-faktor yang menjadi

penyebabnya melalui supervisi klinis.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Peningkatan kemampuan guru mata pelajaran IPS SD Se-Gugus VII

Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2012/2013 dalam merencanakan

proses pembelajaran setelah diadakan supervisi klinis.

16

Page 21: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

2. Peningkatan kemampuan guru mata pelajaran IPS SD Se-Gugus VII

Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2012/2013 dalam melaksanakan

proses pembelajaran setelah diadakan supervisi klinis.

3. Peningkatan kemampuan guru mata pelajaran IPS SD Se-Gugus VII

Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2012/2013 dalam melengkapi

administrasi setelah diadakan supervisi klinis.

4. Kendala-kendala apa yang dihadapi guru mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) SD Se-Gugus VII Kecamatan Sawan tahun

pelajaran 2012/2013 dalam mengelola proses pembelajaran dengan

menggunakan supervisi klinis.

Metodologi

Penelitian ini adalah penelitian tindakan yang akan dilaksanakan dalam

2 (dua) siklus, tiap siklus ada 4 tahap yaitu 1) perencanaan tindakan, 2)

implementasi tindakan, 3) observasi dan interpresentasi tindakan, dilanjutkan

dengan analisis dan evaluasi, dan 4) refleksi.

Siklus I

1. Perencanaan Tindakan pertama digunakan untuk mengetahui kemampuan

guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan

cara menilai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Adapun

langkah- langkah yang akan ditempuh dalam siklus pertama adalah sebagai

berikut :

a. Peneliti menilai guru yang sedang melaksanakan proses pembelajaran

dengan menggunakan Instrumen Penelitian Keterampilan Guru (APKG I).

b. Guru menerima hasil penilaian dari peneliti, kemudian guru mendiskusikan

bagian-bagaian pelaksanaan proses pembelajaran yang masih dianggap

kurang.

c. Mengadakan tindakan balikan

d. Mengadakan tindak lanjut

2. Pelaksanaan Tindakan (Implementasi) Pelaksanaan tindakan pada siklus ini,

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

17

Page 22: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

a. Peneliti menilai guru yang sedang melaksanakan proses pembelajaran

dengan menggunakan Instrumen Penelitian Keterampilan Guru (APKG I).

b. Guru menerima hasil penilaian dari peneliti, kemudian guru mendiskusikan

bagian-bagaian pelaksanaan proses pembelajaran yang masih dianggap

kurang.

c. Mengadakan tindakan balikan

d. Mengadakan tindak lanjut

3. Pengamatan / Observasi (Monitor Impelemtasi, dan Efek) Pengamatan

dilaksanakan oleh peneliti, pengamatan diarahkan kepada :

a. Memeriksa administrasi guru yang meliputi: 1) Program tahunan, 2) Program

semester, 3) Silabus, 4) RPP, 5) Jurnal Harian, 6) Daftar Persensi Siswa, 7)

Daftar Nilai, 8) Program Perbaikan dan pengayaan.

b. Pelaksanaan proses pembelajaran yang meliputi: 1) Penguasaan materi

pembelajaran, 2) Pendekatan atau strategi pembelajaran, 3) Pemanfaatan

sumber atau media pembelajaran, 4) Pembelajaran yang memicu dan

memelihara keterlibatan siswa, 5) Penilaian proses dan hasil belajar, 6)

Penggunaan bahasa.

4. Evaluasi dan Refleksi (Penjelasan Implementasi dan Revisi).

Pada kegiatan tindakan balikan, peneliti mengikutsertakan semua guru kelas,

dengan maksud sebagai pembinaan khusus penyusunan RPP. Guru yang

dijadikan subyek penelitian dalam kegiatan tindakan balikan memaparkan

pengalamannya, yaitu membandingkan antara proses pembelajaran yang

dilaksanakan sebelum dilibatkan dalam penelitian tindakan sekolah dengan

yang dilaksanakant setelah dilibatkan pada penelitian tindakan sekolah.

Siklus II

Pelaksanaan siklus II dilaksanakan dengan penyempurnaan proses

pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi siklus I. Subjek penelitian ini

adalah para guru mata pelajaran IPS kelas IV, V, dan VI se-Gugus VII

Kecamatan Sawan dengan jumlah 21 orang. Metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Metode

observasi digunakan untuk mencari data mengenai kemampuan guru

mengelola proses pembelajaran. Metode observasi ini dilengkapi dengan

18

Page 23: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

instrumen yang berupa format observasi. Yang akan diobservasi dalam

kegiatan supervisi klinis ini adalah kemampuan guru mengelola proses

pembelajaran yang sesuai dengan Permendiknas No. 41 Tahuan 2007.

Metode wawancara digunakan utnuk mengumpulkan data tentang kendala-

kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS. Metode

wawancara dilengkapi dengan pedoman wawancara. Instrumen yang dibuat

kemudian dikonsultasikan dengan ahli.

Validasi yang dilakukan adalah validasi isi atau uji pakar. Mekanisme

perhitungan tersebut adalah sebagai berikut: a) para pakar yang dipercaya

menilai instrument per-butir, dengan menggunakan skala, b) dilakukan

pengelompokan skala, c) hasil penilaian para pakar ditabulasi dalam bentuk

matriks, d) dibuat tabulasi silang, e) dilakukan perhitungan validitas isi.

Setelah data dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya

dilakukan analisis data. Data kemampuan guru mengelola proses

pembelajaran dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. “Metode

analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan

dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti angka rata-

rata (Mean) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga

diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2010:8). Tingkatan kemampuan guru

mengelola proses pembelajaran dapat ditentukan dengan membandingkan

M(%) atau rata- rata persen ke dalam PAP skala lima. Untuk mengetahui

tingkat keberhasilan yang dapat dicapai pada sebuah tindakan, maka perlu

ditentukan kriteria keberhasilan yang dapat diamati dari indikator-indikator

ketercapaian. Kriteria keberhasilan penelitian ini dapat diukur dari

ketercapaian peningkatan kemampuan guru dalam mengelola proses

pembelajaran. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila kemampuan guru

dalam mengelola proses pembelajaran berada pada kategori sangat baik.

Hasil dan Pembahasan

Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan skenario yang telah

ditentukan. Pada siklus I dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan. Pelaksanaan

supervisi klinis untuk meningkatkan kemampuan guru mengelola proses

pembelajaran dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Februari. Secara

rinci pertemuan I sampai pertemuan ke IV dituangkan dalam tabel berikut.

19

Page 24: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

Tabel 1 Pelaksanaan Tindakan Pertemuan I hingga Pertemuan IV

No. Hari/Tanggal Pertemuan Materi

1. Sabtu, 5-1-2013 Menyusun RPP

2. Sabtu, 19-1-2013 Melaksanakan Proses

Pembelajaran

3. Sabtu, 26-1-2013 Kelengkapan Administrasi

4. Sabtu, 2-2-2013 Kendala-kendala yang dihadapi

oleh guru mata pelajaran IPS

dalam mengelola proses

pembelajaran

Pelaksanaan observasi dan pemantauan dilakukan oleh peneliti dengan

mengikuti prosedur pelaksanaan yang telah ditetapkan. Selama proses

observasi berlangsung dilakukan pengamatan oleh peneliti dibantu oleh

kepala sekolah. Hasil analisis data dilihat dari aspek merencanakan proses

pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, dan kelengkapan

administrasi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2 Data Penelitian pada Siklus I

Kemampuan guru

merencanakan proses

pembelajaran

Kemampuan guru

melaksanakan proses

pembelajaran

Kelengkapan

administrasi guru

78,28% (baik) 75,83% (baik) 78,70% (baik)

Dari Tabel 2 terlihat rata-rata kemampuan guru mengelola proses

pembelajaran berada pada kategori baik. Untuk itu tindakan perlu dilanjutkan

untuk mencapai kategori sangat baik. Maka dilanjutkan pelaksanaan tindakan

pada siklus II. Pada siklus II dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, yang

dilakukan pada bulan Pebruari sampai dengan Maret. Secara rinci pertemuan

I sampai pertemuan ke IV dituangkan dalam tabel berikut.

Tabel 3 Pelaksanaan Tindakan Pertemuan I hingga Pertemuan IV

No. Hari/Tanggal Materi

20

Page 25: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

Pertemuan

1. Sabtu, 16-2-2013 Menyusun RPP

2. Sabtu, 26-2-2013 Melaksanakan Proses Pembelajaran

3. Sabtu, 2-3-2013 Kelengkapan Administrasi

4. Sabtu, 9-3-2013 Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru

mata pelajaran IPS dalam mengelola

proses pembelajaran

Hasil analisis data dilihat dari aspek merencanakan proses pembelajaran,

melaksanakan proses pembelajaran, dan kelengkapan administrasi dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4 Data Penelitian pada Siklus II

Kemampuan guru

merencanakan proses

pembelajaran

Kemampuan guru

melaksanakan proses

pembelajaran

Kelengkapan

administrasi guru

92,19% (sangat baik) 97,38% (sangat baik) 95,32% (sangat baik)

Dari Tabel 4 terlihat rata-rata kemampuan guru mengelola proses

pembelajaran berada pada kategori sangat baik. Dengan demikian penelitian

ini dihentikan dan dapat dikatakan berhasil. Berdasarkan hasil analisis dari

siklus I ke siklus II terlihat dari adanya peningkatan rata-rata dan kriteria

kemampuan guru mengelola proses pembelajaran baik dalam merencanakan

proses pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, maupun

kelengkapan administrasi.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian dapat

ditarik simpulan sebagai berikut.

1. Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru IPS SD

Gugus VII Kecamatan Sawan dalam merencanakan proses pembelajaran

yang sesuai dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007. Hal ini terlihat dari

tingkat kemampuan guru pada siklus I sebesar 78,28% yang tergolong

baik, meningkat pada siklus II menjadi 92,19% yang tergolong sangat baik.

21

Page 26: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

Sepervisi klinis yang diterapkan mampu mengatasi kesulitan dan hambatan

guru dalam merencanakan proses pembelajaran, karena sifatnya yang

kolegial. Tidak ada lagi instruksi yang bersifat menekan, tetapi diskusi atau

interaksi yang kondusif.

2. Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru IPS SD

Gugus VII Kecamatan Sawan dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Hal ini terlihat dari tingkat kemampuan guru melaksanakan proses

pembelajaran pada siklus I sebesar 75,83% yang tergolong baik,

meningkat pada siklus II menjadi 97,38% yang tergolong sangat baik.

Melalui supervisi klinis yang bersifat kolegial, guru dengan leluasa

mengemukakan kesulitannya dalam melaksanakan proses pembelajaran,

sehingga peneliti bisa memberikan penjelasan yang lebih mendalam dan

akhirnya kemampuan guru lebih meningkat.

3. Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru IPS SD

Gugus VII Kecamatan Sawan dalam melengkapi administrasi. Hal ini

terlihat dari tingkat kelengkapan administrasi pada siklus I sebesar 78,70%

yang tergolong baik, meningkat pada siklus II menjadi 95,32% yang

tergolong sangat baik.

4. Penerapan supervisi klinis dapat mengatasi kendala-kendala yang dihadapi

guru dalam mengelola pembelajaran IPS. Hal ini terlihat dari tingkat

persentase pada siklus I sebesar 70,76% yang tergolong cukup, meningkat

pada siklus II menjadi 94,67% yang tergolong sangat baik.

2. Upaya Meningkatkan Kinerja Guru Melalui Supervisi Klinis di SMPN

Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara

Penulis : Yusni Siregar

Objek Penelitian : Guru IPA SMPN Kecamatan Medang Deras

Tempat Penelitian : SMPN Medang Deras

Latar Belakang

Berdasarkan wawancara penulis dengan Kepala Sekolah dan

beberapa siswa di SMP Negeri Batu Bara, mengesankan bahwa terdapat

kurang kompetennya guru IPA dalam mengajar, disiplin guru yang masih

22

Page 27: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

kurang, semangat kerja yang masih rendah, masih banyak guru yang

mengajar menggunakan cara tradisional, dan belum sepenuhnya mengacu

pada tuntutan kurikulum melalui kegiatan pembelajaran efektif dan kreatif.

Belum semua guru menyiapkan silabus, RPP, menggunakan media,

menentukan metode pembelajaran, dan perangkat pembelajaran yang

lainnya, pada saat mengajar sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

juga kurang jelas yang akhirnya berdampak pada masih rendahnya hasil

belajar siswa, seperti masih rendahnya nilai Ujian Nasional (UN) siswa, dan

rendahnya nilai IPA yang diperoleh pada Olimpiade Sain Nasional (OSN).

Dilihat bahwa nilai IPA masih belum menggembirakan karena masih

terdapat siswa yang berada di bawah nilai batas lulus (5,50). Selain

berdasarkan nilai Ujian Nasional ada indikator lain yang membuat peneliti

melakukan penelitian ini, bahwa khusus mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) Krieria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMPN Batu BaraThn

pelajaran 2009/2010 adalah 65,00, peneliti ingin KKM tersebut menjadi 75,00

setelah diadakannya workshop dan supervisi klinis.

Keluhan guru IPA bahwa mereka masih merasakan sulit dalam

membuat dan menyusun silabus maupun RPP terutama dalam menentukan

indikator dan tujuan pembelajaran. Guru-guru IPA memandang bahwa

perencanaan yang mereka susun dalam pembuatan silabus dan RPP sebagai

kerja rutin untuk kepentingan administrasi sekolah yang implementasinya

kurang diperhatikan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas penulis tertarik

melakukan Penelitian Tindakan Sekolah dengan judul “Upaya meningkatkan

kinerja guru melalui supervisi klinis di SMP Negeri Kecamatan Medang Deras

Kabupaten Batu Bara“

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan:

a. Prosentase peningkatan kinerja guru IPA dalam menyusun perangkat

pembelajaran melalui supervisi klinis

b. Prosentase peningkatan kinerja guru IPA dalam merencanakan proses

kegiatan pembelajaran di kelas melalui supervisi klinis

23

Page 28: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

c. Prosentase peningkatan kinerja guru IPA dalam merencanakan bentuk

penilaian melalui supervisi klinis

Metodologi

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Kecamatan Medang Deras

Kabupaten Batu Bara. Sebelum pelaksanaan supervisi klinis di sekolah-

sekolah Negeri di Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara terlebih

dahulu dilaksanakan workshop di SMP Negeri 2 Kecamatan Medang Deras

Kabupaten Batu Bara.

Peneliti menggunakan Action research, menggunakan model Kemmis

yang terdiri dari 4 (empat) fase kegiatan yaitu merencanakan, tindakan,

mengamati, dan merefleksi.

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kemampuan guru

IPA dalam merancang pelaksanaan pembelajaran IPA di sekolah dan

kegiatan supervisi klinis setelah mengikuti workshop. Data ini dianalisis

dengan menggunakan teknik prosentase. Data kinerja guru saat dilakukan

kegiatan implementasi di sekolah-sekolah dianalisis dengan teknik

prosentese. Untuk melihat peningkatan kinerja guru IPA dilihat dari

prosentese peningkatan yang dibandingkan dari siklus pertama dengan siklus

yang kedua. Data hasil observasi terhadap kinerja guru dilakukan analisis

Vygette dan merujuk pada teori-teori yang relevan.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Pelaksanaan penelitian pada Siklus 1 yang Dilakukan Oleh

Peneliti Terhadap Guru Dalam Workshop di SMP Negeri 2 Medang Deras,

dirangkum pada Tabel 1 berikut

24

Page 29: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

Kemudian Hasil Pelaksanaan Siklus 1 yang Dilakukan Oleh Peneliti Terhadap

Pengawas Sekolah Dalam Workshop di SMP Negeri 2 Medang Deras, seperti

pada Tabel 2 berikut.

Refleksi hasil pelaksanaan siklus 1 yang dilakukan oleh peneliti

terhadap 10 orang guru IPA pada workshop di SMP Negeri 2 Medang Deras

adalah: (a) 53% guru cukup memahami cara menyusun perangkat

pembelajaran IPA yang dijelaskan oleh peneliti, (b) 56% guru cukup

memahami cara menyusun proses kegiatan pembelajaran IPA yang

25

Page 30: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

dijelaskan oleh peneliti; (c) 48% guru cukup memahami cara merencanakan

bentuk penilaian pembelajaran IPA.

Refleksi hasil pelaksanaan siklus 1 yang dilakukan oleh peneliti

terhadap 5 orang pengawas sekolah pada workshop di SMP Negeri 2

Medang Deras adalah: (a) 66% pengawas sekolah memahami cara

menyusun perangkat pembelajaran IPA yang dijelaskan oleh peneliti dengan

baik, (b) 58% pengawas sekolah cukup memahami cara menyusun proses

kegiatan pembelajaran IPA yang dijelaskan oleh peneliti; (c) 42% pengawas

sekolah cukup memahami cara merencanakan bentuk penilaian

pembelajaran IPA.

Hasil Siklus 2 Pertemuan 1 (Pengawas Sekolah Menjelaskan Cara

Menyusun Perangkat Pembelajaran, Menyusun Proses Kegiatan

Pembelajaran, Merencanakan Bentuk Penilaian Pembelajaran IPA ) disajikan

pada Tabel 3.

Hasil Pelaksanaan Siklus 2 Pertemuan 1 yang Dilakukan Oleh

Pengawas Sekolah Terhadap Guru Dalam Workshop di SMP Negeri 2

Medang Deras seperti pada Tabel 4 berikut.

26

Page 31: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

Hasil Siklus 2 Pertemuan 2 (Pengawas Sekolah Meminta Guru

Menyusun Perangkat Pembelajaran, Menyusun Proses Kegiatan

Pembelajaran, Merencanakan Bentuk Penilaian Pembelajaran IPA), disajikan

pada Tabel 5 berikut.

27

Page 32: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

Refleksi hasil pelaksanaan siklus 2 pertemuan 2 yang dilakukan oleh

pengawas sekolah terhadap 10 orang guru IPA pada workshop di SMP

Negeri 2 Medang Deras adalah: (a) 100% guru menyusun perangkat

pembelajaran IPA yang dijelaskan oleh pengawas sekolah dengan sangat

baik, (b) 100% guru menyusun proses kegiatan pembelajaran IPA yang

dijelaskan oleh pengawas sekolah dengan sangat baik; (c) 100% guru

merencanakan bentuk penilaian pembelajaran IPA yang dijelaskan oleh

pengawas sekolah dengan sangat baik, sudah sesuai dengan yang

diharapkan sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Nilai rata-rata kinerja guru IPA di SMP Negeri Kecamatan Medang

Deras Kabupaten Batu Bara mengerjakan penyusunan perangkat

pembelajaran IPA, menyusun proses kegiatan pembelajaran IPA, dan

merencanakan bentuk penilaian pembelajaran IPA meningkat dari siklus 1 ke

siklus 2 pertemuan 2 yaitu: 52,87 menjadi 100,00. Peningkatan nilai ratarata

kinerja guru adalah: 100% - 52,87% = 47,13%

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa simpulan dalam penelitian

tindakan sekolah ini yaitu:

1) Peningkatan kinerja guru IPA tingkat SMP Negeri Kecamatan Medang

Deras Kabupaten Batu Bara menyusun perangkat pembelajaran IPA

melalui supervisi klinis dari siklus 1 ke siklus 2 pertemuan 2 yaitu: 54,50

menjadi 100,00. Peningkatan nilai rata-rata kinerja guru menyusun

perangkat pembelajaran IPA adalah: 100% - 54,50% = 45,50%,

2) Peningkatan kinerja guru IPA di SMP Negeri Kecamatan Medang Deras

Kabupaten Batu Bara merencanakan proses kegiatan pembelajaran IPA

melalui supervisi klinis dari siklus 1 ke siklus 2 pertemuan 2 yaitu: 55,70

menjadi 100,00. Peningkatan nilai rata-rata kinerja guru merencanakan

proses kegiatan pembelajaran IPA adalah: 100% - 55,70% = 44,30%,

3) Peningkatan kinerja guru IPA di SMP Negeri Kecamatan Medang Deras

Kabupaten Batu Bara merencanakan bentuk penilaian pembelajaran IPA

melalui supervisi klinis dari siklus 1 ke siklus 2 pertemuan 2 yaitu: 48,40

menjadi 100,00. Peningkatan nilai rata-rata kinerja guru merencanakan

bentuk penilaian pembelajaran IPA adalah: 100%-48,40 % =51,60%,

28

Page 33: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

4) Peningkatan kinerja guru IPA di SMP Negeri Kecamatan Medang Deras

Kabupaten Batu Bara mengerjakan penyusunan perangkat pembelajaran

IPA, menyusun proses kegiatan pembelajaran IPA, dan merencanakan

bentuk penilaian pembelajaran IPA meningkat dari siklus 1 ke siklus 2

pertemuan 2 yaitu: 52,87 menjadi 100,00. Peningkatan nilai ratarata

kinerja guru adalah: 100% - 52,87% = 47,13%.

B. JURNAL INTERNASIONAL

1. Effects of Modified Clinical Supervision on Teacher Instructional

Performance

Writer : Dr P.N. Okorji and Dr R.N. Ogbo

Research Object : Teachers at Secondary School

Area of The Study : Abakaliki Local Government Area (L.G.A), Ebonyi

L.G.A. Ohaukwu L.G.A., Izzi L.G.A.

Method : Research Design with the Quasi Experimental Design.

Background:

In Ebonyi State of Nigeria, an educationally backward state in Nigeria,

(World Bank, 2000), the present practice in the secondary school system

is that teachers are assessed professionally for on the job growth and

development through the traditional method of instructional supervision.

Ogbo (2005) observed that experts have continually criticized this method on

account of its inclination towards fault finding and sanctioning of teachers

who are found deficient in instructional performance, methods, procedures

and subject content development.

The traditional method of supervision is based on three steps which

involved classroom observation, scoring of lesson notes and writing of

report. The intent is to access the instructional objectives, procedures and

methods. The supervisor, therefore summaries the teacher’s ability for the

purpose of record keeping and performance evaluation. The traditional

method involves a critical check of the teacher tasks and errors by the

supervisors.

29

Page 34: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

Apparently, the teacher in most cases is made to face condemnation for

perceived poor performance or ineffectiveness in the course of teaching in

the classroom. Conversely, little or no effort is made to share empathy

with the teachers by the supervisors. Nworgu (1980), Oliatan(1981) and

Ogunsaju(1983) maintained that most teachers would avoid supervision for

fear of this apparent fear, perhaps may be to shy away of being ridiculed or

made object caricature by supervisors. Thus, teachers consider every visit

of supervisors as attack on their personality.

In the school system in Nigeria, there are both male and female teachers

who constitute the practitioners. Findings appear to suggest that there are more

female teachers than males in our school systems today. The current poor

instructional competence of teachers which appears to have impacted

negatively on the scholastics achievement of students in their senior

secondary school certificate is an issue of concern to stake holders of education.

It appears that the current supervisory practice in use in school do not provide

the necessary instructional guidance needed by teachers. Modified clinical

supervision, which involves interpersonal interaction, diagnosis and clinical

assistance to teachers, may well likely provide the best instructional

assistance teacher need. Thus, it needs to be subjected to empirical proof

in Ebonyi Secondary School system and this is the aim of this research paper.

Results:

The findings of the study based on the research questions are presented

in the following tables:

Research Question I. What is the effect of modified form of Cogan’s clinical

supervision approach on teachers instructional performance?.

Table I. Pretest and Post-test mean scores of teachers supervised using

Cogan’s approach (treatment) and those supervised using traditional

conventional approach (control).

30

Page 35: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

Group No Pre-test Mean No Post-test mean Standard

Deviation

Treatment group 20 37.6 20 80.350 5.575

Control group 20 35.85 20 58.9 11.65

Table I revealed that the clinical method of supervision is more

effective in improving the performance of secondary school teachers in

Ebonyi State. Teachers supervised using modified cogan’s clinical

supervision approach had a mean score of 80.35 while their counterpart

supervised with the traditional approach had a mean of 58.9.

Research Question 2. What is the effect of the modified form of clinical

supervision approach on instructional performance of male and female

teachers?

Table 2. Mean scores of Male and Female Teachers supervised with cogan’s

clinical supervision.

Group No Pre-test Mean Post-test mean Standard

Deviation

Males 20 37 67.16 14.67

Females 20 43.66 72.10 13.44

The result as revealed from Table 2 shows that the Cogan’s clinical

supervision approach proved to be more effective on female teachers

than the males. The data on the table attest to this finding.

Research Question 3. What is the interaction effect of modified Cogan’s

clinical supervision and gender on teacher’s instruction performance?

Table 3. Interaction between gender on Cogan’s modified supervision?

Gender Group No Male X Female X

Mean for Treatment 20 67 72

Mean for Control 20 57.49 60.32

31

Page 36: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

Evidence from table 3 shows that there is no interaction between

supervisory model and gender on teachers instructional performance.

This implies that the Cogan model is most suitable for both male and female

teachers.

Conclusions:

The several reforms in Nigeria Education system is geared towards

exploring ways to better educate learners and improve out comes. Clinical

supervision of instructions is a supervisory package designed to help

teachers improve on instruction and increasing professional growth. The

findings from the research suggest that modified clinical supervision is

gradual on teachers in that it induces some level of effectiveness on the

teachers through supervisors. The modified clinical supervision engenders

cordiality among teachers and supervisors, therefore. The implication therefore

is that the supervisory approach to an extent removes fear and anxiety

experienced by teachers in traditional supervision.

2. Use of Clinical Supervision Cycle in the Assessment of Teacher Trainees

in Physical Education in Kenya

Writer : KIRUI Kipngetich E. J. and AMHED Osman

Research Object : Teacher trainees in physical education at Primary

School

Area of the study : Rift-Valley Zone in Kenya

Method : Mixed Methods Methodology

Background:

A successful student teaching experience is the keystone of pre-service

teacher preparation. As envisioned, one of the main challenges of effective

curriculum instruction in physical education in schools is the nature of

supervision of teachers during training. If the preparations ofteachers are not

done well, the results will alway s be disparities between the promises and

realities in schools in the implementation of innovations or even existing

curriculum policies as is the case of physical education in primary schools.

32

Page 37: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

Results:

The preparation of teacher trainees for TP in Physical Education

curriculum and the use of clinical supervision cycle to assess the trainees

were easily explained using qualitative approach. The results were best

explained as the respondents’ insights were captured. This study used

quantitative approach in order to inform on the sample size of the

respondents, quantify categorization of respondents, and present the means,

percentages and even apply chi-square statistic in order to further understand

the differences noted in the descriptive statistics on aspects of training of

teachers in physical education.

For qualitative:

The interviewed PE specialists were not attuned to the clinical supervision cycle

that this study sought to establish whether it was in use in colleges. They

seemed to have been familiar with the classroom observation stage and

feedback conferencing, but they gave sparse information. Their

understanding of post-observation or feedback conference stage mainly

hinged on the comments students are given after the lesson, to them it is not an

interactive process. The assessor only reads to the trainee a list of several

“mistakes he/she committed” during the lesson.

For quantitative:

Hypothesis Testing

HO1:There is no significant relationship between target setting in pre-

observation conference and the giving of high quality feedback in post-

observation conference to the trainee by the assessor.

To test this hypothesis, the Chi-Square (χ2) test was used. This is

because the variables were measured at the nominal and ordinal scales. A

significant χ2 test result indicates that the two variables are not independent.

When the value is not significant, variables are independent. The results indicate

χ2 (df 16) = 23.109, p> 0.05(Appendix C). The results are not significant.

Therefore, this researcher has failed to reject the hypothesis. There seems to be

no relationship between target setting in pre-observation conference and the

33

Page 38: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

giving of high quality feedback during postobservation conference to the teacher

trainees by the assessor.

Clinical supervision cycle is not fully exploited in the assessment of teacher

trainees in physical education at some point in teaching practice in TTCs in

Kenya

Conclusions:

It has become known in this study that the use of clinical supervision cycle in

the training and assessment of teacher trainees in physical education in TTCs is

largely not used. This puts into spotlight the nature and quality of trainees who

are expected to insure the lives of the young children and teens in physical

education and sports in schools when they graduate from TTCs. Clinical

supervision is the creation of a helping relationship between the supervisor and

trainee. The use of clinical supervision of studentteachers will persuade them to

reach their potential without the threat and apprehension that usually accompany

supervision and evaluation. As researchers, our understandings are consistent

with Bernard and Goodyear (1998) that whenever a trainee is deprived of

appropriate training and supervision, the professional community is diminished

34

Page 39: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan yaitu:

1. Supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dengan hubungan yang

intens berlanjut dan matang antara supervisor dan guru searah dengan

perbaikan praktek profesional guru yang dapat menjamin kualitas

pelayanan belajar secara berkelanjutan dan konsisten

2. Supervisi klinis memiliki karakteristik atau fokus antara lain, merubah cara

mengajar serta didasarkan atas bukti pengamatan.

3. Tujuan supervisi klinis meliputi tujuan umum dan khusus

4. Kriteria dan teknik supervisi klinis meliputi pertemuan pendahuluan,

observasi guru pada saat bekerja dan peninjauan pola atau teknik balikan

B. Saran

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, maka berbagai upaya

harus dilakukan oleh stakeholder pendidikan. Salah satu upaya yang

dimaksud adalah supervisi guru. Supervisi guru bukan hanya dilakukan oleh

supervisor tetapi dapat pula dilakukan oleh kepala sekolah maupun teman

sejawat dengan melakukan supervisi klinis. Kegiatan supervisi klinis dapat

dilaksanakan dengan baik setelah memahami konsep dan langkah-langkah

pelaksanaan supervisi klinis.

35

Page 40: Makalah Supervisi Klinis (Kelompok 2)

DAFTAR PUSTAKA

Glickman, Carl D. Supervision and Instructional Leadership. Boston: Pearson Inc, 2010.

https://www.academia.edu/6047330/Makalah_supervise_klinis_fix, diakses pada 23 April 2014.

Mukhtar dan Iskandar. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.

Rivai, Moch. Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Jammers, 1987.  

Sergiovanni,Thomas J. Supervision: Human Perspectives. New York: McGraw Hill, 1983.

Sullivan, Susan. Supervision that Improves Teaching and Learning . California:Corwin, 2009.

Sagala,Syaiful. Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2010.

Sergiovanni, Thomas J. Supervision: Human Perspectives. New York: McGraw Hill, 1983.

36