makalah tehno

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT

MAKALAHPREFORMULASI DAN DESAIN FORMULASI TABLET

KELOMPOK II

KELAS L. 1

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2012

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri farmasi merupakan salah satu elemen yang berperan penting dalam mewujudkan kesehatan nasional melalui aktivitasnya dalam bidang manufcturing obat. Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan dan vitalnya aktivitas obat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh manusia melahirkan sebuah tuntutan terhadap industri farmasi agar mampu memproduksi obat yang berkualitas. Oleh karena itu, semua industri farmasi harus benar-benar berupaya agar dapat menghasilkan produk obat yang memenuhi standard kualitas yang dipersyaratkan. Dalam era globlalisasi sekarang ini, industri farmasi dituntut untuk dapat bersaing dengan industri farmasi baik dalam maupun luar negeri agar dapat memperebutkan pangsa pasar dan memenuhi kebutuhan obat bagi masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pemenuhan kebutuhan obat yang bermutu bagi masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan pedoman bagi industri farmasi untuk dapat menghasilkan produk yang bermutu yaitu dengan CPOB (cara pembuatan obat yang baik). Pada tahun 2006, pemerintah telah memperbarui cpob ini, yang kemudian lebih dikenal dengan cpob terkini atau cgmp (current gmp).

Produksi obat di apotik jauh lebih mudah bandingakan dengan produksi industri, tidak perlu mengadakan kajian preformulasi secara khusus tetapi cukup dengan menerapkan dan memahi dasar dasar preformulasi, sehingga di dapatkan sebuah produk obat yang sesuai. Preduksi obat di apotik dapat meliputi peracikan obat atas permintaan tertulis dokter dalam sebuah resep atau melakukan pengemasan ulang sediaan obat dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhan pasar yang tersedia. Sedian farmasi yang beraneka ragam jenisnya tentulah harus dipertibangkan dan di perhatikan dalam mendesainnya sehingga di dapat suatu sediaan yang stabil, efektif dan aman. Tahapan yang tidak kalah pentingnya dari proses sediaan farmasi adalah preformulasi sediaan farmasi. Pengkajian preformulasi ini berpusat pada sifat sifat fisika kimia zat aktif serta bahan tambahan obat yang dapat mempengaruhi penampilan obat dan perkembangan suatu bentuk sediaan farmasi.

BAB II

TINJAUAN TEORI A. Sudi Preformulasi 1. Defenisi preformulasi Studi preformulasi adalah tahap pertama dalam pembentukan tablet atau aktivitas formulasi dengan pertimbangan yang hati-hati dari data preformulasi. Preformulasi penting bagi formulator untuk

mendapatkan profil fisika-kimia yang lengkap dari bahan-bahan aktif yang tersedia sebelum memulai suatu aktifitas perkembangan formulai seluruh informasi ini diketahui sebagai preformulasi (Lieberman, 1990). Preformulasi sebagai tahap dapat dideskripsikan

perkembangan yang mana ahli farmasi

mengkatagorikan sifat f i s i k a k i m i a d a r i b a h a n o b a t dalam pertanyaan y a n g m a n a dianggap penting dalam

formulasi yang stabil, efektif dan bentuk yang aman. Beberapa parameter seperti ukuran kristal dan bentuk, s i f a t ph,

solubility, sifat ph stabilitas, polymorphisin, efek pembagian, permaebilitas obat dan disolusi dievaluasi

selamaevaluasi tersebut mungkin saja terjadi. Interaksi dengan berbagai bahan bahan inert yang dimaksudkan untuk penggunaan dalam bentuk akhir, yang mana diketahui. Data yang

didapat dari e v al u a s i i n i b e r h u b u n ga n d e n ga n d a t a y a n g d i d a p a t d a r i pendahuluan farmakologi dan studi biokimia dan memberikan ahli farmasi informasi yang mengizinkan pemilihan dari dosis yangoptimum mengandung bahan bahan inert yang paling diminati perkembanganya dalam perkembangan

(Gennaro, 1998). 2. T u j u a n P r e f o r m u l a s i Tujuan dasar dari aktivitas preformulasi adalah untuk m e n yi a p k a n dasar rasional untuk metode

preformulasi, untuk memaksimalkan kesempatan dalam m e n g o p t i m a l k a n s e b u a h produk obat dan penampilannya. Dari sudut pandang seorang f o r m u l a t o r t a b l e t , i n f o r m a s i preformulasi kestabilan ya n g zat paling penting adalah studi

tambahan

obat.

Pertanyaan

berikutnya, untuk obat baru. Sebuah obat dimana formulasinya memiliki pengalaman yang kurang adalah untuk memilih

bahan, zat tambahan yang mana baik secara kimia fisika cocok dengan obatnya (Lieberman, 1990). Penerangan formula menggunakan pengalaman dan pengetahuan mengetahui bahan tambahan untuk menjaga ukuran t a b l e t ini seminimal mungkin tanpa mengorbankan bagian

bagian

yang

perlu.

Formulasi

dari

tablet

m e m b u t u h k a n pertimbangan antara lain (Lieberman, 1990) : 1. Ukuran dari dosis atau kuantias dari bahan aktif. 2. Stabilitas dari bahan aktif. 3. Kelarutan dari bahan aktif. 4. Kerapatan dari bahan aktif. 5. Kemampuan pengampaan dari bahan aktif. 6. Penyeleksian bahan tambahan. 7. Metode dari granulasi. 8. Karakter dari granulasi. 9. Kempa tablet, tipe, ukuran, dan kapasitas. 10. Kondisi lingkungan (kontaminasi dan kontrol kelembaban). 11. Stabilitas dari produk obat. 12. Ketersediaan. 3. Data yang harus disediakan pada studi preformulasi Langkah pertama pada pemotongan tablet atau aktifitas

perumusan adalah pertimbangan yang teliti sebelum perumusan data ini sangat penting karena mempunyai indentifikasi sifat kimia fisika lengkap dari bahan aktif yang tersedia. Sebelum memulai pengembangan kegiatan perumusan. Biasanya yang bertanggung jawab pada penelitian kimia di daerah itu di tunjukkan untuk menyediakan data-data zat obat adalah seperti dibawah ini (Lieberman, 1990) : a. Stabilitas (zat padat) : cahaya, suhu, kelembaban

b. Stabilitas (zat larutan) : stabilitas bahan tambahan obat (Deferensial Thermal Analisis atau metode dipercepat lain) c. Sifat fisika mekanis : ukuran partikel, curah dan tekanan densitas bentuk kristal fotomikrograf, titik leleh, rasa, warna, bentuk dan bau d. Sifat fisika mekanis : kelarutan dan pH larutan/dispersi cair, pelarut lainnya) e. Disolusi in vitro : obat murni, obat pil murni, dialisis obat murni, penyerapan obat, efek dari bahan tambahan dan surfaktan. 4. Studi organoleptik yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet Program preformulasi yang khas harus dimulai sesuai engan bahan obat. Penggambaran istilah warna, bau, dan rasa pada obat baru harus di cacat. Ini penting guna menetapkan standar istilah

penggambaran perintah kelengkapan guna menghindari kebingungan yang berbeda antara ilmu pengetahuan yang digunakan dengan beberapa istilah penggambaran kelengkapan (Lieberman, 1990). 5. Analisis kemurnian yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet a. Kemurnian bahan obat adalah ada atau tidaknya bahan pengotor, kebanyakan berupa sintetik, biasanya diuji dengan : Grade HPLC (Tingkat kemurnian tingkat tinggi, Grade analisis atau Pro analisis (PA), Pharmaceutical Grade (PG) sedang, Technical Grade (TG) rendah.

b. Salah satu tingkat untuk melakukan studi adalah menguji tingkat kemurnian dari bahan baku yang akan dijadikan sebagai zat aktif sediaan tablet. c. pada pabrik-pabrik biasanya diuji terlebih dahulu tingkat kemurnian bahan baku untuk membuat tablet dengan HPLC, kromatografi lapis tipis. d. Salah satu parameter yang menunjukkan kemurnian, yaitu titik lebur dari bahan baku tersebut. 6. Ukuran partikel yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet Ukuran partikel sangat penting dan kecocokan ukuran partikel preformulasi dapat menentukan fungsi preformulasi yang baik (Banker, 1995). 7. Bentuk dan luas permukaan partikel yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet Pengetahuan mengenai bentuk dan luas permukaan suatu partikel dikehendaki bentuk partikel mempengaruhi aliran dan sifat-sifat pengemasan dari suatu serbuk, juga mempunyai beberapa pengaruh terhadap luas permukaan. Luas permukaan persatuan berat atau volume merupakan suatu karakteristik serbuk yang penting jika seorang mempelajari absorbsi permukaan dan laju disolusi (Marten, 1993). Diketahui bahwa makin luas permukaan per gram partikel, makin kecil dam partikel tersebut. Penurunan ukuran partikel meningkatkan luas permukaan efektif dan bahan tersebut dalam kontak dengan lapisan

pelarut stasioner dan laju larutan. Makin tinggi kelarutan, makin laju disolusi. Tapi penurunan ukuran atau peningkatan luas permukaan efektif tidak selalu mengakibatkan lebih cepatnya disolusi. Jika diserbukkan lebih dan bila obat bersifat hidrofobik, agregasi mungkin dapat sesudah itu dan ini dapat mengakibatkan kesulitan-kesulitan dari pembasah dan disolusi (Marten, 1993). 8. Sifat aliran serbuk yang dilakukan pada preformulasi unytuk sediaan tablet Sifat aliran serbuk sangat penting untuk operasi tablet yang efisien. Aliran yang baik dari bubuk atau granulasi yang akan di kompresi diperlukan untuk menjamin keseragaman bobot pencamporan yang efisien dan dapat diterima untuk tablet kompresi. Jika obat diindentifikasi pada tahap preformulasi kurang mengalir, masalah ini dapat dipecahkan dengan memilih bahan pembantu yang sesuai. Dalam beberapa kasus, serbuk obat sebelum pengempaan harus diperbaiki sifat alirannya, selama evaluasi preformulasi bahan obat. Oleh karena itu, segi karakteristiknya harus dipalajari terutama ketika dosis besar obat harus diantisipasi (Lieberman, 1990). 9. Sifat higroskopitas yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet Zat obat banyak menunjukkan kecenderungan untuk menyerap kelembaban. Jumlah kelembaban tersebut tetap terabsorbsi oleh berat pada sampel anhidrat dalam kesetimbangan dengan kelembaban di udara pada suhu tertentu yang disebut sebagai kadar air. Pentingnya

kelembaban terabsorbsi untuk stabilitas padatan telah dibahas. Selain itu, keseimbangan kadar air dapat mempengaruhi liran dan karakteristik bubuk kompresi dan kerasnya tablet akhir dan granulasi. Secara umum, senyawa higroskopis harus disimpan dalam sebuah tempat tertutup. Sebaiknya dengan pengeringan. Absorbsi isoterm menunjukkan keseimbangan kelembaban dari bahan obat dan bahan tambahan sebagai fungsi dari tekanan uap yang relatif dapat ditentukan dengan menempatkan sampel dalam desikator yang memiliki kondisi kelembaban yang berbeda. Pengolahan yang tepat dan kondisi penyimpanan sampel mungkin dipilih berdasarkan absobsi isoterm. Studi preformulasi harus dilakukan dengan bentuk bahan yang akan digunakan dalam perumusan akhir. Kelembaban dari zat tambahan. Juga dapat mempengaruhi sifat fisikokimia dari bentuk sediaan padat. Analisis absorbsi isoterm terhadap bahan tambahan, seperti turunan selulosa dan pati yang menunjukkan adanya air yang mungkin ada dalam dua bentuk terikat (solid like) dan bebas (Lieberman, 1990). 10. Sifat kristal yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet Sifat kristal Banyak bahan obat yang lebih dari satu kristal dengan ruang kiri yang berbeda. Sifat ini dikenal degan polimorfisme. Perbedaan bentuk kristal dapat disebut polimorp. Kadang-kadang, baik suatu kristal padat, mengikat molekul pelarut yang berada dalam sebuah ruang kiri yang berisi dalam sebuah stoikiometri tetap. Menghasilkan solvair atau pseudo

plomifulsune mungkin tersedia dalam bentuk polimorf tertentu melalui manipulasi sesuai kondisi kristalisasi. Keadaan ini termasuk sifat alami pelarut, temperatur, dan faktor lainnya. Biasanya, zat terlarut mengendap dalam larutan, maka molekul dari hasil padatan sudah tidak tergolong dalam kesatuan tetap. Tetapi kurang lebih dalam susunan yang acak, keadaan ini dikenal dengan bentuk amorf. Biasanya kristalnya, mendadak akan mengubah komposisi dari pelarut pada proses kristalisasi, atau hasil proses liopilisasi dari sebuah bentuk amorf (Lieberman, 1990). B. Desain Formulasi 1. Tujuan bentuk sediaan tablet Tujuan utama dari desain bentuk sediaan adalah untuk mencapai sebuah respon terapi yang diramalkan dari suatu formulasi yang mana bisa dibuat dalam skala besar dengan menghasilkan produk yang berkualitas, untuk memastikan kualitas produk, banyak ciri khas yang diperlukan. Stabilitas kimia dan fisika, dengan pengawetan yang sesuai untuk melawan kontaminasi mikroba jika diperlukan, keseragaman dosis obat, penerimaan termasuk pembuat resep dan pasien, kemasan yang cocok dan pelabelan idealnya, bentuk sediaan harus juga mandiri dari pasien untuk pasien walaupun dalam prakteknya fitur ini sulit untuk dicapai. Perkembangan masa depan dalam desain bentuk sediaan mungkin baik untuk mencoba beberapa tuntutan (Aulton, 1988).

2. Faktor yang harus dipertimbangkan sebelum zat aktif dapat diformulasi dengan berhasil kedalam bentuk sediaan a. Pertimbangan biofarmasetikal dalam mendesain bentuk dosis Ilmu biofarmasetik, hubungannya degan sifat fisika, kimia dan ilmu biologi dapat diaplikasikan pada obat, bentuk dosis dan penggunaan obat. Dengan jelas, pemahaman prinsip ini sangat penting dalam mendesain bentuk dosis utama dengan melihat penyerapan obat, baik distribusi obat, metabolisme dan ekskresi. Umumnya bahan obat harus dalam bentuk laporan sebelum diabsorbsi melalui membran dan kulit, dalam lambung dan paru-paru mengalir ketubuh. Obat menembus selaput ini dengan dua cara yaitu dengan difusi pasif dan mekanisme pengangkutan yang khusus. Dalam difus pasif ; obat harus dikontrol untuk megendalikan penyerapan, proses ditandai dengan konsentrasi selaput dengan molekul obat yang menghantar dari daerah tinggi ke daerah yang rendah. Daya larut lipid dari obat sangat mempengaruhi tingkat difusi. Beberapa mekanisme pengangkutan khusus mencakup aktif dan memudahkan pengangkutn ketika menyerap, obat dapat berefek mengobati, sekalipun begitu,

penghubung harus diangkut dalam cairan tubuh (Aulton, 1988). b. Faktor-faktor obat dalam mendesain bentuk sediaan Masing-masing tipe dari bentuk sediaan memerlukan

pembelajaran yang hati-hati dari sifat fisika dan kimia dari bahan obat untuk mencapai suatu kestabilan, produk yang efisien. Sifat ini seperti

disolusi, ukuran partikel/kristal. Bentuk polimorf, stabilitas padatan dan interaksi bahan tambahan obat, dapat memiliki efek yang berbobot dalam ketersediaan fisiologi dan sifat fisika dan kimia dari obat. Dengan mengombinasikan data tersebut dari pembelajaran farmakologi dan biokimia, bentuk sediaan yang paling sesuai dan bahan tambahan dapat diseleksi untuk formulasi dari bentuk sediaan yang dipilih (Aulton, 1988). Bahan Organoleptik Ukuran partikel Area permukaan Kelarutan Disolusi Koefesien pemisah Konstanta ionisasi Bahan kristal Polimorfisme Stabilitas (bahan lain) Proses penekanan Temperatur Tekanan Mekanik Radiasi Kerapatan cairan Gas Penguapan Prosedur produksi Kristalisasi Pengendapan Penyaringan Emulsifikasi Penggilingan Campuran Mengerikan Granulasi Pengempaan Autodosing Penyangga Penyimpanan Transport

Organoleptik (Aulton, 1988). Obat modern memrlukan bentuk sediaan farmaseutical yang dapat diterima oleh pasien. Sayang sekali banyak bahan obat yang digunakan hari ini adalah yang tidak berasa dan tidak menarik keadaan alaminya bentuk sediaan , pada umumnya persiapan oral, kandungan obat boleh memerluakan tambahan dari rasa yang disukai ,parfum dan warna. Rasa dan warna yang digunakan berlaku terutama untuk bentuk sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemberian oral. Tersedia sebagai ekstrak kental larutan atau mikro enkopulasi, rasa dan parfum biasanya dibentuk dilidah dengan cepat bereaksi pada saat pahit, manis,asin,dan unsur asam dari rasa. Semua unsur lain diakui berbau, yang mana dapat diubah dengan mudah menggunakan parfum. Rasa yang tidak menyenangkan dapat diatasi dengan menggunakan derivat tidak larut air dari obat yang memiliki sedikit atau tidak terasa, Contohnya penggunaan kloramfenikol palmitate dan amitriptilin

palmitate,meskipun beberapa faktor seperti bioavailibilitas harus tersisa tampa di ganti. Jika sebuah derivat tidak larut tidak dapat digunakan rasa atau parfum dapat digunakan bagaimanapun obat tidak enak /tidak menyenangkan dalam kapsul atau tablet salut yang disiapkan untuk mungkin lebih mudah ditelan untuk menghindari rasa yang tidak enak. Pemilihan rasa bergantung pada beberapa faktor tapi pada umumnya pada rasa dari bahan obat. Rasa yang pasti efektif menyembunyikan beberapa unsur rasa untuk contoh rasa jeruk. Sering

digunakan untuk melawan rasa masam atau rasa obat. Kelarutan dan stabilitas pada rasa pada keendaraan juga penting. Dengan bertambahnya usia direncanakan pasien harus juga ddiperhatikan sejak anak-anak untuk contoh memilih rasa manis,sebaik psikologi antara warna dan rasa. Bahan-bahan yang manis boleh juga diperlukan untuk

menyembunyikan rasa pahit. Secara luas sukrosa digunakan sebagai alternatif, seperti natrium sacharin yang 200 700 lebih manis bergantung pada konsentrasi yang tersedia. Sorbitol disarankan untuk diabetes. Dan seharusnya, menggunakan larutan garam yang lebih atau derivat ester. Mikronize kompleks atau teknik dispersi padatan seharusnya tidak bekerja. Kelarutan juga sangat penting dalam absorbsi obat yang sudah dalam bentuk larutan sejak sistem saluran pencernaan

bioavababilitasnya dapat dimodifikasi. Disolusi (Aulton, 1988). Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas untuk absorbsi dari suatu obat haruslah menjadi awal dari dalam cairan dari proses absorbsi. Sebagaimana contoh pengaturan obat, yang dalam bentuk tablet tidak bisa diabsorbsi sampai partikel obat yang telah dilarutkan dan kelarutannya oleh beberapa titik sistem pencernaan tergantung pada pH larutan sifat obat. Disolusi merupakan gambaran dari proses dimana partikel obat yang telah dilarutkan.

3. Dua kegiatan utama dalam mendesain tablet Produk desain tablet memerlukan 2 aktivitas utama, yaitu (Lieberman, 1990) : a. Pertama, aktivitas formulasi dimulai dengan mengidentifikasi bahan tambahan yang sangat cocok untuk bentuk dasar dari suatu formulasi obat. b. Kedua, mutu dari bahan tambahan dalam bahan dasar formula harus lebih optimal dipilih untuk memenuhi kualitas semua proses/produk yang terbatas. 4. Jelaskan faktor yang mempengaruhi eksipien yang digunakan dalam formula tablet! Jenis dari bahan tambahan yang digunakan biasanya sangat bergantuk pada nomor preformulasi obat, pemasaran, ekonomi, dan faktor kualitas produk/ proses antara lain (Lieberman, 1990) : a. Preformulasi Secara fisika dan kimia bahan tambahan ini tidak cocok dengan obat yang tidak menyatu dengan bahan formulasi tablet. Ilmu preformulasi juga dapat memberikan informasi tentang aliran dan bahan dari sebagian besar obat. Bahan tambahan cenderung untuk memperbaiki aliran dan bahan pengikat yang dapat digunakan untuk evaluasi untuk aliran yang buruk, bahan campuran yang mengikat yang kurang baik secara berturut-turut.

b. Medis Sebuah alasan dibahas profil suatu tablet dapat segera diketahui pada perkembangan tablet dengan cepat, terkontrol dan kombinasi antara kecepatan dan kontrol memerlukan pembahasan secara keseluruhan yang berbeda yang mendekati perkembangan formulasi. Kecepatan tablet biasanya memerlukan tingkata yang tinggi dari disentegrasi. Biasanya pengguanaan kontrol sebuah formulasi dari polimer-polimer atau parafin matriks. Banyak contoh yang menyatakan bahwa disolusi merupakan faktor The tate-limiting utuk absorbsi suatu obat. Itu mungkin merupakan kebutuhan sebuah formulasi untuk memilih bahan tambahan yang mungin menaikan disolusi obat dan meningkatkan absorbsi. Solvangdan finholt mempelajari bahan pengikat dan ukuran partikel pada obat pada laju disolusi berebagai jenis obat. Permukaan bahan yang aktif seperti sodium loirilsulfat mungkin dibutuhkan untuk menaikan tingkat pembahasan dari obat. Kemungkinan pengguanaan disintegrasi dapat memperbaiki laju disolusi pelicin hidrofobik mungkin hanya digunakan pada tingkat rendah atau tidak sama sekali. Target dari keberhasilan suatu obat untuk berbagi tempat dalam sistem gastrointestinal terkadang diperlukan utntuk meningkatkan kestabilan obat, keamanan atau khasiat. Obat dengan suasana asam tidak dapat digunakan untuk lambung. Penggunaan dari tablet salut enjterik merupakan metode paling baik pada pelepasan obat di usus. Lapisan tablet yang disalut

harus diformulasikan untuk mempertahankan kekerasan dari proses penyalutan dan menjadikan bahan lapisan yang seragam dengan bahan penyalut. Pengguanaan alkali sebagai bahan tambahan dalam tablet yang menurunkan integrasi dari tablet salut enterik. c. Pemanasan Bentuk dosis sebuah tablet biasanya tidak berpengaruh besar terhadap kesuksesan penjualan pada produk asli. Bagaimanapun, semua tablet minimal harus memiliki kriteria yang baiuk. Penampilan dari tablet dapat dievaluasi dari warna, tekstur, bentuk, ukuran, dan lapisan (ketika dipresentasikan), dan berbagai informasi mendesain tablet (obat).

Penampilan obat dapat disesuaikan warna, tekstur, tiap bahan tambahan yang terkandung pada formula tablet. Laktosa, kanji dan kristal selulosa kecil terlihat putih atau bening ketika dikempa. Pengencer anorganik seperti kalsium sulfat, kalsium fosfat, dan berbagai produk serbuk pada warna tablet yang alami. Interaksi obat dengan bahan tambahan pada waktu tertentu bisa mengubah penampilan dari tablet. Penggunaan pewarna mungkin dibutuhkan untuk memperbaiki tampilan suatu tablet. Secara relatif, sejumlah besar dari stearat dan berat molekul besar glikolisis polisilen menghasilkan glikosida tablet. Sifat tablet (aliran dan pengempaan) dari foremulasi tablet mengandung beberapa persen bahan aktif ( < 100 mg) terutama sifat tablet dari formulasi bahan tambahan. Formulator mempunyai frekuensi obat dari pemilihan jumlah bahan tambahan obat yang tidak lebih selama proses

formulasi. Bagaimanapun, jika formula tablet aktif mempunyai sedikit pilihan bahan tambahan. Untuk memudahkan menelan dan tetap elegan, ukuran tablet dan berat tablet harus dibatasi dalam membuat formulasi. Formulasi tablet aktif dengan persentase yang besar hanya dapat mengandung kualitas minimal dari bahan tambahan. Bahan tambahan harus dilakukan menurut funsinya pada lever rendah secara relatif. Pengguanaan bahan pengikat lebih efektif seperti mikrokristalin selulosa mungkin dapat dibutuhkan untuk pembuatan tablet. Tablet dengan persentase tinggi dari frekuensi aktif membutuhkan metode granulasi yang simple penggunaannya karena bahan tambahan tidak akan dilakukan sesuai fungsinya pada level rendah pada metode kompresi. Bagian pemasaran mungkin meminta sebuah produk lapisan tablet. Kualitas dari lapisan tablet sangat disesuaikan oleh formulasi tablet yang digunakan. Tablet dengan resistensi yang rendah atau abrasi (kerapuhan yang tinggi) akan menghasilkan lapisan yang kasar dan tidak beraturan. Bahan tambahan yang hidrofilik dapat mempertebal lapisan dan meningkatkan adhesi. d. Ekonomi Salah satu faktor yang sering kali dilupakan dalam perkembangan formula tablet adalah harga dari bahan dasar dan proses pembuatannya. Pengempaan secara langsung biasanya merupakan metode yang lebih ekonomis dari produksi tablet yang sebelumnya dibahas. Bahan tambahan

yang berlebih yang digunakan pada pengempaan langsung, harga dari proses granulasi biasanya lebih besar. e. Kualitas proses / produk Bahan tambahan dapat diseleksi dengan memproduksi tablet yang sesuai atau standar tinggi kualitas in-house tablet yang terspesifikasi. Seorang formulator harus terlibat dalam pembuatan tablet spesifik dan mampu menyediakan gagasan dalam spesifikasi yang kritis. Tipe pengujian penampilan pada tablet meliputi : 1. Variasi berat 2. Kekerasan 3. Variasi 4. Waktu disintegrasi 5. Disolusi 6. Kadar air 7. Potensi 8. Keseragaman kadar

Untuk memberikan suatu efek obat sistemik setelah peleburannya dalam penyerapan usus dan sebagainya. Setiap kelas obat diperhatikan dengan sangat hati-hati harus diberikan untuk formulasi produk dan desain sebagai metode produksi untuk menghasilkan produk yang manjur dan dapat diandalkan. 9. Bahan pengisi a. Definisi Bahan pengisi adalah jumlah dosis tunggal dari komposisi aktif sangat kecil dan bahan inert ditambahkan untuk meningkatkan massa tablet agar menghasilkan ukuran tablet yang praktis untuk pengempaan (Gennaro, 1998). Bahan pengisi adalah bahan pengencer biasanya dianggap sebagai bahan inert, mereka bisa secara signifikan mempengaruhi sifat kimia, biofarmasetik dan sifat fisik dari tablet akhir (Lieberman, 1990). b. Zat pengisi tablet yang sering digunakan (Lieberman, 1990) : Tidak larut Kalsium sulfat, dihidrat Kalsium fosfat dibasic Kalsium fosfat, tribasic Kalsium karbonat Pati Modifikasi pati (pati karboksimetil) Mikrokristalin selulosa Larut Laktosa Sukrosa Dekstrosa Manitol sarbitol

c. Sifat tablet komparatif terhadap beberapa bahan pengisi (Banker, 1995) Bahan penguji Dextrosa Spray-dried Laktosa Fast-flo laktosa Anhydrous laktosa Emdekx (dextrates) Sukrose Struch Struch 1500 Dicalcium phosphate Aviaed 5 1 0 2 1 4 5 4 2 3 3 3 1 2 4 5 0 2 1 4 4 4 2 4 4 3 3 1 3 2 2 4 3 4 5 5 4 5 3 1 1 3 2 3 4 4 5 2 4 4 4 4 4 1 2 4 kecocoka aliran n 3 3 2 5 n 4 4 n 2 3 pi 1 1 n melunasi 2 2 3 4 kelaruta kehancura Higrosko Kemampua kesatabilan

Keterangan : Nilai pada skala 5 (baik/ tinggi) diatas 1 (buruk / rendah) 0 (tidak ada).

10. Definisi Bahan pengikat Bahan pengikat merupakan bahan yang memberikan kualitas kohesi untuk serbuk dalam menjamin keutuhan tablet setelah kompresi (Gennaro, 1998). Bahan pengikat merupakan bahan yang ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi basah untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan kohesi bagi tablet yang dicetak langsung (Lachman, 1994). 11. Bahan Penghancur a. Defenisi Bahan penghancur adalah untuk memfasilitasi pecahnya tablet setelah digunakan atau sesuai yang diinginkan (Lieberman, 1990). b. Metode memasukkan bahan Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum digranulasi atau mengumpulkan langkah pelumas sebelum kompresi kompresi atau pengolahan adalah langkah yang baik (Lieberman, 1990). 12. Bahan anti lekat, pelincir, dan pelicin a. Bahan pelincir Secara umum bahan pelincir yang baik dalah pelumas yang sedikit yang dapat meningkatkan aliran granulasi dai nopper ke dalam mekanisme umpan dan akhirnya kedalam rongga mata. Pelincir dapat meminimalkan tingkat gelombang dan kelaparan sering ditunjukkan oleh formula pemadatan langsung kecepatan tinggi menekan tablet memerlukan, halus

bahkan aliran bahan kerongga hati. Ketika aliran sangat miskin, glidants tidak efektif (Lieberman, 1990). b. Bahan pelicin Fungsi utama dari pelicin adalah untuk mengurangi gesekan antara dinding mati dan tepi tablet sebagai tablet yang dikeluarkan. Kurang cukupnya pelicin menghasilkan oleh mesin tablet sering dan dapat menyebabkan kerusakan pori yang lebih rendah, jalur cepat dan lebih rendah (Lieberman, 1990). 13. Bahan pewarna Warna yang dimasukkan kedalam tablet umumnya untuk satu atau lebih dari tiga tujuan. Pertama, warna dapat digunakan untuk

mengidentifikasi serupa yang tampak dalam lini produk, atau dalam kasus dimana produk dari penampilan yang sama ada di baris produsen yang berbeda. Ini mungkin penting ketika produk identifikasi adalah masalah. Kedua, warna bisa membantu meminimalkan possibility dari mixups selama pembuatan ketiga, dan mungkin paling tidak penting adalah penambahan pewarna untuk tablet untuk estetika atau nilai pemasarannya (Lieberman, 1990). 14. Bahan pengaroma dan pemanis Rasa dan pemanis biasanya digunakan untuk meningkatkan rasa mengunyah tablet. Cook ditinjau dari pemanis alami dan sintesis (Lieberman, 1990).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Studi Preformulasi Studi preformulasi adalah tahap pertama dalam pembentukan tablet atau aktivitas formulasi dengan pertimbangan yang hati-hati dari data preformulasi. Preformulasi penting bagi formulator untuk

mendapatkan profil fisika-kimia yang lengkap dari bahan-bahan aktif yang tersedia sebelum memulai suatu aktifitas perkembangan formulai seluruh informasi ini diketahui sebagai preformulasi 2. Desain Formulasi Tujuan utama dari desain bentuk sediaan adalah untuk mencapai sebuah respon terapi yang diramalkan dari suatu formulasi yang mana bisa dibuat dalam skala besar dengan menghasilkan produk yang berkualitas, untuk memastikan kualitas produk, banyak ciri khas yang diperlukan. Stabilitas kimia dan fisika, dengan pengawetan yang sesuai untuk melawan kontaminasi mikroba jika diperlukan, keseragaman dosis obat, penerimaan termasuk pembuat resep dan pasien, kemasan yang cocok dan pelabelan idealnya, bentuk sediaan harus juga mandiri dari pasien untuk pasien.

DAFTAR PUSTAKA Aulton, Michael, E. 1988. Pharmaceutics ; The Science of Dosage FormDesign. Curchill Living Stone. Edinburg London Melbourn : NewYork. Banker, Gilbert, S. 1995. Modern Pharmaceutics. Marckel Dekker. New York Bassel : Hongkong. Gennaro, A.R. 1998. Remingtons Pharmaceutical Science 18 th Edition. Mack Publishing Company : Easton. Gennaro, A.R. 2000. Remingtons Pharmaceutical Science 20 th Edition. Mack Publishing Company : Philadelphia. Lachmann, Leon, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Jilid II. Universitas Indonesia Press, : Jakarta. Lieberman, Herbert, a., et, al. 1990. Pharmaceutical Dosage Form : Tablets Volume 1. Marcell Dekker : New York. Lieberman, Herbert, a., et, al. 1990. Pharmaceutical Dosage Form : Tablets Volume 2. Marcell Dekker : New York. Martin, W. Eric. 1971. Dispending PublishingCompany : USA. of Medication. Mack